PENDAHULUAN
Sederet pertanyaan akan segera muncul pada saat pertama kali menyajikan
matakuliah ini. Misalnya mengapa ISBD perlu diajarkan, bukankah ia menambah
beban mahasiswa dan mengapa ia termasuk mata kuliah MBB (Matakuliah
Berkehidupan Bermasyarakat).
1
pantas disebut sebagai sarjana yang professional. Ini semua akan dicapai melalui
serangkaian matakuliah dasar keahlian yang dialokasikan sekitar 20-25% dari
keseluruhan program pendidikan.
1. Agama
2. Pancasila
3. Kewiraan
Ketiga matakuliah kelompok pertama tersebut diatas merupakan matakuliah intra
kurikuler yang diwajibkan kepada semua mahasiswa yang dinilai dan ikut
menentukan kenaikan tingkat, jenjang pendidikan dan ujian-ujian.
Pada kelompok kedua, diharapkan dapat membantu kepekaan mahasiswa
berkenaan dengan lingkungan alamiah, lingkungan social dan meliputi matakuliah:
1. Ilmu Sosial Dasar (ISD)
2. Ilmu Budaya Dasar (IBD)
3. Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
2
Ketigamata kuliah dasar tersebut di atas diwujudkan bagi semua mahasiswa
dengan ketentuan bahwa mahasiswa bidang pengetahuan keahlian berada di dalam
ruang lingkup perhatian salah satu mata kuliah dasar tersebut tidak diwajibkan
mengikuti mata kuliah yang bersangkutan.
1.3 Tujuan
3
BAB II
PEMBAHASAN
ISD mempunyai tema pokok, yaitu hubungan timbal balik manusia dengan
lingkungannya. Adapun sasaran atau objek kajian ISD adalah sebagai berikut.
4
terhadap lingkungan social meningkat, dengan demikian kepekaan sosialnya pun
bertambah.
Ilmu Budaya Dasar (IBD) dalam kelompok ilmu dan pengetahuan termasuk
dalam kelompok pengetahuan budaya (the humanities), tetapi tidak identic dengan
pengetahuan budaya itu sendiri. IBD (basic humanities) berbeda dengan pengetahuan
budaya (the humanities). Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai manusia
sebagai makhluk berbudaya, sedangkan IBD mengkaji masalah kemanusiaan dan
budaya. IBD adalah suatu pengetahuan yang menelaah berbagai masalah
kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian yang berasal dari dan
telah dikembangkan oleh berbagai bidang pengetahuan atau keahlian.
Adapun yang menjadi pokok kajian IBD adalah berbagai aspek kehidupan
yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah kemanusiaan dan budaya serta
hakikat manusia yang satu. Termasuk pula didalamnya pemahaman akan system nilai
buadaya, yaitu konsepsi tentang nilai yang hidup dalam pikiran sebagian besar
masyarakat. System nilai budaya berfungsi sebagai pedoman bagi sikap mental, pola
pikir, dan pola perilaku warga masyarakat.
5
Tujuan IBD adalah mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara
memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan kritikal terhadap masalah-masalah
budaya sehingga daya tangkap, persepsi, dan penalaran budaya mahasiswa menjadi
halus dan manusiawi.
6
e. Pemuda dan sosialisasi.
f. Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan.
Kemudian, ketika materi ISD dan IBD digabung menjadi ISBD maka sesuai
dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi memuat sejumlah substansi kajian
yang mengarah pada tercapainya kompetensi dasar. Artinya, bahwa pemberian
substansi kajian atau ruang lingkup kajian ISBD yang ada kepada mahasiswa
diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar matakuliah yang dimaksud.
7
Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat di Perguruan Tinggi Indonesia, mencakup
pokok-pokok kajian sebagai berikut.
a. Pengantar ISBD.
b. Manusia sebagai makhluk budaya.
c. Manusia dan peradaban.
d. Manusia sebagai makhluk individu dan social.
e. Manusia, keragaman, dan kesederajatan.
f. Moralitas dan hukum.
g. Manusia, sains, dan teknologi.
h. Manusia dan lingkungan.
a. Pengantar ISBD.
b. Manusia sebagai makhluk budaya.
c. Manusia sebagai makhluk individu dan social.
d. Manusia dan peradaban.
e. Manusia, keragaman, dan kesetaraan.
f. Manusia, nilai moral, dan hukum.
g. Manusia, sains, teknologi, dan seni.
h. Manusia dan lingkungan.
Menyimak dari isi kajian diatas, dapat dikemukakan bahwa kajian ISBD
mencakup masalah social dan masalah budaya serta keberadaan manusia sebagai
subjek bagi masalah-masalah tersebut. Baik dihadapkan pada masalah social maupun
budaya tersebut, diharapkan manusia dapat meningkat wawasannya, kepekaannya,
serta berempati terhadap masalah maupun pemecahan masalahnya.
8
B. ISBD Sebagai Matakuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) dan
Pendidikan Umum
9
Menurut Surat Keputusan Menteri No. 232/U/2000 tersebut ISD dan IBD
termasuk dalam kelompok MPK kurikulum Institusional. Kurikulum institusional
merupakan sejumlah bahan kajian dan pelajaran yang merupakan bagian dari
kurikulum pendidikan tinggi, yang terdiri atas tambahan dari kelompok ilmu dan
kurikulum inti yang disusun dengan memperhatikan keadaan dan kebutuhan
lingkungan serta ciri khas perguruan tinggi yang bersangkutan. Sedangkan, kelompok
MPK kurikulum institusional yang lain, misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa inggris,
ilmu alamiah dasar, filsafat ilmu, dan olahraga (pasal 10 ayat (2)).
Visi kelomok MBB di perguruan tinggi merupakan sumber nilai dan pedoman
bagi penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan
kepribadian, kepekaan sosial, kemampuan hidup bermsyarakat, pengetahuan tentang
pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan hidup, dan mempunyai
wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
10
2. ISBD Sebagai Program Pendidikan Umum (General Education)
11
umum merupakan studi (bidang kajian) yang membekali peserta didik berupa
kemampuan dasar tentang pemahaman, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai
dasar kemanusiaan, sebagai makhluk Tuhan, sebagai pribadi, anggota keluarga,
masyarakat, warga negara, dan sebagai bagian dari alam.
Seperangkat konsep dasar ilmu sosial dan budaya tersebut secara interdisiplin
digunakan ebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan
berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian, ISBD memberikan alternative
sudut pandang atas pemecahan masalah sosial budaya di masyarakat. Berdasarkan
pemahaman yang diperoleh dari kajian ISBD, mahasiswa dapat mengorientasikan diri
untuk selanjutnya mampu mengetahui kearah mana pemecahan masalah harus
dilakukan.
12
ISBD bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial dan budaya yang bersifat terintegrasi.
ISBD digunakan untuk mencari pemecahan masalah kemsyarakatan melalui
pendekatan interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu dan budaya.
ISBD sebagai kajian masalah sosial, kcmanusiaan, dan budaya, sekaligus pula
memberi dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu sosial yang
terintegrasi. Pendekatan yang mendalam dan bersifat subject oriented dibebankan
pada ilmu sosial dan budaya yang lebih bersifat teoretis, baik menyangkut ruang
lingkup, metode, dan sistematikanya.
Demikian pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang
bersifat eksakta. Pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah
juga bersifat subject oriented. Mahasiswa yang menekuni ilmu-ilmu eksakta akan
mengkaji gejala alam melalui sudut pandang ilmu mereka. Dengan diberikan kajian
ISBD diharapkan dapat memberi wawasan akan pentingnya pendekatan sosial dan
budaya dalam menangani masalah alam. Misalnya, seorang sarjana teknik sipil dalam
upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan aspek sosial dan budaya
masyarakat di sekitamya. Ia semata-mata tidak boleh hanya berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan teknis. Harus dipahami bahwa manusia tidak lepas dari
gejala alam dan kehidupan lingkungan. Alam dan manusia akan saling memengaruhi.
Namun, sebagai subjek kehidupan manusia perlu memperlakukan alam secara baik
sehingga akan memberikan manfaat bagi kesejahteraan hidupnya
13
Berdasarkan hal tersebut, beberapa perguruan tinggi memberlakukan ISBD
sebagai mata kuliah wajib bagi mahasiswa dari program ilmu alam atau eksakta. Hal
ini dimaksudkan agar pendekatan sosial dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan
melandasi setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari masalah alam yang
mereka hadapi. Dengan demikian, mahasiswa sebagai calon ilmuwan dan profesional
harapan bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.
A. Pengertian Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu buddhayah, dan
merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal), diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut
culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture kadang
diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
14
kebudayaan tersebut diterbitkan menjadi sebuah buku yang berjudul Culture, a
Critical Review of Concepts and Definitions.
15
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai
kebudayaan, yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan
itu bersifat abstrak. Perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
B. Epistemologi Kebudayaan
16
pada hakikat (filosofi)-nya berbeda itu, saling dicampuradukkan antara pengertian
yang satu dan pengertian lainnya. Pandangan ini dikemukakan Ward H. Goodenough
(1961) sebagaimana dikutip Roger M. Keesing dengan penjelasan perbedaan antara
pola dari perilaku dan pola untuk perilaku.
Pola dari perilaku adalah pola kehidupan yang tercermin dari perilaku atau
produk (materil) dan sosial yang dilakukan secara berulang dan cenderung teratur
oleh suatu masyarakat serta dapat menjadi ciri bagi masyarakat yang bersangkutan.
Di sini, kebudayaan pada hakikatnya dipandang sebagai produk yang kasat mata.
Sebaliknya, pola untuk perilaku berupa sistem pengetahuan yang disusun sebagai
pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan
tindakan dan memilih di antara alternatif yang ada. Dalam pandangan ini, kebudayaan
dilihat sebagai sesuatu yang tidak kasat mata dan substansinya adalah sistem
pengetahuan.
17
pengetahuan (ide) yang tidak dapat dilihat dan akan terlihat apabila pengetahuan atau
ide itu dipancarkan dalam bentuk tindakan manusia yang memiliki pengetahuan atau
ide tersebut.
18
kebudayaan tersebut, yang wujudnya meliputi dimensi ide, .perilaku, berpola, dan
relatif.
Seirama dengan itu, tampak pula dalam pandangan antropolog Marvin Harris,
tentang kebudayaan. Harris mendasari pandangannya tentang kebudayaan sebagai
produk manusia berdasarkan pemilahan dua aspek, atau diistilahkannya dengan
lapangan (field). Lapangan yang dimaksud adalah aspek mental dan perilaku. Pada
aspek pertama terkandung pengertian, yaitu semua gagasan dan perasaan manusia
yang lokusnya adalah dalam pemikiran (mind), sedangkan pada lapangan kedua
terkandung arti, aktivitas yang dibangun oleh perilaku semua manusia yang pernah
hidup, meliputi seluruh gerakan tubuh dan efek-efek lingkungan yang dihasilkan
(produced) oleh gerakan itu, besar ataupun kecil.
19
bukanlah sebagai suatu terminal atau pengetahuan sebagai produk yang transendental.
Lebih dari itu, yang dimaksud dengan lapangan mental atau pengetahuan dalam
pandangan ini adalah sistem pengetahuan.
20
C. Wujud dan Unsur Kebudayaan
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-
hal yang dapai diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di
antara ketiga wujud kebudayaan.
21
dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi seperti mangkuk tanah liat, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan materiil juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
A. Hakikat Peradaban
22
Dalam kaitannya dengan dua istilah tersebut, Koentjaraningrat (1990)
berusaha memberi penjelasannya sebagai berikut. Di samping istilah kebudayaan ada
pula istilah peradaban. Hal yang terakhir adalah sama dengan istilah dalam bahasa
Inggris civilization yang biasanya dipakai untuk menyebutkan bagian atau unsur dari
kebudayaan yang harus maju dan indah, misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat,
sopan santun, pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, dan sebagainya.
Istilah peradaban sering juga dipakai untuk menyebutkan suatu kebudayaan yang
mempunyai sistem teknologi, ilmu pengetahuan, seni rupa, dan sistem kenegaraan
serta masyarakat kota yang maju dan kompleks.
Peradaban berasal dari kata adab yang dapat diartikan sopan, berbudi pekerti,
luhur, mulia, berakhlak, yang semuanya menunjuk pada sifat yang tinggi dan mulia.
Huntington (2001) mendefinisikan peradaban (civilization) sebagai the highest social
grouping of people and the broadest level of cultural identity people have short of
that which distinguish humans from other species. Peradaban tidak lain adalah
perkembangan kebudayaan yang telah mendapat tingkat tertentu yang diperoleh
manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu
tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai
peradaban yang tinggi.
Dari batasan pengertian di atas, maka istilah peradaban sering dipakai untuk
hasil kebudayaan seperti kesenian, ilmu pengetahuan dan teknologi, adat, sopan
santun, serta pergaulan. Selain itu, kepandaian menulis, organisasi bernegara, serta
masyarakat kota yang maju dan kompleks. Peradaban menunjuk pada hasil
kebudayaan yang benilai tinggi dan maju. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa
setiap masyarakat atau bangsa di mana pun selalu berkebudayaan, tetapi tidak
semuanya telah memiliki peradaban. Peradaban merupakan tahap tertentu dari
kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai kemajuan tertentu yang
dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang telah maju.
23
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor
kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan tingkat pendidikan. Dengan demikian,
suatu bangsa yang memiliki kebudayaan tinggi (peradaban) dapat dinilai dari tingkat
pendidikan, kemajuan teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan,
teknologi, dan ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat akan senantiasa
berkembang.
Kehidupan di lembah Sungai Nil masa itu kita sebut dengan nama Peradaban
Lembah Sungai Nil bukan Kebudayaan Lembah Sungai Nil sebab mereka telah
memiliki organisasi sosial, kebudayaan, dan cara berkehidupan yang sudah maju bila
dibanding dengan bangsa lain. Peradaban lembah Sungai Nil meliputi kehidupan
masyarakat Mesir, sistem kekuasaan raja-raja Mesir, sistem kepercayaan, serta
peninggalan budaya Mesir. Salah satu peninggalan budaya Mesir adalah rintisan ilmu
astronomi dan sistem kalender yang diciptakan scbagai hasil pengamatan yang
cemerlang bahwa surya memiliki prinsip keteraturan sehingga ada siang dan malam.
Peradaban itu menunjuk pada tahap kebudayaan yang telah ada kemajuan
tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.
Peradaban masa itu, sekarang ini sudah sangat jauh berbeda dengan peradaban zaman
modern yang ditandai dengan kemajuan pesat dalam infrastruktur, transportasi,
komunikasi, dan sarana-sarana kemajuan lainnya. Dibandingkan dengan masa
sekarang, kita tetap memberi penilaian bahwa bangsa-bangsa itu memiliki peradaban
24
yang tinggi di masanya. Jadi, selain mengacu pada kemajuan ilmu, teknologi, dan
seni; peradaban mengacu pada suatu kurun waktu dan tempat tertentu.
Masyarakat pada saat ini tetap memberi penghargaan dan apresiasi yang
tinggi untuk peradaban masa itu. Bukti akan hal tersebut adalah pengakuan
masyarakat dunia akan adanya keajaiban dunia, yang pada hakikatnya berasal dari
peradaban masa lalu. Keajaiban dunia yang dikenal saat ini antara lain:
25
cipta, karsa, dan rasa. Kebudayaan berwujud gagasan/ide, perilaku/aktivitas, dan
benda-benda. Sedangkan peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi,
halus, indah, dan maju. Jadi, peradaban termasuk pula di dalamnya gagasan dan
perilaku manusia yang tinggi, halus, dan maju.
Peradaban sebagai produk yang bernilai tinggi, halus, indah, dan maju
menunjukkan bahwa manusia memanglah merupakan makhluk yang memiliki
kecerdasan, keberadaban, dan kemauan yang kuat. Manusia merupakan makhluk
yang beradab sehingga mampu menghasilkan Peradaban. Di samping itu, manusia
sebagai makhluk sosial juga mampu menciptakan masyarakat yang beradab.
26
Dewasa ini, masyarakat adab memiliki padanan istilah yang dikenal dengan
masyarakat madani atau masyarakat sipil (civil society). Konsep masyarakat adab
berasal dari konscp civil society, dari asal kata cociety civilis. Istilah masyarakat adab
dikenal dengan kata lain masyarakat sipil, masyarakat warga, atau masyarakat
madani.
Pada mulanya, civil society berasal dari dunia Barat. Adalah Dato Anwar
Ibrahim (mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia) yang pertama kali
memperkenalkan istilah masyarakat madani sebagai istilah lain dari civil society.
Nurcholish Madjid mengindonesiakan civil society (Inggris) dengan masyarakat
madani. Kata civil memiliki dasar kata yang sama dengan civic (kewargaan) dan city
(kota) dari kata dasar berbahasa Latin civis. Kemudian, kata civil tumbuh menjadi
bermakna dari atau dalam persesuaian dengan teratur, beradab.
Oleh banyak kalangan, istilah civil society dapat diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia dengan berbagai istilah, antara lain:
1. Civil society diterjemahkan dengan istilah masyarakat sipil. Civil artinya sipil,
sedangkan society artinya masyarakat.
2. Civil society diterjemahkan dengan istilah masyarakat beradab atau
berkeadaban. Ini merupakan terjemahan dari civilized (beradab) dan society
(masyarakat) sebagai lawan dari masyarakat yang tidak beradab (uncivilized
society/savage society).
3. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat madani. Kata madani merujuk
pada kata Madinah, kota tempat kelahiran Nabi Muhammad saw. Madinah
berasal dari kata madaniyah yang berarti peradaban. Masyarakat madani juga
berarti masyarakat yang berperadaban.
4. Berkaitan dengan nomor 3, civil society diartikan masyarakat kota. Hal ini
karena Madinah adalah sebuah negara kota (city-state) yang mengingatkan
27
kita pada polis di zaman Yunani kuno. Masyarakat kota sebagai model
masyarakat yang beradab.
5. Civil society diterjemahkan sebagai masyarakat warga atau kewargaan.
Masyarakat di sini adalah pengelompokan masyarakat yang bersifat otonom
dari negara.
Adanya kebudayaan bermula dari kemampuan akal dan budi daya manusia
dalam menanggapi, merespons, dan mengatasi tantangan alam dan lingkungan dalam
upaya mencapai kebutuhan hidupnya. Dengan potensi akal dan budi inilah manusia
menaklukkan alam. Manusia menemukan dan menciptakan berbagai sarana hidup
sebagai upaya mengatasi tantangan alam. Manusia menciptakan kebudayaan.
Masa dalam kehidupan manusia dapat kita bagi dua, yaitu masa prasejarah
(masa sebelum manusia mengenal tulisan sampai manusia mengenal tulisan) dan
masa sejarah (masa manusia telah mengenal tulisan). Data-data tentang masa
prasejarah diambil dari sisa-sisa dan bukti-bukti yang digali dan diinterpretasi. Masa
sejarah bermula ketika adanya catatan tertulis untuk dijadikan bahan rujukan.
Penciptaan tulisan ini merupakan satu penemuan revolusioner yang genius. Bermula
dari penciptaan properti dan lukisan objek, seperti kambing, lembu, wadah, ukuran
barang, dan sebagainya; diikuti dengan indikasi angka; kemudian diikuti simbol yang
mengindikasikan transaksi, nama, dan alamat yang bersangkutan; selanjutnya simbol
28
untuk fenomena harian, hubungan antara mereka, dan akhirnya intisari, seperti warna,
bentuk, dan konsep.
Ada dua produk revolusioner hasil dari akal manusia dalam zaman prasejarah,
yaitu:
Pada mulanya, roda digunakan hanya untuk mengangkat barang berat di atas
batang pohon. Kemudian, roda disambung dengan kereta, lalu berkembang menjadi
mobil seperti saat ini.
2. Bahasa
Bahasa adalah suara yang diterima sebagai cara untuk menyampaikan pikiran
seseorang kepada orang lain. Bahasa bisa diartikan pula sebagai suatu persetujuan
bersama untuk menginterpretasi bunyi tertentu. Dengan bahasa, kehidupan sosial dan
peradaban pun terlahir.
Mengenai masa prasejarah ini, ada dua pendekatan untuk membagi zaman
prasejarah, yaitu:
29
c. Masa kemahiran teknik atau perundagian, meliputi tradisi semituang
perunggu dan tradisi semituang besi.
A. Pengertian Keindahan
Keindahan berasal dari kata indah berarti bagus, permai, cantik, molek dan
sebagainya. Benda yang mengandung keindahan ialah segala hasil seni dan alam
semesta ciptaan Tuhan. Sangat luas kawasan keindahan bagi manusia. Karena itu
kapan, di mana, dan siapa saja dapat menikmati keindahan.
30
Sejak abad ke-18 pun pengertian keindahan ini telah digumuli oleh para filsuf.
Keindahan dapat dibedakan sebagai suatu kualitas abstrak dan sebagai sebuah benda
tertentu yang indah. Menurut luasnya keindahan dibedakan atas tiga pengertian, yakni
keindahan dalam arti luas, dalam arti estetik murni dan dalam arti terbatas dalam
hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti luas mengandung ide
kebaikan, watak, hukum, pikiran, pendapat dan sebagainya. Keindahan dalam arti
estetik disebutnya “symetria”, jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya
meliputi: keindahan seni, alam, moral dan intelektual.
Definisi keindahan sangat luas, karena itu dalam estetika modern orang lebih
suka berbicara tentang seni dan estetika, karena hal itu merupakan gejala kongkrit
yang dapat ditelaah dengan pengalaman secara empirik dan penguraian sistematik.
Nilai estetik: Nilai berarti kebenaran (worth) atau kebaikan (goodness). Nilai
estetik sesuatu adalah semata-mata realita psikologik yang harus dibedakan secara
tegas dari kegunaan, karena terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada bendanya itu
sendiri.
Nilai ini ada yang membedakan antara nilai subyektif dan nilai obyektif. Ada
lagi nilai perseorangan dengan nilai kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih
31
penting ialah nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik dipandang dari
bendanya, sedangkan nilai intrinsik dari isinya.
B. Makna Keindahan
Sekedar penguat konstatasi di atas, baik juga dilihat beberapa persepsi tentang
keindahan berikut ini:
32
kebaikan. Jadi, yang indah adalah nyata dan yang nyata adalah yang baik
(Shaftesbury).
6. Keindahan adalah sesuatu yang dapat mendatangkan rasa senang (Hume).
7. Yang indah adalah yang paling banyak mendatangkan rasa senang, dan itu
adalah yang dalam waktu sesingkat-singkatnya paling banyak memberikan
pengalaman yang menyenangkan (Hemsterhuis).
33
penggunaan bahasa Inggris yang mengenalnya istilah beauty untuk keindahan
yang pertama, dan istilah The Beautiful untuk pengertian yang kedua, yaitu
benda atau hal-hal tertentu yang memang indah.
3. Pengelompokan pengertian keindahan berdasar luas-sempitnya. Dalam
pengelompokan ini kita bisa membedakan antara pengertian keindahan dalam
arti luas, dalam arti estetik murni, dan dalam arti yang terbatas. Keindahan
dalam arti luas, menurut The Liang Gie, mengandung gagasan tentang
kebaikan. Untuk ini bisa dilihat misalnya dari pemikiran Plato, yang
menyebut adanya watak yang indah dan hukum yang indah: Aristoteles yang
melihat keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan;
Plotinus yang berbicara tentang ilmu yang indah dan kebajikan yang indah
atau bisa pula disimak dari apa yang biasa dibicarakan oleh orang-orang
Yunani Kuno tentang buah pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah.
Secara demikian, keindahan dalam arti luas ini mencakup baik keindahan,
seni, alam, moral atau bahkan intelektual. Sementara itu keindahan dalam arti
estetik murni menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya
dengan segala sesuatu yang diserapnya.
Akal dan budi merupakan kekayaan manusia tidak dimiliki oleh makhluk lain.
Oleh akal dan budi manusia memiliki kehendak atau keinginan pada manusia ini
tentu saja berbeda dengan “kehendak atau keinginan” pada hewan karena keduanya
timbul dari sumber yang berbeda. Kehendak atau keinginan pada manusia bersumber
dari akal dan budi, sedangkan kehendak atau keinginan pada hewan bersumber dari
naluri.
34
kehidupan yang menyenangkan, yang memuaskan hatinya. Sudah bukan rahasia lagi
bahwa yang mampu menyenangkan atau memuaskan hati setiap manusia itu tidak
lain hanyalah sesuatu yang “baik”, yang “indah”. Maka “keindahan” pada hakikatnya
merupakan dambaan setiap manusia, karena dengan keindahan itu manusia merasa
nyaman hidupnya.
35
Keindahan subyektif sangat bergantung kepada selera perorangan, karena
memang sangat relatif. Ia bersumber dari asas kegunaan benda tadi bagi masing-
masing individu. Jadi sangat relatif, artinya sebuah benda sangat bermanfaat bagi
seseorang, namun bagi orang lain tidak berguna, bahkan mungkin sangat tidak
disenangi.
36
2. Makna Kesetaraan Manusia
Kesetaraan berasal dari kata setara atau sederajat. Jadi, kesetaraan juga dapat
disebut kesederajatan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sederajat
artinya sama tingkatan (kedudukan, pangkat). Dengan demikian, kesetaraan atau
kesederajatan menunjukkan adanya tingkatan yang sama, kedudukan yang sama,
tidak lebih tinggi atau tidak lebih rendah antara satu sama lain.
Sudah diakui secara umum bahwa bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa
yang majemuk. Kemajemukan bangsa terutama karena adanya kemajemukan etnik,
disebut juga suku bangsa atau suku. Di samping itu, kemajemukan dalam hal ras,
37
agama, golongan, tingkat ekonomi, dan gender. Beragamnya etnik di Indonesia
menyebabkan banyak ragam budaya, tradisi, kepercayaan, dan pranata kebudayaan
lainnya karena setiap etnis pada dasamya menghasilkan kebudayaan. Masyarakat
Indonesia adalah masyarakat yang multikultur artinya memiliki banyak budaya.
38
a. Jumlah penduduk yang besar.
Indonesia yang jumlah penduduknya sekitar 220 juta jiwa dapat menjadi
potensi yang besar dalam pengadaan tenaga yang besar. Namun, jumlah yang besar
saja tidak mencukupi. Jumlah yang besar itu perlu disertai dengan keterampilan yang
memadai.
c. Posisi silang.
Karena pada daerah tropis yang hanya mengenal dua musim (penghujan dan
kemarau) maka mungkin saja membuat masyarakat Indonesia memiliki budaya yang
santai dan kurang berwawasan ke depan.
Amerika Serikat memang memiliki wilayah yang luas, namun lebih berwujud
benua (kontinen), sedangkan pulau di Indonesia itu berjumlah lebih dari 17.000 pulau
f. Persebaran pulau.
39
2. Kesetaraan Sebagai Warga Bangsa Indonesia
Pengakuan akan prinsip kesetaraan dan kcsederajatan itu secara yuridis diakui
dan dijamin oleh negara melalui UUD 1945. Warga negara tanpa dilihat perbedaan
ras, suku, agama, dan budayanya diperlakukan sama dan memiliki kedudukan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan negara Indonesia mengakui adanya prinsip
persamaan kedudukan warga negara. Hal ini dinyatakan secara tegas dalam Pasal 27
ayat (1) UUD 1945 bahwa “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan
tidak ada kecualinya”.
40
a. Terjadinya segmentasi ke dalam kelompok-kelompok yang seringkali
memiliki kebudayaan yang berbeda.
b. Memiliki struktur sosial yang terbagi-bagi ke dalam lembaga-lembaga yang
bersifat nonkomplementer.
c. Kurang mengembangkan konsensus di antara para anggota masyarakat
tentang nilai-nilai sosial yang bersifat dasar.
d. Secara relatif, sering kali terjadi konflik di antara kelompok yang satu dengan
yang lainnya.
e. Secara relatif, integrasi sosial tumbuh di atas paksaan dan saling
ketergantungan di dalam bidang ekonomi.
f. Adanya dominasi politik oleh suatu kelompok terhadap kelompok yang lain.
41
Konflik atau pertentangan sebenarnya terdiri atas dua fase, yaitu fase
disharmoni dan fase disintegrasi. Disharmoni menunjuk pada adanya gerbedaan
pandangan tentang tujuan, nilai, norma, dan tindakan antarkelompok. Disintegrasi
merupakan fase di mana sudah tidak dapat lagi disatukannya pandangan, nilai, norma,
dan tindakan kelompok yang nenyebabkan pertentangan antarkelompok.
Elly M. Setiadi dkk (2006) mengemukakan ada hal-hal lain yang dapat
dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh pengaruh negatif dari
keragaman, yaitu:
1. Semangat religius.
2. Semangat nasionalisme.
3. Semangat pluralisme.
4. Semangat humanisme.
5. Dialog antarumat beragama.
6. Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi
hubungan antaragama, media massa, dan harmonisasi dunia.
42
a. Adanya persamaan derajat dilihat dari agama, suku bangsa, ras, gender, dan
golongan.
b. Adanya persamaan hak dari segi pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan yang
layak.
c. Adanya persamaan kewajiban sebagai hamba Tuhan, individu, dan anggota
masyarakat.
43
memajukan hak asasi manusia. Di sisi lain, masyarakat juga berhak berpartisipasi
dalam perlindungan, penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia.
44
memberikan nilai pada sesuatu. Sesuatu itu bisa dikatakan adil, baik, indah, cantik,
anggun, dan sebagainya.
Sesuatu dianggap bernilai apabila sesuatu itu memiliki sifat sebagai berikut.
a. Menyenangkan (peasent).
b. Berguna (useful).
c. Memuaskan (satisfying).
d. Menguntungkan (profitable).
e. Menarik (interesting).
f. Keyakinan (belief).
Ada dua pendapat mengenai nilai. Pendapat pertama mengatakan bahwa nilai
itu objektif, sedangkan pendapat kedua mengatakan nilai itu subjektif. Menurut aliran
idealisme, nilai itu objektif, ada pada setiap sesuatu. Tidak ada yang diciptakan di
dunia tanpa ada suatu nilai yang melekat di dalamnya. Dengan demikian, segala
45
sesuatu ada nilainya dan bernilai bagi manusia. Hanya saja manusia tidak atau belum
tahu nilai apa dari objek tersebut. Aliran ini disebut juga aliran objektivisme.
Pendapat lain menyatakan bahwa nilai suatu objek terletak pada subjek yang
menilainya. Misalnya, air menjadi sangat bernilai daripada emas bagi orang kehausan
di tengah padang pasir, tanah memiliki nilai bagi seorang petani, gunung bernilai bagi
seorang pelukis, dan sebagainya. Jadi, nilai itu subjektif. Aliran ini disebut aliran
subjektivisme.
a. Suatu realitas yang abstrak (tidak dapat ditangkap melalui indra, tetapi ada).
b. Normatif (yang seharusnya, ideal, sebaiknya, diinginkan).
c. Berfungsi sebagai daya dorong manusia (sebagai motivator).
Nilai itu ada atau riil dalam kehidupan manusia. Misalnya, manusia mengakui
ada keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak (tidak dapat
diindra). Yang dapat diindra adalah objek yang memiliki nilai keindahan itu.
Misalnya, lukisan atau pemandangan.
Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan (das solen) oleh manusia. Nilai
merupakan sesuatu yang baik yang dicitakan manusia. Contohnya, semua manusia
mengharapkan keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah normatif.
46
b. Nilai vital, yakni sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat
melaksanakan kegiatan.
c. Nilai kerohanian, dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a) Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia (rasio, budi, dan
cipta).
b) Nilai estetika (keindahan) bersumber pada rasa manusia.
c) Nilai kebaikan atau nilai moral bersumber pada kehendak keras, karsa
hati, dan nurani manusia.
d) Nilai religius (ketuhanan) yang bersifat mutlak dan bersumber pada
keyakinan manusia.
Moral berasal dari kata bahasa Latin mores yang berarti adat kebiasaan. Kata
mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals.
Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau
kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang
menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa
Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran
tentang baik-buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap, perbuatan,
kewajiban, dan sebagainya.
47
c. Nilai estetika, yaitu nilai tentang indah jelek.
Nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai bersifat normatif dan
menjadi motivator tindakan manusia. Namun demikian, nilai belum dapat berfungsi
secara praktis sebagai penuntun perilaku manusia itu sendiri. Nilai sendiri masih
bersifat abstrak sehingga butuh konkretisasi atas nilai tersebut.
a. Norma agama, yaitu peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan
larangan yang berasal dari Tuhan.
48
b. Norma moral/kesusilaan, yaitu peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari
hati nurani dan merupakan nilai-nilai moral yang mengikat manusia.
c. Norma kesopanan, yaitu peraturan/kaidah yang bersumber dari pergaulan
hidup antarmanusia.
d. Norma hukum, yaitu peraturan/kaidah yang diciptakan oleh kekuasaan resmi
atau negara yang sifatnya mengikat dan memaksa.
a. Norma agama/religi;
b. Norma moral/kesusilaan.
a. Norma adat/kesopanan;
b. Norma hukum.
1. Norma hukum datangnya dari luar diri kita sendiri, yaitu dari
kekuasaan/lembaga yang resmi dan berwenang.
2. Norma hukum dilekati sanksi pidana atau pemaksa secara fisik. Norma lain
tidak dilekati sanksi pidana secara fisik.
3. Sanksi pidana atau sanksi pemaksa itu dilaksanakan oleh aparat negara.
49
Bagi orang-orang yang tidak patuh kepada norma kesopanan, norma
kesusilaan, dan norma agama dapat menimbulkan ketidaktertiban dalam kehidupan
bersama sehingga perlu memperoleh sanksi yang bersifat memaksa. Misalnya, orang
yang melanggar norma kesopanan tidak mempunyai rasa malu bila disisihkan dari
pergaulan, orang yang melanggar norma kesusilaan tidak akan merasa menyesal.
Orang yang melanggar norma agama tidak akan takut kepada sanksi di akhirat
ataupun akan terguncang kehidupannya. Bagi orang-orang yang demikian ini dapat
menimbulkan kekacauan di masyarakat. Oleh karena itu, norma hukum perlu
dipaksakan agar orang-orang mematuhi peraturan hidup.
Jadi, meskipun telah ada norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, namun
dalam kehidupan bernegara tetap dibutuhkan norma hukum. Norma hukum
dibutuhkan karena dua hal, yaitu:
1. Karena bentuk sanksi dari ketiga norma belum cukup memuaskan dan efektif
untuk melindungi keteraturan dan ketertiban masyarakat.
2. Masih ada perilaku lain yang perlu diatur di luar ketiga norma di atas,
misalnya perilaku di jalan raya.
Norma hukum berasal dari norma agama, kesusilaan, dan kesopanan. Isi
ketiga norma tersebut dapat diangkat sebagai norma hukum.
1. Makna Keadilan
Keadilan berasal dari bahasa Arab adil yang artinya tengah. Keadilan berarti
menempatkan sesuatu di tengah-tengah, tidak berat sebelah, atau dengan kata lain
keadilan berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Berikut ini beberapa
pengertian mengenai keadilan. Berikut ini beberapa pendapat mengenai makna
keadilan.
50
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), keadilan berarti (sifat
perbuatan, perlakuan) yang adil. Keadilan berarti perilaku atau perbuatan yang
dalam pelaksanaannya memberikan kepada pihak lain sesuatu yang
semestinya harus diterima oleh pihak lain.
b. Menurut W.J.S. Poerwodarminto, keadilan berarti tidak berat sebelah,
sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Jadi, dalam pengertian adil termasuk di
dalamnya tidak terdapatnya kesewenang-wenangan. Orang yang bertindak
sewenang-wenang berarti bertindak tidak adil.
c. Menurut Frans Magnis Suseno dalam bukunya Etika Politik menyatakan
bahwa keadilan sebagai suatu keadaan di mana semua orang dalam situasi
yang sama diperlakukan secara sama.
51
2. Fungsi dan Tujuan Hukum dalam Masyarakat
Moral adalah salah satu bagian dari nilai, yaitu nilai moral. Moral berkaitan
dengan nilai baik-buruk perbuatan manusia. Pada dasarnya, manusia yang bermoral
tindakannya senantiasa didasari oleh nilai-nilai moral. Manusia tersebut melakukan
perbuatan atau tindakan moral. Tindakan yang bermoral adalah tindakan manusia
yang dilakukan secara sadar, mau, dan tahu serta tindakan itu berkenaan dengan nilai-
nilai moral. Tindakan bermoral adalah tindakan yang menjunjung tinggi nilai pribadi
manusia, harkat dan martabat manusia.
Nilai moral diwujudkan dalam norma moral. Norma moral, norma kesusilaan,
atau disebut juga norma etik adalah peraturan/kaidah hidup yang bersumber dari hati
nurani dan merupakan perwujudan nilai-nilai moral yang mengikat manusia. Norma
moral menjadi acuan perilaku baik buruknya manusia. Perilaku yang baik adalah
perilaku yang sesuai dengan norma-norma moral. Sebaliknya, perilaku buruk adalah
perilaku yang bertentangan dengan norma-norma moral.
1. Pelanggaran Etik
52
moral yang ada. Masyarakat profesi secara berkelompok membentuk kode etik
profesi. Contohnya, kode etik guru, kode etik insinyur, kode etik wartawan, dan
sebagainya.
2. Pelanggaran Hukum
Kesadaran hukum adalah kesadaran diri sendiri tanpa tekanan, paksaan atau
perintah dari luar untuk tunduk pada hukum yang berlaku. Dengan berjalannya
kesadaran hukum di masyarakat maka hukum tidak perlu menjatuhkan sanksi. Sanksi
hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar terbukti melanggar hukum.
Problema hukum yang berlaku dewasa ini adalah masih rendahnya kesadaran
hukum masyarakat. Akibatnya, banyak terjadi pelanggaran hukum. Bahkan, pada hal-
hal kecil yang sesungguhnya tidak perlu terjadi. Misalnya, secara sengaja tidak
membawa SIM dengan alasan hanya untuk sementara waktu.
53
Pelanggaran hukum dalam arti sempit berarti pelanggaran terhadap peraturan
perundang-undangan negara, karena hukum oleh negara dimuatkan dalam peraturan
perundangan. Kasus tidak membawa SIM berarti melanggar peraturan, yaitu Undang-
Undang N0. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas. Kasus-kasus pelanggaran hukum
banyak terjadi di masyarakat kita mulai dari kasus kecil seperti pencurian dan
perjudian sampai kasus besar seperti korupsi dan aksi teror.
54
sering kali dikatakan sebagai unsur-unsur budaya yang bersifat universal, atau unsur-
unsur kebudayaan universal.
Dalam definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu), istilah Iptek
(ilmu, pengetahuan, dan teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-
sendiri, karena masing-masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot
keilmiahan yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan
pengalaman yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan.
Oleh karena itu, manusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti
dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal. Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang
merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Selanjutnya dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu itu sendiri secara garis besar
dapat dikelompokkan menjadi dua buah golongan besar, yakni ilmu eksak dan
noneksak, atau ilmu pengetahuan alam (IPA) serta ilmu pengetahuan sosial (IPS).
Jika dilihat dari ciri-cirinya serta dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan
55
terbuka lainnya, terletak pada adanya unsur sistematika, objek kajian, ruang lingkup
kajian, serta metode yang diterapkan serta dikembangkannya. Jadi, ilmu
sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf tertentu yang telah
memenuhi sistematlka, memiliki objek kajian, dan metode pembahasan akan kajian
tersebut.
56
umum, konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain
itu, bahwa dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya
kerancuan, kesemrawutan pikiran, atau penentangan kontradiktif di antara
satu sama lainnya.
Manusia dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan untuk memilih dan
mengembangkan mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan dengan
potensinya pula manusia dapat menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta
ini sehingga lahirlah apa yang kemudian disebut sebagai sains, teknologi, dan seni
(disingkat Ipteks). Pada saat ini, perkembangan Ipteks sudah sedemikian pesatnya,
bahkan telah berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
57
kehidupan manusia, dan pengaruh tersebut menyangkut pola pikir, pola kerja, pola
hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi penguasaan terhadap
Ipteks, harusnya manusia semakin kritis dalam berpikir, semakin disiplin dalam
bekerja, dan semakin efisien dalam bertindak. Akan tetapi, pada kenyataannya
kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai dengan semua fasilitas dan produk
yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.
Dalam kehidupan modern, hampir tidak ada orang yang hidup tanpa
menggunakan jasa Iptek. Semakin tinggi orang yang menggunakan jasa Iptek,
semakin tinggi pula tingkat ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak
langsung dari kemajuan Iptek adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktivitas.
Memang Iptek diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan
memperingan beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi
ringan. Namun, dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
dapat mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tak sadar
bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif, hedonistik,
dan materialistik.
58
Keempat persoalan di atas kini secara langsung telah menyentuh sendi-sendi
kehidupan manusia yang menuntut keterlibatan semua pihak, yang pada akhirnya ikut
menentukan pula kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.
59
material, atau electronic/electromagnetic materials. Pembentukan material komposit
yang semula hanya menggunakan jenis-jenis polimer sebagai serat penguat/matriks
juga digunakan pada struktur pesawat terbang, printed circuit board, dan lain-lainnya,
telah berkembang dan akan terus berkembang dengan menggunakan bahan-bahan
serat lainnya, seperti kaca/gelas, karbon, logam, ataupun keramik.
60
dikembangkan di cabang-cabang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti
mikrobiologi, bioengineering, genetic engineering, dan sebagainya.
61
memakai, lebih suka membuat daripada sekedar membeli, serta lebih suka
belajar dan berkreasi daripada sekedar menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum optimalnya peran Iptek dalam mengatasi degradasi fungsi lingkungan
hidup. Kemajuan Iptek berakibat pula pada munculnya permasalahan
lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh belum berkembangnya
sistem manajemen dan teknologi pelestarian fungsi Ijngkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam mengantisipasi dan menanggulangi
bencana alam. Wilayah Indonesia dalam konteks ilmu kebumian global
merupakan wilayah yang rawan bencana. Banyaknya korban akibat bencana
alam merupakan indikator bahwa pembangunan Indonesia belum berwawasan
bencana. Kemampuan Iptek nasional belum optimal dalam memberikan
antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan bencana alam,
seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir, longsor,
gempa bumi, dan tsunami.
Lingkungan adalah suatu media di mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan
memiliki karakter serta fungsi yang khas yang mana terkait secara timbal balik
dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang
memiliki peranan yang lebih kompleks dan riil (Elly M. Setiadi, 2006). Lingkungan
62
hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk
hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya. Menurut Pasal 1
UndangUndang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup,
dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lain.
Lingkungan hidup tidak bisa dipisahkan dari ekosistem atau sistem ekologi.
Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup
(dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem.
Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu sistem kehidupan di mana terdapat
campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem. Manusia adalah bagian dari
ekosistem.
Komponen lingkungan terdiri dari faktor abiotik (tanah, air, udara, cuaca,
suhu) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas
lingkungan alam dan lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang
diciptakan Tuhan untuk manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam.
Jenis lingkungan alam antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai, dan lain-lain.
Lingkungan buatan dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah,
taman kota, dan lain-lain. Ada pula lingkungan alam, tetapi sudah merupakan hasil
peradaban manusia. Artinya, lingkungan alam itu sudah mendapat sentuhan tangan
manusia. Contohnya, persawahan yang berundak-undak, pegunungan di California
AS yang dipahat menjadi beberapa tokoh presiden.
63
berbagai kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan
ekosistcm (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang
(sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan).
64
terbersih; para kepala sekolah yang menerima penghargaan Adhiwiyata atas
keberhasilannya dalam menjadikan sekolah berbudaya lingkungan.
Sudah sejak dulu manusia mencari lingkungan yang memiliki daya dukung
yang baik bagi kehidupannya. Contohnya, manusia menempati daerah yang memiliki
sumber mata air, misalnya menempati daerah sekitar sungai, tepi rawa, lereng
gunung, dan sebagainya. Kota-kota kuno atau peradaban lama banyak menempati
daerah yang dekat dengan sungai, misalnya peradaban kuno di tepi Sungai Nil. Kota-
kota besar di Indonesia juga banyak yang berada di tepi pantai atau dekat dengan laut,
misalnya Jakarta, Surabaya, dan Makasar.
65
sebelumnya gersang, seperti daerah gurun di Arab sekarang ini sudah bisa ditanami
pepohonan. Manusia membuat saluran khusus untuk menyalurkan air sungai ke
wilayah tersebut. Bahkan, dalam waktu tertentu dibuat hujan buatan.
Dewasa ini, manusia dengan kemampuan ilmu pengetahuan yang maju dan
teknologi modern dapat mengatasi keterbatasan lingkungan, terutama yang bersifat
fisik atau lingkungan alam. Daerah-daerah yang pada masa lalu dianggap tidak
mungkin dapat digunakan sebagai tempat hidup, sekarang ini dimungkinkan. Daerah
itu sekarang mampu memberi kesejahteraan bagi hidup manusia berkat penerapan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan
kualitas hidup manusia melalui penciptaan lingkungan hidup yang mendukungnya.
66
Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
yang mengatur hak, kewajiban, dan peran warga negara perihal pengelolaan ini. Hak,
kewajiban, dan peran itu sebagai berikut.
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan
sehat.
b. Setiap orang mempunyai hak atas informasi lingkungan hidup yang berkaitan
dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
c. Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan
hidup.
d. Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan berkewajiban
memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai pengelolaan
lingkungan hidup.
e. Masyarakat mempunyai kesempatan yang sama dan seluas-luasnya untuk
berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
67
dan objek dari pembangunan negara. Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh
penduduk negara dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan
penduduk yang bersangkutan.
68
C. Problematika Lingkungan Sosial Budaya yang dihadapi Masyarakat
69
2. Pranata dalam Lingkungan Sosial
Pranata sosial (institution) menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut
suatu warga masyarakat dalam berinteraksi (Koentjaraningrat, 1996). Pranata adalah
suatu sistem nonna khusus yang menata rangkaian tindakan berpola mantap guna
memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Sistem norma
khusus dimaksudkan sebagai sistem aturan-aturan, artinya perilaku itu berdasarkan
pada aturan-aturan yang telah ditetapkan., Contohnya, permainan silat yang
diperagakan anak-anak sekolah yang sedang istirahat dan pertandingan silat dalam
suatu kejuaraan. Contoh pertama bukan pranata karena berlangsung dalam situasi
tidak resmi dan tidak adanya aturan baku yang ditetapkan, sedangkan contoh kedua
merupakan pranata, sebab berlangsung dalam situasi resmi dengan mendasarkan pada
aturan pertandingan silat yang telah ditetapkan.
70
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) dapat dikatakan sebagai integrasi dari
kajian Ilmu Sosial Dasar (ISD) dan Ilmu Budaya Dasar (IBD). Kajian ISBD
mencakup masalah sosial dan budaya serta keberadaan manusia sebagai subjek bagi
masalah tersebut sehingga dapat meningkatkan wawasan, kepekaan, serta berempati
terhadap masalah maupun pemecahannya.
3.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa harus mengetahui kajian ilmu sosial dan budaya,
karna itu merupakan dasar kita untuk mengajarkan kepada peserta didik. Dari
makalah yang saya buat jika pembaca menemukan kata-kata yang rumpang dan tidak
sesuai, mohon saran dan kritikannya agar dalam pembuatan makalah-makalah
berikutnya akan lebih baik lagi.
71
DAFTAR PUSTAKA
Elly M. Setiadi, dkk. 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada
Media.
Herimanto. 2015. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sutopo Mulyawidodo, dkk. 2005. Ilmu Sosial Dasar dan Budaya Dasar. Surakarta:
UNS Press.
Wahyu Ramdani. 2008. Ilmu Budaya Dasar. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Widagdho Djoko. 2012. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Winarno. 2015. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
72