Anda di halaman 1dari 4

PENGARUH PERENDAMAN CETAKAN ALGINAT DALAM

CHLOROXYLENOL TERHADAP JUMLAH Streptococcus mutant DAN

PERUBAHAN DIMENSI MODEL KERJA

Pencetakan Gigi dan Rongga Mulut


Pengambilan cetakan gigi dan rongga mulut merupakan langkah awal dalam pembuatan
gigitiruan. Pencetakan dilakukan untuk mendapatkan cetakan negatif yang selanjutnya diisi
dengan dental gipsum untuk mendapatkan model studi maupun model kerja. Pencetakan
dianjurkan untuk tidak langsung dilakukan setelah pekerjaan profilaksis, karena bila masih ada
perdarahan pada gusi, pengerasan alginat akan terpengaruh.(1)
Alginat tidak melekat pada permukaan sendok cetak sehingga retensi harus dipersiapkan
dengan menggunakan suatu sendok cetak berlubang atau suatu bahan perekat. Lubang-lubang
tersebut juga memungkinkan alginat mengalir keluar.(2)
Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang gigi.
Kadang-kadang sendok harus dikeluarkan dengan cara melepas penutupan tepi pada sisi kiri atau
kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya
distorsi.(2)
Hidrokoloid adalah bahan yang bergantung pada kecepatan dan regangan. Jadi, ketahanan
terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba. 1 Jika
cetakan dilepas perlahan-lahan, kerusakan alginat cenderung akan terjadi.(2)
Seorang dokter gigi sebaiknya mengetahui mikroorganisme yang terdapat di dalam
rongga mulut, terutama yang dapat menimbulkan karies dan penyakit periodontal. Rongga mulut
bayi yang baru lahir tidak mengandung bakteri, tetapi tidak lama kemudian akan terbentuk
koloni dari streptococcus salivarius, dan seiring dengan bertumbuhnya gigi-geligi maka akan
terbentuk koloni streptococcus mutans yang berperan dalam terjadinya karies dan streptococcus
sanguis yang dicurigai sebagai penyebab dari sebagian besar kasus subacute bacterial
endocarditis.(1)
Mikroorganisme Rongga Mulut
Rongga mulut adalah ekosistem mikroba tubuh manusia yang paling kompleks dan
paling mudah diakses. Populasi mikroorganisme banyak terdapat di dalam rongga mulut. Gigi,
gingiva, lidah, tenggorokan dan mukosa bukal semuanya memberikan permukaan yang berbeda.
Daerah membran mukosanya sangat basah dan hangat serta baik untuk pertumbuhan mikroba.
Produksi konstan saliva, pemberian gula dan asam amino intermiten dari makanan yang tertelan
memberikan nutrisi untuk pertumbuhan mikroba. Rongga mulut manusia adalah rumah bagi
sekitar 700 spesies bakteri yang teridentifikasi. Jumlah ini mungkin akan mendekati 1000 di
masa depan ketika semua taksiran dan filum telah dicatat. Rongga mulut juga merupakan rumah
bagi setidaknya 30 spesies jamur (terutama dari genus Candida), beberapa spesies protozoa, dan
berbagai virus intraselular. Bakteri yang ditemukan pada rongga mulut biasanya menguntungkan
termasuk golongan difteroid, bakteroid, laktobasil, dan mikrokokus. Streptococus dan
Staphylococcus adalah bakteri patogen yang potensial dan dihubungkan dengan penyakit rongga
mulut. Umumnya dalam satu subjek, biasanya ditemukan 20-50 spesies bakteri pada rongga
mulut yang sehat. Pada rongga mulut yang sakit ada kecenderungan jumlah spesies berbeda yang
lebih tinggi untuk hadir, mungkin 200 atau lebih.(3,4)
Kesehatan rongga mulut erat kaitannya dengan kesehatan umum dan begitu juga
sebaliknya. Menjaga dan mempertahankan kesehatan rongga mulut sangatlah penting. Rongga
mulut adalah penghubung antara tubuh dan lingkungan luar yang dapat bertindak sebagai tempat
masuk beberapa patogen mikroba, terutama dari udara atau melalui konsumsi makanan. Penyakit
yang terlokalisir di tempat lain di tubuh dapat tercermin di mulut melalui saliva. Akibatnya
saliva menjadi semakin dikenal sebagai cairan diagnostik utama. Misalnya candidosis oral pada
orang dewasa muda yang sehat sebelumnya dapat menjadi tanda pertama infeksi HIV, sementara
antibodi terhadap berbagai virus dapat dideteksi dalam air liur.(5)

Desinfeksi
Desinfeksi adalah upaya untuk membunuh organisme-organisme patogen (kecuali spora)
dengan cara fisik atau kimia dan dilakukan pada benda mati.31,34 Desinfeksi bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau fisik, hal ini dapat
mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Metode desinfeksi diantaranya adalah pemanasan,
ultrasonik, dan senyawa kimia. Desinfektan yang biasa digunakan didunia kedokteran gigi
adalah iodofor, alkohol, aldehid, klorin, dan peroksigen.(6,7)
Kebutuhan akan mendesinfeksi cetakan telah berkembang luas. Kebanyakan
laboratorium teknik gigi tidak menerima hasil cetakan kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa
hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Operator secara terus menerus terkena
mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi pilek, pneumonia, TBC, herpes, dan hepatitis.
(6)
ADA menganjurkan semua hasil cetakan harus disiram terlebih dahulu dengan air mengalir
dan didesinfeksi sebelum dikirim ke laboratorium dental. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
dan mencegah infeksi iatrogenik, nosokomial atau paparan darah, dan materi menular lainnya.
(8,9,10)
DAFTAR PUSTAKA

1. Haryanto G. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan jilid II. Jakarta: Hipokrates;
1991. h. 52; 63; 67; 70; 72-3; 75; 77.
2. Basker RM. Perawatan prostodontik bagi pasien tak bergigi edisi ke-3. Alih bahasa:
Soebekti TS, Arsil H. Jakarta: EGC; 1994, h. 70-1; 131-2.
3. Lamon RJ, Jenkinson HF. Oral microbiology at a glance. United Kingdom: Blackwell
publishing, 2007: 3.
4. Philip DM, Michael VM. Oral Microbiology. 4 th ed., Philadelphia: Elsevier, 2009: 41-2.
5. Samaranayake L. Essential microbiology for dentistry. 3 th ed., Philadelphia: Elsevier,
2002. 27-35.
6. Sumadhi S. Perubahan dimensi hasil cetakan gigi dan mulut. Medan: USU Press, 2010:
28-81.
7. Julie GA, Neenu MV, Joy PT, et al. Infection Control In Dental Office: A Review. IOSR-
JDMS 2016; 15(2) : 10-5.
8. Lugito MDH. Kontrol infeksi dan keselamatan kerja dalam praktek kedokteran gigi.
Jurnal PDGI 2013; 62(1): 24-30.
9. Sousa JC, Tabaio AM, Silva A, et al. The effect water and sodium hypoclorite
disinfection on alginate impression. Rev Port Estomatol Med Dent Cir Maxilofac 2013;
54(1): 8-12
10. Sari DF, Parnaadji RR, Sumono A. Pengaruh teknik desinfeksi dengan berbagai macam
larutan desinfektan pada hasil cetakan alginat terhadap stabilitas dimensional. Jurnal
Pustaka Kesehatan 2013; 1(1) : 29-34.

Anda mungkin juga menyukai