Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN RASA AMAN DAN NYAMAN

LAPORAN PENDAHULUAN

I. Konsep Kebutuhan
I.1 Defenisi kebutuhan rasa aman dan nyaman
Kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan
dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang
meningkatkan penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika
individu mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap
suatu ransangan (Potter & Perry, 2016).

Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan psikologis. Pemenuhan
kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga tubuh bebas dari kecelakaan baik
pasien, perawat atau petugas lainnya yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan
tersebut (Asmadi, 2008).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami sensasi yang


tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan yang berbahaya
(Carpenito, 2006).

I.2 Fisiologi sistem/ fungsi normal sistem rasa aman dan nyaman
Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju kebatang otak
dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi sebagai bagian dari
respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada sistem saraf otonom
menghasilkan respon fisiologis.

I.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan pada fungsi system rasa aman dan
nyaman
I.3.1 Emosi
Kecemasan, depresi, dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi
keamanan dan kenyamanan.
I.3.2 Status Mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot, dan kesadaran menurun
memudahkan terjadinya resiko injuri.
I.3.3 Gangguan Persepsi Sensori
Mempengaruhi adaptasi terhadaprangsangan yang berbahayaseperti
gangguan penciuman dan penglihatan.
I.3.4 Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
I.3.5 Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
I.3.6 Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
I.3.7 Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
I.3.8 Penggunaan antibiotik yang tidak rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
I.3.9 Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
I.3.10 Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri.
I.3.11 Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
I.3.12 Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.
I.4 Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem rasa aman dan
nyaman
I.4.1 Jatuh
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh kecelakaan
yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami pasien lansia.
I.4.2 Oksigen
Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan
mempengaruhi keamanan pasien.
I.4.3 Pencahayaan
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata
pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan
pasien rawat inap.

II. Rencana asuhan keperawatan klien dengan gangguan kebutuhan rasa aman dan
nyaman
II.1Pengkajian
II.1.1 Riwayat keperawatan
II.1.1.1Riwayat penyakit sekarang
Lingkungan, kebisingan mempengaruhi rasa aman dan nyaman.
Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial
yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan
kelangsungan hidup klien. Keamanan yang ada dalam lingkungan
ini akan mengurangi insiden terjadinya penyakit dan cedera yang
akan mempengaruhi rasa aman dan nyaman klien.
II.1.1.2Riwayat penyakit dahulu
Trauma pada jaringan tubuh, misalnya ada luka bekas operasi/
bedah menyebabkan terjadinya kerusakan jaringan dan iritasi
secara langsung pada reseptor sehingga mengganggu rasa nyaman
klien.
II.1.1.3Riwayat penyakit keluarga
Riwayat kesehatan keluarga juga dapat menyebabkan gangguan
rasa aman dan nyaman. Karena dengan adanya riwayat penyakit
maka klien akan beresiko terkena penyakit sehingga menimbulkan
rasa tidak nyaman seperti nyeri.
II.1.2 Pemeriksaan fisik
2.1.2.1 Ekspresi wajah
a. Menutup mata rapat-rapat.
b. Membuka mata lebar-lebar.
c. Menggigit bibir bawah.
2.1.2.2 Verbal
a. Menangis.
b. Berteriak.
2.1.2.3 Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah.
b. Nadi.
c. Suhu.
d. Pernapasan.
2.1.2.4 Ekstremitas
Amati gerak tubuh pasien untuk mealokasikan tempat atau rasa
yang tidak nyaman, seperti:
a. Menendang-nendang.
b. Membolak-balikkan tubuh diatas kasur.
c. Respon fisiologis untuk nyeri bervariasi bergantung pada
sumber dan durasi nyeri.
2.1.2.5 Karakteristik nyeri
a. Faktor pencetus (Provocate)
Faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri.
Provokatif yaitu apa yang membuat terjadinya timbulnya
keluhan, hal-hal apa yang memperingan dan memperberat
keadaan atau keluhan klien tersebut yang dikembangkan dari
keluhan utama.
b. Kualitas (Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang
diungkapkan oleh klien, mendeskripsikan nyeri dengan
kalimat-kalimat: tajam tumpul, berdenyut, berpindah-pindah,
seperti tertindih, perih, tertusuk.
c. Lokasi (Region)
Daerah penjalaran nyeri, lokasi keluhan tersebut dirasakan
atau ditemukan, apakah juga penyebaran ke area lain, daerah
atau area penyebarannya.
d. Keparahan (Severe/scale)
Pengkajian untuk menggambarkan nyeri yang dirasakan
sebagai berikut:
1 : tidak nyeri.
1-3 : nyeri ringan (klien dapat berkomunikasi dengan baik).
4-6 : nyeri sedang (klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan
nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik).
7-9 : nyeri berat (klien terkadang tidak dapat mengikuti
perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat
mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih
posisi, napas panjang dan distraksi).
10 : nyeri sangat berat (klien sudah tidak bisa
berkomunikasi).
e. Durasi (Time)
Kapan keluhan mulai ditemukan atau dirasakan, berapa sering
dirasakan atau terjadi, apakah secara bertahap, apakah keluhan
berulang-ulang, bila berulang dalam selang waktu berawal
lama hal itu untuk menentukan waktu dan durasi. Lama waktu
serangan atau frekuensi nyeri.
II.1.3 Pemeriksaan penunjang
II.1.3.1Laboratorium
Pemeriksaan penunjang berupa data laboraturium yang
menunjukan adanya infeksi peningkatan leukosit (normalnya
4.500-11.000/ml), peningkatan laju endap darah (LED), leukositas,
serta kultur urine, darah, dan secret yang menunjukan adanya
mikroorganisme patogen.
II.1.3.2USG
USG digunakan untuk data penunjang apabila ada rasa tidak
nyaman pada bagian perut.
II.1.3.3Rontgen
Rontgen untuk mengetahui tulang/organ yang abnormal yang dapat
mengganggu rasa nyaman klien.

II.2Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. a. Subjektif Agen-agen penyebab Nyeri akut
pasien mengungkapkan secara verbal cedera (misalnya,
atau melaporkan nyeri dengan isyarat. biologis, kimia, fisik
Karakteristik nyeri (PQRST). dan psikologis).
b. Objektif
1) Posisi untuk menghindari nyeri.
2) Perubahan tonus otot.
3) Perubahan selera makan.
4) Tampak meringis kesakitan.
5) Ekspresi wajah pucat.
6) Tampak luka.
2. a. Subjektif Perubahan dalam status Ansietas
Pasien mengatakan takut dengan kesehatan.
penyakit yang dideritanya.
b. objektif
1) Perilaku
a) Penurunan produktivitas
b) Mengekspresikan kehawatiran
akibat perubahan dalam
peristiwa hidup
c) Gerakan yang tidak relevan
d) Gelisah
e) Memandang sekilas
f) Insomnia
2) Afektif
a) Gelisah
b) Kesedihan yang mendalam
c) Distres
d) Ketakutan
e) Perasaan tidak adekuat
3) Fisiologis
a) Wajah tegang
b) Insomnia
c) Peningkatan keringat
d) Peningkatan ketegangan
e) Terguncang
3. a. Subyektif a. Gejala terkait Gangguan Rasa
Pasien mengatakan tidak nyaman penyakit Aman Nyaman
karena tubuhnya terasa sakit. b. Sumber yang
b. obyektif tidak adekuat
1) Menangis c. Kurang
2) Gangguan pola tidur pengendalian
3) Takut lingkungan
4) Ketidakmampuan untuk rileks d. Kurang privasi
5) Melaporkan perasaan tidak nyaman e. Kurang kontrol
6) Melaporkan distress situasi
7) Melaporkan kurang puas dengan
keadaan
II.3Diagnosa Keperawatan
II.3.1 Diagnosa 2: Nyeri akut
Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat adanya
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, awitan yang tiba-tiba atau
perlahan dengan intensitas ringan sampai berat.
II.3.2 Diagnosa 1: Ansietas
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonom, perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya.
Perasaan ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan
untuk menghadapi ancaman.
II.3.3 Diagnosa 3: Gangguan rasa nyaman
Merasa kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, ligkungan dan sosial.

II.4Nursing Care Planning (NCP)

NIC
Diagnosa NOC
No. (Nursing Intervention
Keperawatan (Nursing Outcome)
Clasification)
1. Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen nyeri (Pain
agen cidera selama 3x9 jam diharapkan nyeri dapat Mangement):
teratasi Kriteria Hasil : - Lakukan pengkajian
Pain level secara komprehensif.
Indikator IR ER - Obsevasi reaksi
1. Melaporkan nyeri 3 5 nonverbal dari
2. Luas bagian tubuh yang ketidaknyaman.
terpengaruh nyeri 2 4 - Gunakan teknik
3. Menggosok area nyeri 3 5 komunikasi terapiutik.
4. Ekspresi wajah saat nyeri 3 4 - Kaji kultur yang
5. Frekuensi nyeri 2 5 mempengaruhi respon
6. Panjang episode nyeri 3 5 nyeri.
7. Perubahan pada tvv 4 5 - Evaluasi pengalaman
8. Keringat berlebih 3 4 nyeri masa lampau.
9. Kehilangan selera makan 2 5 - Evaluasi bersama
pasien dan tim
Ket : kesehaan lain tentang
1. Keluhan ekstrim ketidakefektifan kontrol
2. Keluhan berat nyeri masa lampau.
3. Keluhan sedang - Bantu pasien dan
4. Keluhan ringan keluarga untuk mencari
5. Tidak ada keluhan dan menemukan
dukungan.
- Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri.
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri.
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri.
- Kaji tipe dan sumber
nyeri.
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi.
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
- Evaluasi keefektifan
kontol nyeri.
- Tingkatkan istirahat.
- Kolaborasi dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri.

Pemberian obat
analgetik (analgesic
administration):
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat.
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis
dan frekuensi.
- Cek riwayat alergi.
- Pilih analgetik yang
diperlukan.
- Tentukan analgetik
pilihan, rute pemberian
secara IV/IM, dan dosis
optimal.
- Monitor tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgetik
pertama kali.
- Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat.
- Evaluasi efektivitas
analgetik, tanda dan
gejala.
2. Ansietas b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Penurunan kecemasan
perubahan selama 3x9 jam diharapkan ansietas dapat (anxiety reduction):
status teratasi Kriteria Hasil : - Gunakan pendekatan
kesehatan Anxiety control yang menenangkan.
Indikator IR ER - Nyatakan dengan jelas
1. Monitor intensitas harapan terhadap
kecemasan. 2 4 pelaku pasien.
2. Menyingkirkan tanda - Jelaskan semua
kecemasan. 3 4 prosedur dan apa yang
3. Menurunkan stimulasi dirasakan selama
lingkungan ketika cemas. 3 5 prosedur.
4. Merencanakan strategi - Pahami presfektif
koping untuk situasi pasien terhadap situasi
penuh stres. 2 4 stres.
5. Mencari informasi untuk - Temani pasien untuk
menurunkan cemas. 3 4 memberikan keamanan
6. Menggunakan strategi dan mengurangi takut.
koping efektif. 3 5 - Dorong keluarga untuk
7. Menggunakan teknik menemani anak.
relaksasi untuk - Lakukan back/neck rub.
menurunkan kecemasan. 2 4 - Dengarkan dengan
8. Melaporkan penurunan penuh perhatian.
durasi dari episode cemas. 3 4 - Identifikasi tingkat
9. Melaporkan peningkatan kecemasan.
rentang waktu antara - Bantu pasien mengenal
episode cemas. 2 4 situasi yang
10. Mempertahankan menimbulkan
penampilan peran. 3 5 kecemasan.
11. Mempertahankan - Dorong pasien untuk
hubungan sosial. 3 5 mengungkapkan
12. Mempertahankan perasaan, ketakutan,
konsentasi. 2 5 persepsi.
13. Melaporkan tidak adanya - Instruksikan pasien
gangguan persepsi sensori. 3 4 menggunakan teknik
14. Melaporkan tidak adanya relaksasi.
manifestasi fisik dari - Berikan obat untuk
kecemasan. 3 5 mengurangi kecemasan.
15. Melaporkan pemenuhan
kebutuhan tidur adekuat. 3 5

Ket :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan tindakan keperawatan - Memberikan suhu yang
aman nyaman selama 3x9 jam diharapkan gangguan rasa nyaman untuk klien.
b.d gejala aman nyaman dapat teratasi Kriteria Hasil : - Lakukan pendekatan
terkait penyakit Indikator IR ER kepada klien.
1. Ekspresi wajah tenang 4 1 - Anjurkan klien untuk
2. Kesadaran membaik 3 1 beristirahat.
3. Pasien merasa nyaman 3 1 - Jelaskan dan anjurkan
teknik distraksi.
Ket : - Posisikan klien
1. Selalu senyaman mungkin.
2. Sering - Ajarkan teknik
3. Kadang-kadang relaksasi.
4. Jarang - Ajarkan klien untuk
5. Tidak pernah nafas dalam.

II.5Implementasi Keperawatan

No. Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Nyeri akut b.d 1) Mengajarkan S: pasien mengatakan tidak nyeri lagi
agen cedera manajemen nyeri O: tampak rileks, tidak meringis dan
2) Memberikan obat nafsu makan baik
analgetik A: Masalah teratasi
Indikator IR ER
1. Melaporkan nyeri 3 5
2. Luas bagian tubuh
yang terpengaruh 2 4
nyeri 3 5
3. Menggosok area 3 4
nyeri 2 5
4. Ekspresi wajah saat 3 5
nyeri 4 5
5. Frekuensi nyeri 3 4
6. Panjang episode 2 5
nyeri
7. Perubahan pada tvv
8. Keringat berlebih
9. Kehilangan selera
makan
P: Intervensi dihentikan
2. Ansietas b.d 1) Melakukan bimbingan S: Pasien mengatakan kecemasannya
perubahan status antisipasi berkurang
kesehatan 2) Mengajarkan cara O: Pasien tidak gelisah dan wajah
peningkatan koping tampak tenang
3) Mengunakan A: Masalah teratasi
pendekatan yang Indikator IR ER
menenangkan. 1. Monitor intensitas
4) Menjelaskan semua kecemasan. 2 4
2. Menyingkirkan tanda
prosedur dan apa yang
kecemasan. 3 4
dirasakan selama 3. Menurunkan
prosedur. stimulasi lingkungan 3 5
5) Memahami presfektif ketika cemas.
pasien terhadap situasi 4. Merencanakan
stres. strategi koping untuk 2 4
6) Mendorong keluarga situasi penuh stres.
5. Mencari informasi 3 4
untuk menemani anak.
untuk menurunkan
7) Mendengarkan dengan cemas. 3 5
penuh perhatian. 6. Menggunakan strategi
8) Mengidentifikasi koping efektif.
tingkat kecemasan. 7. Menggunakan teknik 2 4
9) Membantu pasien relaksasi untuk
mengenal situasi yang menurunkan 3 4
kecemasan.
menimbulkan
8. Melaporkan
kecemasan. penurunan durasi dari 2 4
10) Mendorong pasien episode cemas.
untuk mengungkapkan 9. Melaporkan 3 5
perasaan, ketakutan, peningkatan rentang
persepsi. waktu antara episode 3 5
cemas.
11) Menginstruksikan
10. Mempertahankan 2 5
pasien menggunakan penampilan peran.
teknik relaksasi. 11. Mempertahankan 3 4
hubungan sosial.
12. Mempertahankan
konsentasi. 3 5
13. Melaporkan tidak
adanya gangguan 3 5
persepsi sensori.
14. Melaporkan tidak
adanya manifestasi
fisik dari kecemasan.
15. Melaporkan
pemenuhan
kebutuhan tidur
adekuat.
P: Intervensi dihentikan
3. Gangguan rasa 1) Memberikan suhu yang S: pasien mengatakan sudah merasa
nyaman b.d nyaman untuk klien. nyaman dengan kesehatannya
gejala terkait 2) Melakukan pendekatan O: tampak tenang dan tidak gelisah
penyakit kepada klien. A: Masalah teratasi
3) Menganjurkan klien Indikator IR ER
untuk beristirahat. 1. Ekspresi wajah 4 1
4) Menjelaskan dan tenang 3 1
anjurkan teknik 2. Kesadaran membaik 3 1
distraksi. 3. Pasien merasa
5) Memposisikan klien nyaman
senyaman mungkin. P: Intervensi dihentikan
6) Mengajarkan teknik
relaksasi.
7) Mengajarkan klien untuk
nafas dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan


Dasar Klien. Jkarta: Salemba Medika.

Anonim. (2016). Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Aman Nyaman Praktik


Keterampilan Dasar Dalam Keperawatan.

Carpenito. (2006). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kemenkes. (2016). Asuhan Keperawatan Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman.


Nurarif A.H dan Kusuma, H. (2015). Asuhan Keperawatn Praktis. Jakarta: Mediaction.

Potter & Ferry. (2016). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Prasetyo, S.N. (2010). Konsep dan Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Wilkinson J.M & Ahern N.R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai