Bab Ii
Bab Ii
Proses
PembuataH
emat Energi
Material Tidak
lokal yang memyebab
mudah kan polusi
didapatkan
Kriteria
Material
Low Cost
Housing Non Toxic
Dapat
didaur
ulang
Seperti contoh pada R50 Cohousing Jerman, terdapat ruang-ruang yang bisa
menjadi tempat berinteraksi antara penghuni seperti rang cuci bersama dan ruang
komunal yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagi tempat bersosialisasi. Ciri
lain dalam cohousinf tersebut tempat parkir yang disediakan sangat terbatas dalam
beberapa desain cohousing tempat parkir diletakkan jauh diluar.
Kampung kota atau yang lebih dikenal sebagai daerah slum merupakan
sebutan daerah permukiman yang dihuni oleh kalangan masyarakat
berpenghasilan rendah atau masyarakat menengah kebawah. Munculnya kawasan
kampong kota ini dilatar belakangi oleh faktor pembangunan nasional yang belum
merata sehingga menyebabkan banyaknya urbanisasi masyarakat dari desa ke kota
dalam upayanya untuk mencari peruntungan yang lebih baik di kota. Rata-rata
kaum urbanisasi ini tidak dibekali dengan keterampilan yang baik sehingga pada
saat mereka sampai di kota banyak diantara mereka bekerja di sector informal.
Ciri kampung kota adalah biasanya terletak dikawasan strategis dekat
dengan pusat perdaganan, memiliki kepadatan yang tinggi, diantara mereka
bekerja di sector informal seperti berdagang, kehidupan pribadi yang tidak terlalu
terpisah, masih terbawa tradisi keguyuban yang erat diantara tetangga serta
banyak timbul masalah sosial seperti kejahatan, kekerasan dan lainnya. Saat ini di
DKI Jakarta menurut BPS 20-30% penduduknya masih tinggal di kawasan
kumuh.
Para penghuni kampung secara ekonomi, sosial dan budaya sebenernya
berintegrasi dengan penduduk kota. Secara ekonomi, penduduk kampung kota
ikut memberikan andil dalam perekonomian kota karena sektor informal mereka
memberikan kemudahan bagi pekerja-pekerja kelas bawah untuk memiliki biaya
hidup yang murah. Secara budaya mereka memiliki keinginan yang sama seperti
masyarakat kota kelas kota pada umumnya untuk bekerja keras menjadi orang
yang berhasil. Sedangkan secara sosial seolah mereka terbuang dalam kelompok
sosial dan dianggap sebagai “sampah” yang merusak citra kota, namun
sebenarnya mereka memiliki budaya sosial dan organisasi sosial sendiri.
Menurut Dovey & King (2012) dalam Abdul Jabar (2019) kampung kota
merupakan bentuk pemukiman swadaya yang dibangun oleh para penghuninya
tanpa mengikuti ketentuan-ketentuan pembangunan formal dari pemerintah. Oleh
karena itu kampung dapat juga disebut sebagai bentuk pemukiman vernakular,
dimana metode konstruksi bangunan menggunakan material lokal dan dibangun
secara tradisional. Sedangkan menurut KBBI Daring dalam Abdul Jabar (2012)
kampung merupakan kelompok rumah yang merupakan bagian kota yang
biasanya dihuni oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sedangkan manurut Abdul Jabar (2019) kampung kota dihuni berbagai kalangan
masyarakat secara individu dan komunal yang membentuk dan menopang diri
kampung kota dalam ikatan mutualisme informal dan formal dengan berbagai
kegiatan berkelanjutan pada setiap sektornya, berbagai tradisi lokal sebagi upaya
melestarikan modal sosial yang ada sekaligus meleburkan perbedaan yang
beragam. Modal sosial sebagi bibit menumbuh kembangkan kota melalui swadaya
kolektif yang pada kalanya berkelanjutan. Salah satu ciri dari kampung kota
adalah memiliki kemampuan beradapatasi yang cair dan adaptif, sehingga
keberagaman dirinya mampu bertahan mampu bertahan dalam kondisi yang
umumnya kita anggap sulit, rumit ataupun terbatas, kemampuan ini di wujudkan
secara nyata.