Proses
PembuataH
emat Energi
Material Tidak
lokal yang memyebab
mudah kan polusi
didapatkan
Kriteria
Material
Low Cost
Housing Non Toxic
Dapat
didaur
ulang
Seperti contoh pada R50 Cohousing Jerman, terdapat ruang-ruang yang bisa
menjadi tempat berinteraksi antara penghuni seperti rang cuci bersama dan ruang
komunal yang cukup luas untuk dimanfaatkan sebagi tempat bersosialisasi. Ciri
lain dalam cohousinf tersebut tempat parkir yang disediakan sangat terbatas dalam
beberapa desain cohousing tempat parkir diletakkan jauh diluar.
Kampung kota atau yang lebih dikenal sebagai daerah slum merupakan
sebutan daerah permukiman yang dihuni oleh kalangan masyarakat
berpenghasilan rendah atau masyarakat menengah kebawah. Munculnya kawasan
kampong kota ini dilatar belakangi oleh faktor pembangunan nasional yang belum
merata sehingga menyebabkan banyaknya urbanisasi masyarakat dari desa ke kota
dalam upayanya untuk mencari peruntungan yang lebih baik di kota. Rata-rata
kaum urbanisasi ini tidak dibekali dengan keterampilan yang baik sehingga pada
saat mereka sampai di kota banyak diantara mereka bekerja di sector informal.
Ciri kampung kota adalah biasanya terletak dikawasan strategis dekat
dengan pusat perdaganan, memiliki kepadatan yang tinggi, diantara mereka
bekerja di sector informal seperti berdagang, kehidupan pribadi yang tidak terlalu
terpisah, masih terbawa tradisi keguyuban yang erat diantara tetangga serta
banyak timbul masalah sosial seperti kejahatan, kekerasan dan lainnya. Saat ini di
DKI Jakarta menurut BPS 20-30% penduduknya masih tinggal di kawasan
kumuh.
Para penghuni kampung secara ekonomi, sosial dan budaya sebenernya
berintegrasi dengan penduduk kota. Secara ekonomi, penduduk kampung kota
ikut memberikan andil dalam perekonomian kota karena sektor informal mereka
memberikan kemudahan bagi pekerja-pekerja kelas bawah untuk memiliki biaya
hidup yang murah. Secara budaya mereka memiliki keinginan yang sama seperti
masyarakat kota kelas kota pada umumnya untuk bekerja keras menjadi orang
yang berhasil. Sedangkan secara sosial seolah mereka terbuang dalam kelompok
sosial dan dianggap sebagai “sampah” yang merusak citra kota, namun
sebenarnya mereka memiliki budaya sosial dan organisasi sosial sendiri.
Menurut Dovey & King (2012) dalam Abdul Jabar (2019) kampung kota
merupakan bentuk pemukiman swadaya yang dibangun oleh para penghuninya
tanpa mengikuti ketentuan-ketentuan pembangunan formal dari pemerintah. Oleh
karena itu kampung dapat juga disebut sebagai bentuk pemukiman vernakular,
dimana metode konstruksi bangunan menggunakan material lokal dan dibangun
secara tradisional. Sedangkan menurut KBBI Daring dalam Abdul Jabar (2012)
kampung merupakan kelompok rumah yang merupakan bagian kota yang
biasanya dihuni oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Sedangkan manurut Abdul Jabar (2019) kampung kota dihuni berbagai kalangan
masyarakat secara individu dan komunal yang membentuk dan menopang diri
kampung kota dalam ikatan mutualisme informal dan formal dengan berbagai
kegiatan berkelanjutan pada setiap sektornya, berbagai tradisi lokal sebagi upaya
melestarikan modal sosial yang ada sekaligus meleburkan perbedaan yang
beragam. Modal sosial sebagi bibit menumbuh kembangkan kota melalui swadaya
kolektif yang pada kalanya berkelanjutan. Salah satu ciri dari kampung kota
adalah memiliki kemampuan beradapatasi yang cair dan adaptif, sehingga
keberagaman dirinya mampu bertahan mampu bertahan dalam kondisi yang
umumnya kita anggap sulit, rumit ataupun terbatas, kemampuan ini di wujudkan
secara nyata.
2.5 Studi Preseden
1. Social Housing Iquique, Chile
Bangunan ini dibangun untuk sebagai solusi atas 100 kepala keluarga
yang tinggal di Quinta Monry Chile dengan masalah sosial yaitu belum
tersedianya hunian yang layak bagi masyarakat di sana. Mereka telah menempati
lahan seluas 5.000 m2 itu selama lebih dari 30 tahun secara illegal. Kebijakan
pemerintah ini diambil dalam kerangka kebijakan dalam hal perumahan dengan
menggunakan subsidi sebesar $7.500 yang harus dibayarkan untuk tanah,
infrasruktur dan arsitektur. Dengan mempertimbangkan nilai saat itu, jumlah uang
sebesar $ 7.500 memungkinkan untuk membangun hanya seluas 30 m2 ruang
yang bisa dibangun. Permasalahan terbesar yang dihadapi adalah harga tanah yang
sangat mahal mencapai 3 kali lipat dari kemampuan membeli rata-rata masyarakat
yang tinggal didaerah tersebut dan mereka tidak mau untuk dipindahkan ke daerah
yang lebih ke daerah pinggiran kota karena biasanya akan jauh dari peluang
pekerjaan, fasilitas pendidikan dan susahnya fasilitas transportasi dan kesehatan
serta akan menciptakan konflik sosial. Dengan asumsi 1 rumah untuk 1 keluarga
dan 1 lot maka kemampuan untuk dibangun hanya sebatas 30 kepala keluarga atau
hanya 30 persen saja.
Solusinya adalah memanfaatkan luas lahan secara efisien, dengan
membangun petak petak dengan mengotimalkan lebar ruang dan memgurangi
lebar tanah per petak luas lahan tersebut hanya mampu menampung 66 kepala
keluarga, Masalah lain yang timbul dengan tipe ini adalah bahwa setiap kali
keluarga ingin menambah kamar baru, itu menghalangi akses ke cahaya dan
ventilasi kamar sebelumnya. Selain itu mengganggu privasi karena sirkulasi harus
dilakukan melalui kamar lain yang kita dapatkan, alih-alih efisiensi, tapi
kepadatan dan pergaulan bebas.
Akhirnya solusi lain adalah dengan pembangunan secara vertikal atau
bertingkat yang sangat efisien dalam hal penggunaan lahan, namun cara ini akan
menghalangi orang untuk ber ekspansi atau perubahan baik penambahan,
pergeseran, pengurangan maupun perpindahan. perumahan sosial harus dilihat
sebagai investasi dan bukan sebagai pengeluaran. Jadi harus membuat subsidi
awal yang dapat menambah nilai dari waktu ke waktu. Secara umum ketika
membeli sebuah rumah, mengharapkannya meningkatkan nilainya. Tetapi
perumahan sosial, dalam proporsi yang tidak dapat diterima, lebih mirip untuk
membeli mobil daripada membeli rumah; setiap hari, nilainya menurun.
Sangat penting untuk memperbaiki ini, karena Chili akan menghabiskan
10 miliar dolar dalam 20 tahun ke depan untuk mengatasi defisit perumahan.
Tetapi juga pada skala keluarga kecil, subsidi perumahan yang diterima dari
Negara akan, sejauh ini, merupakan bantuan terbesar yang pernah ada. Jadi, jika
subsidi itu dapat menambah nilai dari waktu ke waktu, itu bisa berarti titik balik
utama untuk meninggalkan kemiskinan
Sehingga diperlukan cara baru dalam memandang masalah, mengubah pola pikir
dari skala objek US $ 7.500 terbaik yang dapat dikalikan 100 kali, ke skala
bangunan US $ 750.000 yang sebaik mungkin yang mampu mengakomodasi 100
keluarga dan ekspansi mereka.
Gambar transformasi bentuk.
Konsep massa bangunan peroleh dari susunan balok persegi seluas 30m2 lalu di
mengalami push pull dan pergeseran sebagai ruang terbuka, namun sayangnya
bangungan tidak boleh lebih dari 2 lantai .
Desain rumah yang efisien dengan lantai mezanin yang murah dan sinar matahari
yang mampu mencapai seluruh ruangan
Gambar perubahan yang terjadi secara fleksibel baik pengurangan penambahan
pergeseran dan perpindahan, sehingga penghuni mampu malakukan adjustment
sesuai kebutuhan.
Ruang terbuka juga dibuat sebagai wadah untuk bersosialisai antara warga
masyarakat penghuni saying sangat gersang sehingga warga masih memilih untuk
berada dalam unit hunian.
Zona Komunal
Zona Servis
Pada zoning tampak bahwa zona komunal dan servis dapat di akses oleh semua
penghuni sehingga terjadi interaksi sosial pada saat memasak ataupun menjemur
pakaian
Gambar Tampak
Gambar Potongan
Kelebihan dari desain ini adalah :
1. Desain banguna menggunakan material struktur maupun finishing yang
murah sehingga harga jual tidak mahal.
2. Desain memungkinkan pengguna melakukan adjustment terhadap
bangunan sehingga dapat melakukan perubahan sesuai dengan kebutuhan
dan selera pengguna.
3. Sinar alami dapat masuk mudah kesemua ruangan sehingga tidak banyak
membutuhkan sinar lampu pada siang hari sehingga murah dalam
pengoperasiannya.
Kekurangan dari desain ini adalah :
1. Bangguan hanya terbatas 2-3 lantai sehingga bukan high rise sehingga
kurang maksimal menampung jika jumlah penghuni mengalami
penambahan pada beberapa tahun kedepannya.
2. Kurangnya ruang terbuka hijau sehingga anak-anak dan orang tua kurang
bersosialisasi pada siang hari.
3. Ruang terbuka hanya dimanfaatkan sebagai tempat parker mobil sehingga
terkesan sempit
Zona Komunal
Kelebihan
1. Sirkulasi vertikal yang memungkinkan penghuni saling bertegur sapa
menciptakan suasana yang ramah dan kehidupan sosial.
2. Sirkulasi horizontal yang mengharuskan orang untuk jalan kaki dari
tempat parker atau shuttle bus akan meningkatkan interaksi antara
penghuni rumah susun.
3. Menggunakan sistem bioklimatik yang hemat energi.
Kekurangan
1. Material yang digunakan relative mahal.
2. Interkasi sosial tidak dimbangi dengan koridor yang kurang luas
3. Kurangnya ruang terbuka hijau karena banyanya perkerasan
3. Longnan Garden Social Housing Estate / Atelier GOM
Arsitek : Atelier GOM
Area : 48.112 M2
“Benteng Mengepung” menjadi metafora ketika berbicara tentang
arsitektur perumahan tradisional Tiongkok sebelum arsitektur modern telah
menyebar ke seluruh dunia, arsitektur hunian tradisional Tiongkok hampir seperti
benteng yang dikepung, meskipun mereka mungkin berbeda dalam pemilihan
material, bentuk dan sebagainya karena regionalisme. Cina memiliki tradisi
panjang dalam berkebun di halaman. Kebiasaan dalam berkebun dan bercocok
tanam merupakan kebudayaan China pada masa lampau menjadi gagasan utama
dalam perancangan tempat tinggal di China saat ini.
Longnan Garden Estate terletak di persimpangan Tianyao Bridge Road South dan
Xiataibang Road, distrik Xuhui, Shanghai, dan dekat dengan Sungai Huangpu. Ada
delapan bangunan di dalam site, di mana lima adalah hunian kecil dengan luas : 40-60 ㎡
are, dua set asrama tunggal (Area hunian: sebagian besar 35 ㎡ ), dan satu untuk
bangunan komersial independen.
Gambar potongan
Gambar denah unit bangunan
Kelebihan
1. Memiliki ruang publik yang cukup luas pada area luar rusun dengan
fasilitas yang lengkap seperti kios, tempat bermain anak, sekolah dan kios
komersial.
2. Lokasi tidak jauh dari tempat relokasi sehingga banyak warga yang mau
menempati
Kekurangan
1. Bentuk bangunan kurang memungkinkan penghuni untuk bersosialisai
karena koridor dalam bangunan yang sempit.
2. Ruang jemur yang kurang sehingga kurang rapi dalam penataan
3. Rusun ini di sediakan bukan sebagai rusunami namun untuk sewakan
dengan sistem perpanjangan setiap 2 tahun.
Kelebihan
1. Rusunami ini memiliki harga jual yang relatif terjangkau pada saat
pertama kali di jual yaitu 85 jt sampai 150 juta sehingga menjadi pilihan
masyarakat berpenghasilan rendah
2. Lokasi yang berada di kota mandiri BSD dengan banyak fasilitas
Kekurangan
1. Desain bangunan dengan koridor sempit serta sangat kurang fasilitas untuk
berinteraksi sosial membuat penghuni rumah susun milik ini menjadi
individulais.
2. Aksesibiltas tidak memungkinkan terjadinya interaksi sosial dengan
tetangga karena tidak tersedianya fasilitas ruang komunal dalam bangunan.
3. Kesan ekslusifitas menyebabkan harga apartemen ini menjadi mahal
sehingga tidak tepat sasaran yang seharusnya untuk masyarakat menengah
kebawah menjadi untuk kalangan menengah atas sehingga ruang terbuka
menjadi tempat parkir mobil
4. Desain kamar tidur ke 2 tidak memiliki pencahayaan alami.
Area : 2037.0 m²
Tahun : 2013
R50 - cohousing adalah proyek usaha patungan bangunan di Berlin-
Kreuzberg. Itu diprakarsai oleh seorang arsitek yang mendapatkan penghargaan
berdasarkan konsep untuk membangun plot dan diimplementasikan dalam
kerjasama erat dengan klien. Proposal bangunan didasarkan pada posisi desain
perkotaan yang jelas, desain arsitektur yang kuat dan tepat detail, serta proses
hunian kolektif dan individual. Bangunan ini dikelilingi oleh berbagai konsep
perumahan yang khas pada periode pasca perang Berlin. Ini memiliki enam lantai
penuh, ruang bawah tanah dan loteng, terdiri dari tiga blok dengan 19 apartemen
individu, satu studio dan berbagai ruang bersama. Di bawahnya ada ruang
komunitas ganda fleksibel yang menghubungkan akses utama bangunan dengan
ruang jalan umum. Ini tersedia untuk kelompok lingkungan dan keperluan umum
lainnya. Struktur beton bertulang dirancang untuk persyaratan minimum.
Dikombinasikan dengan infrastruktur yang berkurang dan sebagian terbuka, fasad
kayu modular dengan elemen pintu berlapis kaca yang tetap dan fleksibel,
dikembangkan secara khusus untuk bangunan ini. Ini dikombinasikan dengan
balkon serba di setiap tingkat memungkinkan dialog langsung antara arsitektur
bangunan dan penggunaannya.
Gambar situasi
Desain bangunan ini memenuhi aspirasi pemilik untuk hidup dan bekerja
secara kolektif dan dengan harga yang terjangkau, konsep arsitektur didasarkan
pada struktur yang kompak dan efisien. Ini didasarkan pada kerangka beton
dengan satu akses dan dua core layanan, fasad kayu dan konstruksi baja di sekitar
balkon. Lantai bawah tanah yang sedikit cekung menyediakan akses ke gedung
dan menggabungkan ruang pribadi dan publik. Setiap apartemen dan semua ruang
komunitas tambahan dikembangkan melalui proses konsultasi, diskusi, dan desain
yang intensif. Berdasarkan kerangka struktural, ukuran apartemen dapat
disesuaikan dengan program ruang kemudian dibuat denah pada setiap lantai.
Sejalan dengan proses ini, standar umum untuk perlengkapan dan perlengkapan
dikembangkan dan menghasilkan pendekatan kolektif untuk perlengkapan
interior, penggunaan bahan dan beberapa permukaan dibiarkan ekspose. Proses
desain terstruktur namun terbuka ini tidak hanya memungkinkan untuk partisipasi
yang luas, desain mandiri dan pembangunan sendiri, tetapi juga telah
menghasilkan kesepakatan bersama tentang jenis, lokasi, ukuran dan desain ruang
yang digunakan bersama oleh penghuni. Ini termasuk taman kota yang luas, yang
secara alami menyatu dengan lanskap lingkungan perumahan tahun 1960-an di
sekitarnya, jalan akses menuju area tertutup di depan ruang bawah tanah, binatu,
bengkel, dan teras atap dengan dapur musim panas dan musim dingin taman.
Balkon mengelilingi ruang interior dang memberikan ruang kepada cahaya untuk
masuk ke bagian interior dan menghubungkan apartemen di setiap lantai.
R50 - cohousing adalah sebuah tipologi bangunan model baru untuk low
cost housing yang terjangkau dan menawarkan kapasitas maksimum untuk
beradaptasi dan fleksibilitas sepanjang masa pakainya. Aspek sosial, budaya,
ekonomi dan ekologi telah dianggap sama untuk mendefinisikan pendekatan
berkelanjutan kontemporer untuk kehidupan perkotaan. Batas yang ditetapkan
oleh Peraturan Penghematan Energi Jerman (EnEV 2009) berkurang 30%. Aspek
penting lain dari keberlanjutan adalah kemampuan khusus bangunan untuk
berintegrasi ke dalam struktur perkotaan yang ada.
Gambar balkon
Bangunan ini menggunakan koridor double loaded namun koridor terhubung
antara satu unit dengan yunit lainnya sehingga memudah kan penghuni untuk
saling berinteraksi.
= Ruang komunal
(baca, olah raga dll)
Ruang cuci komunal menjadi tempat bagi penghuni untuk berinterasi, selain itu
juga terdapat ruang bersama yang dimanfaatkan untuk berolah raga atau kegiatan
membaca yang mudah diakses oleh penghuninya.
= Ruang komunal berupa
dapur dan ruang makan
= Sirkulasi
Gambar denah Lt 7
Dapur komunal untuk 2 atau 3 unit sehingga penghuni dapat saling sharing
kebutuhan pokok sehari-hari.
Kelebihan :
1. Colaborative housing (cohousing) ini cukup banyak memberikan ruang
berinteraksi kepada penghuninya misalnya balkon yang terhubung antara
unit hunian satu dengan yang lainnya, adanya ruang laundry bersama dan
dapur bersama sebagai tempat sharing dan berinteraksi
2. Unit hunian sangat kaya akan sinar matahari karena dengan bukaan yang
lebar
Kekuarangan
1. Hanya dapat menampung jumlah keluarga yang terbatas
2. Privasi antar penghuni kurang