KOMANDO STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN (KOSTRATANI)
MENDUKUNG PEMBANGUNAN PERTANIAN BERBASIS KEPULAUAN
DI PROVINSI MALUKU UTARA
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian secara umum telah dan akan terus
memberikan sumbangan bagi pembangunan daerah, baik secara langsung dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat, maupun sumbangan tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan daerah periode 2019- 2024 yang saat ini telah masuki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-4 merupakan sektor strategis dan tetap memegang peranan dalam pengembangan perekonomian daerah Maluku Utara. Peran strategis sektor pertanian selain berfungsi sebagai penyediaan pangan bagi seluruh penduduk, juga merupakan andalan penyumbang devisa non migas. Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan tingginya jumlah penduduk yang bergerak pada sektor ini menunjukkan bahwa peran sektor pertanian bukan hanya menjalankan fungsi ekonomi, tapi juga dalam rangka menjalankan fungsi sosial dan stabilitas politik keamanan.
Visi pembangunan Provinsi Maluku Utara pasangan Gubernur dan
Wakil Gubernur Maluku Utara masa bhakti 2019 – 2024 sebagaimana dituangkan dalam RPJPD Provinsi Maluku Utara , 2019 – 2024 adalah: “Maluku Utara Sejahtera 2024”. Elemen visi pembangunan tersebut pada intinya adalah pemerintah Provinsi Maluku Utara melaksanakan pembangunan daerah dengan tetap berpegang pada moral dan akhlak dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Diharapkan, akhir dari pelaksanaan pembangunan akan terbentuk suatu tatanan perikehidupan yang religius, toleransi, dan harmonis dalam lingkungan Provinsi Maluku Utara yang bermartabat dan berdaya saing. Berdasarkan visi dan misi tersebut di atas, dalam arahan tujuan pembangunan Provinsi Maluku Utara selama periode pembangunan Tahun 2019- 2024 yang berhubungan dengan kebijakan sektor pertanian adalah tujuan 4 : “Meningkatnya perekonomian daerah yang inklusif dan berkualitas dengan orientasi pada nilai tambah dengan pengelolaan SDA yang berkelanjutan”. Menurut pandangan penulis, untuk mewujudkan tujuan ke 4 pembangunan daerah Provinsi Maluku Utara tersebut, dukungan sektor pertanian melalui pengembangan agribisnis produk unggulan pertanian kabupaten/kota yang menjadi basis peningkatan perekonomian masyarakat utamanya petani. Untuk itu maka, menurut penulis bahwa fokus sasaran pembangunan sektor pertanian yang harus dicapai adalah: 1. Meningkatnya SDM pertanian yang berkualitas dan berdaya saing; dan 2. Meningkatnya produktivitas komoditas pertanian. Karena peningkatan kualitas SDM sektor pertanian (petani dan aparatur) dan peningkatan produktivitas pertanian mempunyai keterkaitan satu sama lainnya dan saling mempengaruhi. Pengembangan agribisnis produk unggulan pertanian kabupaten/kota yang berbasis kepulauan dan menjadi ciri/karakteristik daerah Provinsi Maluku Utara sebagai daerah kepulauan, menurut pendapat penulis perlu didukung dengan kebijakan dari pemerintah dan pemerintah daerah. Disisi lain Politik pertanian di tingkat nasional selama ini dibangun di atas pilar yang menurut penulis sangat rapuh dan dampaknya pasti dirasakan di tingkat regional (Provinsi Maluku Utara), diversifkasi pangan tidak berjalan sebagaimana diharapkan. Komoditas padi lahan basah mendapat penguatan dari pemerintah untuk dikembangkan sebagai satu-satunya sumber pangan utama. Sedangkan potensi unggul lokal seperti padi ladang, sagu, jagung, hotong, umbian dan rempah-rempah, seolah-olah tidak dikembangkan. Konsekuensi dari kebijakan pemerintah tersebut, padi lahan basah berubah fungsi sebagai komoditas politik, buktinya sebagian besar lahan dikonversi untuk sawah. Disatu sisi politik pertanian padi menjadi monopoli pemerintah dan pengusaha yang memproduksi input produksi komoditas dimaksud. Semua energi terkuras ke sana tanpa memperhatikan peta perwilayahan pengembangan potensi komoditas regional. Kemudian, bagaimana kita memaknai persoalan di atas dalam konteks pembangunan pertanian yang berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara?. Dalam rangka mengoptimalkan tugas, fungsi dan peran Balai Penyuluhan Pertanian di kecamatan sebagai basis peningkatan SDM pertanian, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49 Tahun 2019 tentang Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) yang merupakan program strategis yaitu dengan membangun satu data pertanian dalam satu sistem Big Data serta penguatan penyuluhan pertanian dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan. Data merupakan kekuatan utama dalam membangun ketahanan pangan kedepan, sehingga kebijakan, program dan kegiatan pembangunan di sektor pertanian harus didasarkan pada data dan informasi lapangan yang akurat. Sesuai kebijakan Menteri Pertanian, operasonalisasi pembangunan pertanian berada pada tingkat lapangan, dimana unit kerja non struktural pertanian terendah adalah BPP dimana keberadaannya sampai pada tahun 2019 di Maluku Utara berjumlah 88 unit dan Penyuluh Pertanian sebagai ujung tombak dan garda terdepan ketahanan pangan yang terdiri atas 395 orang Penyuluh Pertanian ASN, 93 orang THL- TBPP dan Penyuluh Swadaya sebanyak 133 orang. Harapan untuk menjadikan Indonesia maju dan mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakat dapat terwujud, salah satunya dengan menggerakkan penyuluh pertanian yang didukung oleh petugas pertanian lainnya di tingkat kecamatan dan desa. BPP sebagai pusat gerakan dan layanan pembangunan pertanian di kecamatan, perlu dilakukan optimalisasi tugas, fungsi dan perannya, melalui penguatan data dan informasi dengan sistem berbasis IT sehingga dapat dikendalikan dengan baik oleh Kementerian Pertanian. Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) di BPP merupakan pusat gerakan yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan pertanian melalui koordinasi, sinergi dan penyelarasan kegiatan pembangunan pertanian di kecamatan.
B. Maksud dan Tujuan
Penyusunan makalah ini dimaksudkan sebagai pemenuhan
persyaratan dalam mengikuti seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara (Jabatan Kepala Dinas Pertanian) dan untuk memberikan masukan tentang Akselerasi Program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) mendukung pembangunan pertanian berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara. Makalah ini disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi karakteristik, permasalahan sistem pertanian berbasis kepulauan dan implementasinya di Provinsi Maluku Utara. 2. Mengakselerasi program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) mendukung pembangunan pertanian berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara.. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah : 1. Bagaimana karakteristik, permasalahan pertanian berbasis kepulauan dan implementasinya dalam pembangunan pertanian di Provinsi Maluku Utara. 2. Bagaimana akselerasi program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) mendukung pembangunan pertanian berbasis kepulauan di Provinsi Maluku Utara. D. Pemecahan Masalah 1. Karakteristik, Permasalahan Pertanian berbasis Kepulauan, dan Implementasinya dalam Pembangunan Pertanian Maluku Utara. a. Pendidikan dan ketrampilan penduduk yang terbatas Petani di pulau-pulau kecil di daerah Provinsi Maluku Utara pada umumnya memiliki pendidikan dan ketrampilan yang terbatas, mereka kurang dapat mengakses informasi dan teknologi hal ini menyebabkan praktek usaha taninya masih berskala rumah tangga dan bersifat bivalen sehingga sering kita temui rumah tangga tani sekaligus nelayan. Salah satu bentuk dari usaha di atas adalah pengawalan dan pendampingan oleh penyuluh yang intensif dan berkelanjutan. Dalam hal penguasan teknologi uasaha tani yang masih rendah, maka perlu diperbanyak kegiatan-kegiatan pelatihan baik pada usaha on farm maupun off farm. b. Sumber Daya Alam (Lahan) yang terbatas Pertanian kepulauan di dominasi oleh lahan kering di mana lahan kering selalu dikaitkan dengan pengertian bentuk-bentuk usahatani bukan sawah yang dilakukan oleh masyarakat di bagian hulu suatu daerah aliran sungai (DAS) sebagai lahan atas (upland) atau lahan yang terdapat di wilayah kering (kekurangan air) yang tergantung pada air hujan sebagai sumber air. Selain mempunyai tingkat kesuburan rendah, umumnya lahan pertanian di daerah kepulauan memiliki kelerengan curam, dan kedalaman/solum dangkal yang sebagian besar terdapat di wilayah bergunung, Lahan berlereng curam sangat peka terhadap erosi, terutama apabila diusahakan untuk tanaman pangan semusim. Usaha konservasi pada lahan berlereng, dianjurkan dengan pembuatan teras individu. Teras individu adalah teras yang digunakan untuk satu pohon (tanaman tahunan saja). Teras ini berfungsi untuk mengurangi erosi dan meningkatkan ketersediaan air tanah bagi tanaman tahunan. Jajaran teras individu tidak perlu searah garis kontur, tetapi menurut arah yang paling cocok untuk penanaman tanaman. c. Sumber Air yang Terbatas Rendahnya curah hujan yang menjadi ciri-ciri khas daerah peisir kepulauan mengakibatkan ketersediaan air untuk irigasi sangat terbatas. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan soil amendment untuk meningkatkan kapasitas tanah dalam menahan air ( water holding capacity), mulsa untuk mengurangi evapotranspirasi dan penggunaan sistem irigasi yang tepat guna seperti irigasi tetes ataupun sprinkler tergantung dengan topografi lahan. Bila lahan datar, maka dapat digunakan irigasi tetes, dan apabila lahan bergelombang, maka penggunaan sistem irigasi sprinkler lebih tepat. Kolaborasi penggunaan soil amendment, mulsa dan sistem irigasi tepat guna tersebut bertujuan untuk menghemat penggunaan air dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pendistribusian nutrisi tanaman. Pembuatan bangunan panen air sangat dibutuhkan dalam sistem pertanian tanaman pangan. Bangunan pemanenan air dapat dibuat dalam kontruksi beton atau menggunakan bahan berupa plastik/tarpal yang diletakkan di dalam lahan budidaya pertanian. d. Infrastruktur Buruk dan Terbatas Kondisi infrastruktur untuk mendukung Sistem Pertanian Kepulauan sangat terbatas khususnya yang berhubungan dengan infrastruktur air seperti waduk, dam dan embung. Dalam penerapan Sistem Pertanian Kepulauan yang perlu di kembangkan adalah sarana tangkapan air hujan seperti embung sehingga air selalu tersedia yang cukup untuk kebutuhan usaha pertanian. Permasalahan lain di dalam Sistem Pertanian Kepulauan adalah masalah distribusi hasil- hasil pertanian dari daerah sentra produksi ke konsumen di suatu wilayah. Distribusi adalah suatu proses pengangkutan hasil pertanian dari suatu tempat ke tempat lain, biasanya dari produsen ke konsumen. Berikut ini ada empat akar permasalahan pada distribusi hasil pertanian, yang dihadapi. Pertama, dukungan infrastruktur, yaitu kurangnya dukungan akses terhadap pembangunan sarana jalan, jembatan, dan lainnya. Kedua, sarana transportasi, yakni kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat di dalam pemeliharaan sarana transportasi kita. Ketiga, sistem transportasi, yakni sistem transportasi kita yang masih kurang efektif dan efisien. Selain itu juga kurangnya koordinasi antara setiap moda transportasi mengakibatkan hasil pertanian yang diangkut sering terlambat sampai ke tempat tujuan. e. Kondisii Politik dan Birokrasi Buruk Politik pertanian di tingkat nasional selama ini dibangun di atas pilar yang rapuh dan dampaknya dirasakan di tingkat regional, akibat dari kungkungan berpikir yang dengan tegas membagi penduduk Indonesia atas dua pola usaha pertanian yaitu Inner Indonesia dan Outer Indonesia. Kawasan Barat Indonesia dikelompokkan dalam Inner Indonesia cirinya pertanian menetap dengan komoditas padi lahan basah. Sedangkan Outer Indonesia untuk Kawasan Timur dengan pola usaha ladang berpindah dan berburu. Yang lebih parah adalah kawasan barat menyatakan diri sebagai wilayah kontinental dan dari sana keputusan politik semua sektor dirancangkan, sehingga tidak heran kalau hasil keputusan akan mengabaikan ciri khas wilayah di luar kawasan barat, seperti misalnya keunikan wilayah kepulauan Maluku Utara. Dari keadaan fisik alam kepulauan rempah-rempah ini, kita dapat melihat bahwa pulau-pulau bertebaran dan laut yang menghubungkan satu pulau dengan yang lain. sehingga konsep yang dikembangkan adalah konsep laut-pulau. Artinya keduanya tidak dapat dipisahkan. Ciri khas pulau yang ada di Maluku Utara yaitu memiliki garis pantai yang panjang dengan luas dataran yang sempit. Aktivitas orang pulau di darat selalu dilakukan mengikuti fenomena alam dan kearifan ini adalah untuk memuliakan ruang pesisir dan laut. Berdasarkan kondisi nyata geografis wilayah Maluku Utara tersebut, seyogyanya menjadi pertimbangan kuat dalam menetapkan pembangunan politik pertanian di wilayah kepulauan Maluku Utara. 2. Akselerasi program Komando Strategi Pembangunan Pertanian (KOSTRATANI) mendukung Pembangunan Pertanian Berbasis Kepulauan di Provinsi Maluku Utara. Dalam rangka meningkatkan SDM pertanian yang berkualitas dan berdaya saing sebagai fokus sasaran pembangunan pertanian Maluku Utara, terkait dengan hal tersebut, secara teknis penyuluh pertanian di BPP akan diperkuat dengan kemampuan dalam mengidentifikasi potensi, menggali, menganalisis dan menyajikan data dan informasi pertanian. Data dan informasi disajikan melalui media digital yang mampu menggambarkan kondisi lapangan seperti memprediksi kapan waktu panen, serangan hama penyakit dan cara pengendaliannya, teknologi budidaya, peluang dan informasi dinamika pasar dalam dan luar negeri, sampai dengan informasi pergerakan Alat Mesin Pertanian (Alsintan) dan lain-lain. Untuk itu, BPP sebagai KOSTRATANI harus didukung dengan kelembagaan yang solid, ketenagaan yang professional dan penyelenggaraan fungsi penyuluhan yang berbasis IT dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas berusahatani sehingga produksi usaha pertanian mampu meningkatkan produktivitas, produksi, pendapatan dan kesejahteraan petani. a. Gerakan Operasional KOSTRATANI Gerakan operasional KOSTRATANI melputi tahapan prakondisi, proses perencanaan, dan penetapan rencana gerakan. Prakondisi Balai Penyuluhan Pertanian di tingkat kecamatan secara umum belum mampu melaksanakan tugas, fungsi dan perannya secara optimal dalam melayani petani dikarenakan minimnya dukungan sarana prasarana, rendahnya kapasitas ketenagaan dan dukungan biaya operasional dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Selain itu, rendahnya koordinasi dan jejaring antar instansi di daerah dalam memanfaatkan BPP sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian di Kecamatan perlu disusun pola baru tentang koordinasi tersebut dalam program KOSTRATANI. Program KOSTRATANI dilaksanakan untuk lebih memperkuat BPP sebagai tempat konsolidasi penyuluh, karena peran penyuluh sangat strategis dalam pembangunan pertanian. Petani dapat berkonsultasi persoalan- persoalan yang dihadapi secara langsung dan diberikan jalan keluar terbaik. Program KOSTRATANI diharapkan bukan hanya meningkatkan produksi, namun juga kesejahteraan petani dan rakyat Indonesia. Prasayarat terbentuknya KOSTRATANI antara lain : (1) Pengadaan sarana prasarana IT meliputi personal computer / PC, jaringan internet, TV, webcam, kabel HDMI, dan drone untuk pemetaan (2) Penetapan Komandan KOSTRATANI (3) Simplifikasi peraturan perundang-undangan (4) Identifikasi, verifikasi dan penetapan lokasi KOSTRATANI (5) Penetapan SK Tim Struktur dan Pengelola KOSTRATANI Proses perencanaan Perencanaan dan perancangan pembentukan kelembagaan KOSTRATANI tingkat kecamatan diawali dengan tahapan persiapan meliputi : (1) Perencanaan pengadaan sarana prasarana IT (2) Penyusunan kurikulum dan pelaksanaan Bimtek peningkatan kapasitas SDM KOSTRATANI Penetapan rencana gerakan Strategi pelaksanaan Komando Strategis Pembangunan Pertanian : (1) Meningkatkan peran Pimpinan Daerah (Kepala Desa, Camat, Bupati dan Gubernur) untuk menggerakkan penyuluh pertanian, petugas lapangan lainnya, petani dan pelaku usaha dalam pembangunan pertanian (2) Meningkatkan sinergitas pelaku dan program pertanian dengan K/L lainnya (3) Meningkatkan jejaring kerja KOSTRATANI dengan instansi pemerintah lainnya dan swasta di daerah (4) Meningkatkan peran pemimpin non formal kemasyarakatan (KTNA, Kelembagaan Petani, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Asosiasi, Organisasi Profesi, dll) dalam pembangunan pertanian
b. Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana KOSTRATANI
UPTD yang membidangi pertanian mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : (1) Menetapkan sasaran areal luas tanam komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), aneka cabai, bawang merah, jumlah populasi ternak sapi pada lokasi program pembangunan pertanian. (2) Mengkompilasi usulan RDK dan RDKK dari kelompok tani dan gabungan kelompok tani (3) Mengkoordinasikan pengawasan peredaran benih, pupuk, pestisida, dan alsintan di kecamatan (4) Menggerakkan kegiatan penanaman padi, jagung kedelai, aneka cabai, bawang merah pada lokasi pembangunan pertanian strategis di kecamatan (5) Menghitung luas areal tanam, panen, produktivitas komoditas utama tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), aneka cabai, bawang merah BPP mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : (1) Melaksanakan pendampingan penerapan teknologi spesifik lokasi dan penerapan kalender tanam terpadu (2) Menyusun programa penyuluhan kecamatan untuk mendukung pencapaian target produksi pangan strategis nasional (3) Menyusun dan menyebarluaskan informasi teknologi spesifik lokasi yang direkomendasikan oleh BPTP kepada petani pada sentra produksi pangan strategis nasional (4) Melaksanakan sistem kerja latihan dan kunjungan (LAKU) dalam rangka peningkatan kapasitas penyuluh dan petani (5) Melakukan supervisi kegiatan penyuluh pendamping di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (WKPP) (6) Memfasilitasi pelaksanaan demplot, demfarm dan metode penyuluhan lainnya sebagai unit pembelajaran petani dalam rangka program pembangunan pertanian (7) Melaksanakan forum penyuluhan tingkat desa (rembug tani), temu lapang antara petani, penyuluh dan peneliti di kecamatan, dan sarasehan antara pemerintah daerah dengan petani (8) Memfasilitasi kemitraan antara kelompok tani dan pelaku usaha mulai dari hulu sampai hilir Penyuluh pertanian di tingkat desa, mampunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut : (1) Menyusun programa penyuluhan pertanian di desa dan rencana kerja tahunan penyuluh (2) Mendampingi petani dalam penyusunan RDK dan RDKK (3) Memfasilitasi petani dalam mengakses informasi teknologi, sarana produksi, permodalan dan informasi pasar (4) Membimbing penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai dengan kalender tanam terpadu, pola tanam dan pola usahatani (5) Memberi umpan balik penerapan teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan petani untuk disalurkan kepada BPTP (6) Melaksanakan rembug desa di posluhdes pada lokasi program pembangunan pertanian (7) Memfaslitasi para petani untuk menumbuhkembangkan kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi petani.