Anda di halaman 1dari 16

TUGAS TOKSIKOLOGI

“Analisis Kadar Logam Berat pada Sumber/Asal Bahan Beracun “

OLEH :
Nama : Putu Gangga Vergian Arriswaputra
NIM : P07134018 041
Kelas : 2A

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2020
A. SUMBER PENCEMAR ARSENIK
Arsen (As) di alam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit,
nikolit, orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral,
Arsen (As) dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi
bentuk padat. Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke
udara sebagai hasil sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen
(As) dalam tanah berupa bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada
akhirnya bisa mencemari air tanah. Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi
yang berjumlah besar, yaitu menempati urutan kedua puluh dari unsur kerak
bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya mencemari air tanah dan air
minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As) (Rahayu & Solihat, 2018).

B. MEKANISME ARSENIK MASUK KE DALAM TUBUH


Senyawa arsen dapat masuk ke dalam tubuh melalui 3 cara, yaitu
peroral, inhalasi, dan absorpsi melalui kulit atau mukosa membran. Arsen
bersifat sitotoksik, karena menyebabkan efek racun pada protoplasma sel
tubuh manusia. Racun arsen yang masuk ke dalam saluran cerna akan
diserap secara sempurna di dalam usus dan masuk ke aliran darah dan
disebar ke seluruh organ tubuh. Distribusinya tergantung dari lama
pemberian dan jenis arsen. Sebagian besar arsen disimpan dalam hati, ginjal,
jantung dan paru paru (Rahayu & Solihat, 2018).
Didalam darah, arsen yang masuk akan mengikat globulin dalam
darah. Dalam waktu 24 jam setelah dikonsumsi, arsen dapat ditemukan
dalam konsentrasi tinggi di berbagai organ tubuh, seperti hati, ginjal, limpa,
paru-paru serta saluran cerna, dimana arsen akan mengikat gugus sulfhidril
dalam protein jaringan. Hanya sebagian kecil dari arsen yang menembus
blood-brain barrier. Arsen anorganik yang masuk ke tubuh wanita hamil
dapat menembus sawar darah plasenta dan masuk ke tubuh janin. Di dalam
tulang arsen menggantikan posisi fosfor, sehingga arsen dapat dideteksi
didalam tulang setelah bertahun-tahun kemudian. Sebagian arsen dibuang
melalui urin dalam bentuk methylated arsenic dan sebagian lainnya
ditimbun dalam kulit, kuku dan rambut (Rahayu & Solihat, 2018).
C. MEKANISME KERACUNAN ARSENIK
Mekanisme masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui
oral, dari makanan atau minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan
diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah. Arsen
adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada
dalam enzim. Salah satu sistem enzim tersebut ialah kompleks piruvat
dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat
menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic
acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.
Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-
SH) untuk membentuk asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang
mengandung dua gugus sulfhidril. Kelompok sulfhidril sangat berperan
mengikat arsen trivial yang membentuk kelat. Kelat dari dihidrofil-arsenat
dapat menghambat reoksidasi akibatnya bila arsen terikat dengan sistem
enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah. Arsenat juga
memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua glikolosis dengan jalan
berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase.
Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya
tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP. Selama Arsen bergabung dengan gugus –SH, maupun
gugus –SH yang terdapat dalam enzim, maka akan banyak ikatan As dalam
hati yang terikat sebagai enzim metabolik. Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang
menyebabkan As juga ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang. Karena
eratnya As bergabung dengan gugus –SH, maka arsen masih dapat
terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian (Rahayu &
Solihat, 2018).
Arsen dilaporkan menghambat sintesis DNA dan pertumbuhan sel in
vitro. Mekanisme toksisitas arsen terhadap kerusakan sel yang paling utama
adalah melalui proses stres oksidatif dan menganggu sistem dopamin
mesensefalik sehingga memberikan gejala-gejala kerusakan saraf
(Nurohmah, 2018).
Stres oksidatif merupakan suatu kondisi terjadinya beberapa
kerusakan dalam jaringan akibat mekanisme antioksidan tertutupi atau
menjadi tidak seimbang. Aktivitas senyawa arsen dalam tubuh dikaitkan
dengan stres oksidatif, melalui pembentukan molekul reactive oxygen
species (ROS). Pembentukan ROS dapat berlangsung dalam rantai
pernapasan di mitokondria sel, ketika transfer elektron ke oksigen
membentuk air. Sejumlah kecil radikal oksigen yang terbentuk sebagai
senyawa antara tak terelakkan dapat keluar dari rantai pernapasan di
mitokondria. Spesies oksigen toksik juga dapat terbentuk dalam peroksisom
dan sistem sitokrom p 450 yang ada pada reticulum endoplasmik. Selain itu,
ROS juga dapat terbentuk selama proses inflamasi oleh bakteri (Nurohmah,
2018).
Arsen menghasilkan stres oksidatif dengan meningkatkan
pembentukan radikal bebas dan menurunkan sistem antioksidan di jaringan.
Stres oksidatif ini dapat menyebabkan kerusakan molekul-molekul dalam
sel. Molekul lipid yang mengalami stres oksidatif akan mengalami auto-
oksidasi atau yang lebih dikenal dengan peroksidasi lipid. Protein yang
mengalami oksidasi menjadi tidak berfungsi dan DNA yang teroksidasi
menjadi mutagen, karsinogen atau menyebabkan apoptosis atau kematian
sel (Nurohmah, 2018).
Arsen tidak dapat menyebabkan peroksidasi lipid secara langsung
tetapi menyebabkan perubahan komposisi lipid pada membran sel sehingga
merubah integritas membran, fungsi dan permeabilitas. Dengan demikian
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap peroksidasi lipid. (Ercal,
N., dkk, 2001).
Selain menyebabkan perubahan integritas membran, interaksi logam-
logam berat, salah satunya arsen, pada oksihemoglobin merupakan sumber
radikal bebas superoksida (O2) pada eritrosit sehingga menyebabkan
hemolisis peroksidatif pada membran sel darah merah. (Ercal, N., dkk
,2001)

D. CIRI/GEJALA KLINIS KERACUNAN ARSENIK


1. Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit
perut, gejala tersebut disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran
pembuluh darah) yang akan mengakibatkan terbentuknya vesikel
(lepuh) pada lapisan submukose lambung dan usus. Gangguan
tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang bercampur
darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih,
diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga
menyebabkan gejala hipontesi. Terjadinya diare profus
menyebabakan banyak larutan protein terbuang keluar tubuh,sehingga
mengakibatkan usus tidak berfungsi normal (enteropati). Arsen juga
dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel hati. Gas
arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan
mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi
kegagalan ginjal (Rukman, dkk., 2018).
Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah
dengan ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia),
tidak berfungsinya saraf tepi yang ditandai dengan kelumpukan
anggota gerak bagian bawah, kaki lemas, persendian tangan lumpuh,
dan daya reflex menurun (Rukman dkk., 2018).
Intoksikasi arsen yang sifatnya akut saat ini jarang terjadi di
tempat kerja, biasanya terjadi karena konsumsi peroral akibat
ketidaktahuan, bunuh diri, ataupun pembunuhan. Timbulnya gejala
biasanya dalam waktu beberapa menit hingga jam. Untuk lebih
jelasnya intoksikasi arsen yang sifatnya akut dijelaskan dibawah ini:
a. Gastrointestinal
Sindrom gastrointestinal ini merupakan gambaran klasik
keracunan akut arsen yang masuk per oral. Masuknya arsen ke
dalam tubuh dalam dosis besar biasanya baru menimbulkan
gejala keracunan akut setelah 30 menit sampai 2 jam setelah
paparan racun. Gejala yang timbul berupa rasa terbakar pada
tenggorokan dan uluhati, diikuti dengan mual, muntah, nyeri
abdomen, diare dengan feses seperti air cucian beras, yang
kadang-kadang berdarah (Darmono, 2006).
b. Sistem respirasi
Dapat terjadi iritasi pada saluran nafas seperti batuk,
laringitis, bronkitis ringan, dan sesak nafas, hal ini dapat terjadi
akibat pemaparan akut terhadap debu arsen. Selanjutnya mungkin
dapat terjadi edema paru akut (Chadha, 1995).
c. Sistem kardiovaskuler
Manifestasinya dapat berupa hipotensi, syok hipovolemik,
ventrikular disritmia, dan congestive heart failure. Pada
intoksikasi arsen terjadi dilatasi kapiler yang mengakibatkan
permeabilitas dinding pembuluh darah meningkat dan cairan
keluar ke interstisial. Keadaan ini bisa menyebabkan hipovolemi
dan hipotensi (Darmono, 2006).
d. Sistem saraf
Intoksikasi pada sistem saraf memberikan gejala pusing,
sakit kepala, lemah, lesu, delirium, kejang, koma, ensefalopati,
dan gejala neuropati perifer sensoris dan motoris. Gejala
neuropati dapat bersifat lambat (delayed) dan muncul 2-4 minggu
setelah gejala akut (Darmono, 2006).
e. Hati dan Ginjal
Dapat terjadi peningkatan enzim hepar, hematuria, oliguria,
proteinuria, renal insufisiensi dan nekrosis tubular akut, yang
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal akut (Darmono, 2006).
f. Hematologi; anemia, leucopenia, trombositopenia, dan
disseminated intravascular coagulation (DIC) (Cotton dan
Wilkinson, 2009)
g. Kematian mendadak dapat terjadi akibat syok jika korban
menelan senyawa arsen yang cepat diabsorpsi dalam jumlah
besar. Namun jika korban tersebut dapat bertahan hidup maka ia
akan menderita gagal ginjal ataupun kegagalan fungsi hati
(Chadha, 1995).
2. Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi
penduduk yang tinggal dalam suatu kawasan pencemaran lingkungan oleh
arsen dari limbah industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan
sebagainya. Epidemiologi penyakit toksisitas arsen kronis terjadi pada
sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang mengonsumsi air tanah
yang mengandung arsen (Rukman dkk., 2018).
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat
mencapai 10 sampai 1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai
8 minggu sejak penderita mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi
tersebut. Gejala yang jelas terlihat adalah adanya kelainan pada kulit dan
kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis, hiperpigmentasi, dermatitis
dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih pada persambungan
kulit dan kuku (Rukman dkk., 2018).
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko
terjadinya kanker pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma),
kantung kencing, ginjal, dan kolon. Beberapa kelompok peneliti
menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat menyebabkan hepatotoksik
hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum yang terkontaminasi
As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi air tersebut.
Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien yang
dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini (Rukman dkk., 2018).
Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati
ditandai dengan kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas
enzim alkaline fosfatase yang disertai dengan tingginya konsentrasi
arsenik dalam urine (Rukman dkk., 2018).
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut. Saraf
kaki akan lebih parah dari pada saraf tangan, menyebabkan kulumpuhan
pada saraf motorik dan sensorik. Terlihat kecenderungan terjadinya ulcer
(borok) dalam saluran pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis (Rukman
dkk., 2018).
Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang), terutama neutropeni (sel darah putih menurun). Produksi sel
darah merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling. Anemia
yang ada hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat (Rukman
dkk., 2018).
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas
kronis dari arsen trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus
kanker paru, kanker limfa, dan kanker kulit (Rukman dkk., 2018).

E. PEMERIKSAAN KERACUNAN ARSENIK


1. Preparasi Spesimen/Sampel
Ditimbang 10 gram minyak goreng, dimasukkan ke dalam gelas
kimia 100 mL ditambahkan 15 mL larutan HNO3 p.a dan dipanaskan di
atas hot plate pada suhu 250oC selama 16 jam. Diencerkan dengan air
suling hingga 50 mL ke dalam labu takar kemudian disaring
menggunakan kertas saring Whatman. Filtrat yang diperoleh digunakan
untuk analisis logam arsen dan timbal (Aminah dkk., 2017).
2. Metode Pemeriksaan
Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Aminah dkk., 2017).
3. Prosedur Kerja
a. Pembuatan Kurva Kalibrasi
1) Larutan standar As 10 ppm
Dipipet 5 mL larutan standar 1000 ppm, diencerkan
dengan HNO3 hingga 50 mL (100 ppm). Kemudian dipipet
10 mL larutan standar 100 ppm, di encerkan dengan HNO3
hingga 100 mL (10 ppm) (Aminah dkk., 2017).
2) Larutan standar 5,10, 15 dan 20 ppm
Dipipet masing – masing 25, 50, 75 dan 100 mL
larutan standar 10 ppm, diencerkan dengan HNO3 hingga
50 mL, sehingga diperoleh konsentrasi 5,10, 15 dan 20
ppm. Diukur konsentrasi logam arsen pada panjang
gelombang 193,7 nm (Aminah dkk., 2017).
b. Analisis Logam dalam Sampel
Larutan sampel hasil destruksi diukur absorbansinya
dengan Spektrofotometer Serapan Atom, untuk logam As pada
panjang gelombang 193,7 (Aminah dkk., 2017).
4. Contoh Hasil Uji
Hasil Pengukuran Serapan Larutan Baku pada logam arsen (As)
Pada Panjang Gelombang 193,7 nm nilai Konsentrasinya ialah 5, 10,
15, dan 20 dan absorbannya ialah 0,0120; 0,0210; 0,0339; 0,0418.
Kadar logam arsen pada ketiga pedagang ialah <0,01 ppm dimana
standar maksimum kadar logam As dalam minyak goreng adalah 0,1
mg/kg (Aminah dkk., 2017).
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, R., Naid, T., & Salma. (2017). ANALISIS KADAR ARSEN (As) DAN
TIMBAL (Pb) PADA MINYAK GORENG PEMAKAIAN BERULANG
DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM. 09(01), 11–
16.
Chadha, Vijay. Ilmu Kedokteran Forensik dan Toksikologi. Edisi kelima. Jakarta:
Widya Medika. 1995
Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-Press
Darmono. 2006. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Toksikologi Seyawa Logam. Jakarta. UI-Press
Ercal, N., Orhan, H.G., Burns, N.A. 2001. Toxic Metals and Oxidative Stress Part
1: Mechanism Involved in Metal Induced Oxidative Damage. Current Topics
in Medical Chemistry.
Nurohmah, I. F. (2018). ANALISIS KADAR ARSEN PADA RAMBUT ANAK
DENGAN AUTISM SPECTRUM DISORDERS. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Rahayu, M., & Solihat, M. F. (2018). Toksikologi Klinik. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Rukman, I. A., Utari, N. F., & Armadi, I. (2018). INTOKSIKASI ARSENIK. Palu:
Universitas Tadulako.
As-Syifaa Vol 09 (01) : Hal. 11-16, Juli 2017
ISSN : 2085-4714

ANALISIS KADAR ARSEN (As) DAN TIMBAL (Pb) PADA MINYAK GORENG
PEMAKAIAN BERULANG DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI
SERAPAN ATOM

Aminah, Rahmawati, Tadjuddin Naid, Salma

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia Makassar


Email : aminah.aminah@umi.ac.id

ABSTRACT

This study aims to analyze the levels of arsenic (As) and lead (Pb) in frying oil
usage over and over. This research was conducted at the Center for Health
Laboratory Makassar. Samples obtained from merchants fried foods. To ensure the
metal content of the samples prior didestruksi with HNO3P and heated for 16 hours
to liberate arsenic and lead from the oil matrix, then measured using atomic
absorption spectrophotometer (AAS) at a wavelength of 193.7 nm (Arsenic) and 283
nm (lead ). From the results obtained penilitian arsenic (As) in the three vendors that
is <0.1 ppm (max 0.1 ISO ppm) and lead levels that merchants 1 (0.1503 mg / kg
and 0.1940 mg / kg), traders 2 (0.3452 mg / kg and 0.4005 mg / kg), the merchant 3
(0.1111 mg / kg and 0.1788 mg / kg) respectively for the samples before and after
frying (SNI max 0.1 mg / kg).

Keywords: Cooking oil, arsenic, lead, atomic absorption spectrophotometry.

PENDAHULUAN gorengan. Ada masyarakat yang


Minyak goreng didefinisikan menggunakan minyak goreng hanya
sebagai minyak yang diperoleh untuk sekali pakai, namun ada juga
dengan cara memurnikan minyak yang menggunakan minyak goreng
nabati. Minyak nabati merupakan berulang.4
minyak yang diperoleh dari jagung, Kegiatan manusia yang mampu
gandum, beras, kacang-kacangan melepaskan arsen menuju udara
(kacang kedelai, kacang tanah, dan berasal dari abu hasil letusan gunung
lain-lain) palma-palmaan (kelapa dan berapi, asap kebakaran hutan, serta
kelapa sawit), dan biji-bijian (biji bunga dari berbagai kegiatan industri (industri
matahari, biji wijen, biji teng kawang, pertanian dan industri peralatan listrik.5
biji kakao, dan lain-lain.3 Sumber pencemaran logam
Minyak penting dalam proses berat terbesar dari asap kendaraan
penggorengan bagi industri makanan bermotor yakni mencapai 60%-70%.

11
Analisis kadar Arsen (As) dan Timbal (Pb) pada minyak goreng pemakaian berulang
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

Semakin padatnya kendaraan yang Spektrofotometer Serapan Atom


menggunakan bahan bakar bensin (Varian AAS GFA 7000).
maka kadar timbal (Pb) dalam udara Bahan yang digunakan air
juga meningkat karena bersifat suling, asam nitrat p.a (E.Merck),
akumulatif.2 arsen nitrat, timbal (II) Nitrat, minyak
Hasibuan, dkk (2013) telah goreng.
meneliti tentang minyak goreng Prosedur kerja
sebelum dan sesudah penggorengan Proses Destruksi
dimana terdapat cemaran logam Ditimbang 10 gram minyak
timbal (Pb) yang tidak memenuhi goreng, dimasukkan ke dalam gelas
syarat yaitu 0,3091 ppm sebelum kimia 100 mL ditambahkan 15 mL
penggorengan dan 0,8216 ppm larutan HNO3 p.a dan dipanaskan di
sesudah penggorengan dimana batas atas hot plate pada suhu 2500C
maksimum yang dipersyaratkan oleh selama 16 jam. Diencerkan dengan air
2
SNI yaitu 0,1 ppm. suling hingga 50 mL ke dalam labu
Chairunisa (2013) telah meneliti takar kemudian disaring menggunakan
tentang cemaran logam pada minyak kertas saring Whatman. Filtrat yang
goreng yaitu logam kadmium (Cd) diperoleh digunakan untuk analisis
0,0001 mg/kg dengan SNI ≤0,2 mg/kg logam arsen dan timbal.6
dan timbal (Pb) 0,0004 mg/kg dengan Analisis Kuantitatif 6
SNI ≤0,1 mg/kg.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Logam berat dapat Larutan standar As 10 ppm
menimbulkan efek toksik yang mampu Dipipet 5 mL larutan standar
menghalangi kerja enzim sehingga 1000 ppm, diencerkan dengan HNO3
mengganggu metabolisme tubuh yang P hingga 50 mL (100 ppm). Kemudian
menyebabkan alergi, bersifat mutagen, dipipet 10 mL larutan standar 100
teratogen atau karsinogen bagi ppm, di encerkan dengan HNO3 P
manusia maupun hewan.5 hingga 100 mL (10 ppm).
METODE PENELITIAN Larutan standar 5,10, 15 dan 20 ppm
Alat dan bahan Dipipet masing – masing 25, 50,
Alat-alat gelas (pyrex), hot 75 dan 100 mL larutan standar 10
plate, kertas saring Whatman, neraca ppm, diencerkan dengan HNO3 P
analitik (Ohaus tipe pioner), hingga 50 mL, sehingga diperoleh
konsentrasi 5,10, 15 dan 20 ppm.
12
Analisis kadar Arsen (As) dan Timbal (Pb) pada minyak goreng pemakaian berulang
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

diukur konsentrasi logam arsen pada ppm, diencerkan dengan HNO3 P


panjang gelombang 193,7 nm. hingga 50 mL, sehingga diperoleh
Larutan standar Pb 10 ppm konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2; dan 5 ppm.
Dipipet 5 mL larutan standar Diukur konsentrasi logam timbal pada
1000 ppm, diencerkan dengan HNO3 panjang gelombang 283 nm.
P hingga 50 mL (100 ppm). Kemudian Analisis Logam dalam Sampel
dipipet 10 mL larutan standar 100 Larutan sampel hasil destruksi
ppm, di encerkan dengan HNO3 P diukur absorbansinya dengan
hingga 100 mL (10 ppm). Spektrofotometer Serapan Atom,
Larutan standar 0,5; 1; 1,5; 2; dan 5 untuk logam As pada panjang
ppm gelombang 193,7 nm dan untuk logam
Dipipet masing – masing 2,5; 5; Pb pada panjang gelombang 283 nm.
7,5; 10 dan 25 mL larutan standar 10

HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kadar Arsen (As) Pada Minyak Sebelum dan Sesudah
Penggorengan

Sebelum penggorengan Sesudah penggorengan


Pedagang Berat sampel Kadar Berat sampel Kadar Ket
(mg) (ppm) (mg) (mg/kg)
1 10,745 < 0,01 10,692 < 0,01 MS
2 10,688 < 0,01 10,361 < 0,01 MS
3 10,345 < 0,01 10,316 < 0,01 MS
Standar maksimal logam arsen (As) adalah 0,1 mg/kg pada minyak goreng.
Ket : ppm = part per million
MS = memenuhi syarat
TMS = tidak memenuhi syarat

Tabel 2. Hasil Pengukuran Serapan Larutan standar pada logam arsen (As) Pada
Panjang Gelombang 193,7 nm

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


5,0 0,0120
10 0,0210
15 0,0339
20 0,0418

13
Analisis kadar Arsen (As) dan Timbal (Pb) pada minyak goreng pemakaian berulang
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Kadar Timbal (Pb) pada minyak goreng sebelum dan
Sesudah penggorengan

Sebelum penggorengan Sesudah penggorengan


Pedagang Berat sampel Kadar Berat sampel Kadar Ket
(mg) (mg/kg) (mg) (mg/kg)
1 10,745 0,1503 10,692 0,1940 TMS
2 10,688 0,3452 10,361 0,4005 TMS
3 10,345 0,1111 10,316 0,1788 TMS
Standar maksimal logam timbal (Pb) adalah 0,1 mg/kg pada minyak goreng.
Ket : ppm = part per million
MS = memenuhi syarat
TMS = tidak memenuhi syarat

Tabel 4. Hasil Pengukuran Serapan Larutan Standar pada logam timbal (Pb) Pada
Panjang Gelombang 283 nm

Konsentrasi (ppm) Absorbansi


0,5 0,0103
1 0,0222
1,5 0,0308
2 0,0419
5 0,1087

PEMBAHASAN langsung terhadap sampel, output


Penelitian ini dilakukan dengan dapat langsung dibaca, cukup
menganalisis kadar logam arsen (As) ekonomis, dapat diaplikasikan pada
dan timbal (Pb) pada minyak goreng banyak jenis unsur, batas kadar
pemakaian berulang secara penentuan luas dari ppm sampai %.
spektrofotometri serapan atom (SSA). Tujuan dilakukan destruksi
Penelitian ini bertujuan menganalisis adalah untuk merombak senyawa-
dan menentukan kadar logam arsen senyawa organik yang terdapat dalam
(As) dan timbal (Pb) pada minyak sampel, sehingga akan diperoleh
goreng pemakaian berulang. senyawa yang lebih sederhana lalu
Keuntungan metode sisa HNO3 dihilangkan dengan cara
spektrofotometer serapan atom (SSA) dipanaskan diatas hot plate di dalam
dibandingkan dengan lemari asam untuk mencegah
spektrofotometer biasa yaitu spesifik, terhirupnya NO2 (racun). Kemudian
batas deteksi yang rendah dari larutan sampel yang sudah didestruksi
yang sama bisa mengukur unsur- diencerkan dengan air suling hingga
unsur yang berlainan, pengukurannya 50 mL, lalu disaring dengan

14
Analisis kadar Arsen (As) dan Timbal (Pb) pada minyak goreng pemakaian berulang
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

menggunakan kertas saring Whatman nilai Konsentrasinya ialah 5, 10, 15,


hingga diperoleh larutan jernih. Filtrat dan 20 dan absobanya ialah 0,0120;
yang diperoleh digunakan untuk 0,0210; 0,0339; 0,0418. Kadar logam
analisis kadar logam arsen dan timbal arsen pada ketiga pedagang ialah
menggunakan alat spektrofotometri <0,01 ppm dimana standar maksimum
serapan atom pada panjang kadar logam As dalam minyak goreng
gelombang 193,7 nm (As) dan panjang adalah 0,1 mg/kg.
gelombang 283 nm (Pb). Hasil Pengukuran Serapan
Sampel minyak goreng Larutan Baku pada logam Pb (timbal)
diperoleh dari tiga pedagang makanan Pada Panjang Gelombang 283 nm
gorengan. Lokasi pedagang satu nilai Konsentrasinya ialah 0,5; 1; 1,5; 2
terletak di jalan Satanga, lokasi dan 5 dan absobanya ialah 0,0103;
pedagang dua terletak di jalan Kapasa 0,0222; 0,0308; 0,0419 dan 0,1087
Raya (KIMA) dan lokasi pedagan tiga (gambar 2). Kadar logam timbal
terletak di jalan Perintis Kemerdekaan sebelum penggorengan ialah P1
9 ,posisi ketiganya ±1 meter dari tepi 0,1503; P2 0,3452; P3 0,1111 dan
jalan raya dan kondisi tempat kadar logam sesudah penggorengan
penggorengannya memungkinkan ialah P1 0,1940; P2 0,4005; P3 0,1788
terjadi paparan debu, asap dan polusi . dimana standar maksimum kadar
udara hal inilah yang memungkinkan logam Pb dalam minyak goreng
terjadinya cemaran logam arsen dan adalah 0,1 mg/kg.
timbal pada minyak goreng pemakaian Maka dari itu perlu diwaspadai
berulang. karena efek toksisnya tidak langsung
Minyak goreng digunakan terlihat setelah beberapa tahun karena
dalam waktu yang cukup lama dan sifatnya yang cenderung terakumulasi
kebanyakan tidak menggunakan pada makhluk hidup. Sifat akumulasi
penutup untuk menghalangi pajanan inilah yang menyebabkan efeknya
udara atau asap. Pengambilan sampel menjadi lebih berbahaya untuk
bertujuan untuk mengetahui tingkat manusia cemaran logam berat
cemaran terhadap logam arsen (As) seringkali mencemari minyak goreng
dan timbal (Pb). yang dipakai oleh pedagang gorengan,
Hasil Pengukuran Serapan cemaran ini dapat berasal dari air,
Larutan Baku pada logam arsen (As) tanah, debu, udara, asap kendaraan
Pada Panjang Gelombang 193,7 nm maupun dari industri. Bila manusia
15
Analisis kadar Arsen (As) dan Timbal (Pb) pada minyak goreng pemakaian berulang
dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom

mengkonsumsi minyak goreng yang Farmasi UIN Syarif Hidayatullah,


2013.
tercemar logam berat terus menerus,
akan terjadi akumulasi atau 2. Hasibuan R, Hasan W, Naria E.
Analisis Kandungan Timnbal (Pb)
penumpukan logam berat tersebut
Pada Minyak Sebelum dan
dalam tubuh. Lama-kelamaan kadar Sesudah Penggorengan yang
Digunakan Pedagang Gorengan
logam berat ini dalam tubuh manusia
Sekitar Kawasan Traffic Light
mencapai tingkat yang menimbulkan (Skripsi). Medan, 2012.
keracunan yang dapat membahayakan
3. Nugraha WS. Kendali Adsorben
kesehatan bahkan menimbulkan Karbon aktif dan Magnesium Silikat
Dalam Efesiensi Pemakaian
kematian.
Minyak Goreng di Further
KESIMPULAN Processing PT. Chaeroen
Pokhand Indonesia-Serang”,
Berdasarkan hasil penelitian
(Skripsi). Bogor: Institut Pertanian
yang telah dilakukan, maka dapat bogor. 2004.
disimpulkan bahwa Kadar arsen (As)
4. Paramitha AR. Studi Kualitas
pada ketiga pedagang sebelum dan Minyak Makanan Gorengan Pada
Penggunaan Minyak Goreng
sesudah penggorengannya adalah
Berulang (Skripsi). Makassar:
<0,01 ppm. Kadar timbal (Pb) sebelum Jurusan Teknologi Pertanian
Universitas Hasanuddin, 2012.
dan sesudah penggorengan pada
pedagang 1, 2, dan 3 adalah (0,1503 5. Widowati W, Sastiono, Astriana,
Jusuf R. Efek Toksik Logam”,
mg/kg dan 0,1940 mg/kg), (0,3442
Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2008.
mg/kg dan 0,4005 mg/kg), dan (0,1111
6. Zulfiah A. Analisis Kadar Timbal
mg/kg dan 0,1788 mg/kg).
(Pb) Seng (Zn) Dan Tembaga (Cu)
DAFTAR PUSTAKA Pada Ikan Bandeng ( Chanos
Chanos forks) Yang Beredar Di
1. Chairunusia, Uji Kualitas Minyak
Pinggir Jalan Porors Maros-
Goreng Pada Pedagang Gorengan
Pangkep Secara Spektrofotometri
Di Sekitar Kampus UIN Syarif
Serapan Atom (Skripsi). Makassar:
Hidayatullah Jakarta (Skripsi).
Fakultas Farmasi Universitas
Jakarta: Fakultas Kedokteran Dan
Muslim Indonesia, 2014.
Ilmu Kesehatan Program Studi

16

Anda mungkin juga menyukai