Anda di halaman 1dari 14

BIOSINTESIS ASAM GLUTAMAT BERBASIS

PEMANFAATAN MIKROORGANISME
Posted January 6, 2012 by aguskrisno in Uncategorized. Leave a Comment

Latar Belakang

Untuk keperluan hidupnya, jasad  hidup memerlukan bahan makanan. Juga mikroba, untuk
kehidupannya memerlukan bahan-bahan organik dan anorganik yang diambil dari
lingkungannya. Biosintesis sebagai salah satu kegiatan jasad hidup di dalam metabolisme,
berbeda dengan nutrisi, karena di sini diperlukan sumber energi. Asam glutamat merupakan
asam amino yang banyak diproduksi (4 juta ton/tahun). Glutamat sendiri adalah salah satu jenis
asam amino non-essensial yang merupakan substansi dasar penyusun protein dan bisa diproduksi
sendiri oleh tubuh kita untuk keperluan metabolisme serta ditemukan hampir di dalam setiap
makanan yang mengandung protein.

Beberapa jenis makanan yang mengandung glutamat dari alam adalah tomat, keju, saos soya,
saos ikan, dan bahkan juga terdapat di air susu ibu (ASI). Asam glutamat biasanya digunakan
pada produksi MSG.

Asam glutamat sebagian dapat dihasilkan dengan cara menggunakan mikroba. Berbagai teknik
yang telah diketahui dalam pembuatan asam L-glutamat, tapi  memiliki bermacam variasi
efisiensi dalam konversi gula menjadi asam glutamat. Dalam semua sistem dan di antara
parameter lain, ekskresi asam glutamat oleh sel-sel bakteri memiliki tingkat faktor peleburan.

Pada Abad 21 teknik pembuatan MSG mulai beragam. Menurut “The Encyclopedia of
Common Natural Ingredients”  MSG bisa diproduksi dengan menggunakan proses klasik (proses
ekstraksi), teknik hidrolisis protein, sintesis kimia, dan fermentasi oleh mikroba. Oleh karena itu
dalam blog ini akan dibahas mengenai biosintesis asam glutamat berbasis pemanfaatan
mikroorganisme.

Strain Mikrobia

Sebagian besar asam £-Glutamat diproduksi oleh bakteri gram positif yang
tidak membentuk spora, non-motil, dan membutuhkan biotin untuk tumbuh.

Tabel. Strain Mikrobia yang menghasilkan Asam £-Glutamat

Genus Spesies
Corynebacterium C. glutamicum,C. lilium, C. callunae, C. herculis
B. divaricatum, B. aminogenes, B. flavum,B.
lactofermentum, B.saccharolyticum,B. roseum, B.
Brevibacterium
immariophilum, B. alunicum,B. ammoniagenes B.
thiogenitalis
Microbacterium M .salicinovolum, M . ammoniaphilum,M .
Flavum var. glutamicum
Arthrobacter A. globiformis , A. aminofaciens

Kondisi Kultur

1. Sumber Karbon

Bakteri penghasil asam £-Glutamat dapat menggunakan berbagai macam sumber karbon, seperti
glukosa, fruktosa, sukrosa, maltosa, ribosa, atau silosa, sebagai substrat untuk pertumbuhan sel
dan biosintesis asam glutamat. Konsentrasi biotin pada medium harus benar-benar dikontrol
dalam level suboptimal agar memaksimalkan pertumbuhan sehingga diperoleh asam glutamat
yang tinggi. Oleh karena itu, bahan baku kaya biotin, seperti molase dari gula bit dan gula tebu,
tidak dapat digunakan sebelum ditemukannya pengaruh mediasi biotin pada penisilin dan asam
lemak jenuh C16-C18. Asam oleik hanya membutuhkan akumulasi mutan asam £-Glutamat pada
medium yang kaya biotin ketika konsentrasi asam oleik terkontrol pada level suboptimal agar
pertumbuhan maksimal.

2. Sumber Nitrogen dan Kontrol pH

Medium yang baik untuk fermentasi asam £-Glutamat mengandung nitrogen dengan kadar 9,5
%. Contoh sumber nitrogen yang dapat ditambahkan ke dalam medium adalah amonium klorida
atau amonium sulfat. Bakteri yang menghasilkan asam glutamat juga memiliki aktivitas urease
yang kuat sehingga urea juga dapat digunakan sebagai sumber nitrogen. Ion amonium
berpengaruh pada pertumbuhan sel dan pembentukan produk sehingga konsentrasinya dalam
medium harus dikontrol pada konsentrasi rendah.

Tingkat  keasaman  (pH)  medium sangat mudah menjadi asam karena ion amonium terasimilasi
dan dihasilkan asam glutamat. Amonia dalam bentuk gas lebih baik daripada basa cair dalam
menjaga  pH  pada  level 7-8,  sebagai pH optimum untuk produksi asam £-Glutamat. Amonia
dalam bentuk gas berperan sebagai agen pengontrol pH dan sebagai sumber nitrogen serta dapat
mengatasi bermacam-macam masalah teknis. Penambahan otomatis gas amonia dapat
mengontrol pH dengan tepat. Selain itu, juga mencegah efek  merugikan dari amonia dan
pengenceran yang tidak diinginkan pada cairan fermentasi.

3. Faktor Tumbuh
Bakteri penghasil asam £-Glutamat membutuhkan biotin untuk pertumbuhan dan konsentrasinya
harus dikontrol agar memperoleh produk yang maksimal. Dampak biotin pada fermentasi asam
£-Glutamat sangat erat kaitannya dengan permeabilitas asam £-Glutamat terhadap membran sel.

4. Ketersediaan Oksigen

Biosintesis dari asam glutamat merupakan proses aerob yang membutuhkan oksigen selama
proses fermentasinya. Untuk mengoptimalkan produksi, kadar oksigen terlarut harus dijaga pada
kondisi optimal. Sel yang melakukan respirasi akan mengkonsumsi oksigen dalam media hanya
dalam beberapa detik sehingga oksigen harus disuplai secara terus-menerus untuk menjaga
konsentrasi oksigen terlarut.

Akumulasi Produk Lain yang Dipengaruhi oleh Perubahan Kondisi Kultur

1. Asam Laktat dan Asam Suksinat

Brevibacterium flavum yang memproduksi asam glutamat mengakumulasi asam laktat dan asam
suksinat ketika dikulturasi dengan jumlah oksigen yang kurang. Saat jumlah suplai oksigen
kurang dari kondisi kejenuhan komplet ke berbagai derajat kecukupan kebutuhan oksigen,
produk utama berubah dari asam glutamat menjadi asam suksinat kemudian menjadi asam laktat.
Lebih dari 30 g  l-1 asam suksinat atau 45 g  l-1 asam laktat dapat mengakumulasi pada 72 h
kondisi optimum.

2. Asam α-Ketoglutarat

Suplai oksigen yang cukup dengan ketidakadaan ion amonium pada fermentasi asam £-Glutamat
akan menghasilkan akumulasi asam α-Ketoglutarat. Ketika pengontrol pH diubah dari NH4OH
menjadi NaOH pada pada akhir fase pertumbuhan, 18 g l-1 asam α–Ketoglutarat terakumulasi
pada hasil substrat 0,20 g g l-1 pada pembudidayaan 72 h.

3. Asam £-Glutamin

Asam £-Glutamat diubah menjadi £-glutamin ketika terdapat kelebihan amonium klorida pada
kultur pada pH rendah dengan adanya ion seng. Pada medium yang mengandung 40 g  l-1
amonium klorida dan 10 mg l-1 sulfat seng, sel terakumulasi lebih dari 40 l -1 £-Glutamin pada
0,30 g  l-1 sumber karbon.  Konsentrasi tinggi ion amonium pada kondisi pH rendah
menghasilkan produksi N -asetil-£-glutamin. Ion seng efektif dalam pengurangan ekskresi N -
asetil-£-glutamin dalam akumulasi £-glutamin.
Fisiologi Mikrobia dari Fermentasi Asam £-Glutamat

1. Permeabilitas Membran Sel dan Asam Glutamat dalam Hubungannya dengan Konsentasi
Biotin

Biotin merupakan komponen kunci dalam fermentasi asam £-Glutamat. Akumulasi produk asam
£-Glutamat. dapat mencapai maksimal ketika konsentrasi biotin dalam keadaan suboptimal.
Kelebihan biotin dapat menunjang pertumbuhan sel, namun menurunkan akumulasi asam
glutamat. Kandungan biotin untuk mengakumulasi asam glutamat adalah 0,5 pg per gram sel
kering. Akan tetapi, adanya kelebihan biotin pada penambahan penicillin diketahui dapat
menghentikan formasi cross-links peptidoglikan bakteri pada fase pertumbuhan sehingga
memungkinkan sel untuk mengakumulasi asam £-Glutamat dalam jumlah yang besar. Antibiotik
lain seperti cephalosporin C  , yang menghentikan sintesis dinding sel, juga dapat menggantikan
fungsi penisilin. Penambahan asam lemak jenuh C16-C18 maupun  esternya dengan polialkohol
hidrofilik selama fase pertumbuhan  juga  memungkinkan sel untuk mengakumulasi asam £-
Glutamat dalam medium yang kaya biotin. Penggunaan antibiotik dan asam lemak jenuh C 16-C18
ini akan mempermudah suatu industri dengan bahan dasar kaya biotin, seperti gula tebu dan gula
bit.

Akumulasi asam £-Glutamat tidak tergantung pada proses biosintesis tapi pada proses ekskresi.
Ekskresi asam £-Glutamat sangat berkaitan dengan permeabilitas dinding sel yang terdiri atas
kumpulan dari komponen kimia dan fisika dari membran sel. Produksi sel asam £-Glutamat
dengan jumlah biotin terbatas atau berlebih dan diolah dengan penisilin ataupun Tween-60
terekskresi intraseluler asam £-Glutamat ketika dicuci dengan larutan buffer fosfat. Sel tidak
dapat tumbuh tanpa adanya pengolahan dengan penisilin ataupun Tween-60 meskipun ada biotin
berlebih. Asam amino lain dikeluarkan dari sel bahkan ketika pertumbuhan berlangsung dengan
biotin terbatas. Walaupun dengan jumlah biotin terbatas selama ekskresi sel asam £-Glutamat,
pemenuhan kebutuhan asam oleik atau penambahan asam lemak jenuh C 16-C18 mengandung
sedikit fosfolipid dalam membran sel. Di lain sisi, sel dengan kemampuan rendah dalam
mengakumulasi asam £-Glutamat pada medium dengan kandungan biotin tinggi
akan mengandung lebih banyak konsentrasi membran fosfolipid.

Biotin merupakan kofaktor dari asetil KoA karboksilase, enzim pertama pada biosintesis asam
oleik, dan asam lemak jenuh C16-C18 menghambat biosintesis pada asam oleik dengan menahan
asam karboksilase asetil KoA. Jumlah biotin ataupun asam lemak jenuh C16-C18 yang terbatas
dapat menyebabkan biosistesis asam oleik berjalan tidak sempurna dan menghasilkan penurunan
konsentrasi fosfolipid. Akibatnya, fosfolipid seperti kardiolipin dan phosphatidynositol
dimannoside dibutuhkan dalam pengaturan permeabilitas sel asam £-Glutamat.

Pengaruh penisilin pada permeabilitas asam £-Glutamat tidak dapat dijelaskan dengan
kandungan fosfolipid pada membran sel. Permeabilitas pada sel dengan penisilin dipengaruhi
oleh tekanan osmosis. Selama terjadi penurunan tekanan osmosis, penisilin meningkatkan
ekskresi asam £-Glutamat dalam medium kaya biotin dan studi mikroskopik menunjukkan
bahwa penisilin meningkatkan masa elongasi dan pembesaran sel. Sementara itu, asam
lemak jenuh C16-C18 meningkatkan ekskresi asam £-Glutamat dalam medium kaya biotin tanpa
tergantung pada tekanan osmosis. Berdasar hal tersebut, penisilin mempunyai pengaruh sekunder
terhadap fungsi membran. Utamanya, penisilin menghambat sintesis dinding sel sehingga
membran sel lebih mudah rusak.

2. Mekanisme Biosintesis Asam £-Glutamat

Produksi asam £-Glutamat membutuhkan dua enzim penting, yaitu Phosphoenol  Carboxylase
dan α-Ketoglutarate Dehydrogenase. Phosphoenol Carboxylase  akan mengkatalis karboksilasi
dari fosfofenol piruvat ke dalam bentuk oxaloasetat. Sedangkan α-Ketoglutarate Dehydrogenase,
mengubah α-Ketoglutarat menjadi suksinil KoA. Efisiensi dari fiksasi karbondioksida
oksaloasetat bergantung pada hasil dari aktivitas Phosphoenol  Carboxylase. Asam aspartat
menunjukan adanya hambatan dan tantangan enzim. Penghambatan ini telah ditingkatkan oleh
asam α-Ketoglutarat. Oleh karena itu, endogenus asam aspartat dan asam α-Ketoglutarat harus
diminimalkan apabila produk asam £-Glutamatingin dimaksimalkan. α-Ketoglutarate
Dehydrogenase ini penting untuk oksidasi glukosa menjadi CO2. Enzim ini dicegah oleh
cisakonitat, suksinil KoA, NADH, NADPH, piruvat dan oksalat yang kemudian akan diubah
menjadi asetil KoA. Kandungan α-Ketoglutarate Dehydrogenase dari bakteri penghasil asam
glutamat sangat menguntungkan untuk sintesis asam glutamat dari asam α-Ketoglutarat,
mencegah oksidasi asam α-Ketoglutarat menjadi CO2 dan H2O melalui suksinil KoA. Nilai K m
α-Ketoglutarate Dehydrogenase untuk asam α-Ketoglutarata adalah sekitar 1×17 glutamat
dehydrogenase. Enzim ini kemudianmengkatalis formasi asam glutamat menjadi lebih luas
daripada α-Ketoglutarate Dehydrogenase.  Akibatnya,, konsentrasi endogenus α-Ketoglutarat
yang mengatur daur  metabolit α-Ketoglutarat mengikuti biosinteseis asam glutamat ataupun
oksidasi. Hal ini ditunjukan dengan cukup tingginya produksi asam glutamat.
3. Perubahan Genetik Mikrobia Penghasil Asam £-Glutamat

Kelebihan produksi dari asam glutamat ditunjukan dengan adanya strain asing dalam dinding
permeabilitas yang telah dimodifikasi. Akan tetapi, produktivitasnya ditingkatkan oleh adanya
perkembangan mikrobia. Sebagai salah satu contoh, dinding permeabilitas sel asam £-Glutamat
dimodifikasi dengan mutasi berupa mutan temperatur sensitif yang menunjukan pertumbuhan
normal pada 30oC tetapi tidak tumbuh pada 37°C, asam £-Glutamat diproduksi dalam jumlah
besar bahkan medium mengandung biotin secara berlebihan pada kultur bertemperatur 30°C
sampai 40°C selama pembudidayaan. Sintesis membran dari mutan ini dibentuk agar tidak
mampu bertahan pada suhu 37°C- 40°C. Oleh karena itu, terjadi pengurangan asam £-Glutamat.
Tidak ada kontrol kimia dari penicillin ataupun asam lemak jenuh C 16 – C18 yang dibutuhkan
untuk produksi asam £-Glutamat dalam medium yang kaya akan biotin. Usaha yang lain untuk
meningkatkan produksi, yaitu meningkatkan fiksasi karbondioksida. Asam £-Glutamat disintesis
melalui siklus glioksilat sebagai sistem pembaharuan oksaloasetat tanpa fiksasi karbondoksida.
Peningkatan fiksasi ini memungkinkan terjadinya peningkatan produksi.

Sebagian dari monofluoroasetat yang resistan terhadap mutan diturunkan dari Brevibacterium
lactofermentum yang menunjukan peningkatan produktivitas dari asam glutamat dengan
peningkatan aktivitas Phosphoenol Carboxylase. Penurunan aktivitasi Isositrat lyase  juga turut
meningkatkan jumlah asam £- Glutamat. Fiksasi karbondioksida telah ditingkatkan oleh
perubahan mutan tersebut. Piruvat hydrogen mutan yang tidak resisten diturunkan dari
Brevibacterium lactofermentum yang menggunakan asam asetis dan glukosa secara kontinu.
Asam asetis telah diasimilasi sebagai subtrat asetil KoA dan glukosa sebagai oksaloasetat.

Aplikasi dalam teknik DNA rekombinan untuk meningkatkan bakteri penghasil asam glutamat
merupakan penawaran cara baru. Berbagai jenis plasmid  Brevibacterium lactofermentum dan
plasmid Corynebacterium yang menghubungkan  spectinomycin resisten yang  ditemukan
dicocokan sebagai sistem vektor yang memungkinkan.  Kontraksi dari plasmid ini mengandung
kumpulan gen dengan asam glutamat yang ditunjukan Brevibacterium lactofermentum.
Gambar 1. Jalur  pembentukan  asam  glutamat  melalui siklus glioksilat  sebagai sistem
pembentuk oksaloasetat tanpa pembentukan karbondioksida.

Gambar 2. Jalur pembentukan asam glutamat melalui fosfoenolpiruvat dengan pengikatan 


karbondioksida

4. Fermentasi Asam Glutamat Skala Besar


Sterilisasi kontinu lebih berhasil daripada sterilisasi batchwise  untuk mengeliminasi mikrobia
asing yang tidak diinginkan pada media volum besar. Beberapa manfaatnya adalah (1) hemat
energi; (2) kendali mutu yang lebih baik; (3) meningkatnya produktivitas. Filter udara yang
dilengkapi dengan wol kaca biasanya bagus untuk sterilisasi udara.

Pada fermentasi asam £-Glutamat, dibutuhkan input daya yang lebih sedikit untuk agitasi
daripada fermentasi antibiotik, sebagaimana cairan kultur bakteri memiliki viskositas
(kekentalan) lebih rendah daripada cairan kultur  mycelial . Meskipun demikian, perlu
diperhatikan bahwa kebutuhan oksigen dan perubahan panas secara perlahan perunit waktu dan
volum pada kultur adalah lebih tinggi, karena asimilasi gula dan respirasi sel yang juga pada laju
yang lebih tinggi.

Untuk  keberhasilan  operasi  fermentasi,  tekanan  pelarutan oksigen,  suhu, dan pH harus
dioptimalkan selama fermentasi.  Kelarutan oksigen dipelihara di atas 0,01 atm dengan
mengubah laju aliran udara, suhu dikontrol lewat alat pendingin, dan kultur pH dipelihara pada
level konstan dengan gas amonia. Pengendalian tersebut dapat dilakukan dengan sistem
computer-aided  . Selain itu, serangkaian kontrol pada beberapa operasi, contohnya
mensterilisasikan sistem, penggunaan medium pada fermenter, pemberian larutan gula
terkonsentrasi ke fermenter, dan kemudian pencucian fermenter dengan air, dapat dengan mudah
diprogram sehingga dapat berlangsung secara serempak.

Proses Fermentasi

Fermentasi merupakan kegiatan mikrobia pada bahan pangan sehingga dihasilkan produk yang
dikehendaki. Mikrobia yang umumnya terlibat dalam fermentasi adalah bakteri, khamir dan
kapang. Contoh bakteri yang digunakan dalam fermentasi adalah Acetobacter   xylinum pada
pembuatan nata decoco,  Acetobacter aceti pada pembuatan asam asetat. Contoh khamir dalam
fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae dalam pembuatan alkohol sedang contoh kapang
adalah  Rhizopus sp  pada pembuatan tempe,  Monascus purpureus pada pembuatan angkak dan
sebagainya. Fermentasi dapat dilakukan menggunakan kultur murni ataupun alami serta dengan
kultur tunggal ataupun kultur campuran. Fermentasi menggunakan kultur alami umumnya
dilakukan pada proses fermentasi tradisional yang memanfaatkan mikroorganisme yang ada di
lingkungan. Salah satu contoh produk pangan yang dihasilkan dengan fermentasi alami adalah
gatot dan growol yang dibuat dari singkong. Tape merupakan produk fermentasi tradisional yang
diinokulasi dengan kultur campuran dengan jumlah dan jenis yang tidak diketahui sehingga
hasilnya sering tidak stabil. Ragi tape yang bagus harus dikembangkan dari kultur murni. Kultur
murni adalah mikroorganisme yang akan digunakan dalam fermentasi dengan sifat dan
karaktersitik yang diketahui dengan pasti sehingga produk yang dihasilkan memiliki stabilitas
kualitas yang jelas. Dalam proses fermentasi kultur murni dapat digunakan secara tunggal
ataupun secara campuran. Contoh penggunaan kultur murni tunggal adalah Lactobacillus casei
pada fermentasi susu sedang contoh campuran kultur murni adalah pada fermentasi kecap, yang
menggunakan Aspergillus oryzae pada  saat  fermentasi kapang dan saat fermentasi garam
digunakan bakteri Pediococcus sp dan khamir  Saccharomyces rouxii
Medium yang digunakan dapat berupa bahan mentah terutama yang mengandung karbon
(C):glukosa, fruktosa, maltosa, sukrosa, xilosa, dan asam asetat serta sumber nitrogen (N): garam
ammonium, ammonia (NH3). Selain sumber C dan N juga diperlukan biotin dalam medium yang
merupakan faktor pembatas, tergantung sumber C yang digunakan. Contoh medium yang sering
digunakan adalah molase atau tetes tebu. Mikroba yang dapat melakukan fermentasi asam
glutamat  adalah bakteri gram positif non motil yang membutuhkan biotin untuk tumbuh dalam
jumlah sedikit atau aktivitas α-ketoglutarate dehydrogenase dan aktivitas glutamate
dehydrogenase yang tinggi seperti Micrococcus glutamicus, Bacillus circulans,
Bacillus megaterium, Corynebacterium, Brevibacterium, Microbacterium, Arthrobacter.
Perubahan permeabilitas dapat meningkatkan produksi asam glutamat oleh Micrococcus,
Corynebacterium, Brevibacterium, dan Microbacterium. Kunci dari over produksi glutamate
adalah karena spesies tersebut tidak mempunyai enzim α-ketoglutarat dehidrogenase yang
memecah α-ketoglutarat menjadi suksinil-CoA, dan membutuhkan biotin (tidak dapat
mensintesis biotin).

Jika ditumbuhkan pada glukosa, spesies ini dapat memproduksi glutamat, terkumpul di dalam
selsampai 50 mg/g berat kering, dan karena adanya regulasi umpan balik, produksi glutamat
dapat berhenti. Jika permeabilitas sel dinaikkan, glutamat menjadi lebih mudah dikeluarkan dari
sel mengakibatkan konsentrasi glutamat di dalam sel tetap rendah, dan produksi glutamat
terus berlangsung.

Perubahan permeabilitas dapat dilakukan dengan cara : 1. Penggunaan biotin yang terbatas
(konsentrasi sangat rendah, biasanya 9-5 mg/L), 2. Penambahan Penicillin atau turunan asam
lemak. Konsentrasi biotin yang rendah dan penambahan Penicillin atau turunan asam lemak akan
menurunkan konsentrasi fosfolipid di dalam membran sehingga permeabilitas membran berubah.
Fermentasi berlangsung dalam kondisi yang aerobik sehingga membutuhkan sistem aerasi.
Reaksi yang terjadi selama fermentasi adalah sebagai berikut:

C6H12O6 + NH3 + 1,5 O2 C4H9O4N + CO2 + 3 H2O

(glukosa) (asam glutamat)

3 C2H4O2 + NH3 + 1,5 O2 C4H9O4N + CO2 + 3 H2O

(asetat) (asam glutamat)


Lintasan atau jalur biosintesa asam glutamat perlu dipelajari untuk pengenalan sifat-sifat
mikroba dan kondisi fermentasi optimum sehingga yield yang diperoleh lebih banyak.

Pembentukan asam glutamat dari glukosa membutuhkan sekurang-kurangnya 16 tahap reaksi


enzimatis. Asam α-ketoglutarat diubah menjadi asam glutamat melalui reaksi reduktif aminasi
(penambahan NH3). Enzim yang mengkatalisa reaksi tersebut adalah NADP-specific glutamic
acid dehidrogenase. Untuk mengaktifkan enzim tersebut diperlukan NADPH2.

Untuk mengubah glukosa menjadi senyawa dengan tiga atom dan dua atom karbon, disamping
menggunakan jalur HMP (hexomonophosphat) juga menggunakan jalur EMP
(embdenmeyerhoff-parnas). Lintasan HMP menghasilkan lebih banyak NADPH2 yang
diperlukan untuk reaksi konversi asam α-ketoglutarat menjadi asam glutamat.

Fermentasi asam glutamat merupakan fermentasi aerobik, maka kekurangan oksigen


selama proses fermentasi menyebabkan jalur EMP lebih dominan. Hasilnya adalah
banyak dihasilkannya asam-asam organik lain, seperti asam laktat, akibatnya asam glutamat
yang terakumulasi berkurang.

Fermentasi berlangsung selama 35-45 jam kemudian hasil fermentasi tersebut disentrifus


untuk menghilangkan biomassa yang terbentuk dan bahan-bahan padat organik lainnya. Asam
glutamat  yang ada dalam larutan induk dipisahkan dengan resin, di mana asam glutamat akan
tertahan didalam resin.

Pengujian secara kualitatif terhadap adanya asam glutamat dilakukan dengan kromatografi lapis
tipis (thin layer chromatography). Laju spesifik (Rf) spot dari sampel hasil fermentasi di dalam
labu Kolben dibandingkan dengan spot asam glutamat standar.

Bila ditemukan bakteri penghasil asam glutamat maka kemudian dilakukan percobaan-percobaan
dengan berbagai perlakuan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Sebagai contoh
ialah percobaan teknik mutasi dan percobaan variasi media sehingga dihasilkan strain serta
kondisi fermentasi yang optimal menghasilkan asam glutamat.

Sintesis asam amino menggunakan dua galur mikroba, yaitu stringent strain dan relaxed strain.
Stringent strain adalah mikroba yangn berhenti membentuk asam amino apabila jumlah asam
amino yang diproduksi sudah mencukupi kebutuhannya. Mikroba ini bersifat menghemat
sumber-sumber makanan yang jumlahnya terbatas di alam. Sintesa asam amino dihambat karena
terbentuknya senyawa Guanosin Tetra Phosphat dan Guanosin Penta Phosphat. Relaxed strain
tidak membentuk kedua zat tersebut, sehingga dapat mensintesa asam amino dalam jumlah yang
melebihi kebutuhannya.

Mikroba penghasil asam glutamat termasuk dalam relaxed strain. Hal ini disebabkan karena
mikroba tersebut kekurangan enzim α-ketoglutarat dehidrogenase yang diperlukan
untuk mengubah asam α-ketoglutarat menjadi suksinil-CoA dalm siklus Kreb. Dengan
adanya NH3 yang diberikan selama fermentasi, asam α-ketoglutarat diubah menjadi asam
glutarat.
Fermentasi asam glutamat dapat dibedakan menjadi dua grup berdasarkan kelompok mikroba
yang digunakan, yaitu fermentasi galur liar dan fermentasi galur mutan.

1. Galur Liar

Galur liar yang dapat memproduksi asam glutamat adalah Arthrobacter,  Corynebacterium,


Brevibacterium dan Microbacterium. Kebanyakan bakteri pembentuk asam glutamat adalah
gram positif, non motil, tidak membentuk spora, dan yang terpenting adalah bakteri-bakteri
tersebut semuanya membutuhkan biotin untuk pertumbuhannya, serta kekurangan enzim α-
ketoglutarat dehidrogenase.Telah diketahui bahwa biotin mempunyai peranan dalam ekskresi
asam glutamat. Asam glutamat banyak terakumulasi dalam media kultur bila konsentrasi
biotin berada di bawah kondisi optimum yang diperlukan untuk pertumbuhan sel bakteri.
Pemberian lebih banyak biotin akan meningkatkan pertumbuhan sel tetapi menurunkan
akumulasi asam glutamat. Konsentrasi kritis biotin untuk ekskresi asam glutamat adalah 0.5
mikrogram per liter media.

Kekurangan biotin tidak berarti menyebabkan berkurangnya aktifitas sintesa asam


glutamat,tetapi berkurangnya permeabilitas mebran sel. Kekurangan biotin menyebabkan
perubahan komposisi membran sel yaitu menurunkan kandungan fosfolipid dan meningkatkan
rasio molar dari asam lemak jenuh dan asama lemak tak jenuh menjadi lebih besar dari satu.
Dalam hal ini biotin berperanan dalam sintesa asam lemak di dalam sel.

Biotin diperlukan dalam sintesa asam-asam lemak. Biotin dan ATP diperlukan oleh enzim asetil-
CoA karboksilase dalam mengubah asetil-CoA menjadi malonil-CoA yang seterusnya menjadi
asam-asam lemak. Peranan biotin dapat digantikan oleh asam oleat. Mutan yang memerlukan
asam oleat dapat mengakumulasi asam glutamat bila ditumbuhkan pada media dengan
kandungan asam oleat terbatas, walaupun kelebihan biotin.

Penambahan turunan asam lemak yaitu POEFE (poly oxyethilene fatty acid ester) mempunyai
efek yang sama dengan biotin dalam ekskresi asam glutamat, yaitu menyebabkan perubahan
komposisi membran sel.

Penisilin juga menyebabkan ekskresi asam glutamat, namun dalam hal ini efek penisilin berbeda
dengan biotin atau POEFE. Penisilin menghambat sintesa membran

sel, sehingga membran seltipis dan dapat mengekskresikan asam glutamat. Hal ini diikuti dengan
perubahan bentuk sel menjadi lebih panjang atau lebih cembung.

Kerja POEFE tidak tergantung pada tekanan osmotik media, sedangkan penisilin hanya dapat
mengekskresikan asam glutamat bila tekanan osmotik cukup rendah, sehingga penisilin
tidak efektif digunakan dalam media dengan tekanan osmotik tinggi.

Penambahan asam lemak jenuh C16-18 menghambat sintesa asam oleat dengan cara menahan
enzim asetil-CoA karboksilase. Penurunan asam oleat menghambat pembentukan fosfolipid,
sehingga terjadi kebocoran sel. Fermentasi dengan menggunakan galur liar memproduksi asam
glutamat dalam jumlah sedikit,karena tergantung pada mekanisme pengaturan dalam jalur
biosintesa. Galur liar Collobacterium coliform  mengakumulasi 15 gram asam glutamat per liter
media.

2. Galur Mutan

Mutasi terhadap galur liar dimaksudkan untuk memperoleh galur yang memproduksi asam
glutamat dalam jumlah yang tinggi, mempunyai toleransi besar terhadap perubahan kondisi,
mempunyai kisaran pH dan suhu yang lebar serta tahan terhadap kadar gula tinggi.

Dua cara yang biasa digunakan untuk pengaturan biosintesa asam amino ialah feed
back inhibition dan feed back repression. Mekanisme FBI dapat dijelaskan dengan teori protein
alosterik dimana hasil metabolit akhir dari jalur biosintesa menghambat enzim sebelumnya.
Enzim yang dihambat ini adalah protein alosterik yang mempunyai sisi aktif dan sisi
regulatori pada permukaannya. Sisi regulatori dapat bereaksi dengan inhibitor dan menyebabkan
perubahan bentuk (pengkerutan) protein alosterik serta mempengaruhi sisi aktif. Hal ini
menyebabkan sisiaktif tidak dapat bereaksi dengan substrat dan enzim tidak aktif lagi. Dengan
demikian, inhibisi menghambat kerja enzim.

Berbeda dengan inhibisi, represi menghambat pembentukan enzim. Dalam proses ini
produk akhir mengontrol jumlah enzim dalam jalur biosintesa. Ada empat gen yang berperan
dalam sintesa protein, yaitu RPOS (operon) yang terdiri dari R (gen represor), P (gen promotor),
O (genoperator), dan S (gen struktural). Pembentukan enzim secara normal terjadi bila tidak ada
korepresor yang bergabung dengan aporepresor dan menghalangi proses transkripsi.
Korepresor  biasanya produk akhir atau turunannya. Jika represor aktif menyerang pada gen O
pada DNA, transkripsi atau transfer kode-kode genetik dari gen S kepada mRNA tidak terjadi.

Untuk memproduksi beberapa asam amino intermediat pada biosintesa asam amino,


termasuk asam glutamat, dapat digunakan auksotrop dimana jalur biosintesa telah dihalangi,
yaitu dengan membunuh mikroba pada media yang mengandung sedikit asam amino represor.
Dengan demikian, mikroba masih tetap hidup dan terbebas dari FBI dan FBR. Mutan tersebut
dikenal sebagi mutan auksotrop. Dalam fermentasi asam glutamat dikenal Brevibacterium
thiogenitalis yang merupakan mutan auksotrop asam oleat dan Corynebacterium alcanolyticum,
suatu mutan auksotrop gliserol.

Kajian Islam Mengenai Pemanfaatan Mikroorganisme dalam Biosintesis Asam Glutamat

Produksi asam glutamat dari bahan berupa makhluk hidup menunjukkan tanda – tanda kekuasaan
Allah SWT sesuai firman Allah SWT dalam surat An Nahl ayat 5 :

Artinya : “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu, padanya ada (bulu) yang
menghangatkan dan berbagai – bagai manfaat dan sebahagiannya kamu makan”
Dalam hal ini dapat kita ketahui bahwa Allah SWT  menciptakan sejenis  mikroorganisme yang
dapat melakukan metabolisme dan pertumbuhan. Dari hasil metabolisme dan pertumbuhan
tersebut dapat menghasilkan asam glutamat yang dapat digunakan untuk produksi MSG.

Pemanfaatan mikroorganisme dalam produksi asam glutamat dengan menggunakan berbagai


jenis mikroorganisme tergolong dalam mikrobiologi industri. Contohnya Brevibacterium flavum
dan Corynebacterium glutamicum merupakan anggota bakteri. Selama ini bila kita mendengar
kata bakteri, maka yang terbayang di benak kita adalah sesuatu yang merugikan saja, misalnya
penyebab suatu penyakit. Padahal sebenarnya Brevibacterium flavum dan Corynebacterium
glutamicum tidaklah demikian.

Fenomena ini sesuai dengan firman Allah dalam Al Quran surat Al- Imran ayat 191 :

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka.

Dalam surat  Al-Imran ini menjelaskan bahwa segala sesuatu yang di ciptakan oleh Allah SWT
dimuka bumi ini dari hal terkecil sampai hal terbesar mempunyai maksud dan tujuan untuk
kehidupan manusia dimuka bumi.

Kesimpulan

Biosintesis sebagai salah satu kegiatan jasad hidup di dalam metabolisme, berbeda dengan
nutrisi, karena di sini diperlukan sumber energi. Asam glutamat merupakan asam amino non-
essensial. Asam glutamat sebagian dapat dihasilkan dengan cara menggunakan mikroba.
Berbagai teknik yang telah diketahui dalam pembuatan asam L-glutamat,
tapi memiliki bermacam variasi efisiensi dalam konversi gula menjadi asam glutamat.

Dalam proses fermentasi oleh mikroba dilakukan pengoptimalan parameter fermentasi dengan
proses kontinu dan efisiensi konversi gula menjadi asam glutamat. Pengoptimalan tersebut
dengan memperhatikan aspek-aspek penting, seperti : 1. Strain Mikrobia, 2. Kondisi Kultur yang
meliputi : a). sumber karbon, b). sumber nitrogen dan kontrol pH, c). faktor tumbuh, dan d).
ketersediaan oksigen, 3. Akumulasi  Produk  Lain  yang Dipengaruhi oleh Perubahan  Kondisi 
Kultur  yang  meliputi : a). asam laktat dan asam suksinat, b). asam α-ketoglutarat, dan c). asam
£-glutamin, 4. Fisiologi Mikrobia dari Fermentasi Asam £-Glutamat yang meliputi : a).
permeabilitas membran sel dan asam glutamat dalam hubungannya dengan konsentasi biotin, b).
mekanisme biosintesis asam £-glutamat, c). perubahan genetik mikrobia penghasil asam £-
glutamat, dan d). fermentasi asam glutamat skala besar, 5. Proses Fermentasi yang meliputi : a).
galur liar, dan b). galur mutan.

Oleh karena itu berdasarkan aspek-aspek diatas diharapkan proses fermentasi oleh mikroba dapat
dilakukan dengan optimal serta efisien sehingga dapat meningkatkan proses produksi asam
glutamat.

Anda mungkin juga menyukai