Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN

PENURUNAN FUNGSI SISTEM


MUSKULOSKELETAL PADA LANSIA
(PASIEN TN. E)
DI PANTI WREDHA KASIH AYAH BUNDA

DISUSUN OLEH : JENIUS BERUTU

MAHASISWA PROFESI NERS STIKES YATSI


STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS GERONTIK
TAHUN AJARAN 2017-2018
LAPORAN PENDAHULUAN
PENURUNAN FUNGSI SISTEM MUSKULO SKELETAL
PADA LANSIA

A. Definisi Gangguan Muskuloskeletal Pada Lansia


Sistem Muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan bertanggung
jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem muskuloskeletal adalah jaringan
ikat. Sistem ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligamen, bursa, dan
jaringan-jaringan khusus yang menghubungkan struktur-struktur ini.
Gangguan muskuloskeletal pada usia lanjut merupakan salah satu dan demikian
banyak kasus geriatri yang lazim dijumpai di praktik sehari-hari. Pada kenyataannya,
sedikit sekali jenis kelainan muskuloskeletal yang bersifat endemis pada usia lanjut.
Tidak dapat disangkal bahwa kaum usia lanjut lebih sering menderita osteoarthritis,
penggantian sendi melalui tindakan bedah, maupun kelainan kronis pada rotator cuff.
Untuk dapat memahami kelainan muskuloskeletal pada kelompok usia lanjut,
perubahan-perubahan seiring dengan pertambahan usia yang timbul pada otot, tulang,
persendian, jaringan ikat, dan persarafan harus diketahui.
Perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya
usia. Perubahan ini terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ
dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem
muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya
gangguan muskuloskeletal. Adanya gangguan pada sistem muskuloskeletal dapat
mengakibatkan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian
yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Di Daerah Urban,
dilaporkan bahwa keluhan nyeri otot sendi-tulang (gangguan sistem musculoskeletal)
merupakan keluhan terbanyak pada usia lanjut.
Meningkatnya usia harapan hidup (UHH) memberikan dampak yang kompleks
terhadap kesejahteraan lansia. Di satu sisi peningkatan UHH mengindikasikan
peningkatan taraf kesehatan warga negara. Namun di sisi lain menimbulkan masalah
masalah karena dengan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut akan berakibat
semakin besarnya beban yang ditanggung oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah,
terutama dalam menyediakan pelayanan dan fasislitas lainnya bagi kesejahteraan lansia.
Mobilitas dan aktivitas adahal hal yang vital bagi kesehatan total lansia sehingga
perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam pengkajian dan intervensi
musculoskeletal. Perawat memainkan dua peranan penting. Peratama. Mempraktikkan
promosi kesehatan jauh sebelum berusia 65 tahun dapat menunda dan memperkecil
efek degeneratif dari penuaaan. Penyakit musculoskeletal bukan merupakan suatu
konsekuensi penuaan yang dapat dihindari dan kaerenanya harus dianggap sebagai
suatu proses penyakit spesifik, tidak hanya sebagai akibat dari penuaan. Dalam
pengajaran promosi kesehatan, perawat dapat membantu orang lain mengatasi dan
menundu efek perubahan postur tubuh, penurunan mobilitas, potensial cedera, dan
ketidaknyamanan yang secara normal menyertai penuaan. Perawat yang paling
terpercaya adalah mereka yang meningkatkan kesehatan mereka sendiri dan melakukan
latihan yang teratur, postur tubuh, dan diet yang benar setiap hari dalam kehidupan
mereka sendiri. Kedua, ketika merawat lansia dengan masalah musculoskeletal,
perawat harus mempunyai suatu pemahaman tentang masalah musculoskeletal yang
umum terjadi yang memengarhi lansia dan suatu kemampuan untuk membedakan
antara “keluhan reumatik” dan keluhan – keluhan lain yang memerlukan evaluasi lebih
seksama dan perlu dirujuk. Pengetahuan tentang osteoporosis, osteoarthritis, penyakit
inflamasi pada sendi, dan fraktur sangat diperlukan untuk membantu mencegah
komplikasi dan memperkecil dampaknya. Asuhan keperawatan harus didasarkan pada
kepercayaan bahwa pemeliharaan mobilitas merupakan hal yang kritid untuk kesehatan,
kesejahteraan, dan kualitas hidup. Perawat juga memainkan suatu peran penting dalam
mengenali dan mengajarkan kepada orang lain tentang kerentanan lansia karena
perpaduan antara faktor-faktor yang berhubungan dengan perubahan usia dan
kemungkinan adanya factor iatrogenik yang terjadi pada lansia yang dirawat di Rumah
Sakit karena gangguan mobilitas mereka.

B. Perubahan Anatomik pada Sistem Muskuloskeletal


Massa tulang kontinu sampai mencapai puncak pada usia 30-35 tahun setelah itu
akan menurun karena disebabkan berkurangnya aktivitas osteoblas sedangkan aktivitas
osteoklas tetap normal. Secara teratur tulang mengalami turn over yang dilaksanakan
melalui 2 proses yaitu; modeling dan remodeling, pada keadaan normal jumlah tulang
yang dibentuk remodeling sebanding dengan tulang yang dirusak. Ini disebut positively
coupled jadi masa tulang yang hilang nol. Bila tulang yang dirusak lebih banyak terjadi
kehilangan masa tulang ini disebut negatively coupled yang terjadi pada usia lanjut.
Dengan bertambahnya usia terdapat penurunan masa tulang secara linier yang
disebabkan kenaikan turn over pada tulang sehingga tulang lebih pourus. Pengurangan
ini lebih nyata pada wanita, tulang yang hilang kurang lebih 0,5 sampai 1% per tahun
dari berat tulang pada wanita pasca menopouse dan pada pria diatas 80 tahun,
pengurangan tulang lebih mengenai bagian trabekula dibanding dengan kortek. Pada
pemeriksaan histologi wanita pasca menopouse dengan osteoporosis spinal hanya
mempunyai trabekula kurang dari 14%. Selama kehidupan laki-laki kehilangan 20-30%
dan wanita 30-40% dari puncak massa tulang.
Pada sinofial sendi terjadi perubahan berupa tidak ratanya permukaan sendi
terjadi celah dan lekukan dipermukaan tulang rawan. Erosi tulang rawan hialin
menyebabkan pembentukan kista di rongga sub kondral. Ligamen dan jaringan peri
artikuler menga¬lami degenerasi Semuanya ini menyebabkan penurunan fungsi sendi,
elastisitas dan mobilitas hilang sehingga sendi kaku, kesu¬litan dalam gerak yang rumit
Perubahan yang jelas pada sistem otot adalah berkurangnya masa otot terutama
mengenai serabut otot tipe II. Penurunan ini disebabkan karena otropi dan kehilangan
serabut otot. Perubahan ini menyebabkan laju metabolik basal dan laju komsumsi
oksigen maksimal berkurang. Otot menjadi mudah lelah dan kecepatan laju kontraksi
melambat. Selain penurunan masa otot juga dijumpai berkurangnya rasio otot dan
jaringan lemak.
1. Perubahan Fisik Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia
Perubahan fisik sistem muskuloskeletal pada lansia terdiri dari :
a. Tulang kehilangan densikusnya yaitu rapuh
b. Resiko terjadi fraktur
c. Kyphosis
d. Persendian besar dan menjadi kaku
e. Pada wanita lansia > resiko fraktur
f. Pinggang, lutut dan jari pergelangan tangan terbatas
g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan
berkurang )
h. Gerakan volunter yaitu gerakan berlawanan
i. Gerakan reflektonik yaitu Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi terhadap
rangsangan pada lobus
j. Gerakan involunter yaitu Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai reaksi
terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
k. Gerakan sekutu yaitu Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk menjamin
efektifitas dan ketangkasan otot volunter.
Perubahan Pada Sistem Muskuloskeletal
Perubahan pada sistem muskuloskeletal antara lain sebagai berikut :
a. Tulang
Tulang menyediakan kerangka untuk semua sistem muskuloskelethal
dan bekerja berhubungan dengan sistem otot untuk memfasilitasi pergerakan.
Fungsi tambahan tulang pada tubuh manusia adalah penyimpanann calcium,
produksi sel darah, dan mendukung serta melindungi jaringan dan organ
tubuh. Tulang terbentuk dari lapisan luar yang keras disebut cortical atau
tulang padat, dan di bagian dalm terdapat spongy berlubang yang disebut
trabecular. Bagian cortical terhadap komponen tabecular berubah berdasrkan
tipe tulang. Tulang panjang misalnya, radius dan femur, mengandung
sebanyak 90% corticol, sedangkan tulang vertebrata susunan utamanya adalah
sel trabecular. Corticol dan trabecular merupakan komponen tulang yang
berpengaruh pada lansia.
Pada lansia terdapat perubahan pada susunan pembentukan tulang yaitu :
1. Tulang kortical
Mulai umur 40 tahun, terjadi perubahan penurunan sejumlah tulang
cortical 3 % perdecade pada laki-danwanitaberlanjut terus sampai akhir
dewasa.
Setelah menopause, wanita terjadi penambahan penurunan/
kehilangan tulang cortical, sehingga jumlah rata-rata penurunan mencapai
9% sampai 10 % perdecade pada umur 45-75 tahun. Penurunan tulang
corticl berakhir pada umur 70- 75 . Hasil akhir perubahan ini seumur hidup
kira-kira 35%-23% pada wanita dan laki-laki berturut-turut.
2. Tulang trabekular
Serangan hilangnya tulang trabecular lebih dulu dari serangan
kehilangan cortical pada wanita dan laki-laki.
Rata-rata hilangnya tulang trabecular kira-kira 6%-8% perdecade
setelah menopause, wanita terjadi kehilangan tulang trabecular secara cepat
Hasil akhir kehilangan seumur hidup kira-kira 50%- 33% pada wanita dan
laki-laki seumur hidup.
3. Peningkatan reabsorpsi tulang oleh tubuh.
4. Penurunan penyerapan kalsium
5. Serum parathyroid hormone meningkat
6. Gangguan regulasi aktivitas osteoblas
7. Gangguan pembentukan tulang, sekunder untuk mengurangi matriks tulang.
8. Jumlah fungsi sel marrow yang digantikan oleh jaringan sel lemak
b. Otot
Semua kegiatan sehari – hari (ADL) langsung dipengaruhi oleh fungsi
otot, yang di kendalikan oleh saraf motorik. Perubahan yang berhubungan
dengan usia berdampak besar pada fungsi otot, yaitu :
1) Hilangnya masa otot sebagai hasil penurunan dalam ukuran dan jumlah
serat otot
2) Penurunan serat otot dengan penggantian selanjutnya oleh jaringan
penghubung dan akhirnya oleh jaringan lemak.
3) Penurunan membran sel otot dan keluarnya cairan dan pota.
Dengan umur 80 tahun, kira-kira masa otot hilang (Tonna, 1987).
Pada penjumlahan, terdapat kehilangan saraf motorik yang berhubungan
dengan usia, dan ini mempengaruhi fungsi otot. Dan pada akhirnya
perubahan yang berhubungan dengan usia adalah kemunduran fungsi
motorik dan hilangnya kekuatan dan ketahanan otot
c. Persendian
Pada perrsendian perubahan yang terjadi adalah :
1) Penurunan viskositas cairan sinovial
2) Terbentuknya jaringan perut dan adanya kalsifikasi pada persendian
3) Jaringan penghubung (kolagen dan elastis)
Kolagen sebagai protein pendukung utama pada kulit, tendon, tulang,
kartilago, dan jaringan ikat mengalami perubahan menjadi bentangan cross
linking yang tidak teratur. Bentangan yang tidak teratur dan penurunan
hubungan tarikan linear pada jaringan kolagen merupakan salah satu alasan
penurunan mobilitas pada jaringan tubuh. Setelah kolagen mencapai puncak
fungsi atau daya mekaniknya karena penuaan, tensile strenght dan
kekakuan dari kolagen mulai menurun.
Kolagen dan elastin yang merupakan jaringan ikat pada jaringan
penghubung mengalami perubahan kualitatif dan kuantitatif sesuai penuaan.
Perubahan pada kolagen itu merupakan penyebab turunnya fleksibilitas
pada lansia sehingga menimbulkan dampak berupa nyeri, penurunan
kemampuan untuk meningkatkan kekuatan otot, kesulitan bergerak dari
duduk ke berdiri, jongkok dan berjalan, dan hambatan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari
d. Kartilago
Jaringan kartilago pada persendian menjadi lunak dan mengalami
granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata. Selanjutnya
kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi
cenderung ke arah progresif. Proteoglikan yang merupakan komponen dasar
matriks kartilago berkurang atau hilang secara bertahap. Setelah matriks
mengalami deteriorasi, jaringan fibril pada kolagen kehilangan kekuatannya
dan akhirnya kartilago cenderung mengalami fibrilasi. Kartilago mengalami
kalsifikasi di beberapa tempat, seperti pada tulang rusuk dan tiroid. Fungsi
kartilago menjadi tidak efektif, tidak hanya sebagai peredam kejut , tetapi juga
sebagai permukaan sendi yang berpelumas. Konsekuensinya kartilago pada
persendian menjadi rentan terhadap gesekan. Perubahan tersebut sering terjadi
pada sendi besar penumpu berat badan. Akibat perubahan itu sendi mudah
mengalami peradangan, kekakuan, nyeri, keterbatasan gerak dan terganggunya
aktivitas sehari-hari.

C. Masalah Gangguan Sistem Muskuloskeletal Yang Terjadi Pada Lansia


1. Osteoporosis
a. Patofisiologi
Osteoporosis adalah suatu kondisi penurunan masa tulang secara
keseluruhan, merupakan suatu keadaan tidak mampu berjalan atau bergerak,
sering merupakan penyakit tulang yang menyakitkan yang terjadi proporsi
epidemik. Walaupun osteoporosis paling sering ditemukan pada wanita, pria juga
beresiko mengalami osteoporosis. Hilangnya substansi tulang menyebabkan
tulang menjadi lemah secara mekanis dan cenderung untuk mengalami fraktur,
baik fraktur spontan maupun fraktur akibat trauma minimal. Ketika kemampuan
menahan berat badan normal menurun atau tidak ada sebagai konsekuensi dari
penurunan atau gangguan mobilitas, akan terjadi osteoporisis karena gangguan
mobilitas, akan terjadi osteoporosis karena tulang yang jarang digunakan.
Aktivitas osteoklastik reabsorpsi tulang, dan pelepasan kalsium dan fosfor
kemudian dipercepat.
b. Manifestasi Klinis
Fraktur-fraktur primer yang paling sering ditemukan pada klien dengan
osteoporosis adalah fraktur vertebra, fraktur tulang panggul, dan fraktur lengan
bawah. Fraktur ini terjadi salah satunya akibat dari stress cedera yang berulang-
ulang atau akibat trauma akut, yang mungkin memperberat mikto-fraktur ini.
Sebagai konsekuensinya, tidak diketahui dengan pasti faktor apa yang memulai
terjadinya fraktur panggul.
Fraktur osteoporosis cenderung berkelompok, dan kejadian satu jenis
fraktur pada umumnya menunjukkan bahwa seorang pasien beresiko tinggi untuk
mengalami fraktur berikutnya pada lokasi yang lain. Fraktur vertebra dan lengan
bagian bawah cenderung terjadi lebih awal dalam hidup dibandingkan feaktur
panggul. Fraktur membatasi mobilitas dan menempatkan pasien pada risiko tinggi
untuk mengalami kemunduran status fungsional dan perkembangan komplikasi
selanjutnya akibat keterbatasan mobilitas.
c. Insiden
Perkembangan osteoporosis sering dimulai pada usia muda dan dipengaruhi
oleh perubahan endokrin dan metabolisme juga oleh efek pada tulang yang
berhubungan dengan usia dan terkait jenis kelamin. Faktor-faktor yang
memengaruhi pencapaian dan pemeliharaan puncak massa tulang terjadi setelah
maturitas skeletal (misalnya: ras, jenis kelamin, dan hereditas) juga menentukan
siapa yang beresiko untuk mengalami osteoporosis. Wanita pasca menopause,
berkulit putih yang langsing paling peka terhadap osteoporosis.
Meskipun demikian, sekitar 30% dari wanita yang berusia di atas 60 tahun
menagalami osteoporosis klinis. Massa tulang menurun sekitar 2 sampai 3% per
tahun pada waktu wanita setelah menopause. Hilangnya massa tulang terus terjadi
tanpa diketahui sampai fraktur terjadi.
d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan untuk osteoporosis termasuk pencegaha
melalui pendidikan kesehatan dengan menekankan pada pengurangan faktor
risiko, asupan kalsium dan nutrisi yang adekuat, aktivitas fisik, dab terapi sulih
hormon.
Lansia yang tinggal di Institusi, yang mengalami gangguan mobilitas,
terutama sangat rentan karena osteoporosis meningkat dengan cepat dari hari
ketiga sampai minggu ketiga dari imobilisasi dan mencapai puncaknya selama
minggu kelima atau keenam. Namun, dengan ambulasi, mineral tulang disimpan
kembali dengan kecepatan hanya 1% setiap bulannya, tekankan pentingnya
pencegahan kehilangan awal.
2. Osteoartritis
a. Patofisiologi
Osteoartritis (juga disebut penyakit degeneratif sendi, hipertrofi artritis,
artritis senescent, dan osteoartrosis) adalah gangguan yang berkembang secara
lambat, tidak simetris dan non inflamasi yang terjadi pada sndi-sendi yang
digerakkan, khususnya pada sendi-sendi yang menahan berat tubuh. Osteoartritis
ditandai oleh degenerasi kartilago sendi dan oleh pembentukan tulang baru pada
bagian pinggir sendi. Kerusakan pada sendi-sendi akibat penuaan diperkirakkan
memainkan suatu peran penting dalam perkembangan osteoartritis. Perubahan
degeneratif menyebabkan kartilago yang secara normal halus, putih, tembus
cahaya menjadi buram dan kuning, dengan permukaan yang kasar dan area
malacia (pelunakan). Ketika lapisan karilago menjadi lebih tipis , permukaan
tulang tumbuh semakin dekat satu sama lain. Inflamasi sekunder dari membran
sinovial mungkin mengikuti. Pada saat permukaan sendir menipiskan kartilago,
tulang subkondrial meningat kepadatannya dan menjadi sklerosis.
b. Manifestasi Klinis
Nyeri, kekakuan, hilangnya gerakan, penurunan fungsi dan deformitas sendi
secara khas dihubungkan dengan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan,
pembengkakan, dan kehangatan. Klien mungkin positif mempunyai riwayat
trauma, penggunaan sendi berlebihn, atau penyakit sendi sebelumnya.
Pada awalnya, nyeri terjadi bersama gerakan; kemudian, nyeri dapat juga
terjadi pada saat iistirahat. Pemeriksaaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan
krepitus, berkurangnya rentang gerak, seringnya pembesaran tulang, dan tanda-
tanda inflamasi pada saat-saat tertenu. Peningkatan rasa nyeri diiringi oleh
kehilangan fungsi secara progresif. Keseluruhan koordinasi dan postur tubuh
mungkin terpengaruh sebagai hasil dari nyeri dan hilangnya mobilitas.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gangguan kronis ini dimulai dengan menemukan aktifitas
kehidupan sehari-hari yang mungkin ikut berperan terhadap tekanan pada sendi
yang sakit, memberikan alat bantu kepada klien untuk mengurangi beban berat
pada sendi yang sakit, mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ini, dan
merencanakan penatalaksanaan nyeri yang sesuai.
d. Atroplasti
Atroplasti adalah rekonstruksi atau penggantian sendi. Prosedur
pembedahan ini dilakukan untuk menghilangkan rasa nyeri, meningkatkan atau
mempertahakan rentang gerak, dan memperbaiki kondisi deformitas yang dapat
diakibatkan oleh osteoartritis, AR, atau nekrosis avaskular. Artoplasti dapat
berupa penggantian sebagian sendi, pembedahan untuk membentuk kembali
tulang sendi atau penggantian sendi secara total. Penggantian atroplasti tersedia
untuk siku, bahu, pinggul, lutut, pergelangan kaki, dan sendi-sendi falang jari.
Rekonstruksi pinggul sering digunakan untuk pengobatan klien dengan AR,
osteoartritis, dan fraktur pinggul.
Sakit yang tidak berkurang sebagai akibat dari kerusakan yang berat pada
sendi lutut merupakan indikasi utama atroplasti lutut. Sebagian atau seluruh sendi
lutut mungkin digantikan dengan suatu alat prostetik metal dan plastik. Dalam 2
sampai 5 hari setelah operasi, klien diinstruksikan untuk melakukan laihan
pengaturan kuadrisep dan menaikkan kaki secara lurus. Ketika pembalut luka
yang besar ukurannya telah dilepaskan, latihan fleksi aktif dimulai. Latihan
menahan beban dimulai segera setelag klien dapat menggunakan walker atau
tongkat.
3. Artritis Rheumatoid
a. Patofisologi
Penyakit inflamasi artikular yang paling sering terjadi pada lansia, AR,
adalah suatu penyakit kronis, sistemik, yang secara khas berkembang perlahan-
lahan dan ditandai oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi-sendi
diartrodial dan struktur yang behubungan. AR sering disertai dengn nodul-nodul
reumathoid, artritis, neuropati, skleritis, perikarditis, limfadenopati dan
splenomegali. AR di tandai oleh periode-periode remisi dan bertambah parahnya
penyakit.
b. Manifestasi Klinis
Pada lansia, AR dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok. Kelompok
pertama adalah AR klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan sebagian besae
terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-nodula reumatoid sering terjadi.
Penyakit dalam kelompok ini dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang
progresif.
Kelompok kedua, termasuk klien yang memenuhu kriteria dari American
Rheumatologic Association untuk AR karena mereka mempunyai radang sinovitis
yang terus menerus dan simetris, sering melibatkan pergelangan tangan dan
sendi-sendi jari.
Kelompok ketiga, sinovitas terutama memengaruhi bagian proksimal sendi,
bahu dan panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekakuan pada
pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal ini, dengan adanya
bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan genggaman, dan sindrom carpal
tunnel. Kelompok ini mewakili suatu kelompok penyakit yang dapat sembuh
sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan prednison
dosis rendah atau agens antiinflamasi dan memiliki prgonosis yang baik.
Jika tidak diistirahatkan, AR akan berkembang menjadi empat tahap yaitu :
1. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan kelebihan
produksi cairan sinovial tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat
pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat.
Klien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras mmenggantikan panas, sehingga mengurangi
ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi,
perubahan kesejajaran tubuh, dan deformitas. Secara radiologis terlihat adanya
kerusakan kartilago dan tulang
4. Ketika jaringan fiborsa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang
meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-nodul mungkin terjadi.
c. Penatalaksanaan
Penanganan medis bergantung pada tahap penyakit ketika diagnosis dibuat
dan termasuk dalam kelompok mana yang sesuai dengan kondisi tersebut. Untuk
menghilangkan nyeri dengan mmenggunakan agens anti-inflmasi, obat yang
dapat dipilih adalah aspirin. Namun efek anti-inflamasi dari aspirin tidak terlihat
pada dosis kurang dari 12 tablet per hari, yang dapat menyebabkan gejala sistem
gastrointestinal dan sistem saraf pusat. Obat anti-inflamasi non-steroid sangat
bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan
oleh pabrik dan pemantauan efek samping secara hati-hati sangat perlu dilakukan.
Terapi kortikosteroid yang diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk
infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara cepat dhubungkan dengan
nekrosis dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya, injeksi yang diberikan ke
dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan
pembengkakan umumnya hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.
Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat
alami RA kronis dan kelompok serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau
perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa walaupun pengobatan mungkin
mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula mempertahankan
pergerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu program
aktivitas dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan
pada sendi.
4. Fraktur Kompresi Vetebra
Suatu gejala osteoporosis yang sering dijumpai adalah sakit punggung, akibat
fraktur kompresi vertebra. Nyeri akut pada bagian tengah sampai bagian bawah
vertebra torasika selama aktivitas harian rutin mungkin merupakan gejala yang
paling awal terjadi. Fraktur kompresi ini dapat terjadi setelah trauma minimal,
seperti melepaskan kancing pada bagian punggung, membuka jendela atau bahkan
merapihkan tempat tidur.
Fokus dari perawatan untuk fraktur kompresi akut adalah mengurangi gejala
sesegera mungkin dengan tirah baring pada posisi apapun yang mampu memberikan
kenyamanan maksimum. Relaksan otot seperti panas dan analgesik dapat digunakan
jika ada indikasi pengunaan relaksan otot jangka pendek dalam jumlah sedikit dapat
mengurangi spasme otot yang sering menyertai fraktur-fraktur ini.
Segera setelah rasa nyeri berkurang, klien perlu mencoba untuk bangun dari
tempat tidur secara perlahan-lahan dan dengan bantuan. Latihan yang dilakukan
dengan pengawasan untuk memperbaiki deformitas postural dan meningkatkan
tonus otot sangat bermanfaat bagi klien. Berenang, walaupun bukan merupakan
latihan menahan berat, dapat mempertahakankan fleksibilitas dan mungkin
merupakan cara yang paling efektif bagi klien harus diajarkan tentang cara
mencegah keregangan punggung dengan menghindari gerakan berputar atau
pergerakan yang kuat atau membungkuk secara mendadak. Tindakan untuk menjaga
keamanan yang berhubungan dengan cara mengangkat dan membawa barang-barang
perlu dijelaskan.
5. Fraktur Panggul
Klien lansia biasanya mengalami cedera ini karena jatuh. Walaupun hanya 3%
dari semua fraktur adalah fraktur panggul, tipe cedera ini diperhtiungkan
menimbulkan 5 sampai 20% kematian di antara lansia akibat fraktur. Fraktur
panggul adalah hal yang tidak menyenangkan karena fraktur tersebut dapat juga
menyebabkan cedera intraabdomen yang serius, seperti laserasi kolon, paralisis
ileum, perdarahan intrapelvis dan ruptur urtra serta kandung kemih
6. Fraktur Pinggul
Walaupun fraktur tulang belakang yang mengarah pada deformitas dan fraktur
pinggul menyebabkan disfungsi tubuh, tetapi fraktur pinggullah yang sangat berat
memengaruhi kualitas hidup dan menantang kemampuan bertahan hidup pada lansia.
Holdruck melaporkan bahwa satu dari 20 pasien yang berusia lebih dari 65 tahun
yang baru saja di rawat di Rumah Sakit mengalami penyembuhan dari fraktur
panggul. Bahkan ditangan ahli yang terbaik, 405% dari klien yang mengalami
fraktur panggul tidak dapat bertahan hdup 2 tahun setelah cedera ini. Pada pasien
yang berasal dari Panti Jompo, 70% tidak bertahan hidup satu tahun, hanya sepertiga
dari pasien yang dapat bertahan hidup setelah mengalmi raktur panggul dapat
kembali ke agay hidup dan tingkat kemandirian yang dapat dibandingkan dengan
gaya hidup dan kemandirian yang dinikmatinya sebelum mengalami cedera tersebut.
Antara 75 dan 80% dari semua fraktur tulang panggul memengaruhi wanita,
dan hampir 50% terjadi pada seseorang yang berusia 80 tahun atau lebih.
Manifestasi klinis dari raktur tulang pinggul adalah rotasi eksternal, pemendekan
ekstremitas yang terkena, dan nyeri berat serta nyeri tekan di lokasi fraktur.
perubahan letak akibat fraktur pada bagian leher tulang fremur dapat menyebabkan
gangguan serius pada supali darah ke kafut femur, yang dapat mengakibatkan
nekrosis avaskular.
Perbaikan dengan pembedahan lebih disukai dalam menangani fraktur tulang
pinggul. Penanganan melalui pembedahan memungkinkan klien untuk bangun dari
tempat tidur lebih cepat dan mencegah komplikasi yang lebih besar yang
dihubungkan dengan imobilias. Pada awalnya, ekstremitas yang terpengarh untuk
sementara mungkin diimobiliasikan dengan menggunakan traksi buck atau rusel
sampai kondisi fisik klien stabil dan pembedahan dapat diajdwalkan. Banyak yang
percatya bahwa lansia berada pada kondisi yang palinh sehat segera setelah
kecelakaan sehingga operasi harus dilaksanakan secepat mungkin.
a. Penatalaksanaan
Karena banyak klien lansia cenderung untuk berada di suatu sttaus yang
berbahaya sebelum terjadinya fraktur, perawat harus mewaspadai beberapa faktor
pra operasi dan paska operasi yang jika tidak dikenali, mungkin menjadi faktor
penentu yang berdampak kurang baik terhadap klien.
b. Faktor pra operasi
Masalah kesehatan kronis seperti diabetes melitus, hipetensi, dekompensasi
jantung, dan arthritis mungkin mempersulit gamabarn klinis. Spasme otot berat
dapat meningkatkan nyeri. Spasme ini dapat ditangani dengan pengobatan yang
sesuai, posisi yang nyaman (kecuali jika ada kontraindikasi), dan penggunaan
traksi yang sesuai secara tepat, jika digunakan traksi. Pemijatan pada bagian
tungkai yang terkena tidak dianjurkan selama tidak terjadi kejang.
Klien harus diajarkan untuk melatih kaki yang tidak mengalmi cedera dan
kedua lengannya. Sebelum operasi, klien harus diajarkan tentnang cara
menggunakan trapez yang dpasang pada bagian atas tempat tidur dan sisi
pengaman tempat tidur yangg berlawanan untuk membantunya dalam mengubah
posisi. Karena ambulasi pada umumnya dimulai pada hari kedua sesudah operasi,
klien perlu mempraktikan bagaimana cara bangun dari tempat tidur dan pindah ke
kursi. Rencana untuk pemulangan klien harus didiskusikan dan pengaturan
dilakukan bersama pekerja sosial atau manajer kasus untuk perawatan dirumah
atau perawatan terampil.
c. Faktor pasca operasi
Perawatan awal hampir sama pada setiap klien lansia yang mengalami
operasi, yaitu memantau tanda vital serta asupan dan haluaran, memeriksa
perubahan status mental (sensori), mengawasi aktifitas pernafasan seperti nafas
dalam dan batuk, memberikan pengobatan untuk rasa nyeri dan mengobservasi
balutan luka terhadap tada-tanda perdarahan dan infeksi. Sebelum dan setelah
reduksi fraktur, selalu ada potensial untuk mengalami gangguan sirkulasi, sensasi,
dan pergerakan. Denyut nadi perifer pada bagian distal tungkai yang fraktur harus
dikaji. Perawat mengkaji kemampuan jari kaki klien untuk bergerak, kehangatan
dan warna merah muda pada kulit, perasaan mati rasa atau kesemutan, dan
edema. Tungkai klien tetap diangkat untuk mencegah edema. Sebuah bidai
abduktor dapat digunakan diantara lutut klien ketika mengubah posisi klien dari
satu sisi ke sisi yang lain. Karung yang berisi pasir dan bantal dapat sangat
membantu untuk mempertahanakan agar tungkai tidak berputar secara eksternal.
Penggunaan Transcutanneous Elektrcial Nerve Stimulator (TENS) setelah
operasi dapat menurunkan kebutuhan akan penggunaan narkotika secara
signifikan.
Bila fraktur tulang pinggul telah ditangani dengan menyisipkan frosteis
kapur femur, klien dan keluarga harus menyadari sepenuhnya tentang posisi dan
aktifitas yang mungkin dapat menyebabkan dislokasi (fleksi, adduksi dengan
rotasi internal). Banyak aktifitas sehari-hari yang dapat menimbulkan posisi ini,
seperti menggunakan kaos kaki dan sepatu, menyilangkan kaki pada saat duduk,
berbaring miring dengan posis yang salah, posisi tubuh relatif fleksi kearah kursi
pada saat akan berdiri atau duduk, dan duduk pada tempat duduk yang rendah.
Aktifitas ini harus di hindari secara ketat sedikitnya 6 minggu, sampai jaringan
lunak disekitar tulang pinggul telah cukup pulih untuk menstabilkan prostesis
yang dipasang. Rasa nyeri yang berat dan mendadak rotasi eksternal yang ekstrim
mengindikasikan adanya perubahan letak prostesis tersebut.
Untuk mencegah dislokasi prostesis, perawat harus selalu menempatkan 3
bantal diantara tungkai klien ketika mengubah posisi, pertahankan bidai adduktor
tungkai pada klien kecuali ketika sedang mandi, hindari fleksi tulang pinggul
secara ektrem, dan hindari mengubah posisi klien ke sisi yang mengalami frakur.
Ketika fraktur tulang pinggul ditangani dengan tindakan fiksasi agar klien tidak
dapat bergerak, tindakan pencegahan dislokasi tidak perlu dilakukan. Pada
umumnya, klien perlu didorong untuk bangun dari tempat tidur padahari pertama
sesudah operasi. Menahan beban berat pada ekstremitas yang terkena tidak
diizinkan sampai pemeriksaan radiologi menunjukkan adanya tanda-tanda
penyembuhan yang adekuat, biasanya dalam waktu 3 sampai 5 bulan.
D. Pencegahan
1. Pencegahan Primer
Dasar dari terapi pencegahan terletak pada mengoreksi faktor resiko yang
diketahui untuk terjadinya kehilangan tulang dan masalah yang dihubungkan dengan
beberapa gangguan seperti osteoporosis. Faktor terkait usia yang dapat
meningkatkan terjadinya kehilangan unsur-unsur tulang yang terdiri dari penurunan
hormon, dan perubahan diet dan gaya hidup, merupakan hal yang penting karena
efek dari kehilangan tulang yang terjadi sepanjang kehidupan adalah kumulatif.
a. Estrogen
Estrogen memainkan peran utama dalam memperhatikan integritas tulang
pada wainta. Kehilangan unsur-unsur tulang terjadi bila kadar estrogen turun.
Kehilangan tulang bergantung estrogen terjadi secara cepat selama 5 sampai 10
tahun setelah menopause. Pria juga berhadapan dengan resiko mengalami
kehilangan tulang karena kemunduran fungsi hormonal seiring perttambahan
usia. Laju penurunan kadar hormon pada pria ini tidak sedramatis daripada yang
dihubungkn dengan menopause pada wanita.
Suatu penelitian terbaru mengidentifikasi bahwa sebagian besar wanita
lanjut usia itu tidak menggunakan terapi sulih estrogen (Estrogen Replacement
Therapy (ERT) karena mereka percaya bahwa mereka tidak memerlukan terapi
tersebut, mereka takut efek samping yang tidak diinginkan dari ERT, atau mereka
percaya vahwa pengobatan akan merugikan diri mereka. Perawat mempunyai
suatu peran kunci untuk dimainkan dalam memberikan pendidikan kesehatan
pada wanita-wanita lanjut usia mengenai keuntungan-keuntungan ERT dan
perannya dalam pencegahan efek menyakitkan dan melumpuhkan dari kehilangan
tulang di usia tua.
b. Diet
Kebiasaan makan yang dilakukan sepanjang hidup memengaruhi maturitas
massa tulang. Nutrisi yang seimbang dengan asupan kalsium dan vitamin D
yanga dekuat sangat penting untuk mempertahakan struktur dan integritas tulang
pada semua usia. Kemampuan saluran gastrointestinal lansia untuk mengabsorpsi
dan menggunakan diet kalsium menunjukkan suatu kemunduran yang jelas. Oleh
karena itu, rekomendasi terbaru untuk asupan kalsium bagi lansia adalah antara
1000 samai 1500 mg/hari. Saran untuk meningkatkan asupan kalsium dalam diet
harus kreatif dan sederhana. Perawat perlu memberikan perhatian khusus
terhadap diet hidup sendiri, karena sebagian besar dari mereka beresiko
mengalami defisiensi diet dan akan perlu untuk mencari sumber daya keluarga
dan komunitas.
c. Olahraga
Perawat dapat memberi dampak yang berarti pada kualitas hidup dan
disabilitas yang berhubungan dengan penyakir kronis pada sistem
muskuloskeletal dengan cara memberi dorongan dan mengajarkan suatu program
kebugaran dan latihan yang efektif dan aman. Olahraga telah terbukti dapat
menunda perubahan fisiologis yang biasanya terjadi pada proses penuaan
muskuloskeletal : penurunan kekuatan dan fleksibilitas, peningkatan kerentanan
terhadap cedera, peningkatan lemak tubuh, penurunan kelenturan struktur sendi,
dan osteoporosis. Olahraga dapat melindungi lansia dari jatuh dan terutama
terhadap efek yang merusak akibat fraktur tulang pinggul. Terlambat memulai
jauh lebih baik daripada tidak memulai sama sekali. Seperti yang dikatakan oleh
ahli epidemiologi., Helmrich, “ semua hal yang buruk pada saat anda bertambah
buruk pada saat anda bertambah tua akan membaik dengan berolahraga”.
d. Mengatasi imobilitas pada lansia di Panti
Selain memberikan perawatan berkesinambungan, perawat dapat bertindak
sebagai penolong dalam pencegahan komplikasi lebih lanjut ketika merawat
lansia yang lemah, dan sakit. Imobilitas meruapakan salah satu masalah yang
paling sering terjadi di antara lansia, yang dapat mendorong ke arah konsekuensi
fisiologis dan psikologis yang serius. Perawat perlu mengidentifikasi dan
memasukkan hal-hal yang secara fisik dan struktural akan membatasi mobilitas
kedalam pendidikan kesehatan yang akan diberikan termasuk lantai yang licin,
tidak ada alat bantu fisik, dan resitren fisik dan kimia. Dari 10 sampao 15%
kekuatan otot dapat hilang setiap minggu jika otot itu beristirahat sepenuhnya,
dan sebanyak 5,5% dapat hilang setiap hari pada kondisi istirahat dan imobilitas
sepenuhnya. Walaupun semua sendi dapat dipengaruhi oleh imobilisasi, pinggul,
lutut dan pergelangan kaki terutama merupakan sendi yang sangat mudah
terpengaruh karena pengaruh gravitasi. Hal yang semakin mempersulit situasi itu
adalah kontraktur pada lutut dan pinggul yang membuat klien kurang stabil dan
karenanya lebih cenderung untuk jatuh.
2. Pencegahan Sekunder
a. Pengkajian Sistem Muskuloskeletal
1) Riwayat Penyakit
Pengkajian keperawatan memfokuskan pada bagaimana perubahan yang
berhubungan dengan usia memengaruhi status fungsional lansia dan termasuk
hal-hal berikut ini:
- Tinggi badan, berat badan, postur tubuh, dan gaya berjalan memberikan
data dasar yang dapat mengindikasikan adanya kerusakan otot, obesitas
atau edema.
- Aktivitas dan pola istirahat, dulu dan sekarang, harus dicatat. Seseorang
yang tidak pernah berolahraga atau diikut sertakan dalam aktivitas mungkin
memiliki kesukaran dalam suatu program latihan di usia lanjut, terutama
jika aktivitas tersebut sulit atau menyakitkan.
- Pengkajian diet termasuk asupan kalsium dan vitamin D. Obesitas dan
malnutrisi dapat mempengaruhi mobilitas dan kekuatan otot. Obesitas
menjadi faktor predisposisi bagi lansia untuk mengalami ketidak stabilan
ligamen, terutama pada daerah punggung bagian bawah dan sendi-sendi
lain yang menahan berat tubuh.
- Pengobatan, termasuk obat-obatan yang dijual bebas dan pengobatan
sendiri di rumah, dapat membuat lansia lebih mudah mengalami keracunan
obat dan efek sanping obat. Pengumpulan informasi yang spesifik tentang
penggunaan relaksan otot, agens antireumatik, salsilat, agen antiinflamasi
non steroid, dan steroid sistemik harus dilakukan. Beberapa obat telah
diketahui dapat menimbulkan kerusakan pada sistem muskuloskeletal:
antikonvulsi (osteomalasia), fenotiazin (gangguan cara berjalan), steroid
(distribusi lemak tubuh abnormal dan kelemahan otot), dan diuretik yang
dapat menurunkan kadar kalium (kelemahan otot dan kram). Amfetamin
dan kafein dapat menyebabkan peningkatan aktivitas motorik secara umum.
- Kombinasi mobilitas, kekuatan, dan keseimbangan menentukan
kemampuan fungsional klien tersebut. Pengkajian mobilitas mengikut
sertakan beberapa aspek mobilitas dan kemampuan fungsional.
- Cedera pada masa lalu ( misalnya faktor tulang pinggul) dapat
mengidentifikasikan adanya suatu kondisi osteoporosis. Riwayat nyeri
sendi, dan kekuatan, kelemahan, atau keletihan sering dihubungkan dengan
adanya osteoartritis atau artritis reumatoid (AR). Nyeri punggung dan
parestesia atau rasa kesemutan pada ekstremitas bawah mungkin
merupakan gejala degenerasi diskusvertebral atau interveterbral pada
daerah lumbal. Daftar cedera-cedera ringan atau berat pada sistem
muskuloskeletal harus termasuk kondisi-kondisi yang dihubungkan dengan
cedera, evaluasi diagnostik, metode dan jangka waktu pengobatan, status
cedera pada saat ini, kebutuhan untuk alat bantu, dan setiap hal yang
mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari.
- Pertanyaan spesifik tentang praktik keamanan klien ketika mereka
berhubungan dengan lingkungan pekerjaan, pengaturan tempat tinggal,
kemanan dari berbagai bahaya dan alat bantu untuk menjamin kemanan di
rumah, rekreasi, dan olah raga harus diminta pada klien untuk
mengidentifikasi masalah dan mengarahkan pendidikan kesehatan klien.
2) Pengkajian Fisik
Adanya kifosis atau skoliosis harus dicatat. Kifosis yang berat dapat
mengganggu fungsi pernafasan dan kardiovaskular. Adanya nyeri tekan di atas
prosesus spinosus dapat diduga adanya suatu fraktur vertebral. Sendi-sendi
diperiksa selanjutnya, terutama sekali sendi-sendi pada tangan. Osteoartritis
pada sendi-sendi interfalang distal pada tangan dan lutut umum terjadi.
Pertumbuhan tulang yang berlebihan pada bagian distul sendi interfalang
disebut nodus Heberden. Keterbatasan rotasi eksternal pada pinggul dapat
merupakan suatu tanda awal dari keterlibatan osteoartritis. Rentang gerak
semua sendi harus dikaji.
AR pada tangan cenderung untuk memengaruji bagian proksimal sendi-
sendi interfalang. Bengkak yang terlihat pada sendi-sendi reumatoid bukanlah
tulang, tetapi lebih pada pembengkakan sinovial dan jaringan lunak. Mungkin
terdapat deviasi ulnar pada tangan di bagian sendi-sendi metakarpofalang, juga
adanya kecenderungan sendi-sendi untuk mengalami subluksasi (dislokasi
parsial yang berhubungan dengan ketidakstabilan). Nyeri dan kekakuan sendi
pada pagi hari dapat berlangsung selama beberapa jam pada klien dengan AR,
sedangkan klien dengan osteoartritis akan terbebas dari rasa nyeri dalam waktu
cepat setelah menggerakkan sendi-sendi yang lain.
3. Pencegahan Tersier
Tanggung jawab perawat yang utama dalam melakukan rehabilitasi adalah
penddikan kesehatn pada klien dan keluarga. Dalam pendidikan kesehatan klien, hal
yang penting diingat adalah lansia mungkin mempunyai berbagai diagnosis yang
secara kronis memengaruhi beberapa sistem organ tubuh. Oleh karena itu, suatu
rencana menyeluruh yang berpusat pada kekuatan klien dan tujuan pribadi untuk
kembali ketingkatan kemandirina klien sebelumnya juga semua perawatan kesehatan
yang diperlukan sangat penting. Manajer kasus geriatrik atau perencana pemulangan
pasien merupakan aset yang tidak ternilai untuk lansia yang sedang mengalami
proses penyembuhan dari fraktur.
PENGKAJIAN INDIVIDU LANSIA

Nama Panti : Panti Wredha Kasih Ayah Bunda


Alamat Panti : Jl. Ternate Raya, Karawaci, Perumnas III, Bencogam indah, Tangerang
Banten, 15114
I. Identitas
a. Nama : Tn. E
b. Jenis kelamin : Laki - laki
c. Umur : 79 Tahun (20 Desember 1939)
d. Agama : Kristen Katolik
e. Status perkawinan : Menikah
f. Pendidikan : SMA
g. Pekerjaan : Tidak Bekerja
h. Alamat rumah : Kp. Laksa Gg 2 No 14 Jembatan 5

II. Alasan Kunjungan Ke Panti :


- Pasien mengatakan istri pertamnya marah yang mengantar pasien ke panti
dengan alasan agar istri ke dua pasien tidak menemui pasien lagi.

III. Riwayat kesehatan


1. Masalah kesehatan yang pernah dialami : Pasien mengatakan pernah
mengalamai riwayat penyakit ginjal dan fraktur pada kaki sebelah kiri.
2. Masalah kesehatan yang dirasakan saat ini : Pasien mengatakan
sering merasa pegal pada kedua kaki dan punggungnya, biasa berjalan
namun tidak biasa cepat atau lemah, punggung sedikit bungkuk.
3. Masalah kesehatan keluarga/keturunan : Pasien mengatakan tidak ada
riwayat penyakit pada keluarga

IV. Keadaan biologis


1. Pola makan :
- Biasanya makan teratur 3x sehari (pagi, siang dan malam)
- Pasien mengatakan selera makan baik ( setiap porsi makan yang di
sediakan selalu dihabiskan)
2. Pola minum : pasien mengatakan minum kurang lebih 4-5 gelas/
hari
3. Pola tidur : pasien mengatakan pola tidur baik tanpa ada gangguan
4. Pola eliminasi :
- Pasien mengtakan pola BAB : 1-2 kali/ hari, dengan konsistensi padat
- BAK : 4-6 kali/ hari, warna kuning jernih tidak keruh dengan
pengeluaran urin sehari kurang lebih 1500 cc
- Pasein tidak ada masalah pada saat BAB dan BAK.
5. Rekreasi : Pasien mengatakan selama di panti tidak pernah Rekreasi.
Hanya menonton TV dan bermain game jika pengunjung mengajak
bermain.
6. Indeks KATZ :
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1 Mandi (√)
Mandiri :
Bantuan hanya pada satu bagian
mandi (seperti punggung atau
ekstremitas yang tidak mampu)
atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung :
Bantuan mandi lebih dari satu
bagian tubuh, bantuan masuk dan
keluar dari bak mandi, serta tidak
mandi sendiri.
2 Berpakaian (√)
Mandiri :
Mengambil baju dari lemari,
memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancingi/mengikat
pakaian.
Tergantung :
Tidak dapat memakai baju sendiri
atau hanya sebagian.
3 Ke kamar kecil (√)
Mandiri :
Masuk dan keluar dari kamar kecil
kemudian membersihkan genetalia
sendiri.
Tergantung :
Menerima bantuan untuk masuk ke
kamar kecil dan menggunakan
pispot.
4 Berpindah (√)
Mandiri :
Berpindah ke dan dari tempat tidur
untuk duduk, bangkit dari kursi
sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam naik atau turun dari
tempat tidur atau kursi, tidak
melakukan satu, atau lebih
perpindahan

5 Kontinen (√)
Mandiri :
BAB dan BAK seluruhnya
dikontrol sendiri
Tergantung :
Inkontinensia parsial atau total,
penggunaan kateter, pispot, enema,
dan pembalut (pampers)
6 Makan (√)
Mandiri :
Mengambil makanan dari piring
dan menyuapinya sendiri
Tergantung :
Bantuan dalam hal mengambil
makanan dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama
sekali, dan makan parenteral (NGT)

Keterangan :
Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis hasil :
Nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen
(BAB/BAK), berpindah, ke kamar kecil, berpakaian
dan mandi
Nilai B : Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari
fungsi tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi
tambahan
Nilai F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu
fungsi tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut
- nilai A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB/BAK),
berpindah, kamar kecil, mandi dan berpakaian.

V. Keadaan psikologis
1. Keadaan emosi :
- Pasien mengatakan dapat mengontrol emosinya (stabil)
2. Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ) :
Benar Salah Nomor Pertanyaan
(√) 1 Tanggal berapa hari ini?
(√) 2 Hari apa sekarang?
(√) 3 Apa nama tempat ini?
(√) 4 Dimana alamat anda?
(√) 5 Berapa umur anda?
(√) 6 Kapan anda lahir?
(√) 7 Siapa nama Presiden Indonesia
sekarang?
(√) 8 Siapa nama Presiden Indonesia
sebelumnya?
(√) 9 Siapa nama ibu anda?
(√) 10 Kurang 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap angka yang
baru, semua secara menurun.
Jumlah 8 Benar, 2 salah

Interpretasi :

Kesalahan 0 – 3 : Fungsi Intelektual Utuh

Kesalahan 4 – 5 : Fungsi Intelektual Kerusakan Ringan

Kesalahan 6 – 8 : Fungsi Intelektual Kerusakan Sedang

Kesalahan 9 – 10 : Fungsi Intelektual Kerusakan Berat

- Interpretasi kesalahan 2 kategori (0-3) dikatakan sebagai Fungsi


intelektual Utuh
3. Mini Mental State Exam (MMSE) :
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
Menyebutkan dengan benar :
1. Tahun (√)
2. Musim (√)
1 Orientasi 5 2
3. Tanggal (x)
4. Hari (x)
5. Bulan (x)
Dimana sekarang kita berada ?
1. Negara (√)
2. Propinsi (x)
3. Kota (√)
5 2 4. Kecamatan (x)
5. Desa (x)
Orientasi
2 Sebutkan tiga nama Objek (Kursi,
Registrasi
Meja, Kertas) kemudian
3 3 ditanyakan kepada Klien,
menjawab ;
1. Kursi (√)
2. Meja (√)
3. Kertas (√)
Meminta klien berhitung dari 100,
Perhatian
kemudian dikurangi 7 sampai lima
3 dan 5 5
tingkat
Kalkulasi
 100, 93, 86, 79, 72 (√)
Meminta klien untuk mengulangi 3
objek pada point 2
4 Mengingat 3 3 1. Kursi (√)
2. Meja (√)
3. Kertas (√)
5 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang
benda (Sambil menunjuk benda
tersebut)
1. Jendela (√)
9 2. Jam dinding (√)
Meminta klien untuk mengulangi
kata berikut “tak ada jika, dan,
atau, tetapi” (√)
Klien menjawab _ “dan, atau,
tetapi”. (√)

Minta klien untuk mengikuti


perintah berikut yang terdiri dari
tiga langkah :
“Ambil bulpoint di tangan anda,
ambil kertas, menulis saya mau
tidur”.
1. Ambil bulpoint (√)
2. Ambil kertas (√)
3. ..
Perintahkan klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai 1
point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata (√)
Perintahkan pada klien untuk
menulis kalimat atau menyalin
gambar
Total 30 24

- Skor :
Nilai 24 – 30 : Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental Baik
Nilai 17 – 23 : Kerusakan Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental
Ringan (Probable Gangguan Kognitif)
Nilai 0 – 16 : Kerusakan Aspek Kognitif Dari Mental Berat
(Definitif Gangguan Kognitif)

VI. Sosial
1. Dukungan keluarga :
- Pasien mengatakan 2 tahun belakangan ini keluarganya jarang datang
mengunjungi dirinya di panti.
2. Hubungan antar keluarga :
- Pasien mengatakan hubungannya dengan keluarga tidak baik karena
pasein memiliki istri dua dan anak pada istri pertama marah kepada
pasien karena menduakan ibunya. Serta istri kedua pasien tidak boleh
mengunjungi pasien karena istri pertama tidak mengizinkan.
3. Hubungan dengan orang lain :
- Hubungan pasien dengan orang lain kurang baik karena hanya dekat
dengan teman sekamarnya.

VII. Spiritual / kultural


1. Pelaksanaan ibadah :
- Pasien mengatakan kebutuhan untuk beribadah terpenuhi dan selalu
menjalankan kewajiban beribadah dengan baik.
2. Keyakinan tentang kesehatan :
- Pasien mengatakan percaya akan kesehatan bahwa dengan olahraga
dapat menyehatkan dan menyegarkan tubuh

VIII.Pemeriksaan fisik
A. Tanda Vital
1. Keadaan umum : keadaan umum pasien tanpak baik
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Suhu : 36,7 ᵒ C
4. Nadi : 86 kali / Menit
5. Tekanan darah : 120/70 mmHg
6. Pernapasan : 20 kali / Menit
7. Tinggi badan : 160 cm
8. Berat badan : 60 Kg
9. IMT : 60 Kg/1.60 meter x 1.60 meter = 22,6 = (23)
(dikategorikan pasien mengalami kelebihan berat badan)
B. Pemeriksaan khusus
1. Kepala
a. Rambut : Bersih, tidak ada ketombe, warna rambut semua
putih, kulit kepala bersih dan tampak botak bagain depan kepala
pasien.
b. Mata : kedua mata tampak simetris, tidak terdapat
katarak, respon pupil mata mengecil saat terkena cahaya. Dengan
snellen chart klien mampu melihat huruf maksimal dalam jarak 1
meter. Klien mengatakan matanya kurang normal jika membaca
terlalu jauh.
c. Hidung : Tidak terdapat perdarahan, lubang hidung normal dan
bersih
d. Mulut : Gigi pasien tampak tidak lengkap hanya
tinggal 2 di bagain depan bawah dan bagian atas gigi sudah habis,
tidak terdap stomatitis dan gingivitis dan Tampak terdapat karies
pada gigi.
e. Telinga : Pasien mengatakan pendengaran sedikit berkurang,
tidak terdapat serumen, tidak terdapat lesi serta tidak terdapat
perdarahan.
2. Leher : Bentuk leher simetris tidak terdapat jaringan parut
dan tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening dan kelenjar
tiroid
3. Dada / Thoraks
a. Dada : Tampak simetris
b. Paru – paru :
- Inspeksi : Terlihat menggunakanan pernafasan dada dan perut,
pergerakan paru-paru tampak simetris, tidak ada kelainan, tidak
terdapat lesi dan tidak ada retraksi otot bantu pernafasan
- Palpasi : Tidak terdapat benjolan, getaran antara kanan dan kiri
teraba sama
- Perkusi : Suara paru normal terdengar suara sonor
- Auskultasi : Suara / bunyi nafas vesikuler
c. Jantung :
- Inspeksi : Jantung simetris , detak jantung terlihat normal, dan
tidak terdapat jaringan parut
- Auskultasi : Suara jantung normal terdengar suara S1 dan S2,
tidak terdapat suara gallop dan murmur
- Palpasi : Tidak terdapat benjolan dan pulsasi pada dinding torax
tidak teraba
4. Abdomen :
- Inspeksi :Abdomen simetris, bentuk abdomen tampak cembung dan
tidak terdapat benjolan
- Auskultasi : Frekuensi peristaltik usus 12 x/menit
- Palpasi : pasien tidak merasakan nyeri saat abdomen ditekan dan
tidak ada pembesaran hati atau hepatomegali.

5. Muskuloskeletal : Pasien mengatakan masih dapat berjalan dan


melakukan aktivitas secara mandiri namun terdapat penurunan fungsi
pada muskuloskletalnya (berjalan harus pelan, punggung agak
bungkuk sedikit, sering pegel pada seluruh badan terutama pada
punggung dan kakinya).

4 4

4 4

IX. Lingkungan : lingkungan panti Wredha Kasih Ayah Bunda tanpak


bersih dan nyaman.

Tangerang, 10 April 2018

Nama Mahasiswa

(JENIUS BERUTU)
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Analisa data

No Data fokus Masalah Keperawatan

1 DS : Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan Fisik
- Pasien mengatakan sering merasa pegal
pada kedua kaki dan punggungnya, biasa Masalah Keperawatan :
berjalan namun tidak biasa cepat atau Gangguan Rasa Nyaman
lemah, punggung sedikit bungkuk. (00214)

DO :

- Pasien tampak mengeluh kedua kaki


dan punggungnya pegel dan tegang

- Pasien memiliki riwayat kesehatan


fraktur pada kaki bagian kiri

- Tampak pasien perlahan dan berhati


-hati

- Pasien tampak sedikit bungkuk

- Pasien tampak lemah

- TTV

TD : 120/70 mmHg

RR : 20 x/ menit

HR : 86 x/ menit

Tamp : 36,5 ᵒ C

2 DS : Domain 11 :
keamanan/perlindungan
- Pasien mengatakan umurnya 79 Tahun
(20 desember 1939). Kelas 2 : cedera fisik
- Pasien mengatakan (berjalan harus
pelan, punggung agak bungkuk sedikit, Diagnosa keperawatan :
sering pegel pada seluruh badan Resiko Jatuh (00155)
terutama pada punggung dan kedua
kakinya).
- Riwayat fraktur pada kaki kiri
DO :
- Tampak pasien jika mau duduk ke
berdiri harus secara perlahan

- Tampak pasien perlahan dan berhati


-hati

- Pasien tampak sedikit bungkuk

- Pasien tampak lemah

3 DS : Domain 12 : kenyamanan

- Pasien mengatakan 2 tahun belakangan Kelas 3 : kenyamanan


ini keluarganya jarang datang sosial
mengunjungi dirinya di panti. Diagnosa keperawatan :
- Pasien mengatakan pasrah karena Resiko kesepian (00054)
mempunya istri 2 dan menyesal karena
perbuatannya

DO :
- Pasien tampak selalu cerita tentang
keluarganya.
- Pasien tampak selalu menantikan orang
yang menjenguk dia

2. Prioritas Diagnosa

Prioritas ke - Diagnosa Keperawatan

Domain 12 : Kenyamanan
1 Kelas 1 : Kenyamanan Fisik

Masalah Keperawatan : Gangguan Rasa Nyaman (00214)

Domain 11 : keamanan/perlindungan
2
Kelas 2 : cedera fisik

Diagnosa keperawatan : Resiko Jatuh (00155)

Domain 12 : kenyamanan
3
Kelas 3 : kenyamanan sosial

Diagnosa keperawatan : Resiko kesepian (00054)


3. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN

1 Domain 12 : Setelah dilakukan tindakan Domain 1 : Fisiologi


Kenyamanan keperawatan selama 15 dasar
Kelas 1 : Kenyamanan
menit atau kurang Kelas E : Peningkatan
Fisik
diharapkan masalah Kenyamanan Fisik
Masalah Keperawatan :
gangguan rasa nyaman 6482 : management
Gangguan Rasa
Nyaman (00214) dapat teratasi dengan kenyamanan lingkungan
kriteria hasil : - Observasi faktor
Domain 3 : kesehatan ketidak nyamanan
psikososial pasien
Kelas N : adaptasi - Posisikan pasien
psikososial senyaman mungkin
1309 : ketahanan personal - Fasilitasi pasien untuk
Dengan tujuan : merasa nyaman
- 130908 mengekspresikan - Dengarkan pasien akan
kenyamanan 1-4 sesuatu penyebab
- 130909 mengekspresikan ketidak nyamanan
diri 1-5 pasien
- 130903 mengekspresikan - Berikan suasana yang
emosi . nyaman
- Anjurkan pasien
istirahat
- Jaga lingkungan pasien
agar tidak ramai
2 Domain 11 : Setelah dilakukan tindkan Domain 4 : Keselamatan
keamanan/perlindungan keperawatan selama lebih dari Kelas V : Manajemen
resiko
Kelas 2 : cedera 1 jam diharapkan resiko jatuh
6490 Pencegahan jatuh
fisik dapat teratasi dengan kriteria - Identifikasi faktor dan
hasil : tingkah laku yang dapat
Diagnosa keperawatan : menyebabkan jatuh
Domain 4 : Pengetahuan
Resiko Jatuh (00155) - Identifikasi karakteristik
kesehatan dan tingkah laku
dari lingkungan yang
Kelas S : Pengetahuan dapat meningkatkan
kesehatan potensial untuk jatuh
- 182801 Pengetahuan - Meminta pasien untuk
Kesehatan persepsi keseimbangan
- 182802 Penggunaan yang yang sesuai
benar dari perangkat - Ajarkan pasien
keselamatan bagaimana cara
- 182803 Alas kaki yang meminimalkan jatuh dan
sesuai cedera
- 182815 Perubahan tekanan - Posisikan tempat tidur
darah yang meningkatkan dalam posisi rendah
resiko jatuh - Memonitor kemampuan
- 182817 Strategi untuk untuk berpindah dari
ambulasi aman tempat tidur ke kursi dan
- 182819 Penggunaan yang sebaliknya
aman dari bangku an tangga - Ajarkan anggota keluarga
tentang faktor resiko
jatuh dan bagaimana cara
menguranginya
- Sediakan area yang
mudah di jangkaun
- Anjurkan pasien untuk
menghindari es dan
permukaan licin lainnya

3 Domain 12 : Setelah dilakuakan tindakan Domain 5 : keluarga


kenyamanan keperawatan selama lebih
dari 1 hari diharapkan Kelas x : perawatan
Kelas 3 : pasien tidak jatuh jangka hidup
kenyamanan sosial
Doamain 3 : Kesehatan Intervensi : mobilisasi
Diagnosa keperawatan : psikososial keluarga
Resiko kesepian
(00054) Kelas M : Kesejahtraan - Pantau situasi saat ini
Psikososial - Menjadi pendengar
Outcome : fungsi yang baik untuk
Psikososial mendengarkan keluh
kesah pasien
Indikator :
- Membangun
- 120304 Rasa kehilangan hubungan yang
harapan kompleks

- 120305 Rasa tidak - Manajemen


memiliki lingkunagn

- 120306 Rasa kehilangan


akibat terpisah dari orang - Dukungan emosional
lain.

- 120307 Perasaan terisolasi


secara sosial

4. Implementasi Keperawatan Hari ke - 1

No Hari/Tgl DX waktu Implementasi Evaluasi paraf

1 Rabu / 07.30 - Mengobservasi faktor S :


1 WIB
11 April ketidak nyamanan pasien - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien mengatakan merasa nyaman dan
kedua kaki dan pegel/tegang pada ke
dua kaki dan
punggungnya terasa
punggungnya sudah
pegel/tegang berkurang
07.45 - Memposisikan pasien
WIB O:
senyaman mungkin
- Pasien tampak
dengan posisi fowler
nyaman
H/ : Tampak pasien
- Pasien tampak dapat
nyaman dengan posisi
beristirahat
fowler
08.00 - Mengajak pasien untuk - TTV : TD : 120/70
WIB mmHg, HR :
berjemur di bawah sinar 82x/menit, RR :
matahari 22x/menit
H/ : tampak pasien mau A :
didampingi berjemur
- Masalah keperawatan
dibawah sinar matahari gangguan rasa
08.15 - Memfasilitasi pasien nyaman teratasi
WIB sebagian
untuk merasa nyaman
dengan duduk di sofa P : Lanjutkan Intervensi
H/ : Pasien
tanpak - Observasi faktor
nyaman duduk dengan ketidak nyamanan
posisi Fowler pasien
08.30 - Mendengarkan pasien - Posisikan pasien
WIB akan sesuatu penyebab senyaman mungkin
ketidak nyamanan pasien - Fasilitasi pasien untuk
H/ : Pasien mengatakan merasa nyaman
merasa cepat lelah dan - Dengarkan pasien
pegel/tegang pada ke dua akan sesuatu
kaki dan punggungnya penyebab ketidak
walaupun sedikit nyamanan pasien
beraktivitas - Berikan suasana yang
- Menganjurkan pasien nyaman
08.45
istirahat - Anjurkan pasien
WIB
H/ : Tampak pasien istirahat
beristirahat dengan
duduk di sofa sambil
menonton TV.
2 Rabu / 09.15 - Mengidentifikasi S:
2 faktor
dan tingkahlaku yang dapat
11 April WIB menyebabkan jatuh - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien tampak berjalan kedua kaki dan
perlahan, kaki dan penggungnya sering
punggung pasien sering terasa pegel dan
pegel/sakit tegang
- Mengidentifikasi
karakteristik dari - Pasien mengatakan
09.30 lingkungan yang dapat mengerti bagaimana
WIB meningkatkan potensial cara agar tidak jatuh
untuk jatuh
H/: Tampak jalan menuju O:
ruang makan menurun dan
jalan menuju keluar panti - Tampak pasien selalu
tampak ada tangga dan berhati-hati berjalan
menurun
- Tampak pasien paham
- Mengajarkan pasien
09.45 bagaimana cara agar
bagaimana cara
WIB meminimalkan jatuh dan tidak jatuh
cedera
A:
H/ : mengajarkan kepada
pasien agar selalu berhati- - Masalah keperawatan
hati dalam berjalan dan resiko jatuh teratasi
tampak pasein mengerti
sebagian
- Memonitor kemampuan
untuk berpindah dari satu P:
10.00
tempat ke tempat lain
WIB
H/: tampak pasien selalu
berhati-hati dalam berjalan - Lanjuatkan intervensi
dan berjalan pelan
- Menganjurkan pasien - Meminta pasien untuk
untuk menghindari persepsi keseimbangan
permukaan licin yang sesuai
H/ : pasien tampak paham - Ajarkan pasien
10.30
dengan apa yang diajarkan bagaimana cara
WIB
meminimalkan jatuh
dan cedera
- Memonitor kemampuan
untuk berpindah dari
tempat tidur ke kursi
dan sebaliknya
- Ajarkan anggota
keluarga tentang faktor
resiko jatuh dan
bagaimana cara
menguranginya
- Sediakan area yang
mudah di jangkaun

- Anjurkan pasien untuk


menghindari permukaan
jalan yang licin.

3 Rabu / 10.45 situasi S :


3 WIB
- Memantau
pasien saat ini
11 April - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien mengatakan pasrah dengan
2 tahun belakangan keadaan karena
keluarganya tidak mempunyai dua istri
menjenguknya dan istri pertamnya
marah dan mengantar
11.00 - Menjadi pendengar pasien ke panti jompo
WIB yang baik untuk
mendengarkan keluh - Pasien mengatakan
kesah pasien seneng jika ada yang
mengunjungi dirinya
H/: Pasien tampak
menceritakan tentang O :
kenapa pasien masuk
ke panti jompo - Tampak pasien
seneng jika di ajak
11.15 - Membangun hubungan ngobrol
WIB yang kompleks saling
percaya - Tampak pasien
bercerita secara
H/ : pasien tampak terbuka dan
cerita secara terbuka kooperatif dalam
dan kooperatif pada berbicara
saat berkomunikasi
A:
11.35
- Memanajemen
WIB - Masalah keperawatan
lingkungan dengan
temani pasien resiko kesepian
berkomunikasi dan teratasi sebagian
menjadi pendengar P :
yang baik
- Lanjutkan intervensi
H/: Pasien tampak tidak
merasa kesepian - Pantau situasi saat ini
11.50
WIB - Mendukungan - Menjadi pendengar
emosional pasien yang baik untuk
dengan memberika mendengarkan keluh
kata-kata motivasi kesah pasien

H/ : Pasien tampak - Membangun


termotivasi. hubungan yang
kompleks

- Manajemen
lingkunagn

- Dukungan emosional

- Implementasi keperawatan hari ke – 2

No Hari/Tgl DX Waktu Implementasi Evaluasi paraf

1 Kamis / 07.30 - Mengobservasi faktor S :


1 WIB
12 April ketidak nyamanan pasien - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien mengatakan merasa nyaman dan
kedua kaki dan pegel/tegang pada ke
dua kaki dan
punggungnya terasa
punggungnya sudah
pegel/tegang berkurang
07.45 - Memposisikan pasien
WIB O:
senyaman mungkin
dengan posisi fowler - Pasien tampak nyaman
duduk di sofa - Pasien tampak dapat
H/ : Tampak pasien beristirahat
nyaman dengan posisi - Tampak pasien dapat
fowler mengikuti TAK
08.00 - Mengajak pasien untuk (Senam Hipertensi)
WIB dengan aktif
berjemur di bawah sinar
matahari - TTV : TD : 110/70
mmHg, HR :
H/ : tampak pasien mau
86x/menit, RR :
didampingi berjemur 20x/menit
dibawah sinar matahari
A:
08.20 - Melakukan TAK (Senam
WIB - Masalah keperawatan
Hipertensi) kepada
gangguan rasa nyaman
oma/opa di panti wrheda teratasi sebagian
Kasih Ayah Bunda
P : Lanjutkan Intervensi
H/ : Tampak semua
- Observasi faktor
oma/opa antusias dalam
ketidak nyamanan
mengikuti Senam
pasien
Hipertensi dengan di
- Posisikan pasien
pandu, 22 opa/oma yang
senyaman mungkin
aktif, 4 orang oma opa
- Fasilitasi pasien untuk
dengan bantuan/pasif
merasa nyaman
dan setelah selesai
- Dengarkan pasien akan
senam oma/opa
sesuatu penyebab
mengatakan lebih seger
ketidak nyamanan
dan capek.
pasien
- Mendengarkan pasien
08.50 - Berikan suasana yang
WIB akan sesuatu penyebab
nyaman
ketidak nyamanan pasien
- Anjurkan pasien
H/ : Pasien mengatakan
istirahat
merasa cepat lelah dan
pegel/tegang pada ke dua
kaki dan punggungnya
walaupun sedikit
beraktivitas
- Menganjurkan pasien
09.00
istirahat dengan
WIB
menonton film (the
Monster) dengan LCD.
H/ : Tampak pasien
beristirahat dengan
duduk di sofa sambil
menonton menikmati
film.
2 Kamis / 09.30 S:
2 WIB
- Mengidentifikasi faktor
dan tingkahlaku yang dapat
12 April menyebabkan jatuh - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien tampak berjalan kedua kaki dan
perlahan, kaki dan penggungnya sering
punggung pasien sering terasa pegel dan tegang
pegel/sakit
- Mengidentifikasi - Pasien mengatakan
karakteristik dari mengerti bagaimana
09.45
lingkungan yang dapat cara agar tidak jatuh
WIB
meningkatkan potensial
untuk jatuh O:
H/: Tampak jalan menuju
- Tampak pasien selalu
ruang makan menurun dan
jalan menuju keluar panti berhati-hati berjalan
tampak ada tangga dan
- Tampak pasien paham
menurun
bagaimana cara agar
- Mengajarkan pasien
tidak jatuh
bagaimana cara
10.00 meminimalkan jatuh dan A:
WIB cedera
H/ : mengajarkan kepada - Masalah keperawatan
pasien agar selalu berhati- resiko jatuh teratasi
hati dalam berjalan dan sebagian
tampak pasein mengerti
- Memonitor kemampuan P:
untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain - Lanjuatkan intervensi
H/: Tampak pasien selalu
10.10 berhati-hati dalam berjalan - Meminta pasien untuk
WIB dan berjalan pelan dari persepsi keseimbangan
tempat satu ke tempat lain yang sesuai
- Menganjurkan pasien - Ajarkan pasien
untuk menghindari bagaimana cara
permukaan licin meminimalkan jatuh dan
H/ : pasien tampak paham cedera
10.25 dengan apa yang diajarkan - Memonitor kemampuan
dan pasien tampak untuk berpindah dari
WIB
memperhatikan jalan yang tempat tidur ke kursi dan
dia lalui. sebaliknya
- Ajarkan anggota keluarga
tentang faktor resiko
jatuh dan bagaimana cara
menguranginya
- Sediakan area yang
mudah di jangkaun
- Anjurkan pasien untuk
menghindari permukaan
jalan yang licin.

3 Kamis / 10.45 situasi S :


3 WIB
- Memantau
pasien saat ini
12 April - Pasien mengatakan
2018 H/ : Tampak pasien pasrah dengan keadaan
selalu menantikan karena mempunyai dua
pengunjung yang istri dan istri pertamnya
menjengauknya marah dan mengantar
pasien ke panti jompo
11.00 - Menjadi pendengar
WIB yang baik untuk - Pasien mengatakan
mendengarkan pasien seneng jika ada yang
mengunjungi dirinya
H/: Pasien tampak
menceritakan tentang O :
keluarganya.
11.15 - Tampak pasien seneng
WIB - Membangun hubungan jika di ajak ngobrol
yang kompleks saling
percaya - Tampak pasien
bercerita secara terbuka
H/ : pasien tampak dan kooperatif dalam
cerita secara terbuka berbicara
dan kooperatif pada
saat berkomunikasi A:

11.30 - Masalah keperawatan


- Memanajemen
WIB resiko kesepian teratasi
lingkungan dengan
temani pasien sebagian
berkomunikasi dan P :
menjadi pendengar
yang baik - Lanjutkan intervensi

H/: Pasien tampak tidak - Pantau situasi saat ini


merasa kesepian
- Menjadi pendengar
- Mendukungan yang baik untuk
11.45
emosional pasien mendengarkan keluh
WIB
dengan memberika kesah pasien
kata-kata motivasi
- Membangun hubungan
H/ : Pasien tampak yang kompleks
termotivasi.
- Manajemen lingkunagn

- Dukungan emosional

- Implementasi keperawatan hari ke – 3

No Hari/Tgl DX waktu Implementasi Evaluasi paraf

1 Jum’at / 07.30 - Mengobservasi faktor S :


1 WIB
13 April ketidak nyamanan pasien - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien mengatakan merasa nyaman dan
kedua kaki dan pegel/tegang pada ke
dua kaki dan
punggungnya terasa
punggungnya sudah
pegel/tegang berkurang
- Memposisikan pasien
O:
07.45 senyaman mungkin
WIB - Pasien tampak nyaman
dengan posisi fowler
H/ : Tampak pasien - Pasien tampak dapat
beristirahat
nyaman dengan posisi
fowler duduk di sofa - TTV : TD : 130/80
mmHg, HR :
- Mengopres pasien
86x/menit, RR :
08.00 dengan air hangat pada 21x/menit
WIB
kedua kaki dan
A:
punggungnya yang
- Masalah keperawatan
sering sakit
gangguan rasa nyaman
H/: Mengopres pasien teratasi sebagian
dengan air hangat
dengan menggunakan P : Lanjutkan Intervensi
buli-buli kompres karet, - Memberikan
dan pasien mengatkan penyuluhan kesehatan
nyaman dan diantaranya :
pegel/tegang pada kedua 1. Ajarkan pasien agar
kaki dan punggunya mengopres dengan air
berkurang. hangat jika kedua
- Mengajarkan pasien kaki dan punggunya
08.15
WIB tekhnik relaksasi dan sedang sakit
distraksi dengan tarik 2. Ajarkan tekhnik
napas jika sedang relaksasi dan distraksi
mengalamai pege/tegang 3. Anjurkan pasien
pada kedua kaki dan istirahat
punggungnya.
H/ : Pasien tampak dapat
melakukan dan paham
dengan apa yang
diajarkan.
- Menganjurkan pasien
istirahat
08.30
WIB H/ : Tampak pasien
beristirahat dengan
duduk di sofa sambil
menonton TV.
2 Jum’at / 09.00 - Mengidentifikasi faktor S :
2 WIB dan tingkahlaku yang dapat
13 April menyebabkan jatuh - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien tampak berjalan kedua kaki dan
perlahan, kaki dan penggungnya sering
punggung pasien sering terasa pegel dan tegang
pegel/sakit dengan berjalan selalu
- Mengidentifikasi berhati (pelan-pelan)
09.15 karakteristik dari
WIB lingkungan yang dapat - Pasien mengatakan
meningkatkan potensial mengerti bagaimana
untuk jatuh cara agar tidak jatuh
H/: Tampak jalan menuju
ruang makan menurun dan O:
jalan menuju keluar panti
tampak ada tangga dan - Tampak pasien selalu
menurun berhati-hati berjalan
- Mengajarkan pasien
bagaimana cara - Tampak pasien paham
meminimalkan jatuh dan bagaimana cara agar
09.30 cedera tidak jatuh
WIB H/ : mengajarkan kepada
pasien agar selalu berhati- A:
hati dalam berjalan dan
- Masalah keperawatan
tampak pasein mengerti
resiko jatuh teratasi
- Memonitor kemampuan
sebagian
untuk berpindah dari satu
tempat ke tempat lain P:
H/: tampak pasien selalu
09.45
berhati-hati dalam berjalan - Lanjuatkan intervensi
WIB dan berjalan pelan dengan memberikan
- Menganjurkan pasien penyuluhan kesehatan
untuk menghindari pada pasien dan
permukaan licin
petugas panti jompo
H/ : pasien tampak paham
dengan apa yang diajarkan - Ajarkan pasien
10.00 bagaimana cara
WIB meminimalkan jatuh dan
cedera
- Sediakan area yang
mudah di jangkaun
- Anjurkan pasien untuk
menghindari permukaan
jalan yang licin.

3 Jum’at / 10.30 situasi S :


3 WIB
- Memantau
pasien saat ini
13 April - Pasien mengatakan
2018 H/ : Pasien tampak pasrah dengan keadaan
selalu menantikan ada karena mempunyai dua
pengunjung datang istri dan istri pertamnya
untuk menjenguk marah dan mengantar
dirinya pasien ke panti jompo
10.45
- Menjadi pendengar - Pasien mengatakan
WIB
yang baik untuk seneng jika ada yang
mendengarkan keluh mengunjungi dirinya
kesah pasien
O:
H/: Pasien tampak
menceritakan tentang - Tampak pasien seneng
semasa dia muda jika di ajak ngobrol
dahulu.
- Tampak pasien
11.15
- Membangun hubungan bercerita secara terbuka
WIB
yang kompleks saling dan kooperatif dalam
percaya berbicara

H/ : pasien tampak A :
cerita secara terbuka
dan kooperatif pada - Masalah keperawatan
saat berkomunikasi resiko kesepian teratasi
sebagian
- Memanajemen
11.30
lingkungan dengan P :
WIB
temani pasien - Lanjutkan intervensi
berkomunikasi dan dengan memberikan
menjadi pendengar kata-kata motivasi
yang baik kepada pasien (tetap
H/: Pasien tampak tidak semangat, sehat selalu,
merasa kesepian mendekatkan diri
kepada Tuhan)
11.45 - Mendukungan
WIB emosional pasien
dengan memberika
kata-kata motivasi

H/ : Pasien tampak
termotivasi.

- Pamitan dengan
13.45 oma/opa karena hari
WIB terakhir di panti

H/: Pamitan dengan


oma/opa
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G., 2013. Nursing Intervention Classification (NIC). 6th ed. Missouri:
Elsevier Mosby.

Ed. Herman T.H and Komidsuru. S. 2014. Nanda International Nursing Diagnosis,
Definition And Classification 2015-2017. EGC. Jakarata.

Handoyo Lukman. 2018. Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Klien


Lanjut Usia (LANSIA) Dengan Masalah Impecunity/Poverty (Penurunan/Tiada
Penghasilan).

Lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem


Mukuloskletal. Jakarata : Salemba Medika.

Moorhead, S., 2013. Nursing Outcome Classification (NOC) : Measurement Of


Health Outcomes. 5th ed. Missouri: Elsevier Sounder.

Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, ed 2. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai