Anda di halaman 1dari 9

DIPONEGORO LAW REVIEW

Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015


Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

PERBANDINGAN PROSES PENEGAKKAN HUKUM TERHADAP


ILLEGAL FISHING DI LAUT TERITORIAL DAN DI ZEE NATUNA
INDONESIA
Ria Yohana*, L. Tri Setyawanta R, Sukotjo Hardiwinoto
Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum, Universitas Diponegoro
E-mail : -

Abstrak
Illegal fishing adalah kegiatan penangkapan ikan yang dalam pelaksanaannya tidak sesuai
dengan ketentuan-ketentuan penangkapan ikan berdasarkan Hukum Nasional maupun Hukum
Internasional. Bagi Negara Tak Berpantai diperbolehkan untuk melakukan eksploitasi perikanan
namun harus mendapat persetujuan dari Negara Pantai. Eksploitasi yang dilakukan oleh Negara lain
inilah yang memicu timbulnya penangkapan ikan illegal atau illegal fishing.; Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui dampak dan perbandingan proses penegakkan hukum terhadap illegal fishing di
Laut Teritorial dan di ZEE Natuna Indonesia.; Metode yang digunakan adalah yuridis normatif
dengan menggunakan data sekunder, yaitu bahan kepustakaan, dan kemudian diajabarkan secara
deskriptif.; Hasil penelitian dan pembahasan dalam penulisan hukum ini memberi kesimpulan bahwa
dampaknya sangat dirasakan, bagi masyarakat nelayan Natuna, selain itu memberikan dampak buruk
dari segi ekonomi, social, politik dan lingkungan laut. Hukuman kepada pelaku illegal fishing di
Laut Teritorial berupa pidana denda maupun pidana penjara, sedangkan di ZEE tidak dapat
dikenakan hukuman badan, sehingga tidak menimbulkan efek jera bagi pelaku. Hukuman badan
dapat dikenakan apabila sudah ada perjanjian dengan negara pelaku.
Kata kunci : illegal fishing, proses penegakkan hukum di Laut Teritorial dan ZEE Natuna Indonesia.

Abstract
Illegal fishing is fishing activities in practice is not in accordance with the provisions of
fishing by the National Law and International Law. For countries locked allowed to exploit the
fishery shall obtain the approval of the coastal State. Exploitation by other States that triggered the
onset of illegal fishing.; This study aims to determine bad effect and comparation of law enforcement
process of illegal fishing in Territorial Sea and EEZ Natuna Indonesia.; The methode used in this
research is normative using secondary data, it is literature data, and then described in to
descriptive.; Results of this research and discussion in this legal writing shows the conclusion that
the impact is felt to fishing communities Natuna, besides that gives bad impacts in economic, social,
politic, and also sea environment. Punishment to the perpetrators of illegal fishing in the Territorial
Sea in the form of criminal fines and imprisonment, while in the EEZ can not be subjected to corporal
punishment, so it is not a deterrent effect for offenders. Corporal punishment may be imposed if
there is already an agreement with state actors.

Keywords : illegal fishing, law enforcement process in Territorial Sea and EEZ Natuna Indonesia.

I. PENDAHULUAN tentunya. Melihat hal ini berarti


negara perlu mengendalikan
Pada masa Perang Dunia II, suatu negaranya baik di darat, laut, maupun
negara dianggap hebat terlihat dari udara. Itulah sebabnya negara-negara
kecanggihan alat tempurnya, mulai pemenang Perang Dunia II adalah
dari tembakan, meriam, kapal perang, negara-negara yang memperhatikan
pesawat tempur, dan strategi perang keamanan wilayah di darat, laut, dan

1
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

udara, ditambah kecanggihan Filipina, Taiwan, Hongkong, dan


teknologi yang dimiliki negara China
tersebut. Dampak dari berakhirnya Berdasarkan latar belakang
Perang Dunia II berakibat banyaknya diatas, maka penulisan hukum ini
negara-negara baru merdeka dan diberi judul “Perbandingan Proses
mereka sadar akan wilayah Penegakkan Hukum terhadap Illegal
teritorialnya, apabila semakin luas Fishing di Laut Teritorial dan di ZEE
maka akan berakibat baik pada Natuna Indonesia”.
pertahanan dan keamanan negaranya,
sehingga laut dijadikan sasaran untuk
memperluas wilayah mereka. Rumusan Masalah
Konvensi Hukum Laut (KHL)
kesatu dan kedua tidak mencapai 1. Bagaimana dampak dari
kesepakatan mengenai batas lebar illegal fishing ?
Laut Teritorial. Kesepakatan tersebut 2. Bagaimana proses
baru terbentuk pada KHL ketiga penegakkan hukum terhadap
tahun 1982 dimana lebar Laut illegal fishing di Laut
Teritorial maksimal sejauh 12 mil laut Teritorial dan di ZEE Natuna?
diukur dari garis pangkal. Selain itu,
dalam KHL ketiga juga II. METODE
menambahkan sebuah rezim hukum Metode pendekatan yang
baru yaitu Zona Ekonomi Eksklusif digunakan dalam penelitian ini ialah
(ZEE). Sehingga rezim hukum laut yuridis normatif, dimana peneliti
dalam KHL 1982 ialah : Laut menggunakan dasar penelitiannya
Teritorial, Zona Tambahan, ZEE, dan dari bahan kepustakaan. Tipe
Laut Lepas. Di Laut Teritorial negara penelitian ini dilakukan dengan cara
pantai memiliki Kedaulatan penuh, deskriptif, yaitu dengan cara
sedangkan pada rezim hukum laut menjabarkan permasalahan kemudian
lainnya hanya berlaku Hak Berdaulat permasalahan tersebut satu persatu
bagi negara pantai. dijelaskan secara runtut. Dikarenakan
Masalah di laut yang sering metode pendekatan yang digunakan
terdengar dari dulu hingga saat ini adalah yuridis normatif, maka teknik
salah satunya ialah mengenai illegal pengumpulan data yang digunakan
fishing atau pencurian ikan. Pencurian ialah melalui bahan-bahan
ikan di Indonesia sendiri telah kepustakaan yaitu dari data sekunder.
merugikan negara sebesar lebih dari Setelah data diperoleh kemudian
Rp 100 triliun hanya pada periode pengolahan data dilakukan dengan
Januari sampai Agustus 2014.1Koalisi melakukan sistematisasi terhadap
Rakyat untuk Keadilan Perikanan bahan hukum yang berkaitan dengan
(Kiara) menyatakan bahwa Kapal- illegal fishing, maksudnya bahan
kapal ikan pencuri itu diketahui dari hukum yang ada dipilih untuk
Vietnam, Malaysia, Thailand, mempermudah analisa data. Analisa
data dilakukan dengan menggunakan

1 -ikan-di-laut-nkri-sudah-seperti-kanker-
stadium-akhir.
https://www.selasar.com/ekonomi/pencurian

2
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

pendekatan kualitatif yang Dinas Kelautan dan Perikanan


menghasilkan data berupa analisis (DKP) Natuna, pada tahun 2010
deskriptif dimana keseluruhan data ada 108 kasus illegal fishing
yang diperoleh diolah dan disajikan didominasi oleh Kapal Ikan
dalam bentuk uraian naratif bukan Asing Vietnam, Thailand,
dalam bentuk statistik. Malaysia, China, dan ada juga
Kapal Ikan Indonesia.2
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pemberantasan illegal fishing
terasa sulit dilakukan karena
A. Dampak dari Kegiatan Illegal kendalanya bukan hanya
Fishing terletak pada lemahnya
1. Potensi perikanan di laut penegakkan hukum dilaut,
Natuna Indonesia melainkan banyak faktor
Laut Natuna termasuk pendukung lainnya yang perlu
ke dalam WPP 711 bersama diperhatikan, seperti :
Selat Karimata dan Laut Cina 1) Eksistensi negara harus
Selatan. Luas area fishing terjaga di daerah terpencil
ground Laut Natuna mencapai 2) Kurangnya armada kapal
± 75,5% dari WPP 711. WPP pengawas
711 memiliki arti yang 3) Kerjasama internasional
strategis baik ditinjau dari dalam pemberantasan illegal
sumberdaya yang fishing
dikandungnya maupun dari 4) Regulasi yang harus
segi lalu lintas pelayaran serta disesuaikan dengan
memiliki perbatasan dengan perkembangan zaman
negara-negara lain. Memiliki 3. Dampak kegiatan illegal fishing
iklim tropis dan curah hujan di Laut Natuna
yang tinggi, Laut Natuna kaya Dampak dari kegiatan
keanekaragaman ekosistem illegal fishing tidak hanya
yang tinggi, sumber daya ikan berdampak pada satu aspek
yang melimpah. Potensi saja, meliputi :
lestari perikanan tangkap a. Dampak Ekonomi
dapat mencapai 504.212,85 Dampak dari illegal
ton, merupakan angka yang fishing sangat terasa pada
sangat besar dan menjanjikan jumlah penangkapan khususnya
kesejahteraan bagi bagi nelayan kecil Natuna.
masyarakat Kepulauan Mereka harus mencari area
Natuna khususnya. penangkapan dari biasanya.
2. Kendala pemberantasan illegal Selain masyarakat nelayan,
fishing di Laut Natuna Pemerintah juga mengalami
Diketahui dari data Dinas kerugian yang sangat besar, jika
Kelautan dan Perikanan (DKP) hasil illegal fishing di hitung
Natuna, diketahui dari data secara matematis.

2 dung-pengadilan-perikanan-ranai-tak-
www.kepri.antaranews.com/berita/20777/ge berfungsi

3
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

b. Dampak Politik regulasi yang ada, hal ini


Kegiatan illegal fishing bertujuan agar potensi
juga dapat mengganggu perikanan tetap terjaga dan
hubungan diplomatik bahkan lestari.
dapat memicu konflik antar B. Proses Penegakkan Hukum di
negara, terutama negara Laut Teritorial dan di ZEE
tetangga dimana pelaku berasal. Natuna Indonesia
Untuk mengatasi keadaan ini, Kegiatan illegal fishing
setiap negara seharusnya termasuk dalam tindak pidana
menghormati kedaulatan perikanan, walaupun dalam
masing-masing negara dan regulasi tidak menyebutkan
melakukan kerjasama terhadap langsung kata “illegal fishing”,
pemberantasan illegal fishing, namun rumusan pasalnya dapat
baik secara bilateral maupun ditemui dalam regulasi yang sudah
regional. ada yaitu dalam UU No. 45 Tahun
c. Dampak Sosial 2009 tentang Perubahan atas UU
Penurunan hasil tangkap No.31 Tahun 2004 tentang
akibat kegiatan illegal fishing Perikanan. Dalam UU Perikanan,
berdampak buruk bagi sektor terdapat dua jenis tindak pidana
perindustrian perikanan, perikanan, yaitu kejahatan dan
menyebabkan turunnya pelanggaran. Tindak pidana
pendapatan, dalam hal ini dapat kejahatan di bidang perikanan
menyebabkan terjadinya PHK tertuang dalam pasal 84, 85, 86,
(Pemutusan Hubungan Kerja) 88, 91, 92, 93, 94, 94A3, dan
terhadap karyawan industri pelanggaran di pasal 87, 89, 95, 96,
perikanan. Jika PHK sampai 97, 98, 99, 100, 100A, 100B,
terjadi, maka dapat memicu 100C, 100D.4
terjadinya dampak sosial 1. Penegakkan hukum terhadap
lainnya, seperti melakukan illegal fishing di Laut Teritorial
perbuatan kriminal karena Natuna
adanya dorongan faktor Apabila suatu kapal
ekonomi. berlayar di perairan Natuna,
d. Dampak Lingkungan yang merupakan bagian dari
Eksploitasi berlebih Laut Teritorial Indonesia, maka
akibat kegiatan illegal fishing kapal tersebut wajib tunduk
akan merusak kelestarian pada yurisdiksi Indonesia.
lingkungan laut (ekosistem Suatu negara mempunyai
laut). Penangkapan ikan harus kedaulatan penuh untuk
dilaksanakan sesuai dengan menerapkan yurisdiksinya,

4
3 Marudut Hutajulu, dkk, Analisis Hukum
Laporan Penelitian , Penegakkan Hukum
Pidana terhadap Pencurian Ikan di Zona
Pidana ”Illegal Fishing” : Penelitian, Asas,
Ekonomi Eksklusif Indonesia Wilayah
Teori, Norma, dan Praktek Penerapannya,
Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia
(Puslitbang Hukum dan Peradilan Badan
(Studi Putusan
Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung
No.3/PID.SUS.P/2012/PN.MDN), USU Law
RI, 2012), halaman 16,20.
Journal, Vol.II-No.1, Februari 2014.

4
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

inilah yang disebut asas sudah ada regulasinya dalam


teritorial. Kepada siapapun Hukum Internasional maupun
pelaku illegal fishing dapat nasional. Dalam Hukum
dikenai sanksi pidana baik Internasional tercantum dalam
pidana denda maupun pidana Pasal 73 ayat (1) UNCLOS 1982
penjara (hukuman badan) yang memberikan amanat kepada
bahkan sampai pada negara pantai untuk dapat
penenggelaman dan/atau menerapkan yurisdiksinya
pembakaran kapal (pasal 69 terhadap eksplorasi dan eksploitasi
ayat 4 UU No. 45 tahun 2009), sumber daya alam , (dalam hal ini
apabila memenuhi salah satu perikanan). Selanjutnya dalam
rumusan pasal tindak pidana regulasi nasional, pasal 93 ayat (2)
perikanan, seperti yang tersebut UU Perikanan, dituliskan bahwa
diatas dalam UU Perikanan. “setiap orang yang memiliki
Ketentuan ini berlaku bagi dan/atau mengoperasikan kapal
Kapal Ikan Indonesia (KII) penangkap ikan berbendera asing
maupun Kapal Ikan Asing melakukan penangkapan ikan di
(KIA). Di Indonesia ZEEI yang tidak memiliki SIPI
penyelesaian kasus illegal sebagaimana dimaksud dalam
fishing mempunyai tempat Pasal 27 ayat (2), dipidana dengan
khusus yaitu di pengadilan pidana penjara paling lama 6
khusus perikanan. Walaupun (enam) tahun dan denda paling
masuk dalam ranah peradilan banyak Rp 20.000.000.000,- (dua
umum, tapi tidak semua puluh miliyar rupiah).” Dalam
pengadilan negeri di Indonesia regulasi sudah jelas disebutkan
memiliki pengadilan perikanan. sanksi pidana apa yang dapat
2. Penegakkan hukum terhadap diberikan kepada pelaku illegal
illegal fishing di ZEE Natuna fishing. Tetapi baik regulasi
ZEE, berdasarkan pasal 77 Internasional maupun Nasional
UNCLOS 1982, merupakan tidak ada yang memberikan sanksi
kawasan laut dimana ada hak hukuman badan, kecuali jika sudah
berdaulat bagi negara pantai. Ada ada perjanjian dengan negara yang
keunikan pada rezim hukum ZEE, bersangkutan, meskipun hukuman
keunikan tersebut terletak pada badan sesungguhnya dapat
eksistensi hak dan kewajiban dianggap sebagai hukuman yang
negara pantai dan negara lain.5 dapat membuat para pelaku jera.
Kewajiban negara pantai ialah Selain hukuman badan yang
harus menghormati hak negara lain mampu membuat para pelaku
di wilayah ZEE negara pantai itu illegal fishing jera, yaitu semenjak
sendiri. Disinilah letak keunikan dengan adanya ketentuan dalam
dari ZEE. pasal 69 ayat (4) UU No.45 tahun
Penegakkan hukum di ZEE 2009, mengenai pembakaran
terhadap pelaku illegal fishing dan/atau penenggelaman kapal

5
Usmawadi Amir, Penegakkan Hukum IUU Kasus : Volga Case), Jurnal Opinio Juris,
Fishing menurut UNCLOS 1982 (Studi Vol.12, Januari-April 2013, halaman 72.

5
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

ketika penyidik sudah memiliki Dampak dari kegiatan illegal


bukti permulaan yang cukup fishing ini dirasakan oleh Indonesia
bahwa kapal asing telah khususnya di Kepulauan Natuna,
melakukan kegiatan illegal fishing. karena dapat merusak ketersediaan
Terbukti dengan adanya aturan sumber perikanan, dan dampak
mengenai pembakaran dan/atau lainnya di berbagai aspek seperti :
peneggelaman kapal memberikan ekonomi, politik, sosial, dan
efek jera juga kepada pelaku lingkungan. Pemerintah Indonesia
illegal fishing, karena jika dihitung melalui Kementrian Kelautan dan
secara matematis harga sebuah Perikanan dan instansi terkait lainnya
kapal bukanlah harga yang murah. berjuang untuk memberantas kegiatan
Dengan adanya bukti illegal fishing ini dengan melakukan
penenggelaman dan/atau pengawasan dan pembuatan regulasi
pembakaran kapal pencuri ikan6, yang relevan dengan praktek illegal
memberikan dampak positif bagi fishing.
Indonesia karena stok ikan dipasar Pengaturan Hukum terhadap
meningkat, menyebabkan illegal fishing sudah tercantum dalam
pendapatan nelayan pun Undang-Undang Nomor 31 Tahun
meningkat. 2004 tentang Perikanan beserta
Pengawasan di ZEE berbeda perubahannya Undang-Undang
dengan di perairan Kepulauan Nomor 45 Tahun 2009, baik yang
Natuna. Di ZEE Tentara Nasional dilakukan di Laut Teritorial maupun
Indonesia Angkatan Laut dan di ZEE Indonesia. Dalam kasus
Pejabat Pegawai Negeri Sipil illegal fishing yang dilakukan di
Kementrian Kelautan dan wilayah Laut Teritorial (Natuna)
Perikanan yang berwenang, maka dapat diterapkan Hukum
sebagaimana diamanatkan dalam Nasional Indonesia sepenuhnya,
UU Perikanan. karena berlaku asas territorial.
Dimana pelaku illegal fishing baik
IV. KESIMPULAN WNA maupun WNI dapat dikenai
hukuman badan maupun hukuman
Hukum Internasional denda, bahkan sampai pada
memberikan hak kepada negara lain penenggelaman dan/atau pembakaran
terutama negara tak berpantai untuk kapal.
dapat mengeksploitasi perikanan di Sementara pada kasus illegal
ZEE negara pantai. Dalam fishing yang terjadi di ZEE, pelaku
kenyataannya pemenuhan kewajiban illegal fishing tidak dapat dikenai
yang dilakukan Indonesia terhadap hukuman badan, sesuai amanat
Hukum Internasional telah disalah Hukum Internasional. Oleh karena itu
gunakan oleh pihak-pihak yang tidak cara yang dilakukan Pemerintah
bertanggung jawab dengan tidak Indonesia selain memberikan
memperhatikan aturan-aturan hukuman denda kepada pelaku illegal
penangkapan ikan yang berlaku. fishing, juga menerapkan kebijakan

6
http://www.cnnindonesia.com/ekonomi/201 daftar-siap-ditenggelamkan-oleh-menteri-
50213114447-92-31872/22-kapal-masuk- susi/

6
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

penenggelaman dan/atau pembakaran negara-negara lain untuk


kapal. Dengan demikian diharapkan memberantas kegiatan illegal
para pelaku illegal fishing jera untuk fishing karena hukuman badan
tidak melakukan aksinya lagi. dianggap dapat memberikan efek
jera kepada pelaku.
Saran 4. Untuk melakukan semua rencana
Berdasarkan pembahasan yang pemberantasan illegal fishing
telah diuraikan diatas, maka penulis tentu diperlukan anggaran dana
akan mengemukakan beberapa saran : yang tidak sedikit untuk
1. Pemerintah yang serius menunjang sarana dan prasarana
menggalakkan kampanye anti yang dibutuhkan, sehingga
illegal fishing perlu direspon baik Pemerintah dipandang perlu
oleh masyarakat, khususnya untuk menambah anggaran dana
masyarakat nelayan, dengan untuk pemberantasan illegal
melakukan kerjasama dengan fishing ini.
Pemerintah dalam memberantas 5. Memperketat pengawasan
kegiatan illegal fishing yang kepada perusahaan-perusahaan
semakin merajalela. ikan swasta yang bekerjasama
2. Pengawasan yang dilakukan oleh dengan pelaku illegal fishing.
Pemerintah maupun instansi 6. Perlunya keberanian kepada para
terkait lainnya harus dilakukan penegak hukum di instansi
secara konsisten, terutama pengadilan untuk memberikan
kepada pengawas patroli di hukuman yang berat kepada
lautan, dibutuhkan keberanian pelaku illegal fishing.
dan integritas yang tinggi karena
pengawasan dilaut berbeda V. DAFTAR PUSTAKA
dengan pengawasan didarat yang
tidak ada batas secara jelas jika BUKU
dilihat dengan kasat mata, dan Anwar, Chairil. 1995. “ZEE Zona
tingkat resiko alam yang lebih Ekonomi Eksklusif
tinggi. Oleh karena itu menjadi didalamHukum Internasional
penegak hukum dilaut bukan dilengkapi dengan Analisis Zona
sekedar mental pengawas tapi Ekonomi Eksklusif Indonesia
juga mental prajurit dengan dan Zona Ekonomi Eksklusif
sepenuh jiwa dan raga rela Asia Pasifik” Jakarta: Sinar
menjaga kesatuan dan keutuhan Grafika.
Negara Kesatuan Republik Ashshofa, Burhan. 1998. “Metode
Indonesia (NKRI). Penelitian Hukum”. Jakarta: PT.
3. Perlunya perjanjian kerjasama Rineka Cipta.
dengan negara-negara tetangga Kusumaatmadja, Mochtar dan Etty R
terkait pemberian hukuman Agoes. 2002. “Pengantar Hukum
badan bagi pelaku illegal fishing Internasional”. Jakarta : PT.
karena umumnya pelaku berasal Alumni.
dari negara tetangga. Dengan Kurniawan, Hari. 2013. “Penegakkan
adanya perjanjian kerjasama ini, Hukum terhadap Kejahatan
menandakan pula ada keseriusan Illegal, Unreported, and

7
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Unregulated Fishing di Perairan www.kepri.antaranews.com/berita/20


Indonesia berdasarkan Hukum 777/gedung-pengadilan-
Nasional”, Semarang: perikanan-ranai-tak-berfungsi
Universitas Diponegoro. http://batampos.co.id/24-04-
Mauna, Boer. 2013. “Hukum 2014/pak-presiden-di-laut-
Internasional: Pengertian natuna-satu-kapal-setor-4-ribu-
Peranan dan Fungsi dalam Era dolar/
Dinamika Global”. Bandung: PT. http://103.7.52.50/index.php/arsip/c/
Alumni. 11046/KKP-Tangkap-35-Kapal-
Purnomo, Didik Heru. 2012. “Tahun Pencuri-Ikan/?category_id
1511 Lima Ratus Tahun http://humas.natunakab.go.id/berita/1
Kemudian”. Jakarta: Gramedia 19-pidato-bupati-natuna-di-
Pustaka Utama. acara-hari-pers-nasional-hpn-
R, L Tri Setyawanta. 2005. “Pokok- 2015-di-tanjungpinang-tanggal-
pokok Hukum Laut 03-februari-2015.html
Internasional”. Semarang : Pusat http://www.cnnindonesia.com/ekono
Studi Hukum Laut. mi/20150213114447-92-
Rahardjo, Satjipto. 2006. “Ilmu 31872/22-kapal-masuk-daftar-
Hukum”. Bandung: Citra Aditya siap-ditenggelamkan-oleh-
Bakti. menteri-susi/
Siombo, Marhaeni Ria. 2010. Dina Sunyowati. “Dampak Kegiatan
“Hukum Perikanan Naisonal dan IUU Fishing di Indonesia”,
Internasional”. Jakarta: disampaikan pada Seminar
Gramedia Pustaka Utama. Nasional “ Peran dan Upaya
Sodik, Dikdik Mohamad. 2011. Penegak Hukum dan Pemangku
“Hukum Laut Internasional”. Kepentingan Dalam Penanganan
Bandung: PT. Rafika Aditama. dan Pemberantasan IUU Fishing
Soekanto, Soerjono. 1986. di Wilayah Perbatasan
“Pengantar Penelitian Hukum”. Indonesia”, kerjasama
Jakarta: Universitas Indonesia Kementerian Luar Negeri
(UI Press). Republik Indonesia dengan
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji. Universitas Airlangga Surabaya,
2010. “Penelitian Hukum 22 September 2014.
Normatif: Suatu Peninjauan greenpeace.org, “Laut Indonesia
Singkat”. Jakarta: Rajawali dalam Krisis”.
Press. Kresno Buntoro, “Isu Kontemporer
Waluyo, Bambang. 1991.“Penelitian Implementasi Konvensi Hukum
Hukum dalam Praktek”. Jakarta: Laut 1982 (perbatasan laut di
Sinar Grafika. Indonesia, laut Tiongkok Selatan,
Lainnya lintas navigasi di Indonesia,
illegal migrants)”, disajikan
http://setkab.go.id/menuju-indonesia- dalam Seminar Hukum Nasional
sebagai-negara-poros-maritim/ “Isu Kontemporer Hukum Laut
https://www.selasar.com/ekonomi/pe Internasional dan Penegakkan
ncurian-ikan-di-laut-nkri-sudah- Hukum”, Fakultas Hukum
seperti-kanker-stadium-akhir

8
DIPONEGORO LAW REVIEW
Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015
Website : http://www.ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr/

Universitas Diponegoro, 11 April


2014.
Konvensi Hukum Laut 1982
(tejemahan).
Laporan Penelitian. 2012.
“Penegakkan Hukum Pidana
Illegal fishing: Penelitian, Asas,
Teori, Norma, dan Praktek
Penerapannya”. Jakarta :
Puslitbang Hukum dan Peradilan
Badan Litbang Diklat Kumdil
Mahkamah Agung RI.
Marudut Hutajulu, dkk. 2014.
“Analisis Hukum Pidana
terhadap Pencurian Ikan di Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia
Wilayah Pengelolaan Perikanan
Republik Indonesia (Studi
Putusan
No.3/PID.SUS.P/2012/PN.MDN
)”. Medan : USU Law Journal,
Vol.II-No.1, Februari 2014.
Piagam PBB 1945 (terjemahan).
Putusan PN. Tanjung Pinang
No.08/Pid.PRKN/2011/PN.TPI
Usmawadi Amir. 2013. “Penegakkan
Hukum IUU Fishing menurut
UNCLOS 1982 (Studi Kasus :
Volga Case)”. Jurnal Opinio
Juris, Vol.12, Januari-April 2013.
Undang-undang No. 45 tahun 2009
tentang Perubahan atas UU
No.31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.
UU No.31 Tahun 2004 tentang
Perikanan.

Anda mungkin juga menyukai