Dosen Pembimbing:
Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Swt karena berkat rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan tugas untuk mata kuliah Penganggaran dengan judul
“Penyusunan Anggaran Komprehensif”.
Dalam penyelesaian makalah ini penulis mendapatkan bantuan dari beberapa pihak.
Oleh karena itu, melalui kata pengantar ini penulis sadar akan masih banyaknya kekurangan
dalam makalah ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
makalah ini. Dan penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Penganggaran karena sudah memberikan materi yang dapat kami pahami.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan semua pembaca makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
1
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
BAB I
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.1 Latar Belakang
Anggaran merupakan komponen utama dalam perencanaan. Solihin dan Suhartono (2008)
menyatakan bahwa, sebagai alat perencanaan, anggaran merupakan rencana kegiatan yang
terdiri dari sejumlah target yang akan dicapai oleh para manajer departemen suatu perusahaan
dalam melaksanakan serangkaian kegiatan tertentu pada masa yang akan datang. Sasaran
anggaran dapat dicapai melalui pelaksanaan serangkaian aktivitas yang telah ditetapkan
sebelumnya dalam bentuk anggaran.
Garisson, Noreen dan Brewer (2007:4) mengungkapkan anggaran adalah rencana
terperinci tentang perolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya
lainnya selama suatu periode waktu tertentu.
Sebelum anggaran disiapkan, organisasi seharusnya mengembangkan suatu rencana
strategis. Rencana strategis mengidentifikasi strategi-strategi untuk aktivitas dan operasi di
masa depan, umumnya mencakup setidaknya untuk lima tahun ke depan. Organisasi dapat
menerjemahkan strategi umum ke dalam tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Tujuan-
tujuan ini membentuk dasar anggaran. Hubungan erat antara anggaran dan rencana strategis
membantu manajemen untuk memastikan bahwa semua perhatian tidak terfokus pada
operasional jangka pendek (Hansen dan Mowen, 2004:1).
Dalam penyusunan suatu anggaran, perusahaan dapat melakukannya dengan dua cara
yaitu sebagian demi sebagian (parsial) dan secara keseluruhan (komprehensif). Penyusunan
anggaran komprehensif akan mendatangkan manfaat berupa adanya pendekatan secara
sistematis terhadap kebijaksanaan manajemen, serta mempermudah diadakannya evaluasi
tujuan akhir perusahaan secara kuantitatif.
Kesalahan-kesalahan dalam penyusunan anggaran komprehensif akan menyebabkan
kesalahan perusahaan dalam penyusunan atau pembuatan suatu kebijaksanaan, serta
mempersulit pihak perusahaan dalam melaksanakan evaluasi ataupun pengawasan didalam
suatu perusahaan. Untuk itu pemahaman akan anggaran komprehensif sangat dibutuhkan,
kesalahan pemahaman akan menyebabkan kesalahan dalam penyusunan suatu anggaran.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah penyusunan anggaran komprehensif ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
2.1 Pengertian Anggaran Komprenhensif
5
Setelah pemerintahan berganti kepada Pemerintahan Orde Baru, kebijakan politik dan
ekonomi Indonesia tidak lagi konfrontatif dengan dunia Barat. Pemerintahan Orde Baru
segera mencanangkan pembangunan ekonomi secara sistematis dengan pola target lima
tahunan. Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Barat untuk membangun. Pertumbuhan
mulai, perekonomian bergerak. Pemerintah pun berencana mengaktifkan kembali pasar
modal.
Dengan surat keputusan direksi BI No. 4/16 Kep-Dir tanggal 26 Juli 1968, di BI di
bentuk tim persiapan (PU) Pasar Uang dan (PM) Pasar Modal. Hasil penelitian tim
menyatakan bahwa benih dari pasar modal di Indonesia sebenarnya sudah ditanam
pemerintah sejak tahun 1952, tetapi karena situasi politik dan masyarakat masih awam
tentang pasar modal, maka pertumbuhan Bursa Efek di Indonesia sejak tahun 1958 s/d 1976
mengalami kemunduran. Setelah tim menyelesaikan tugasnya dengan baik, maka dengan
surat keputusan Kep-Menkeu No. Kep- 25/MK/IV/1/72 tanggal 13 Januari 1972 tim
dibubarkan, dan pada tahun 1976 dibentuk Bapepam (Badan Pembina Pasar Modal) dan
PT Danareksa. Bapepam bertugas membantu Menteri Keuangan yang diketuai oleh Gubernur
Bank Sentral. Dengan terbentuknya Bapepam, maka terlihat kesungguhan dan intensitas
untuk membentuk kembali pasar uang dan pasar modal. Selain sebagai pembantu Menteri
Keuangan, Bapepam juga menjalankan fungsi ganda yaitu sebagai pengawas dan pengelola
bursa efek. Akhirnya, pada tanggal 10 Agustus 1977, Presiden Soeharto meresmikan pasar
modal di zaman Orde Baru.
1. Persyaratan laba minimum sebesar 10 % dari modal sendiri bagi perusahaan yang ingin go
public. Keuntungan itu harus diperoleh perusahaan selama dua tahun sebelum melakukan
penawaran umum kepada masyarakat. Tentunya, persyaratan ini memberatkan perusahaan
yang ingin go public.
2. Investor asing tidak mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam pemilikan saham
perusahaan yang ditawarkan di pasar modal Indonesia. Padahal, kalau melihat kondisi bangsa
6
Indonesia yang saat itu berpendapatan pada kisaran US$ 1,000 per kapita, potensi investor
asing lebih besar. Akibatnya, jumlah investor tidak berkembang dan volume serta nilai
transaksi boleh dikatakan tidak beranjak maju.
3. Adanya batasan maksimum fluktuasi harga saham sebesar 4 % dari harga awal saham
dalam setiap hari perdagangan di bursa. Batasan ini menjadikan pasar modal kita kurang
menarik. Padahal kalau kita cermati bursa-bursa di dunia, dinamikanya begitu tajam dan
cepat. Dengan demikian, harga saham yang terbentuk bukan karena mekanisme pasar, karena
ada batas pagu (plafond) fluktuasi harga saham.
4. Tidak adanya perlakuan yang sama untuk pajak atas penghasilan dari bunga deposito dan
dividen. Akibatnya, menanamkan uang dalam bentuk deposito jauh lebih menarik ketimbang
berinvestasi di pasar modal.
5. Belum dibukanya kesempatan bagi perusahaan untuk mencatatkan seluruh saham yang
ditempatkan dan disetor penuh di bursa.
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses emisi saham dan obligasi,
dihapuskannya biaya yang sebelumnya dipungut oleh Bapepam, seperti biaya pendaftaran
emisi efek. Selain itu dibuka pula kesempatan bagi pemodal asing untuk membeli efek
maksimal 49% dari total emisi. Pakdes 87 juga menghapus batasan fluktuasi harga saham di
bursa efek dan memperkenalkan bursa paralel. Sebagai pilihan bagi emiten yang belum
memenuhi syarat untuk memasuki bursa efek.
7
terhadap perkembangan pasar modal. Sebab dengan keluarnya kebijaksanaan ini berarti
pemerintah memberi perlakuan yang sama antara sektor perbankan dan sektor pasar modal.
Pakdes 88 pada dasarnya memberikan dorongan yang lebih jauh pada pasar modal dengan
membuka peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa.
Sejarah pasar modal Indonesia mulai mengalami moderenisasi pada tahun 1995, dengan
mulai diberlakukannya sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System). Suatu system
perdagangan di lantai bursa yang secara otomatis me-matchkan antara harga jual dan beli
saham. Sebelum diberlakukannya JATS, transaksi dilakukan secara manual. Misalnya dengan
menggunakan “papan tulis” sebagai papan untuk memasukkan harga jual dan beli saham.
Perdagangan saham berubah menjadi scripless trading, yaitu perdagangan saham tanpa
warkat (bukti fisik kepemilikkan saham)Lalu dengan seiring kemajuan teknologi, bursa kini
menggunakan sistem Remote Trading, yaitu sistem perdagangan jarak jauh.
Pada tanggal 22 Juli 1995, BES merger dengan Indonesian Parallel Stock Exchange
(IPSX), sehingga sejak itu Indonesia hanya memiliki dua bursa efek: BES dan BEJ.
8
Pada tahun 1997, krisis ekonomi melanda negara-negara Asia, khususnya Thailand,
Filipina, Hong Kong, Malaysia, Singapura, Jepang, Korea Selatan, dan Cina, termasuk
Indonesia. Akibatnya, terjadi penurunan nilai mata uang asing terhadap nilai dolar.
Bursa Efek Jakarta melakukan merger dengan Bursa Efek Surabaya pada akhir 2007
dan pada awal 2008 berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
9
Pasar modal Indonesia dalam perjalanannya mengalami beberapa kali guncangan yang hebat.
Namun, dengan semakin membaiknya kondisi makro ekonomi Indonesia, maka krisis tersebut dapat
dilalui. Selanjutnya pasar modal Indonesia memiliki peluang yang sangat besar menjadi pasar modal
yang kuat dan tangguh dengan banyaknya kelas menengah Indonesia yang potensial untuk
DAFTAR PUSTAKA
10
Muharam, Noviasih. 2018. Perlindungan Hukum Bagi Investor dalam Pembelian Kembali
Samri, Yenni. 2015. Peranan Pasar Modal dalam Perekonomian Negara. Jurnal Human
11