Anda di halaman 1dari 99

PROPOSAL PENELITIAN

PERAN MINAT DAN BAKAT


DALAM MENINGKATKAN KOMPETEN SISWA

Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan

Disusun Oleh :

Lindawati 20196013193

Pembimbing 1 Dr.Happy Fitria,M.Pd


Pembimbing 2 Dr.Dessy Wardiah,M.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS PGRI PALEMBANG
2019

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala Karunia dan
Rahmat-Nya kepada seluruh mahluk hidup khususnya bagi  saya, sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada waktunya.
Shalawat dan salam tak lupa kami lantunkan kepada Nabi Muhammad
SAW, tauladan bagi seluruh umat muslim di dunia, yang telah  mengeluarkan
umat manusia dari zaman yang jahiliyah kepada zaman yang penuh cahaya dan
ketentraman bagi semesta alam.
Selanjutnya, saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
khususnya kepada yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas
Proposal Penelitian ini. Dan kami selaku penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan makalah ini tidak
akan sesuai yang diharapkan.
Alhamdulillah, bahwa hanya dangan petunjuk dan hidayah-Nya sajalah makalah
ini bisa selesai dan bisa terwujud sehingga sampai dihadapan para pembaca yang
berbahagia. Semoga kiranya memberikan sumbangan yang berarti bagi
perkembangan bagi para pembaca pada masa sekarang dan yang akan datang.

Pada era globalisasi dan informasi saat ini, yang ditandai seamakin menipis dan
hilangnya batas pemisah antara nilai-nilai dan lingkungan budaya bangsa, yang
diikuti dengan kecendrungan terbentuknya nilai-nilai budaya yang bersifat
universal, tampak studi tentang dengan Mengetahui Sejarah Indonesia mejadi
sangat penting dan mendapakan perhatian yang sangat luas, baik dikalangan
Siswa maupun dikalangan Umum.

BAB 1

2
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Di era milenial ini semakin banyak orang tua yang mulai merancang masa depan sang anak
bahkan saat usia mereka belum menginjak lima tahun. Kekhawatiran orang tua atas masa depan
anaknya memacu mereka ingin memasukkan buah hati mereka ke dalam lembaga pendidikan
lebih awal dari usia sewajarnya. Walaupun sebagian orangtua lahir dan belajar dalam masa
konvensional dan akan mendidik dan mendampingi anak-anak mereka pada era digital milenial.
Perubahan era yang terjadi karena kemajuan teknologi dan informasi membuat orang tua mau
tidak mau harus mengubah pola asuh terhadap anak-anaknya. Sekarang ini, pola asuh harus
mematuhi arahan orang tua guna anak sukses di masa depan sulit diterapkan.Sebaliknya, orang
tua diharapkan bisa mendorong buah hati memiliki nalar tinggi supaya bisa berinovasi. Tujuannya
agar anak sukses di masa depan.
Beberapa ada yang lebih fokus mengasah potensi sang anak, namun tak sedikit pula orang
tua yang ingin menonjolkan sisi personal sang buah hati yang paling menarik dari diri mereka. Di
samping potenial dan personality, passion dan physical anak juga menjadi perhatian orang tua.
Mereka bisa mengujinya dengan tes bakat dan minat
Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi
dengan berbagai informasi dan pengalaman. Berdasarkan hasil Penelitian menunjukkan anak usia
dini adalah masa windows of opportunity. Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat
menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air
inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orangtua dan guru yang
bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktivitas
yang diminatinya.Memberikan pengalaman langsung pada anak akan mendewasakan usianya
dengan wajar,melatih motorik anak dalam kemandirian melakukan akttivitas sederhana dapat
membuat mereka terampil dan mandiri walaupun itu butuh kesabaran dan tega dalam arti
membiarkan anak melakukan sendiri apa yang sudah mampu dilakukannya sendiri.
Menurut Laporan Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) 2018, sebanyak 65 persen
anak yang saat ini duduk di bangku sekolah dasar, di masa depan mungkin bekerja di bidang
yang hari ini belum ada.

3
Hanya sekitar 35 persen pekerjaan di era sekarang yang bisa ditemukan di masa depan. Oleh
karenanya, anak dituntut untuk jadi pencipta kerja, pengamat dan Praktisi Pendidikan dan Sains,
Indra Charismiadji mengatakan, satu hal yang sekarang perlu diperhatikan orang tua agar anak
sukses adalah menjadikan mereka sosok kreatif, mampu berpikir kritis, bisa berkolaborasi dengan
orang banyak, serta memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Maka dari itu, orangtua perlu
mendapatkan banyak edukasi tentang hal tersebut.
Sebab pola asuh yang dahulu orang tua terima sulit diterapkan pada anak-anak di era
sekarang. Di era manufaktur orang memang harus patuh sesuai aturan, saklak. Sedangkan
sekarang ini harus ada dorongan kreativitas. Anak tidak lagi harus mematuhi perkataan orangtua,
sebab anak yang patuh tidak memiliki kreativitas," Indra "Sains Digital Dari dan Untuk Anak
Indonesia" yang diselenggarakan oleh Kalbe, Jumat (6/9/2019) di Jakarta.
Menjadi anak yang tidak patuh bukan berarti anak harus melawan perintah orang tua atau
membangkang. Tidak patuh di sini maksudnya adalah anak diharuskan berpikir kritis. Ketika orang
tua melarang sesuatu, mereka tidak serta merta menurut melainkan berpikir alasan kenapa tidak
diperbolehkan melakukan hal tersebut.
Dalam proses pendidikan, siswa memiliki minat masing-masing. Ada siswa yang berminat di
bidang sains, sosial, musik, seni, dan lainnya. Minat siswa perlu dikembangakan sehingga akan
meningkatkan kemauan belajar siswa. Dengan demikian, kegiatan pembelajar juga akan menjadi
lebih kondusif dan tujuan pembelajaran juga akan tercapai.
Selain minat, bakat juga enjadi penentu seorang siswa menentukan langkah selanjutnya di
bidang pendidikan, seperti perguruan tinggi. Bakat merapukan kemampuan alami seseorang sejak
lahir. Bakat setiap orang berbeda-beda. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui bakat seorang
siswa agar lebih mudah menentukan jalan apa yang lebih baik diambil.
Bakat dapat mempengaruhi seseorang untuk berminat terhadap suatu hal. Terkadang
seorang anak belum mengetahui bakatnya di suatu bidang karena yang ia jalani berdasarkan
minatnya saja. Lalu bagaimana mengerahui bakat dan minat siswa dengan tepat?
Salah satu cara yang paling akurat untuk mengetahui bakat dan minat yaitu melalui
tes psikologi  khusus bakat dan minat. Melakui tes ini, siswa menjadi lebih mengetahui potensi
dirinya, termasuk kelebihan dan kekurangan baik dari segi akademis maupun kepribadian. selain
itu, siswa juga dapt mengetahui jurusan kuliah / bidang pekerjaan yang tepat sesuai dengan minat

4
dan bakatnya. Hal ini untuk meminimalisasi anak tersebut salah memilih jurusan atau tidak betah
dalam pekerjaan karena bidang yang ia tekuni memang tidak sesuai dengan bakat serta
minatnya.
Sekarang ini gagasan modern tentang pendidikan  banyak bermunculan. Contohnya seperti
pemberian sangsi kepada anak oleh guru yang lebih mendidik, pembelajaran di SD yang
seharusnya tidak berfokus pada kognitif tapi lebih menekankan pada pembinaan karakter, bahkan
yang terbaru adalah gagasan tentang tidak diperlukannya pemberian PR kepada siswa, serta
yang fenomenal dan kontroversial adalah gagasan full day school oleh Menteri Muhadjir Effendy.
Dari sekian banyak gagasan tersebut saya lebih tertarik membahas tentang pendidikan
berbasis minat dan bakat anak. Gagasan ini juga bukan hal baru. Sudah sering kita mendengar
bahwa bakat anak berbeda-beda sehingga jangan menjudge anak yang tidak pandai matematika
itu, bodoh secara keseluruhan. Bisa saja kemampuannya ada dibidang lain. Namun pentingnya
minat dan bakat anak ini sepertinya gaungnya belum terlalu keras. Pengembangan minat dan
bakat anak baru sebatas anjuran yang sebaiknya dilakukan orang tua dan guru. Tentu hal itu akan
berdampak kurang signifikan. Hanya orang tua dan guru yang menyadarinya saja yang akan
melakukannya. 
Berbeda jika kita bandingkan dengan pendidikan di Finlandia. Sudah bukan hal baru jika
negara itu menjadi panutan menjalankan sistem pendidikan yang baik (walaupun sekarang
predikat sistem pendidikan terbaik bukan lagi milik Finlandia). Sayangnya, yang lebih sering
dibahas kebanyakan orang dari sistem pendidikan di Finlandia adalah tentang tidak adanya PR,
tidak adanya ujian nasional, dan waktu belajar yang tidak lama (5 jam).
Padahal satu hal lagi yang luput dari perhatian adalah mutu sekolah di Finlandia semuanya
sama. Tidak ada namanya sekolah unggulan atau sekolah favorit. Kalau di Indonesia kan ada
sekolah nasional, nasional plus, SSN, dan pernah ada juga RSBI. Hal yang membedakan dari tiap
sekolah di Finlandia adalah bahasa asing dan kegiatan olahraganya. Jadi orang tua dapat memilih
sekolah yang sesuai dengan bakat olahraga siswa. Pada pembahasan ini kegiatan olahraga
tersebut saya asumsikan sebagai kegiatan ekstrakurikuler (ekskul).
Di Indonesia sekarang ini, wadah untuk menyalurkan bakat anak adalah kegiatan ekskul. Dan
ekskul itu kadang-kadang dipandang sebelah mata, hanya untuk formalitas. Tak jarang siswa
memilih ekskulnya secara asal-asalan.

5
Saya berpikir agar pemerintah mengikuti Finlandia yaitu mengharuskan tiap sekolah memiliki
spesialisasi ekskul. Dengan demikian, Orang tua dapat memilih sekolah yang memiliki ekskul
unggulan sesuai minat dan bakat anak. Spesialisasi ekskul bukan berarti sekolah itu hanya
mengadakan satu ekskul saja. Sekolah juga tetap mengadakan ekskul lainnya, namun ada satu
ekskul yang diunggulkan baik dari segi fasilitas, pengajarnya, hingga prestasinya.
Hal ini akan berjalan efektif jika orang tua atau sang anak memang sudah tahu apa
minat/bakatnya. Bagaimana bagi mereka yang belum tahu minat/bakatnya ? Untuk masalah itu,
maka sekolah wajib melakukan tes bakat. Dari situ, pihak sekolah dapat mengarahkan ekskul
yang tepat untuk siswa. Jadi idealnya, setiap siswa wajib mengikuti ekskul. 
Untuk mendukung ini semua, pemerintah juga harus menyediakan anggaran untuk
pengadaan fasilitas ekskul dan honor pengajar ekskul ditiap sekolah. Selain itu pemerintah juga
sebaiknya memiliki database tentang SDM yang kompeten dibidangnya yang bisa menjadi
rekomendasi sekolah untuk merekrutnya menjadi pengajar ekskul. Pada akhirnya, ekskul yang
diikuti anak bukan lagi sebagai formalitas. Namun juga merupakan hal penting dan hal serius yang
dilakukan siswa sebagai bagian dari pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Mengapa pendidikan berbasis minat dan bakat penting ?
Apakah penting membahas tentang pendidikan berbasis minat dan bakat?
Mengetahui bakat/minat itu penting bagi kehidupan seseorang di masa depan. Sama
pentingnya dengan kemampuan matematika yang lebih sering diagung-agungkan oleh
kebanyakan orang. Menyadari minat/bakat mungkin tidak terlalu berpengaruh di masa SD sampai
SMA. Namun diakhir masa SMA, barulah akan terasa pentingnya minat/bakat. Di masa itu, siswa
harus menentukan pilihan jurusan kuliahnya. Nah disaat itulah tak sedikit para lulusan SMA yang
bingung memilih jurusan kuliah. Bahkan tak sedikit yang akhirnya merasa salah jurusan. Sangat
disayangkan bukan kalau hal itu terjadi ? Jika sudah tahu minat/bakatnya tentu menentukan pilihan
tersebut tidaklah susah. 
Lebih jauh lagi, di jaman sekarang ini, kecerdasan intelektual tidak menjadi satu-satunya tolak
ukur keberhasilan orang bersaing, khususnya di dunia kerja. Kini, tidak sedikit yang menganggap
softskill lebih penting. Ketekunan menggeluti bidang minat/bakat kita akan mendukung
berkembangnya softskill.  Sehingga seseorang akan memiliki keunikan dibanding individu yang
lain dan itu akan membantu dalam melewati berbagai persaingan di kehidupan ini.

6
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1 angka
1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Proses Pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi pesertadidik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan. Sesuai dengan Standar
Kompetensi Lulusan dan Standar Isi maka prinsip pembelajaran yang digunakan: dari peserta didik
diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu; dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar
menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai
penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; dari pembelajaran berbasis konten menuju
pembelajaran berbasis kompetensi; dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran
terpadu; dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; dari pembelajaran verbalisme
menuju keterampilan aplikatif; peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal
(hardskills) dan keterampilan mental (softskills); pembelajaran yang mengutamakan
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat;
pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); pembelajaran yang berlangsung di rumah di
sekolah, dan di masyarakat; pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah
guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan
Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik. Dalam
pelaksanaan proses pembelajaran tiga diantaranya adalah dengan memperhatikan hal berikut :

7
Perbedaan individual peserta didik antara lain kemampuan awal, tingkat intelektual, bakat, potensi,
minat, motivasi belajar, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan
belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. Partisipasi aktif
peserta didik. Berpusat pada peserta didik untuk mendorong semangat belajar, motivasi, minat,
kreativitas, inisiatif, inspirasi, inovasi dan kemandirian. Dalam beberapa latar belakang
permasalahan ini sebagai tenaga pendidik saya akan melakukan penelitian terhadap siswa
disekolah saya apakah dengan mengaktifkan minat dan bakat mereka kompetensi keterampilan
mereka akan dapat meningkat dapatkah mereka terampil dalam mengamati, menanya, mencoba,
menalar,menyaji, mencipta khususnya disekolah SD Negeri 232 Palembang. Selama ini
pendidikan pada umumya mengedepankan pengetahuan tetapi untuk keterampilan siswa hanya
banyak mendapatkannya dari kegiatan ekstrakulikuler ataupun kegiatan diluar sekolah itupun
hanya sebagian besar pada kegiatan keterampilan gerak tubuh/olahraga,selain itu juga proses
pembelajaran dan hasil pembelajaran menuntut siswa terampil dalam banyak hal baik secara
umum ataupun secara khusus. Sebagai contoh sederhana saja ketika anak di minta menceritakan
kegiatannya dari pagi sampai berangkat dan tiba disekolah siswa banyak yang kesulitan untuk
mengemukakan atau bercerita baik secara tertulis maupun lisan.
Penyebab ini semua karena siswa belum muncul rasa percaya dirinya dan juga pemahaman
dalam penggunaan bahasanya baik secara tertulis maupun lisan. Begitu juga keterampilan
mengamati benda atau gambar siswa banyak sekali belum bisa menemukan informasi dari gambar
atau benda yang ditampilkan. Begitu juga dalam hal bertanya siswa masih sedikit sekali yang aktif
bertanya dalam proses pembelajaran maupun diluar proses pembelajaran

B. Fokus Penelitian
Penelitian ini di fokuskan pada siswa sekolah dasar yang berusia antara 6-13 tahun
Penelitian ini difokuskan pada peran minat dan bakat dalam meningkatkan kompetensi
keterampilan siswa
C. Rumusan Masalah
Apakah peran minat dan bakat dapat meningkatkan kompetensi keterampilan siswa?

8
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan,membuktikan peran minat dan bakat
terhadap peningkatan kompetensi keterampilan siswa
E. Manfaat Penelitian
1. Diharafkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kompetensi keterampilan
siswa sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya.
2. Dapat mendapatkan gambaran yang jelas dalam mengelompokkan kelompok
belajarnya berdasarkan modalitas belajar,minta dan bakatnya.
3. Mengembangkan kompetensi guru dalam memberikan penilaian terhadap
kompetensi keterampilan siswa
4. Sebagai sumber informasi untuk menstimulus penyaluran minat dan bakat siswa

9
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
A. MINAT
1. Pengertian Minat
Minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan apabila objek tersebut sesuai sasaran
dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang yang bersangkutan (Sardiman, 1990:
76). Menurut Tampubolon (1991: 41) mengatakan bahwa minat adalah suatu perpaduan keinginan
dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Sedangkan menurut Djali (2008: 121)
bahwa minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri
dengan sesuatu di luar diri. Minat sangat besar pangaruhnya dalam mencapai prestasi dalam
suatu pekerjaan, jabatan, atau karir. Tidak akan mungkin orang yang tidak berminat terhadap suatu
pekerjaan dapat menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik. Minat dapat diartikan sebagai
rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu objek (Mohamad Surya, 2003: 100).
Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap sesuatu objek. Hal ini
seperti dikemukakan oleh Slameto (2003: 180) yang menyatakan bahwa minat sebagai suatu rasa
lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat
pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar
diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Menurut Kartini Kartono
(1996: 12) minat merupakan momen dan kecenderungan yang searah secara intensif kepada
suatu obyek yang dianggap penting. Menurut Ana laila Soufia dan Zuchdi (2004: 116) menjelaskan
bahwa minat merupakan kekuatan pendorong yang menyebabkan seseorang menaruh perhatian
pada orang lain, pada aktivitas atau objek lain. Sedangkan Slameto (2003: 57) menjelaskan bahwa
minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan. Lebih lanjut Slameto mengemukakan bahwa suatu minat dapat diekspresikan melalui
suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal dari pada hal lainnya,
dapat pula dimanifestasiakan melalui partisipasi dalam satu aktivitas. Siswa yang memiliki minat
terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek
tersebut. Menurut Sudirman (2003: 76) minat seseorang terhadap suatu objek akan lebih kelihatan
apabila objek tersebut sesuai sasaran dan berkaitan dengan keinginan dan kebutuhan seseorang
yang bersangkutan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Minat

10
merupakan kecenderungan pada seseorang yang ditandai dengan rasa senang atau ketertarikan
pada objek tertentu disertai dengan adanya pemusatan perhatian kepada objek tersebut dan
keinginan untuk terlibat dalam aktivitas objek tertentu, sehingga mengakibatkan seseorang
memiliki keinginan untuk terlibat secara langsung dalam suatu objek atau aktivitas tertentu, karena
dirasakan bermakana bagi dirinya dan ada harapan yang di tuju. Dari pendapat para ahli di atas
peneliti mengambil kesimpulan bahwa timbulnya minat seseorang itu disebabkan oleh beberapa
faktor penting yaitu fsakttor intern dan ekstern. Adapun faktor intern terdiri dari perhatian, tertarik,
dan aktifitas, sedangkan faktor ekstern terdiri dari keluarga, sekolah, dan lingkungan.
2. Pentingnya Minat
Elizabeth B. Hurlock (1993: 214) mengatakan bahwa pada semua usia, minat memainkan peran
yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan
sikap, terutama selama masa kanak-kanak. Karena jenis pribadi anak sebagian besar ditentukan
oleh minat yang berkembang selama masa kanak-kanak. Di samping itu pengalaman belajar dari
anak juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan minat anak.
Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap proses dan pencapaian hasil belajar. Apabila
materi pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan tertarik
untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Tidak ada daya tarik bagi siswa mengakibatkan keengganan
belajar. Keengganan belajar mengakibatkan tidak adanya kepuasan dari pelajaran tersebut.
Namun sebaliknya, pelajaran yang menarik siswa, lebih mudah direncanakan karena minat
menambah aktivitas belajar.
Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka dapatlah diusahakan agar
mempunyai minat yang lebih besar yaitu dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan
berguna bagi kehidupan serta
hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita kaitannya dengan materi pelajaran yang dipelajari.
3. Ciri-ciri Minat Anak
Elizabeth B. Hurlock (1993: 117) mengatakan bahwa cirri-ciri minat yaitu:
a. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental. Minat di semua bidang
berubah selama terjadi perubahan fisik dan mental. Pada waktu pertumbuhan terlambat
dan kematangan dicapai, minat menjadi lebih stabil. Anak yang berkembang lebih cepat
atau lebih lambat dari pada teman sebayanya. Mereka yang lambat matang, karena

11
sebagaimana dikemukakan terlebih dahulu, menghadapi masalah social karena minat
mereka minat anak, sedangkan minat teman sebaya mereka minat remaja.
b. Minat bergantung pada kesiapan belajar. Anak-anak tidak dapat mempunyai minat
sebelum mereka secara fisik dan mental. Sebagai contoh, mereka tidak dapat mempunyai
minat yang sungguh-sungguh untuk permainan bola sampai mereka memiliki kekuatan
dan koordinasi otot yang diperlukan untuk permainan bola tersebut.
c. Minat bergantung pada kesempatan belajar. Kesempatan untuk belajar bergantung pada
lingkungan dan minat, baik anak-anak maupun dewasa, yang menjadi bagian dari
lingkungan anak. Karena lingkungan anak kecil sebagian besar terbatas pada rumah.
Minat mereka “tumbuh dari rumah”. Dengan bertambah luasnya lingkup social mereka
menjadi tertarik pada minat orang di luar rumah yang mulai mereka kenal.
d. Perkembangan minat mungkin terbatas.Ketidakmampuan fisik dan mental serta
pengalaman sosial yang terbatas membatasi minat anak. Anak yang cacat fisik misalnya,
tidak mungkin
mempunyai minat yang sama pada olahraga seperti teman sebayanya yang
perkembangan fisiknya normal.
e. Minat dipengaruhi pengaruh budaya. Anak-anak mendapat kesempatan dari orang tua,
guru, dan orang dewasa lain untuk belajar mengenai apa saja yang oleh kelompok
budaya mereka dianggap minat yang sesuai dan mereka tidak diberi kesempatan untuk
menekuni minat yang dianggap tidak sesuai bagi mereka oleh kelompok budaya mereka.
f. Minat berbobot emosional. Bobot emosional – aspek afektif – dari minat menemukan
kekuatannya. Bobot emosional yang tidak menyenangkan melemahkan minat, dan bobot
emosional yang menyenangkan memperkuatnya.
g. Minat itu egosentris. Sepanjang masa kanak-kanak, minat itu egosentris. Misalnya, minat
anak laki-laki pada matematika, sering berlandaskan keyakinan, kepandaian di bidang
matematika di sekolah akan merupakan langkah penting menuju kedudukan yang
menguntungkan di dunia usaha
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat
Minat yang timbul dalam diri seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor yang
berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intrinsik) maupun faktor yang yang
berasal dari luar individu itu sendiri (faktor ekstrinsik).

12
Menurut Sri Rumini (1998: 121) menjelaskan bahwa minat dipengaruhi oleh faktor
pekerjaan, sosial ekonom, bakat, umur, jenis kelamin, pengalaman, kepribadian dan
lingkungan.
Menurut Siti Rahayu Haditomo (1998: 189) menjelaskan bahwa ada 2 faktor yang
mempengaruhi minat seseorang yaitu:“ (1) Faktor dari dalam (intrinsik), yaitu sifat
pembawaan, dan (2) Faktor dari luar (ekstrinsik), diantaranya keluarga, sekolah dan
masyarakat sekitar. Minat yang terjadi dalam individu dipengaruhi dua faktor yang
menentukan, yaitu faktor keinginan dari dalam dan faktor keinginan dari luar. Minat dari
dalam terdiri dari tertarik atau rasa senang pada kegiatan, perhatian terhadap suatu
kegiatan dan adanya aktivitas atau tindakan akibat rasa senang maupun perhatian”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara garis besar minat dipengaruhi oleh
dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri (faktor intrinsic) dan
faktor yang berasal dari luar individu tersebut) faktor eksrinsic). Faktor instrinsik terdiri
atas rasa tertarik, perhatian dan aktivitas.
Ketiga faktor instrinsik dari minat tersebut dijelaskan sebagai berikut:
5. Rasa Tertarik
Menurut Suadirman (1984: 36) ketertarikan adalah proses yang dialami setiap individu
tetapi sulit dijelaskan. Dzakir (1992: 216)
menyampaikan, tertarik adalah suka atau senang, tetapi belum melakukan aktivitas.
Sedangkan Winkell (1983: 30) mendefinisikan rasa tertarik sebagai penilaian positif
terhadap suatu obyek. Berdasarkan tiga pendapat ini, disimpulkan bahwa rasa tertarik
merupakan rasa yang dimiliki setiap individu dalam ungkapan suka, senang dan simrpati
kepada sesuatu sebelum melakukan aktivitas, sebagai penilian positif atau suatu obyek.
6. Perhatian
Perhatian didefinisikan oleh Sumadi Suryabrata (1982: 14) sebagai frekuensi dan
kuantitas kesadaran yang menyertai aktivitas seseorang, sedangkan Dakir (1993: 144)
mendefinisikan minat perhatian sebagai keaktifan peningkatan kesadaran seluruh jiwa
yang dikerahkan dalam pemusatannya kepada sesuatu, dan Bimo Walgito (2002: 98)
mendefinisikan perhatian sebagai pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas
individu yang ditujukan kepada suatu objek. Berdasarkan tiga definisi tersebut,

13
disimpulkan perhatian merupakan pemusatan tenaga atau kekuatan jiwa tertentu kepada
suatu objek, atau frekuensi dan kuantitas kesadaran peningkatan kesadaran seluruh jiwa.
7. Aktivitas
Tahap setelah siswa tertarik dan memberikan perhatian terhadap suatu objek atau
kegiatan adalah bergabungnya siswa dalam kegiatan tersebut. Dalam penelian ini
aktivitas siswa berbentuk keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler
bolavoli mini.
Faktor ekstrinsik terdiri atas pengaruh dari lingkungan keluarga, sekolah, dan lingkungan.
Lingkungan keluarga yang memberikan pengaruh misalnya keadaan sosial ekonomi,
serta cara orang tua mendidik anak merupakan sebagian contoh faktor keluarga yang
dapat mempengaruhi minat siswa. Pengaruh lingkungan sekolah misalnya kurikulum,
metode mengajar yang digunakan guru, serta aturan dan disiplin sekolah. Adapun faktor
masyarakat meliputi teman bergaul serta kegiatan siswa di masyarakat.
dorongan dari dalam diri yang mempengaruhi gerak dan kehendak terhadap sesuatu,
merupakan dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam
mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.
B. Bakat
Bakat adalah sebuah sifat dasar, kepandaian dan pembawaan yang dibawa sejak lahir, misalnya
menulis. Ada juga kata “bakat yang terpendam”, artinya bakat alami yang dibawah sejak lahir tapi
tidak dikembangkan. Misalnya seseorang memilki bakat menjadi seorang pelari, tetapi tidak
dikembangkan, sehingga kemampuannya untuk berlari juga tidak berkembang. Bakat memiliki tiga
arti yaitu achievement (kemampuan aktual), capacity (Kemampuan potensial), dan aptitude (sifat
dan kualitas).
Peserta didik adalah anak-anak yang memiliki ciri-ciri istimewa, misalnya bakat yang diturunkan
dari orang tua dan atau nenek moyangnya. Setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-
beda, termasuk dalam bidang dan kadar dari bakat yang dimilikinya.
Beberapa definisi bakat dikemukakan oleh sejumlah ahli psikologi dan pendidikan:Branca
(Fudyartanta, 2004) misalnya, seorang ahli yang membahas tentang bakat dan kreativitas,
mengungkapkan bahwa ”An aptitude is an ability that is regarded as an indication of how well
individual can learn with training and practice, some particular skill or knowledge”.

14
Freeman (Fudyartanta, 2004) memberikan definisi yang senada yaitu “An aptitude is a combination
characteristics indicative an individual’s capacity to acquire (with training) some specific
knowledge, skill or set of organized responses, such as the ability to speak a language, to become
a musician, to do mechanical work.”
Renzulli (Munandar, 1999) mengungkapkan bahwa yang menentukan keberbakatan seorang
individu tidak hanya karena kemampuan umumnya berada di atas rata-rata, melainkan juga
kreativitas dan pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
Munandar (Ali & Asrori, 2005) menegaskan bahwa bakat (aptitude) mengandung makna
kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan
dan dilatih lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih potensial atau laten, bakat merupakan potensi
yang masih memerlukan pengembangan dan latihan secara serius dan sistematis agar dapat
terwujud.
Semiawan (Ali & Asrori, 2005) menyimpulkan bahwa bakat adalah kemampuan alamiah untuk
memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat
khusus. Bakat umum apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat umum, misalnya bakat
intelektual umum, sedangkan bakat khusus apabila kemampuan yang berupa potensi itu bersifat
khusus, misalnya bakat akademik, bakat kinestetik, bakat seni, atau bakat sosial.
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi,
untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman,
dan motivasi. Jika seseorang yang memiliki potensi bakat musik tetapi tidak memperoleh
kesempatan mengembangkannya, maka bakat tersebut tidak akan berkembang dan terwujud
dengan baik (menghasilkan prestasi). Sebaliknya anak yang pada dasarnya memiliki bakat musik
dan orang tuanya mendukung, ia akan mengusahakan agar anaknya memperoleh pengalaman
untuk mengembangkan bakatnya dan dengan motivasi yang tinggi dapat berlatih sehingga
bakatnya berkembang maksimal dan memperoleh prestasi.
Berkaitan dengan hal tersebut, U.S. Office of Education menekankan bahwa anak
berbakat memerlukan pelayanan dan program pendidikan khusus sesuai dengan potensi, minat,
dan kemampuan agar dapat merealisasikan sumbangan mereka terha-dap masyarakat dan untuk
pengembangan diri sendiri.

15
Jadi, bakat adalah seberapa baik seseorang memiliki kemampuan pada bidang pengetahuan atau
ketrampilan khusus dengan berlatih. Bakat dapat dikembangkan secara maksimal melalui latihan
dengan motivasi yang tinggi. Selain itu, bakat ditentukan oleh seberapa baik kemampuan umum,
kreativitas, dan komitmen siswa dalam menyelesaikan tugas. Bakat yang berkembang secara
maksimal akan memberikan sumbangan yang berarti, baik untuk masyarakat maupun untuk
pengembangan diri siswa yang bersangkutan.
Jenis-jenis Bakat Khusus
Berkaitan dengan adanya perbedaan individual, setiap anak memiliki bakat
yang berbeda-beda. Semiawan dan Munandar (Ali & Asrori, 2005) mengklasifikasikan jenis-jenis
bakat khusus, baik yang masih berupa potensi maupun yang sudah terwujud, menjadi lima bidang,
yaitu: (1) bakat akademik khusus, (2) bakat kreatif produktif, (3) bakat seni, (4) bakat
kinestetik/psikomotorik, serta (5) bakat social.
1. Yang termasuk ke dalam bakat akademik khusus, misalnya bakat untuk memahami
konsep yang berkaitan dengan angka-angka (numeric), logika bahasa (verbal), dan
sejenisnya.
2. Bakat khusus dalam bidang kreatif-produktif artinya bakat dalam hal menciptakan sesuatu
yang baru, misalnya menghasilkan program komputer terbaru, arsitektur terbaru, dan
sejenisnya. Bakat khusus kreatif produktif akan dibahas lebih mendalam pada subunit.
3. Bakat khusus dalam bidang seni, misalnya mampu mengaransemen musik yang digemari
banyak orang, menciptakan lagu dalam waktu yang singkat, dan mampu melukis dengan
indah dalam waktu yang relatif singkat.
4. Bakat khusus kinestetik/psikomotorik, antara lain sepak bola dan bulu tangkis.
5. Adapun bakat khusus di bidang sosial antara lain mahir melakukan negosiasi,
menawarkan suatu produk, berkomunikasi dalam organisasi, dan mahir dalam
kepemimpinan.
Ciri-ciri bakat, yaitu: (1) Bakat merupakan kondisi atau kualitas yang dimiliki seseorang,
yang memungkinkan seseorang tersebut akan berkembang pada masa mendatang. (2)
Bakat merupakan potensi bawaan yang masih membutuhkan latihan agar dapat terwujud
secara nyata (3) Bakat merupakan potensi terpendam dalam diri seseorang. (4) Bakat
dapat muncul perlu digali, ditemukan, dilatih, dan dikembangkan. (5) Bakat

16
memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi
harus ditunjang dengan minat, latihan, pengertian, pengetahuan, pengalaman, dan
dorongan.
(6) Bakat tidak selalu identik disertai minat. Bakat yang tidak disertai minat, maupun minat
yang tidak disertai bakat, akan menimbulkan gap. Bila orang tua tidak cukup cermat
contohnya dengan hal ini akan berdampak buruk bagi anak.
Ada 3 aspek bakat yaitu aspek perseptual, aspek psikomotor dan aspek intelektual. Aspek
perseptual meliputi kemampuan dalam memberikan penilaian atau pemahaman terhadap sesuatu.
Aspek psikomotor: meliputi kemampuan fisik seperti kekuatan fisik, kecepatan gerak, ketelitian dan
ketepatan, koordinasi dan
keluwesan anggota tubuh. Aspek intelektual: meliputi kemampuan mengingat dan mengevaluasi
suatu informasi.
Bila sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun
akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, Bila tidak sering dirangsang, maka
anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Tetapi bila anak sering diajak berbicara,
kemampuan verbalnya akan terstimulasi dengan baik. Hasil penelitian tentang perkembangan
intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah mencapai separuh dari
kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan mencapai 80 %. Setelah umur 8 tahun,
kemampuan intelektualnya hanya dapat diubah sebanyak 20%. Selama 4 tahun pertama dari
kehidupannya, perkembangan intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13
tahun berikut. Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi mereka sejak dini menjadi
sangat penting. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang terbentuk dalam
masa ini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada masa yang akan datang. Orang
dewasa yang terbiasa dapat belajar dengan mudah umumnya adalah mereka yang dari sejak kecil
terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar. Mereka yang cabang-cabang otaknya lebih banyak
karena sering dipakai belajar sewaktu kecil, ternyata punya respon yang lebih bagus, inisiatif yang
lebih cepat, daya tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju juga
berbeda.
Bagaimanakah peran minat dan bakat dalam meningkatkan kompetensi keterampilan
siswa ? Untuk menjawab pertanyaan ini penulis akan mencoba

17
mengkaji berdasarkan kajian teori kepustakaan yang pernah dibaca dan dibahas tuntas dalam
beberapa kegiatan seminar, bedah buku dan bacaan-bacaan sebagai referensi penunjang lainnya
yang mengkaji secara lengkap berdasarkan temuan-temuan di lapangan.
Bahwa sepertinya ada yang salah dengan cara pandang kita dalam melakukan proses pendidikan
di Indonesia, khususnya dalam mendampingi minat dan bakat peserta didik. Bahwa pendidikan
memiliki makna yang sangat filosofis sejak awal, yakni tumbuh dan menumbuhkan. Layaknya
sebuah proses bercocok tanam, maka sebagai seorang petani kita harus sangat paham dengan
jenis dan karakter benih tanaman yang akan kita tanam. Karena jenis benih yang akan kita tanam
akan menentukan perlakukan optimal untuk menjadikannya tanaman yang tumbuh kuat
menjulang : jenis tanah, sistem pengairan, jenis pupuk, dan metode perawatan. Namun sayangnya
hal ini seringkali tidak diperhatikan. Penyeragaman metode pendidikan menjadi pengajaran
akademis dengan acuan kesuksesan tunggal menjadi alasan untuk mengesampingkan keseriusan
kita melihat benih tanaman apa yang kita tanam: kita jadi tidak menganggap penting minat dan
bakat yang dimiliki anak dan siswa kita. Isman Consulting Yayasan Citarasa in mitra kehidupan.id :
Kesimpulan umum yang kami dapatkan sepanjang interaksi dengan seluruh peserta dan mitra
Petakehidupan.id Consulting Yayasan Citarasa Kebaikan Pelajar Indonesia selama ini, antara lain:
1. Porsi akademik yang berlebihan di seluruh jenjang pendidikan sehingga membuat seolah
ada kriteria tunggal keberhasilan pendidikan: yakni nilai rapor / akademiknya.
2. Penekanan aspek pengajaran dalam kelas yang lebih dominan dibandingkan life skill
yang secara riil harus dikuasi seiring tahapan usia perkembangan, sehingga membuat
para siswa justru tercabut dari akar sosial lingkungan tempat tinggal, menjadi abai
terhadap problematika hidup di sekelilingnya.
3. Tidak adanya usaha yang cukup komprehensif dalam menelusuri minat bakat anak yang
menjadi rujukan pengembangan diri dan upgrade kapasitas, kalaupun ada bersifat
sporadis dan tidak terdampingi
4. Tidak ada waktu khusus yang berkualitas untuk meneguhkan life mapping / road map
rencana perjalanan hidup / kerangka cita-cita. Proses coaching penyusunan life mapping
seharusnya menjadi salah satu konsentrasi lembaga pendidikan bagi setiap anak di
sekolah.

18
5. Muara dari semua permasalahan itu adalah tidak adanya perencanaan karir yang matang
dan kokoh dari para anak didik kita, bahkan yang sudah berada di jenjang mahasiswa.

Tumbuh Kembang anak adalah sebuah puzzle. Dan puzzle di atas adalah landasan utama kita
dalam menumbuhkan minat bakat anak. Bahwa 5 puzzle di atas adalah parameter keberhasilan
perkembangan seorang anak, berapapun usianya.
Akademik, hanyalah salah satu faktor dari aspek kognitif. Artinya masih banyak sekali
faktor selain akademik yang perlu diperhatikan dalam tumbuh kembang seorang anak. atau
dengan kata lain pendidikan tidak hanya dituntut menumbuhkan aspek akademik saja, tapi juga
puzzle yang lainnya.
Ini adalah diagram yang kami kembangkan di Petakehidupan.id YCI sebagai rujukan
pendampingan minat bakat anak selama ini.

19
Beda usia, beda bentuk pendampingan. Artinya : orang dewasa yang menjadi fasilitator
perkembangan dan pendamping minat bakat harus faham ada transisi peran, termasuk transisi
peran parenting.
[Lalu apa saja prinsip-prinsip utama pendampingan minat bakat anak yang harus kita ketahui?
1. Fase pertama, saat anak di usia 0-6 tahun, fokus kita adalah protecting. Memastikan
bahwa tak ada luka yang tercipta pada anak di masa emas tumbuh kembang itu.
Layaknya sebuah benih, luka di fase ini tidak hanya berbahaya bagi pengembangan minat
bakat, tapi bahkan ke kesehatan jiwa secara keseluruhan. Tidak ada secara spesifik hal
yang dilakukan untuk pembinaan minat bakat selain memastikan anak mendapatkan
fasilitas tumbuhj kembang yang proporsional, attachment / kelekatan yang baik dengan
ibu, dan sehat secara fisik, dan ortu memiliki pola asuh yang tidak melukai.
20
2. Fase kedua, usia 6-11, adalah masa emas fasilitasi dan stimulasi. Hal terkait dengan
pengenalan minat dan bakat hampir semuanya mulai di sini. Anak harus memiliki masa
transisi yang sehat dari rumah ke luar rumah untuk memperkaya pengalaman interaksi
dengan beraneka macam peran minat dan bakat yang kelak akan ia pilih. Namun ingat,
kuncinya adalah stimulasi dan fasilitasi, bukan memilihkan, atau bahkan memaksakan.
Biar anak mencicipi banyak pengalaman berperan dan mencoba, kita cukup mendampingi
untuk melihat pola-pola kecenderungan dan berbagai aspek tumbuh kembang yang
mungkin perlu kita beri perhatian lebih. Pada fase ini, salah stau iklan produk keluarga di
TV sangat nyata : Bahwa berani kotor itu baik. Kadang perlakukan orangtua yang terlalu
over protective di fase ini justru menimbulkan masalah di kemudian hari, yaitu anak
menjadi minim pengalaman eksplorasi alam dan interaksi dengan beranekaragam jenis
manusia.

21
3. Fase ketiga, adalah fase peneguhan, untuk anak usia 11-18 tahun. Di fase ini upgrade
kapasitas dalam 5 aspek perkembangan anak akan sangat menentukan. Program yang
harus difasilitasi untuk anak meliputi : coaching (pendampingan penyusunan Goal setting,
cita-cita, roadmap perjalanan hidup), training (upgrade kapasitas umum dan khsusu untuk
softskill maupun hardskill di minat dan bakatnya), dan mentoring (sesi 2 arah dengan figur
berpengalaman di bidang yang ke depan akan ditekuni oleh anak).Banyak orang merasa
coaching adalah hal yang terlalu mewah untuk pelajar, saya katakan: Coaching adalah
hak bagi setiap orang khususnya menjadi krusial di level sekolah menengah. Salah satu
hal yang harusnya ada namun paling hilang di sistem pendidikan kita hari ini adalah
tiadanya dialog 2 arah untuk mematangkan life mapping seorang anak di fase
remajanya.Rerata, sekolah menengah kita hari ini masih menggunakan sistem
pengajaran pedagogi yang sudah kadaluarsa, karena harusnya sekolah menengah sudah
menggunakan andragogi atau pendidikan untuk orang dewasa. Hal ini juga berlaku
sebagai kritik model parenting anak yang sudah masuk ke usia belasan tahun yang
ternyata orangtuanya tidak mengubah peran parentingnya. Anaka berusia 15 tahun masih
dimarahi dengan cara yang sama dengan anak yang usianya 5 tahun.

22
4. Fase pematangan, untuk pemuda berusia 18-25. Pada saat ini seluruh hasil belajar di
fase sebelumnya akan diuji dengan banyak pilihan hidup yang cukup kompleks, isu
kemandirian, serta isu produktifitas dalam perencanaan karir. Individu yang telah matang
sejak fase sebelumnya akan mulai menjalani hidup yang penuh makna dalam fase-fase
ini, sedangkan yang bermasalah akan mulai mendapati quarter life crisis yang sangat
menguras energi.

23
Apa kaitan kecerdasan majemuk dengan minat & bakat? Kecerdasan majemuk adalah salah satu
pendekatan yang sering digunakan untuk mengarahkan anak menuju minat dan bakatnya. Secara
umum bidang-bidang dalam kecerdasan majemuk bisa digunakan untuk melihat kecenderungan
anak berpotensi untuk sukses mengembangkan diri di bidang tertentu, meski tidak mutlak
sepenuhnya.
Solusi apa yang harus dikembangkan seorang pendidik menghadapi minat & bakat yang seringkali
tidak terlalu dipentingkan dibandingkan nilai akademik? Setiap pendidik bertanggung jawab untuk
mengantarkan peserta didik menuju ke tangga kesuksesan, dan faktanya tidak semuanya berada
di jalur akademik. Maka memberikan penekanan, penjelasan, dan reward system bagi peserta
didik berdasarkan minat bakatnya menjadi kunci peran pendidik. Selain itu diperlukan fasilitas
coaching bagi peserta didik di level sekolah menengah untuk memastikan life mappingnya sebagai
bentuk dukungan terhadap kemajemukan minat bakat seorang anak.
[Semisal seorang tes minat bakat dan hasilnya ke jurusan A, sedangkan cita-citanya ingin jadi
dokter, sebaiknya kuliah mengambil apa?
Langkah 1 : memastikan keakuratan tes minat bakat yang digunakan dan penjelasan
yang diberikan
24
1. Langkah 2 : berkonsultasi & atau coaching untuk memastikan life mapping sudah matang
2. Langkah 3 : memilih jurusan kuliah sesuai dengan life mapping, tentu dengan resiko dan
konsekuensi yang sudah dimitigasi dan dipersiapkan langkah penanggulangannya
Apa kaitan tes mekanik, verbal, dan numerik dengan minat bakat? Bagaimana mengintegrasikan
dengan hasil tes minat bakat?
3 hal itu adalah salah satu bidang aptitude (bakat) menurut pendekatan psikologi yang digunakan
untuk menentukan arah bidang / jurusan yang sesuai untuk seseorang. Diperlukan seorang ahli
(dalam hal ini psikolog tersertifikasi, atau coach terlisensi) untuk membuat sebuah rekomendasi
berdasarkan beberapa alat tes sekaligus.
Apakah ada perbedaan tes minat bakat untuk SMP dan SMA?
Secara umum tidak ada, hanya saja perlu di periksa ulang adalah perubahan arah
kencenderungan minat dan kematangannya. Kalau secara umum bakat bidangnya mungkin tidak
akan banyak berubah, yang berubah adalah kecenderungan minat dan kematangan
kepribadiannya.
Bagaimana cara memfasilitasi minat bakat anak yang berbeda-beda di fase SD sementara guru
SD adalah guru kelas?
Fokus utama pendampingan minat bakat di SD adalah eksplorasi, fasilitasi, dan stimulasi. Karena
pilihan minat dan bakat di SD belum cukup matang, maka kunci aktivitas di SD adalah
mengenalkan keanekaragaman aktivitas profesi dan pengembangan diri.
Direkomendasikan model Problem Based Learning dan Project Based Learning di fase SD dalam
bentuk aktivitas kelompok untuk memperkaya pengalaman di dalam kelas dan mengakomodasi
perbedaaan minat antar anak
Bagaimana mengenali minat bakat anak di usia dini? Kembali ke penjelasan awal, benih tidak bisa
sempurna dikenali sejak fase awal. Yang bisa kita lakukan adalah : menjaga agar tidak rusak,
memberikan fasilitas dan stimulasi yang cukup, dan mengenali tanda-tanda kecenderungan lewat
observasi aktivitas kelompok.
Apakah masih ada kesempatan bagi anak untuk diarahkan minat bakatnya saat sudah usia 16
tahun?
Tidak ada kata terlembat. Kenali kecenderungan minat bakatnya, coaching dan dampingi untuk
membuat life mapping dan memilih roadmap cita-cita, dan upgrade kapasitas soft skillnya.

25
Mengapa ketika anak didika yang memiliki minat dan bakat yang sama ketika dikumpulkan malah
tidak muncul minat bakatnya?
Tidak setiap anak harus dikumpulkan dalam minat dan bakat yang sama. Kunci utamanya :
coaching bisa dibarengkan dengan yang lintas minat, training bisa dibarengkan dengan yang
sama-sama butuh soft skill yang sama, dan mentoring mungkin yang paling harus dikumpulkan
dengan yang sesama minatnya karena akan dipertemukan dengan ahli atau pakarnya.Apakah bisa
seseorang memiliki beberapa minat dan bakat sekaligus? Bisa, hanya saja di fase ketiga (usia 11-
18) secara umum perlu dimatangkan untum masuk dalam kerangka road map yang lebih spesifik
agar jelas bagaimana metode pendampingannya. Fase ini juga melatih anak unytuk mematangkan
skill decision makingnya.Bagaimana cara untuk mengarahkan anak memilih salah satu minat bakat
untuk ditekuninya? Salah satu metode yang kami rekomendasikan adalah sistem coaching untuk
penyusunan life mapping. Anak perlu didampingi untuk merenungi kelebihan dan kekurangan yang
dimiliki, lalu melihat kembali potensi diri, kemudian menyusun kerangka road map cita-cita di masa
depan
Bagaimana jika pekerjaan kita tidak sesuai dengan minat bakat kita?
Tidak masalah, tidak semua orang yang suaranya bagus harus menjadi penyanyi, tidak semua
yang terlahir dengan suara fals tidak bisa menjadi penyanyi. Seseorang boleh memutuskan untuk
menekuni bidang di luar minat bakatnya selama : 1) telah menyadari kelebihan, kekurangan, minat
bakatnya 2) life mappingnya telah matang 3) siap melakukan kompensasi agar bisa tetap sukses
dan bahagia Apa itu kompensasi dalam pengembangan minat bakat? Kompensasi adalah usaha
untuk menyeimbangkan personal menuju kebahagiaan diri ketika pekerjaan / aktivitas di fase 4
(usia 18-25) tidak sesuai minat bakatnya. Hal ini layaknya konsep Ikigai di Jepang, bahwa kita bisa
bahagia kalau menemukan kesimbangan dalam aktivitas yang kita senangi, aktivitas yang kita
punya bakat tentangnya, aktivitas yang membuat kita bisa membantu orang lain, dan aktivitas yang
bisa membuat kita mendapatkan uang. 4 hal tadi tidak harus bertemu di satu aktivitas, emskipun
kalau ketemua akan sangat ideal. Tapi kalaupun tidak yang penting 4 hal itu tetap punya saluran :
profesi, hobi, pengembangan diri, dan filantropi
Banyak orangtua bertanya-tanya apakah anak mereka pintar. Namun, seringkali, ketika berbicara
tentang kepintaran, mereka berpatokan pada angka I.Q atau kemampuan untuk membaca dan
menulis dengan baik, atau kepandaian dalam matematika atau sains. Memang hal tersebut

26
merupakan beberapa cara anak-anak dapat menunjukkan kepintarannya, namun penelitian dari Dr.
Howard Gardner dari Universitas Harvard di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sebenarnya ada
bermacam-macam jenis kepintaran.

Melalui Kepintaran Majemuk (Multiple Intelligences), ia menyatakan bahwa setidaknya ada delapan
cara untuk menjadi pintar. Menurut Dr. Gardner, setiap anak memiliki delapan kepintaran tersebut,
namun masing-masing memiliki “kecenderungan” untuk lebih baik dalam beberapa jenis kepintaran
dibanding yang lain. Berikut adalah delapan cara anak-anak dapat mendemonstrasikan kepintaran
mereka menurut Dr. Gardner:
Kepintaran Linguistik (Word Smart): Kepintaran yang melibatkan kemampuan berbahasa. Anak
dengan kemampuan linguistik yang menonjol akan menyukai aktivitas membaca, menulis, senang
berbicara dan bercerita, atau mendengarkan cerita.
Kepintaran Logika-Matematika (Number Smart): Anak dengan kepintaran ini akan tertarik dengan
angka, matematika, sains, logika seperti sebab dan akibat, dan/atau yang menanyakan pertanyaan
“kenapa” seperti “kenapa langit itu biru?”
Kepintaran Visual-Spasial (Picture Smart): Kepintaran yang melibatkan kepekaan mengobservasi
dan kemampuan berpikir dalam gambar. Anak dengan kepintaran visual-spasial yang menonjol
dapat membayangkan bentuk-bentuk geometri atau tiga dimensi dengan lebih mudah. Ciri-ciri
lainnya anak tertarik dengan gambar dan citra, menyukai seni, memiliki imajinasi yang bagus, atau
senang bermain dengan bangun susun (seperti lego dan puzzle) dan menggambar.
Kepintaran Kinestetik (Body Smart): Melibatkan kemampuan mengontrol gerakan, keseimbangan,
ketangkasan dan keanggunan dalam bergerak. Anak dengan kepintaran kinestetik akan suka
menciptakan barang dengan tangan mereka sendiri, suka olahraga, menari atau drama, dan/atau
suka menyentuh barang untuk mempelajarinya.
Kepintaran Musik (Music Smart): Kepintaran yang melibatkan kemampuan berpikir atau mencerna
musik, menggunakan musik sebagai sarana berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide
musikal, serta menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Anak sensitif terhadap
suara, struktur musik dan ritme. Anak akan suka bernyanyi, mendengarkan musik, menghafal
banyak lagu, dan bergerak sesuai ritme. Dia juga kemungkinan pintar memainkan alat musik.

27
Kepintaran Interpersonal (People Smart): Anak dengan kepintaran interpersonal akan memiliki
kemampuan memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, serta melihat perbedaan orang lain
dari segi suasana hati, temperamen dan motivasi. Anak juga cenderung lebih baik dan mudah
menjalin interaksi sosial sehingga mempunyai banyak teman. Anak sangat sensitif atau empati
terhadap perasaan orang lain sehingga dapat mudah memahami apa yang dirasakan atau
diinginkan orang lain. Selain itu, dia juga menunjukkan kualitas kepemimpinan.
Kepintaran Intrapersonal (Self Smart): melibatkan kemampuan kemampuan anak untuk
memahami diri sendiri, mengetahui siapa dirinya, dan apa yang ingin ia lakukan. Anak dapat
memahami bagaimana reaksi diri terhadap suatu situasi dan memahami situasi seperti apa yang
sebaiknya dihindari. Anak dengan kepintaran ini cenderung senang bermain sendiri, memiliki
hobi/kegemarannya sendiri, mengetahui ingin menjadi apa ketika sudah tumbuh dewasa, dapat
mengkomunikasikan apa yang dia rasakan secara akurat, memiliki rasa kepercayaan diri, dan
mampu mengarahkn diri sendiri dalam berbagai situasi.

Kepintaran Naturalis (Nature Smart): berkaitan dengan kemampuan merasakan bentuk dan
menghubungkan elemen yang ada di alam. Anak-anak dengan kepintaran naturalis yang menonjol
memiliki ketertarikan yang besar terhadap lingkungan alam sekitarnya, termasuk binatang. Oleh
karena itu anak lebih suka memilih untuk berada di alam terbuka daripada di dalam ruangan,
menyukai binatang, dapat mengenali tanaman, suka mengumpulkan daun atau serangga atau
barang dari alam lainnya, dan/atau sangat peduli dengan lingkungan hidup (kesadaran ekologis).

Seorang anak tidak perlu untuk menjadi pintar dalam tiap kepintaran. Contohnya, pada Kepintaran
Musikal (Music Smart), seorang anak dapat menyanyi dengan suara yang indah namun bukan
berarti ia juga pandai memainkan alat musik. Senada dengan hal di atas, seorang anak dapat
menunjukkan bakat pada satu jenis kepintaran namun menghadapi kesulitan dalam kepintaran
yang lain. Sebagai contoh, seorang anak yang memiliki kepintaran dalam bidang matematika dan
sains atau Kepintaran Logika-Matematika (Number Smart), namun kesulitan untuk bergaul dengan
orang lain (Kepintaran Interpersonal atau People Smart).

28
Penting bagi orangtua untuk membantu anak untuk mengembangkan delapan jenis kepintarannya,
dan juga untuk senantiasa membantu (tanpa harus memaksa) untuk menyediakan kesempatan
dalam mengembangkan ketertarikan dan kemampuan terbaik mereka pada hal-hal tertentu.
Dengan demikian, orangtua dapat membantu anak-anak mereka untuk menjadi yang terbaik
sesuai dengan kepintaran yang dimiliki anak.

Diterjemahkan dari artikel “Every Child Can Be the Best That They Can Be” oleh Thomas
Armstrong, Ph.D, Director of American Institute of Learning & Multiple Intellegence Expert, USA.
Artikel lainnya

Yang Perlu Mam Ketahui Soal Motorik Kasar dan Motorik Halus dalam Perkembangan Bayi
oleh: Wyeth Nutrition 2019-11-11 11:46:06

Banyak guru bingung dalam mengenali bakat dan minat siswanya. Ada siswa yang selama
hidupnya tidak tahu bakatnya karena tidak pernah dieksplorasi. Tetapi ada anak yang
dengan sendirinya mengenali bakat dan minatnya. Jika guru membantu anak mengenali
bakat dan minatnya tentu perbuatan itu sangat membantu anak dalam mengembangkan
hidupnya.

Bakat tidak sama dengan kecerdasan. Bakat lebih mengacu pada motorik maupun
keterampilan yang ditampilkan anak. Dengan kata lain, bakat bisa terlihat oleh orang lain.
Cara yang dilakukan adalah terus-menerus mengasah bakat melalui latihan. Bakat tidak
akan berkembang bila tak ada penguat, sehingga kemudian hilang. Selain bakat, mereka
juga mempunyai minat terhadap bidang yang digeluti. Adanya minat juga akan menguatkan
bakat tersebut.

Bagaimana bisa mengetahui kalau anak berbakat? Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA,
CPBC, psikolog dari Jagadnita Consulting, anak-anak yang berbakat umumnya lebih cepat
menguasai bidang tertentu dibanding anak lain, tanpa mengeluarkan usaha keras.

29
Contohnya anak yang berbakat menyanyi, akan lebih mudah mengenali not, ketajaman
nadanya juga bagus. Anak yang berbakat dalam bidang linguistik atau bahasa, bisa meniru
atau menghafal bahasa asing lebih cepat.

Begitu anak yang mempunyai bakat menggambar atau melukis. Kualitas garis yang dimiliki
anak tersebut akan terlihat lebih halus. Mereka mengerti warna, komposisi yang dibuat juga
lebih bagus dan menarik.

Anak yang berbakat juga bisa mempelajari sesuatu dengan cara berbeda dibanding anak
lain. “Anak berbakat hanya memerlukan sedikit bantuan dari orang dewasa. Mereka kerap
memecahkan masalah dengan caranya sendiri,” ungkap perempuan yang menyelesaikan
MA dalam bidang Applied Anthropology & Community and Youth Work Goldsmith College
University of London.

Anak yang senang mengutak-atik mainan merupakan wujud dari minatnya terhadap benda
tersebut. Baginya, mengutak-atik mainan merupakan eksplorasi dari keingintahuannya lebih
lanjut.

Anak yang mempunyai bakat biasanya juga mampu memotivasi diri sendiri untuk
mempelajari hal-hal yang sangat disukainya. Anak yang senang bermain piano atau
berenang tak hanya berlatih saat gurunya datang. Mereka akan berlatih piano atau berenang
tanpa disuruh.

“Idealnya, bakat yang dimiliki oleh anak sejalan dengan minatnya. Dengan begitu, potensi
atau kemampuan yang dimiliki anak akan tergali secara optimal, sehingga anak mampu
berprestasi.” .

Sayangnya tak semua bisa berjalan beriringan antara bakat dan minat. Ada anak berbakat
yang ternyata tidak berminat dengan bakat yang dimilikinya. Bila ini terjadi, kata psikolog
lulusan UI ini, diperlukan dukungan lebih banyak dari orangtua, agar bakat anak bisa terasah
secara optimal.

Kalau tidak mendapat dukungan dari orangtua atau dibangkitkan minatnya, bakat yang
dimiliki anak tidak akan berkembang. Bisa saja anak tersebut agak lambat untuk
30
mengembangkan kemampuannya, terutama ketika menyadari bahwa ia mempunyai bakat
dalam bidang tertentu.

Madonna contohnya. Di usia 40 tahun, saat sudah mempunyai dua anak, ia membuat buku
anak. Bakat yang dimilikinya baru disadari saat dirinya menjadi seorang ibu. Sebenarnya hal
serupa juga bisa terjadi pada anak yang mempunyai minat dalam bidang tertentu, tetapi tidak
berbakat. Contohnya anak ingin mengikuti Indonesia Idol, tetapi tidak mempunyai bakat
menyanyi. Nah, pada anak tipe ini, dibutuhkan usaha yang lebih keras dibandingkan anak
berbakat. Caranya tentu saja dengan mengikuti les vokal untuk mendapat suara yang baik.

Yang penting, orangtua perlu memperkaya minat anak. Jangan sampai anak hanya terpaku
dengan satu minat saja. Anak yang berminat pada sepakbola, misalnya, sebaiknya juga
dikenalkan dengan kegiatan lain.

“Katakan pada anak bahwa olahraga tidak hanya sepakbola. Masih ada kegiatan lain, seperti
seni, yang bisa dikenalkan.

Cara mudahnya adalah dengan mengenalkan anak kepada teman-teman sebaya yang
mempunyai beragam minat dan bakat.

Lakukan Tes Bakat


Ada beberapa cara untuk mengenali bakat anak, yaitu:

1. Melihat tingkah laku anak. Kegiatan apa yang sering dilakukannya? Anak lebih
berminat pada hal-hal apa?

2. Mengikuti perkembangan anak dengan cermat.

3. Memberikan berbagai macam stimulus atau rangsangan kepada anak, misalnya


dengan memberikan les atau permainan yang variatif.

4. Melakukan tes psikologi (tes bakat) untuk melihat kelebihan dan kelemahan anak. Tes
ini bisa dilakukan saat anak berusia 7 tahun atau saat masuk sekolah. Pada usia
tersebut sudah terlihat bakat serta minat anak.

31
5. Pahami Perkembangan Anak
Menurut Dra. Clara Kriswanto, MA, CPBC, ada hal-hal yang perlu diperhatikan oleh
orangtua saat memberikan les untuk anak.

a) Tidak mengutamakan pencapaian target. Penting diingat bahwa les diberikan


sebagai upaya pengenalan kegiatan kepada anak.

b) Les sebaiknya diberikan oleh guru yang memahami perkembangan anak.


Jangan sampai guru memberi hukuman saat anak tidak bisa mengikuti les.
Clara mencontohkan, saat anaknya harus les piano, selalu menangis bila
sudah sampai di tempat les. Setelah ditilik, rupanya guru les kerap mencubit
atau memukul tangan anaknya bila tidak bisa mengikuti instruksi sang guru.

c) Pastikan anak tetap memiliki waktu yang seimbang untuk bermain dan
istirahat.

d) Jangan memaksakan kehendak kepada anak. Yang harus diutamakan adalah


minat anak.

e) Tetap pantau perkembangan anak.

f) Upayakan untuk mengembangkan semua aspek kemampuan anak.

Bakat Saja Tidak Cukup! Psikolog Clara Kriswanto menegaskan bahwa bakat saja tidak
cukup. Setidaknya diperlukan tiga hal lain yang akan mengasah potensi anak :

a. Harus ada dukungan dari orangtua maupun lingkungan


Dukungan yang diberikan tak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga dukungan
moril. Memberikan pujian (tanpa berlebihan dan terlalu sering) saat anak
menunjukkan kemampuan juga menjadi bentuk dukungan. Bentuk dukungan juga
bisa diberikan dengan tidak membanding-bandingkan anak dengan saudara atau
temannya, apalagi sampai mendapat label negatif.

b. Tidak akan berhenti berusaha. Kalau anak tidak berminat, padahal mempunyai
bakat di bidang seni atau olahraga, hendaknya orangtua tidak menyerah. Bisa saja
anak merasa malas karena terlalu banyak les, hingga kelelahan. Ada baiknya tidak
32
mengikutkan les terlalu banyak bagi anak. Orangtua hendaknya tidak memaksakan
kehendak pada anak. Hukuman fisik seperti mencubit atau memukul saat anak tidak
berlatih harus dihindari. Hukuman dapat membuat anak tidak tertarik pada kegiatan
tersebut.

c. Berikan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang diberikan tidak harus selalu mahal.
Sediakan fasilitas sesuai kemampuan orangtua. (Sumber: Kompas. com/Diana
Yunita Sari)

Dasar hukum bakat Qur’an surah Al-Isra’ ayat 84 ‘’katakan k


lah (Muhammad) setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing
masing’’maka tuhan mu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan nya.Bakat sudah
ada ketika kita didalam rahim ibu.Setiap orang bakatnya banyak 8 jenis bakat kecerdasan
atas dimana program bakat di ketakkan Allah dalam otak manusia.Otak terbagi 2 kanan
dan kiri.Otak kanan terbagi 4
Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu
dikembangkan atau dilatih untuk mencapai suatu kecakapan,pengetahuan dan
keterampilan khusus.
Bakat memastikan arah bukan. sekedar hobi , memastikan kesungguhan apa yang akan
kita kerjakan bakat ada delapan ; bakat berdasarkan fungsinya; .
Kemampuan pada bidang khusus misal bakat music bakat khusus yang dibutuhkan
sebagai petunjuk untuk mewujudkan kemampuan khusus misalnya.bakat melihat ruang
spasial-visual dibutuhkan dibidang arsitek.bakat baru muncul atau beraktualisasi
bila ada kesimpulan untuk dikembangkan.dapat dikembangkan lewat
ekstrakulikuler.kedelapan bakat tidak semua dominan ,jumlah syaratnya banyak.lebih
dominan itulah bakat.senang bertemu orang banyak itulah kecerdasan interpersonal.
Bisakah kecerdasan di up grade? Bisa tetapi lama dalam tingkat kecerdasan. Jadi setiap
orang berbeda komposisi kecerdasannya.
1. Saya sangat suka bekerja dengan objek yang ada alatnya(bola)
2. Saya dapat mudah mengenali arah
3. Saya punya kemampuan menyelesaikan masalah dilingkungan saya

33
4. Saya dapat dengan mudah mengingat kata dalam lagu
5. Dapat menjelaskan topic yang rumitbjadi sederhana
6. Saya selalu mengerjakan sesuatu selangkah demi selangkah
7. Saya mengenali diri saya dengan baik dan mengerti prilaku saya
8. Saya menyenangi kegiatan yang melibatkan banyak orang
9. Saya mudah belajar dengan ceramah dan diskusi
10. Saya merasakan perubahan mood saat mendengarkan music
11. Saya menikmati TTS , puzzle,dan yang persoalan melibatkan logika
12. Dalam belajar grafik,gambar,flocchart,diagram penting bagi saya
13. Saya peka terhadap dan mood dan perasaan orang disekitar saya
14. Saya belajar lebih maksimal jika saya dapat bergerak dan mengerjakannya
sendiri
15. Saya memelihara dan memelihara hewan atau tanaman
16. Saya harus melihat manfaat yang bisa saya dapatkan sebelum saya mempelajari
sesuatu
17. Saya membutuhkan privasi dan ketenngan saat bekerja dan berfikir
18. Saya mendengarkan music saya tau alat music apa saja yang digunakan
19. Saya dapat dengan mudah mengingat kembali kejadian yang saya alami
20. Saya suka dan terarik dengan topic lingkungan
21. Saya mempunyai perbendaharaan kata yang luas dan dapat
mengungkapkannya dengan baik
22. Saya suka mencatat
23. Saya mempunyai keseimbngan tubuh yang baik dan menyukai kegiatan fisik
(olahraga)
24. Saya mengerti pola dan hubungan pada pengalaman
25. Saya mampu bekerja sama dalam suatu kelompok
26. Saya mengeri keadaan tubuh saya secara teratur
27. Saya tanggap dan jeli terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat oleh orang lain
28. Saya mudah gelisah,dan tidak bisa duduk diam dalam waktu yang lama
29. Saya suka belajatr sendiri,tidak suka ditemani orang lain

34
30. Saya suka music atau membuat lagu
31. Saya suka dengan angka dan memecahkan soal matematika
32. Saya bisa membaca cuaca sesuai dengan perrubahan alam
Keterangan
1. Kecerdasan Lingustik no.5,9,21,22
2. Kecerdasan Logika matematika No 6,11,24,31
3. Kecerdasan Visual spasial No 2,12,13,27
4. Kecerdasan Music No. 4,10,18,30
5. Kecerdasan Interpersonal no 3,8,13,25
6. Kecerdasan Intrapersonal No.7.16,17,29
7. Kecerdasan Kinestetik No 1,14,23,28
8. Kecerdasan Natural no 15,20,26,32

Bidang yang dapat ditekuni sebagai uji tingkat kecerdasan


1. Kecerdasan Linguistik
 Jurnalistik
 Debat
 Menulis
 Membaca
 Pengacara
 Guru
 Dosen
 Marketing
 Public relation
2. Kecerdasan Logika matematika
 Akuntansi
 Teknologi
 Hakim
 Masinis
 Pengacara

35
 Farmasi
 Fisik
 Peneliti
 Banker
3. Kecerdasan visual Sparsial
 Arsitek
 Desainer
 Perancang busana
 Penjahit
 Pilot
 Pelaut
 Seniman
 Pelukis
 Pematung
 Fotografer
4. Kecerdasan Music
 Penyanyi
 Pemain music
 Produser
 Guru music
 Vocalist
 Tehnisi music
 Took music
5. Kecerdasan Interpersonal
 Trainer
 Filusuf
 Reporter
 Psikolog
 Wiraswasta
 Penulis

36
 Peneliti
 Analis
6. Kecerdasan Intrapersonal
 Guru
 Konsuler
 Pimpinan
 Marketing
 Politisi
 Pekerja social
 Terafis
7. Kecerdasan kinestetik
 Atlit
 Olahragawan
 Guru olahraga
 Penjahit
 Pengerajin
 Penari
 Koreografer
 Dokter bedah
 Tukang
 Arsitek
8. Kecerdasan naturalis
 Ahli biologi
 Ahli ekologi
 Ahli kimia
 Ahli botani
 Koki
 Pendaki gunung
 Treveling
 Dokter umum

37
C. KOMPETENSI
Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan
kinerja superior dalam pekerjaannya.
1. Menurut Trotter dalam Saifuddin “2004” mendefinisikan bahwa seorang yang
berkompeten ialah orang yang dengan keterampilannya mengerjakan pekerjaan dengan
mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan.
2. Menurut Boyatzis Dalam Hutapea Dan Nurianna Thoha “2008” Kompetensi adalah
kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu
memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga
organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan.
3. Menurut Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary Dalam Sri Lastanti “2005”
Mendefinisikan kompetensi ialah ketrampilan dari seorang ahli, dimana ahli didefinisikan
sebagai seseorang yang memiliki tingkat keterampilan tertentu atau pengetahuan yang
tinggi dalam subyek tertentu yang diperoleh dari pelatihan dan pengalaman.
4. Menurut Byars Dan Rue “1997” Kompetensi didefinisikan sebagai suatu sifat atau
karakteristik yang dibutuhkan oleh seorang pemegang jabatan agar dapat melaksanakan
jabatan dengan baik, atau juga dapat berarti karakteristik/ciri-ciri seseorang yang mudah
dilihat termasuk pengetahuan, keahlian dan perilaku yang memungkinkan untuk
berkinerja.
5. Menurut KBBI
Kompetensi adalah kewenangan atau kekuasaan untuk menetapkan (memutuskan
sesuatu); keahlian untuk menguasai gramatikan suatu bahasa secara abstrak atau
batiniah
6. Menurut Purwadarminta
Kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan atau memutuskan
sesuatu hal.
7. Menurut Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002
Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu.

38
8. Menurut UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas penjelasan pasal 35 (1Kompetensi lulusan
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standard nasional yang telah disepakati.
9. Menurut UU No. 13/2003 tentang Ketenagakerjaan: pasal 1 (10)Kompetensi adalah
kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.
10. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) No. 23 Tahun 2004
Menjelaskan tentang sertifikasi kompetensi kerja sebagai suatu proses pemberian
sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistimatis dan objektif melalui uji kompetensi
yang mengacu kepada standar kompetensi kerja nasional Indonesia dan atau
Internasional.
11. Menurut Standard Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
Kompetensi adalah pernyataan tentang bagaimana sesorang dapat mendemontrasikan:
keterampilan, pengetahuan dan sikapnya di tempat kerja sesuai dengan standar Industri
atau sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh tempat kerja (industri).
Menurut Association K.U. Leuven
Kompetensi adalah peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif
12. Menurut Robert A. Roe (2001)
Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas,
peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan,
sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun pengetahuan dan
keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.
13. Menurut Steven Moulton, SPHR
Kompetensi bisa didefinisikan sebagai kemampuan teknikal yang membedakan
perusahaan dengan pesaing. Sementara bagi individu, kompetensi bisa didefinisikan
sebagai kombinasi pengetahuan, keahlian, dan kebisaan yang mempengaruhi kinerja
kerjanya. Ia mengaku, definisi kompetensi bisa sangat beragam dan berbeda dari satu
orang ke orang lainnya.
14. Menurut Drs. Budiman Sanusi Mpsi

39
Kompetensi adalah keseluruhan pengetahuan, keterampilan, perilaku, dan sikap yang
ditampilkan oleh orang-orang yang sukses/berhasil dalam mengerjakan suatu tugas
dengan prestasi kerja yang optimal.
15. Menurut Ruky (2003:104) mengutip pendapat Spencer & Spencer
Kompetensi adalah “an underlying characteristic of an individual that is casually related to
criterion – referenced effective and/or superior performance in a job or situation”
(Karakteristik dasar seseorang yang mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat
generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri
manusia).
16. Menurut The Jakarta Consulting Group (Susanto, 2002)
Kompetensi adalah segala bentuk perwujudan, ekspresi, dan representasi dari motif,
pengetahuan, sikap, perilaku utama agar mampu melaksanakan pekerjaan dengan
sangat baik atau yang membedakan antara kinerja rata-rata dengan kinerja superior.
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandang individual.
17. Menurut Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 46A Tahun 2003
Tanggal 21 Nopember 2003
Kompetensi adalah kemampuan dan karak-teristik yang dimiliki seorang Pegawai Negeri
Sipil berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat
melaksanakan tugasnya secara professional, efektif, dan efisien.

18. Menurut Watson Wyatt dalam Ruky (2003:106)


Kompetensi adalah kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge), dan
perilaku (attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya
sebuah organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi karyawan terhadap
organisasinya.
19. Menurut E. Mulyasa
Kompetensi adalah perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, dan nilai serta sikap
yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.
20. Menurut Stephen Robbin

40
Kompetensi adalah keahlian atau kapasitas seseorang dalam mengerjakan beraneka
macam tugas dalam suatu pekerjaan, yang mana keahlian tersebut ditetapkan oleh 2
faktor, yakni keahlian intelektual dan keahlian fisik.
21. Menurut Echols dan Shadily
Kompetensi secara etimologi berasal dari kata bahasa Inggris “competency” yang artinya
kecakapan atau kemampuan.
22. Menurut Van Looy, Van Dierdonck dan Gemmel
Kompetensi adalah sebuah ciri-ciri manusia yang berkaitan dengan efektifitas performa,
ciri-ciri yang bisa dilihat dari gaya bertindak, berperilaku dan berpikir orang tersebut

Jenis-Jenis Kompetensi
Adapun jenis-jenis kompetensi yang diantaranya yaitu:
Kompetensi Kepribadian
Yang merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Sub
kompetensi dalam kompetensi kepribadian meliputi:
a. Kepribadian yang mantap dan stabil.
b. Kepribadian yang dewasa.
c. Kepribadian yang arif.
d. Kepribadian yang berwibawa.
e. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan.
Kompetensi Pedagogik

41
Kemampuan pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Sub kompetensi dalam kompetensi Pedagogik ialah:
a. Memahami peserta didik secara mendalam.
b. Merancang pembelajaran.
c. Melaksanakan pembelajaran.
d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran.
e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya.
Kompetensi Profesional
Yang merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup
penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Sub kompetensi
dalam kompetensi Profesional ialah:
a. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi.
b. Menguasai struktur dan metode keilmuan.
c. Kompetensi Sosial
Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Manfaat Kompetensi
Dalam hal ini Ruky “Dalam Sutrisno, 2010” mengemukakan konsep kompetensi menjadi semakin
popular dan sudah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dengan berbagai alasan
yaitu:
a. Memperjelas standar kerja dan harapan yang ingin dicapai.
b. Alat seleksi karyawan.
c. Memaksimalkan produktivitas.
d. Dasar untuk pengembangan sistem remunerasi
e. Memudahkan adaptasi terhadap perubahan.
f. Dan menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi.
Karakteristik Kompetensi
Ada lima tipe karakteristik kompetensi, yaitu:

42
1. Motif-motif (motives), sesuatu yang secara konsisten dipikirkan dan diinginkan, yang
menyebabkan tindakan seseorang
2. Ciri-ciri (traits), karakteristik fisik dan respon-respon yang konsisten terhadap situasi atau
informasi
3. Konsep diri (self-concept), sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri
seseorang
4. Pengetahuan (knowledge), informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu
5. Keterampilan (skill), kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas
mental tertentu.
Kompetensi Inti
Contoh kompetensi inti dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia
Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
Memahami, menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora
dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab
fenomena dan kejadian dalam bidang kerja yang spesifik untuk memecahkan masalah.
Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu melaksanakan
tugas spesifik di bawah pengawasan
Contoh Kompetensi Dasar
Mensyukuri kebesaran ciptaan Tuhan YME dengan mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan
dan sikap mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengamalkan nilai-nilai ajaran agama sebagai bentuk rasa syukur dalam mengaplikasikan
pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan
dalam kehidupan sehari-hari.

43
Mengamalkan perilaku jujur, disiplin, teliti, kritis, rasa ingin tahu, inovatif dan tanggung jawab dalam
dalam mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai keselamatan, kesehatan
kerja dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Menghargai kerjasama, toleransi, damai, santun, demokratis, dalam menyelesaikan masalah
perbedaan konsep berpikir dalam mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap
mengenai keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
Menunjukkan sikap responsif, proaktif, konsisten, dan berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam melakukan tugas
mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan dan sikap mengenai keselamatan, kesehatan kerja
dan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari
Memahami keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)
Menerapkan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)
Melaksanakan keselamatan, kesehatan kerja dan lingkungan (K3L)

Manfaat Kompetensi

Menurut Prihadi (2004:57) manfaat kompetensi adalah:

1. Prediktor kesuksesan kerja: Model kompetensi yang akurat akan dapat menentukan
dengan tepat pengetahuan serta keterampilan apa saja yang dibutuhkan untuk berhasil
dalam suatu pekerjaan. Jika seseorang yang memiliki posisi dapat memiliki kompetensi
yang dijadikan syarat pada posisinya maka dia dapat diprediksikan akan sukses.
2. Merekrut karyawan yang andal: Apabila telah berhasil ditentukan kompetensi apa saja
yang diperlukan suatu posisi tertentu, maka dengan mudah untuk menjadi kriteria dasar
dalam rekruitmen karyawan baru.

44
3. Menjadi dasar dalam penilaian dan pengembangan karyawan: Identifikasi kompetensi
pekerjaan yang akurat dapat digunakan sebagai tolak ukur kemampuan seseorang.
Berdasarkan sistem kompetensi ini dapat diketahui apakah seseorang telah
mengembangkannya, dengan pelatihan dan pembinaan atau perlu dimutasikan kebagian
lain.

Ruky dalam Sutrisno (2010) mengemukakan konsep kompetensi menjadi semakin terkenal dan
sudah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan besar dengan manfaat atau alasan berikut:

 Menjadikan jelas standar kerja dan harapan yang akan dicapai


 Sebagai alat seleksi karyawan
 Produktivitas menjadi maksimal
 Menjadikan mudah adaptasi terhadap perubahan
 Menyelaraskan perilaku kerja dengan nilai-nilai organisasi

D. KOMPETENSI KETERAMPILAN
Kompetensi keterampilan merupakan salah satu domain yang dikembangkan dalam pembelajaran
tematik Kurikulum 2013.
Kompetensi keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam K13 dituangkan dalam Kompetensi Inti
(KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) 4. Domain keterampilan menurut Bloom (dalam Basuki & Hariyanto, 2016:209) berhubungan
dengan hasil belajar yang dicapai siswa melalui keterampilan memanipulasi yang melibatkan
kekuatan fisik dan otot. Keterampilan mengindikasikan tingkat keahlian atau pencapaian belajar
siswa dalam melaksanakan suatu tugas tertentu. Sebagai cara atau teknik untuk mengetahui
ketercapaian siswa dalam pembelajaran ranah keterampilan dilakukan melalui proses asesmen.
Asesmen merupakan bagian integral dari pembelajaran. Wiyono dan Sunarni (2009:3) menyatakan

45
asesmen adalah suatu upaya untuk mengumpulkan data atau informasi dengan menggunakan
multiteknik dan multisumber yang digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Data
atau informasi yang dimaksud yaitu data tentang proses dan hasil pembelajaran yang telah
dilaksanakan di kelas, baik hasil pembelajaran permuatan pembelajaran maupun aspek
pembelajaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan asesmen guru akan mengambil
keputusan yang menggambarkan ketercapaian
tujuan pembelajaran oleh siswa. Asesmen memiliki cakupan yang luas mulai dari kegiatan wajib
ataupun opsional/tugas bagi siswa dalam pembelajaran dan kesesuaian bentuk tertentu dari
asesmen dipengaruhi oleh pertimbangan disiplin ilmu dan jenis pembelajaran yang didata
(Zacharis, 2010:61). Salah satu bentuk asesmen yang digunakan dalam Kurikulum 2013 yaitu
asesmen autentik.
Asesmen autentik mendata hasil belajar siswa secara keseluruhan baik pada saat proses
pembelajaran maupun keluaran pembelajaran dari berbagai aspek baik ranah kognitif, afektif,
maupun psikomotor. Yusuf (2015:292; Lund,1997:26; Santrock, 2010:564) menyatakan bahwa
asesmen autentik adalah asesmen yang mengajak siswa untuk menggunakan atau
mengaplikasikan keterampilan dan pengetahuan yang mereka miliki untuk memecahkan masalah
yang sesuai dengan kehidupan

Penilaian Kompetensi Keterampilam


(Suroto, Kun Setyaning Astuti, Marwanti, Erman) Penilaian keterampilan ini
dikembangkan didasarkan pada standar penilian, standar proses, Kompetensi inti, dan
Kompetensi dasar. Tes keterampilan meliputi tes praktik, projek, dan penilaian portofolio.
Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
dilengkapi rubrik. 1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon
berupaketerampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan
kompetensi. 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu. 3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai

46
kumpulan seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-
integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta
didik dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang
mencerminkan kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya. Instrumen penilaian
harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang
dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen
yang digunakan; dan 3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif
sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Mekanisme dan Prosedur Penilaian
1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dilaksanakan oleh
pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga mandiri. 2. Penilaian hasil
belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan
harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, Ujian
mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional. a. Penilaian otentik dilakukan
oleh guru secara berkelanjutan. b. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap
kali sebelum ulangan harian. c. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir
bab atau tema pelajaran. d. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan
proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan. e. Ulangan tengah
semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi
satuan pendidikan. f. Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada
akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5),
deng
menggunakan kisi-kisi yang disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir
kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.
Indikator Pencapaian Kompetensi Inti 4 (Keterampilan) Indikator pencapaian kompetensi
pengetahuan dijabarkan dari Kompetensi Dasar yang merupakan jabaran

Teknik dan Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan

1.      Pengertian Penilaian Kompetensi Keterampilan

47
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan ( skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Psikomotorik berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan
(skill) sebagai hasil dari tercapainya kompetensi pengetahuan. Hasil belajar psikomotorik
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif (yang
baru tampak dalam kecenderungan-kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat).
Kompetensi peserta didik dalam ranah psikomotorik menyangkut kemampuan melakukan
gerakan refleks, gerakan dasar, gerakan persepsi, gerakan berkemampuan fisik, gerakan
terampil, gerakan indah dan kreatif. Jadi, penilaian kompetensi keterampilan adalah
penilaian yang dilakukan guru untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan
dari peserta didik yang meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
[1]
Dalam struktur kurikulum 2013, kompetensi inti dirancang seiring dengan meningkatnya usia
peserta didik pada kelas tertentu. Melalui kompetensi inti, integrasi vertikal berbagai
kompetensi dasar pada kelas yang berbeda dapat dijaga.
Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a.       Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
b.      Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
c.       Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan
d.      Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan
Sedangkan penilaian pencapaian kompetensi keterampilan merupakan penilaian yang
dilakukan terhadap peserta didik untuk menilai sejauh mana pencapaian SKL, KI, dan KD
khusus dalam dimensi keterampilan.
2.      Ruang Lingkup Penilaian Kompetensi Keterampilan
Dalam ranah keterampilan itu terdapat lima jenjang proses berpikir, yakni:
a.     Imitasi
Imitasi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis
dengan yang dilihar atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik
dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal
yang sama sebelumnya.

48
b.    Manipulasi
Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana yang belum pernah
dilihat, tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja. Sebagai contoh,
seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya berdasarkan pada
petunjuk guru atau teori yang dibacanya.
c.       Presisi
Kemampuan tingkat presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang
akurat sehingga mampu menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik
dapat mengarahkan bola  yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan.
d.      Artikulasi
Kemampuan tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang kompleks
dan tepat sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh,
peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga
arah bola sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik suda
dapat melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan
tepat serta memukul bola dengan arah yang tepat pula.
e.       Naturalisasi
Kemampuan tingkat naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan reflek, yakni
kegiatan yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh
tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya
dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
3.      Kelebihan dan Kelemahan Penilaian Kompetensi Keterampilan
Kelebihan dari penilaian kompetensi keterampilan adalah:
a.       Dapat memberikan informasi tentang keterampilan peserta didik secara langsung
yang bisa diamati oleh guru
b.      Memotivasi peserta didik untuk menunjukkan kompetensinya secara maksimal
c.       Sebagai pembuktian secara aplikatif terhadap apa yang telah dipelajari oleh peserta
didik
Sedangkan kelemahan dari penilaian kompetensi keterampilan adalah:
a.       Sulit dilakukan pada jumlah peserta didik yang terlalu banyak

49
b.      Membutuhkan kecermatan dalam melakukan pengamatan terhadap unjuk kerja
peserta didik dalam kompetensi keterampilan
c.       Menuntut profesionalisme guru karena mengamati unjuk kerja peserta didik dalam
kompetensi keterampilan yang bervariasi
4.      Teknik dan Contoh Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan
Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian berupa:
Kompetensi Tehnik Instrumen Contoh
Keterampilan Tes Praktik Daftar check lis Keterampilan
menuliskan hasil
kesimpulan
pengamatan dan
diskusi tentang ciri-ciri
puisi dengan benar
dan bahasa yang
runtut
Proyek

a.      Instrumen Penilaian Kompetensi Keterampilan


Untuk mengmati penilaian kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrumen
lembar pengamatan atau observasi dengan:
a)      Daftar Cek (Check List)
Penilaian kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (baik atau
tidak baik, bisa atau tidak bisa). Dengan menggunakan daftar cek, peserta didik mendapat nilai
baik atau mampu apabila ditampilkan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh guru.
Begitu sebaliknya. Kelemahan cara ini adalah penilaian hanya mempunyai dua pilihan mutlak,
misalnya benar-salah, mampu-tidak mampu, terampil-tidak terampil. Dengan demikian, skor
yang diperoleh peserta didik bersifat rigit atau kaku dan tidak terdapat nilai tengah. Namun
daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar dan hasilnya kontras.
b)      Skala Penilaian (Rating Scale)

50
Penilaian kompetensi keterampilan yang menggunakan skala penilaian memungkinkan
penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena
pemberian nilai secara kontinu di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala
penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 1 =
kurang kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 = kompeten, dan 4 = sangat kompeten.

b.      Penilaian Tes Praktik atau Unjuk Kerja (Performance)


1)      Pengertian Penilaian Tes Praktik
Penilaian tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan
melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut
peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik shalat,
praktik olah raga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainka alat musik,
bernyanyi, dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih autentik daripada tes
tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan peserta didik yang
sebenarnya.
Dalam hubungannya dengan penilaian tes praktik aspek-aspek yang dapat dinilai atau
diukur adalah:
a)      Kualitas penyelesaian pekerjaan
b)      Keterampilan menggunakan alat-alat
c)      Kemampuan menganalisis dan merencanakan prosedur kerja sampai selesai
d)     Kemampuan mengambil keputusan berdasarkan aplikasi informasi yang diberikan
e)      Kemampuan membaca, menggunakan diagram, gambar-gambar, dan simbol-simbol
2)      Perencanaan, Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian Kompetensi Keterampilan
Melalui Tes Praktik
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan tes
praktik.
a)      Menentukan kompetensi yang penting untuk dinilai melalui tes praktik.
b)      Menyusun indikator hasil belajar berdasarkan kompetensi yang akan dinilai.
c)      Menguraikan kriteria yang menunjukkan capaian indikator hasil belajar.

51
d)     Menyusun kriteria ke dalam rubrik penilaian.
e)      Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.
f)       Menguji cobakan tugas jika terkait dengan kegiatan praktikum atau penggunaan
alat.
g)      Memperbaiki berdasarkan hasil uji coba, jika dilakukan uji coba.
h)      Menyusun kriteria/batas kelulusan/batas standar minimal capaian kompetensi
peserta didik.
Sedangkan langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan tes praktik.
a)      Menyampaikan rubrik sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta didik.
b)      Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang kriteria
penilaian.
c)      Menyampaikan tugas kepada peserta didik.
d)     Memeriksa kesediaan alat dan bahan yang digunakan untuk tes praktik.
e)      Melaksanakan penilaian selama rentang waktu yang direncanakan.
f)       Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
g)      Melakukan penilaian dilakukan secara individual.
h)      Mencatat hasil penilaian.
i)        Mendokumentasikan hasil penilaian.
Sementara itu, pelaporan hasil penilaian sebagai umpan balik terhadap penilaian melalui
tes praktik harus memperhatikan beberapa hal berikut ini.
a)      Keputusan diambil berdasarkan tingkat capaian kompetensi peserta didik.
b)      Pelaporan diberikan dalam bentuk angka dan atau kategori kemampuan dengan
dilengkapi oleh deskripsi yang bermakna.
c)      Pelaporan bersifat tertulis.
d)     Pelaporan disampaikan kepada peserta didik dan orangtua peserta didik.
e)      Pelaporan bersifat komunikatif, dapat dipahami oleh peserta didik dan orang tua
peserta didik
f)       Pelaporan mencantumkan pertimbangan atau keputusan terhadap capaian kinerja
peserta didik
3)      Acuan Kualitas Penilaian Tes Praktik

52
Tugas-tugas untuk penilaian tes praktik harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut:
a)      Tugas unjuk kerja mengarahkan peserta didik untuk menunjukkan capaian hasil
belajar
b)      Tugas unjuk kerja dapat dikerjakan oleh peserta didik
c)      Mencantumkan waktu/kurun waktu pengerjaan tugas
d)     Sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
e)      Sesuai dengan konten/cakupan kurikulum
f)       Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)
Sementara itu, rubrik penilaian tes praktik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini:
a)      Rubrik memuat seperangkat indikator untuk menilai kompetensi tertentu
b)      Indikator dalam rubrik diurutkan berdasarkan urutan langkah kerja pada tugas atau
sistematika pada hasil kerja peserta didik
c)      Rubrik dapat mengukur kemampuan yang akan diukur (valid)
d)     Rubrik dapat digunakan (feasible) dalam menilai kemampuan peserta didik
e)      Rubrik dapat memetakan kemampuan peserta didik
f)       Rubrik disertai dengan penskoran yang jelas untuk pengambilan keputusan
4)      Contoh Instrumen Penilaian Tes Praktik dan Penskoran
Berikut ini contoh alat atau instrumen penilaian unuuk kerja beserta penskorannya.
Membuat Kesimpulan dari Pengamatan dan Diskusi

Bentuk penilaian: Penugasan


Instrumen Penilaian: rubrik
KD Bahasa Indonesia 3.6 dan 4.6
Tujuan Kegiatan Penilaian:

• Mengukur pengetahuan peserta didik dalam mengidentifikasi ciri-ciri puisi.

Sangat Baik Baik Cukup Perlu Bimbingan


No Kriteria
(86 – 100) (71 – 85) (61 – 70) (< - 60)
1 Pengetahuan Menyebutkan Menyebutkan Menyebutkan Hanya dapat
tentang ciri-ciri dengan benar 3 ciri puisi 2 ciri puisi menyebutkan
puisi semua ciri dengan benar. dengan benar. 1 ciri puisi.
53
puisi.
2 Keterampilan Menuliskan Menuliskan 3 Menuliskan Menuliskan
menuliskan semua ciri-ciri ciri-ciri puisi dengan benar dengan benar
hasil puisi dengan dengan 2 ciri-ciri puisi 1 ciri-ciri puisi
kesimpulan benar dan bahasa yang dan bahasa dengan
pengamatan runtut. runtut . kurang runtut. bahasa kurang
dan diskusi runtut.
tentang ciri-ciri
puisi dengan
benar dan
bahasa yang
runtut

Contoh 2
Penilaian Tes Praktik membaca puisi dengan Menggunakan Check List
Sekolah                 : SDN 232             Tahun Pelajaran : 2019/2020
Nama Siswa          : Puput Melati                         Kelas/Semester  : IVA/II
No Aspek yang Dinilai Ya Tidak
1. Berdiri tegak √
2. Memandang ke arah hadirin √
3. Pronounciation  baik √
4. Sistematika baik √
5. Mimik baik √
6. Intonasi baik √
7. Penyampaian gagasan jelas √
Skor yang dicapai 5
Skor maksimum 7
Nilai          = skor perolehan : skor maksimal x 100%
                  = 5/7 x 100 %
                  = 71,42
Keterangan Penilaian:
1)      Sangat kompeten bila mendapatkan nilai 91 sampai dengan 100
54
2)      Kompeten bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 90
3)      Cukup kompeten bila mendapatkan nilai 61 sampai dengan 70
4)      Kurang kompeten bila mendapatkan nilai kurang dari 61

c.       Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Proyek


1)      Pengertian Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi kegiatan
perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu
tertentu. Penilaian proyek dimaksudkan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan dari
peserta didik secara jelas. Adapun aspek yang dinilai di antaranya meliputi:
a)      Kemampuan pengelolaan, yaitu kemampuan peserta didik dalam memilih topik,
mencari informasi, mengelola waktu pengumpulan data dan penulisan laporan
b)      Relevansi, yaitu kesesuaian dengan mata pelajaran dan indikator/topik, dengan
mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam
pembelajaran  
c)      Keaslian, yaitu tugas atau proyek yang dikerjakan peserta didik benar-benar hasil
pekerjaan peserta didik dengan bimbingan guru
2)      Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Proyek
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dipenuhi dalam merencanakan penilaian
proyek.
a)      Menentukan kompetensi yang sesuai untuk dinilai melalui proyek.
b)      Penilaian proyek mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan proyek.
c)      Menyusun indikator proses dan hasil belajar berdasarkan kompetensi.
d)     Menentukan kriteria yang menunjukkan capaian indikator pada setiap tahapan
pengerjaan proyek.
e)      Merencanakan apakah task bersifat kelompok atau individual.
f)       Merencanakan teknik-teknik dalam penilaian individual untuk tugas yang dikerjakan
secara kelompok.
g)      Menyusun tugas sesuai dengan rubrik penilaian.

55
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan penilaian
proyek.
a)      Menyampaikan rubrik penilaian sebelum pelaksanaan penilaian kepada peserta
didik.
b)      Memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang kriteria penilaian.
c)      Menyampaikan tugas disampaikan kepada peserta didik.
d)     Memberikan pemahaman yang sama kepada peserta didik tentang tugas yang harus
dikerjakan.
e)      Melakukan penilaian selama perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan proyek.
f)       Memonitor pengerjaan proyek peserta didik dan memberikan umpan balik pada
setiap tahapan pengerjaan proyek.
g)      Membandingkan kinerja peserta didik dengan rubrik penilaian.
h)      Memetakan kemampuan peserta didik terhadap pencapaian kompetensi minimal.
i)        Mencatat hasil penilaian.
j)        Memberikan umpan balik terhadap laporan yang disusun peserta didik.

3)      Acuan Kualitas Penilaian Proyek


Tugas-tugas untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa acuan kualitas berikut:
a)      Tugas hatus mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar
b)      Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik
c)      Tugas dapat dikerjakan selama proses pembelajaran atau merupkan bagian dari
pembelajaran mandiri
d)     Tugas sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik
e)      Materi penugasan sesuai dengan cakupan kurikulum
f)       Tugas bersifat adil (tidak bias gender dan latar belakang sosial ekonomi)
g)      Tugas mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas
Sedangkan rubrik untuk penilaian proyek harus memenuhi beberapa kriteria berikut:
a)      Rubrik dapat mengukur target kemampuan yang akan diukur (valid)
b)      Rubrik sesuai dengan tujuan pembelajaran

56
c)      Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diamati (observasi)
d)     Indikator menunjukkan kemampuan yang dapat diukur
e)      Rukbrik dapat memetakan kemampuan peserta didik
f)       Rubrik menilai aspek-aspek penting pada proyek peserta didik
4)      Contoh Instrumen Penilaian Proyek dan Penskoran
Berikut ini contoh alat atau instrumen penilaian proyek beserta penskorannya.
Contoh 1
Penilaian Proyek dengan Skala
Mata pelajaran       : IPA
Nama Proyek        : Mengidentifikasi Pertumbuhan Tanaman
Alokasi Waktu      : Satu Semester
Nama Siswa          : Muhammad Rafli Saputra
Kelas/Semester      : IVA/I
KATEGORI
No Aspek
B C K
1. Perencanaan:
a. Persiapan √
b.Rumusan Judul √
2. Pelaksanaan
a. Sistematika Penulisan √
b.Keakuratan Sumber √
Data/Informasi √
c. Kuantitas Sumber Data √
d.                  Analisis Data √
e. Penarikan Kesimpulan
3. Presentasi Laporan/Proyek
a. Penampilan √
(performance) √
b.Penguasaan materi
Skor Perolehan 25
Skor Maksimal 27
Keterangan:

57
B: artinya baik dengan skor 3
C: artinya cukup dengan skor 2
K: artinya kurang dengan skor 1
Nilai          = skor perolehan : skor maksimal x 100%
                  = 25/27 x 100 %
                  = 92,59 (dibulatkan 93)
Keterangan penilaian:
1)      Baik bila mendapatkan nilai 81 sampai dengan 100
2)      Cukup baik bila mendapatkan nilai 71 sampai dengan 80
3)      Kurang baik bila mendapatkan nilai kurang dari 7
Contoh 2
Penilaian Proyek dengan Check List
Sekolah                 : SDN 232 Palembang
Nama Siswa          : Muhammad Dzaki
Tahun Pelajaran     : 2019/2020
Kelas/Semester      : IVA/II
Kategori
Tidak
No Aspek yang Dinilai
Bai
Baik k
1.
2.
3.
4.
Skor Perolehan
Skor Maksimal
Keterangan:
Baik           = 1
Tidak Baik = 0

Nilai =   X 100 
d.      Teknik Penilaian Kompetensi Keterampilan Bentuk Portofolio
1)      Pengertian Penilaian Portofolio
58
Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan
seluruh karya peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif
untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik
dalam kurun waktu tertentu.[10]
Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus
perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu.
Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh
tentang proses dan pencapaian hasil belajar peserta didik.
Di samping memuat karya-karya peserta didik beserta catatan guru, terkait kompetensi
membuat laporan hasil percobaan tersebut di atas, portofolio juga bisa memuat
catatan hasil penilaian diri dan teman sejawat tentang kompetensi yang sama serta
sikap dan perilaku sehari-hari peserta didik yang bersangkutan.[11]
2)      Perencanaan dan Pelaksanaan Penilaian Portofolio
Berikut ini adalah beberapa langkah yang harus dilakukan dalam merencanakan penilaian
portofolio.
a)      Menentukan kompetensi dasar (KD) yang akan dinilai pencapaiannya melalui tugas
portofolio pada awal semester dan diinformasikan kepada peserta didik.
b)      Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dinilai pencapaiannya melalui
penilaian portofolio.
c)      Menjelaskan tentang tujuan penggunaan, macam dan bentuk serta kriteria penilaian
dari kinerja dan atau hasil karya peserta didik yang akan dijadikanportofolio.
Penjelasan disertai contoh portofolio yang telah pernah dilaksanakan.
d)     Menentukan kriteria penilaian. Kriteria penilaian portofolio ditentukan oleh guru atau
guru dan peserta didik.
e)      Menentukan format pendokumentasian hasil penilaian portofolio, minimal memuat
topik kegiatan tugas portofolio, tanggal penilaian, dan catatan pencapaian (tingkat
kesempurnaan) portofolio.
f)       Menyiapkan map yang diberi identitas: nama peserta didik, kelas/semester, nama
sekolah, nama mata pelajaran, dan tahun ajaran sebagai wadah pendokumentasian
portofolio peserta didik.

59
Sedangkan pelaksanaan penilaian portofolio, harus memenuhi beberapa kriteria berikut.
a)      Melaksanakan proses pembelajaran terkait tugas portofolio dan menilainya pada
saat kegiatan tatap muka, tugas terstruktur atau tugas mandiri tidak terstruktur,
disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan kegiatan pembelajaran.
b)      Melakukan penilaian portofolio berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan
atau disepakati bersama dengan peserta didik. Penilaian portofolio oleh peserta didik
bersifat sebagai evaluasi diri.
c)      Peserta didik mencatat hasil penilaian portofolionya untuk bahan refleksi dirinya.
d)     Mendokumentasikan hasil penilaian portofolio sesuai format yang telah ditentukan
e)      Memberi umpan balik terhadap karya peserta didik secara berkesinambungan
dengan cara memberi keterangan kelebihan dan kekurangan karya tersebut, cara
memperbaikinya dan diinformasikan kepada peserta didik.
f)       Memberi identitas (nama dan waktu penyelesaian tugas), mengumpulkan dan
menyimpan portofolio masing-masing dalam satu map atau folder di rumah masing-
masing ataudi loker sekolah.
g)      Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, peserta didik diberi
kesempatan untuk memperbaikinya.
h)      Membuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan dan
penyerahan karya hasil perbaikan kepada guru
i)        Memamerkan dokumentasi kinerja dan atau hasil karya terbaik portofolio dengan
cara menempel di kelas
j)        Mendokumentasikan dan menyimpan semua portofolio ke dalam map yang telah
diberi identitas masing-masing peserta didik untuk bahan laporan kepada sekolah
dan orang tua peserta didik
k)      Mencantumkan tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan
peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu untuk
bahan laporan kepada sekolah dan atau orang tua peserta didik
l)        Memberikan nilai akhir portofolio masing-masing peserta didik disertai umpan balik.
3)      Acuan Kualitas Penilaian Portofolio
Tugas-tugas untuk pembuatan portofolio harus memenuhi beberapa kriterian berikut:

60
a)      Tugas sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang akan diukur
b)      Hasil karya peserta didik yang dijadikan portofolio berupa pekerjaan hasil tes,
perilaku peserta didik sehari-hari, hasil tugas terstruktur, dokumentasi aktivitas
peserta didik di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar
c)      Tugas portofolio memuat aspek judul, tujuan pemeblajaran, ruang lingkup belajar,
uraian tugas, kriteria penilaian
d)     Uraian tugas memuat kegiatan yang melatih peserta didik mengembangkan
kompetensi dalam semua aspek (sikap, pegetahuan, keterampilan)
e)      Uraian tugas bersifat terbuka, dalam arti mengakomodasi dihasilkannya portofolio
yang beragam isinya
f)       Kalimat yang digunakan dalam uraian tugas menggunakan bahasa yang komunikatif
dan mudah dilaksanakan
g)      Alat dan bahan yang digunakan dalam penyelesaian tugas portofolio tersedia di
lingkungan peserta didik dan mudah diperoleh
Sedangkan rubrik penilaian portofolio harus memenuhi kriteria berikut, yakni:
a)      Rubrik memuat indikator kunci dari kompetensi dasar yang akan dinilai
pencapaiannya dengan portofolio
b)      Rubrik memuat aspek-aspek penilaian yang macamnya relevan dengan isi tugas
protofolio
c)      Rubrik memuat criteria kesempurnaan (tingkat, level) hasil tugas
d)     Rubrik mudah untuk digunakan oleh guru dan peserta didik
e)      Rubrik menggunakan bahasa yang lugas dan mudah dipahami[12]
4)      Contoh Instrumen Penilaian Portofolio dan Penskoran
Berikut ini contoh alat atau instrumen penilaian portofolio beserta penskorannya.
InstrumenPortofolio 1
No Indikator Hasil Penilaian
3 (Baik) 2 (cukup) 3(Kurang)

61
Rubrik Penilaian
No Indikator Rubrik
1. Melengkapi 1.   Komponen laporan
komponen mengandung 5 komponen.
laporan: 2.   Komponen laporan
Judul, Tabel mengandung 3 komponen.
Data, 3.   Komponen laporan
Perhitungan mengandung 1 komponen.
Data,
Kesimpulan,
dan Daftar
Pustaka
2. Penyajian Data 1.   Memuat tabel dan satuan
Pengukuran yang relevan.
panjang, 2.   Memuat salah satu dari
massa, dan tabel atau satuan yang
selang relevan.
waktu dalam 3.   Tidak memuat tabel dan
bentuk tabel satuan yang relevan.
yang
relevan.
3. Menentukan 1.   Mampu menentukan rata-
rata-rata rata seluruh data
data pengukuran: panjang,
pengukuran: massa, dan selang waktu
panjang, dengan benar.
massa, dan 2.   Mampu menentukan rata-
selang rata sebagian data
waktu. pengukuran: panjang,

62
massa, dan selang waktu
dengan benar.
3.   Tidak mampu menentukan
rata-rata sebagian data
pengukuran: panjang,
massa, dan selang waktu
dengan benar.
4. Menyimpulkan 1.   Mampu menyimpulkan
data hasil seluruh besaran hasil
pengukuran pengukuran dengan benar.
yang telah 2.   Mampu menyimpulkan
dilakukan. sebagian besaran hasil
pengukuran dengan benar.
3.   Tidak mampu menyimpulkan
seluruh besaran hasil
pengukuran dengan benar.
5. Menyerahkan 1.   Mampu menyerahkan
laporan hasil laporan hasil pengukuran
pengukuran tepat waktu.
sesuai 2.   Mampu menyerahkan
dengan laporan hasil pengukuran
waktu yang terlambat satu jam.
telah 3.   Mampu menyerahkan
ditentukan. laporan hasil pengukuran
terlambat dua jam.

Kriteria Penilaian:
Jumlah Skor yang
Nilai = Diperoleh X 100 
Skor Maksimum

63
Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan ( skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Jadi, penilaian kompetensi keterampilan adalah penilaian yang dilakukan guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi keterampilan dari peserta didik yang
meliputi aspek imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi.
Dalam struktur kurikulum, rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut:
a.       Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual
b.      Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikap sosial
c.       Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan, dan
d.      Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
Sedangkan ruang lingkup penilaian kompetensi keterampilan antara lain: imitasi,
manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Penilaian kompetensi keterampilan
memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya.
Instrumen penilaian kompetensi keterampilan antara lain dengan menggunakan daftar cek
(check list) dan skala penilaian (rating scale). Sedangkan teknik yang digunakan
dalam penilaian kompetensi keterampilan antara lain dengan tes praktik, proyek, dan
portofolio.

64
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A. Metode dan Alasan Menggunakan Metode Metode
penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan
makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Landasan teori
dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu
landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan
sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Terdapat perbedaan mendasar antara peran
landasan teori dalam penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan
terhadap teori yang digunakan; sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data,
memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas, dan berakhir dengan suatu “teori”. Menurut
Strauss dan Corbin, yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan
prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi (pengukuran). Penelitian kualitatif
secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah
laku, fungsionalisasi organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan
pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk
menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan
sesuatu yang sulit untuk dipahami secara memuaskan. Bogdan dan Taylor menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. 60 Istilah
penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miller pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif
yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Penelitian kualitatif ini bersifat deskriptif
Artinya, data yang dianalisis dari gejala-gejala yang diamati, yang tidak harus selalu berbentuk
angka atau koefisien antar variabel. Dan terkadang pada penelitian kualitaatif, memungkinkan
adanya data kuantitatif. Akan tetapi, pada penelitian kualitatif, pengumpulan dan pengolahan data
umumnya bersifat pengamatan awal hingga akhir. Maka, penyajian analisis data pun akan sedikit
berbeda dengan penelitian jenis kuantitatif. Karna itulah penelitian kualitatif lebih condong berada

65
dibawah paradigma fungsionalisme, objektivisme, dan fakta sosial. Berdasarkan penelitian yang
penulis lakukan data yang, diperoleh tidak bisa dikuantitatifkan.

B. TEMPAT PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.


1. Tempat penelitian
Penelitian ini bertempat di SD negeri 232 Palembang yang beralamatkan di Jalan D.I Panjaitan
Gang Lama RT.09 Rw.03 No Telp.5543870 E-mail sdnegeri232@gmail.com Kecamatan Plaju Kota
Palembang Provinsi Sumatera selatan
2. Waktu Penelitian

Alokasi waktu penelitian tentang Peran Minat dan Bakat Dalam Meningkatkan Kompetensi
Keterampilan Siswa Kelas IVA di SD Negeri 232 Palembang dilaksanakan selama dua bulan mulai
dari 07 januari 2020 s/d 03 Mei 2020. Selama 60 hari efektif sesuai dengan kalender pendidikan
kota palembang tahun pelajaran 2019/2020. Adapun rincian kegiatan dalam penelitian ini dapat
dilihat pada table pelaksanaan waktu peneletian berikut:
TABEL PELAKSANAAN WAKTU PENELITIAN

Bulan/Tahun
No Kegiatan Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2020 2021 2021 2021

Membuat
1 √ √
Proposal

Seminar
2 √
proposal

Mengumpulkan
3 √ √ √
data

Mengolah dan
4 √
menganalis data

Menyusun dan
5 laporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
penelitian

A. Sumber Data

Data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif bersifat deskriptif.

66
Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis, dan buku-buku yang relevan, atau lisan dari orang-orang perilaku yang diamati dan bukan
angka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Kualitatif, yakni pendekatan yang dimaksud
untuk menggambarkan perubahan data setelah mengamati, meneliti dan mengidentifikasi minat
dan bakat siswa
B. Subyek Penelitian
Adapun yang menjadi Subyek peneliti ini adalah 1 orang Guru Kelas IV. Sedangkan informan
dalam penelitian ini adalah wakil kepala sekolah seksi kesiswaan, dan siswa Kelas IV A SD Negeri
232 Palembang
C. Obyek Penelitian
Adapun yang menjadi obyek penelitian ini adalah pelaksanaan pembelajaran Fiqih Materi shalat
lima waktu siswa kelas IV A SD Negeri 232 Palembang

C. Instrumen Penelitian
Penelitian Kualitatif
Satu-satunya instrumen terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Peneliti
mungkin menggunakan alat-alat bantu untuk mengumpulkan data seperti tape recorder, video
kaset, atau kamera. Tetapi kegunaan atau pemanfaatan alat-alat ini sangat tergantung pada
peneliti itu sendiri.
Peneliti sebagai instrumen (disebut "Paricipant-Observer") di samping memiliki kelebihan-
kelebihan, juga mengandung beberapa kelemahan. Kelebihannya antara lain, pertama, peneliti
dapat langsung melihat, merasakan, dan mengalami apa yang terjadi pada subjek yang ditelitinya.
Dengan demikian, peneliti akan lambat laut "memahami" makna-makna apa saja yang tersembunyi
di balik realita yang kasat mata (verstehen). Ini adalah salah satu tujuan yang hendak dicapai
melalui penelitian kualitatif.
Kedua, peneliti akan mampu menentukan kapan penyimpulan data telah mencukupi, data telah
jenuh, dan penelitian dihentikan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dibatasi oleh
instrumen (misalnya kuesioner) yang sengaja membatasi penelitian pada variabel-variabel tertentu
saja.

67
Ketiga, peneliti dapat langsung melakukan pengumpulan data, menganalisanya, melakukan
refleksi secara terus menerus, dan secara gradual "membangun" pemahaman yang tuntas tentang
sesuatu hal. Ingat, dalam penelitian kualitatif, peneliti memang "mengkonstruksi" realitas yang
tersembunyi (tacit) di dalam masyarakat.
Sementara beberapa kelemahan peneliti sebagai instrumen adalah pertama, sungguh tidak mudah
menjaga obyektivitas dan netralitas peneliti sebagai peneliti. Keterlibatan subjek memang bagus
dalam penelitian kualitatif, tetapi jika tidak hati-hati, peneliti akan secara tidak sadar
mencampuradukkan antara data lapangan hasil observasi dengan pikiran-pikirannya sendiri.
Kedua, pengumpulan data dengan cara menggunakan peneliti sebagai instrumen utama ini sangat
dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam menulis, menganalisis, dan melaporkan hasil
penelitian. Peneliti juga harus memiliki sensitifitas/kepekaan dan "insight" (wawasan) untuk
menangkap simbol-simbol dan makna-makna yang tersembunyi. Lyotard (1989) mengatakan
"lantaran pengalaman belajar ini sifatnya sangat pribadi, peneliti seringkali mengalami kesulitan
untuk mengungkapkannya dalam bentuk tertulis".
Ketiga, peneliti harus memiliki cukup kesabaran untuk mengikuti dan mencatat perubahan-
perubahan yang terjadi pada subjek yang ditelitinya. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian
dianggap selesai jika kesimpulan telah diambil dan hipotesis telah diketahui statusnya, diterima
atau ditolak. Tetapi peneliti kualitatif harus siap dengan hasil penelitian yang bersifat plural
(beragam), sering tidak terduga sebelumnya, dan sulit ditentukan kapan selesainya. Ancar-ancar
waktu tentu bisa dibuat, tetapi ketepatan jadwal (waktu) dalam penelitian kualitatif tidak mungkin
dicapai seperti dalam penelitian kuantitatif.

D. Sampel Sumber Data


68
Populasi merupakan satuan objek atau subjek yang memiliki kualitas tertentu untuk dipelajari oleh
peneliti kemudian ditarik kesimpulan.
Sedangkan sampel adalah bagian dari kualitas dan karakteristik yang dimiliki populasi. Sampel
yang diambil harus benar-benar representatif karena kasimpulan yang diambil dari sampel tersebut
akan diberlakukan untuk populasi.
Dalam pengambilan sampel, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan. Teknik-teknik
pengambilan sampel tersebut dikelompokkan menjadi probability sampling dan non-probability
sampling.
Probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang memberi kesempatan sama kepada
semua anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik probability sampling terdiri dari
simple random, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random
sampling, dan cluster sampling.
1. Simple random yaitu teknik pengambilan anggota sampel secara acak dari populasi tanpa
memperhatikan strata dalam populasi tersebut. Teknik ini dilakukan apabila
anggota/unsur populasi homogen.
2. Proportionate stratified random sampling yaitu teknik yang digunakan bila anggota/unsur
populasi tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
3. Disproportionate stratified random sampling yaitu teknik yang digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata namun kurang proporsional.
4. Cluster sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan apabila obyek yang
akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Sedangkan teknik non-probability sampling terdiri atas sampling sistematis, sampling kuota,
sampling incidental, porposive sampling, sampling jenuh, serta snowball sampling.
1. Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan anggota
populasi yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel yang memiliki ciri-ciri tertentu sampai
terpenuhinya kuota yang diinginkan.
3. Sampling incidental adalah teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Maksudnya,
peneliti mengambil sampel yang secara kebetulan ditemuinya yang dipandang cocok
menjadi sumber data dalam penelitian yang akan dilakukan.

69
4. Porposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu.
5. Sampling jenuh merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
dijadikan sebagai sampel. Teknik ini dilakukan apabila populasi memiliki anggota yang
relatif kecil atau bila peneliti tersebut ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang
sangat kecil.
6. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel dari sampel yang jumlahnya kecil
kemudian membesar, seperti halnya bola salju.
Jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian tergantung pada tingkat
ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki. Makin besar tingkat kesalahan, maka semakin besar
sampel yang dibutuhkan.

E. Tehnik Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data
Dalam Penelitian ini untuk memperoleh data tentang masalah yang akan diteliti penulis
menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu sebagai berikut :
1) Observasi
Observasi menurut Usman dalam bukunya Metodologi Penelitian Sosial adalah pengamatan dan
penentuan sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti.
Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan terhadap objek ditempat kejadian atau
berlangsungnya peristiwa, sehingga observasi berada bersama obyek yang diselidiki.

70
Peneliti akan mengamati secara langsung dan mencatat segala permasalahan yang diteliti, melalui
teknik ini gambaran tentang bagaimana peran Minat dan bakat dalam meningkatkan kompetensi
siswa kelas IV di SD Negeri 232 Palembang
Data yang digali dalam observasi ini meliputi:
a. Persiapan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan
b. Cara guru melaksanakan pembelajaran
c. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran
Teknik Observasi

Teknik observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data kualitatif yang dianjurkan untuk
mendapatkan data-data deskriptif. Teknik observasi berasal dari kata observation  yang berarti
pengamatan. Teknik observasi digunakan untuk memahami pola, norma, dan makna perilaku dari
informan yang diteliti.

Ada 2 jenis observasi, lho. Kedua jenis observasi tersebut yaitu observasi partisipatif dan observasi
non-partisipan. Observasi partisipatif adalah observasi yang dilakukan peneliti dengan mengamati
dan berpartisipasi langsung dengan kehidupan informan yang sedang diteliti. Contoh dari
observasi partisipan adalah peneliti yang memutuskan tinggal di Suku Dayak selama satu bulan
untuk melihat langsung adat-adat pernikahan di sana yang kemudian digunakan untuk data
penelitiannya. Perbedaan dengan observasi non-partisipan adalah Pada Observasi non-
partisipan, peneliti tidak terlibat aktif dalam kehidupan informan, tetapi hanya menjadi pengamat
independen. Contoh dari observasi non-partisipan adalah peneliti yang hanya datang 2 atau 3 kali
ke Suku Dayak untuk melihat adat-adat pernikahan di sana. kelebihan teknik observasi? Peneliti
terlibat langsung dengan keseharian informan dan dapat mengetahui subjek penelitiannya secara
langsung. Sedangkan kelemahannya adalah keseharian subjek penelitiannya bisa terganggu. 

Wawancara Mendalam

Teknik wawancara mendalam bisa di lakukan jika kamu butuh data deskriptif yang cukup banyak.
Metode ini sering digunakan bersamaan dengan penggunaan metode observasi. Untuk penelitian
kualitatif, pertanyaan yang digunakan dalam wawancara merupakan pertanyaan terbuka, sehingga
informan bisa menjawab dengan lebih komprehensif. 
71
Dengan menggunakan metode wawancara, sehingga bisa mendapatkan informasi primer dari
informan dan juga bisa berinteraksi secara langsung. Kelemahannya antara lain tingkat
komprehensif pada hasilnya sangat bergantung dengan seberapa banyak kamu bisa menggali
informasi dari informan. 

Kajian Dokumen

Dengan menggunakan kajian dokumen untuk mencari data penelitian kualitatif. Contoh kajian
dokumen yang bisa digunakan antara lain meneliti naskah lama, foto-foto, film, maupun hasil
penelitian sebelumnya atau buku yang terkait dengan penelitian. 

Focus Group Discussion

Metode terakhir yang dapat digunekan untuk memperoleh data kualitatif adalah Focus Group
Discussion. Focus Group Discussion merupakan salah satu bentuk teknik wawancara kelompok
yang dilakukan peneliti untuk memetakan masalah awal penelitian dan memahami fokus kelompok
kecil yang sedang diteliti. Metode ini tidak hanya digunakan untuk penelitian

Teknik pengumpulan data kualitatif cukup beragam dan bervariasi. Beberapa teknik umum yang
sering dilakukan peneliti sosial antara lain; observasi, wawancara dan studi literatur atau studi
pustaka. Teknik yang lebih kontemporer terutama yang sering dilakukan oleh etnografer meliputi
hangout dan mingling.

Ketiga teknik umum pengumpulan data kualitatif yang paling sering dilakukan pun terbagi menjadi
beberapa macam. Sebagai contoh, observasi bisa dilakukan secara partisipatoris atau non-
partisipatoris. Wawancara bisa dilakukan secara terstruktur, semi-terstruktur atau tidak terstruktur.

Sosiologis.com mengidentifikasi beberapa teknik pengumpulan data kualitatif yang bisa dilakukan
oleh pembaca. Relevansi teknik yang digunakan tentu saja tergantung pada jenis data yang
dibutuhkan. Jenis data tergantung pada rumusan masalah yang dikemukakan. Saya akan mulai
jelaskan secara ringkas apa saja teknik pengumpulan data kualitatif yang bisa diterapkan dalam
riset kontemporer.

72
♦ Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan oleh peneliti dengan cara mendengar dan melihat
perilaku atau fenomena sosial yang menjadi fokus penelitiannya dalam rangka memperoleh data
penelitian. Pada umumnya, data observasi digunakan sebagai pelengkap data wawancara. Namun
demikian, observasi sering kali membantu peneliti mengidentifikasi masalah penelitian secara lebih
tajam terutama ketika dilakukan di awal. Observasi sebagai teknik pengumpulan data kualitatif
biasanya dibagi menjadi dua: partisipatoris dan non-partisipatoris. Belakangan, perkembangan
teknologi digital membuka peluang untuk dilaksanakannya teknik observasi online.

◊ Partisipatoris
Dengan menggunakan metode observasi partisipatoris, peneliti memposisikan diri sebagai
partisipan sebagaimana masyarakat atau komunitas yang diteliti. Teknik ini sering digunakan
karena memudahkan peneliti berinteraksi dan menyerap langsung pengalaman kultural yang
dialami oleh partisipan.
◊ Non-Partisipatoris
Teknik observasi non-partisipatoris memberi ruang atau jarak antara peneliti dengan kelompok
yang diteliti sehingga objektivitas data sangat mungkin diperoleh. Dengan teknik ini, peneliti
berperan sebagai orang luar komunitas yang diamati. Peneliti berperan layaknya mata-mata yang
menginvestigasi fenomena dari jauh.
◊ Partisipasi online
Perkembangan teknologi digital membuka peluang peneliti untuk melakukan teknik observasi yang
dinamakan observasi online. Observasi jenis ini dilakukan dengan cara mengamati interaksi digital
subjek penelitian secara intensif. Peneliti bisa berperan secara partisipatoris, misalnya terlibat
interaksi online secara langsung dengan partisipan atau juga non-partisipatoris dengan cara kepo
akun sosmed partisipan. Partisipasi online dilakukan melalui perantara teknologi digital.
F. Tehnik Analisa Data
Data dalam penelitian kualitatif diperoleh dengan menggunakan berbagai teknik pengumpulan
data (wawancara, kuesioner, rekaman video/audio, data dari buku, data dari web), dan dilakukan
secara terus-menerus sampai datanya jenuh.

73
Teknik pengolahan data yang digunakan belum ada polanya yang jelas, baku, atau pasti. Wajar
bila peneliti kualitatif sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis data.

Kesulitan Analisis Penelitian Kualitatif, menurut pendapat beberapa orang ahli:


a. Miles dan Huberman,
mengatakan bahwa yang paling serius dan sulit dalam analisis data kualitatif adalah karena
metode analisis belum dirumuskan dengan baik.
b. Susan Stainback,
menyatakan bahwa belum ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa
banyak data dan analisis yang diperlukan guna mendukung kesimpulan atau teori.
c. S. Nasution,
menyatakan bahwa melakukan analisis adalah pekerjaan yang sulit dan memerlukan kerja keras.
Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu
yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap peneliti harus mencari metode
sendiri yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya.
“Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.”

PENGERTIAN ANALISIS DATA KUALITATIF MENURUT BEBERAPA AHLI:


1) Bogdan
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat dipahami dengan
mudah, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting untuk dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat
diceritakan kepada orang lain.
2) Susan Stainback
Analisis data adalah hal yang kritis dalam proses penelitian kualitatif. Hal ini berarti mengkaji dan
memahami hubungan-hubungan dan konsep dalam daya sehingga hipotesis dapat dikembangkan
dan dievaluasi.
3) Spradley

74
Analisis dalam penelitian jenis apapun merupakan cara berpikir. Hal itu berkaitan dengan
pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian,
dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola.
KESIMPULAN: analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari, serta membuat
kesimpulan, sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang
diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
dari data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga dapat
disimpulkan apakah hipotesis itu dapat diterima atau ditolak berdasarkan data yang terkumpul.
Kapan analisis penelitian kualitatif dilakukan?
Menurut S. Nasution, analisis telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum
terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Namun dalam
penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan
pengumpulan data. Dalam kenyataannya analisis data kualitatif berlangsung selama proses
pengum-pulan data daripada setelah selesai pengumpulan data.
Bagaimanakah proses analisis data seperti yang dikatakan oleh S. Nasution di atas apabila
dijabarkan dalam sebuah penelitian kualitatif?
1) Analisis Sebelum di Lapangan
Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum kita melakukan penelitian sebenarnya
atau dengan kata lain sebelum kita terjun untuk mengumpulkan data di lapangan. Analisis
dilakukan terhadap data hasil dari studi pendahuluan atau data sekunder yang akan digunakan
untuk menentukan fokus penelitian.
Namun demikian fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah
peneliti masuk dan selama di lapangan. Sebagai contoh, jika seseorang ingin mencari pohon
mahoni di suatu hutan. Berdasarkan karakteristik tanah dan iklim, maka dapat diduga bahwa di
dalam hutan tersebut terdapat pohon mahoni. Oleh karena itu, peneliti kemudian mengajukan

75
usulan penelitian, di mana fokusnya adalah ingin menemukan pohon mahoni pada hutan tersebut
lengkap dengan karakteristiknya.
Begitu peneliti memasuki lapangan, dalam hal ini adalah hutan, ternyata tidak ada pohon
mahoninya. Jika penelitian kuantitatif, tentu akan membatalkan penelitiannya. Tetapi dalam
penelitian kualitatif tidak demikian, karena fokus penelitian bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah di lapangan. Karena itu tepat sekali jika analisis data dalam penelitian
kualitatif berlangsung selama proses penelitian.
2) Analisis Selama dan Setelah di Lapangan
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan
setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban dari informan. Apabila jawaban yang diwawancarai setelah
dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai
tahap tertentu sehingga diperoleh data yang kredibel.
Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model
analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis
data interaktif. Mereka mengungkapkan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan
secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah
jenuh.
Teknik Analisis Data Kualitatif
Aktivitas dalam analisis data kualitatif ada tiga, yaitu tahap reduksi data, display data, dan
kesimpulan atau verifikasi.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Reduksi data adalah bentuk
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat diambil. Reduksi tidak
perlu diartikan sebagai kuantifikasi data.
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, sehingga perlu dicatat secara teliti
dan rinci. Seperti telah dikemukakan sebelumnya, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah
data yang diperoleh akan semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data.

76
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu
dengan peralatan, seperti komputer, notebook, dan lain sebagainya.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama
dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, apabila peneliti dalam melakukan
penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan
kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data
dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai
permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penyajian data adalah
kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan adanya
penarikan kesimpulan. Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks naratif (berbentuk catatan
lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan.
Dalam penelitian kuantitatif, penyajian data dapat dilakukan dengan menggunakan tabel, grafik,
pictogram, dan sebagainya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan dan
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Beda halnya dalam penelitian kualitatif, di mana penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat, bagan, hubungan antarkategori, dan sejenisnya. Menurut Miles dan Huberman, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
Dengan adanya penyajian data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, dan
merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya oleh

77
Miles dan Huberman disarankan agar dalam melakukan display data, selain dengan teks yang
naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, network (jaringan kerja), dan chart.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan merupakan salah satu dari teknik analisis data kualitatif. Penarikan
kesimpulan adalah hasil analisis yang dapat digunakan untuk mengambil tindakan.
Langkah ketiga dalam analisis data dalam penelitian kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah
penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat
sementara, dan akan mengalami perubahan apabila tidak ditemukan buktibukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak. Mengapa bisa demikian? Karena
seperti telah dikemukakan di atas bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah
ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-
remang atau bahkan gelap, sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan ini dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, maupun hipotesis atau teori.

G. Rencana Pengujian Dan Keabsahan Data


Moleong (2005) memaparkan tujuan uji (credibility) kredibilitas data yaitu untuk menilai kebenaran
dari temuan penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan mengungkapkan bahwa
transkrip penelitian memang benar-benar sebagai pengalaman dirinya sendiri. Meliputi uji
kredibilitas data (validitas internal), uji dependabilitas (realibilitas) data, uji transpefabilitas (validitas
eksternal/generalisasi) dan uji konfirmabilitas (obyektivitas). Namun yang utama adalah uji
kridiblitas data. Uji kridibilitas data dilakukan dengan: perpanjangan pengamatan, meningkatkan
ketekunan, trianggulasi, diskusi dengan teman sejawat, member check, dan análisis kasus negatif.

78
Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah ditranskripkan untuk dibaca ulang oleh
partisipan. Kredibilitas menunjukkan kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif, hal ini
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Perpanjangan pengamatan
Perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan dan
wawancara dengan sumber data yang pernah ditemui maupun sumber data yang baru. Hal ini
bertujuan untuk menumbuhkan keakraban (tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling
mempercayai) antara peneliti dan narasumber sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan
lagi. Selain itu, Sugiyono (2007) menambahkan bahwa perpanjangan pengamatan ini dilakukan
untuk mengecek kembali apakah data yang telah diberikan oleh sumber data selama ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak.Bila tidak benar, maka peneliti melakukan
pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti
kebenarannya.Untuk membuktikan apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui
perpanjangan pengamatan atau tidak, maka akan lebih baik jika dibuktikan dengan surat
keterangan perpanjangan yang dilampirkan dalam laporan penelitian.
2. Peningkatan ketekunan dalam penelitian
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan, dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Selain itu, peneliti dapat melakukan pengecekan kembali
apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Peneliti dapat memberikan deskripsi data
yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan
ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau
dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka
wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data
yang ditemukan.
3. Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Terdapat triangulasi sumber,triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengecek data yang
telah diperoleh melalui beberapa sumber, triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data

79
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, dan triangulasi waktu dilakukan dengan
cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau
situasi yang berbeda. Sugiyono (2007) memaparkan triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.
4. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi di sini adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan
oleh peneliti. contoh, data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman
wawancara.Data tentang interaksi manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh
foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif (kamera, handycam, alat rekam
suara) sangat diperlukan untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti.
5. Analisis kasus negatif
Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian.Melakukan
analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan
dengan data yang telah ditemukan.Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan
dengan temuan,berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.Tetapi bila peneliti masih
mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin
akan mengubah temuannya. Hal ini sangat bergantung dari seberapa besar kasus negatif yang
muncul tersebut.
1. Member check.
Member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi
data.Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/dipercaya. Tetapi apabila data
yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data maka
peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data,apabila perbedaannya tajam maka peneliti
harus mengubah temuannya dan menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Jadi tujuan member check adalah agar informasi yangdiperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan.
Uji keabsahan data dalam penelitian, sering hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas.
Dalam penelitian kuantitatif, kriteria utama terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan

80
obyektif. Validitas merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian
dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Uji keabsahan data dalam penelitian, sering
hanya ditekankan pada uji validitas dan reliabilitas. Dalam penelitian kuantitatif, kriteria utama
terhadap data hasil penelitian adalah, valid, reliabel dan obyektif. Validitas merupakan derajad
ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh
peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data "yang tidak berbeda" antar data yang
dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Kalau
dalam obyek penelitian terdapat warna merah, maka peneliti akan melaporkan warna merah Bila
peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi pada obyek, maka data
tersebut dapat dinyatakan tidak valid Dengan demikian data yang valid adalah data "yang tidak
berbeda" antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada
obyek penelitian. Kalau dalam obyek penelitian terdapat warna merah, maka peneliti akan
melaporkan warna merah Bila peneliti membuat laporan yang tidak sesuai dengan apa yang
terjadi pada obyek, maka data tersebut dapat dinyatakan tidak valid Terdapat dua macam validitas
penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkenaan dengan
derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Kalau dalam desain penelitian
dirancang untuk meneliti etos kerja pegawai, maka data yang diperoleh seharusnya adalah data
yang akurat tentang etos kerja pegawai. Penelitian menjadi tidak valid, apabila yang ditemukan
adalah motivasi kerja pegawai. Validitas ekstemal berkenaan dengan derajad akurasi apakah hasil
penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil
Terdapat dua macam validitas penelitian, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas
internal berkenaan dengan derajad akurasi desain penelitian dengan hasil yang dicapai. Kalau
dalam desain penelitian dirancang untuk meneliti etos kerja pegawai, maka data yang diperoleh
seharusnya adalah data yang akurat tentang etos kerja pegawai. Penelitian menjadi tidak valid,
apabila yang ditemukan adalah motivasi kerja pegawai. Validitas ekstemal berkenaan dengan
derajad akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau diterapkan pada populasi di
mana sampel tersebut diambil reliabilitas Susan Stainback (1988) menyatakan "reliability is often
defined as the consistency and stability of data or findings. From a positivistic perspective, reliability
typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations
made by different researchers (e.g interrater reliability), by the same researcher at different times

81
(e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split-half)" Susan Stainback (1988)
menyatakan "reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings. From a
positivistic perspective, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of
data produced by observations made by different researchers (e.g interrater reliability), by the
same researcher at different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split-half)"
Reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam
pandangan positivistik (kuantitatif), Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti
dalam obyek yang sama menghasilkan data yang sama, atau peneliti yang sama dalam waktu
berbeda menghasilkan data yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua
menunjukkan data yang tidak berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna
merah, maka peneliti yang lain juga demikian. Peneliti dalam obyek kemarin menemukan data
berwarna merah, maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Reliabilitas berkenaan
dengan derajad konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Dalam pandangan positivistik
(kuantitatif), Suatu data dinyatakan reliabel apabila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama
menghasilkan data yang sama, atau peneliti yang sama dalam waktu berbeda menghasilkan data
yang sama, atau sekelompok data bila dipecah menjadi dua menunjukkan data yang tidak
berbeda. Kalau peneliti satu menemukan dalam obyek berwarna merah, maka peneliti yang lain
juga demikian. Kalau seorang peneliti dalam obyek kemarin menemukan data berwarna merah,
maka sekarang atau besok akan tetap berwarna merah. Karena reliabilitas berkenaan dengan
derajad konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau mereplikasi dalam penelitian pada
obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan rnenghasilkan data yang sama. Suatu
data yang reliabel atau konsisten akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid. Karena
reliabilitas berkenaan dengan derajad konsistensi, maka bila ada peneliti lain mengulangi atau
mereplikasi dalam penelitian pada obyek yang sama dengan metode yang sama maka akan
rnenghasilkan data yang sama. Suatu data yang reliabel atau konsisten akan cenderung valid,
walaupun belum tentu valid. Obyektivitas berkenaan dengan "derajad kesepakatan" atau
"interpersonal agreement" antar banyak orang terhadap suatu data. Bila dari 100 orang, terdapat
99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam obyek penelitian itu, sedangkan yang
satu orang menyatakan warna lain, maka data tersebut adalah data yang obyektif. Data yang
obyektif akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid. Obyektivitas berkenaan dengan

82
"derajad kesepakatan" atau "interpersonal agreement" antar banyak orang terhadap suatu data.
Bila dari 100 orang, terdapat 99 orang menyatakan bahwa terdapat warna merah dalam obyek
penelitian itu, sedangkan yang satu orang menyatakan warna lain, maka data tersebut adalah data
yang obyektif. Data yang obyektif akan cenderung valid, walaupun belum tentu valid. Dapat terjadi
suatu data yang disepakati banyak orang belum tentu valid, tetapi yang disepakati sedikit orang
malah lebih valid. Contoh: terdapat 99 orang rnenyatakan bahwa A bukan pencuri (obyektif), dan
satu orang menyatakan bahwa A adalah pencuri (subyektif). Ternyata yang betul adalah
pernyataan satu orang, karena yang 99 orang tersebut teman-teman dari si A yang sama-sama
pencuri, sehingga menyatakan si A bukan pencuri. Dapat terjadi suatu data yang disepakati
banyak orang belum tentu valid, tetapi yang disepakati sedikit orang malah lebih valid. Contoh:
terdapat 99 orang rnenyatakan bahwa A bukan pencuri (obyektif), dan satu orang menyatakan
bahwa A adalah pencuri (subyektif). Ternyata yang betul adalah pernyataan satu orang, karena
yang 99 orang tersebut teman-teman dari si A yang sama-sama pencuri, sehingga menyatakan si
A bukan pencuri. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian
kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih
pada aspek validitas. Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel
yang diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannya, sedangkan dalam penelitian
kualitatif yang diuji adalah datanya. Oleh karena itu Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa
penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif lebih
pada aspek validitas. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada
obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian
kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk
dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.
Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek
yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang
ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada obyek yang
diteliti. Dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang Pendidikan akan menemukan data

83
yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang Manajemen, Antropologi, Sosiologi,
Kedokteran, Teknik dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat
dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas
data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada
konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan
berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang
berbeda meneliti pada obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya
dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya
yang terjadi pada obyek yang diteliti. Dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang
Pendidikan akan menemukan data yang berbeda dengan peneliti yang berlatar belakang
Manajemen, Antropologi, Sosiologi, Kedokteran, Teknik dan sebagainya. Pengertian reliabilitas
dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Hal ini
terjadi karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif,
suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang
konsisten, dan berulang seperti semula. Heraclites dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa
"kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang sama" Air mengalir terus, waktu terus berubah, situasi
senantiasa berubah dan demikian pula perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial.
Dengan demikian tidak ada suatu data yang tetap/konsisten/stabil. Pengertian reliabilitas dalam
penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian kualitatif. Hal ini terjadi
karena terdapat perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu
realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten,
dan berulang seperti semula.
Heraclites dalam Nasution (1988) menyatakan bahwa "kita tidak bisa dua kali masuk sungai yang
sama" Air mengalir terus, waktu terus berubah, situasi senantiasa berubah dan demikian pula
perilaku manusia yang terlibat dalam situasi sosial. Dengan demikian tidak ada suatu data yang
tetap/konsisten/stabil. Selain itu, cara melaporkan penelitian bersifat ideosyncratic dan
individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa
dan jalan fikiran sendiri. Demikian dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan
wawancara terkandung unsur-unsur individualistik. Proses penelitian sendiri selalu bersifat

84
personalistik dan tidak ada dua peneliti akan menggunakan dua cara yang persis sama. Selain itu,
cara melaporkan penelitian bersifat ideosyncratic dan individualistik, selalu berbeda dari orang
perorang. Tiap peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan fikiran sendiri. Demikian
dalam pengumpulan data, pencatatan hasil observasi dan wawancara terkandung unsur-unsur
individualistik. Proses penelitian sendiri selalu bersifat personalistik dan tidak ada dua peneliti
akan menggunakan dua cara yang persis sama. Pengujian validitas dan reliabilitas Penelitian
Kualitatif Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji (1) Credibility (validitas internal)
(2) transferability (validitas eksternal) (3) Dependability (reliabilitas), dan (4) Confirmability
(obyektivitas). Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji (1) Credibility (validitas
internal) (2) transferability (validitas eksternal) (3) Dependability (reliabilitas), dan (4) Confirmability
(obyektivitas). Aspek Kuantitatif Kualitatif Nilai kebenaran Validitas Internal Kredibilitas (credibility)
Penerapan Validitas eksternal (generalisasi) Transferability /keteralihan perbedaan istilah Validitas
eksternal (generalisasi) Transferability /keteralihan Konsistensi Reliabilitas Auditability,
dependability Naturalitas Obyektivitas Confirmability (dapat dikonfirmasi) (1) Uji Kredibilitas Cara
pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain
dilakukan dengan: (1) perpanjangan pengamatan (2) peningkatkan ketekunan dalam penelitian (3)
Triangulasi (4) diskusi dengan teman sejawat (5) analisis kasus negative, dan (6) membercheck.
Cara pengujian kredibilitas data atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif antara
lain dilakukan dengan: (1) perpanjangan pengamatan (2) peningkatkan ketekunan dalam penelitian
(3) Triangulasi (4) diskusi dengan teman sejawat (5) analisis kasus negative, dan (6)
membercheck. (a) Perpanjangan Pengamatan Mengapa dengan perpanjangan pengamatan akan
dapat meningkatkan kepercayaan/kredibilitas data? Dengan perpanjangan pengamatan berarti
peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang
pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan
peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab (tidak ada jarak lagi,
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi. Bila
telah terbentuk raport, maka telah kewajaran dalam penelitian, di mana kehadiran peneliti tidak lagi
mengganggu perilaku yang dipelajari. Rapport is a relationship of mutual trust and emotional
affinity between two or more people (Susan Stainback, 1988) Mengapa dengan perpanjangan
pengamatan akan dapat meningkatkan kepercayaan/kredibilitas data? Dengan perpanjangan

85
pengamatan berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan
sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Dengan perpanjangan pengamatan ini
berarti hubungan peneliti dengan narasumber akan semakin terbentuk rapport, semakin akrab
(tidak ada jarak lagi, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi. Bila telah terbentuk raport, maka telah kewajaran dalam penelitian, di mana
kehadiran peneliti tidak lagi mengganggu perilaku yang dipelajari. Rapport is a relationship of
mutual trust and emotional affinity between two or more people (Susan Stainback, 1988) . Pada
tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai,
sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak
yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang telah diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang
diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata
tidak benar, maka peneliti melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga
diperoleh data yang pasti kebenarannya. Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti
masih dianggap orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum lengkap,
tidak mendalam, dan mungkin masih banyak yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan
pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah data yang telah diberikan selama ini
merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang diperoleh selama ini setelah dicek
kembali pada sumber data asli atau sumber data lain ternyata tidak benar, maka peneliti
melakukan pengamatan lagi yang lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh data yang pasti
kebenarannya. Berapa lama perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat tergantung
pada kedalaman, keluasan dan kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali
data sampai pada tingkat makna. Makna berarti data di balik yang tampak. Yang tampak orang
sedang menangis tetapi sebenamya dia tidak sedih tetapi malah sedang berbahagia. Berapa lama
perpanjangan pengamatan ini dilakukan, akan sangat tergantung pada kedalaman, keluasan dan
kepastian data. Kedalaman artinya apakah peneliti ingin menggali data sampai pada tingkat
makna. Makna berarti data di balik yang tampak. Yang tampak orang sedang menangis tetapi
sebenamya dia tidak sedih tetapi malah sedang berbahagia. Keluasan berarti, banyak sedikitnya
informasi yang diperoleh. Dalam hal ini setelah peneliti memperpanjang pengamatan, apakah
akan menambah fokus penelitian, sehingga memerlukan tambahan informasi barulagi. Data yang

86
pasti adalah data yang valid yang sesuai dengan apa yang terjadi untuk memastikan siapa yang
menjadi provokator dalam kerusuhan, maka harus betul- betul ditemukan secara pasti siapa yang
menjadi provokator. Keluasan berarti, banyak sedikitnya informasi yang diperoleh. Dalam hal ini
setelah peneliti memperpanjang pengamatan, apakah akan menambah fokus penelitian, sehingga
memerlukan tambahan informasi barulagi. Data yang pasti adalah data yang valid yang sesuai
dengan apa yang terjadi untuk memastikan siapa yang menjadi provokator dalam kerusuhan, maka
harus betul- betul ditemukan secara pasti siapa yang menjadi provokator. Dalam perpanjangan
pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian
terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah
benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan
apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka
akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat
keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian. Dalam perpanjangan
pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian ini, sebaiknya difokuskan pada pengujian
terhadap data yang telah diperoleh, apakah data yang diperoleh itu setelah dicek kembali ke
lapangan benar atau tidak, berubah atau tidak. Bila setelah dicek kembali ke lapangan data sudah
benar berarti kredibel, maka waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri. Untuk membuktikan
apakah peneliti itu melakukan uji kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan atau tidak, maka
akan lebih baik kalau dibuktikan dengan surat keterangan perpanjangan. Selanjutnya surat
keterangan perpanjangan ini dilampirkan dalam laporan penelitian. (b) Meningkatkan Ketekunan
Ngapain serius amat sih!!! Mau memeriksa apakah data yang saya temukan benar atau tidak
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan peritiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat sekelompok masyarakat yang sedang
olah raga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi
bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya. Meningkatkan ketekunan berarti melakukan
pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian
data dan urutan peritiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis. Sebagai contoh melihat
sekelompok masyarakat yang sedang olah raga pagi. Bagi orang awam olahraga adalah untuk

87
meningkatkan kebugaran fisik. Tetapi bagi peneliti kualitatif tentu akan lain kesimpulannya.
Setelah peneliti mencermati secara mendalam, olahraga pagi itu bagi sekelompok masyarakat itu
merupakan wahana untuk transaksi bisnis. Selanjutnya untuk dapat memahami proses
perdagangan narkoba, maka peneliti harus melakukan pengamatan secara terus-menerus dan
memahami bahasa-bahasa sandi mereka. Setelah peneliti mencermati secara mendalam, olahraga
pagi itu bagi sekelompok masyarakat itu merupakan wahana untuk transaksi bisnis. •Selanjutnya
untuk dapat memahami proses perdagangan narkoba, maka peneliti harus melakukan pengamatan
secara terus-menerus dan memahami bahasa-bahasa sandi mereka. Mengapa dengan
meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan ketekunan itu ibarat
kita mengecek soal - soal, atau makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan
meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan kembali apakah data
yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan meningkatkan ketekunan maka,
peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati.
Mengapa dengan meningkatkan ketekunan dapat meningkatkan kredibilitas data? Meningkatkan
ketekunan itu ibarat kita mengecek soal- soal, atau makalah yang telah dikerjakan, ada yang salah
atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, maka peneliti dapat melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak. Demikian juga dengan
meningkatkan ketekunan maka, peneliti dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan
sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan adalah
dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan
peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. Sebagai bekal peneliti untuk meningkatkan ketekunan
adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi-
dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan
peneliti akan semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar/dipercaya atau tidak. (c) Triangulasi Triangulation is qualitative cross-
validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data
source of multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma, 1986). Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai

88
cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu • Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the
sufficiency of the data according to the convergence of multiple data source of multiple data
collection procedures (Wiliam Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini
diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai
waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan
waktu 1) Triangulasi Sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
cara mengecek data yang telah diperoJeh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk
menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan
pengujian data yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang
menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ke tiga sumber
tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan,
dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber
data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan
selanjutnya dimintakan kesepakatan (member cheek) dengan tiga sumber data tersebut. 1)
Triangulasi Sumber. Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoJeh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji
kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian data
yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke
teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ke tiga sumber tersebut, tidak bisa
dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data
yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan
kesepakatan (member cheek) dengan tiga sumber data tersebut. 2) Triangulasi Teknik Triangulasi
teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek
dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data
tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut
kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar: Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda. 2)

89
Triangulasi Teknik Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh
dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga
teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti
melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk
memastikan data mana yang dianggap benar: Atau mungkin semuanya benar, karena sudut
pandangnya berbeda-beda. 3) Triangulasi Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas
data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pacta saat nara sumber masih
segar, belum banyak masalah, akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel.
Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan
dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil
uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai
ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil
penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data. 3) Triangulasi
Waktu Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik
wawancara di pagi hari pacta saat nara sumber masih segar, belum banyak masalah, akan
memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian
kredibilitas data dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi
atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang
berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.
Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang
diberi tugas melakukan pengumpulan data. (d) Analisis Kasus Negatif Kasus negatif adalah kasus
yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu. Mengapa
dengan analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data? Melakukan analisis
kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,
berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila peneliti masih mendapatkan data-
data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka peneliti mungkin akan merubah
temuannya. Hal ini sangat tergantung seberapa besar kasus negatif yang muncul tersebut. Kasus
negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat

90
tertentu. Mengapa dengan analisis kasus negatif akan dapat meningkatkan kredibilitas data?
Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya. Tetapi bila
peneliti masih mendapatkan data-data yang bertentangan dengan data yang ditemukan, maka
peneliti mungkin akan merubah temuannya. Hal ini sangat tergantung seberapa besar kasus
negatif yang muncul tersebut. Sebagai contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa si A,
pengedar narkoba, sedangkan 1 % menyatakan tidak atau negatif. Dengan adanya kasus negatif
ini, maka peneliti justru harus mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data yang
berbeda. Peneliti harus menemukan kepastian apakah 1 % kelompok yang menyatakan si A
bukan pengedar narkoba itu betul atau tidak. Kalau akhimya yang 1% kelompok menyatakan
bahwa si A adalah pengedar narkoba, berarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian
temuan penelitian menjadi lebih kredibel Sebagai contoh, bila ada 99% orang mengatakan bahwa
si A, pengedar narkoba, sedangkan 1 % menyatakan tidak atau negatif. Dengan adanya kasus
negatif ini, maka peneliti justru harus mencari tahu secara mendalam mengapa masih ada data
yang berbeda. Peneliti harus menemukan kepastian apakah 1 % kelompok yang menyatakan si A
bukan pengedar narkoba itu betul atau tidak. Kalau akhimya yang 1% kelompok menyatakan
bahwa si A adalah pengedar narkoba, berarti kasus negatifnya tidak ada lagi. Dengan demikian
temuan penelitian menjadi lebih kredibel (e) Menggunakan Bahan Referensi kamera, handy cam,
dan tape supaya datanya lebih dapat dipercaya . Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini
adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. contoh,
data hasil wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi
manusia, atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam
data dalam penelitian kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan
untuk mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,
sehingga menjadi lebih dapat dipercaya. Yang dimaksud dengan bahan referensi di sini adalah
adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. contoh, data hasil
wawancara perlu didukung dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-alat bantu perekam data dalam

91
penelitian kualitatif, seperti camera, handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk
mendukung kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan penelitian,
sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau dokumen autentik,
sehingga menjadi lebih dapat dipercaya. (f) Mengadakan Membercheck Membercheck adalah,
proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck
adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti
datanya data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/ di'percaya, Membercheck adalah, proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah
untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh
pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para pemberi data berarti datanya
data tersebut valid, sehingga semakin kredibel/ di'percaya, tetapi apabila data yang ditemukan
peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data, maka peneliti perlu
melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus
merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.
Jadi tujuan. membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam
penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. tetapi apabila
data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh pemberi data,
maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam,
maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan
oleh pemberi data. Jadi tujuan. membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan
digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau
informan. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode pengumpulan data
selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat dilakukan secara
individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok pemberi data. Dalam
diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah, dikurangi atau ditolak
oleh pemberi data. Setelah data sepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk
menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah
melakukan membercheck. Pelaksanaan membercheck dapat dilakukan setelah satu periode

92
pengumpulan data selesai, atau setelah mendapat suatu temuan, atau kesimpulan. Caranya dapat
dilakukan secara individual, dengan cara peneliti datang ke pemberi data, atau melalui forum
diskusi kelompok. Dalam diskusi kelompok peneliti menyampaikan temuan kepada sekelompok
pemberi data. Dalam diskusi kelompok tersebut, mungkin ada data yang disepakati, ditambah,
dikurangi atau ditolak oleh pemberi data. Setelah data sepakati bersama, maka para pemberi data
diminta untuk menandatangani, supaya lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti
telah melakukan membercheck. 2. Pengujian Transferability Seperti telah dikemukakan bahwa,
transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif. Validitas eksternal
menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi dimana
sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga mana penelitian
dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer
bergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam
konteks dan situasi sosial lain. Peneliti sendiri tidak menjamin "validitas eksternal" ini. Seperti telah
dikemukakan bahwa, transferability ini merupakan validitas eksternal dalam penelitian kuantitatif.
Validitas eksternal menunjukkan derajad ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke
populasi dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan, hingga
mana penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai
transfer bergantung pada pemakai, hingga manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan
dalam konteks dan situasi sosial lain. Peneliti sendiri tidak menjamin "validitas eksternal" ini. Oleh
karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti dalam membuat
laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan
demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga dapat memutuskan
dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain. Bila pembaca
laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, "semacam apa" suatu hasil
penelitian diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar transferabilitas
(Sanafiah Faisal, 1990) Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, maka peneliti
dalam membuat laporannya harus memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat
dipercaya. Dengan demikian, maka pembaca menjadi jelas atas hasil penelitian tersebut, sehingga

93
dapat memutuskan dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat
lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang sedemikian jelasnya, "semacam
apa" suatu hasil penelitian diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas (Sanafiah Faisal, 1990) 3. Pengujian Dependability Dalam penelitinn kuantitatif,
depenability disebut reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji depenability
dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruh proses penelitian. Sering terjadi peneliti
tidak melakukan proses penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data. Peneliti seperti ini
perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka
penelitian tersebut tidak reliabel atau dependable. Dalam penelitinn kuantitatif, depenability disebut
reliabilitas. Suatu penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat mengulangi/mereplikasi
proses penelitian tersebut.Dalam penelitian kualitatif, uji depenability dilakukan dengan melakukan
audit terhadap keseluruh proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan proses
penelitian ke lapangan, tetapi bisa memberikan data Peneliti seperti ini perlu diuji dependabilitynya.
Kalau proses penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut tidak reliabel
atau dependable Untuk itu pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit
terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independent, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber
data, melakukan analisis data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus
dapat ditunjukkan oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak
aktivitas lapangan nya", maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal 1990).
Untuk itu pengujian depenability dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan
proses penelitian Caranya dilakukan oleh auditor yang independent, atau pembimbing untuk
mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Bagaimana peneliti mulai
menentukan masalah/fokus, memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis
data, melakukan uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukkan oleh
peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukkan "jejak aktivitas lapangannya",
maka depenabilitas penelitiannya patut diragukan (Sanafiah Faisal 1990). 4. Pengujian
Konfirmability Pengujian kcnfinnability dalam penelitian kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas

94
penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam
penelitian kualitatif. uji konfirmability mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat
dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian. dikaitkan
dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang
dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian,
jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya ada. Pengujian kcnfinnability dalam penelitian
kuantitatif disebut dengan uji obyektivitas penelitian. Penelitian dikatakan obyektif bila hasil
penelitian telah disepakati banyak orang. Dalam penelitian kualitatif. uji konfirmability mirip dengan
uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan Menguji
konfirmability berarti menguji hasil penelitian. dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil
penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah
memenuhi standar konfirmability. Dalam penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tetapi
hasilnya ada.

BAB IV
ORGANISASI DAN JADWAL PENELITIAN

A. Organisasi Penelitian
Organisasi penelitian ini perlu dikemukakan, bila penelitian dilakukan oleh tim. Dalam organisasi
penelitian ini terdiri atas, Ketua Tim Peneliti, beberapa anggota peneliti, pengumpul data,
bendahara, tenaga administrasi. Masing-masing perlu dikemukakan uraian tugas dan waktu yang
tersedia.
Ketua Tim Peneliti : Habibah,S.Pd. M.Pd (Kepala Sekolah)
Anggota Peneliti : Lindawati
Pengumpul Data : Mareta Aini,S.Pd
Bendahara : Sudirman,S.Pd
Tenaga Administrasi : Dwi Ratna Sari,S.Kom
B. Jadwal Penelitian

95
Pada umumnya penelitian kualitatif memerlukan waktu yang relatif lama, antara 6 bulan samapai
24 bulan. Untuk itu perlu direncanakan jadwal pelaksanaan penelitian. Jadwal penelitian berisi
aktivitas yang dilakukan dan kapan akan dilakukan.Rencana Jadwal Penelitian Peran Minat dan
Bakat Dalam Meningkatkan Kompetensi Siswa

BAB V
BIAYA YANG DIPERLUKAN
A. Rencana Pembiayaan Penelitian
Biaya merupakan hal yang sangat penting dalam penelitian. Jumlah biaya yang diperlukan
tergantung pada tingkat profesionalisme tenaga peneliti dan pendukungnya, tingkat resiko kegiatan
dilakukan, jarak tempat penelitian dengan tempat tinggal peneliti, serta lamanya penelitian
dilakukan. Biaya penelitian pada umumnya 60% digunakan untuk tenaga, dan 40% untuk
penunjang seperti bahan, alat, transportasi, sewa alat-alat komputer,seminar,Honorarium dan lain-
lain. Semua biaya yang dibutuhkan perlu diuraikan secara rinci.
B. Rincian Rencana Pembiayaan

Biaya Yang Diusulkan

No Uraian Kegiatan 3 Bulan


3 Bulan Pertama
Kedua

96
Pengumpulan dan Analisa
1
Data
Analisa data 500.000

Identifikasi user requirement 350.000

Desain dan program tes 500.000


minat dan bakat
Testing/Analisis Minat dan 300.000
bakat

Implementasi Ahli Psikologi 200.000


Online
Transportasi @5 kali 150.000
pelaksanaan
 Bahan dan Peralatan
2    
Penelitian
Hardware:
4.300.000
Laptop 14” Lenovo
500.000
Sewa Proyektor
500.000
Seminar
500.000
Administrasi
300.000
Connector
Software:
300.000
Dreamweaver
300.000
MySql
2.000.000
Mac Os server
3 Perjalanan    
Transportasi seminasi
– Ongkos transport dalam 150.000 150.000
kota
4 Administrasi
50.000 150.000
Kertas A4
200.000 200.000
Tinta Printer /cartridge

97
100.000
Kabel Roll 15 Meter
5   Biaya Lain-lain
Laporan awal:
Laporan triwulan 300.000 600.000

Final report 200.000

Seminasi hasil penelitian 300.000

  Jumlah Biaya 11.300.000,- 1.750.000,-


Tabel 4.3 Rincian Biaya

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online. Kbbi.web.id.
diakses pada tanggal 2Januari 2020, pukul 14.42 WIB. Palembang.
Bimo Walgito. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta
B. Hurlock, Psikologi Perkembangan Edisi ke-5, (Jakarta:Erlangga, 1990)
Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Bumi Aksara.
Dalman, H. 2013. Menulis Karya Ilmiah. Jakarta: Rajawali Pers.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kualitatif
http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/129/4/BAB%20III%20%28AP%29.pdf
http://gudangmaterikuliah.blogspot.com/2013/05/perbedaan-penelitian-kualitatif-dan.html
Natawijaya, Rahman.. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta,

Sanusi, Anwar. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.


Sardiman,2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo Persada
Suparno, Paul. Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget.. Yogyakarta: Kanisius
Slameto. 2003 . Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka cipta.

98
2004
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Winkel, W.S. (2005). Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama

99

Anda mungkin juga menyukai