Anda di halaman 1dari 10

p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

POLA PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PADA PEMUKIMAN


KAMPUNG KOTA

Soni Darmawan1
Tin Budi Utami2
Program Studi Arsitektur, Universitas Mercu Buana Jakarta
Email: 1sonidarmawan08@yahoo.com; 2tinbudiutami@yahoo.com

ABSTRAK
Kawasan Permukiman Kayu Besar adalah permukiman perkampungan yang terletak di Kota
Jakarta yang dikelilingi oleh kawasan Perkantoran Pantai Indah Kapuk. Dalam perkembangannya,
kawasan permukiman tumbuh semakin padat, sehingga ruang terbuka semakin sempit. Tujuan
dari penelitian ini adalah mengidentifikasi permasalahan-permasalah yang berkaitan dengan pola
pemanfaatan ruang terbuka dan faktor-faktor pembentuk ruang terbuka di pemukiman kampung
kota. Keterbatasan ruang terbuka menjadi permasalahan dalam spasial kota dan interaksi sosial
masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan teori Behavioral Mapping, pengumpulan data-
data dari penelitian ini dilakukan dengan cara survei lokasi, wawancara, dan mendokumentasikan
kegiatan masyarakat kampung tersebut untuk kemudian dianalisis dengan metoda deskriptif
kualitatif. Setelah dilakukan analisis dari data-data lokasi dan dikaitkan dengan teori-teori terkait,
maka didapatkan kesimpulan umum bahwa pada kampung kota terjadi hubungan masyarakat yang
masih memiliki sifat kekerabatan yang erat dan saling mempengaruhi satu sama lain baik dalam
hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok, pada ruang umum
yang pada dasarnya merupakan suatu wadah yang dapat menampung aktivitas tertentu dari
masyarakatnya. Secara khusus disimpulkan bahwa keterbatasan lahan yang ada tidak dijadikan
masalah yang dapat menghambat warga pemukiman Kayu Besar untuk berinteraksi sosial.
Kegiatan berkumpul tetap dapat dilakukan baik pada halaman rumah, koridor jalan, dan warung.
Kebutuhan ruang yang cukup luas sehingga masyarakat memanfaatkan kali untuk membangun
ruang komunal. Meskipun ruang berkumpul tersebut tidak responsive, tetapi dapat memenuhi
aktifitas masyarakat sehingga menimbulkan kesan democratic, comfort, dan meaningful.
Kata Kunci : Kampung Kota, Behavioral Mapping, Teritoritas, Ruang Publik, Kayu Besar

ABSTRAK
The Area of Large Timber Habitation is a settlement located in Jakarta surrounded by the area of
Indah Kapuk Beach Offices. In its development, residential areas grow increangly crowded, so that
the open space is getting narrower. The objectives of this research are indentifying problems of
utilization system of open space and factors forming open space in urban and rural settlements.
The limitation of open space being a problem in the spatial city and social interaction of society.
The reasearch method is by using Behavioral Mapping theory, datas collection of this research are
obtained by survey in to location, interview, and documented that village society to analyzed by
using qualitative descriptive method. After analyzed from location datas and associated with related
theories, therefore, generally it can be concluded that in urban village occured society relationships
that still had a close kinship and affected each other both in relationships between individuals,
groups, athough individuals and groups, in a common space which was basically a container that
can be accomodated certain activities from those societies. Specifically, it can be concluded that
the limitation of existing land was not a problem that can be inhibited citizen of Large Timber
habitation for social interacted. Gathering activities can still be done both on house yard, road
corridor and stall. The necessity space was wide enough until society utilized river to build the
communal space. Whereas, the gathering space was not responsive, but can be fulfilled activities
of society until created democratic impression, comfort, and meaningful.
Keyword: Urban Village, Behavioral Mapping, Teritoritas, Public Space,Kayu Besar

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 127
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.3 Juli 2018 : 127-136

pola-pola fisik yang beragam, organik,


1. PENDAHULUAN
seringkali surprising, (setiawan, 2010)
Menurut Constantinos A. Doxiadis di
1.3 Behaviour Setting
kutip oleh Suryani (2006), disebutkan bahwa
perkembangan perumahan permukiman Ilyas (2016) Manusia tidak dapat lepas dari
(development of human settlement) lingkungannya. Setiap aspek dalam
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: 1. kehidupan manusia selalu berada dalam
Growth of density (Pertambahan jumlah lingkungan tertentu. Pengaruh perilaku
penduduk) Dengan adanya pertambahan terhadap lingkungan maupun sebaliknya
jumlah penduduk yaitu dari kelahiran dan dapat dijelaskan melalui behaviour setting.
adanya pertambahan jumlah keluarga, maka Menurut Setiawan (1995) penggunaan istilah
akan membawa masalah baru. Secara setting dipakai dalam kajian arsitektur
manusiawi mereka ingin menempati rumah lingkungan (fisik) dan perilaku yang
milik mereka sendiri. Dengan demikian menunjuk pada hubungan integrasi antara
semakin bertambahlah jumlah hunian yang ruang (lingkungan fisik secara spasial)
ada di kawasan permukiman tersebut yang dengan segala aktivitas individu. sekelompok
menyebabkan pertumbuhan perumahan individu dalam kurun waktu tertentu. Disisi
permukiman. 2.Urbanization (Urbanisasi) lain, Schoggen dalam Sarwono (2001)
Dengan adanya daya tarik pusat kota maka berpendapat bahwa setting diartikan sebagai
akan menyebabkan arus migrasi desa ke tatanan suatu lingkungan yang dapat
kota maupun dari luar kota ke pusat kota. mempengaruhi perilaku manusia, artinya
Meningkatnya permukiman ditempat yang sama, perilaku manusia dapat
menyebabkan meluasnya perkampungan di berbeda kalau tatananya berbeda.
perkotaan, pembangunan tanpa terencana
1.4 Ruang Terbuka
sehingga tumbuh permukiman kampung
kota. Ryang terbuka menjadi kebutuhan yang Secara umum public space dapat
cukup penting untuk pertumbuhan kota DKI didefinisikan dengan cara membedakan arti
Jakarta saat ini ruang-ruang publik untuk katanya secara harfiah terlebih dahulu.
berinteraksi dan bersosialisasi, keterbatasan Public merupakan sekumpulan orang- orang
lahan menjadi sebuah persoalan. Adanya tak terbatas siapa saja, dan space atau
isue permasalahan berkembangnya ruang merupakan suatu bentukan tiga
permukiman pinggiran kota, maka perlu ada dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-
kebijakan yang mengatur pengembangan unsur yang membatasinya (Ching, 1992).
permukiman. Dalam pengertian yang paling umum, ruang
publik dapat berupa taman, tempat bermain,
1.2 Pemukiman Kampung Kota
jalan, atau ruang terbuka.
Pengertian kampung dapat didefinisikan
1.5 Tujuan Ruang Terbuka
sebagai:
A. Kampung merupakan kawasan hunian Secara umum, tujuan ruang terbuka publik
masyarakat berpendapatan rendah (Carr dkk,1992) dalam Haryati (2008)
dengan kondisi fisik kurang baik (Rutz, adalah:
1987: 76). 1. Kesejahteraan Masyarakat
B. Kampung merupakan kawasan 2. Peningkatan Visual (Visual Enhancement)
permukiman kumuh dengan ketersediaan 3. Peningkatan Lingkungan (Environmental
sarana umum buruk atau tidak sama Enhancement)
sekali. Kerap kawasan ini disebut slum 4. Pengembangan Ekonomi (Economic
atau squatter (Turner, 1972: 96). Development)
C. Kampung kotor yang merupakan bentuk 5. Peningkatan Kesan (Image
permukiman yang unik, tidak dapat Enhancement)
disamakan dengan slum atau squatter
1.6 Peran Ruang Terbuka
atau juga disamakan dengan permukiman
penduduk berpenghasilan rendah. (Baros, Secara umum, peran ruang terbuka oleh
1980: 23). Setyowati, (2012), dibagi menjadi dua
D. Setiawan (2010), kampung adalah unik, bagian:
karena merepresentasikan kekhasan 1. Meningkatkan Kualitas Kawasan
sejarah, kemampuan, usaha, perjuangan,
Kualitas suatu kawasan merupakan
dan bahkan jiwa merdeka warganya;
gambaran dari kualitas suatu lingkungan
kekhasan pada aspek fisik terletak pada
tertentu. Upaya untuk selalu memenuhi

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 128
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

kebutuhan penggunanya dalam menciptakan berlaku dalam struktur masyarakat setempat.


ruang publik ditegaskan Carr et al. dalam Nilai dan pemanfaatan ruang tersebut dapat
Anita Dkk,(2012), ruang publik dalam suatu diuraikan sebagai berikut :
permukiman akan berperan secara baik jika 1. Nilai Sosial (Interaksi komunal),
mengandung unsur antara lain : 2. Nilai ekonomi,
A. Comfort, 3. Nilai Budaya dan Religi, dan
4. Nilai Estetika
Merupakan salah satu syarat mutlak
keberhasilan ruang publik. Lama tinggal 1.8 Jenis Ruang Terbuka
seseorang berada di ruang publik dapat
Haryati (2008) menjelaskan, ruang terbuka
dijadikan tolak ukur comfortable tidaknya
publik dapat berupa landscape (ruang
suatu ruang publik.
terbuka hijau) maupun (ruang terbuka
B. Relaxation, terbangun), pengkategoriannya adalah:
Merupakan aktifitas yang erat hubungannya
dengan psychological comfort. Suasana 1. Terbuka publik skala lingkungan dengan
rileks mudah dicapai jika badan dan pikiran luas dan lingkup pelayanan kecil, seperti
dalam kondisi sehat dan senang. ruang sekitar tempat tinggal (home
C. Passive engagement, oriented space), ruang terbuka lingkungan
(neighbourhood space) (Rapuano, 1964).
Aktifitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi 2. Ruang terbuka publik skala bagian kota
lingkungannya. Kegiatan pasif dapat yang melayani beberapa unit lingkungan,
dilakukan dengan cara duduk-duduk atau seperti taman umum (public park), ruang
berdiri sambil melihat aktifitas yang terjadi di terbuka untuk masyarakat luas
sekelilingnya atau melihat pemandangan (community space).
yang berupa taman, air mancur, patung atau 3. Ruang terbuka publik dengan fungsi
karya seni lainnya. tertentu, seperti ruang sirkulasi kendaraan
D. Active engagement (jalan raya/freeway, jalan arteri, dll), ruang
Suatu ruang publik dikatakan berhasil jika terbuka publik di pusat komersial (area
dapat mewadahi aktifitas kontak/interaksi parkir, plaza, dan mall), ruang terbuka
antar anggota masyarakat (teman, famili atau publik kawasan industri, dan ruang
orang asing) dengan baik. terbuka publik peringatan (memorial)
E. Discovery (Carr, 1992).
Merupakan suatu proses mengelola ruang 4. Pasar terbuka publik (markets), yaitu
publik agar di dalamnya terjadi suatu aktifitas ruang terbuka publik atau jalan yang
yang tidak monoton. digunakan untuk PKL, bersifat temporer
2. Memberikan Pengaruh Terhadap pada ruang yang ada seperti taman,
Peningkatan Prilaku daerah pinggir jalan, atau area parkir
Berawal dari adanya konsep bahwa di dalam (Carr, 1992).
pendekatan perilaku menekankan bahwa Ruang terbuka menurut sifatnya Anita,
manusia merupakan makhluk yang mampu dkk(2012) mengutip Stephen Carr dkk
berpikir serta mempunyai persepsi dan (1992:19) terdapat 3 (tiga) kualitas utama
keputusan dalam interaksinya dengan sebuah ruang publik, yaitu:
lingkungan.
1.7 Fungsi Ruang Terbuka 1. Responsive, berarti bahwa ruang
tersebut dirancang dan dikelola
Egam (2009) Secara fisik ruang terbuka dengan mempertimbangkan
memiliki beberapa fungsi yaitu : sebagai kepentingan para penggunanya.
daerah hijau (green area), untuk filter dan 2. Democratic, berarti bahwa hak para
sirkulasi udara, sebagai cadangan cadangan pengguna ruang publik tersebut
air, paru – paru kota dan berbagai fungsi terlindungi, pengguna ruang publik
lainnya, Adapun klasifikasi ruang terbuka bebas berekspresi dalam ruang
dalam komplek permukiman terdiri dari : tersebut, namun tetap memiliki
a. lapangan, batasan tertentu karena dalam
b. jalan, penggunaan ruang bersama perlu
c. gang, dan ada toleransi diantara para
d. halaman rumah. pengguna ruang.
Pemanfaatan ruang terbuka dalam disain
masyarakat tertentu senantiasa berjalan
sesuai aktivitas, kebiasaan dan adat yang
Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 129
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.3 Juli 2018 : 127-136

3. Meaningful, berarti mencakup 2) Faktor Situasional


adanya ikatan emosional antara 3) Faktor Budaya
ruang tersebut dengan kehidupan 4) Pengaruh Privasi terhadap Perilaku
para penggunanya.
1.11 Teritorialitas dan Perilaku
1.9 Fungsi Ruang Terbuka
Menurut Egam (2009), Teritori public adalah
Menurut Philipus dan Aini (2004) dalam suatu wilayah/tempat yang terbuka untuk
Santoso (2009) ,interaksi sosial adalah umum, , menurut Lyman dan Scot (1967)
hubungan sosial dinamis yang menyangkut terdapat kategori teritori interaksi dimana
hubungan antara individu dengan individu, teritori ini menunjukan suatu daerah yang
antara individu dan kelompok, dan antara dikuasai oleh seseorang atau kelompok
kelompok dengan kelompok sosial yang lain. orang secara temporer dan dikendalikan oleh
Interaksi sosial terjadi ketika dua orang kelompok lain yang berintegrasi, misalnya
individu bertemu dan saling menyapa, sebuah ruang kuliah yang dipakai oleh
berjabat tangan, bercandaria atau mungkin kelompok mahasiswa secara bergantian.
juga berkelahi. Interaksi sosial terjadi dalam Secara konkrit menurut Brower (1976) dalam
suatu proses komunikasi, melibatkan dua ilyas (2016), ditandai dengan adanya
orang atau lebih yang terlibat dalam tindakan penempatan (occupancy), dan secara
sosial timbal balik, dan tindakan sosial itu simbolik dengan keterikatan tempat (place
sendiri adalah tindakan di mana individu attachment.)
bertindak dengan orang lain dalam pikiran.
Teritorialitas adalah kondisi kualitas teritori
Berkaitan dengan interaksi sosial yang terjadi yang ada/terjadi yang terbentuk oleh
pada ruang publik, (Gahl, J. 1996) dikutip interaksi / kompromi antara kualitas teritori
oleh Ilyas (2016), membagi kegiatan luar yang diinginkan masing-masing Individu
ruang pada ruang publik (Public Space) (dengan tujuan kegiatan), dan masing-
menjadi tiga kategori yaitu; masing organisasi (dengan tujuan
1. Kegiatan berdasarkan atas kebijaksanaan) dengan karakteristik seting
kebutuhan/keperluan sehari-hari fisik yang mewadahi suatu kegiatan.
(necessary activities) seperti kegiatan
belanja, pergi bekerja, ke sekolah dan 2. METODOLOGI
sebagainya. Dalam penelitian ini mengunakan Deduktif
2. Kegiatan pilihan (optional activities) Kualitatif dengan Metode behavioral mapping
merupakan kegiatan yang lebih bersifat digambarkan sebagai cara untuk
leisure atau memanfaatkan waktu luang mengungkap pola-pola ruang yang tercipta
seperti berjalan-jalan, menikmati akibat hubungan timbal balik antara manusia
pemandangan dan sebagainya. dengan ruang, diwujudkan dalam bentuk
3. Kegiatan yang teakhir adalah kegiatan sketsa atau diagram mengenai suatu area
sosial (social activities) yang merupakan dimana manusia melakukan kegiatannya.
kegiatan yang bersifat interaktif yaitu Terdapat dua cara untuk melakukan
berhubungan dengan orang lain. behavioral mapping yaitu:
1.Place Centered Mapping
1.10 Hubungan Interaksi Sosial dan 2. Person Centered Mapping
Privasi Lokasi penelitian beradi di,
Pemukiman kampung Kota padat di Jalan
Rapoport (1988) dalam Iyas (2016) Kayu Besar Dalam, kelurahan, Cengkareng
mendefinisikan privasi sebagai suatu Timur Kecamatan Cengkareng, Kabupaten
kemampuan untuk mengontrol interaksi, Jakarta barat, RT 002/RW011
kemampuan untuk memperoleh pilihan-
pilihan dan kemampuan untuk mencapai
interaksi seperti yang diinginkan. Amos
(1977) mengemukakan bahwa privasi adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok
orang untuk mengendalikan interaksi mereka
dengan orang lain baik secara visual, audial,
maupun olfaktori untuk mendapatkan apa
yang diinginkannya. Gambar 1. Pemukiman Jalan Kayu Besar
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Privasi: RT02,
1) Faktor Personal Sumber : Google Maps

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 130
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

3. HASIL DAN PEMBAHASAN tetapi banyak juga para ibu-ibu yang


memanfaatkan waktu luangnya untuk
3.1 Pola Aktivitas Berdasarkan Waktu
berkumpul dengan tetangga lainnya,
Berdasarkan tabel pola pemanfaatan Area mengalami peningkatan dari waktu pagi
Publik pada Jalan Kayu Besar yang hingga sore hari yang didominasi oleh
berkaitan dengan periode hari dan waktu, aktivitas anak-anak bermain dan pada pagi
secara umum ditemukan adanya kesamaan dan sore hari, dan aktivitas ibu-ibu pada pagi
tingkat aktivitas yang berulang dengan dan sore hari dan mengalami penurunan
kecenderungan mengacu pada periode menuju malam hari. Tingkat pemanfaatan
waktu yang tidak terikat apapun harinya. yang tinggi terjadi pada waktu sore hari
Pola pemanfaatan seperti aktivitas tidak dengan jumlah aktivitas sebanyak 7.
hanya para anak-anak saja yang bermain
Hari &
SENIN, RABU, JUM’AT MINGGU
Waktu

PAGI
(07:00-
09:00)

pada pagi hari aktifitas di dominasi oleh ibu- Terjadi perubahan aktivitas dimana, saat pagi
ibu untuk berjemu atau sekedar berkumpul di hari, pada periode minggu, aktifitas di dominasi
sekitar warung, selain itu ruang terbuka oleh anak-anak, sebagai area bermain.
dimanfaatkan sebagai area parkir bermotor.

SIANG
(12:00-
14:00)

Siang hari kecenderungan masyarakat Tidak banyak perubahan yang terjadi pada
masih melakukan aktivitas diluar didominasi periode ini, titik ativitas menujukan bahwa
oleh ibu rumah tangga yang memiliki waktu aktivitas masih di dominasi oleh ibu, hanya saja
lebih luang untuk beraktivitas hal tersebut teras-teras rumah warga menjadi area
dimanfaatkannya untuk berkumpul dan berkumpul dan gazebo, dimanfaatkan oleh
mengasuh anak, pemanfaatan dilakukan anak-anak untuk beraktifitas, berkumpul dan
sebagian remaja anak sekolah yang telah bermain.
pulang sekolah biasa memanfaatkan gazebo
sebagai ruang bersama.

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 131
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.3 Juli 2018 : 127-136

v
v
v
v
v
v
SORE
(16:00-
18:00)

Terjadi peningkatan titik aktivitas pada sore Perubahan pola aktivitas terjadi pada sore hari
hari pemanfaatan ruang terbuka didominasi periode minggu, dimana titik aktivitas di
oleh orang dewasa berkumpul di teras-teras dominasi oleh ibu-ibu yang berkumpul di teras-
rumah dan anak-anak bermain dan tersebar teras hunian warga
hampir disepanjang koridor jalan.

MALA
M
(19:00-
21:00)
pada malam hari warga kayu besar yang Tidak banyak perubahan yang terjadi hanya
melakukan aktivitas di luar ruang terbuka, di terjadi penambahan Pola aktivitas yang
gazebo-gazebo yang mereka buat diatas mengalami penambahan pada malam minggu,
kali. Anak-anak di masjid untuk mengaji, Ibu dimana aktivitas didominasi oleh remaja laki-laki
rumah tangga, orang dewasa lebih banyak dan anak-anak untuk berkumpul.
melakukan aktivitas di dalam rumah. Namun
pada malam hari kecenderungan remaja
malakukan aktivitas diluar dari koridor dan
salah satu teras rumah warga.

Tabel 1. Pola Aktivitas Bersadarkan Waktu


Sumber : Observasi, 2017

3.2 Pengaruh Setting Fisik Pada Pola


Aktivitas
Adapun elemen-elemen fisik yang
mempengaruhi warga dalam memanfaatkan
ruang terbuka ataupun beraktivitas, antara
lain:
a. Elemen fisik tetap berupa ruang terbuka,
yaitu, (gazebo, elemen bidang dasar
(dinding, pagar pembatas, teras rumah))
b. Elemen fisik non tetap berupa
kendaraan warga yang terparkir.
c. Ruang-ruang informal yang terbentuk,
koridor jalan sebagai area bermain
Gambar 3 : Peta Setting FisikJalan Kayu
Besar
Sumber Observasi, 2017

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 132
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

berdasarkan hasil amatan ruang terbuka


pemilihan kasus sebagai berikut: 1) Publik
menjadi privat, 2) Privat menjadi publik.
3.4 Publik Menjadi Privat
memanfaatkan koridor jalan sebagai ruang
untuk beraktivitas dan interaksi. Hal ini
Gambar 4 : Pengaruh Elemen Fisik non disebabkan keterbatasan lahan, sehingga
Teteap warga menggunakan area-area publik untuk
Sumber Observasi, 2017 melakukan kegiatan aktivitas, Karena
pertimbangan aspek norma, budaya,
Keragaman budaya ini telah menimbulkan
rasa toleransi bagi masyarakatnya.
Walaupun ada aktivitas yang dilakukan
berdasarkan kelompok yang sama, tetapi di
dalam ruang mereka dapat menyatu dan
tidak terlihat adanya konflik yang cukup
berarti.

Gambar 5 : Pengaruh Elemen Fisik


Teteap
Sumber Observasi, 2017

Gambar 7 : Publik Menjadi Privat


Sumber Observasi, 2017

Pemanfaatan area terbuka oleh masyarakat


kayu besar, yang digunakan secara pribadi,
Gambar 6 : Ruang Informal pada, seperti halnya koridor yang
Sumber Observasi, 2017 dimanfaatakan sebagai area cuci, tangga
menuju salah satu hunian warga yang di
bangun di atas ruang terbuka, juga koridor
pada waktu-waktu tertentu dimanfaatakan
3.3 Pola Perubahan Teritori dalam acara-acara beragama dan lain
sebagianya
Berdasarkan hasil amatan ruang terbuka
Pengaruh lain dari faktor latar belakang
adalah dengan koridor dan teras,
masyakat adalah kondisi rumah yang
pemanfaatan terjadi ketika ruang yang ditempati. Secara umum luas rumah tidak
digunakan untuk kepentingan pribadi, seperti
sebanding dengan jumlah penghuni.
halnya menjemur, parkir kendaraan, pilihan
Sementara halaman hunian terlalu sempit
lokasinya adalah yang terdekat dengan
dan bahkan tidak ada sama sekali. Pengaruh
tempat tinggal baik di depan, samping atau
lain dari faktor latar belakang masyakat
belakang, hal ini tampaknya membentuk
suatu teritori ruang pribadi dengan ruang
suatu teritori ruang pribadi dengan ruang bersama. Serta pemanfaatan ruang bersifat
bersama. Serta pemanfaatan ruang bersifat
private sebaliknya dimanfaatkan sebagai
private sebaliknya dimanfaatkan sebagai
ruang publik yang digunakan sebagai
ruang publik yang digunakan sebagai
kegiatan interaksi maupun kegiatan
kegiatan interaksi maupun kegiatan
komersial.
komersial. Selama pengamatan di lapangan
ditemui beberapa tempat yang digunakan
oleh masyarakat untuk kegiatan berkumpul,
beribadah atau bentuk kegiatan interaksi.
Untuk memudahkan dalam menetapkan
kasus-kasus penelitian, digunakan kriteria

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 133
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.3 Juli 2018 : 127-136

tidak tertentu, dengan maksud pemanfaatan


sebagai area privat dapat diisi untuk kegiatan
publik kegiatan dapat berlangsung jika
penghuni rumah sedang tidak melakukan
aktivitas diruang tersebut, ruang sebagai
latar aktivitas terutama pada pemanfaatan
ruang privat bagian depan hunian,
penggunaan area ini sebagai bentuk
sosialisai mendukung aktivitas publik dan
Gambar 8 : Kondisi Bangunan Dalam Bentuk secara demokratis ruang privat dapat
Ruang
dimanfaatkan masyarakat umum tanpa harus
Sumber Observasi, 2017 terkotak – kotakkan akibat perbedaan sosial,
ekonomi dan budaya.
Secara umum luas rumah tidak sebanding
dengan jumlah penghuni. Sementara
halaman hunian terlalu sempit dan bahkan
tidak ada sama sekali. Keterbatasan lahan ini
mengakibatkan warga melakukan kegiatan
ativitas diluar rumah.

Gambar 11: Privat menjadi Publik


Sumber Observasi, 2017
Ruang privat dengan fungsi sebagai ruang
publik dapat pula mendorong kegiatan
Gambar 9: Setting Ruang Untuk komersi yang bersfat responsive,
Bersosialisaasi keberadaan warung sebagai pembangkit
Sumber Observasi, 2017 aktivitas sosial, dengan mempertimbangkan
titik potensial untuk memanfaatkan ruang
sebagai tempat berkumpul publik,
Secara responsive, koridor dirancang keberadaan kawasan yang padat penduduk
sebagai alur sirkulasi. Tetapi, koridor disini membuat peluang besar terjadinya interaksi,
bernilai meaningful karena dipakai berulang untuk merespon masyarakat datang secara
kali oleh anak-anak untuk bermain sepeda tidak langsung hal ini dimanfaatkan pemilik
dan berlari-larian, juga gazebo yang warung dengan memfungsikan sebagian
digunakan sebagai ruang komunal, koridor area lahan untuk publik.
ini dianggap cukup democratic bagi
pengguna untuk berbagai macam kegiatan.

Gambar 12: Ruang Bersifat Responsive


Sumber Observasi, 2017
Gambar 10: Ruang bersifat Meaningful dan
Democratic
Sumber Observasi, 2017
Berdasarkan teritori yang publik menjadi
3.5 Privat Menjadi Publik
privat dan privat menjadi publik maka
Kebutuhan akan ruang menyiasati sebagian terbentuklah suatu ruang menurut perannya
orang untuk memanfaatkan area privasi den sifatnya pada setiap bagian koridor
dijadikan sebagai area publik, ruang dapat menjadi ruang terbuka yang terbentuk
diakses oleh masyarakat baik secara karena adanya toleransi dan sosialisasi
langsung dalam kurun waktu terbatas masyarakat. Karakteristik masyarakat jalan
maupun secara tidak langsung dalam waktu Kayu Besar RT/RW 02/11, Cengkareng,
Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 134
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
p-ISSN : 2088-8201 e-ISSN : 2598-2982

Jakarta Barat yang senang berkumpul dan Dalam berinteraksi dan beraktivitas sehari –
bersosialisasi menjadikan titik-titik pertemuan hari masyarakat membentuk wilayah atau
warga menjadi lokasi yang penting untuk daerah-daerah yang dianggap masuk dalam
dikaji. kekuasaanya, pemanfaatan ketika ruang
4. KESIMPULAN DAN SARAN yang digunakan untuk kepentingan pribadi
adalah yang terdekat dengan tempat tinggal
4.1. Kesimpulan
baik di depan, samping atau belakang, serta
Keterbatasan ruang public, dan kecilnya pemanfaatan ruang bersifat privat sebaliknya
sirkulasi jalan sehingga masyarakat dimanfaatkan sebagai ruang publik yang
berinisisiatif untuk melakukan pelebaran digunakan sebagai kegiatan interaksi
jalan di atas kali pinggir jalan, strategisnya maupun kegiatan komersial.
lokasi sangat mempengaruhi pola
pemanfaatan ruang terbuka atau koridor, Menurut sifatnya, ruang publik yang terdapat
ruang terbuka, terkhusus koridor dalam di jalan kayu besar RT. 02,Cengkareng ,
penelitian ini, sebagai wadah besar dalam Jakarta Barat ini dapat digolongkan menjadi
terjadinya kegiatan dengan kecenderungan 4 yaitu:
konflik penguasaan ruang menjadikan
1. Demokratic. ruang publik yang dimaksud
sehingga menciptakan rasa toleransi dan
yaitu halaman teras musola, teras rumah,
sosial satu dengan lainnya. Aktivitas
gazebo, warung dan Koridor Jalan
masyarakat dalam membentuk suatu pola
2. Meaningful, ruang publik yang dimaksud
pemanfaatan, penguasaan bersifat privat-
yaitu 3 buah gazebo dan warung.
publik maupun publik privat dengan faktor-
3. Comfortable. ruang publik yang dimaksud
faktor yang mempengaruhinya (elemen fisik).
yaitu gazebo yang sengaja dibuat unutk
Fenomena tersebut terjadi akibat dari peran
area komunal atau bersama, hal ini yang
tata kelola lingkungan yang melegalkan
dijadikan sebagai tolok ukur kenyamanan
aktivitas pemanfaatan koridor guna
bagi penggunana karena area tersebut
meminimalisir konflik dan hal-hal yang tidak
selalu ramai untuk berkumpul dan
diinginkan.
beraktivitas
4.2. Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka 4. Responsive. ruang publik yang dimaksud
yaitu adalah halaman teras musola, kali
Dari hasil pengamatan yang dilakukan,
dan koridor jalan.
ternyata ketersedian ruang terbuka atau area
publik sangat minim, aktivitas warga yang 4.4. Tata Kelola dan Regulasi
terjadi di Jalan Kayu Besar RT02, cenderung
Adapun, Salah satu dampak yang
memanfaatkan koridor, dan teras-teras
ditimbulkan terhadap fasilitas-fasilitas baik
rumah sebagai wadah untuk beraktivitas dan
fasum maupun fasos adalah terjadinya
bersosialisasi, adapun pemanfaatan
penambahan fungsi terhadap fasilitas
kali,sebagai ruang komunal dengan
tersebut yang bukan merupakan fungsi
membangun perkerasan secara ilegal,
sebenarnya dan menimbulkan konflik dengan
sebagai pelebaran koridor untuk
fungsi fasilitas tersebut. Contoh pemanfaatan
penambahan ruang, seperti kebutuhan untuk
fasilitas umum yang memiliki fungsi lain
area parkir, area jemuran, kandang
sebagai dampak dari keterbatasan akan
peliharaan dan bahkan untuk menaruh
ruang terbuka publik adalah pemanfaatan
taman-taman hias. Dan pembangunan
koridor jalan yang selain berfungsi sebagai
Gazebo-Gazebo (bangunan tidak permanen)
sirkulasi bagi warga kampung kota juga
di atas kali sebagai ruang komunal warga
mengakomodir beragam aktivitas didalamnya
untuk berkumpul.Aktivitas warga dan anak-
antara lain aktivitas sosial warga, tempat
anak yang terjadi pada ruang terbuka
bermain anak. Dan melakukan pelebaran
membentuk suatu pola yang mengacu pada
jalan, di atas kali saluran air, sehingga
periode waktu dari hasil pemetaan aktivitas
menyulitkan dalam melakukan pembersihan
berdasarkan periode waktu (pagi hari, siang
sampah di kali. Sedangkan berdasarkan
hari, sore hari dan malam hari) dan periode
Permen PU 12-2009 terkait penyediaan
hari yaitu hari kerja (Senin, Rabu, Jumat) dan
sarana Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada
hari libur (Minggu).
skala RT untuk jumlah penduduk 250 harus
ada minimal 250 m2 lahan yang berfungsi
4.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi sebagai RTH dengan radius jangkauan 300
Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka m dari rumah warga. Namun pada
kenyataannya RTH yang salah satu
fungsinya sebagai ruang bermain anak
Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 135
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.
Jurnal Arsitektur, Bangunan, & Lingkungan | Vol.7 No.3 Juli 2018 : 127-136

belum tersedia di pemukiman, Jalan Kayu Ihsan, Faris Rifqi. (2014). Pola Penggunaan
Besar RT/RW 02/11, Cengkareng, Jakarta Ruang Komunal Di Kampung Deret RT
Barat. 014 RW 01, Tanah Tinggi, Kecamatan
Johar Baru, Jakarta Pusat.
4.5. Saran/Rekomendasi
4.5.1. Rekomendasi Praktek Ilyas, A.(2016). Pola Pemanfaatan Koridor di
Pemukiman Padat (Studi Kasus Kampung
Keterbatasan lahan pada ruang publik di
Lengkong Kiai RT.01, BSD, Tangerang).
Jalan Kayu Besar RT/RW 02/11 dapat
Kecamatan Blimbing, Kota
disiasati dengan mengelola kembali koridor
Malang). Jurnal Mahasiswa
yang sudah ada serta melengkapi sarana
Sosiologi, 2(2).
dan prasarana untuk memfasilitasi ruang
tersebut agar aktifitas interaksi sosial warga
Niswah, A., Ardio, K., Jalu, K., Edward, H., &
dapat berjalan dengan lebih baik.
Indra, Y. (2016). Pengaruh Modernisasi
4.5.2. Rekomendasi Riset Selanjutnya Terhadap Pola Ruang Hunian Pada Desa
Adat Tenganan Pegringsingan Bali.
Penelitian ini dilakukan pada saat memasuki
libur hari raya Idul Fitri dimana observasi Sangalang, I., & Adji, F. F. (2014). Pengaruh
terkendala oleh banyaknya warga yang Kondisi Hunian Dan Lingkungan
pulang kampung, sehingga perlu diadakan Terhadap Keberlanjutan Permukiman
penelitian lebih lanjut dengan musim yang Tepi Sungai Studi Kasus: Kampung
berbeda sebagai perbandingan. Adapun Pahandut Dan Desa Danau Tundai Di
pelaksanaan pengambilan data dilakukan Kota Palangka Raya. Jurnal Perspektif
selama 2 minggu berturut-turut berdasarkan Arsitektur│ Volume, 9(2).
dua periode yaitu periore hari (Senin, Rabu,
Jumat dan Minggu) dan periode waktu (Pagi, Santoso, H. (2009). Persepsi Mahasiswa
Siang, Sore dan Malam) dengan rentang Terhadap Ruang Komunal Sebagai
waktu observasi selama dua jam dalam satu Tempat Interaksi Sosial (studi kasus :
periode waktu. Sehingga penelitian lebih Fakultas Ilmu Pendidikan
lanjut perlu dilakukan dengan periode waktu UNNES)(doctoral dissertasion,
yang lebih luas untuk memperbanyak sampel Universitas Negri Semarang).
dalam membuktikan hubungan antara
aktivitas dengan setting lingkungan. Surtiani, E. E. (2006). Faktor-faktor yang
mempengaruhi terciptanya kawasan
5. DAFTAR PUSTAKA permukiman kumuh di kawasan pusat
kota (studi kasus: kawasan pancuran,
Anita, J., Gustya, F., Erawati, L. R., & salatiga) (Doctoral dissertation, program
Sukma, M. D. (2013). Kajian Terhadap Pascasarjana Universitas Diponegoro).
Ruang Publik Sebagai Sarana Interaksi
Warga di Kampung Muararajeun Lama, Warsono, A. (2006). Perkembangan
Bandung. REKA KARSA, 1(1). Permukiman Pinggiran Kota Pada Koridor
Jalan Kaliurang Kecamatan Ngaglik
Egam, P. P. (2009). Intervensi Perilaku Lokal Kabupaten Sleman (Doctoral dissertation,
Terhadap Pemanfaatan Ruang program Pascasarjana Universitas
Publik. EKOTON, 9(2), 57-62. Diponegoro).
Firmandhani, Satriya Wahyu., Setioko,
Bambang. (2013). Faktor Pembentuk
Persepsi Ruang Komunal Di Pemukiman
Nelayan (Studi Kasus: Pemukiman
Nelayan Tambak Mulyo Semarang).
TEKNIK – Vol. 34 No.2, ISSN 0852-169.

Haryanti, D. T. (2008). Kajian Pola


Pemanfaatan Ruang Terbuka Publik
Kawasan Bundaran Simpang Lima
Semarang (Doctoral dissertation, program
Pascasarjana Universitas Diponegoro).

Soni Darmawan, Pola Pemanfaatan Ruang Terbuka Pada Pemukiman Kampung Kota. 136
Jalan Kayu Besar, Cengkareng, Jakarta Barat.

Anda mungkin juga menyukai