diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan
dengan dosen pembimbing Alfin , S.Kep., Ners., M.Kep
disusun oleh :
IA
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
Pengkajian Keperawatan Menurut Calista Roy” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas syarat mata kuliah Metodologi Keperawatan dengan dosen pembimbing
bapak Alfin Riandi, S.Kep., Ners., M.Kep. makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Pengkajian Keperawatan Menurut Calista Roy bagi
para pembaca dan penulis.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, Kritik yang saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempuraan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................2
BAB I..................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.........................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Masalah......................................................................................5
BAB II.................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................................6
A. Riwayat Callista Roy..................................................................................................6
B. Sumber Teori.............................................................................................................7
BAB III................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...................................................................................................................9
A. Pengertian..............................................................................................................9
B. Karakteristik Teori Keperawatan...........................................................................9
C. Faktor Pengaruh Teori Keperawatan..................................................................10
D. Tujuan Teori Keperawatan..................................................................................11
E. Konsep Dasar dan Model Keperawatan Callista Roy..........................................12
F. Model Konseptual Callista Roy............................................................................14
G. Teori Penegasan..................................................................................................16
H. Teori Callista Roy.................................................................................................18
I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Calista Roy.......................................................26
BAB IV..............................................................................................................................27
PENUTUP.........................................................................................................................27
Kesimpulan..................................................................................................................27
Saran............................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengkajian adalah proses pengumpulan data yang berkelanjutan
guna menentukan kekuatan dan masalah kesehatan klien. Keterampilan
berfikir kritis. Digunakkan untuk membedakan informasi esensial dan
relevan dari data yang tidak relevan, memvalidasi data penting, dan
mengkategorikan, mengorganisasi informasi dengan cara yang bermakna
(Christensen. P, 2009)
Data yang dikumpulkan multivocal, yang mencermikan data yang
lalu dan terbaru dan mewakili berbagai sumber. Wawancara, observasi
langsung dan pengukuran digunakan untuk mengumpulkan data objektif
dan data subjekti. Data secara sistematis dicatat dan berfungsi bagi semua
komponen dalam proses keperawatan. Karena data terbaru mungkin
mengubah-ngubah komponen lain, maka data tersebut harus
dikomunikasikan dengan tepat. (Chirtensen.P, 2009)
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan. Pokok
permasalahan utama adalah Pengkajian Keperawatan menurut Calista Roy.
Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam makalah ini yaitu sebagai berikut :
a. Apa pengertian dan konsep dasar model keperawatan Callista Roy?
b. Apa kelebihan dan kelemahan konsep dan teori praktek Sister Callista
Roy?
C. Tujuan Penulisan Masalah
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah.
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini terdiri atas tujuan umum dan
tujuan khusus sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin dicapai
dari pembuatan makalah ini. Adapun tujuan umumdalam makalah ini
adalah untuk mengetahui teori dan konsep keperawatan Callista Roy.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini
sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui pengertian dan konsep dasar keperawatan
Callista Roy;
TINJAUAN PUSTAKA
B. Sumber Teori
Dimulai dengan pendekatan teori system Roy menambahkan kerja
adaptasi dari Harry Helson (1964) seorang ahli fisiologis-psikologis. Untuk
memulai membangun pengertian konsepnya Harry Helson mengartikan
respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya
derajat adaptasi yang dibutuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh
dorongan tiga jenis stimulus yaitu :
1. Focal stimuli : individu segera menghadap
2. Konsektual Stimuli : semua kehadiran stimuli yang menyumbangkan
efek dari focal stimuli.
3. Residual Stimuli : faktor lingkungan yang mengakibatkan
tercemarnya keadaan
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Konsep merupakan suatu ide dimana terdapat suatu kesan yang abstak
dan dapat di organisir menjadi simbol-simbol yang nyata, sedangkan konsep
keperawatan merupakan ide untuk menyusun suatu kerangka konseptual atau
model keperawatan. Teori itu sendiri merupakan sekelompok konsep yang
membentuk sebuah pola nyata atau suatu pernyataan yang menjelaskan suatu
proses, peristiwa atau kejadian yang du dasari oleh fakta-fakta yang telah di
obserfasi tapi kurang absolute atau bukti secara langsung.
Teori keperawatan menurut Barnum (1990) merupakan usaha-usaha
untuk menguraikan atau menjelaskan fenomena mengenai keperawatan.
Melalui teori keperawatan dapat di bedakan apakah keperawatan termasuk
disiplin ilmu atau aktivitas lainnya.
Teori keperawatan digunakan untuk menyusun suatu model konsep
dalam keperawatan sehingga model keperawatan ini mengandung arti aplikasi
dari struktur keperawatan itu sendiri yang memungkinkan perawat untuk
menerapkan cara mereka bekerja dalam batas kewenangan sebagai seorang
perawat. Model konsep keperawatan ini digunakan dalam menentukan model
praktek keperawatan, mengingat dalam model keperawatan mengandung
komponen dasar seperti adanya keyakinan dan nilai yang di dasari sebuah
model, adanya tujuan praktek yang ingin di capai dalam memberikan
pelayanan kepada kebutuhan semua pasien serta adanya pengetahuan dan
keterampilan alam hal ini dibutuhkan oleh perawat dalam mengembangkan
tujuannya.
a. Sistem adalah kesatuan dari beberapa komponen atau elemen yang saling
berhubungan sehingga membentuk suatu kesatuan yang meliputi adanya
input, control, proses, output dan umpan balik.
b. Derajat adaptasi adalah perubahan tetap sebagai hasil dari stimulus fokal,
konsektual dan residual.
c. Problem adaptasi adalah kejadian atau situasi yang tidak sesuai dengan
kebutuhan.
d. Stimulus fokal adalah stimulus yang mengharuskan manusia berespon
adaptif.
e. Stimulus konsektual adalah seluruh stimulus yang memberikan kontribusi
perubahan tingkah laku yang disebabkan oleh stimulus fokal.
f. Stimulus residual adalah seluruh faktor yang memberikan kontribusi
terhadap perubaha tingkah laku tetapi belum dapat di validasi.
g. Regulator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon
otomatik melalui neural, cemikal dan proses endokrin.
h. Kognator adalah subsistem dari mekanisme koping dengan respon melalui
proses yang komplek dari persepsi informasi, mengambil keputusan dan
belajar.
i. Model efektor adaptif adalah kognator yaitu fisiological, fungsi peran,
interdependensi dan konsep diri.
j. Respon adaptif adalah respon yang meningkatkan integritas manusia
dalam mencapai tujuan manusia untuk mempertahankan kehidupan.
k. Fisiologis adalah kebutuhan fisiologis termasuk kebutuhan dasar dan
bagaimana proses adaptasi dilakukan.
l. Konsep diri adalah seluruh keyakinan dan perasaan.
m. Penampilan peran adalah penampilan fungsi peran dalam hubungannya di
dalam hubungannya di lingkungan sosial.
n. Interdependensi adalah hubungan individu dengan orang lain sebagai
support sistem.
G. Teori Penegasan
Dalam teorinya Callista Roy memiliki dua model mekanisme yaitu:
Fungsi atau proses control yang terdiri dari kognatr dan regulator
Efektor mekanisme ini dibagi menjadi empat yaitu fisiologi,
konsep diri, fungsi peran dan Interpendensi. Regulator
digambarkan sebagai aksi dalam hubungannyaterhadap empat
efektor cara adaptasi yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi
peran, dan interdependensi. Berikut penjelasan dari empat efektor
yang telah di sebutkan.
Mode Fungsi Fisiologi
Fungsi fisiologi berhubungan dengan struktur tubuh dan fungsinya.
Roymengidentifikasi sembilan kebutuhan dasar fisiologis yang harus
dipenuhi untuk mempertahankan integritas, yang dibagi menjadi dua
bagian, mode fungsi fisiologistingkat dasar yang terdiri dari 5 kebutuhan
dan fungsi fisiologis dengan proses yangkompleks terdiri dari 4 bagian
yaitu :
1. Oksigenasi: Kebutuhan tubuh terhadap oksigen dan prosesnya,
yaitu ventilasi, pertukaran gas dan transpor gas.
(Vairo,1984 dalam Roy 1991).
2. Nutrisi: Mulai dari proses ingesti dan asimilasi makanan untuk
mempertahankan fungsi, meningkatkan pertumbuhan dan
mengganti jaringan yang injuri. (Servonsky, 1984 dalam Roy
1991).
3. Eliminasi: Yaitu ekskresi hasil dari metabolisme dari instestinal
dan ginjal. (Servonsky, 1984 dalam Roy 1991).
4. Aktivitas dan istirahat: Kebutuhan keseimbangan aktivitas fisik
dan istirahat yang digunakan untuk mengoptimalkan fungsi
fisiologis dalam memperbaiki dan memulihkan semua
komponen-komponen tubuh. (Cho,1984 dalam Roy, 1991).
5. Proteksi / perlindungan : Sebagai dasar defens tubuh termasuk
proses imunitas dan struktur integumen (kulit, rambut dan
kuku) dimana hal ini penting sebagai fungsi proteksi dari
infeksi, trauma dan perubahan suhu. (Sato, 1984 dalam
Roy 1991).
6. The sense / perasaan : Penglihatan, pendengaran, perkataan,
rasa dan bau memungkinkan seseorang berinteraksi dengan
lingkungan. Sensasi nyeri penting di pertimbangkan dalam
pengkajian perasaan. ( Driscoll, 1984, dalam Roy, 1991).
7. Cairan dan elektrolit: Keseimbangan cairan dan elektrolit di
dalamnya termasuk air, elektrolit, asam basa dalam seluler,
ekstrasel dan fungsi sistemik. Sebaliknya inefektif fungsi
sistem fisiologis dapat menyebabkan ketidakseimbangan
elektrolit. (Parly, 1984, dalam Roy 1991).
8. Fungsi syaraf / neurologis: Hubungan-hubungan neurologis
merupakan bagian integral dari regulator koping mekanisme
seseorang. Mereka mempunyai fungsi untuk mengendalikan
dan mengkoordinasi pergerakan tubuh, kesadaran dan proses
emosi kognitif yang baik untuk mengatur aktivitas organ-organ
tubuh. (Robertson,1984 dalam Roy, 1991).
9. Fungsi endokrin: Aksi endokrin adalah pengeluaran horman
sesuai dengan fungsi neurologis, untuk menyatukan dan
mengkoordinasi fungsi tubuh. Aktivitas endokrin mempunyai
peran yang signifikan dalam respon stress dan merupakan dari
regulator koping mekanisme. (Howard & Valentine dalam
Roy,1991)
Mode Konsep Diri
Mode konsep diri berhubungan dengan psikososial dengan
penekananspesifik pada aspek psikososial dan spiritual manusia.
Kebutuhan dari konsep diriini berhubungan dengan integritas
psikis antara lain persepsi, aktivitas mental danekspresi perasaan.
Konsep diri menurut Roy terdiri dari dua komponen yaitu
the physical self dan the personal self.
1. The physical self, yaitu bagaimana seseorang memandang
dirinya berhubungandengan sensasi tubuhnya dan gambaran
tubuhnya. Kesulitan pada area ini seringterlihat pada saat
merasa kehilangan, seperti setelah operasi, amputasi atau
hilangkemampuan seksualitas.
2. The personal self, yaitu berkaitan dengan konsistensi diri, ideal
diri, moral-etik danspiritual diri orang tersebut. Perasaan
cemas, hilangnya kekuatan atau takut merupakan hal yang
berat dalam area ini.
Mode Fungsi Peran
Mode fungsi peran mengenal pola-pola interaksi sosial seseorang
dalamhubungannya dengan orang lain, yang dicerminkan dalam
peran primer, sekunderdan tersier. Fokusnya pada bagaimana
seseorang dapat memerankan dirinya dimasyarakat sesuai
kedudukannya .
Mode Interdependensi
Mode interdependensi adalah bagian akhir dari mode yang
dijabarkan oleh Roy. Fokusnya adalah interaksi untuk saling
memberi dan menerima cinta / kasihsayang, perhatian dan saling
menghargai. Interdependensi yaitu keseimbangan antara
ketergantungan dankemandirian dalam menerima sesuatu untuk
dirinya.
Ketergantungan ditunjukkan dengan kemampuan untuk
afiliasi denganorang lain. Kemandirian ditunjukkan oleh
kemampuan berinisiatif untukmelakukan tindakan bagi dirinya.
Interdependensi dapat dilihat dari keseimbanganantara dua nilai
ekstrim, yaitu memberi dan menerima.
Output dari manusia sebagai suatu sistem adaptif adalah
respon inefektif. Respon-respon yang adaptif itu mempertahankan
atau meningkatkan integritas, sedangkan respon yang tidak efektif
atau maladaptif itu mengganggu integritas. Melalui proses umpan
balik respon-respon memberikan lebih lanjut masukan (input) pada
manusia sebagai suatu sisem. Subsistem regulator dan kognator
adalah mekanisme adaptasi atau koping dengan perubahan
lingkungan, dan diperlihatkan melalui perubahan biologis,
psikologis, dan social. Subsistem regulator adalah gambaran
respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistem saraf, kimia
tubuhdan organ endokrin serta subsistem kognator adalah
gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan
emosi, termasuk didalam nya persepsi, proses informasi,
pembelajaran, dan membuat alasan dan emosional, yang termasuk
di dalamnya mempertahankan untuk mencari bantuan..
3. Output
Outputdari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati,
diukur atausecara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari
dalam maupun dari luar .Perilaku ini merupakan umpan balik
untuk sistem. Roy mengkategorikan outputsistem sebagai
respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif. Respon
yangadaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang
secara keseluruhan dapatterlihat bila seseorang tersebut mampu
melaksanakan tujuan yang berkenaandengan kelangsungan
hidup, perkembangan, reproduksi dan keunggulan.Sedangkan
respon yang mal adaptif perilaku yang tidak mendukung tujuan
ini.
Roy telah menggunakan bentuk mekanisme koping untuk
menjelaskan proses kontrol seseorang sebagai adaptif sistem.
Beberapa mekanisme kopingdiwariskan atau diturunkan secara
genetik (misal sel darah putih) sebagai
sistem pertahanan terhadap bakteri yang menyerang tubuh. Me
kanisme yang lain yangdapat dipelajari seperti penggunaan
antiseptik untuk membersihkan luka. Roymemperkenalkan
konsep ilmu Keperawatan yang unik yaitu mekanisme
kontrolyang disebut Regulator dan Kognator dan mekanisme
tersebut merupakan bagiansub sistem adaptasi.
Dalam memahami konsep model ini, Callista Roy
mengemukakan konsepkeperawatan dengan model adaptasi
yang memiliki beberapa pandangan ataukeyakinan serta nilai
yang dimilikinya diantaranya:
a. Manusia sebagai makhluk biologi, psikologi dan social
yang selalu berinteraksidengan lingkungannya.
b. Untuk mencapai suatu homeostatis atau terintegrasi,
seseorang harus beradaptasisesuai dengan perubahan yang
terjadi.
c. Terdapat tiga tingkatan adaptasi pada manusia yang
dikemukakan oleh roy,diantaranya:
d. System adaptasi memiliki empat mode adaptasi
diantaranya:
Fungsi fisiologis, komponen system adaptasi ini
yang adaptasi fisiologis diantaranyaoksigenasi,
nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
integritas kulit, indera, cairandan elektrolit,
fungsi neurologis dan fungsi endokrin.
Konsep diri yang mempunyai pengertian
bagaimana seseorang mengenal pola-
polainteraksi social dalam berhubungan dengan
orang lain.
Fungsi peran merupakan proses penyesuaian
yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pol
a-pola interaksi social dalam berhubungandenga
n orang lain.
Interdependent merupakan kemampuan
seseorang mengenal pola-pola tentang
kasihsayang, cinta yang dilakukan melalui
hubungan secara interpersonal pada
tingkatindividu maupun kelompok.
e. Dalam proses penyesuaian diri individu harus
meningkatkan energi agar mampumelaksanakan tujuan
untuk kelangsungan kehidupan, perkembangan,
reproduksidan keunggulan sehingga proses ini memiliki
tujuan meningkatkan respon adaptasi.Teori adaptasi suster
Callista Roy memeandang klien sebagai suatu system
adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari
keperawatan adalah membantuseseorang untuk beradaptasi
terhadap perubahan kebutuhan fisiologis,
konsep diri,fungsi peran, dan hubungan interdependensi
selama sehat dan sakit (Marriner-Tomery,1994).
Kebutuhan asuhan keperawatan muncul ketika klien tidak
dapat beradaptasi terhadap kebutuhan lingkungan internal
dan eksternal. Seluruh individuharus beradaptasi terhadap
kebutuhan berikut:
Pemenuhan kebutuhan fisiologis dasar
Pengembangan konsep diri positif
Penampilan peran sosial
Pencapaian keseimbangan antara kemandirian
dan ketergantungan.
Perawat menetukan kebutuhan di atas menyebabkan
timbulnya
masalah bagi klien dan mengkaji bagaimana klien bera
daptasi terhadap hal tersebut.Kemudian asuhan
keperawatan diberikan dengan tujuan untuk membantu
klien beradaptasi. Menurut Roy terdapat empat objek ut
ama dalam ilmu keperawatan, yaitu :
1. Manusia (individu yang mendapatkan asuhan keperawatan)
Roy menyatakan bahwa penerima jasa asuhan keperawatan
individu,keluarga, kelompok, komunitas atau social. Masing-masing
dilakukan oleh perawat sebagai system adaptasi yang holistic dan terbuka.
System terbuka tersebut berdampak terhadap perubahan yang konstan
terhadap informasi, kejadian, energi antara system dan lingkungan.
Interaksi yang konstan antara individu dan lingkungan dicirikan oleh
perubahan internal dan eksternal. Dengan perubahantersebut individu
harus mempertahankan intergritas dirinya, dimana setiap individu secara
kontinyu beradaptasi. Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah
sistem adaptif. Sebagai sistem adaptif, manusia dapat digambarkan secara
holistik sebagai satu kesatuanyang mempunyai input, kontrol, output dan
proses umpan balik. Proses kontrol adalah mekanisme koping yang
dimanifestasikan dengan cara- cara adaptasi. Lebih spesifik manusia
didefenisikan sebagai sebuah sistem adaptif dengan aktivitas kognator dan
regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara adaptasi
yaitu: fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan
interdependensi.Dalam model adaptasi keperawatan, manusia dijelaskan
sebagai suatu sistem yanghidup, terbuka dan adaptif yang dapat
mengalami kekuatan dan zat dengan perubahan lingkungan.
Sebagai sistem adaptif manusia dapat digambarkan dalamistilah
karakteristik sistem, jadi manusia dilihat sebagai satu-kesatuan yang
saling berhubungan antara unit fungsional secara keseluruhan atau beberap
a unitfungsional untuk beberapa tujuan. Input pada manusia sebagai suatu
sistem adaptasiadalah dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan
lingkungan dalam diriindividu itu sendiri. Input atau stimulus termasuk
variabel standar yang berlawananyang umpan baliknya dapat
dibandingkan. Variabel standar ini adalah stimulusinternal yang
mempunyai tingkat adaptasi dan mewakili dari rentang stimulusmanusia
yang dapat ditoleransi dengan usaha-usaha yang biasa dilakukan.
Proseskontrol manusia sebagai suatu sistem adaptasi adalah mekanisme
koping. Duamekanisme koping yang telah diidentifikasi yaitu : subsistem
regulator dansubsistem kognator.
2. Keperawatan
Roy mendefinisikan bahwa tujuan keperawatan adalah
meningkatkanrespon adaptasi berhubungan dengan empat mode respon
adaptasi. Perubahaninternal dan eksternal dan stimulus input tergantung
dari kondisi koping individu.Kondisi koping seseorang atau keadaan
koping seseorang merupakan tingkatadaptasi seseorang. Tingkat adaptasi
seseorang akan ditentukan oleh stimulus fokal,kontekstual, dan residual.
Fokal adalah suatu respon yang diberikan secaralangsung terhadap
ancaman/input yang masuk. Penggunaan fokal pada umumnyatergantung
tingkat perubahan yang berdampak terhadap seseorang.
Stimuluskontekstual adalah semua stimulus lain seseorang baik internal
maupun eksternalyang mempengaruhi situasi dan dapat diobservasi,
diukur, dan secara subjektifdisampaikan oleh individu. Stimulus residual
adalah karakteristik/riwayat dariseseorang yang ada dan timbul releva
dengan situasi yang dihadapi tetapi sulitdiukur secara objektif.
3. Konsep sehat
Roy mendefinisikan sehat sebagai suatu continuum dari meninggal
sampaitingkatan tertinggi sehat. Dia menekankan bahwa sehat merupakan
suatu keadaandan proses dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasisecarakeseluruhan, fisik, mental dan social. Integritas adaptasi
individu dimanifestasikanoleh kemampuan individu untuk memenuhi
tujuan mempertahankan pertumbuhandan reproduksi.Sakit adalah suatu
kondisi ketidakmampuan individu untuk beradapatasiterhadap rangsangan
yang berasal dari dalam dan luar individu. Kondisi sehat dansakit sangat
individual dipersepsikan oleh individu. Kemampuan seseorang
dalam beradaptasi (koping) tergantung dari latar belakang individu tersebu
t dalammengartikan dan mempersepsikan sehat-sakit, misalnya tingkat
pendidikan, pekerjaan, usia, budaya dan lain-lain.
4. Konsep lingkungan
Roy mendefinisikan lingkungan sebagai semua kondisi yang
berasal dariinternal dan eksternal,yang mempengaruhi dan berakibat
terhadap perkembangandari perilaku seseorang dan kelompok. Lingkunan
eksternal dapat berupa fisik,kimiawi, ataupun psikologis yang diterima
individu dan dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Sedangkan lingkungan
internal adalah keadaan proses mentaldalam tubuh individu (berupa
pengalaman, kemampuan emosioanal, kepribadian)dan proses stressor
biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam
tubuhindividu.manifestasi yang tampak akan tercermin dari perilaku
individu sebagaisuatu respons. Dengan pemahaman yang baik tentang
lingkungan
akanmembantu perawat dalam meningkatkan adaptasi dalam merubah dan
mengurangi resikoakibat dari lingkungan sekitar.Model adaptasi Roy
memberikan petunjuk untuk perawat dalammengembangkan proses
keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurutRoy meliputi
pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi,
danevaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan
secara umum.
a. Pengkajian
Roy merekomendasikan pengkajian dibagi menjadi dua bagian,
yaitu pengkajian tahap I dan pengkajian tahap II. Pengkajian pertama
meliputi pengumpulan data tentang perilaku klien sebagai suatu syst
em adaptif berhubungan dengan masing-masing mode adaptasi:
fisiologis, konsep diri,
fungsi peran dan ketergantungan. Oleh karena itu pengkajian pertam
a diartikan sebagai pengkajian perilaku,yaitu pengkajian klien
terhadap masing-masing mode adaptasisecara sistematik dan holistic.
Setelah pengkajian pertama, perawat menganalisa pola perubahan
perilakuklien tentang ketidakefektifan respon atau respon adaptif
yang memerlukandukungan perawat. Jika ditemukan
ketidakefektifan respon (mal-adaptif), perawatmelaksanakan
pengkajian tahap kedua. Pada tahap ini, perawat mengumpulkan
datatentang stimulus fokal, kontekstual dan residual yang berdampak
terhadap klien.Menurut Martinez, factor yang mempengaruhi respon
adaptif meliputi: genetic; jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-
obatan, alcohol, merokok, konsep diri,fungsi peran, ketergantungan,
pola interaksi social; mekanisme koping dan gaya,strea fisik dan
emosi; budaya;dan lingkungan fisik
b. Perumusan diagnosa keperawatan
Roy mendefinisikan 3 metode untuk menyusun
diagnosa keperawatan:
Menggunakan tipologi diagnosa yang
dikembangkan oleh Roy dan
berhubungandengan 4 mode adaptif . dalam
mengaplikasikan diagnosa ini, diagnosa pada
kasus Tn. Smith adalah “hypoxia”
Menggunakan diagnosa dengan
pernyataan/mengobservasi dari perilaku
yangtampak dan berpengaruh tehadap
stimulusnya. Dengan menggunakan metode.
diagnosa ini maka diagnosanya adalah “nyeri
dada disebabkan oleh kekuranganoksigen pada
otot jantung berhubungan dengan cuaca
lingkungan yang panas”.
Menyimpulkan perilaku dari satu atau lebih
adaptif mode berhubungan denganstimulus yang
sama, yaitu berhubungan Misalnya jika seorang
petani mengalaminyeri dada, dimana ia bekerja
di luar pada cuaca yang panas. Pada kasus ini.
Diagnosa yang sesuai adalah “kegagalan peran
berhubungan dengan keterbatasan fisik
(myocardial) untuk bekerja di cuaca yang
panas”
c. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan
dengan tujuan merubahataumemanipulasi stimulus
fokal, kontekstual, dan residual. Pelaksanaannya
jugaditujukan kepada kemampuan klien dalam koping
secara luas, supaya stimulussecara keseluruhan dapat
terjadi pada klien, sehinga total stimuli berkurang
dankemampuan adaptasi meningkat.Tujuan intervensi
keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal,
denganmenggunakan koping yang konstruktif. Tujuan
jangka panjang harus dapatmenggambarkan
penyelesaian masalah adaptif dan ketersediaan energi
untukmemenuhi kebutuhan tersebut (mempertahankan,
pertumbuhan, reproduksi).Tujuan jangka pendek
mengidentifikasi harapan perilaku klien setelah
manipulasistimulus fokal, kontekstual dan residual.
d. Implementasi
Implementasi keperawatan direncanakan dengan
tujuan merubah ataumemanipulasi fokal, kontextual dan
residual stimuli dan juga memperluaskemampuan
koping seseorang pada zona adaptasi sehinga total
stimuli berkurangdan kemampuan adaptasi meningkat
e. Evaluasi
Penilaian terakhir dari proses keperawatan
berdasarkan tujuan keperawatanyang ditetapkan.
Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperawatan
didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil
yang ditetapkan, yaitu terjadinya adaptasi pada
individu.
I. Kelebihan dan Kelemahan Teori Calista Roy
Roy mampu mengembangkan dan menggabungkan beberapa teori
sehinggadapat mengembangkan model perpaduannya. Yang hingga kini
masih menjadi pegangan bagi para perawat. Keeksistensiannya tentu
memiliki sifat kuat ataumemiliki kelebihan dalam penerapan konsepnya
dibanding dengan konsep lainnya.Kelebihan dari teori dan model
konseptualnya adalah terletak pada teori praktekdan model adaptasi yang
dikemukakan oleh Roy perawat bisa mengkaji respon perilaku pasien
terhadap stimulus yaitu mode fungsi fisiologis, konsep diri, modefungsi peran
dan mode interdependensi. selain itu perawat juga bisa mengkajistressor yang
dihadapi oleh pasien yaitu stimulus fokal, konektual dan residual,sehingga
diagnosis yang dilakukan oleh perawat bisa lebih lengkap dan akurat.Dengan
penerapan dari teory adaptasi Roy perawat sebagai pemberi
asuhankeperawatan dapat mengetahui dan lebih memahami individu, tentang
hal-hal yangmenyebabkan stress pada individu, proses mekanisme koping dan
effektor sebagaiupaya individu untuk mengatasi stress. Sedangkan kelemahan
dari model adaptasiRoy ini adalah terletak pada sasarannya. Model adaptasi
Roy ini hanya berfokus pada proses adaptasi pasien dan bagaimana
pemecahan masalah pasien denganmenggunakan proses keperawatan dan
tidak menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku cara merawat ( caring ) pada
pasien. Sehingga seorang perawat yang tidakmempunyai perilaku caring ini
akan menjadi sterssor bagi para pasiennya
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ada tiga tipe teori keperawatan yaitu : terpusat pada keterikatan, timbal
balik dan out come. Model penyesuaian roy dikelomppokan dalam teori
outcome ditegaskan oleh penulisnya sebagai “ konsep artikulasi yang baik
dari seseorangsebagai pasien dan perawat dalam mekanisme luar yang
beraturan “ roy dalam mengaplikasikan konsep-konsepnya yang berasal dari
system dan disesuaikan kepada pasien yang telah mempersembahkan
artikulasinya untuk perawat dalam menggunakan peralatan untuk praktik,
pendidikan, dan penelitian. Konsep-konsepnya tentang person (Roy
menjelaskan bahwa person bisa berarti individu, keluarga, kelompok atau
masyarakat luas dan masing-masing sebagai sistem adaptasi holistik. Roy
memandang person secara menyeluruh atau holistik yang merupakan suatu
kesatuan yang hidup secara konstan dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Antara sistem dan lingkungan terjadi pertukaran informasi bahan dan energi.
Interaksi yang konstan antara orang dan lingkungannya akan menyebabkan
perubahan baik internal maupun eksternal. Dalam menghadapi perubahan ini
individu harus memelihara integritas dirinya dan selalu beradaptasi) dan
proses kontribusi perawat terhadap ilmu pengetahuan dan seni merawat.
Saran
Secara umum, pembaca diharapkan mampu menelaah dan
mempelajarisetiap konsep dan model keperawatan yang sudah berkembang
dan mampumembandingkan teori dan model praktik yang sesuai dengan ilmu
keperawatan itu sendiri sehingga tidak bertentangan dengan etika, norma dan
budaya. Secara khusus, perawat harus mampu meningkatkan respon adaptif
pasien pada situasi sehat atau sakit. Perawat dapat mengambil tindakan untuk
memanipulasi stimuli fokal, kontextual maupun residual stimuli dengan
melakukan analisa sehingga stimuli berada pada daerah adaptasi. Perawat
harus mampu bertindak untuk mempersiapkan pasien mengantisipasi
perubahan melalui penguatan regulator, cognator dan mekanisme koping
yang lain. Pada situasi sehat, perawat berperan untuk membantu pasien agar
tetap mampu mempertahankan kondisinya sehingga integritasnya akan tetap
terjaga. Misalnya melalui tindakan promotif perawat dapat mengajarkan
bagaimana meningkatkan respon adaptif. Pada situasi sakit, pasien diajarkan
meningkatkan respon adaptifnya akibatadanya perubahan lingkungan baik
internal maupun eksternal. Misalnya, seseorang yang mengalami kecacatan
akibat amputasi karena kecelakaan. Perawat perlu mempersiapkan pasien
untuk menghadapi realita. Dimana pasien harus mampu berespon secara
adaptif terhadap perubahan yang terjadi didalam dirinya. Kehilangan salah
satu anggota badan bukanlah keadaan yang mudah untuk diterima. Jika
perawat dapat berperan secara maksimal, maka pasien dapat bertahan dengan
melaksanakan fungsi perannya secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Nursalam.(2010)Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan
Profesional.Jakarta :EGC