Anda di halaman 1dari 17

Assalamu’alaikum Wr Wb

SALAM SEHAT.

 Permasalahan remaja merupakan permasalahan yang sangat kompleks mulai dari jumlahnya
yang cukup besar hingga permasalahan Kespro Remaja, tercatat angka kelahiran di usia
remaja masih tinggi.
 Permasalahan lain adalah pernikahan dini pada remaja, perilaku seks pranikah dan
penyalahgunaan Napza.
 Dalam rangka merespon permasalahan remaja tersebut, BKKBN mengembangkan Program
GenRe (Generasi Berencana)
 Program GenRe tersebut dilaksanakan melalui pendekatan langsung kepada remaja serta
orang tua yang memiliki remaja. Pendekatan kepada remaja dilaksanakan melalui
pengembangan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) dan pendekatan
kepada orang tua yang memiliki remaja dilaksanakan melalui pengembangan Kelompok
Bina Keluarga Remaja (BKR)

Setelah memahami materi tentang : Posyandu remaja/Pusat Informasi dan Konseling


Remaja (PIK-R)
Silakan melakukan analisis sbb
1. Jelaskan permasalahan kesehatan reproduksi remaja apa saja yang sering terjadi (minimal 3
masalah dan jelaskan singkat: macam, penyebab, upaya mencegah)
2. Apa yang dimaksud dengan GenRe (Generasi Berencana)
3. Jelaskan yang dimaksud dengan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) dan
tujuannya
4. Konsultasi apa saja yang dapat dilakukan dalam PIK/R
5. Jelaskan ayat al Qur’an/hadits yang ada kaitannya dengan permasalahan Remaja
6. Jelaskan peran Bidan dalam PIK/R

JAWABAN
1. Perkembangan Fisik Remaja
Masa pubertas ditandai dengan terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan
fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-
organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa
yang paling penting, berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan dan bermuara dari
perubahan pada sistem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi
organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya
perubahan tubuh. Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari
karakteristik seksual primer dan karakteristik seksual sekunder. Karakteristik seksual primer
mencakup perkembangan organ-organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder
mencakup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin misalnya, pada
remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut-rambut
pubis, pembesaran buah dada, pinggul, sedangkan pada remaja putra mengalami pollutio
(mimpi basah pertama), pembesaran suara, tumbuh rambut-rambut pubis, tumbuh rambut
pada bagian tertentu seperti di dada, di kaki, kumis dan sebagainya. perkembangan
kematangan seksual remaja. Anak remaja putri mengalami pacu tumbuh (penambahan TB
dan BB dengan cepat) sebelum timbulnya tanda seks sekunder, pada usia rata-rata 8-9
tahun, sedangkan menarche terjadi rata-rata pada usia 12 tahun. Pada anak remaja putra,
pacu tumbuh mulai terjadi sedikit lebih lambat pada usia sekitar 10-11 tahun, sedangkan
perubahan suara terjadi pada usia 13 tahun. Penyebab terjadi makin awalnya tanda-tanda
pertumbuhan ini diperkirakan karena faktor gizi yang semakin baik, rangsangan dari
lingkungan, iklim, dan faktor sosio-ekonomi. Perubahan fisik yang terjadi pada masa
pubertas adalah akibat meningkatnya kadar hormone kelamin (sex hormones) yang
diproduksi gonad dan kelenjar adrenal. Kelenjar ini dirangsang oleh hormone gonadotropin
dari kelenjar hipofisis, yang distimulasi oleh rangsangan hormone GNRH dari
hypothalamus, yang baru dilepaskan setelah tercapai kematangan tubuh anak.

Perkembangan Psikologis Remaja

Ketika memasuki masa pubertas, setiap anak telah mempunyai sistem kepribadian yang
merupakan pembentukan dari perkembangan selama ini. Di luar sistem kepribadian anak
seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan informasi, pengaruh media massa, keluarga,
sekolah, teman sebaya, budaya, agama, nilai dan norma masyarakat tidak dapat diabaikan
dalam proses pembentukan kepribadian tersebut. Pada masa remaja, seringkali berbagai
faktor penunjang ini dapat saling mendukung dan dapat saling berbenturan nilai. Masa
remaja merupakan masa yang penuh gejolak, (suasana hati) bisa berubah dengan sangat
cepat. Hasil penelitian menemukan bahwa remaja rata-rata memerlukan hanya 45 menit
untuk berubah dari mood “senang luar biasa” ke “sedih luar biasa”, sementara orang dewasa
memerlukan beberapa jam untuk hal yang sama. Perubahan mood (swing) yang drastis pada
para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau
kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat,
hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran
diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran
diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain yag
membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-
image). Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya
jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi
pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan penyimpangan
perilaku yang mengundang resiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alcohol,
tembakau dan zat lainnya, serta aktivitas pergaulan seksual yang membahayakan. aAlasan
perilaku yang mengundang resiko adalah bermacam – macam dan berhubungan dengan rasa
takut, dianggap tidak cakap, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika
kelompok seperti tekanan teman sebaya.

Perkembangan Kesehatan Reproduksi Remaja

Masa remaja juga dicirikan dengan banyaknya rasa ingin tahu pada diri seseorang dalam
berbagai hal, tidak terkecuali bidang seks. Seiring dengan bertambahnya usia seseorang,
organ reproduksipun mengalami perkembangan dan pada akhirnya akan mengalami
kematangan. Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain
menyebabkan perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja
mulai merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya, misalnya
muncul ketertarikan dengan orang lain dan keinginan untuk mendapatkan kepuasan seksual.
Kematangan organ reproduksi dan perkembangan psikologis remaja yang mulai menyukai
lawan jenisnya serta arus media informasi baik elektronik maupun non elektronik akan
sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual individu remaja tersebut. Sebagai akibat
proses kematangan sistem reproduksi ini, seorang remaja sudah dapat menjalankan fungsi
prokreasinya, artinya sudah dapat mempunyai keturunan. Meskipun demikian, hal ini tidak
berarti bahwa remaja sudah mampu bereproduksi dengan aman secara fisik. Usia reproduksi
sehat untuk wanita adalah antara 20 – 30 tahun. Faktor yang mempengaruhinya ada
bermacam-macam . Misalnya, sebelum wanita berusia 20 tahun secar fisik kondisi organ
reproduksi seperti rahim belum cukup siap untuk memelihara hasil pembuahan dan
pengembangan janin. Selain itu, secara mental pada umur ini wanita belum cukup matang
dan dewasa. Ibu muda biasanya kemampuan perawatan pra-natal kurang baik karena
rendahnya pengetahuan dan rasa malu untuk datang memeriksakan diri ke pusat pelayanan
kesehatan.

Penyimpangan Perilaku Seksual pada Remaja

Salah satu masalah yang sering timbul pada remaja terkait dengan masa awal kematangan
organ reproduksi pada remaja adalah perilaku seks bebas (free sex) masalah kehamilan yang
terjadi pada remaja usia sekolah diluar pernikahan, dan terjangkitnya penyakit menular
seksual termasuk HIV/AIDS. Mengapa Remaja Melakukan Hubungan Seks? Penyebabnya
antara lain tekanan pasangan, merasa sudah siap melakukan hubungan seks, keinginan
dicintai, keingintahuan tentang seks, keinginan menjadi popular, tidak ingin diejek “masih
perawan”, pengaruh media massa (tayangan TV dan internet) yang menampakkan bahwa
normal bagi remaja untuk melakukan hubungan seks, serta paksaan dari orang lain untuk
melakukan hubungan seks. Pergaulan seks bebas berisiko besar mengarah pada terjadinya
kehamilan tak diinginkan (KTD). Kehamilan tak diinginkan (KTD) terjadi karena beberapa
faktor seperti faktor sosiodemografik (kemiskinan, seksualitas aktif dan kegagalan dalam
penggunaan kontrasepsi, media massa), karakteristik keluarga yang kurang harmonis
(hubungan antar keluarga), status perkembangan (kurang pemikiran tentang masa depan,
ingin mencobacoba, kebutuhan akan perhatian), penggunaan dan penyalahgunaan obat-
obatan. Selain itu kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar tentang proses terjadinya
kehamilan dan metode pencegahannya, kegagalan alat kontrasepsi, serta dapat juga terjadi
akibat terjadi tindak perkosaan. KTD berdampak bukan hanya secara fisik, psikis namun
juga sosial. Siswi yang mengalami kehamilan biasanya mendapatkan respon dari dua pihak.
Pertama yaitu dari pihak sekolah, biasanya jika terjadi kehamilan pada siswi, maka yang
sampai saat ini terjadi adalah sekolah meresponnya dengan sangat buruk dan berujung
dengan dikeluarkannya siswi tersebut dari sekolah. Remaja menjadi putus sekolah,
kehilangan kesempatan bekerja dan berkarya dengan menjadi orang tua tunggal dan
menjalani pernikahan dini yang tidak terencana. Kedua yaitu dari lingkungan di mana siswi
tersebut tinggal, lingkungan akan cenderung mencemooh dan mengucilkan siswi tersebut.
Hal tersebut terjadi jika karena masih kuatnya nilai norma kehidupan masyarakat kita.
Akibatnya siswa akan kesulitan beradaptasi secara psikologis, kesulitan berperan sebagai
orang tua (tidak bisa mengurus kehamilan dan bayinya), akhirnya berujung pada stress dan
konflik, aborsi illegal yang lebih lanjut berisiko mengakibatkan kematian ibu dan bayi.

Pengembangan Program Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)

Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja diatas


memerlukan suatu upaya pengembangan program pendidikan kesehatan reproduksi remaja
yang dapat mencakup penyediaan pelayanan klinis, pemberian informasi akurat,
mempertimbangkan kemampuan dan sisi kehidupan remaja, menjamin program yg cocok
atau relevan dg remaja serta utamanya mendapat dukungan masyarakat. Pendidikan KRR
berbasis sekolah merupakan salah satu alternatif strategi yang tepat karena bisa mencakup
semua tantangan diatas. Pendidikan kesehatan reproduksi remaja (KRR) yang dilakukan
oleh sekolah merupakan salah satu upaya untuk membimbing remaja mengatasi konflik
seksualnya. Oleh berbagai pihak, sekolah dan guru dianggap sebagai pihak yang layak
memberikan pendidikan KRR ini. Pendidikan KRR untuk memberikan bekal pengetahuan
kepada remaja mengenai anatomi dan fisiologi reproduksi, proses perkembangan janin, dan
berbagai permasalahan reproduksi seperti kehamilan, PMS, HIV/AIDS, KTD dan
dampaknya, serta pengembangan perilaku reproduksi sehat untuk menyiapkan diri
melaksanakan fungsi reproduksi yg sehat (fisik, mental, ekonomi, spiritual). Pendidikan
KRR dapat diwujudkan dalam penyuluhan, bimbingan dan konseling, pencegahan,
penanganan masalah yang berkaitan dg KRR termasuk upaya mencegah masalah perinatal
yang dapat dialami oleh ibu dan anak yang dapat berdampak pada anggota keluarga lainnya.

Masalah masalah pada remaja


 Bullying 

1. Penampilan fisik
Penyebab bullying pertama yang paling umum adalah akibat dari penampilan fisik.

Ketika seorang anak memiliki penampilan fisik yang dianggap berbeda dengan anak lain
pada umumnya, para bully dapat menjadikannya bahan untuk mengintimidasi anak tersebut.

Penampilan fisik berbeda dapat meliputi kelebihan atau kekurangan berat badan,
menggunakan kaca mata, menggunakan behel, menggunakan pakaian yang dianggap tidak
keren seperti anak-anak lainnya.

2. Ras
Perbedaan ras juga sering kali menyebabkan seorang anak terkena bully.

Hal ini umumnya terjadi ketika seorang anak dengan ras berbeda memasuki satu lingkungan
dan dianggap sebagai minoritas. Beberapa survey dan penelitian juga telah menunjukkan
bahwa bullying akibat ras yang berbeda memang cukup sering terjadi.

3. Orientasi seksual
Orientasi seksual seseorang berbeda-beda dan umumnya seorang anak baru menyadari
orientasi seksual yang berbeda memasuki usia remaja.

Bahkan di beberapa negara yang sudah tidak asing dengan isu LGBT, seseorang yang
teridentifikasi sebagai lesbian, gay, dan transgneder sering kali mendapatkan perilaku bully.
Hal ini yang membuat seseorang cenderung menyembunyikan orientasi seksualnya.

4. Terlihat lemah
Penyebab bullying lainnya adalah ketika seorang anak dianggap lebih lemah dan terlihat tidak
suka melawan.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa bullying melibatkan ketidakseimbangan


kekuatan antara pelaku dan juga korban. Pelaku tentunya merasa sebagai pihak yang lebih
kuat dan dapat mendominasi korban yang lebih lemah.

5. Terlihat tidak mudah bergaul


Selain karena lemah, terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga menjadi
salah satu penyebab menjadi korban bullying.
Individu yang terlihat tidak mudah bergaul dan memiliki sedikit teman juga dapat terlihat
lebih lemah dan membuat bully berpikir dapat mendominasi mereka. Sekelompok bully juga
berpotensi melakukan bully pada kelompok yang dianggap lebih lemah dari kelompok
mereka.

Meskipun karakteristik di atas dapat menjadi penyebab bullying, tapi tentu tidak semua anak
dengan karakteristik tersebut menjadi korban bully. Kondisi tersebut hanyalah merupakan
beberapa gambaran umum.

Penyebab Bullying dari Sisi Pelaku


Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa anak yang memiliki salah satu kriteria
yang dapat memicu bully tidak selalu menjadi korban. Hal ini disebabkan juga karena
terdapat faktor penyebab juga dapat berasal dari sisi pelaku.

Berikut adalah beberapa penyebab bully dari sisi pelaku:

1. Memiliki masalah pribadi


Salah satu pemicu seseorang menjadi bully adalah karena memiliki masalah pribadi yang
membuatnya tidak berdaya di hidupnya sendiri.

Pada anak-anak, penyebab seperti perkelahian berlebihan di rumah, perceraian orang tua, atau
adanya anggota keluarga yang menjadi pecandu narkoba dan alkohol dapat memicu hal ini.
Sedangkan pada orang dewasa, masalah dengan pasangan juga bisa menjadi salah satu
pemicu munculnya perasaan tidak berdaya.

Bullying baik verbal ataupun fisik yang dilakukan bertujuan untuk menunjukkan individu
tersebut memiliki kekuatan. Sehingga rasa tidak berdaya tersebut dapat ditutupi.

2. Pernah menjadi korban bullying


Beberapa kasus menunjukkan bahwa pelaku sebenarnya juga merupakan korban.

Contohnya seperti anak yang merasa di-bully oleh saudaranya di rumah, kemudian anak
tersebut membalas dengan cara mem-bully temannya di sekolah yang ia anggap lebih lemah
dari dirinya.

Contoh lainnya adalah orang yang tertekan akibat bullying di kehidupan nyata dan
menggunakan internet serta dunia maya untuk menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki
kekuatan dengan cara menyerang orang lain.

3. Rasa iri pada korban


Penyebab bullying selanjutnya adalah karena rasa iri pelaku pada korban.

Rasa iri ini bisa muncul akibat korban memiliki hal yang sebenarnya sama istimewanya
dengan sang pelaku. Pelaku mengintimidasi korban agar korban tidak akan lebih menonjol
dari dirinya sendiri.
Selain tidak ingin orang lain menonjol, seseorang juga mungkin melakukan bully untuk
menutupi jati dirinya sendiri. Contohnya seperti anak pintar yang tidak ingin disebut ‘kutu
buku’, sehingga ia lebih dulu menyebut temannya yang pintar sebagai kutu buku.

4. Kurangnya pemahaman
Kurangnya pemahaman dan empati juga dapat menimbulkan perilaku bullying.

Ketika seorang anak melihat anak lain berbeda dalam hal seperti ras, agama, dan orientasi
seksual, karena kurangnya pemahaman, maka mereka beranggapan bahwa perbedaan tersebut
adalah hal yang salah.

Mereka juga beranggapan bahwa menjadikan anak yang berbeda tersebut sebagai sasaran
adalah hal yang benar.

5. Mencari perhatian
Terkadang pelaku tidak menyadari bahwa yang dilakukannya termasuk ke dalam penindasan,
karena sebenarnya apa yang dilakukannya adalah mencari perhatian.

Jenis yang satu ini paling mudah untuk diatasi. Caranya adalah dengan memberikannya
perhatian yang positif sebelum pelaku mencari perhatian dalam dengan cara yang negatif.

6. Kesulitan mengendalikan emosi


Anak yang kesulitan untuk mengatur emosi dapat berpotensi menjadi pelaku.

Ketika seseorang merasa marah dan frustasi, perbuatan menyakiti dan mengintimidasi orang
lain bisa saja dilakukan. Jika sulit untuk mengendalikan emosi, maka masalah kecil saja dapat
membuat seseorang terprovokasi dan meluapkan emosinya secara berlebihan.

7. Berasal dari keluarga yang disfungsional


Tidak semua anak dari keluarga disfungsional akan menjadi pelaku bullying, namun hal ini
kerap terjadi.

Sebagian besar pelaku adalah anak yang merasa kurang kasih sayang dan keterbukaan dalam
keluarganya. Mereka kemungkinan juga sering melihat orang tuanya bersikap agresif
terhadap orang-orang di sekitarnya.

8. Merasa bahwa bullying menguntungkan
Pelaku bully akan tanpa sengaja bisa terus melanjutkan aksinya karena merasa perbuatannya
menguntungkan.

Hal ini bisa terjadi pada anak yang mendapatkan uang atau makanan dengan cara meminta
secara paksa pada temannya. Contoh lain adalah ketika pelaku merasa popularitas dan
perhatian dari setiap orang padanya naik berkat tindakannya tersebut.

9. Kurangnya empati
Penyebab selanjutnya adalah karena kurangnya rasa empati.
Ketika melihat korban, pelakunya tidak merasa empati pada apa yang dirasakan korban,
sebagian mungkin justru merasa senang ketika melihat orang lain rasa kesakitan. Semakin
mendapatkan reaksi yang diinginkan, semakin pelaku bully senang melakukan aksinya.

Jenis-Jenis Bullying

1. Bullying fisik
Physical bullying adalah tindakan penindasan yang berkaitan dengan fisik. Tindakan ini dapat
memberikan efek jangka pendek dan panjang. Perbuatan yang termasuk tindakan bully fisik
seperti:

 Memukul
 Menendang
 Mendorong
 Mencubit
 Menyandung
 Merusak properti

2. Bullying verbal
Verbal bullying adalah perilaku bully yang dilakukan melalui verbal. Umumnya jenis ini
tidak berbahaya pada awalnya, tapi jika terus berlanjut dapat memengaruhi korban. Beberapa
contohnya seperti:

 Memanggil nama
 Menghina
 Mengejek
 Ucapan homophobia atau rasis
 Pelecehan verbal

3. Bullying sosial
Social bullying adalah jenis yang sering kali terselubung. Tindakan ini bisa dilakukan pelaku
tanpa harus terlihat oleh korban. Contoh tindakannya seperti:

 Menyebarkan gosip atau rumor yang tidak benar


 Melempar lelucon jahat yang melakukan
 Mengajak orang lain untuk mengucilkan seseorang
 Memberikan ekspresi atau gestur tubuh yang mengancam atau menghina
 Meniru dengan tujuan untuk menghina atau meremehkan

4. Cyberbullying
Cyberbullying adalah segala jenis penindasan yang terjadi di dunia maya dan perilakunya
seperti:

 Mengiring email atau pesan tertulis, gambar,dan video yang menyakitkan


 Mengucilkan seseorang secara online
 Menyebarkan gossip dan rumor buruk di dunia maya
 Meniru orang lain atau menggunakan akun orang lain tanpa izin.
Ciri Pelaku Bullying
Pelaku bully tidak mengenal usia dan jenis kelamin. Beberapa ciri-ciri pelaku bully yang
mungkin dapat terlihat adalah seperti:

 Memiliki keinginan untuk mengendalikan orang lain.


 Fokus pada diri sendiri
 Memiliki keterampilan sosial yang buruk dan sulit untuk bergaul
 Kurang empati
 Sering merasa tidak aman dan membuat dirinya nyaman dengan cara menggretak atau
mengganggu orang lain
 Kesulitan untuk memahami emosi seperti rasa bersalah, empati, belas kasih, dan
penyesalan.

Meskipun demikian, pelakunya juga kemungkinan memiliki karakter yang berbeda. Ada
pelaku yang secara terang-terangan, tapi sebagian lagi mungkin memilih untuk bersikap
ramah di depan, namun menusuk dari belakang.

Dampak atau Efek Samping Bullying


Faktanya, ada dampak jangka panjang maupun jangka pendek pada korbannya. Berikut
adalah beberapa efek samping bully yang dapat terjadi adalah

 Ketakutan, stres, depresi, atau cemas


 Timbul pemikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri.
 Mengalami masalah di sekolah.
 Memiliki masalah suasana hati, tidur, nafsu makan, dan juga tingkat energi.

Cara Mengatasi Bullying
Ini adalah masalah serius yang perlu diatasi karena dapat memberikan dampak jangka
panjang baik untuk korban dan juga pelaku. Berikut adalah beberapa langkah yang bisa
dilakukan untuk mengatasinya:

 Ceritakan pada orang dewasa yang dapat dipercaya. Ceritakan pada orang tua maupun
guru yang memiliki otoritas untuk menindaklanjutinya.
 Abaikan penindas dan jauhi. Seperti yang disebutkan sebelumnya, penindas akan
merasa senang apabila mendapatkan reaksi seperti yang dia inginkan.
 Tingkatkan keberanian dan rasa percaya diri. Tunjukkan pada lingkungan sekitar
bahwa Anda bukan orang yang lemah dan mudah untuk ditindas.
 Bicara pada pelaku. Tunjukkan bahwa apa yang dilakukan pelaku bukan hal yang
baik dan bahkan berbahaya.
 Bantu teman yang menjadi korban. Jika menyaksikan perilaku bully, jangan diam saja
dan cobalah untuk memberi dukungan pada korban.

2. Pernikahan Dini
Menurut UNICEF, sebuah pernikahan dikategorikan sebagai pernikahan dini (early
marriage) atau juga disebut sebagai pernikahan anak-anak (child marriage) apabila ada salah
satu pihak yang masih berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun atau masih remaja.
Pernikahan dini menjadi salah satu persoalan yang terus dilakukan upaya untuk mengatasinya
karena pernikahan dini menghasilkan banyak dampak negatif, tidak hanya bagi individu yang
melakukan pernikahan dini tersebut, melainkan juga bagi negara karena dengan menikah
dini, banyak anak-anak di Indonesia menjadi putus sekolah, akibatnya angka pengangguran
di Indonesia menjadi meningkat dan kualitas SDM semakin rendah. Sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang masih berlaku saat ini,
masih mengakomodasi usia perkawinan 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun laki-laki.
Penyebab dari pernikahn diri : karena faktor ekonomi, kurangnya tingkat pendidikan, faktor
adat istiadat, dan faktor orang tua
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegaah pernikahan dini diantaranya
1. Memberdayakan anak dengan informasi, ketrampilan, dan jaringan pendukung
lainnya.
Program ini berfokus pada diri anak dengan cara pelatihan, membangun ketrampilan,
berbagi informasi, menciptakan lingkungan yang aman, dan mengembangkan jejaring
dukungan yang baik. Program ini bertujuan agar anak memiliki pengetahuan yang
baik mengenai diri mereka dan agar mereka mampu mengatasi kesulitan sosial dan
ekonomi baik secara jangka panjang maupun jangka pendek.
2. Mendidik dan menggerakkan orangtua dan anggota komunitas
Tujuan utama dari strategi ini ialah untuk menciptakan suatu lingkungan yang baik,
disebabkan karena ditangan keluarga dan anggota masyarakat yang tua-lah keputusan
pernikahan anak dilakukan atau tidak.
3. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan formal bagi anak
pendidikan bagi anak perempuan sangat berkorelasi dengan penundaan usia menikah.
Di sekolah, anak dapat mengembangkan ketrampilan sosial sehingga memungkinkan
adanya perubahan norma mengenai pernikahan dini.
4. Menawarkan dukungan ekonomi dan pemberian insentif pada anak dan keluarganya
5. Membuat dan mendukung kebijakan terhadap pernikahan dini.

3. Seks Bebas
Pas puber rasa ketertarikan kita dengan lawan jenis mulai muncul, sehingga timbul rasa
keinginan untuk berdekatan termasuk melakukan hubungan fisik (seks). Terlepas dari
pengaruh teman, lingkungan, ataupun konten-konten negative di yang bisa kita dapatkan
lewat internet, rasa penasaran yang tinggi tanpa adanya pengetahuan yang benar dari
orang dewasa membuat remaja jadi ingin merasakannya sendiri.
Penyebab dari seks bebas senditi yaitu :

1. Rendahnya pendidikan dan kesadaran diri sendiri


2. Kurang memegang pedoman nilai keagamaan
3. Faktor lingkungan sekitar
4. Keadaan ekonomi dan sosial yang rendah
5. Pengaruh dunia internet dan media sosial

Upaya yang dilakukan untuk mencegah seks bebas

1. Lebih memperdalam llmu agama


2. Menanamkan pada diri sendiri untuk selalu beperilaku dan bertindak positif
3. Hati hati dalam memilih teman
4. Menggunakan media internet untuk hal hal positif
4.Penyalahgunaan Narkoba
Maraknya narkotika dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental dan
sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung
sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Narkoba telah
menyentuh lingkaran yang semakin dekat dengan kita semua. Teman dan saudara kita mulai
terjerat oleh narkoba yang sering kali dapat mematikan.
Penyebab Penyalahgunaan Narkoba

a. Kegagalan yang di alami dalam kehidupan


Tidak memiliki rasa percaya diri ataupun kurang mendapat kasih sayang orang tua dapat
menyebabkan timbulkan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja. Misalnya saja, orang
tua yang terbilang sukses dalam berkarir tetepi kurang memberi perhatian kepada keluarga,
adanya perselisihan di keluarga hingga mengalami kehancuran (Broken Home).

b. Pergaulan yang bebas dan lingkungan yang kurang tepat.


Menurut teori Waddington, mengenai “develope mental land scape”, jika seorang anak di
tempatkan pada suatu lingkungan tertentu, maka sulitlah bagi kalangan tersebut untuk
mengubah pengaruhnya, terlebih lagi jika lingkungan itu sangat kuat mempengaruhi anak
tersebut. Dengan demikian untuk mencegah penggunaan narkoba, maka land scape
(lingkungan) yang baik saat ini adalah lingkungan Islam. Sebagai orang tua seharusnya dapat
memperingatkan anaknya agar tidak bergaul dengan teman yang berakhlak tidak baik.
Kurangnya siraman agama
Untuk memerangi narkoba, upaya yang perlu di lakukan adalah membangkitkan
kesadaran beragama dan menginformasikan hal-hal yang positif dan bermanfaat kepada para
remaja. Karena, pada zaman sekarang ini sangt sedikit para remaja yang sadar akan
pentingnya siraman agama.

d. Keinginan untuk sekadar mencoba


Keyakinan bahwa bila mencoba sekali takkan ketagihan adalah salah satu penyebab
penggunaan narkoba, karena sekali memakai narkoba maka mengalami ketagihan dan sulit
untuk di hentikan. Maka dari itu, bila seseorang ingin terhindar dari narkoba, harus dapat
menjauhkan dirinya dari hal-hal yang memungkinkan untuk mencoba dan bersentuhan
dengan narkoba.

Narkoba Yang Banyak Beredar Di Masyarakat.

Ada banyak jenis narkoba yang beredar di masyarakat yang banyak di salahgunakan oleh
remaja, antara lain:

Ganja, di sebut juga dengan mariyuana, grass/rumput, pot, cannabis, joint, hashish, cimeng.
Heroin, di sebut juga dengan putaw, putih, PT, bedak, etep.
Morfin, yaitu narkoba yang di olah dari candu/opium yang mentah.
Kokain, di sebut juga dengan crack, coke, girl, lady.
Ekstasi, di sebut juga dengan ineks, kancing.
Shabu-shabu, di sebut juga dengan es, ss, ubas, kristal, mecin.
Amphetamin, di sebut juga dengan speed.
Zat Hirup

Berbagai jenis bahan perekat yang di pasarkan sebagai bahan bangunan juga sering kali di
salah gunakan untuk di hirup, antara lain: lem kayu (sejanis aica aibon), cat, thinner.
Obat Penenang, di sebut juga pil koplo

berbagai obat penenang dan obat tidur (anti-insomnia) juga sring di pakai oleh pecandu
narkoba. Obat-obatan in masuk daftar G dan psikotropika, tetapi di perjualbelikan secara
bebas di kios-kios kaki lima.

a. Akibat Penyalahgunaan Narkoba Terhadap Kesehatan.


Secara keseluruhan obat-obatan ini dapat menimbulkan gangguan-gangguan pada sistem
saraf manusia, juga pada organ-organ tubuh manusia. Narkoba juga akan mengakibatkan
kcanduan/ketagihan kepada pemakainya dan apabila pemakaian di hentikan, dapat
mengakibatkan kematian. Ciri-ciri kecanduan antara lain: kejang, sakit perut, badan gemetar,
muntah-muntah, mata dan hidung berair, hilangnya nafsu makan dan hilangnya/berkurangnya
berat badan.

b. Akibat Penggunaan Narkoba Terhadap Lingkungan Di Masyarakat


Penggunaan narkoba dapat menghilangkan kesadaran pemakainya, menyebabkan paranoia
(linglung), juga dapat membuat pemakainya menjadi ganas dan liar sehingga dapat
mengganggu ketentraman di masyarakat.

Untuk mendapatkan barang-barang haram itu, di perlukan tidak sedikit biaya, sehingga dapat
menimbulkan perbuatan-perbuatan kriminal seperti pencurian, perampasan ataupun
pertengkaran dan tidak sedikit pula yang menimbulkan pembunuhan.
Pencegahan Dan Penanggulangan Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

Ada banyak hal untuk mencegah penggunaan narkoba antara lain adalah:

membangkitkan kesadaran beragama, menginformasikan hal-hal positif dan bermanfaat.


Selektif dalam memilih teman.
Selektif dalam memilih makanan dan minuman.
Menghindarkan diri dari lingkungan yang tidak tepat.
Membentuk kelompok-kelompok kecil yang saling mengingatkan.
Bila berhadapan dengan orang/teman yang mulai bersentuhan dengan narkoba, gunakan kasih
sayang untuk menariknya ke jalan hidup yang lebih sehat.
Mengetahui fakta-fakta tentang narkoba termasuk akibat-akibat yang di timbulkan oleh
barang-barang haram tersebut.

2. Program Generasi Berencana (GenRe)merupakan salah satu programyang dikembangkan


oleh Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional(BKKBN) dalam upaya
menciptakan ketahanan keluarga dan mewujudkanpeningkatan kualitas remaja sebagai
implementasi Undang-Undang Nomor 52 Tahun2009, tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. Program ini berdasarkan kepada Peraturan
Kepala BKKBN Nomor: 88/PER/F2/2012, tanggal 2 April 2012tentang Pedoman
PengelolaanPusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIKRemaja/Mahasiswa).
Program GenRe adalah suatu program untuk memfasilitasi remaja belajar memahami dan
mempraktekkan perilaku hidup sehat dan berakhlak guna mencapai Tegar Remaja yaitu
remaja yang berperilaku sehat, terhindar dari resiko Seksualitas, HIV dan AIDS, Narkotika,
menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya, mendewasakan
usia pernikahan, dan bercita-cita mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Program GenRe merupakan inovasi baruuntuk mengatasi masalah remaja.Kegiatan yang
ada dalam program ini sendiri berfokus kepada remaja untuk mempromosikan penundaan
usia kawin, mengutamakan sekolah dan berkarya, sebagaipenyedia informasi kesehatan
reproduksi seluas-luasnya, dan mempromosikanperencanaan kehidupan berkeluarga dengan
sebaik-baiknya. Salah satunya yang dilakukan di kegiatan sekolah melalui Pusat Infromasi
dan Konseling Remaja (PIK Remaja). PIK Remaja ini dikelola dari, oleh dan untuk siswa
sekolah guna memberikan informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta perencanaan
keluarga. Selain itu juga sebagai sarana siswa sekolah untuk berkonsultasi dan
mengembangkan kemauan dan kemampuan positifnya.Keberhasilan Program Generasi
Berencanadalam rangka Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja ini
merupakanwujud dari keberhasilan difusi inovasi pada sosialisasinya kepadaremaja.
Program GenRe ini mempunyai jaringan komunikasi yang kompleks, mulai dari BKKBN
Provinsi, SKPD Kabupaten/Kota, Balai Penyuluh KB/PLKB Kecamatan sebagai pengelola
program ini dan sekolah. Pelaksanaan Program GenRe di Sumatera Barat dilakukan oleh
beberapa unit kerja, antara lain: 1) BKKBN Sumatera bersama SKPD KB Kabupaten/ Kota,
Koodinator Lapangan KB, PLKB yang disebut sebagai Pengelola Program GenRe; 2)
Kepala Sekolah dan Guru BK yang dikenal sebagai Pembina PIK Remaja; 3) Pengelola PIK
Remaja yang terdiri dari siswa sekolah SMP/SMU; 4) Pendidik Sebaya dan 5) Konselor
Sebaya. Pengelola Program GenRe menjalin hubungan kerja dengan antar unit kerja hingga
hingga ke tingkat sekolah (PIK Remaja). Hubungan antar unit kerja yang 4 terkait dalam
program ini menjadi penting untuk membangun materi dan penyebaran informasi yang
terarah. Pengamatan awal penulis menunjukkan Pengelola Program GenRe belum
memahami sepenuhya perannya pada kegiatankegiatan yang ada, seperti tata cara
pelaksanaan maupun tugas dan fungsi unit kerja tersebut. Masih ada unit kerja yang terlibat
dalan Program Generasi Berencana yang belum memahami pesan atau informasi mengenai
program ini. Semestinya Pengelola Program GenRe ini harus mampu menjalin komunikasi
dengan seluruh unit kerja yang terkait dan memahami perannya dalam kegiatankegiatan
yang berkaitan dengan pengelolaan program ini. Sehingga informasi yang disampaikan
menjadi jelas dan berpengaruh terhadap perkembangan PIK Remaja yang ada di Sumatera
Barat. Menurut Kepala Sub Bidang Bina Ketahanan Remaja BKKBN Provinsi Sumatera
Barat unit kerja SKPD Kabupaten/ Kota masih ada yang belum menanggapi serius program
ini karena Program GenRe ini telah diadakan beberapa tahun yang lalu (wawancara awal,
Kamis, 7 Januari 2016).Pengelola Program GenRe diharapkan bisa menghimpun,
mengolah, menyediakan dan mempublikasikan semua informasi yang berhubungan dengan
program ini. Dengan demikian, diharapkan tercipta komunikasi organisasi yang baik antar
unit kerja yang ada dalam hal ini Pengelola Program GenRe itu sendiri, Pembina PIK
Remaja dan Pengelola PIK Remaja.

3. PIK R singkatan dari kata Pusat Informasi dan Konseling Remaja. PIK Remaja/Mahasiswa
adalah salah satu wadah yang dikembangkan dalam program GenRe, yang dikelola dari,
oleh dan untuk Remaja/Mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling
tentang pendewasaan usia perkawinan, 8 fungsi keluarga, TRIAD KRR (seksualitas, HIV
dan AIDS serta Napza), keterampilan hidup (life skills), gender dan keterampilan advokasi
dan KIE.
Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah suatu wadah kegiatan program
PKBR (Penyiapan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja) yang dikembangkan oleh BKKBN
untuk remaja guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang Perencanaan
Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK
Remaja adalah nama generik. Untuk menampung kebutuhan program PKBR dan menarik
minat remaja datang ke PIK Remaja, nama generik ini dapat dikembangkan dengan nama-
nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan selera remaja setempat. PKBR adalah
suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu Remaja yang
berprilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR (Sexualitas, Napza, HIV dan AIDS),
menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga untuk
mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola, dan
sumber informasi bagi teman sebayanya.

PIK Remaja bertujuan untuk memberikan informasi PKBR (Penyiapan Kehidupan


Berkeluarga Bagi Remaja), Pendewasaan Usia Perkawinan, Keterampilan Hidup (Life
Skills), Pelayanan Konseling dan Rujukan PKBR.
Pengertian dan Batasan :
1. Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) adalah suatu wadah kegiatan
program PKBR yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja guna memberikan pelayanan
informasi dan konseling tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja serta
kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. PIK Remaja adalah nama generik. Untuk menampung
kebutuhan program PKBR dan menarik minat remaja datang ke PIK Remaja, nama generik
ini dapat dikembangkan dengan nama-nama yang sesuai dengan kebutuhan program dan
selera remaja setempat.
2. Kesehatan Reproduksi Remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem
reproduksi (fungsi, komponen, dan proses) yang dimiliki oleh remaja baik secara fisik,
mental, emosional, dan spiritual.
3. PKBR adalah suatu program untuk memfasilitasi terwujudnya Tegar Remaja, yaitu
Remaja yang berprilaku sehat, terhindar dari resiko TRIAD KRR (Sexualitas, Napza, HIV
dan AIDS), menunda usia pernikahan, mempunyai perencanaan kehidupan berkeluarga
untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera serta menjadi contoh, model, idola,
dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
4. TRIAD KRR adalah 3 resiko yang dihadapi oleh remaja yaitu resiko-resiko yang
berkaitan dengan Sexualitas, Napza, HIV dan AIDS.
5. Resiko Sexualitas adalah sikap dan perilaku seksual remaja yang berkaitan dengan
Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), aborsi, dan resiko
perilaku seks sebelum nikah.
6. HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, yaitu virus yang
menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia.
7. AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yaitu kumpulan
dari berbagai gejala penyakit akibat turunnya kekebalan tubuh individu yang didapat akibat
HIV.
8. Napza adalah singkatan dari Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya,
yaitu zat-zat kimiawi yang dimaksudkan kedalam tubuh manusia baik secara oral (melalui
mulut), dihirup (melalui hidung), atau disuntik yang menimbulkan efek tertentu terhadap
fisik, mental, dan ketergantungan.
9. Remaja (Adolescent) adalah penduduk usia 10-19 tahun (WHO); Pemuda (Youth) adalah
penduduk usia 15-24 tahun (UNFPA); Orang Muda (Young People) adalah Penduduk usia
10-24 tahun (UNFPA dan WHO); Generasi Muda (Young Generation) adalah penduduk
usia 12-24 tahun (World Bank). Remaja sebagai sasaran program PKBR adalah penduduk
usia 10-24 tahun yang belum menikah.
10. Pendidik Sebaya PKBR adalah remaja yang mempunyai komitmen dan motivasi yang
tinggi sebagai narasumber bagi kelompok remaja sebayanya dan telah mengikuti pelatihan
Pendidik Sebaya PKBR dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum Standar yang telah
disusun oleh BKKBN atau yang sejenis.
11. Konselor Sebaya PKBR adalah Pendidik Sebaya yang punya komitmen dan motivasi
yang tinggi untuk memberikan konseling PKBR bagi kelompok remaja sebayanya yang
telah mengikuti pelatihan konseling PKBR dengan mempergunakan Modul dan Kurikulum
Standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis.
12. Pengelola PIK Remaja adalah pemuda/remaja yang punya komitmen dan mengelola
langsung PIK Remaja serta telah mengikuti pelatihan dengan mempergunakan Modul dan
Kurikulum Standard yang telah disusun oleh BKKBN atau yang sejenis. Pengelola PIK
Remaja terdiri dari Ketua, Bidang Administrasi, Bidang Program dan Kegiatan, Pendidik
Sebaya dan Konselor Sebaya.
13. Pembina PIK Remaja adalah seseorang yang mempunyai kepedulian yang tinggi
terhadap masalah-masalah remaja, memberi dukungan dan aktif membina PIK Remaja, baik
yang berasal dari Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau organisasi
kepemudaan/remaja lainnya.
14. Pendidikan PKBR adalah suatu proses penyampaian informasi atau pendidikan PKBR
yang dilakukan oleh Pendidik Sebaya untuk membantu remaja sebayanya dalam memahami
tentang Perencanaan Kehidupan Berkeluarga Bagi Remaja.
15. Konseling PKBR adalah suatu proses konsultasi dimana seorang Konselor Sebaya
membantu remaja sebayanya untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
PKBR.
16. Tegar Remaja adalah remaja-remaja yang menunda usia pernikahan, berperilaku sehat,
terhindar dari resiko Seksualitas, Napza, HIV dan AIDS, mempunyai perencanaan
kehidupan berkeluarga untuk mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dan menjadi
contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya.
17. Keterampilan Hidup (LifeSkills) menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
Nomor 20 tahun 2003 adalah pendidikan non formal yang memberikan keterampilan non
formal, sosial, intelektual/akademis, dan vokasional untuk bekerja secara mandiri. Life
Skills yang dikembangkan dalam program PKBR lebih ditekankan pada Life Skills yang
berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan mental, keterampilan emosional,
keterampilan spiritual, keterampilan kejuruan (vocational), dan keterampilan menghadapi
kesulitan.

 Tujuan PIK Remaja : Memberikan informasi tentang Program PKBR (8 Fungsi


Keluarga, Triad KRR, Life Skills dan PUP)
 Pelayanan konseling dan rujukan
4. Konsultasi dalam PIK R
Konsultasi yang dapat dilakukan dalam PIK R adalah konsultasi kecantikan, gizi , kemudian
:
 Mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi oleh PIK R/M.
 Menganalisa penyebab permasalahan dan mencari alternatif pemecahan masalah melalui
konsultasi kepada pihak terkait.
 Pembina dapat memfasilitasi dan memberikan bimbingan terhadap masalah-masalah yang
dihadapi oleh pengelola PIK R/M yang bersangkutan.
 Pengelola PIK R/M menindaklanjuti hasil konsultasi bersama pembina dalam pengelolaan
dan pelayanan PIK R/M.
5. Q.S. al-Maidah ayat 90-91

َ‫صابُ َواأْل َ ْزاَل ُم ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َّش ْيطَا ِن فَاجْ تَنِبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬ َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا إِنَّ َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َم ْي ِس ُر َواأْل َ ْن‬
َّ ‫ص َّد ُك ْم ع َْن ِذ ْك ِر هَّللا ِ َو َع ِن ال‬
ْ‫صاَل ِة ۖ فَهَل‬ ْ ْ َ ‫إِنَّ َما ي ُِري ُد ال َّش ْيطَانُ أَ ْن يُوقِ َع بَ ْينَ ُك ُم ْال َعدَا َوةَ َو ْالبَ ْغ‬
ُ َ‫ضا َء فِي ال َخ ْم ِر َوال َم ْي ِس ِر َوي‬
َ‫أَ ْنتُ ْم ُم ْنتَهُون‬

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban


untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka
jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di
antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari
mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan
itu).

QS An-Nur ayat 31 yang artinya


“ Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan
pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain
kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami
mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau
putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera
saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum
mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” .
Menjelaskan untuk kita hati hati dalam bergaul, hendaknya dalam bergaul tetap disertai
dengan rasa istiqamah untuk menjaga diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Sesuai dengan Surah An-Nur dijelaskan bahwa
1) perintah kepada kaum hawa untuk menahan pandangannya
maksud dari menahan pandangan disini bukan berarti kita tidak boleh melihat lawan
jenis kita (lelaki), kita boleh melihat lelaki akan tetapi tanpa sahwat, seperti kita
melihat anak kecil
2) perintah untuk menjaga kemaluannya
3) larangan menampakkan perhiasan, kecuali yang biasa nampak
perhiasan yang biasa tampak adalah cincin, karena yang bukan aurat wanita adalah
muka dan telapak tangan, perhiasan yang biasa dikaki juga tdk boleh ditampakkan, terdapat
dalam kalimat jangan menghentakkan kaki sehingga perhiasan yang tersembunyi kelihatan
4) perintah untuk menutupkan kerudung kedada.
ini jelas, kita harus benar" menutup aurat, bukan hanya memakai jilbab namun hanya sebagai
aksesoris saja

ِ •‫ت• َ•و• ا• ْل• قَ• ا•نِ• تِ• ي• َ•ن• َو• ا• ْل• قَ• ا•نِ• تَ• ا‬
•ِ‫ت• َو• ا•ل•صَّ• ا• ِد• قِ• ي• َ•ن• َو• ا•ل•صَّ• ا• ِد• قَ• ا•ت‬ ِ •‫ت• َ•و• ا• ْل• ُم• ْ•ؤ• ِم• نِ• ي• َ•ن• َ•و• ا• ْل• ُم• ْ•ؤ• ِم• نَ• ا‬
ِ •‫ن ا• ْل• ُم• ْس• لِ• ِم• ي• َ•ن• َ•و• ا• ْل• ُم• ْس• لِ• َم• ا‬
َّ• •ِ‫إ‬

َ •َ‫ص• د•ِّ• قِ• ي• َ•ن• َو• ا• ْل• ُم• ت‬


ِ •‫ص• د•ِّ• قَ• ا‬
•‫ت• َ•و• ا•ل•صَّ• ا•ئِ• ِم• ي• َن‬ •َ •َ‫ت• َ•و• ا• ْل• ُم• ت‬
ِ •‫ت• َو• ا• ْل• َ•خ• ا• ِ•ش• ِ•ع• ي• َ•ن• َ•و• ا• ْل• َ•خ• ا• ِش• َع• ا‬
ِ •‫َ•و• ا•ل•صَّ• ا•بِ• ِر• ي• َ•ن• َ•و• ا•ل•صَّ• ا•بِ• َ•ر• ا‬
•ً‫ت• أَ• َع• د•َّ هَّللا ُ• لَ• هُ• ْ•م• َم• ْغ• فِ• َ•ر• ة‬ ِ •‫ظ• ي• َ•ن• فُ• ُر• و• َج• هُ• ْم• َو• ا• ْل• َ•ح• ا•فِ• ظَ• ا‬
ِ •‫ت• َ•و• ا•ل•ذ•َّ ا• ِك• ِر• ي• َ•ن• هَّللا َ• َك• ثِ• ي• ً•ر• ا• َو• ا•ل•ذ•َّ ا• ِك• َ•ر• ا‬ •ِ •ِ‫ت• َو• ا• ْل• َ•ح• ا•ف‬
ِ •‫َ•و• ا•ل•صَّ• ا•ئِ• َم• ا‬
•ِ •‫َ•و• أَ• ْ•ج• ًر• ا• َع‬
•‫ظ• ي• ًم• ا‬
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang
mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan
yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu',
laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak
menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang
besar.

6. Bidan dapat melakukan penyuluhan tentang PIK R


Melalukan sosialisasi, membuat forum diskusi bersama remaja terkait kesehatan dan
permasalahan pada remaja.
REFERENSI

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/PPM%20PEER%20KRR.pdf
http://scholar.unand.ac.id/23151/3/BAB_I.PDF
http://repository.uin-suska.ac.id/3085/2/BAB%20I.pdf
https://tafsirweb.com/7647-quran-surat-al-ahzab-ayat-35.html
https://doktersehat.com/

Anda mungkin juga menyukai