Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA

TERAPI KOMPLEMENTER

DOSEN PEMBIMBING :
Heri Tri W.,S.Kep.Ns.,M.Kes

KELAS 3E

KELOMPOK 4 :

1. MASKURNIAWAN (201701178)
2. AFIFATUS RIFKHA YULIANI (201701182)
3. FIRDATUL SHAKDIAH (201701186)
4. ALFIYAH ATIKA NOVITA (201701192)
5. SHINTA YUNIA (201701198)
6. DINA ROHMADONI (201701202)
7. ADITYA ARNOFA PUTRA (201701206)
8. FAHMI LAILATUL MAGHFIROH (201701210)
9. DITA ANDAN SARI (201701215)

STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO


ILMU S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami ucapkan pada allah SWT yang telah memberika rahmat nya sehingga
makalah yang berjudul “MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA TERAPI
KOMPLEMENTER” dapat di selesaikan tepat waktu.

Ucapan terimakasih jg kami ucapkan kepada ibu dosen yang telah menuntun kami
belajar keperawatan medical bedah. Serta juga ucapan terimakasih kepada teman-teman yang
setia membantu pengetikan dan pencarian referensi makalah ini.

Kami sadar kami bukanlah manusia sempurna, pasti ada kesalahan yang kami buat.
Oleh karena itu, kritik dan saran para pembaca kami harapkan untuk membaguskan makalah
kami.

Mojokerto, 19 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

I. Kekuatan Manusia..............................................................................................6
J. Hal Pokok Self Healing......................................................................................6
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Terapi komplementer akhir – akhir ini menjadi isu di banyak negara. Masyarakat
menggunakan terapi ini dengan alasan keyakinan, keuangan, reaksi obat kimia dan tingkat
kesembuhan. Perawat mempunyai peluang terlibat dalam terapi ini, tetapi memerlukan
dukungan hasil – hasil penelitian (evidence-based pratice). Pada dasarnya terapi
komplementer telah didukung berbagai teori, seperti teori Nigtingale, Roger, Leininger, dan
teori lainnya. Terapi komplementer dapat digunakan di berbagai level pencegahan perawat
dapat berperan sesuai kebutuhan klien.

Perkembangan teori komplementer akhir – akhir ini menjadi sorotan banyak negara.
Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan kesehatan
di amerika serikat dan negara lainnya (snyder & linquis 2002). Estimasi di amerika serikat
627 juta orang pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang mengunjungi praktik
konvensional ( Smith et al, 2004). Data lain menyebutkan terjadi peningkatan jumlah
pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun1991 menjadi 42% di tahun
1997 (Elsenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

B. Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?


b. Apa klasifikasi terapi komplementer?
c. Bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi?
d. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer.


b. Untuk mengetahui apa klasifikasi terapi komplementer.
c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi.
d. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Menurut kamus besar bahasa indonesia, Terapi adalah usaha untuk memulihkan
kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit. Komplementer
adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempuernakan. Menurut WHO ( World Health
Organization). Pengobatan komplementer adalah pengobatan non-konvesional yang bukan
berasal dari negara yang bersangkutan, sehingga untuk indonesia jamu misalnya, bukan
termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan
tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan
diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tetapi di Philipina misalnya, jamu
Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

Terapi Komplementer  adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai


pendukung kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain
diluar pengobatan medis yang Konvensional.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan definisi pengobatan Komplementer


tradisional-alternatif adalah pengobatan non konvensional yang di tunjukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi upaya promotiv,preventive,kuratif, dan
rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan
evektivitas yang tinggi berandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima dalam
kedokteran konvensional. Dalam penyelenggaraannya harus sinergis dan terintregrasi dengan
pelayanan pengobatan konvensional dengan tenaga pelaksanaanya dokter,dokter gigi, dan
tenaga kesehatan lainnya yang memiliki pendidikan dalam bidang pengobatan komplementer
tradisional-alternatif. Jenis pengobatan komplementer tradisional-alternatif yang daoat
diselenggarakan secara sinergis dan terintergrasi harus di tetapkan oleh menteri kesehatan
setelah memalui pengkajian.

Untuk mendukung penyelenggaran pengobatan tersebut Kementrian Kesehatan telah


menerbitkan keputusan menteri kesehatan No. 1076/Menkes/SK/2003 tentang pengobatan
tradisional dan peraturan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/PER/X/2007 tentang
penyelenggaraan pengobatan komplementer –alternatif difasilitas kesehatan pelayanan
kesehatan, jenis pengobatan tenaga pelaksana termasuk tenaga asing.

B. Kegunaan Terapi Komplementer

Para pengidap HIV (Human Immunodeficiency Virus), dengan pemenuhan nutrisi dan


ketenangan spiritual bisa memperpanjang harapan hidup mereka. Terapi alternatif
komplementer, seperti; akupunktur, akupressur, meditasi, dan mengomsumsi tanaman obat
dapat menambah daya tahan tubuh dan pertumbuhan sel-sel imun. Pernyataan ini pernah
dikemukakan oleh Putu Oka Sukanta, akupunturis sekaligus pembicara dalam talk show yang
diadakan Indonesia HIV Prevention and Care Project (IHPCP) di Indonesia Sehat Expo 2007,
Jakarta Convention Center, Rabu (24/10). Menurut Putu Oka Sukanta, ketenangan spiritual
dan nutrisi peningkat daya tahan membuat virus lebih jinak dan memperlambat
perkembangannya dalam tubuh manusia, sehingga memberi kesempatan CD4 yaitu sel
pembentuk daya tahan tubuh  untuk berkembang dan memperbanyak diri.

Akupunktur dan akupressur diberikan untuk memperkuat organ-organ vital, seperti;


paru-paru, ginjal, lambung, dan limpa, pada masa awal infeksi HIV. Sebelum daya tahan
tubuh dan sel- sel CD4 turun karena infeksi HIV, organ penting tersebut harus kuat,” kata
Putu Oka. Untuk penderita HIV, keempat organ vital tersebut harus dijaga daya tahannya
karena memiliki fungsi penting, seperti paru-paru yang berfungsi mengikat oksigen, lambung
untuk mengolah makanan yang masuk, dan limpa yang berguna untuk menyerap sari-sari
makanan. Dengan akupressur, tambah Putu Oka, titik-titik tubuh yang berhubungan dengan
organ vital tersebut dipijat untuk menguatkan fungsi organ.

Selain dengan teknik akupressur dan akupunktur, konsumsi tanaman obat juga
membantu penguatan fungsi organ vital. Pegagan misalnya, digunakan untuk regenerasi sel
pembentuk daya tahan tubuh dan juga untuk menguatkan fungsi ginjal,” kata Putu Oka yang
juga mengelola Taman Sringanis, pelestari tanaman obat dan pengembang kesehatan alami.
Selain pegagan, tanaman penguat daya tahan tubuh adalah meniran. “Reaksi pertama yang
ditunjukkan pengidap HIV adalah penyangkalan dan stres. Padahal stres merupakan
penyebab vital menurunnya daya tahan tubuh,” kata Putu Oka. Untuk mempertahankan
ketenangan batin pengidap HIV, diperlukan suatu metode, seperti meditasi dan oleh napas
untuk membantu penderita menenangkan diri. Teknik olah napas saat meditasi membantu
paru-paru mengikat oksigen. Idong salah satu pasien pengidap HIV yang telah mengikuti
terapi komplementer, mengaku sangat merasakan manfaat positifnya. “Dengan mengikuti
meditasi, olah napas, dan mengonsumsi tanaman obat, CD4 saya selalu di atas 600. Padahal
umumnya penderita HIV hanya memiliki CD4 di bawah 500,” kata Idong. Dia mengaku
sampai kini belum mengonsumsi antiretroviral (ARV) karena kadar CD4-nya belum di
bawah 200. ARV sendiri hanya digunakan bagi mereka yang kadar CD4-nya di bawah 200.
ujarnya.

C. Strategi dalam menjalankan terapi komplementer

Setiap melakukan tindakan atau rencana, kita sudah barang tentu akan berhadapan
dengan sebuah strategi. Strategi ini akan menentukan arah perjalanan tindakan atau rencana
yang akan kita lakukan. Termasuk salah satunya adalah bagaimana strategi kita ketika ingin
mendirikan terapi komplementer.

Strategi merupakan suatu kelompok keputusan, tentang tujuan-tujuan apa yang akan
diupayakan pencapaiannya, tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan, dan bagaimana
memamfaatkan sumber-sumber daya guna mencapai tujuan tersebut” (Jones, et al.,
2003:2001)
Konsep strategi merupakan sebuah konsep yang perlu dipahami dan diterapkan oleh
setiap entrepreneur maupun setiap manajer, dalam segala macam bidang usaha. Sejak
beberapa tahun yang lampau, pengertian strategi makin banyak mendapatkan perhatian dan
dibahas dalam literatur dalam menajemen. Aneka macam artikel bermunculan sehubungan
dengan misalnya: strategi asortimen, produk-strategi, permasalahan strategi, sampai dengan
diversifikasi-strategi bisnis. Di dalam mendirikan terapi komplementer sendiri, kita juga bisa
berlandas pada elemen esensial sebagai berikut:

1. Tentukan terlebih dahulu tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang paling penting yang
perlu dicapai.
2.  Kebijakan yang paling penting yang mengarahkan atau membatasi kegiatan.
3. Tahapan-tahapan tindakan pokok atau program yang akan mencapai tujuan yang
ditetapkan di dalam batas-batas yang digariskan

D. Jenis – jenis terapi komplementer

1. Nutrisi ( Nutritional Therapy)


2. Terapi Herbal ( Herbal Therapi )
3. Terapi Spiritual berbasis Doa (spiritual therapy based on prayer )
4. Terapi psiko-somatik (mind-body therapy)

E. Macam Terapi Komplementer

Terapi komplementer ada yang invasif dan non-invasif. contoh terapi komplementer
invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang menggunakan jarum dalam
pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi energi (reiki, chikung, tai chi,
prana, terapi suara). terapi biologis (herbal, terapi nutrisi, food combining, terapi jus, terapi
urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan modalitas, akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki,
rolfing, dan terapi lainnya (Hitchcock et al.,1999)

National Center for Complementary/Alternative Medicine (NCCAM) membuat


klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. kategori pertama,
mind-body therapy yaitu memberikan intervensi dengan berbagai teknik untuk memfasilitasi
kapasitas berfikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi tubuh misalnya perumpamaan
(imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor,tai chi, dan terapi seni.
kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatkan pelayanan biomedis berbeda dari barat misalnya pengobatan
tradisional cina, ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo, homeopathy, naturopathy.

Kategori ketiga dan klasifikasi NCCAM adalah terapi biologis, yaitu natural dan praktik
biologis dari hasil-hasilnya misalnya herbal, makanan). kategori keempat adalah terapi
manipulatif dari sistem tubuh. Terapi ini didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh
misalnya pengobatan kiropraksi, macam-macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta
hidroterapi. terakhir, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. terakhir, terapi energi yaitu
terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau mendatangkan energi
dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan sentuhan, reiki, external qi gong,
magnet. klasifikasi kategori kelima ini biasanya dijadikan satu kategori berupa kombinasi
antara biofield dan bioelektromagnetik (snyder & lindquis,2002)

Klasifikasi lain menurut Smith et al (2004) meliputi gaya hidup (pengobatan holistik, nutrisi),
botanikal (homeopati, herbal, aromaterapi), manipulatif (kiropraktik, akupresur &
akupunktur, refleksi, massage), mind-body (meditasi, guided imagery, biofeedback, color
healing, hipnoterapi). jenis terapi komplementer yang diberikan sesuai dengan indikasi yang
dibutuhkan. contohnya pada terapi sentuhan memiliki beberapa indikasinya seperti
meningkatkan relaksasi, mengubah persepsi nyeri, menurunkan kecemasan, mempercepat
penyembuhan, dan meningkatkan kenyamanan dalam proses kematian (Hitchcock et al.,
1999)

Jenis terapi komplementer banyak sehingga seorang perawat perlu mengetahui


pentingnya terapi komplementer. perawat perlu mengetahui terapi komplementer diantaranya
untuk membantu mengkaji riwayat kesehatan dan kondisi klien, menjawab pertanyaan dasar
tentang terapi komplementer dan merujuk klien untuk mendapatkan informasi yang reliabel,
memberi rujukan terapis yang kompeten, ataupun memberi sejumlah terapi komplementer
(snyder & Lindquis, 2002). selain itu, perawat juga harus membuka diri untuk perubahan
dalam mencapai tujuan perawat integratif (fontaine,2005)

F. Diagnostik Simpel

1. pemeriksaan melihat mulut (tekstur, warna)

2. pemeriksaan melihat telapak tangan

3. pemeriksaan melihat kuku

4. pemeriksaan melihat wajah

5. pemeriksaan kulit (warna, rasa)

6. akupunktur diagnostik

7. iridologi

8. pulsasio

G. Pengobatan Sesuai Fitrah

1. mengutamakan ruhani

2. mengembalikan kemampuan tubuh

3. menghindari obat-obatan anorganik

4. memahami fithrah tubuh

 panas badan
 diare
 bersin & batuk

H. Dua penyebab utama penyakit

1. spiritual

 stress/depresi
 gangguan metafisik
 penyakit hati
 penyebab aneka penyakit
 penyakit tidak bisa disembuhkan

2. perut (sembelit)

I. Kekuatan manusia

 spiritual/ruhani/kalbu (50%)
 mental/akal 20%
 emosi/nafsu 20%
 fisik (10%)
tidur cukup, makanan sehat, olahraga

J. Hal pokok self healing

1. tenang pikiran dan berfikir positif

2. lurus tulang belakang

3. senam pernafasan

4. senam harian dan olahraga hingga mandi keringat 2x seminggu

5. minum air putih sehat min. 10 gelas sehari

6. pengaturan pola makanan

7. tidak makan terlalu kenyang

8. minum natural herbal

9. tidak tidur sore hari (ashar-maghrib)

10. tidak minum pada saat makan (jeda 1 jam)

11. memperbanyak makan buah dan sayur, dan mempersedikit makan daging
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem
pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.
Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, peran sebagai advokat (pembela) klien, peran edukator, peran
researcher.

B. Saran
1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang terapi
komplementer.
2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer
DAFTAR PUSTAKA

Snyder, M. & Lindquist, R. 2002. Complementary/Alternative Therapies In Nursing. 4th Ed.


New York: Springer.
Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999. Nurse’s
Handbook Of Alternative And Complementary Therapies. Pennsylvania : Springhouse
Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. 2004. Clinical Nursing Skills: Basic to Advanced Skills.
New Jersey : Pearson Prentice Hall.
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Diakses dari :
http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article
Gusti. 2016. Prinsip Keperawatan Holistik dalam Terapi Komplementer. Diakses dari :
http://gustinerz.com/prinsip-keperawatan-holistik-dalam-terapi-komplementer/

Anda mungkin juga menyukai