BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman
hayati,misalnya ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak
dilakukan oleh masyarakat. Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu
komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat. kebutuhan
masyarakat pada ikan lele mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut
budidaya ikan lele mengalami peningkatan dan banyak diminati masyarakat.
karena budidaya ikan lele yang mudah dan tidak membutuhkan perlakuan khusus
seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga yang mudah, pula memberikan
keuntungan yang besar. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
teknologi budidaya relatif mudah dikuasaioleh masyarakat. Budidaya ikan lele
yang mudah dan memiliki keuntungan besar banyak diminati para pengusaha
agribisnis. Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya
perikanan yang semakin berkembang (Wari, 2017).
Budidaya ikan lele (Clarias batrachus) berkembang pesat dikarenakan
teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya
relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat
dibudidayakan dilahan sempit dengan padat tebar tinggi. Beberapa tahun terakhir
budidaya ikan lele (Clarias batrachus) telah banyak dikembangkan secara
intensif. Kegiatan budidaya ikan secara intensif menerapkan padat tebar yang
tinggi dan pemakaian pakan buatan berkadar protein tinggi. Permasalahan utama
dalam sistem budidaya secara intensif ini adalah konsentrasi limbah budidaya
(ammonia, nitrat dan nitrit) mengalami peningkatan yang sangat cepat dan
beresiko terhadap kematian ikan. Sistem budidaya yang diaplikasikan selama ini
adalah sistem autotrof yang mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan
limbah budidaya terutama dalam bentuk Total Ammonia Nitrogen (TAN) baik
oleh fitoplankton maupun oleh bakteri nitrifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu
sistem yang lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan limbah budidaya yaitu
menggunakan system heterotrof (Kiswari, 2019).
1 Universitas Sriwijaya
2
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pokok-pokok
dasar budidaya atau akuakultur ikan serta proses-proses budidaya yang terjadi
pada organisme air.
2 Universitas Sriwijaya
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, tidak bersisik namun
berlendir dan mempunyai sungut. Ikan lele mempunyai kepala yang panjnag, 6
hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Kepala bagian atas pipih ke
bawah (depressed) dan kepala bagian bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat.
Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang yang berisi alat bantu
pernafasan yaitu arborescent organ dengan bentuk menyerupai dedaunan dan
berwarna merah. Arborescent organ berfungsi untuk mengambil oksigen langsung
dari udara, sehingga ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi dengan
oksigen yang minimum, mulutnya terminal dan lebar dilengkapi kumis sebanyak
empat pasang yang berfungsi sebagai alat peraba yang digunakan pada saat ikan
sedang mencari makan dan mangsanya. Sirip ekor membulat, tidak bergabung
dengan sirip punggung maupun sirip anal (Semuaikan, 2019).
3 Universitas Sriwijaya
4
4 Universitas Sriwijaya
5
5 Universitas Sriwijaya
6
6 Universitas Sriwijaya
7
2.4.3. Suhu
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda.Suhu merupakan
salah satu besaran pokok. Satuan suhu dalam SI adalah Kelvin (K). Adapun
satuan suhu lainnya adalah derajar Reamur , derajat Celcius , dan derajat
Fahrenheit. Satuan suhu tersebut biasanya tertuliskan dalam alat ukur suhu yang
dinamakan termometer. Prinsip kerja dari termometer adalah terjadinya perubahan
zat yang disebabkan panas. Stratifikasi suhu di suatu perairan berperan penting
dalam proses ekologis badan air. Perubahan tersebut seperti perubahan volume
karena adanya pemuaian, perubahan warna, atau perubahan nilai hambatan listrik
suatu bahan. Termometer terdiri dari dua bagian, yaitu pipa kecil hampa
udara dan zat cair pengisi tabung thermometer. Tabung termometer dibuat dari
bahan tembus pandang dan angka pemuaian kecil (Siregar, 2016).
Zat cair pengisi tabung termometer harus memiliki ciri-ciri mempunyai
pemuaian yang teratur, mudah dilihat, dan tidak membasahi dinding. Berdasarkan
ciri-cirinya, raksa dan alkohol memiliki ciri yang tepat sebagai bahan pengisi
termometer. Pada umumnya, raksa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Adanya nilai yang terukur ketika menggunakan termometer maka diperlukan
adanya skala pada termometer.Penggunaan skala pada termometer menggunaan
dua titik acuan, yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas. Titik tetap bawah
menggunakan es murni yang sedang melebur pada tekanan 1 atmosfer. Titik tetap
atas menggunakan air mendidih pada tekanan 1 atmosfer (Romimohtarto, 2010).
7 Universitas Sriwijaya
8
2.5. Penggaraman
Pengelolaan kolam yang sukses membutuhkan pemahaman tentang peran
unsur hara dan parameter kualitas air lainnya, serta pemantauan berkala terhadap
kondisi lingkungan di dalam ekosistem kolam. Kualitas air sering diabaikan
dalam pengelolaan kolam, dan kualitas air yang buruk dapat menyebabkan
masalah umum, misalnya jumlah alga yang berlebihan, pertumbuhan tanaman
yang berlebihan, bau tidak sedap, atau ikan yang mati dan sekarat. Garammampu
membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (whitespot), jamur danbakteri
lainnya.Terakhirgaram mudah didapat dan mudah dibeli,sehingga bisa tersedia
setiap saat padawaktu diperlukan.Dosis dan Cara Pemberian Garam sudah lama
digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu jugakerap digunakan
sebagai anti jamur atau fungisida (Ratnawati, 2008).
Beberapa dosis penggunaan garam adalah sebagai profilaktik, atau sebagai
tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan
garam sebanyak 1-2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1-2 gram per
liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1-0.2%. Dosis sebagai “jamu” ini
digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya
menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan
sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan
mudah melakukan pemulihan. Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan
atau bakteri untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %,
atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Larutan ini diberikan sedikit demi sedikit
sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24-48 jam (Stum, 2012).
8 Universitas Sriwijaya
9
9 Universitas Sriwijaya
10
10 Universitas Sriwijaya
11
BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.2. Bahan yang digunakan pada saat praktikum
No Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
1 Air Sumur - Digunakan untuk mengisi air kolam.
Digunakan untuk proses penggaraman air
2 Garam Krosok 500 g
kolam.
3 Benih Ikan Lele 50 ekor Untuk dikembang biakan.
4 Pellet pf-1000 1 kg Untuk pakan ikan
11 Universitas Sriwijaya
12
3.3.2. Penebaran
Padat tebar ikan disesuaikan dengan jenis,ukuran dan target lama waktu
pemeliharaan ikannya. Benih ikan yang akan ditebar terlebih dahulu perlu
dilakukan proses aklimatisasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stress
ikan yang dipelihara. Prosedur aklimatisasi benih ikan yaitu memasukkan benih
ikan yang masih berada di dalam wDh sebelumnya ke dalam air tempat
pemeliharaan sedikit demi sedikit hingga benih terlihat sudah dapat beraktifitas
normal. Benih ikan tersebut dibiarkan keluar sendirinya.
12 Universitas Sriwijaya
13
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun hasil yang diamati pada praktikum kali ini adalah :
4.1.1. Tabel Sampel Ikan
Sampel Ikan Awal Akhir
P B P B
5,5 cm 9,5 gram 12,5 cm 20,5 gram
13 Universitas Sriwijaya
14
4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami memelihara ikan lele (Clarias batrachus) yang
berjumlah 50 ekor dengan panjang awal 4-5 cm. kelangsungan hidup atau sintasan
(survival rate)adalah persentase jumlah biota budidaya yang hidup dalam kurun
waktu tertentu. Sebelum dilakukannya proses pembesaran, langkah awal dalam
praktikum ini adalah menyiapkan wadah budidaya. Wadah budidaya yang dipakai
dipraktikum ini menggunakan wadah budidaya jenis kolam terpal yang berukuran
1x1x1 m3 dengan ketinggian air 50 cm. Setelah selesainya persiapan kolam
budidaya, selanjutnya dilakukan pemberian garam krosok, bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme berbaya seperti patogen, untuk menetralkan pH, dan
fungsi lainnya. Dosis yang digunakan untuk garam krosok ini yakni 500 gram.
Jumlah tebar ikan lele pada kolam budidaya jenis terpal ini sebanyak 50 ekor.
Sebelum proses penebaran benih, dilakukan terlebih dahulu aklimatisasi. Di dalam
kegiatan budidaya pH yang baik yaitu minimal memiliki pH 5. Istilah sederhana
pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam
suatu waktu, apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu
merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar.
Pada kelompok 2 perbedaan ukuran ikan lele dapat terjadi karena laju
pertumbuhan yang tidak sama antara sesama benih. Benih yang bagus cenderung
dominan dalam hal pergerakan dan perolehan makanan. Faktor alamiah
dipengaruhi oleh sifat genetika, kesehatan dan ketahanan daya tubuh, kesempatan
dan keagresifan mencari makanan.Sedangkan faktor kesengajaan atau kelalaian
adalah akibatpembudidaya yang tidak menyortir atau menyeragamkan ukuran
ikan yang dipelihara.Faktor dominasi ini menjadikan ikan yang memiliki tubuh
lebih besar unggul dalam perebutan makanan dan cenderung menjadi
rakus.Kekurangan makanan, terutama pada ikan karnivora dapat
membukapeluang pemangsaan sesamanya yang berukuran jauh lebih kecil.Dari
data yang didapatkan pertambahan bobot ikan selalu mengalami peningkatan
setiap harinya.Pertambahan bobot dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar.Adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan,
ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan.
14 Universitas Sriwijaya
15
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Dasar-Dasar Akuakultur adalah sebagai
berikut :
1. Penambahan garam krosok dilakukan untuk meningkatkan pH air kolam
dan membunuk bakteri.
2. Kualitas air yang ada di dalam kolam budidaya mempengaruhi
pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.
3. Aerasi sangan diperlukan oleh ikan lele dalam memenuhi kebutuhan
oksigen didalam air.
4. Kualitas benih ikan lele mempengaruhi pertumbuhan ikan yang sedang
dibudidayakan.
5. Warna air hijau menandakan kualitas yang baik.
5.2. Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan agar lebih efektif lagi, harus adanya
pengawasan terhadap pakan, dan pengecekan kualitas kolam sebelum melakukan
praktikum dan lebih memfasilitaskan dengan fasilitas yang lengkap.
15 Universitas Sriwijaya