Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keanekaragaman
hayati,misalnya ikan lele (Clarias Batrachus). Budidaya ikan lele sudah banyak
dilakukan oleh masyarakat. Ikan lele sudah sejak lama menjadi salah satu
komoditas perikanan yang sangat populer di kalangan masyarakat. kebutuhan
masyarakat pada ikan lele mengalami peningkatan. Seiring dengan hal tersebut
budidaya ikan lele mengalami peningkatan dan banyak diminati masyarakat.
karena budidaya ikan lele yang mudah dan tidak membutuhkan perlakuan khusus
seperti ikan lain. Serta memiliki tata niaga yang mudah, pula memberikan
keuntungan yang besar. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi,
teknologi budidaya relatif mudah dikuasaioleh masyarakat. Budidaya ikan lele
yang mudah dan memiliki keuntungan besar banyak diminati para pengusaha
agribisnis. Budidaya ikan lele merupakan salah satu jenis usaha budidaya
perikanan yang semakin berkembang (Wari, 2017).
Budidaya ikan lele (Clarias batrachus) berkembang pesat dikarenakan
teknologi budidaya yang relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya
relatif mudah dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah serta dapat
dibudidayakan dilahan sempit dengan padat tebar tinggi. Beberapa tahun terakhir
budidaya ikan lele (Clarias batrachus) telah banyak dikembangkan secara
intensif. Kegiatan budidaya ikan secara intensif menerapkan padat tebar yang
tinggi dan pemakaian pakan buatan berkadar protein tinggi. Permasalahan utama
dalam sistem budidaya secara intensif ini adalah konsentrasi limbah budidaya
(ammonia, nitrat dan nitrit) mengalami peningkatan yang sangat cepat dan
beresiko terhadap kematian ikan. Sistem budidaya yang diaplikasikan selama ini
adalah sistem autotrof yang mempunyai keterbatasan dalam memanfaatkan
limbah budidaya terutama dalam bentuk Total Ammonia Nitrogen (TAN) baik
oleh fitoplankton maupun oleh bakteri nitrifikasi. Oleh karena itu diperlukan suatu
sistem yang lebih efektif dan efisien dalam memanfaatkan limbah budidaya yaitu
menggunakan system heterotrof (Kiswari, 2019).

1 Universitas Sriwijaya
2

Teknologi bioflok dalam budidaya perairan yaitu memanfaatkan nitrogen


anorganik dalam kolam budidaya menjadi nitrogen organik yang tidak bersifat
toksik. Nitrogen anorganik dapat diubah menjadi protein sel tunggal dengan
adanya penambahan materi karbon di perairan dan dapat dimanfaatkan sebagai
pakan ikan atau udang. Kemampuan bioflok dalam mengontrol konsentrasi
ammonia dalam sistem akuakultur secara teoritis maupun aplikasi telah terbukti
sangat tinggi. Penelitian ini menunjukkan bahwa bioflok memiliki kapasitas yang
besar dalam mengkonversi nitrogen anorganik dalam air, sehingga dapat
memperbaiki kualitas air dengan lebih cepat. Sistem bioflok dalam budidaya
perairan menekankan pada pertumbuhan bakteri pada kolam untuk menggantikan
komunitas autotrofik yang di dominasi oleh fitoplankton (Perikanan, 2019).
Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada
malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-
tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. Ikan lele banyak
ditemukan di benua Afrika dan Asia. Lele merupakan salah satu budidaya
perikanan darat melaui kolam. Kolam adalah petakan pematang yang digali dan
luasnya lebih kecil dari tambak, digunakan untuk pemeliharan ikan yang ada
dipekarangan maupun bukan lahan pekarangan dengan menggunakan air tawar
yang bangunannya dapat dibuat secara permanen maupun non permanen dan
mempunyai bentuk bermacan-macam. Dengan teknologi budidaya lele pada
lahan kering (menggunakan kolam terpal), masyarakat dapat memulai usaha
budidaya ikan lele dengan modal yangtidak begitu besar, teknologi budidayanya
sederhana dan waktu pemeliharaannya relatif singkat (Nuryahya, 2017).

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pokok-pokok
dasar budidaya atau akuakultur ikan serta proses-proses budidaya yang terjadi
pada organisme air.

2 Universitas Sriwijaya
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistematika dan Morfologi Ikan Lele (Clarias gariepinus)


Menurut Saanin (1984) klasifikasi ikan lele (Clarias gariepinus) sebagai
berikut :
kingdom : Animalia
filum : Chordata
kelas : Pisces
ordo : Ostariophysi
famili : Clariidae
genus : Clarias
spesies : Clarias batrachus

Gambar 2.1 Ikan Lele (Clarias batrachus)

Ikan lele secara umum memiliki tubuh yang licin, tidak bersisik namun
berlendir dan mempunyai sungut. Ikan lele mempunyai kepala yang panjnag, 6
hampir mencapai seperempat panjang tubuhnya. Kepala bagian atas pipih ke
bawah (depressed) dan kepala bagian bawah kepalanya tertutup oleh tulang pelat.
Tulang pelat ini membentuk ruangan rongga diatas insang yang berisi alat bantu
pernafasan yaitu arborescent organ dengan bentuk menyerupai dedaunan dan
berwarna merah. Arborescent organ berfungsi untuk mengambil oksigen langsung
dari udara, sehingga ikan lele mampu bertahan hidup dalam kondisi dengan
oksigen yang minimum, mulutnya terminal dan lebar dilengkapi kumis sebanyak
empat pasang yang berfungsi sebagai alat peraba yang digunakan pada saat ikan
sedang mencari makan dan mangsanya. Sirip ekor membulat, tidak bergabung
dengan sirip punggung maupun sirip anal (Semuaikan, 2019).

3 Universitas Sriwijaya
4

2.2. Habitat dan Penyebaran Ikan Lele


Ikan lele merupakan jenis ikan air tawar dan dapat ditemukan di sungai, rawa,
dan sawah. Ikan lele sering bersembunyi di liang-liang tepi sungai tempat habitat
hidupnya. Ikan lele termasuk ikan yang aktif di dasar, dimana hal tersebut dapat
dilihat dari bentuk mulutnya yang agak kebawah. Ikan lele hidup di sungai-sungai
besar dan muara-muara sungai yang terseber di indonesia, india, dan myanmar.
Ikan lele termasuk jenis ikan liar yang mudah beradaptasi terhadap perubahan
lingkungan dan tumbuh normal dalam kolam terbatas. Ikan lele mudah untuk
menyesuaikan diri dengan perairan tenang ataupun mengalir. Perubahan dari
parameter air secara nyata dapat diamati pada tingkah laku ikan (Amri, 2002).
Ikan lele dapat di temukan pada hampir semua perairan tawar misalnya
danau, genangan air dan rawa. Di sungai ikan ini lebih banyak dujumpai pada
tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Habitatnya di sungai dengan
arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Pada siang
hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Ikan lele
memiliki sifat nocturnal yaitu hewan yang lebih aktif beraktivitas dan mencari
makanan di malam hari, dan aktif di malam hari sehingga ikan lele menyukai
tempat-tempat yang terlindung atau gelap (Bachtiar, 2006).

2.3. Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan


Ikan lele termasuk dalam golongan pemakan segalanya (omnivora), tetapi
cenderung pemakan daging (karnivora). Ikan lele dapat menyesuaikan diri untuk
memakan pakan buatan. Ikan lele mempunyai kebiasaan makan di dasar perairan
atau kolam (bottom feeder). Berdasarkan jenis pakannya, ikan lele digolongkan
sebagai ikan yang bersifat karnivora (pemakan daging). Di habitat aslinya hewan
ini memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik serangga, kutu air, dan
larva serangga air. Makanan alami ikan lele yaitu binatang-binatang renik, seperti
kutu-kutu air (Daphnia, Cladosera, Copepoda), cacing-cacing, larva (jentik-jentik
serangga), siput-siput kecil dan bangkai binatang (Bachtiar, 2006).
Lele merupakan ikan yang sangat responsif terhadap pakan. Artinya,
hampir semua pakan yang diberikan sebagai ransum atau pakan sehari-hari akan
disantap dengan lahap. Itulah sebabnya ikan ini cepat besar dalam masa yang
singkat, pemberian pakan yang mengandung nutrisi tinggi untuk menggenjot laju

4 Universitas Sriwijaya
5

pertumbuhannya.Harapannya dalam waktu yang relatif singkat lele dumbo sudah


bisa dipanen dan dipasarkan sebagai ikan konsumsi. Pada habitat aslinya, lele
memakan cacing, siput air, belatung, laron, jentik-jentik, serangga air, kutu air.
Karena bersifat karnivora pakan yang baik untuk ikan lele adalah pakan tambahan
yang mengandung protein hewani. Jika pakan yang diberikan banyak
mengandung protein nabati, pertumbuhan akan lambat. Lele bersifat kanibalisme,
yaitu suka memakan jenis sesamanya (Mahyuddin,2008).

2.4. Kualitas Air


Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air dilihat dari karakteristik fisik,
kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan ukuran kondisi air
relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air seringkali menjadi
ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan kesehatan manusia
terhadap air minum. Kondisi air bervariasi seiring waktu tergantung pada kondisi
lingkungan setempat. Air terikat erat dengan kondisi ekologi setempat sehingga
kualitas air termasuk suatu subjek yang sangat kompleks dalam ilmu lingkungan.
Aktivitas industry seperti manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi
merupakan penyebab utama pencemaran air, juga limpasan permukaan dari
pertanian dan perkotaan (Shandy, 2001).
Standart Kualitas Air adalah Kkarakteristik mutu yang dibutuhkan untuk
pemanfaatan tertentu dari sumber-sumber air. Setiap jenis air dapat diukur
konsentrasi kandungan unsur yang tercantum didalam standard kualitas, dengan
demikian dapat diketahui syarat kualitasnya, dengan kata lain standard kualitas
dapat digunakan sebagai tolak ukur. Standar kualitas air bersih dapat diartikan
sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan standar
kualitas air minum No.492/MENKES/PER/1V/2010 yang biasanya dituangkan
dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan– persyaratan
yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan,
penyakit, gangguan teknis, serta gangguan dalam segi estetika. Peraturan ini
dibuat dengan maksud bahwa air minum yang memenuhi syarat kesehatan
mempunyai peranan penting dalam rangka pemeliharaan.Dengan peraturan ini
telah diperoleh landasan hukum dan landasan teknis dalam hal pengawasan
kualitas air bersih (Irianto, 2006).

5 Universitas Sriwijaya
6

2.4.1. Power of Hydrogen (pH)


Power of Hydrogen (pH) adalah derajat keasaman yang digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan.
Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan
standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional. Air
murni bersifat netral, dengan pH-nya pada suhu 25 °C ditetapkan sebagai 7,0.
Larutan dengan pH kurang daripada tujuh disebut bersifat asam, dan larutan
dengan pH lebih daripada tujuh dikatakan bersifat basa atau alkali. Pengukuran
pH sangatlah penting dalam bidang yang terkait dengan kehidupan atau industri
pengolahan contohnya seperti ilmu kimia, biologi, kedokteran, pertanian, ilmu
pangan, rekayasa (keteknikan), dan oseanografi (Effendi, 2003).
Power of Hydrogen (pH) atau derajat keasaman digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau
benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat
tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman.
Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang
berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya
rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur
dengan pH meter yang berkerja berdasarkan prinsip elektrolit / konduktivitas
suatu larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda
pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH
berdasarkan dari “p”, lambing metematika dari negatif logaritma, dan “H”,
lambang kimia dari unsur Hidrogen (Andayani, 2005).

2.4.2. Oksigen terlarut (DO)


Oksigen terlarut dalam air berfungsi untuk kebutuhan lingkungan bagi
spesies dan kebutuhan konsumsi untuk proses metabolisme ikan. Oksigen terlarut
berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada pencampuran (mixing),
pergerakkan (turbulance) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi dan limbah
yang masuk ke badan air. Hubungan antara kadar oksigen terlarut dengan suhu
adalah semakin tinggi suhu, kelarutan oksigen semakin berkurang. Ikan lele dapat
bertahan hidup dalam kondisi air yang kurang baik (Bachtiar, 2006).

6 Universitas Sriwijaya
7

Kebutuhan normal ikan lele terhadap kandungan oksigen terlarut umumnya


4mg/L. Kadar DO akan menentukan kemampuan kolam dan badan air lainnya
untuk mendukung kehidupan akuatik. Oksigen terlarut dalam air pada konsentrasi
sangat rendah yang diukur dalam bagian per juta (ppm, yang dapat digunakan
secara bergantian dengan miligram per liter. Kolam jarang memiliki DO lebih dari
10 ppm. Sebagian besar oksigen dalam air dihasilkan oleh ganggang dan tanaman
hijau melalui fotosintesis, proses di mana tanaman hijau menggunakan energi
matahari untuk mengubah air dan karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen dan
karbohidrat. Oksigen juga secara alami dimasukkan ke dalam air dari atmosfer
melalui difusi permukaan dan turbulensi yang disebabkan oleh adanya angin yang
membawa oksigen tersebut (Murhananto, 2002).

2.4.3. Suhu
Suhu adalah derajat panas atau dinginnya suatu benda.Suhu merupakan
salah satu besaran pokok. Satuan suhu dalam SI adalah Kelvin (K). Adapun
satuan suhu lainnya adalah derajar Reamur , derajat Celcius , dan derajat
Fahrenheit. Satuan suhu tersebut biasanya tertuliskan dalam alat ukur suhu yang
dinamakan termometer. Prinsip kerja dari termometer adalah terjadinya perubahan
zat yang disebabkan panas. Stratifikasi suhu di suatu perairan berperan penting
dalam proses ekologis badan air. Perubahan tersebut seperti perubahan volume
karena adanya pemuaian, perubahan warna, atau perubahan nilai hambatan listrik
suatu bahan. Termometer terdiri dari dua bagian, yaitu pipa kecil hampa
udara dan zat cair pengisi tabung thermometer. Tabung termometer dibuat dari
bahan tembus pandang dan angka pemuaian kecil (Siregar, 2016).
Zat cair pengisi tabung termometer harus memiliki ciri-ciri mempunyai
pemuaian yang teratur, mudah dilihat, dan tidak membasahi dinding. Berdasarkan
ciri-cirinya, raksa dan alkohol memiliki ciri yang tepat sebagai bahan pengisi
termometer. Pada umumnya, raksa banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari. Adanya nilai yang terukur ketika menggunakan termometer maka diperlukan
adanya skala pada termometer.Penggunaan skala pada termometer menggunaan
dua titik acuan, yaitu titik tetap bawah dan titik tetap atas. Titik tetap bawah
menggunakan es murni yang sedang melebur pada tekanan 1 atmosfer. Titik tetap
atas menggunakan air mendidih pada tekanan 1 atmosfer (Romimohtarto, 2010).

7 Universitas Sriwijaya
8

2.5. Penggaraman
Pengelolaan kolam yang sukses membutuhkan pemahaman tentang peran
unsur hara dan parameter kualitas air lainnya, serta pemantauan berkala terhadap
kondisi lingkungan di dalam ekosistem kolam. Kualitas air sering diabaikan
dalam pengelolaan kolam, dan kualitas air yang buruk dapat menyebabkan
masalah umum, misalnya jumlah alga yang berlebihan, pertumbuhan tanaman
yang berlebihan, bau tidak sedap, atau ikan yang mati dan sekarat. Garammampu
membunuh parasit-parasit bersel tunggal seperti Ich (whitespot), jamur danbakteri
lainnya.Terakhirgaram mudah didapat dan mudah dibeli,sehingga bisa tersedia
setiap saat padawaktu diperlukan.Dosis dan Cara Pemberian Garam sudah lama
digunakan sebagai antiseptik pada akuarium, selain itu jugakerap digunakan
sebagai anti jamur atau fungisida (Ratnawati, 2008).
Beberapa dosis penggunaan garam adalah sebagai profilaktik, atau sebagai
tonik, atau dalam bahasa umum sebagai “jamu” dianjurkan untuk menggunakan
garam sebanyak 1-2 sendok teh garam per 4 liter air, atau sebanyak 1-2 gram per
liter. Atau dengan kata lain sebanyak 0.1-0.2%. Dosis sebagai “jamu” ini
digunakan apabila kita belum tahu persis penyakit apa yang sebenarnya
menjangkiti ikan, atau bisa juga digunakan apabila ikan terluka, stress dan
sejenisnya. Dengan demikian sistem osmoregulasi ikan tetap prima sehingga ikan
mudah melakukan pemulihan. Sebagai perlakuan pengobatan infeksi jamur dan
atau bakteri untuk keperluan ini diperlukan larutan garam dengan konsentrasi 1 %,
atau larutan 10 g garam dan 1 liter air. Larutan ini diberikan sedikit demi sedikit
sehingga konsentrasi tersebut akan tercapai setelah 24-48 jam (Stum, 2012).

2.6. Jenis-Jenis Kolam Pemeliharaan


Kolam merupakan sarana untuk membudidayakan dan memelihara ikan. Jenis
kolam ikan pun sangat beraneka ragam. Kolam merupakan lahan yang dibuat
untuk menampung air dalam jumlah tertentu. Berdasarkan pengertian teknis,
kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat
agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target
produksinya. Jenis kolam yang akan digunakan tergantung sistem budidaya yang
dilaksanakan. Ada tiga sistem budidaya ikan yang biasa dilakukan yaitu kolam
ekstensif, kolam semi intensif dan kolam intensif (Hasibuan, 2012).

8 Universitas Sriwijaya
9

Selain berdasarkan sistem budidanya, jenis kolam ditentukan berdasarkan


proses budidaya dan fungsinya. Jenis kolam yang dibuat yaitu kolam pemijahan,
penetasan, pemeliharaa/pembesaran, dan pemberokan induk. Kolam pemeliharaan
ikan dapat dibedakan menjadi kolam pendederan dan kolam pembesaran. Desain
kolam bisa berbentuk persegi, persegi panjang, lingkaran, trapesium, segitiga
bahkan bentuk tidak beraturan.Bentuk kolam yang umum digunakan adalah
persegi dan persegi panjang. Perlu diperhatikan tentang persyaratan teknis
kontruksi kolam. Kolam yang akan digunakan sebaiknnya mempunyai pematang
kolam, dasar kolam dan pintu air. Pematang kolam dibuat untuk menahan massa
air di dalam kolam agar tidak keluar (Miranti, 2012).

2.6.1. Kolam Tanah


Kolam yang dimaksud adalah kolam yang dibuat dengan cara menggali
tanah atau sawah kemudian mengisinya dengan air. Kolam ini memiliki dinding
dan dasar berupa tanah. Tipe kolam ini cukup banyak pemilihnya bahkan
cenderung paling populer di kalangan petani ikan, karena pembuatannya cukup
mudah dan sederhana, hanya menggali tanah dan mengisinya dengan air. Kolam
tanah kaya akan ion-ion dan mineral dari tanah. Salah satu keunggulan kolam
tanah adalah karena tanah banyak mengandung mineral renik yang penting bagi
nutrisi ikan lele. Tanah juga berfungsi sebagai penstabil ion dalam air. Ketika air
kekurangan ion, tanah akan memberikannya. Ketika air kelebihan ion, tanah akan
mengikatnya. Ikan yang dibiakkan di kolam tanah dapat tumbuh besar dan cepat
daripada ikan yang dibiakkan di kolam terpal (Syamsudin, 1981).
Air kolam tanah tidak cepat bau. Hal ini disebabkan karena kolam tanah
memiliki bakteri yang berfungsi sebagai perombak bahan organik dan penyuplai
mineral bagi bakteri. Luas lahan yang dibutuhkan sangat bergantung dari usaha
yang akan dijalankan. Untuk memperoleh hasil panen 100 Kg Lele konsumsi,
diperlukan lahan seluas ± 30 m². Kolam tanah memiliki beberapa keunggulan dan
kelemahan. Hemat biaya, pakan alami dapat tumbuh dengan mudah dan sesuai
dengan kondisi lele di alam liar. Kelemhan dari kolam air tanah tanah yang
memiliki kerapatan kurang baik akan menyebabkan air rembes ke dalam tanah
sehingga tidak dapat digunakan, hama yang sulit terdeteksi (Fatima, 2018).

9 Universitas Sriwijaya
10

2.6.2. Kolam Terpal


Kolam terpal adalah kolam yang terbuat dari bahan terpal tahan air. Berikut
beberapa keunggulan kolam terpal sebagai media budidaya ikan menurut Gufran
dan Kordi yaitu dapat diterapkan di lahan terbatas, dapat diterapkan di lahan atau
tanah yang porous (tanah yang menyerap air) atau berpasir, biaya investasi murah,
dapat diterapkan di daerah sulit air, pembuatannya praktis, ikan lele yang
dibudidayakan di kolam terpal tidak berbau lumpur, ikan lele yang dibudidayakan
di kolam terpal jarang diserang penyakit dan kelangsungan hidup (Survival Rate)
ikan lele yang dipelihara di kolam terpal lebih tinggi, bisa mencapai 95%.
Kekurangan dari kolam terpal adalah rawan predator, mudah kebanjiran, sulit
membuat saluran outlet, dan membutuhkan investasi yang besar (Miranti, 2012).

2.6.3 Kolam Beton


Kolam Beton adalah kolam yang bagian dasar kolam dan pematangnya di
beton sehingga tidak mudah rusak (permanen). Untuk kolam dengan luasan 100
m², lebar pematang cukup dibuat dengan lebar 30-40cm dengan ketingian 1-1,5m.
Hal yang perlu diperhatikan untuk pembuatan kolam beton diantaranya,
konstruksi dasar kolam harus dibuat melandai ke titik pusat pintu keluar dengan
kemiringan minimal 5°. Saluran pipa pembuangan/ pemasukan air dibuat dengan
pipa PVC 3".Pipa pengeluaran diusahakan agar dapat mengeluarkan lapisan dasar
karena lapisan tersebut banyak mengadung bahanendapan lumpur dari sisa
makanan dan kotoran ikan. Kolam Semen relatif aman dari berbagai hama dan
resiko rusak / kebocoran. Selain itu dari segi estetika, kolam semen jugalebih rapi
dan enak dipandang (Natamirah, 2013).
Kolam beton mempunyai sejumlah keunggulan meliputi, Sistem sirkulasi
pengairan kolam bisa dibuat semaksimal mungkin, baik untuk keperluan
pengeringan atau pun perawatan. Daya tahannya lebih lama, tidak mudah rusak,
dan tidak gampang terkikis atau mengalami kebocoran. Perawatannya lebih
mudah dan biaya yang diperlukan pun lebih murah. Bentuknya bisa dibuat
sedemikian rupa dengan tingkat ketebalan dinding yang relatif tipis untuk
mengoptimalkan ketersediaan lahan. Ketinggian kolam bisa dibangun di atas
ketinggian rata-rata permukaan air tanah (Fatima, 2018).

10 Universitas Sriwijaya
11

BAB 3
PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Waktu Praktikum


Praktikum Dasar-Dasar Akuakultur dilaksanakan pada bulan Februari
sampai Maret tahun 2020, di Laboratorium Kolam Percobaan Budidaya Perairan,
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.1. Alat yang digunakakn pada saat praktikum
NO Nama Alat Spesifikasi Kegunaan
Digunakan untuk menggali,
1 Cangkul 1 buah
membersihkan dan meratakan tanah
Digunakan untuk membersihkan rumput
2 Sabit 1 buah
sekitar kolam
Digunakan untuk membelah dan
3 Parang 1 buah
memotong bamboo
4 Ember 2 buah Digunakan untuk mengangkut air
Digunakan sebagai alas dasar pembuatan
5 Terpal 1 x 1 x 1 m³
kolam agar air kolam tidak bocor
Digunakan untuk mengayam bambu
6 Tali 5 meter
kendang
Digunakan sebagai alat aerasi dari blower
7 Pipa Paralon ½ inc
ke kolam ikan
8 Selang Aerasi 1 ½ meter Digunakan untuk aerasi
Digunakan untuk menangkap ikan ketika
9 Jaring 1 buah
panen dan membersihkan kolam
10 Blower 1 buah Digunakan untuk menyuplai oksigen
Digunakan untuk memecah gelembung
11 Batu aerasi 1 buah
dari blower

Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2.2. Bahan yang digunakan pada saat praktikum
No Nama Bahan Spesifikasi Fungsi
1 Air Sumur - Digunakan untuk mengisi air kolam.
Digunakan untuk proses penggaraman air
2 Garam Krosok 500 g
kolam.
3 Benih Ikan Lele 50 ekor Untuk dikembang biakan.
4 Pellet pf-1000 1 kg Untuk pakan ikan

11 Universitas Sriwijaya
12

3.3. Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum pembesaran Ikan Lele (Clarias batrachus) ialah
sebagai berikut :
3.3.1. Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan
Persiapan dimulai dengan mempersiapkan wadah pemeliharaan.
Pemeliharaan berupa terpal dengan ukuran 1x1x1 m3 yang dipasang rangka
bambu yang dibentuk 1x1x1 m3dengan kedalaman air di dalam jaring adalah
setinggi 50 cm.

3.3.2. Penebaran
Padat tebar ikan disesuaikan dengan jenis,ukuran dan target lama waktu
pemeliharaan ikannya. Benih ikan yang akan ditebar terlebih dahulu perlu
dilakukan proses aklimatisasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat stress
ikan yang dipelihara. Prosedur aklimatisasi benih ikan yaitu memasukkan benih
ikan yang masih berada di dalam wDh sebelumnya ke dalam air tempat
pemeliharaan sedikit demi sedikit hingga benih terlihat sudah dapat beraktifitas
normal. Benih ikan tersebut dibiarkan keluar sendirinya.

3.3.3. Pemeliharaan dan Pemberian Pakan


Sebelum dilakukan pemeliharaan, ikan terlebih dahulu dipuasakan selama
24 jam. Kemudian dilakukan penimbangan dan pengukuran berat dan panjang
tubuh ikan sebagai data awal. Ikan ditebar sebanyak 1 ekor per 2 liter media
(tergantung ukuran ikan yang dipelihara). Pakan diberikan 3 kali sehari (pukul
08.00, 12.00, dan 16.00 WIB) sebanyak 3% dari total bobot ikan. Pakan yang
diberikan selama pemeliharaan, dihitung untuk mengetahui nilai konversi pakan
dan pemeliharaan dilakukan selama 30 hari.

12 Universitas Sriwijaya
13

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Adapun hasil yang diamati pada praktikum kali ini adalah :
4.1.1. Tabel Sampel Ikan
Sampel Ikan Awal Akhir
P B P B
5,5 cm 9,5 gram 12,5 cm 20,5 gram

6,5 cm 6,5 gram 11,5 cm 11,5 gram

4,5 cm 7,5 gram 11,5 cm 14,1 gram

5 cm 5,5 gram 13cm 17,6 gram

5 cm 5,5 gram 13,5 cm 20,5 gram

13 Universitas Sriwijaya
14

4.2. Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami memelihara ikan lele (Clarias batrachus) yang
berjumlah 50 ekor dengan panjang awal 4-5 cm. kelangsungan hidup atau sintasan
(survival rate)adalah persentase jumlah biota budidaya yang hidup dalam kurun
waktu tertentu. Sebelum dilakukannya proses pembesaran, langkah awal dalam
praktikum ini adalah menyiapkan wadah budidaya. Wadah budidaya yang dipakai
dipraktikum ini menggunakan wadah budidaya jenis kolam terpal yang berukuran
1x1x1 m3 dengan ketinggian air 50 cm. Setelah selesainya persiapan kolam
budidaya, selanjutnya dilakukan pemberian garam krosok, bertujuan untuk
membunuh mikroorganisme berbaya seperti patogen, untuk menetralkan pH, dan
fungsi lainnya. Dosis yang digunakan untuk garam krosok ini yakni 500 gram.
Jumlah tebar ikan lele pada kolam budidaya jenis terpal ini sebanyak 50 ekor.
Sebelum proses penebaran benih, dilakukan terlebih dahulu aklimatisasi. Di dalam
kegiatan budidaya pH yang baik yaitu minimal memiliki pH 5. Istilah sederhana
pertumbuhan dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang atau bobot dalam
suatu waktu, apabila ditinjau lebih lanjut maka sebenarnya pertumbuhan itu
merupakan suatu proses biologi dimana banyak faktor yang mempengaruhi
diantaranya faktor dari dalam tubuh ikan maupun faktor dari luar.
Pada kelompok 2 perbedaan ukuran ikan lele dapat terjadi karena laju
pertumbuhan yang tidak sama antara sesama benih. Benih yang bagus cenderung
dominan dalam hal pergerakan dan perolehan makanan. Faktor alamiah
dipengaruhi oleh sifat genetika, kesehatan dan ketahanan daya tubuh, kesempatan
dan keagresifan mencari makanan.Sedangkan faktor kesengajaan atau kelalaian
adalah akibatpembudidaya yang tidak menyortir atau menyeragamkan ukuran
ikan yang dipelihara.Faktor dominasi ini menjadikan ikan yang memiliki tubuh
lebih besar unggul dalam perebutan makanan dan cenderung menjadi
rakus.Kekurangan makanan, terutama pada ikan karnivora dapat
membukapeluang pemangsaan sesamanya yang berukuran jauh lebih kecil.Dari
data yang didapatkan pertambahan bobot ikan selalu mengalami peningkatan
setiap harinya.Pertambahan bobot dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar.Adapun faktor dari dalam meliputi sifat keturunan,
ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan dalam memanfaatkan makanan.

14 Universitas Sriwijaya
15

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Dasar-Dasar Akuakultur adalah sebagai
berikut :
1. Penambahan garam krosok dilakukan untuk meningkatkan pH air kolam
dan membunuk bakteri.
2. Kualitas air yang ada di dalam kolam budidaya mempengaruhi
pertumbuhan ikan yang dibudidayakan.
3. Aerasi sangan diperlukan oleh ikan lele dalam memenuhi kebutuhan
oksigen didalam air.
4. Kualitas benih ikan lele mempengaruhi pertumbuhan ikan yang sedang
dibudidayakan.
5. Warna air hijau menandakan kualitas yang baik.

5.2. Saran
Praktikum selanjutnya diharapkan agar lebih efektif lagi, harus adanya
pengawasan terhadap pakan, dan pengecekan kualitas kolam sebelum melakukan
praktikum dan lebih memfasilitaskan dengan fasilitas yang lengkap.

15 Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai