Makalah Kelompok Fitri Fisiologi Latihan
Makalah Kelompok Fitri Fisiologi Latihan
FISIOLOGI LATIHAN
TERAPI LATIHAN PADA DIABETES MELITUS
Disusun Oleh :
Wanda Olodia Girsang (1911401022)
Fitri Salju Pohan (1911401006)
Muhammad Reza (1911401013
Cindy Cristella (1911202002)
Febriani Laia (1911202004)
Prodi : D3 Fisioterapi
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Terapi
Latihan Pada Diabetes Melitus”.
Terima kasih saya ucapkan kepada bapak/ibu dosen mata kuliah Fisiologi Latihan
yang telah membantu saya baik secara moral maupun materi. Penulis menyadari, bahwa
makalah yang dibuat masih jauh dari kata sempurna baik segi penyusunan,bahasa maupun
penulisannya. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua
pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Penulis berharap, semoga makalah ini bisa menambah wawasan terutama bagi penulis
dan pembaca dan bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah............................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan........................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................
A.Pengertian Diabetes Melitus....................................................................................... 6
B. Jeni-jenis Diabetes Melitus........................................................................................ 6
C. Tanda dan Gejala Diabetes Melitus........................................................................... 7
D. Penyebab Diabetes Melitus.............................................................................................. 10
E. Faktor Risiko Diabetes Melitus.................................................................................. 11
F. Cara Terapi Latihan Diabetes Melitus........................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
Association of Diabetic Educator, 2014). Kegiatan latihan fisik berperan utama dalam
pengaturan glukosa darah. Ketika melakukan latihan fisik (berolahraga), permeabilitas
membran terhadap glukosa meningkat pada otot yang berkontraksi sehingga resistensi
insulin berkurang, dengan kata lain sensitivitas insulin meningkat. Hal ini
menyebabkan kebutuhan insulin akan berkurang, dan dengan demikian kadar
adiponektin pada penderita diabetes mellitus tipe 2 menjadi meningkat (Gibney dkk,
2009).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka menimbulkan rumusan masalah
sebagai berikut.
A. Apa itu Diabetes Melitus
B. Apa saja jenis-jenis Diabetes Melitus
C. Apa saja Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
D. Apa yang menjadi penyebab Diabetes Melitus
E. Apa saja faktor Risiko Diabetes Melitus
F. Bagaimana cara Terapi Latihan untuk Diabetes Melitus
3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka menimbulkan tujuan penulisan sebagai
berikut.
A. Untuk mengetahui apa itu Diabetes Melitus
B. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis Diabetes Melitus
C. Untuk mengetahui apa yang menjadi penyebab Diabetes Melitus
D. Apa saja Tanda dan Gejala Diabetes Melitus
E. Untuk mengetahui apa saja faktor Risiko Diabetes Melitus
F. Untuk mengetahui bagaimana cara Terapi Latihan untuk Diabetes Melitus
5
BAB II
PEMBAHASAN
Jika diabetes melitus tidak diobati dengan perawatan yang tepat, maka dapat
menyebabkan berbagai komplikasi yang berbahaya, bahkan bisa mengancam
nyawa penderitanya.
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah gangguan autoimun yang menyebabkan imun
merusak sel-sel yang memproduksi hormon insulin. Akibatnya, pankreas tidak
dapat memproduksi hormon tersebut sehingga tubuh kekurangan insulin.
Tidak cukupnya kadar insulin dapat meningkatkan kadar glukosa darah.
Kondisi ini umumnya menyerang pasien di bawah usia 40 tahun, terutama
pada masa remaja. Biasanya gejala penyakit ini lebih cepat terdeteksi pada
usia yang lebih muda, terutama pada masa kanak-kanak atau remaja.
Penyebab dari kondisi ini belum jelas. Para ahli menduga bahwa
penyebab penyakit gula tipe 2 mungkin terjadi akibat kombinasi faktor genetik
dan lingkungan. Namun, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi
untuk terkena kondisi ini jika:
6
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah tipe penyakit gula yang paling banyak terjadi.
Angka kejadiannya mencapai 90-95 persen dari semua kasus kencing manis di
dunia. Kondisi ini disebut dengan diabetes awitan dewasa karena lebih sering
terjadi pada orang dewasa.
c. Diabetes gestasional
Diabetes gestational adalah penyakit kencing manis yang hanya terjadi
pada wanita hamil. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah pada ibu maupun
bayinya jika tidak diobati. Jika ditangani cepat dengan baik, kondisi ini
biasanya sembuh total setelah melahirkan.
d. Diabetes labil
Diabetes labil dikenal juga dengan brittle diabetes yang menandakan
bahwa kadar gula dalam darah cukup sulit untuk dikendalikan.Orang dengan
penyakit diabetes melitus ini kadar gula darahnya dapat berubah-ubah dengan
sangat cepat, bisa terlalu tinggi (hiperglikemia) atau terlalu rendah
(hipoglikemia).Orang yang memiliki diabetes tipe 1 berisiko besar mengalami
jenis diabetes ini. Sementara, orang dengan diabetes tipe 2 juga bisa terkena
jika penyakitnya sudah kronis.
7
Gejala diabetes melitus lainnya yang harus Anda sadari:
8
D. Penyebab Diabetes Melitus
Penyakit kencing manis disebabkan karena lemak, hati, dan sel-sel otot
di tubuh Anda tidak merespon insulin dengan benar. Dalam dunia medis,
kondisi ini disebut dengan resistensi insulin. Resistensi insulin sendiri
membuat sel tidak bisa menerima gula darah untuk kemudian diolah menjadi
energi. Hal ini membuat tubuh menganggap bahwa ia sedang kekurangan gula
sehingga memecah glikogen kembali. Pada akhirnya, gula akan terus
menumpuk di dalam darah dan terjadilah kadar gula darah tinggi yang disebut
dengan hiperglikemia.
9
d. Penyebab diabetes labil
Diabetes labil terjadi akibat berbagai hal yang memicu perubahan
kadar glukosa darah secara drastis. Hal-hal yang menyebabkan perubahan gula
darah tersebut antara lain tidak mengecek gula darah atau tidak minum obat
seperti yang dianjurkan dokter.
latihan fisik pada penderita DM tipe 2 dengan kadar glukosa darah non-
optimal
1. Hiperglikemia
Pasien dengan DMT2 dan kadar glukosa darah yang meningkat (> 300
mg/dL atau 16, mmol/L) namun tanpa ketosis (keton dalam urin), dapat
tetap menjalani program latihan, asalkan ia tidak merasakan keluhan
apapun. Jika tidak dapat memastikan adanya ketosis, yang terbaik untuk
dilakukan adalah menunda latihan sampai kadar glukosa darah terkendali.
10
Hidrasi yang adekuat sangat diperlukan. Jika hiperglikemia terjadi setelah
makan, individu dengan DMT2 masih akan mengalami penurunan kadar
glukosadarah selama latihan aerobik karena tingkat insulin endogen (yang
berasal dari dalam tubuh) kemungkinan masih akan meningkat pada saat
itu.
karbohidrat tergantung pada durasi dan intensitas latihan serta hasil
pemantauan kadar glukosa darah. Dokter kadang-kadang
menginstruksikan pasien untuk mengurangi dosis obat / insulin sebelum
melakukan program latihan intensitas berat dengan durasi > 1 jam.
Hipoglikemia yang terjadi lambat (later-onset hypoglycemia) adalah
sesuatu yang lebih mengkhawatirkan akibat simpanan karbohidrat
(misalnya, glikogen otot dan hati) habis digunakan selama latihan fisik
yang baru saja dilakukan. Pada pengguna insulin atau pengguna obat
perangsang produksi insulin,latihan intensitas tinggi (misalnya latihan
beban yang berat atau latihan interval berulang) terutama dapat
mengakibatkan penurunan glikogen otot yang bermakna, sehingga
meningkatkan risiko terjadinya hipoglikemia pasca latihan. Oleh karena
itu, konsumsi 5-30 g karbohidrat dalam waktu 30 menit setelah
melakukan latihan intensitas tinggi, akan menurunkan risiko terjadinya
hipoglikemia dan membantu pemulihan glikogen otot yang lebih efisien.
a. Frekuensi
Latihan aerobik dilakukan sedikitnya 3 hari dalam seminggu
dengan jarak antar latihan tidak lebih dari 2 hari yang berturut-turut
karena efek latihan yang bersifat sementara dalam memperbaiki kerja
insulin. Rekomendasi sekarang bagi orang dewasa pada umumnya
adalah 5 sesi latihan intensitas sedang dalam seminggu.
b. Intensitas
Latihan aerobik yang dilakukan sedikitnya intensitas sedang, yaitu
sekitar 64-76 % denyut jantung maksimal (HR max). Bagi sebagian
besar pasien DMT2, latihan fisik seperti jalan cepat, bersepeda dan
renang, termasuk dalam latihan dengan intensitas sedang.
c. Durasi
Individu dengan DMT2 harus melakukan latihan aerobik minimal
150 menit per minggu dengan intensitas sedang atau berat. Aktivitas
aerobik dapat dilakukan dalam sesi pendek dengan durasi sedikitnya 10
menit per sesi dan sesi ini dapat dilakukan sepanjang minggu. Latihan
aerobik 150 menit per minggu dengan intensitas sedang berhubungan
dengan menurunnya angka kesakitan dan angka kematian dalam
penelitian observasional pada berbagai jenis populasi. Beberapa manfaat
bagi sistem kardiovaskular dan kadar glukosa darah dapat dicapai
dengan volume latihan yang lebih rendah (namun dosis minimal belum
pernah ditetapkan), tapi dengan melakukan latihan dengan durasi
melebihi anjuran minimal, lebih banyak manfaat akan diperoleh.
11
Latihan Kekuatan Otot Atau Beban Pada Dm Tipe 2.
a. Frekuensi
Latihan beban harus dilakukan setidaknya dua kali seminggu
pada hari yang tidak berturut-turut, tetapi lebih idealnya tiga kali
seminggu, sebagai bagian dari program aktivitas fisik untuk individu
dengan DMT2, bersamaan dengan latihan aerobik yang teratur.
b. Intensitas
Untuk memperoleh manfaat yang optimal dalam meningkatkan
kekuatan dan kerja insulin, intensitas latihan yang dilakukan sebaiknya
intensitas sedang (50% dari 1 repetisi maksimal, atau 1-RM) atau berat
(7580% dari 1-RM). Latihan sendiri di rumah
Tanpa didampingi tenaga profesional mungkin kurang efektif untuk
mempertahankan kontrol glukosa darah tapi cuku untuk menjaga massa
dan kekuatan otot.
c. Waktu
Setiap sesi pelatihan setidaknya harus mencakup 5-10 latihan yang
melibatkan kelompok kelompok otot utama (tubuh bagian atas,
tubuh bagian bawah, dan core/inti) dan melibatkan 10-15 repetisi
per set di tahap awal pelatihan. Seirin waktu, berat beban dapat
semakin bertambah sehingga hanya dapat diangkat sebanyak 8-10
kali. Untuk meningkatkan kekuatan otot secara optimal,
dianjurkan untuk melakukan setidaknya satu set pengulangan
hingga mendekati kelelahan hingga 3-4 set.
d. Tipe
Latihan kekuatan menggunakan esin dan beban (misalnya
dumbbells dan barbel) dapat memberikan manfaat atau efek yang cukup
setara dalam hal peningkatan kekuatan dan massa otot yang ditargetkan.
Beban yang lebih berat mungkin diperlukan untuk optimalisasi kerja
insulin dan pengendalian kadar glukosa darah.
Latihan Kelenturan
Latihan kelenturan dapat dimasukkan sebagai bagian dari program
latihan, namun bukan untuk menggantikan latihan yang lainnya.
12
Kelompok individu usia lanjut juga disarankan untuk melakukan latihan
yang mempertahankan atau meningkatkan keseimbangan, yang mungkin
akan mencakup beberapa latihan kelenturan, dan hal ini penting terutama
bagi individu dengan DMT2 yang berusia lebih tua dan lebih berisiko
untuk jatuh. Latihan kelenturan perlu untuk dilakukan tapi bukan untuk
menggantikan jenis latihan lain yang direkomendasikan.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Dari penjelasan di atas penulis berharap semoga dengan adanya makalah ini.
sehingga pembaca dan terutama fisioterapis dapat menerapkan terapi latihan pada DM
ini dengan baik dan benar serta dengan prosedur yang telah ditetapkan atau sesuai
dengan teori ini. Bukannya asal-asalan memberikan terapi latihan sesuka hati kita
karena tindakan tersebut memberi resiko yang sangat besar. Maka dari itu harus
mengikuti prosedur yang ditetapkan dengan begitu pasien penderita DM cepat
sembuh dan membaik.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/diabetes-melitus-kencing-manis/
https://www.alodokter.com/diabetes
https://id.wikipedia.org/wiki/Diabetes_melitus
http://p2ptm.kemkes.go.id/informasi-p2ptm/penyakit-diabetes-melitus
http://rs-elisabeth.com/artikel-kesehatan/diabetes-melitus/
https://bikdw.ukdw.ac.id/index.php/bikdw/article/download/22/23
15