Bencana Geologi : Erupsi Gunungapi

www.bbc.co.uk/newsround https://japanbook.net http://www.oregonlive.com

Batas lempeng dan distribusi gunungapi.
( S p a r k s e t a l . , 1 9 97 d a l a m M a r t i , J . , & E r n s t , G . G . J . , 2 0 0 5 )
 Distribusi
Aktivitas
Volksnisme
 Divergent
Boundary

Mid-ocean
Ridge
Volcanism

(Modifikasi Gudmunsson, 1996 dalam Marti, J., & Ernst, G.G.J., 2005)
Distribusi Aktivitas Volksnisme
 Convergent boundary  Subduction Zone Volcanism

 Mariana-type
subduction 
penunjaman antara
kerak samudera –
kerak samudera.
 Chilean-type
subduction 
penunjaman antara
kerak samudera –
kerak benua.
Distribusi Aktivitas Volksnisme
 Intraplate Volcanism  hotspot or mantle plume volcan-
ism. ( W i l s o n , 1 97 3 d a l a m M a r t i , J . , & E r n s t , G . G . J . , 2 0 0 5 )
 TIPE GUNUNGAPI

http://perri-n-natural-hazards.wikispaces.com
 TIPE ERUPSI

Efusif Eksplosif
 Erupsi dari magma basaltik  aliran  Magma menggandung volatil ter-larut
lava. dalam jumlah signifikan atau kontak
dengan air dekat pemuka-an 
 Lava keluar dari celah (vent) yang
ekspansi gas secara cepat.
terletak : 1) puncak gunungapi, 2)
bagian sisi ataupun 3) berdekatan  Kekentalan tinggi.
dasar gununapi.
 Geometri celah : 1) memusat dan 2)
retakan linear.
 Sifat aliran lava dipengaruhi oleh
komposisi magma, kandungan volatil &
kristal, kekentalan, kemiringan lereng,
dan kecepatan erupsi.
TIPE ERUPSI
 P r e dicte d c o n-
d iti o n s f o r t h e
p r oduct io n of
l ava -f ount ain in g
ve r su s St r om b o-
l ia n e rupti on s
du ri n g t h e di s-
c h a r ge of ba sa l -
t ic ma gm a.
( Pa r f i t t & W i l s o n ,
1995 dalam Marti,
J., & Ernst, G.G.J.,
2005)

 Tipe Hawaiian  erupsi efusif berupa

semburan lava dan aliran lava terbentuk
melalui celah ataupun kawah.
 Tipe Strombolian  menyerupi tipe Hawaiian.
Erupsi berupa semburan magma dangkal,
terbentuk pada gunungapi aktif di tepi atau
tengah benua.
 Struct ure of an
under water lava
fount ain that
ge ner ate s hya-
l oclastite gravi -
t y curre nt s by
col l apse.
(Modified from
Smith & Batiza,
1989 dalam Mar ti,
J., & Ernst, G.G.J.,
2005)

Submarine lava-fountaining  aktivitas

vulkanisme yang umum dijumpai pada erupsi
basaltik gunungapi bawah laut.
 Membentuk menyerupa lava pahohoe.
 Membentuk lapisan hyaloclastite.
 TIPE
 Eksplosif
VULKANIAN
 Melibat sejumlah pe-
ristiwa yang berlainan
dan perubahan jenis
magma seperti andesit
basaltik atau andesit.
 Berlangsung dalam in - Cross-section
terval beberapa menit showing the de-
– jam. velopment of a
Vulcanian erup-
 Kecepatan lontaran tion (bottom to
material piroklastik top).
mencapai 400 m/s. (Modifikasi dari Wil -
( S e l f e t a l . , 1 97 9 ) son, 1980 dalam
Mar ti, J., & Ernst,
 Lontaran berupa bom G.G.J., 2005)
ataupun blok gunung - .
api disertai retakan
permukaan atau bomb-
bread crust.
 TIPE PLINIAN

Cross-section through a vol-

cano during a Plinian style
eruption. Hb : altitude whe-
re the plume density is
equal to the density of sur-
rounding atmosphere. Ht :
maximum altitude attained
by excess momentum.
(dalam Marti, J., & Ernst, G.G.J., 2005)
 TIPE PLINIAN

 Erupsi eksplosif paling kuat.

 Magma asam dengan komposisi andestik – riolitik,
memiliki kekentalan tinggi.
 Kandungan volatil tinggi.
 Melontarkan pumis dengan jumlah besar.
 Tipe Sub-Plinian
Erupsi eksplosif dari tipe gunungapi Strato Volkano
dengan komposisi riolitik, membentuk ignimbrit. Pada
tahap efusif membentuk kubah lava.
 Tipe Ultra Plinian
Erupsi eksplosif yang kuat umumnya membentuk
pumis dan tersebar luas.
 TIPE
SURTSEYAN

Internal struc-
ture of eruption
column. Rising,
vesiculating
magma is mix-
ed with a slurr y
of water and
volcaniclastic
par ticles near
 E r u p si e ks plosi f yan g be r asos ias i dengan pro ses kel uarnya the sur face and
m agm a m en de ka ti pe rmukaan a i r dan s elan j utnya m unc ul di then rapidly
a t a s pe m uka a n a ir. ejected as the
 E r u p si ter ja di ak i ba t kon ta k an tara mag ma basa l ti k d engan liquid is con-
a ir pem uka an a ta upun a ir bawah pe rm ukaan  fr ea tom ag -
ver ted to
matik.
steam .
 Ko lom e r ups i s ara t a kan te pra  te r ben t uk dar i sua t u p er is t i-
wa yang ber ke lan j utan , be r lan gs ung da lam kur un wa k t u m en it (Modifikasi dari
h i n g ga j a m . K o k e l a a r, 1 9 8 3
dalam Marti, J., &
 Um umnya, ter ja d i pa da pula u g un unga pi, g un unga p i bawah Ernst, G.G.J., 2005)
l a u t a t a upun da n a u kawa h .
 TIPE PELEAN

 Erupsi eksplosif yang sangat merusak  menimbulkan

bencana
 Magma yang sangat kental.
 Erupsi membentuk awan sarat akan gas dan abu yang sangat
panas, bergerak menuruni lereng dengan sangat cepat dan
menghancurkan segala yang ada di jalur luncurannya  aliran
piroklastik/glowing avalanche/nuees ardentes.
 Aliran piroklastik memiliki suhu 900° C pada saat erupsi,
seiring pertambahan pergerakan alirannya menjadi 400° C.
 Aliran piroklastik, dapat bergerak 100 km/jam dengan
jangkauan mencapai 10 km hingga 200 km/jam dengan
jangkauan mencapai 25 km.
(USGS at intlpollution.commons.gc.cuny.edu)

www.imperial.ac.uk
Notes: a) Newhall & Self, 1982; b) Fedetov, 1985; dan c) Tsuya, 1955.
 VEI Plume height Eruptive volume * Eruption type Frequency ** Example
<100 m 1,000 m3
0 Hawaiian Continuous Kilauea
(330 ft) (35,300 cu ft)
100–1,000 m 10,000 m3 Hawaiian/
1 Fortnightly Stromboli
(300–3,300 ft) (353,000 cu ft) Stombolian
1–5 km 1,000,000 m3 Strombolian/
2 Monthly Galeras (1992)
(1–3 mi) (35,300,000 cu ft) † Vulcanian
3–15 km 10,000,000 m3 Nevado del Ruiz
3 Vulcanian 3 monthly
(2–9 mi) (353,000,000 cu ft) (1985)
10–25 km 100,000,000 m3 Vulcanian/ Eyjafjallajökull
4 18 months
(6–16 mi) (0.024 cu mi) Pelean (2010)
>25 km 1 km3 Mount St. Helens
5 Plinian 10–15 years
(16 mi) (0.24 cu mi) (1980)
>25 km 10 km3 Plinian/ Krakatoa
6 50–100 years
(16 mi) (2 cu mi) Ultra-Plinian (1883)
>25 km 100 km3 Tambora
7 Ultra-Plinian 500–1000 years
(16 mi) (20 cu mi) (1815)
>25 km 1,000 km3 Lake Toba
8 Supervolcanic 50,000+ years
(16 mi) (200 cu mi) (74 k.y.a.)

* This is the minimum eruptive volume necessary for the eruption to be considered within the category.
** Values are a rough estimate. They indicate the frequencies for volcanoes of that magnitude OR HIGHER
† There is a discontinuity between the 1st and 2nd VEI level; instead of increasing by a magnitude of 10, the value
increases by a magnitude of 100 (from 10,000 to 1,000,000).
Erupsi
Gunungapi:
Produk &
Dampak
Erupsi
(Sumber gambar :
USGS)
 PRODUK ERUPSI GUNUNGAPI

 Volatil
CO 2 , CO, SO 2 , SO 3 , H 2 S, HCl, dan HF. Sejumlah kecil CH 4 , NH 3 ,
N, Si, COS, Ar, dsb.
 Piroklastik/Tepra
 Bom gunungapi lava yang membeku atau fragmen batuan
dinding terlontar sejauh 5 km.
 Lapili (d: 10 – 50 mm)  skoriaan, bersifat gelasan,
terlontar dengan radius beberapa kilometer.
 Abu gunungapi
 Aliran lava
 Lahar  aliran dari hancuran/rombakan material gunungapi
(piroklastik) dan air.
 DAMPAK ERUPSI GUNUNGAPI

 Volatil/gas gunungapi
 Aliran Piroklastik
 Abu Volkanik/Tepra
 Lontaran bom & blok  Dampak primer
gunungapi
 Aliran lava
 Lahar

 Lahar
 Longsoran  Dampak sekunder
 Banjir
GUNUNGAPI DI INDONESIA
Klasifikasi Gunung Berapi Berdasarkan Frekuensi
Letusan di Indonesia

Kalangan vulkanologi Indonesia mengelompokkan gu-

nungapi berdasarkan catatan sejarah erupsinya :
 Gunungapi Tipe A : mengalami erupsi magmatik
sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600.
 Gunungapi Tipe B : sesudah tahun 1600 belum tercatat
lagi adanya erupsi magmatik, namun masih memper-
lihatkan gejala kegiatan vulkanik seperti solfatara.
 Gunungapi Tipe C : sejarah erupsinya tidak diketahui
dalam catatan manusia, namun masih terdapat tanda-
tanda kegiatan masa lampau berupa solfatara/fuma-
rola pada tingkah lemah.
Gunung berapi yang paling aktif : Kelud (erupsi 30 kali semenjak 1000 M)
& Merapi (erupsi 80 kali).
Sejak 26 Desember 2004, peristiwa gempa dan tsunami mengubah pola
letusan gunungapi, misalnya Gunung Sinabung aktif kembali pada tahun
2010 dan meletus pada 2013.[6]
Tanggal letusan Gunung api Tanggal berhenti VEI Karakteristik Tsunami Volume tefrit Korban jiwa

3 – 11 – 2010 Merapi 8 – 11 – 2010 4 cv,pf,ld,lm tidak N/A 138

10 – 2 – 1990 Kelut Maret 1990 4 cv,cl,pf,ph,ld,lm tidak 0.13 km³ 35
18 – 7 – 1983 Colo Desember 1983 4 cv,pf,ph tidak N/A 0
5 – 4 – 1982 Galunggung 8 – 1 – 1983 4 cv,pf,lf,lm tidak 0.37 km³ + 68
6 – 10 – 1972 Merapi Maret 1985 2 cv,pf,lf,ld,lm tidak 0.021 km³ 29
26 – 4 – 1966 Kelut 27 – 4 – 1966 4 cv,cl,pf,lm tidak 0.089 km³ 212
17 – 3 – 1963 Agung 27 – 1 – 1964 5 cv,pf,lf,lm tidak 1 km³ 1,148
31 – 8 – 1951 Kelut 31 – 8 – 1951 4 cv,cl,pf,lm tidak 0.2 km³ 7
25 – 11 – 1930 Merapi September 1931 3 cv,rf,pf,lf,ld,lm tidak 0.0017 km³ 1,369
19 – 5 – 1919 Kelut 20 – 5 – 1919 4 cv,cl,pf,lm tidak 0.19 km³ 5,110
7 Juni 1892 Awu 12 Juni 1892 3 cv,pf,lm ya N/A 1,532
26 – 8 – 1883 Krakatau Februari 1884 6 cv,se,pf,fa,lm,cc 15–42 m 5–8.5 km³ 36,600
15 – 4 – 1872 Merapi 21 – 4 – 1872 4 cv,pf tidak 0.33 km³ 200
2 – 3 – 1856 Awu 17 – 3 – 1856 3 cv,pf,lm ya 0.51±0.50 km³ 2,806
8 – 10 – 1822 Galunggung Desember 1822 5 cv,pf,ld,lm tidak 1 km³ + 4,011
10 – 4 – 1815 G. Tambora 15 – 7 – 1815 7 cv,pf,cc 1–2 m 160 km³ 71,000+
6 – 8 – 1812 Awu 8 – 8 – 1812 4 cv,pf,lm tidak 0.55±0.50 km³ 963
12 – 8 – 1772 Papandayan 12 – 8 – 1772 3 cv,ph tidak N/A 2,957
4 – 8 – 1672 Merapi tidak diketahui 3 cv,pf,lm tidak N/A 3,000
1586 Kelut tidak diketahui 5 cf,cl,lm tidak 1 km³ + 10,000
hampir
≈ 74,000 SM Toba tidak diketahui 8 pf,lf,cc mungkin 2,800 km³ memusnahkan
populasi manusia
 Kondisi kawah
Merapi pada 2006
Perkembangan kubah
lava Baratdaya –
Selatan - Tenggara

Deles, 13 Juni 2006

Eruption with vertical column up to 8 km

Ash fall

Pyroclastic flows due to the collapce of eruption column

To the direction of SSE

Geological Institution of ESDM

Direct impact of the eruption : Massive deposits of pyroclastic
flow which will be potential to create laharic flow.
Banjir di Kali Code, Jetis, &
& Gondolayu, dipicu oleh
lahar & hujan.
The Three Most Important Elements of an Effective
Approach To Volcano-hazards Mitigation

(1) Acquisition of a good understanding of a volcano’s past

behavior by deciphering its eruptive history from basic geologic,
geochronologic, and other geoscience studies.
(2) Initiation or expansion of volcano monitoring to determine a
volcano’s current behavior, to characterize its ‘‘normal” baseline
level of activity, and to detect, reliably and quickly, any signifi-
cant departures from it. Volcano monitoring data provide the sci-
entific basis for short-term forecasts of possible future behavior.
(3) Establishment or maintenance of credible, ef fective commu-
nications with civil authorities, the media, and the general pu-
blic, while striving to accomplish the other two elements.

Equally important : the creation of emergency -response or

‘‘preparedness” plans; effective communications and mutual
trust will promote the development and testing of such plans.
 Mitigation & Preparation For Eruption

 Volcanic hazard mapping by Center for Volcanology

& Geological Disaster Mitigation (VSI).
 Continuous monitoring by BPPTK of VSI.
 Improveness of community awareness & prepared-
ness.
 Volcanic Disaster Early Warning System.
 Preparation of Contigensi Plan & coordination
among responsible stake holders.
 Merapi Eruption on 23 January 1992

Direction of
Estimated centre Pyroclastic Fall
of Pyroclastic Fall
Lava Dome, Lava Dome,
1957 1984
 Ring Wall
Lava Dome, “Geger Boyo”
1992-1993
Bound of
Pyroclastic Fall
Lava Dome,
1984

WSW
South

Merapi Volcano, drawn from Plawangan

Station on 15 February 1994
History & the distribution of hot avalanche/pyroclastic flows
since 1911 until 2006
Hazard Map of Merapi Volcano established by Center for Volcanology &
Geological Disaster Mitigation, 2007.
Tingkatan status gunung berapi di Indonesia menurut Badan Geologi , Kementerian ESDM

Status Makna Tindakan

• Menandakan gunung berapi yang segera atau

sedang meletus atau ada keadaan kritis yang • Wilayah yang terancam bahaya direkomendasikan
menimbulkan bencana untuk dikosongkan
AWAS
• Letusan pembukaan dimulai dengan abu dan • Koordinasi dilakukan secara harian
asap • Piket penuh
• Letusan berpeluang terjadi dalam waktu 24 jam

• Menandakan gunung berapi yang sedang

bergerak ke arah letusan atau menimbulkan
bencana
• Sosialisasi di wilayah terancam
• Peningkatan intensif kegiatan seismik
• Penyiapan sarana darurat
SIAGA • Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat
• Koordinasi harian
segera berlanjut ke letusan atau menuju pada
keadaan yang dapat menimbulkan bencana • Piket penuh
• Jika tren peningkatan berlanjut, letusan dapat
terjadi dalam waktu 2 minggu

• Ada aktivitas apa pun bentuknya

• Terdapat kenaikan aktivitas di atas level normal • Penyuluhan/sosialisasi
• Peningkatan aktivitas seismik dan kejadian • Penilaian bahaya
WASPADA
vulkanis lainnya • Pengecekan sarana
• Sedikit perubahan aktivitas yang diakibatkan oleh • Pelaksanaan piket terbatas
aktivitas magma, tektonik dan hidrotermal

• Tidak ada gejala aktivitas tekanan magma • Pengamatan rutin

NORMAL
• Level aktivitas dasar • Survei dan penyelidikan
SPOT Imagery of MERAPI on 11 Nov 2010
(viewed towards the South direction)
Team of Merapi UGM
ASTER Imagery & DEM of MERAPI on 18 Nov 2010
(viewed towards the North direction)

Merbabu

MAGELANG

Team of Merapi UGM

 ASTER GDEM Imagery of MERAPI on 18 Nov 2010
(viewed towards the South East direction)

Merbabu

Team of Merapi UGM

Team of Merapi UGM
Updated Hazard Map of Merapi Volcano, November 2010
(Geological Institution of ESDM)
 Direct impact area of eruption
Aerial Imagery (Oblique) of some part area of Merapi (up to the distance of 20 km
Volcano, 15 November 2010 from the peak)
Deposit of
pyroclastic
flow on 4
November
2010.
(Documentation : February 2011)

Impact of laharic flows

with boulders on rivers &
Infrastructures.
 Sabo Dam to
control
the lahar
flows.

(Documentation :
February 2011)
Mining
activities on
laharic
deposits.
 HAZARD (SHORT TERM)
Period Hazard Potential Impacts Anticipation
• Monitoring;
• Prediction of volume & direc-
1) Damages of the tion of the flows;
land & • Controlling on rivers, sedi-
infrastructures ments & flows? and
Laharic Flow
• Protection on rivers & infra-
structures.
2) Airport
Short term
(Less than 3) Temples
3 years) • Geophicsic study for estima-
ted the position & pore con-
dition of magma chamber,
• Morphological mapping of
Collapce of the Debris slides &
the peak of Merapi Volcano
crater wall ? flows
and
• Analysis of rock stability on
the top of Merapi Volcano/
crater wall.
 HAZARD (MID TERM)

Needs for
Period Hazard Action
anticipation

Estimate the charac- Studies the eruption histo-

teristics/type & the ry and the characteristics
repetitive period of & development of magma
eruptions. evolution.

Mid term Potential intensity & Monitoring; Modeling &

(3 up to 6 The next eruption direction of eruptions. Prediction.
years)
Mitigation & manage-
Hazard & risk mapping.
ment plans

Zonation or spatial
planning.
 HAZARD (LONG TERM)

Needs for
Period Hazard Action
anticipation

Understanding the Studies the history & type

characteristics/type & of eruptions, the magma
the repetitive period of characteristics & the repe-
eruptions. titive period of eruptions.

Long term Prediction on the Development of technology

(More than Periodic eruption dynamic of eruption & for Monitoring & Modeling
6 years) potential impacts. of early warning system.

Continuous enhance-
ment of mitigation & Continuous updating of
management plan/ hazard & risk maps.
programs
Design of Sensor Installed At The River