Obat Kardiovaskular
Nama : Maria Vebrylita Lamanepa (1806070117)
Β- Bloker
Pemberian β- bloker pada gagal jantung sistolik akan mengurangi kejadian iskemia
miokard, mengurangi stimulasi sel-sel automatik jantung dan efek antiaritmia lainnya,
sehingga mengurangi resiko terjadinya aritmia jantung, dan dengan demikian mengurangi
resiko terjadinya kematian mendadak (kematian kardiovaskular). Pada pasien gagal
jantung dengan gejala-gejala yang lebih parah (NYHA kelas III dan IV). Pengalaman yang
terbatas menunjukan bahwa meraka dapat mentoleransi β-bloker dan mendapat keuntungan
, tapi karena resiko yang tinggi dan pengalaman yang masih terbatas, penggunaan β-bloker
ini harus sangat hati-hati. Oleh karena β-bloker pada gagal jantung bukan class effect,
maka hanya bisoprolol, karvedilol dan metoprolol lepas lambat yang dapat
direkomendasikan untuk pengobatan gagal jantung (Nafrialdi dan Setiawati, 2007).
Kecuali kontraindikasi, penyekat β harus diberikan pada semua pasien gagal jantung
simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel
dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan
meningkatkan kelangsungan hidup . Cara pemberian penyekat β pada gagal jantung
Inisiasi pemberian penyekat β
Penyekat β dapat dimulai sebelum pulang dari rumah sakit pada pasien dekompensasi
secara hati-hati.
Golongan obat ini menghambat adrenoseptor beta (beta bloker) menghambat adrenoreseptor
beta di jantung, pembuluh darah perifer, bronkus, pankreas, dan hati. Penggunaan beta bloker
pada anak masih terbatas.
Saat ini tersedia banyak beta bloker yang pada umumnya menunjukkan efektivitas yang
sama. Namun, terdapat perbedaaan-perbedaan diantara berbagai beta bloker, yang akan
mempengaruhi pilihan dalam mengobati penyakit atau pasien tertentu.
CARVEDILOL
BISOPROLOL FUMARAT
VALSARTAN
CADESARTAN
Ivabradine
Rekomendasi terapi farmakologis lain dengan keuntungan yang kurang pasti pada pasien
gagal jantung dengan NYHA fc II – IV
Pemberiannya harus dipertimbangkan untuk menurunkan risiko hospitalisasi pada
pasien dengan EF ≤ 35%, laju nadi ≥ 70 x/menit, dan dengan gejala yang persisten
( NYHA II-IV), walaupun sudah mendapat terapi optimal penyekat beta, ACEI dan
MRA
Pemberiannya dapat dipertimbangkan untuk menurunkan risiko hospitalisasi pada
pasien dengan irama sinus, EF≤35% dan laju nadi ≥ 70 x/menit, yang intoleran
terhadap penyekat beta, tetapi pasien harus mendapat ACEI (ARB) dan MRA
Vasodilator
Mekanisme Kerja : Menurunkan tonus otot polos vaskular shgterjadi dilatasi arteri
dan vena.
Vasodiiator adalah senyawa yg dpt menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Vasodilator berguna untuk mengatasi preload dan afterload yang berlebihan. Preload
adalah volume darah yang mengisi ventrikel selama diastole. Peningkatan preload
menyebabkan pengisian jantung berlebih. Afterload adalah tekanan yang harus di atasi
jantung ketika memompa darah ke sistem arterial. Dilatasi vena mengurangi preload
jantung dengan meningkatkan kapasitas vena, dilator arterial menurunkan resistensi
arteriol sistemik dan menurunkan afterload (Mycek et al., 2001). Contoh obat yang
berfungsi sebagai arteriodilator adalah hidralazin, fentolamin, sedangkan venodilator
adalah nitrat organik penghambat Angiotensin Converting Enzyme (penghambat ACE), α
bloker, dan Na-nitropusid bekerja sebagai dilator arteri dan vena (Ganiswarna, 1995).
Vasodilator lain yang dapat digunakan untuk gagal jantung adalah hidralazin dan
prazosin selain golongan nitrat yang efek kerjanya pendek serta sering menimbulkan
toleransi (Suryadipraja, 2004).
Hidralazin oral merupakan dilator oral poten dan meningkatkan cardiac output
secara nyata pada pasien dengan gagal jantung kongestif. Tetapi sebagai obat tunggal,
selama pemakaian jangka panjang, ternyata obat ini tidak dapat memperbaiki gejala atau
toleransi terhadap latihan. Kombinasi nitrat dengan hidralazin dapat menghasilkan
hemodinamik dan efek klinis yang lebih baik. Efek samping dari hidralazin adalah distress
gastrointestinal, tetapi yang juga sering muncul adalah nyeri kepala, takikardia, hipotensi
dan sindrom lupus akibat obat (McPhee et al., 2002).
Digitalis