15 BTK Kekerasan Seksual PDF
15 BTK Kekerasan Seksual PDF
Kekerasan Seksual
Sebuah Pengenalan
1
Desain oleh :
Thoeng Sabrina
Universitas Bina Nusantara
untuk
Komnas Perempuan
2
Komnas Perempuan mencatat, selama 12 tahun
(2001- 2012), sedikitnya ada 35 perempuan menjadi
korban kekerasan seksual setiap hari. Pada tahun
2012, setidaknya telah tercatat 4,336 kasus
kekerasan seksual, dimana 2,920 kasus diantaranya
terjadi di ranah publik/komunitas, dengan
mayoritas bentuknya adalah perkosaan dan
pencabulan (1620). Sedangkan pada tahun 2013,
kasus kekerasan seksual bertambah menjadi 5.629
kasus. Ini artinya dalam 3 jam setidaknya ada
2 perempuan mengalami kekerasan seksual. Usia
korban yang ditemukan antara 13-18 tahun dan
25-40 tahun.
3
15 Bentuk Kekerasan Seksual*
Sudahkah kau tahu berbagai jenis kekerasan seksual?
Ada 15 jenis kekerasan seksual yang ditemukan Komnas
Perempuan dari hasil pemantauannya selama 15 tahun
(1998– 2013), yaitu:
1. Perkosaan;
2. Intimidasi Seksual termasuk Ancaman atau
Percobaan Perkosaan;
3. Pelecehan Seksual;
4. Eksploitasi Seksual;
5. Perdagangan Perempuan untuk Tujuan Seksual;
6. Prostitusi Paksa;
7. Perbudakan Seksual;
8. Pemaksaan perkawinan, termasukcerai gantung;
9. Pemaksaan Kehamilan;
10. Pemaksaan Aborsi;
11. Pemaksaan kontrasepsi dan sterilisasi;
12. Penyiksaan Seksual;
13. Penghukuman tidak manusiawi danbernuansa seksual;
14. Praktik tradisi bernuansa seksual yang membahayakan
atau mendiskriminasi perempuan;
15. Kontrol seksual, termasuk lewat aturan diskriminatif
beralasan moralitas dan agama.
4
: Perkosaan
Serangan dalam bentuk pemaksaan
hubungan seksual dengan
memakai penis ke arah vagina,
anus atau mulut korban. Bisa juga
menggunakan jari tangan atau
benda-benda lainnya. Serangan
dilakukan dengan kekerasan,
ancaman kekerasan, penahanan,
tekanan psikologis, penyalahgunaan
kekuasaan, atau dengan mengambil
kesempatan dari lingkungan yang
penuh paksaan.
Intimidasi Seksual
termasuk Ancaman
atau Percobaan
Perkosaan
Tindakan yang menyerang
seksualitas untuk menimbulkan rasa
Eksploitasi
Seksual
Tindakan penyalahgunaan kekuasan yang
timpang,atau penyalahgunaan kepercayaan, :
untuk tujuan kepuasan seksual, maupun
untuk memperoleh keuntungan dalam
bentuk uang, sosial, politik dan lainnya.
Praktik eksploitasi seksual yang kerap
ditemui adalah menggunakan kemiskinan
perempuan sehingga ia masuk dalam
prostitusi atau pornografi.
Praktik lainnya adalah tindakan mengiming-
imingi perkawinan untuk memperoleh
layanan seksual dari perempuan, lalu
ditelantarkankan. Situasi ini kerap disebut
juga sebagai kasus “ingkar janji”. Iming-
iming ini menggunakan cara pikir dalam
masyarakat, yang mengaitkan posisi
perempuan dengan status perkawinannya.
Perempuan menjadi merasa tak memiliki
daya tawar, kecuali dengan mengikuti
kehendak pelaku, agar ia dinikahi.
6
Perdagangan
Perempuan untuk
Tujuan Seksual
Tindakan merekrut, mengangkut,
menampung, mengirim, memindahkan,
atau menerima seseorang dengan
ancaman kekerasan, penggunaan
:
Prostitusi
: Paksa
Situasi dimana perempuan mengalami
tipu daya, ancaman maupun kekerasan
untuk menjadi pekerja seks. Keadaan
ini dapat terjadi pada masa rekrutmen
maupun untuk membuat perempuan
tersebut tidak berdaya untuk
melepaskan dirinya dari prostitusi,
misalnya dengan penyekapan,
penjeratan utang, atau ancaman
kekerasan. Prostitusi paksa memiliki
beberapa kemiripan, namun tidak selalu
sama dengan perbudakan seksual
atau dengan perdagangan orang untuk
tujuan seksual.
7
Perbudakan
Seksual
Situasi dimana pelaku merasa
menjadi “pemilik” atas tubuh
korban sehingga berhak untuk
melakukan apapun termasuk
: memperoleh kepuasan seksual
melalui pemerkosaan atau
bentuk lain kekerasan seksual.
Perbudakan ini mencakup situasi
dimana perempuan dewasa atau
anak-anak dipaksa menikah,
melayani rumah tangga atau
bentuk kerja paksa lainnya, serta
berhubungan seksual dengan
penyekapnya.
Pemaksaan
perkawinan, termasuk
cerai gantung :
menikahi pelaku. Pernikahan itu
Pemaksaan perkawinan
dianggap mengurangi aib akibat
dimasukkan sebagai jenis
perkosaan yang terjadi. Ketiga,
kekerasan seksual karena
praktik cerai gantung yaitu ketika
pemaksaan hubungan seksual
perempuan dipaksa untuk terus
menjadi bagian tidak terpisahkan
berada dalam ikatan perkawinan
dari perkawinan yang tidak
padahal ia ingin bercerai. Namun,
diinginkan oleh perempuan
gugatan cerainya ditolak atau tidak
tersebut. Ada beberapa praktik
diproses dengan berbagai alasan
di mana perempuan terikat
baik dari pihak suami maupun
perkawinan di luar kehendaknya
otoritas lainnya. Keempat, praktik
sendiri. Pertama, ketika
“Kawin Cina Buta”, yaitu memaksakan
perempuan merasa tidak memiliki
perempuan untuk menikah dengan
pilihan lain kecuali mengikuti
orang lain untuk satu malam
kehendak orang tuanya agar
dengan tujuan rujuk dengan mantan
dia menikah, sekalipun bukan
suaminya setelah talak tiga (cerai
dengan orang yang dia inginkan
untuk ketiga kalinya dalam hukum
atau bahkan dengan orang yang
Islam). Praktik ini dilarang oleh ajaran
tidak dia kenali. Situasi ini kerap
agama, namun masih ditemukan di
disebut kawin paksa. Kedua, praktik
berbagai daerah.
memaksa korban perkosaan
8
:
Pemaksaan
Kehamilan
Situasi ketika perempuan dipaksa,
dengan kekerasan maupun
ancaman kekerasan, untuk
melanjutkan kehamilan yang tidak
dia kehendaki. Kondisi ini misalnya
dialami oleh perempuan korban
perkosaan yang tidak diberikan
pilihan lain kecuali melanjutkan
kehamilannya. Juga, ketika suami
menghalangi istrinya untuk
menggunakan kontrasepsi sehingga
perempuan itu tidak dapat
mengatur jarak kehamilannya.
Pemaksaan kehamilan ini berbeda
dimensi dengan kehamilan paksa dalam
konteks kejahatan terhadap kemanusiaan
dalam Statuta Roma, yaitu situasi
pembatasan secara melawan hukum
terhadap seorang perempuan untuk
hamil secara paksa, dengan maksud
untuk membuat komposisi etnis dari
suatu populasi atau untuk melakukan
Pemaksaan
Aborsi
Pengguguran kandungan
yang dilakukan karena adanya
tekanan, ancaman, maupun
paksaan dari pihak lain.
9
Pemaksaan kontrasepsi
dan sterilisasi
Sekarang, kasus pemaksaan
:
Disebut pemaksaan pemaksaan kontrasepsi/
ketika pemasangan alat sterilisasi biasa terjadi pada
kontrasepsi dan/atau perempuan dengan HIV/AIDS
pelaksanaan sterilisasi dengan alasan mencegah
tanpa persetujuan utuh kelahiran anak dengan
dari perempuan karena ia HIV/AIDS. Pemaksaan ini
tidak mendapat informasi juga dialami perempuan
yang lengkap ataupun penyandang disabilitas,
dianggap tidak cakap utamanya tuna grahita,
hukum untuk dapat yang dianggap tidak mampu
memberikan persetujuan. membuat keputusan bagi
Pada masa Orde Baru, dirinya sendiri, rentan
tindakan ini dilakukan perkosaan, dan karenanya
untuk menekan laju mengurangi beban
pertumbuhan penduduk, keluarga untuk mengurus
sebagai salah satu kehamilannya.
indikator keberhasilan
pembangunan.
:
Penyiksaan
Tindakan khusus menyerang
Seksual
organ dan seksualitas perempuan, Penyiksaan seksual juga bisa
yang dilakukan dengan sengaja, dilakukan untuk mengancam
sehingga menimbulkan rasa sakit atau memaksanya, atau
atau penderitaan hebat, baik orang ketiga, berdasarkan
jasmani, rohani maupun seksual. pada diskriminasi atas
Ini dilakukan untuk memperoleh alasan apapun. Termasuk
pengakuan atau keterangan bentuk ini apabila rasa
darinya, atau dari orang ketiga, sakit dan penderitaan
atau untuk menghukumnya atas tersebut ditimbulkan oleh
suatu perbuatan yang telah atau hasutan, persetujuan, atau
diduga telah dilakukan olehnya sepengetahuan pejabat publik
ataupun oleh orang ketiga. atau aparat penegak hukum.
10
Penghukuman tidak
manusiawi dan
bernuansa seksual
Cara menghukum yang
menyebabkan penderitaan,
kesakitan, ketakutan, atau rasa
malu yang luar biasa yang tidak
bisa tidak termasuk dalam
penyiksaan. Ia termasuk hukuman
:
Praktik tradisi
bernuansa seksual
yang membahayakan
atau mendiskriminasi
Kebiasaan masyarakat , kadang perempuan
:
11
Kontrol seksual,
termasuk lewat aturan
diskriminatif beralasan
moralitas dan agama
:
12
Kenali Landasan Hukum, dan Jaminan
Perlindunganmu dari TIndak Kekerasan
Seksual
NASIONAL
Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 285,
286 287, 290, 291
INTERNASIONAL
Statuta Roma Pasal 7 ayat 2 (g), Pasal 69 ayat 1&2,
Pasal 68
13
Hak Konstitusional
yang dirampas
Perkosaan merupakan pelanggaran terhadap hak
asasi manusia seperti tertuang dalam konstitusi kita,
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Secara khusus perkosaan merampas
hak perempuan sebagai warga negara atas jaminan
perlindungan dan rasa aman yang telah dijamin di
dalam konstitusi pada Pasal 28G(1).
14
email: redaksi@komnasperempuan.or.id
www.komnasperempuan.or.id
@KomnasPerempuan
Komnas Perempuan-Group
15
KOMNAS PEREMPUAN
KOMISI NASIONAL ANTI KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN
KEKERASAN
SEKSUAL
Kenali & Tangani
16