Anda di halaman 1dari 130

UNIVERSITAS INDONESIA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


PARTISIPASI PEMILIH PEMULA
DI KOTA ADMINISTRASI X DALAM PILKADA DKI 2012

TESIS

NAMA MUH. DOUGLAS ARTHUR ONDANG


NPM 1006802074

KAJIAN KETAHANAN NASIONAL


PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA
JANUARI 2013

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


UNIVERSITAS INDONESIA

BEBERAPA FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP


PARTISIPASI PEMILIH PEMULA
DI KOTA ADMINISTRASI X DALAM PILKADA DKI 2012

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si.)

NAMA MUH. DOUGLAS ARTHUR ONDANG


NPM 1006802074

KAJIAN KETAHANAN NASIONAL


KAJIAN STRATEJIK PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN
PROGRAM PASCASARJANA
JAKARTA
JANUARI 2013

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Muh. Douglas Arthur Ondang


NPM : 1006802074
Tanda Tangan :
Tanggal : Januari 2013

ii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh :


Nama : Muhammad Douglas Arthur Ondang
NPM : 1006802074
Program Studi : Kajian Ketahanan Nasional
Judul Tesis : Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap
Partisipasi Pemilih Pemula di Kota Administrasi X
dalam Pilkada DKI 2012

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada Program Kajian Stratejik Pengembangan
Kepemimpinan Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Universitas
Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : DR. Wilman Dahlan Mansoer

Pembimbing : Drs. Sakhyan Asmara, M.SP.

Ketua Sidang : Prof. DR. Chandra Wijaya

Penguji : Prof. DR. Enoch Markum

Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Januari 2013

iii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Muhammad Douglas Arthur Ondang


NPM : 1006802074
Program Studi : Kajian Ketahanan Nasional
Kajian : Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Jenis Karya : Tesis

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di


Kota Administrasi X dalam Pilkada DKI 2012

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Januari 2013

Yang menyatakan

(Muh. Douglas A. Ondang)

iv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
ABSTRAK

Nama : Muh. Douglas A. Ondang


Program Studi : Kajian Ketahanan Nasional
Kajian : Stratejik Pengembangan Kepemimpinan
Judul : Beberapa Faktor yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi
Pemilih Pemula di Kota Administrasi X dalam Pilkada DKI
2012

Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui: Pengaruh faktor Pemimpin,


Komunikasi dalam Organisasi dan Komitmen pada Organisasi terhadap
Partisipasi Pemilih Pemula di Kota Administrasi X pada Pilkada DKI 2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian
eksplanatori. Responden penelitian ini adalah anggota Organisasi Kepemudaan X
dengan jumlah 135 responden. Analisa data dilakukan dengan analisa regresi
berganda.
Hasil analisa regresi menunjukkan bahwa variabel Pemimpin peranannya rendah
(1%). Hal ini karena pemimpin kurang memperhatikan anggotanya yang
merupakan pemilih pemula. Demikian pula halnya dengan faktor Komunikasi
dalam Organisasi (4%), karena adanya jarak antara anggota lama dan anggota
baru. Sedangkan faktor Komitmen pada Organisasi berpengaruh sebesar (18%)
dikarenakan adanya kesamaan agama. Sedangkan secara simultan, faktor
Pemimpin, Komunikasi dalam Organisasi dan Komitmen pada Organisasi
memberi pengaruh sebesar 38,3% terhadap Partisipasi Pemilih Pemula.

Kata Kunci:
Pemimpin; Komunikasi dalam Organisasi, Komitmen pada Organisasi, Partisipasi
Pemilih Pemula

v
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
ABSTRACT

Name : Muh. Douglas A. Ondang


Study Program : Study of National Resilience
Concentration : Strategic Study of Development Leadership
Title : Several Factors That Influence Beginner Voters Participation
on Administration City X in Pilkada DKI 2012.

The aims of this research are to explore: Leadership, Communication within


organization, Commitment to organization factors that influencebeginner voters
participation at Youth Organization X in Pilkada DKI 2012.
This research use quantitative approach in term of explanatory type of research.
Respondents of this research are 135 members of Youth Organization X. Data
analysis for this research using multiple regression analysis technique.
The result of regression analysis shows that leader variable has low influence
toward beginner voters participation (1%). It because leader didn’t shows that he
care about organization members. Similarly, communication within organization
has low influence. It’s only about 4%. It because there is a distance between new
and old members. However, commitment to organization gives high influence
18% toward beginner voters participation. It can happen because they have the
same religion Simultaneously, leadership, communication, and commitment
factors have influenced 38.3% toward beginner voters participation.

Keywords:
Leadership, communication within organization, commitment to organization,
beginner voters participation.

vi
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi sedekah kecuali niat yang ikhlas.
(Al-Ahnaf bin Qais)

Kupersembahkan tesis ini untuk:


Mama; Mas Abi dan Dik Bimo; und meine Liebe-Fitri Kumala & Ahza Daffa.

vii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan oleh penulis tepat
pada waktunya.
Penulis merasa beruntung dapat merasakan kuliah dan menyelesaikan
kuliah di Program Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Kajian
Ketahanan Nasional, Peminatan Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan,
karena mendapatkan program beasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pemuda dan Olah Raga RI.
Tesis yang berjudul Pengaruh Pemimpin, Komunikasi dalam Organisasi dan
Komitmen pada Organisasi Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Organisasi
Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012 merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Sains pada Universitas Indonesia. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang dengan
tulus dan ikhlas telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis ini,
terutama kepada:
1. Bapak KRMT. Roy Suryo Notodiprojo, selaku Menteri Pemuda dan Olah
Raga Republik Indonesia;
2. Bapak DR. Andi Alfian Mallarangeng, selaku mantan Menteri Pemuda dan
Olah Raga Republik Indonesia periode tahun 2009 - 2012;
3. Bapak Prof. DR. Ir. Djoko Santoso, M.Sc., selaku (Pjs). Rektor Universitas
Indonesia;
4. Bapak Prof. DR. Chandra Wijaya, selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas
Indonesia juga Ketua Sidang;
5. Bapak DR. Wilman Dahlan Mansoer, selaku Dosen, juga Pembimbing Materi
Universitas Indonesia;
6. Bapak Drs. Sakhyan Asmara, M.SP., selaku Staf Ahli Menpora, juga
Pembimbing Teknis Penulis;
7. Bapak Prof. DR. Enoch Markum selaku penguji;
8. Para Dosen, Staf Sekretariat dan seluruh teman-teman di Pascasarjana
Universitas Indonesia;

viii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
9. Sahabat Syaiful Rachmat, Ketua PW GP Ansor Provinsi DKI Jakarta;
10. Sahabat Abdul Azis, Ketua PC GP Ansor Jakarta Utara;
11. Seluruh sahabat-sahabat di PP maupun PW, PC GP ANSOR se-Provinsi DKI
Jakarta.
12. Mama, kedua buah hatiku, Mas Abi dan Dik Bimo serta Fitri Kumala dan
Ahza yang tak henti-hentinya memberikan dorongan kepada penulis;
13. Sekretaris, Ketua dan para Anggota KPU Provinsi DKI Jakarta, masing-
masing: Bapak Achmadi; Dahliah Umar; Aminullah; Jamaluddin F. Hasyim,
Sumarno dan Suhartono.
14. Seluruh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta beserta
jajarannya, terutama untuk teman-teman staf organik KPU Kabupaten/Kota;
15. Teman-teman di LP3ES Jakarta, terutama Rahadi, serta sahabat Irfan, Rita,
Diah dan Sigit di Universitas Indonesia, dan Ichsan Darmawan di FISIP
Universitas Indonesia yang telah banyak membantu, mengajari penulis dalam
pengolahan data;
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik bentuk,
isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan
masukan yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga tesis ini dapat diterima,
bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.

Jakarta,Januari 2013

Muh. Douglas A. Ondang

ix
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR ISI

halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
LEMBAR MOTTO vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR BAGAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB 1 PENDAHULUAN ……………………………………………..... 1


1. 1. Latar Belakang Masalah ……………………………….... 1
1. 2 Perumusan Masalah …………………………………....... 12
1. 3. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 13
1. 4. Manfaat Penelitian ……………….……………………… 13
1. 5. Sistematika Penulisan Tesis ……..……………………… 13

BAB 2 LANDASAN TEORI ………………………………………….... 15


2. 1. Pengertian Pemilih Pemula …………………………….. 15
2. 2. Partisipasi Politik ……………………………………… 16
2. 2. 1. Voting Behaviour (Perilaku Memilih) ……………….. 18
2. 2. 2. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Memilih Seseorang
dalam Pemilu ………………………………………… 18
2. 2. 3. Faktor Sosiologis ………………………………….... 20
2. 3 Definisi Pemimpin ……………………………………..... 25
2. 3. 1. Pemimpin dalam Organisasi …………………………. 28
2. 3. 2. Pengaruh Pemimpin terhadap Pengikutnya …………... 32
2. 4. Komunikasi Organisasi ………………………………...... 35
2. 4. 1. Jaringan Kerja Komunikasi Organisasi ……..……..... 37
2. 4. 2. Pengaruh Komunikasi dalam Organisasi terhadap
Partisipasi Pemilih ………………………………….. 38
2. 5. Komitmen Organisasi …………………………………..... 39
2. 5. 1. Tipologi Komitmen pada Organisasi ………………..... 43
2. 5.2 Pengaruh Komitmen pada Organisasi terhadap
Partisipasi Pemilih …………………………………… 44

BAB 3 GAMBARAN UMUM ………………………………………….. 46


3. 1. Organisasi Kepemudaan …………..................................... 46
3. 2. Peran Organisasi Kepemudaan pada Partisipasi Politik …. 47
3. 3. Organisasi Kepemudaan X ………………………………. 49
3. 3. 1. Sejarah Lahirnya Organisasi X …………..….…......... 49

x
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
3. 3. 2. Kiprah Organisasi X Saat Ini ……………..….…......... 50
3. 3. 3. Struktur Organisasi …………………………............... 51
3. 3. 4. Proses Pengkaderan …………………………............... 53
3. 3. 5. Kegiatan Organisasi Kepemudaan X di Provinsi DKI
Jakarta …………………………………….................... 56
3. 3. 6. Target Organisasi Kepemudaan X di dalam Pilkada ….. 57

BAB 4 METODE PENELITIAN ………………………………………. 60


4. 1. Waktu dan Tempat Penelitian …………………………… 60
4. 1. 1. Waktu Penelitian ……………………………………… 60
4. 1. 2. Tempat Penelitian …………………………………….. 60
4. 2. Rancangan Penelitian ……………………………………. 61
4. 3. Populasi dan Sampel ……………………………………... 63
4. 3. 1. Populasi ……………………………………………….. 63
4. 3. 2. Sampel ………………………………………………… 63
4. 4. Variabel Penelitian ………………………………………. 64
4. 5. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian …………. 64
4. 5. 1. Kerangka Konseptual ……………………………........ 64
4. 5. 2. Hipotesis Penelitian …………………………………... 65
4. 6. Data dan Instrumentasi …………………………………... 65
4. 6. 1. Data …………………………………………………… 65
4. 6. 2. Instrumentasi ………………………………………….. 66
4. 7. Validitas dan Reliabilitas ………………………………... 68
4. 7. 1. Validitas ………………………………………………. 68
4. 7. 2. Reliabilitas ……………………………………………. 68
4. 8. Teknik Analisis Berganda ……………………………….. 69

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………. 70


5. 1. Tahap Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner ……………... 70
5. 2. Karakteristik Responden ………………………………… 71
5. 3. Uji Validasi dan Reliabilitas ……………………………... 73
5. 3. 1. Partisipasi Pemilih Pemula …………………………… 73
5. 3. 2. Pemimpin ……………………………………………... 74
5. 3. 3. Komunikasi dalam Organisasi ………………………… 75
5. 3. 4. Komitmen pada Organisasi ……………………………. 75
5. 4. Pengolahan Data …………………………………………. 77
5. 4. 1. Uji Regresi …………………………………………….. 77
5. 5. Pembahasan ………………………………………..……. 77
5. 5. 1. Pemimpin …………………………………………….. 78
5. 5. 2. Komunikasi dalam Organisasi ………………………… 79
5. 5. 3. Komitmen pada Organisasi ……………………………. 80
5. 6. Keterbatasan Penelitian ……………….…………..……. 82

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI …….……………… 84


6. 1. Kesimpulan ………………………………………………. 84
6. 2. Rekomendasi ………….………………………………... 84
6. 2. 1. Rekomendasi Akademik ……………...……………… 84
6. 2. 2. Rekomendasi Praktis …………………...…………… 85

xi
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 93

xii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR TABEL

halaman
1.1 Jumlah Pemilih Terdaftar, yang Menggunakan Hak Pilih dan yang
Tidak Menggunakan Hak Pilih/Rusak/Tidak Sah pada Pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007
dan Tahun 2012..................................................................................... 6

1.2 Jumlah Usia Pemuda di Provinsi DKI Jakarta..................................... 8

1.3 Tingkat Partisipasi Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi 9


DKI Jakarta Tahun 2012 (Berdasarkan Umur)....................................

1.4 Tingkat Partisipasi Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di Kota 10


Administrasi Jakarta Utara Tahun 2012 (Berdasarkan Usia)..............

1.5 Jumlah Golput di Provinsi DKI Jakarta pada Pilkada 2012 .............. 11

5.1 Usia Responden .................................................................................... 72

5.2 Tingkat Pendidikan Responden ............................................................ 72

5.3 Analisa Faktor Partisipasi Pemilih Pemula .......................................... 74

5.4 Analisa Faktor Pemimpin ..................................................................... 74

5.5 Analisa Faktor Komunikasi dalam Organisasi .................................... 75

5.6 Analisa Faktor Komitmen pada Organisasi ......................................... 76

5.12 Standard Multiple Regression …………………………………...….. 77

xiii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR BAGAN

halaman
2.1 A Three Component Model of Organizational Commitment ………. 41

4.1 Rancangan Penelitian .......................................................................... 62

4.2 Instrumen Penelitian ............................................................................ 67

xiv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN

halaman

1. Kuesioner Penelitian.............................................................................. 91

- Kuesioner Penelitian Pemimpin (X1) ................................................. 93

- Kuesioner Penelitian Komunikasi dalam Organisasi (X2) ............... 95

- Kuesioner Penelitian Komitmen pada Organisasi (X3) .................... 97

- Kuesioner Penelitian Partisipasi Politik (Y) ...................................... 99

2. Hasil Running Program SPSS V.17.0 ................................................... 101

- Frekuensi............................................................................................ 102

- Analisa Faktor Partisipasi Pemilih Pemula(Y) ................................. 103

- Analisa Faktor Pemimpin (X1) ........................................................... 104

- Analisa Faktor Komunikasi dalam Organisasi (X2) .......................... 105

- Analisa Faktor Komitmen pada Organisasi (X3) ............................... 106

- Hasil Uji Normalitas Variabel Secara Parsial.................................... 107

- Hasil Uji Normalitas Variabel Secara Simultan................................ 108

- Hasil Uji Korelasi .............................................................................. 109

- Hasil Regresi...................................................................................... 110

xv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
1

BAB 1
PENDAHULUAN

Penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh faktor pemimpin,


komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada organisasi terhadap partisipasi
pemilih pemula di Kota Administrasi X pada Pilkada 2012.

1. 1. Latar Belakang Masalah


Sebagai negara yang menggunakan sistem demokrasi, dimana rakyat
memiliki peranan penting di dalam urusan negara, demokrasi merupakan
kekuasaan rakyat berbentuk pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut
mengambil bagian dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para
pemimpin dan pejabat formal itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi
merupakan titipan rakyat atau merupakan kekuasaan yang dilimpahkan rakyat
kepada pemimpin dan pribadi-pribadi penguasa.
Partisipasi atau keterlibatan masyarakat dalam berpolitik merupakan
ukuran demokrasinya suatu negara. Dapat kita lihat dari pengertian demokrasi itu
sendiri yang secara normatif adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan
untuk rakyat, ungkapan ini diterjemahkan dalam setiap negara yang menganut
demokrasi, di Indonesia tercantum di dalam UUD 1945 (setelah Amandemen)
pada Pasal 1 ayat (2): “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan
menurut Undang-Undang Dasar”. Rakyat membuat kontrak sosial lewat
perwakilannya untuk mendelegasikan kekuasaannya kepada pemerintah yang
dipilih. Maka akan ada aturan main yang berupa Undang-Undang Dasar,
Peraturan Hukum dan sebagainya. Kemudian dibuat dan ditetapkan dengan
maksud agar dengan sarana-sarana kekuasaan titipan yang dilaksanakan oleh
pejabat atau penguasa itu benar-benar mulus lurus, benar dan jujur, demi
kepentingan dan kesejahteraan rakyat, dan tidak dimanipulasikan untuk
kepentingan pribadi para pemimpin dan pejabat untuk mengeruk keuntungan dan
memperkaya diri (Kartono, 1996: 156-158).

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
2

Sejalan dengan semangat desentralisasi, sejak tahun 2005 Pemilu Kepala


Daerah dilaksanakan secara langsung (Pemilukada/Pilkada). Semangat
dilaksanakannya pilkada adalah koreksi terhadap sistem demokrasi tidak langsung
(perwakilan) di era sebelumnya, dimana kepala daerah dan wakil kepala daerah
dipilih oleh DPRD, menjadi demokrasi yang berakar langsung pada pilihan rakyat
(pemilih). Dengan kata lain, Pemilihan langsung Kepala Daerah menjadi
konsensus politik nasional (Prasojo, et al, 2006: 40). Melalui pilkada, masyarakat
sebagai pemilih berhak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai
dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara, dalam memilih kepala daerah
(Evans, 2003: 40).
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah diterapkan prinsip
demokrasi. Pemilihan umum adalah salah satu wujud dari suatu negara demokrasi.
Sesuai dengan pasal 18 ayat 4 UUD 1945, kepala daerah dipilih secara
demokratis. Dalam Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan
Daerah, diatur mengenai pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang
dipilih secara langsung oleh rakyat, yang diajukan oleh partai politik atau
gabungan parpol.
Sedangkan didalam perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,
yakni Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008, Pasal 59 ayat 1b, calon kepala
daerah dapat juga diajukan dari calon perseorangan yang didukung oleh sejumlah
orang. Secara ideal tujuan dari dilakukannya pilkada adalah untuk mempercepat
konsolidasi demokrasi di Republik ini. Selain itu juga untuk mempercepat
terjadinya good governance karena rakyat bisa terlibat langsung dalam proses
pembuatan kebijakan. Hal ini merupakan salah satu bukti dari telah berjalannya
program desentralisasi. Daerah telah memiliki otonomi untuk mengatur dirinya
sendiri, bahkan otonomi ini telah sampai pada taraf otonomi individu.
Hal ini apabila dilihat dari perspektif desentralisasi, Pilkada langsung
tersebut merupakan sebuah terobosan baru yang bermakna bagi proses konsolidasi
demokrasi di tingkat lokal. Pilkada langsung akan membuka ruang partisipasi
yang lebih luas bagi masyarakat dalam proses demokrasi untuk menentukan
kepemimpinan politik di tingkat lokal. Sistem ini juga membuka peluang bagi
masyarakat untuk mengaktualisasi hak-hak politiknya secara lebih baik tanpa

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
3

harus direduksi oleh kepentingan-kepentingan elit politik, seperti ketika berlaku


sistem demokrasi perwakilan. Pilkada langsung juga memicu timbulnya figur
pemimpin yang aspiratif, kompeten, legitimate, dan berdedikasi. Sudah barang
tentu hal ini karena Kepala Daerah yang terpilih akan lebih berorientasi pada
warga dibandingkan pada segelitir elit di DPRD.
Sebagai negara yang menggunakan sistem demokrasi, dimana rakyat
memiliki peranan penting di dalam urusan negara, atau demokrasi merupakan
kekuasaan rakyat berbentuk pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut
mengambil bagian dalam pemerintahan. Oleh karena itu, kekuasaan para
pemimpin dan pejabat formal itu bukan muncul dari pribadinya, akan tetapi
merupakan titipan rakyat atau merupakan kekuasaan yang dilimpahkan rakyat
kepada pemimpin dan pribadi-pribadi penguasa.
Pemilu (pemilihan umum), merupakan sarana demokrasi yang
daripadanya dapat ditentukan siapa yang berhak menduduki kursi di lembaga
politik negara, legislatif dan eksekutif. Melalui pemilu, rakyat memilih figur yang
dapat dipercaya yang akan mengisi jabatan legislatif dan jabatan eksekutif. Dalam
pemilu, rakyat yang telah memilih, secara bebas dan rahasia, menjatuhkan
pilihannya pada figur yang di nilai sesuai dengan aspirasinya (Ranadireksa, 2007:
173-174).
Dalam konteks demokratisasi, masyarakat yang memiliki kesadaran
berdemokrasi adalah langkah awal menuju demokrasi yang benar. Pembentukan
warga negara yang demokratis dilakukan secara efektif hanya melalui pendidikan
kewarganegaraan atau civic education. Aktualisasi dari civic education
sebenarnya terletak pada tingkat partisipasi politik masyarakat di setiap
momentum politik seperti pemilu, karena sekaligus menjadi media pembelajaran
serta praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk
kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin
yang benar sesuai nuraninya. Barber dalam Branson (1999: 5) menjelaskan bahwa
”civic education adalah pendidikan untuk mengembangkan dan memperkuat
dalam atau tentang pemerintahan otonom (self government)”.
Pemerintahan otonom yang demokratis berarti bahwa warga negara aktif
terlibat dalam pemerintahannya sendiri. Mereka tidak hanya menerima dan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
4

memenuhi tuntutan orang lain. Yang pada akhirnya cita-cita demokrasi dapat
diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara dapat berpartisipasi
dalam pemerintahannya. Dalam demokrasi konstitusional, civic education yang
efektif adalah suatu keharusan karena kemampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat demokratis, berpikir secara kritis, dan bertindak secara sadar dalam
dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan kita mendengar
danoleh karenanya mengakomodasi piha klain, semuanya itu memerlukan
kemampuan yang memadai.
Tujuan civic education menurut Benyamin Barber dalam Branson (1999:
6) adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan
politik dan masyarakat baik di tingkat lokal, maupun nasional. Adanya pendidikan
politik bagi masyarakat adalah, agar masyarakat mengerti hak dan kewajibannya
dalam berpolitik. Hasilnya adalah dalam masyarakat yang demokratis
kemungkinan mengadakan perubahan sosial akan selalu ada, jika warga
negaranya mempunyai pengetahuan, kemampuan dan kemauan untuk
mewujudkannya.
Partisipasi warga negara dalam masyarakat yang demokratis, harus
didasarkan pada pengetahuan, refleksi kritis dan pemahaman serta penerimaan
akan hak-hak dan tanggung jawab. Partisipasi semacam itu memerlukan (1)
penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu, (2) pengembangan
kemampuan intelektual dan partisipatoris, (3) pengembangan karakter atau sikap
mental tertentu, dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prisip
fundamental demokrasi (Huntington: 1994: 56).
Masyarakat mengharapkan agar Pemilukada dapat menghasilkan kepala
daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka terhadap kepentingan
masyarakat, bukan kepala daerah yang hanya mementingkan kepentingan pribadi
atau golongannya saja, sebagai proses dari transformasi politik. Peran serta
keikutsertaan masyarakat sangat penting, karena sukses tidaknya pelaksanaan
pemilu salah satunya adalah ditentukan bagaimana partisipasi masyarakat dalam
menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tersebut.
Pengertian partisipasi sering diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat
dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses aktif dan inisiatif yang

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
5

muncul dari masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi ini akan terwujud dalam
kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukung, yaitu (1). Adanya
Kemauan, (2). Adanya Kemampuan, dan (3). Adanya kesempatan.
Dalam hal ini untuk kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari
dalam atau dari diri sendiri masyarakat tersebut. Artinya meskipun diberi
kesempatan oleh pemerintah atau negara tetapi kalau kemauan ataupun
kemampuan tidak ada maka partisipasi tidak akan terwujud.
Sedangkan kesempatan berpartisipasi berasal dari luar masyarakat.
Demikian pula walaupun kemauan dan kemampuan berpartisipasi oleh
masyarakat ada tetapi kalau tidak diberi kesempatan oleh pemerintah negara maka
partisipasi tidak akan terjadi. Oleh karena itu tiga hal ini tersebut kemauan,
kemampuan maupun kesempatan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mewujudkan partisipasi.
Selama ini kegiatan partisipasi masyarakat masih dipahami sebagai
upaya mobilitasi masyarakat untuk kepentingan pemerintah atau negara. Padahal
sebenarnya partisipasi idealnya masyarakat ikut serta dalam menentukan
kebijakan pemerintah yaitu bagian dari kontrol masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah. Dengan demikian implementasi partisipasi masyarakat seharusnya
anggota masyarakat merasa tidak lagi menjadi obyek dari kebijakan pemerintah
tetapi harus dapat mewakili masyarakat sendiri untuk kepentingan mereka sendiri
(Evans, 2003: 14). Bentuk partisipasi masyarakat dapat diwujudkan baik secara
perorangan maupun terorganisasi dan secara berkelanjutan atau sesaat saja. Untuk
ini di dalam mewujudkan partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan maka harus
ditetapkan strategi apa yang dilakukan (Rodee, 1993: 70).
Partisipasi politik, menurut Herbet McClosky yang dikutip oleh Damsar
di dalam “Pengantar Sosiologi Politik” dapat diartikan sebagai kegiatan kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan umum (Mc.Closky, 2010:180). Menurut Max Weber
masyarakat melakukan aktivitas politik karena, pertama alasan rasional nilai,
yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai-nilai suatu
kelompok. Kedua, alasan emosional afektif, yaitu alasan didasarkan atas

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
6

kebencian atau sukarela terhadap suatu ide, organisasi, partai atau individu.
Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan norma
tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatu kelompok sosial. Keempat,
alasan rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung
rugi secara ekonomi. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih di Provinsi
DKI Jakarta, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
TABEL 1.1.
JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR, YANG MENGGUNAKAN HAK
PILIH DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK
PILIH/RUSAK/TIDAK SAH PADA PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 DAN TAHUN
2012

JUMLAH
PEMILIH YANG
TIDAK
TAHUN PEMILIH YANG
PEMILIH MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
TERDAFTAR HAK
HAK PILIH
PILIH/RUSAK/
TIDAK SAH
2007 5.746.577 3.759.038 65% 1.987.539 35%

2012 PUTARAN 1 6.962.348 4.429.533 64% 2.532.815 36%

PUTARAN 2 6.996.951 4.667.941 67% 2.329.010 33%


Sumber: Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2007 dalam Angka dan Laporan Pemilu Gubernur dan Wakil
Gubernur di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012.

Tabel 1.1. diatas dapat kita lihat bahwa adanya peningkatan pemilih yang
menggunakan hak pilihnya pada pada pilkada putaran kedua dibandingkan dengan
pilpada sebelumnya. Sedangkan untuk jumlah golput, walaupun masih diatas
angka 30%, tetapi ada penurunan pada pilkada putaran kedua.
Miriam Budhiardjo mendefenisikan (Budhiardjo, 1982:12), bahwa
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut
secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan
negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
7

Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan


umum, menghadiri rapat umum, menjadi anggota suatu partai atau kelompok
kepentingan, mengadakan hubungan dengan pejabat pemerintah atau anggota
parlemen. Ramlan Surbakti mendefenisikan partisipasi politik itu sebagai kegiatan
warga negara biasa dalam mempengaruhi proses pembuatan dan pelaksanaan
kebijaksanaan umum dan dalam ikut menentukan pemimpin pemerintahan.
Peran serta masyarakat diperlukan dalam membangun negara ini, yang
salah satunya adalah lewat Pemilihan Umum. Pemilu merupakan salah satu
moment yang penting agar masyarakat dapat memilih wakil-wakil rakyat yang
dapat menyuarakan aspirasinya secara jujur, dan kredibel. Peran serta pemuda
juga penting dalam setiap gerak pembangunan di negara ini, karena merupakan
penerus bangsa yang akan menentukan arah pembangunan bangsa ini. Peranan
Organisasi Kepemudaan (OKP) dibutuhkan, karena selain mereka dapat menjadi
salah satu sarana pembinaan kader, juga mendapatkan posisi strategis, yaitu
sebagai salah satu lumbung suara bagi salah satu pasangan calon yang ada.
Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 Bab I Pasal 1 huruf 1
tentang Kepemudaan, yang dimaksud dengan pemuda adalah adalah warga negara
Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang
berusia 16 (enam belas) sampai 30 (tiga puluh) tahun (Sekretariat Negara, 2009:
2).Sedangkan jumlah pemuda yang masuk kategori seperti yang dijabarkan pada
peraturan tersebut, di negara kita jumlahnya cukup besar. Hal ini merupakan
potensi yang harus mendapat perhatian khusus oleh semua pihak, karena
merupakan aset bangsa.
Pemilih pemula memiliki peranan yang sangat penting, karena jumlahnya
sangat banyak dan ada peningkatan di setiap Pemilu. Diperkirakan, dalam setiap
pemilu, jumlah pemilih pemula sekitar 20-30% dari keseluruhan jumlah pemilih
dalam pemilu. Pada Pemilu 2004, jumlah pemilih pemula sekitar 27 juta dari 147
juta pemilih. Pada Pemilu 2009 sekitar 36 juta pemilih dari 171 juta pemilih. Data
BPS 2010: Penduduk usia 15-19 tahun: 20.871.086 orang, usia 20-24 tahun:
19.878.417 orang. Dengan demikian, jumlah pemilih muda sebanyak 40.749.503
orang. Dalam pemilu, jumlah itu sangat besar dan bisa menentukan kemenangan
partai politik atau kandidat tertentu yang berkompetisi dalam pemilihan umum.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
8

Proyeksi jumlah pemuda yang menurut kategori Undang-Undang Nomor


40 Tahun 2009 di Provinsi DKI Jakarta adalah:

TABEL 1.2.
PROYEKSI JUMLAH USIA PEMUDA DI PROVINSI DKI JAKARTA
(Bapenas, 2010: 28)

TAHUN USIA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH


2010 16-30 1.892.066 1.875.530 3.767.596
31-45 1.814.636 1.792.264 3.606.900
2011 16-30 1.940.581 1.923.621 3.864.202
31-45 1.861.165 1.838.220 3.699.385
2012 16-30 1.990.340 1.972.945 3.963.285
31-45 1.908.887 1.885.354 3.794.241
2013 16-30 2.040.099 2.022.269 4.062.368
31-45 1.956.609 1.932.488 3.889.097
Sumber: BPS, Susenas dan Proyeksi Pemuda 2010-2013.

Tabel 1.2. di atas dapat kita lihat, bahwa proyeksi jumlah pemuda
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang yang berusia 16-30 tahun, dari tahun
ke tahun ada kenaikan.
Jumlah pemuda di Provinsi DKI Jakarta memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam pemilu, karena dapat dijadikan sumber suara bagi pasangan calon.
Terlebih bila pemilih pemula tersebut dapat dijadikan proyeksi suara, karena
pemilih pemula belum pernah memberikan suaranya pada pemilu sebelumnya.
Peran serta masyarakat diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada
pemilih pemula tentang pentingnya partisipasi mereka dalam pemilu. Hal ini
penting agar pemilih pemula tersebut tidak menjadi golput.
Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai salah satu wadah pemuda
merupakan mitra strategis pemerintah yang salah satu tujuannya adalah proses
penyadaran bagi anggotanya. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 22. Sebagai bagian dari komponen bangsa,

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
9

pemuda tidak dapat melepaskan diri dan menghindar dari politik. Oleh karena
hakekat manusia termasuk pemuda adalah zoon politicon atau mahluk politik.
Keberadaan dan kiprah manusia termasuk pemuda merupakan bagian dari produk
politik dan terlibat baik langsung maupun tidak langsung, nyata maupun tidak
nyata dalam kehidupan politik.
Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan tersebut mencakup tindakan
seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen.Para pemuda
tersebut mendapatkan pendidikan politik bila mereka memang aktif berkecimpung
di dalam salah satu organisasi kepemudaan yang ada. Akan tetapi, peran serta dan
pengaruh pimpinan dalam organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dan partisipasi mereka dalam berpolitik. Pengaruh pemimpin,
komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada organisasi sangat berperan
dalam menentukan pilihan mereka dan aktif berpartisipasi dalam pemilu, karena
ada di dalam salah satu agenda kegiatan organisasi kepemudaan tersebut. Tabel
berikut ini menggambarkan tingkat partisipasi pemilih di Provinsi DKI Jakarta:
TABEL 1.3.
TINGKAT PARTISIPASI PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012
(BERDASARKAN UMUR)
(KPU Provinsi DKI, 2012)
TINGKAT PARTISIPASI

KAB.
NO USIA JAKARTA ADM. JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA
UTARA KEP. PUSAT TIMUR SELATAN BARAT
SERIBU
1 2 3 4 5 6 7 8

1 16 - 30 50% 35% 48% 40% 42% 20%


2 31 - 45 25% 40.5% 38% 35% 35% 45%
3 46 - 60 25% 24.5% 14% 25% 23% 35%
TOTAL 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Sumber: Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernr di Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2012 dalam Angka. KPU Provinsi DKI Jakarta, 2012.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
10

Tabel 3.1 di atas dapat kita amati bahwa tingkat partisipasi pemilih
pemula di Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi, dan yang tertinggi adalah di Kota
Administrasi Jakarta Utara. Hal ini tentu saja dapat dijadikan “lumbung suara”
oleh calon peserta pemilu untuk mendulang suara mereka.
Pada tabel di atas juga dapat kita amati bahwa usia pemilih pemula
memiliki nilai yang paling besar, terutama di Kota Administrasi Jakarta Utara.
Yang menarik untuk diamat adalah, faktor apa saja yang menyebabkan tingginya
tingkat partisipasi pemilih pemula di Kota Adminsitrasi Jakarta Utara.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti membatasi penelitian di
Kota Administrasi Jakarta Utara. Tingkat partisipasi pemilih pemula yang tinggi
di Kota Administrasi Jakarta Utara, dapat kita lihat tabel di bawah ini:
TABEL 1.4.
TINGKAT PARTISIPASI PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR
DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA TAHUN 2012
(BERDASARKAN USIA) (KPU Kota Jakarta Utara: 2012)
USIA
NO KECAMATAN
16 - 30 31 - 45 46 - 60
1 2 3 4 5

1 TANJUNG PRIOK 35% 30% 48%


2 KOJA 23% 40.5% 38%
3 PENJARINGAN 22% 43% 27%
4 PADEMANGAN 25% 23% 21.5%
5 CILINCING 21% 20% 26.4%
6 KELAPA GADING 26% 28% 29%
Sumber: Laporan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di Kota
Administrasi Jakarta Utara Tahun 2012. KPU Kota Jakarta Utara, 2012.

Pada tabel 1.4. di atas, terlihat bahwa usia pemilih pemula (16-30) yang
tertinggi adalah di Kecamatan Tanjung Priok. Jumlah yang besar tersebut perlu
mendapat perhatian khusus, karena potensi tersebut dapat dijadikan lumbung
suara bagi salah satu pasangan calon, atau sebaliknya, dapat menjadi golput.
Salah satu tugas dari Organisasi Kepemudaan (OKP) adalah memberikan
pendidikan bagi anggotanya akan pentingnya pemilu dan aktif berpartisipasi
dalam pemilu. Hal ini mengingat bahwa OKP banyak yang anggotanya

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
11

merupakan pemilih pemula pada pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur tahun
2012. Pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada
organisasi sangat berperan dalam menentukan pilihan mereka dan aktif
berpartisipasi dalam pemilu, karena ada di dalam salah satu agenda kegiatan
organisasi kepemudaan tersebut. Dengan demikian, partisipasi pemilih pemula
dalam pemilu sangat dibutuhkan, karena turut menentukan arah tujuan bangsa
kita. Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan
keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan seperti yang diharapkan.
Berbicara masalah partisipasi masyarakat dalam Pemilu tidak bisa
dilupakan hubungannya dengan kelompok masyarakat yang tidak menggunakan
haknya untuk memilih atau dalam bahasa populernya Golput. Masalah Golongan
Putih (Golput) sering menjadi wacana yang hangat dan krusial. Sebenarnya
masalah golput merupakan fenomena yang alamiah setiap penyelenggaraan
pemilu dimanapun. Hampir setiap pemilu jumlah Golput selalu ada bahkan ada
kecenderungan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan.
Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Negara RI, sudah 2 kali
melaksanakan pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur. Pertama kali pada tahun
2007, dimana untuk pertama kalinya Provinsi DKI Jakarta memilih Gubernur dan
Wakil Gubernurnya secara langsung, dan yang kedua pada tahun 2012. Tingkat
golput di Provinsi DKI Jakarta pada pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur paling
rendah di Kota Administrasi Jakarta Utara. Hal ini tentu saja menarik untuk
diteliti, mengingat jumlah pemilih pemula di daerah tersebut juga menunjukkan
angka yang cukup signifikan. Apakah faktor yang menyebabkan tingkat
partisipasi yang tinggi dan rendahnya angka golput di Kota Administrasi Jakarta
Utara tersebut? Untuk melihat tingkat golput di Provinsi DKI Jakarta, dapat kita
lihat pada data berikut ini:

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
12

TABEL 1.5.
JUMLAH GOLPUT DI PROVINSI DKI JAKARTA PADA PILKADA
2012

JUMLAH GOLPUT
PUTARAN JAKARTA PULAU JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA
UTARA SERIBU PUSAT TIMUR SELATAN BARAT
PUTARAN 1 6.99% 0.57% 4.62% 11.04% 8.61% 7.73%

PUTARAN 2 6.39% 0.64% 4.19% 10.22% 7.80% 6.78%


Sumber: Laporan Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2012.

Tabel 1.5. di atas dapat kita amati bahwa ada kecenderungan angka
golput menurun pada pilkada putaran kedua. Akan tetapi, data tersebut di atas
menunjukkan bahwa angka golput di Provinsi DKI Jakarta pada dua pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur masih diatas 30%. Berbagai kalangan menilai
bahwa adanya Golput merupakan hal biasa dan normal saja dalam penerapan
sistem demokrasi karena mustahil untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam
pemilu sampai 100%. Tetapi bilamana Golput mencapai angka yang cukup besar
bahkan sangat besar, hal inilah yang perlu mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah. Untuk hal yang demikian ini perlu adanya upaya dari pemerintah
bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu sekaligus untuk
menekan besarnya angka Golput yang telah terjadi.
Tingkat golput yang diatas 30% di Provinsi DKI Jakarta, tidak
mempengaruhi pasangan calon yang terpilih. Hal ini dikarenakan seluruh proses
yang telah dilaksanakan hingga penetapan calon terpilih, telah melalui proses
yang sesuai dengan peraturan. Sedangkan untuk tingkat golput, merupakan
koreksi bagi penyelenggara pemilu dan peneliti, untuk mencari solusi menekan
angka golput tersebut.
Sejumlah fenomena golput dalam setiap pemilu, merupakan wujud
apriori rakyat sebagai ketidakpercayaan masyarakat pada parpol maupun pada
figur-figur calon Presiden, calon Wakil Presiden atau kandidat para calon Kepala
Daerah dan wakilnya, ini perlu mendapat kajian secara tersendiri. Tetapi secara
umum orang bisa mengklasifikasikan kelompok Golput atau orang yang tidak
memilih dalam pemilu. Pertama, orang yang tidak memilih, tidak mengunakan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
13

hak pilihnya karena sengaja secara sadar sebagai bentuk rasa kecewa dan tidak
percaya kepada partai politik atau figur-figur yang tampil dalam Pemilu. Kedua,
yang tidak memilih karena tidak terdaftar dan tidak mendapat surat panggilan
untuk memilih. Banyak faktor kenapa hal ini sampai terjadi. Ketiga, orang yang
tidak memilih karena ada unsur keterpaksaan yang berkaitan dengan aktivitasnya.
Seperti pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, sedangkan lokasi sulit terjangkau,
dalam perjalanan dimana waktunya tidak dimungkinkan untuk memilih (Wahid,
dkk: 2009: 35).

1. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, pertanyaan penelitian ini
adalah:
Bagaimana pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan
komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012?

1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan
komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012.

1. 4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa
didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Pemilihan Umum, serta kaitannya dengan tingkat
partisipasi Pemilihan Umum, khususnya partisipasi pemilih pemula.
2. Secara praktis dapat dijadikan rujukanbagi Kementerian Pemuda dan
Olah Raga, Komisi Pemilihan Umum untuk meningkatkan
partisipasi pemilih pemula yang merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X dan mitra strategis pemerintah.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
14

3. Secara praktis dapat menjadi rujukan bagi para calon Gubernur dan
Wakil Gubernur untuk menjaring suara pemilih pemula.

1. 5. Sistematika Penulisan Tesis


Sistematika penulisan tesis yang merupakan hasil penelitian, terdiri dari:
BAB I : PENDAHULUAN, yang memuat latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian serta sistematika penulisan.
BAB II : KERANGKA TEORI, berisi landasan teori yang
dijadikan sebagai bingkai dalam menganalisa berupa
kerangka pemikiran.
BAB III : GAMBARAN UMUM, berisi tentang latar belakang
objek penelitian, dan peran sertanya di tengah-tengah
masyarakat.
BAB IV : METODE PENELITIAN, terdiri dari waktu dan tempat
penelitian, rancangan penelitian, populasi dan sampel,
variabel penelitian, kerangka konseptual dan hipotesis
penelitian, data dan instrumentasi, validitas dan
reliabilitas, serta teknik analisis regresi berganda.
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berupa
jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang berisi hasil
analisis dan hasil analisa data dalam usaha menguji
hipotesis.
BAB VI : PENUTUP, berisi kesimpulan dan rekomendasi.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
15

BAB 2
LANDASAN TEORI

Untuk menganalisis permasalahan yang ada, penulis menggunakan


beberapa teori yang relevan dengan permasalahan. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah penulis dalam melihat fenomena yang ada, menganalisis
permasalahan yang sedang diteliti. Dalam penelitian kuantitatif, teori tersebut
menjadi kerangka penelitian secara keseluruhan, suatu model terorganisir
pertanyaan atau hipotesis penelitian dan prosedur pengumpulan data (Creswell,
2003:84). Penelitian ini akan meneliti dan menganalisis pengaruh pemimpin,
komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada organisasi terhadap partisipasi
pemilih pemula yang merupakan anggota dari Organisasi Kepemudaan X di
Kecamatan Y, Kota Administrasi Jakarta Utara pada Pilkada 2012 di Provinsi
DKI Jakarta.

2. 1. Pengertian Pemilih Pemula


Secara umum, seseorang dapat dikategorikan sebagai pemilih pemula
dikarenakan oleh dua faktor, yaitu faktor usia dan profesi. Faktor usia adalah
suatu situasi dan kondisi, dimana seseorang yang berumur 17 tahun atau belum
berusia 17 tahun, tetapi sudah menikah sehingga memiliki hak pilih. Sedangkan
yang dimaksud dengan faktor profesi adalah, suatu situasi dan kondisi, dimana
seseorang memiliki hak pilih dan menjadi pemilih pemula karena status
pekerjaannya yang berubah, dari militer menjadi sipil. (KPU DKI, 2012)
Menurut Komisi Pemilihan Umum RI., Pemilih Pemula adalah mereka
yang berusia 17 tahun pada saat diadakan pemilihan umum atau mereka yang
belum berumur 17 tahun tetapi sudah menikah dan namanya tercantum dalam
Daftar Pemilih Tetap (DPT).
Dalam modul sosialisasi yang diterbitkan oleh KPU Provinsi DKI Jakarta
tahun 2012 (KPU DKI, 2012: 12), yang dimaksud pemilih pemula adalah
seseorang yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya, berusia 17 tahun

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
16

atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah menikah, dan namanya tercantum dalam
DPT.
Dalam penghitungan suara pemilu, satu suara saja sangat berarti karena
bisa mempengaruhi kemenangan politik. Apalagi suara yang berjumlah jutaan
sebagaimana halnya yang dimiliki kalangan pemilih pemula, pasti lebih
menentukan lagi. (KPU DKI, 2012) Itulah sebabnya, dalam setiap pemilu,
pemilih pemula menjadi “rebutan” berbagai kekuatan politik. Menjelang pemilu,
partai politik atau peserta pemilu lainnya, biasanya membuat iklan atau
propaganda politik yang menarik para pemilih pemula. Mereka juga membentuk
komunitas kalangan muda dengan aneka kegiatan yang menarik anak-anak muda,
khususnya pemilih pemula. Tujuannya satu: agar para pemilih pemula tertarik
dengan partai atau kandidat itu dan kemudian memberikan suaranya dalam pemilu
untuk mereka sehingga mereka dapat mendulang suara yang signifikan dan
meraih kemenangan.

2. 2. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan
keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan menghasilkan seperti yang diharapkan.
Partisipasi yang dikutip dari buku “Pengantar Ilmu Pemerintahan”
mengatakan bahwa:
“Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap
individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan
organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama”
(Syafiie, 2010: 142).
Berdasarkan definisi di atas, partisipasi merupakan keterlibatan individu
dalam situasi dan kondisi organisasinya. Keterlibatan tersebut dapat mendorong
individu untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
organisasinya yaitu partai politik.
Sedangkan pengertian partisipasi politik didefinisikan sebagai berikut:
“Kegiatan warganegara (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
17

pengambilan keputusan oleh pemerintah” (Huntington, 1994:6). Maksud dari


definisi di atas, kegiatan yang dilakukan oleh warganegara yang tidak terikat,
tujuannya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemerintah.
Menurut Myron Weiner yang dikutip dalam bukunya Mochtar Mas’ud
dan Colin Mac Andrew dalam bukunya yang berjudul Perbandingan Sistem
Politik (Myron dalam Mochtar Mas’ud & Colin Mac Andrew 1986: 42-45), paling
tidak terdapat lima hal yang menyebabkan timbulnya gerakan ke arah partisipasi
lebih luas dalam proses politik ini antara lain:
1. Modernisasi, komersialisasi pertanian, industrialisasi, urbanisasi
yang meningkat, penyebaran kepandaian baca tulis, perbaikan
pendidikan, dan pengembangan media komunikasi massa.
2. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial.
3. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern.
4. Konflik di antara kelompok-kelompok pemimpin politik.
5. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial ekonomi
dan kebudayaan.

Partisipasi politik merupakan merupakan suatu kegiatan dimana


seseorang terlibat dalam kegiatan politik, seperti kampanye, melakukan kontak
dengan politisi-politisi, memberikan suara dalam pemilu, menjadi anggota dari
organisasi politik, terlibat dalam kegiatan politik secara simultan, dan aktif
mengikuti berita-berita politik kekinian. Dengan tingginya tingkat partisipasi di
sebuah negara atau daerah, diharapkan rakyat atau warganegara menjadi lebih
peduli terhadap kegiatan-kegiatan atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah
atau negara tersebut. (Martha Barriga, 2004: 20)
Sedangkan menurut Edward Gonzales-a (2009), Partisipasi politik
merupakan komponen penting dalam demokrasi. Partisipasi politik dalam sebuah
proses demokrasi digambarkan sebagai interaksi antara partai politik dan
pemilihnya. Partisipasi politik juga berpengaruh pada legitimasi dari hasil proses
demokrasi. Dimana ketika tingkat partisipasi tinggi dalam sebuah pesta
demokrasi, akan menghasilkan sebuah pemerintahan yang dianggap lebih

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
18

legitimate dibandingkan dengan tingkat partisipasi yang rendah dalam proses


demokrasi.

2. 2. 1. Voting Behaviour (Perilaku Memilih)


Dalam sebuah pemilihan umum, ketika pemilih memiliki pilihan
bagaimana memutuskan siapa yang mereka pilih (Hague, 1998: 106). Fenomena
tersebut dalam ilmu politik biasa disebut dengan perilaku memilih atau voting
behavior. Dalam bahasa yang lebih sederhana dan mudah dimengerti, pada
bukunya Comparative Government and Politics: An Introduction, Rod Hague
dkk., menjelaskan bahwa studi tentang perilaku memilih adalah kekuatan yang
membentuk kekuatan individu. (Hague, 1998: 96) Pilihan individu yang dimaksud
tentu saja pilihan dalam sebuah pemilihan umum.
Perilaku memilih dibentuk oleh banyak faktor, yaitu faktor jangka
panjang dan faktor jangka pendek. Faktor jangka panjang mencakup perubahan
struktur sosial atau tahapan dimana seseorang mengidentifikasikan diri dengan
partai tertentu. Faktor jangka pendek mencakup kejadian, isu-isu politik, dan
kepribadian tertentu yang berhubungan dengan setiap pemilihan umum.
Sedangkan faktor pemimpin, komunikiasi organisasi, dan komitmen organisasi
dapat mempengaruhi partisipasi untuk memilih kepada anggota-anggotanya.
(www.rdg.ac.uk/AcaDepts/Ip/PolIR/Summer School99/VotingBehaviour.html
pada tanggal 10 Januari 2012).

2. 2. 2. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Memilih Seseorang dalam Pemilu


Perilaku memilih dibentuk oleh banyak faktor, yaitu faktor jangka
panjang dan faktor jangka pendek. Faktor jangka panjang mencakup perubahan
struktur sosial atau tahapan di mana seseorang mengidentifikasi diri dengan partai
politik tertentu. Faktor jangka pendek mencakup isu-isu politik, kejadian, dan
kepribadian tertentu yang berhubungan dengan setiap pemilihan umum.
(www.rdg.ac.uk/AcaDepts/Ip/PolIR/Summer School99/VotingBehaviour.html
pada tanggal 10 Januari 2012).

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
19

Untuk menganalisa perilaku memilih warga masyarakat, menurut Dennis


Kavanagh, kita bisa menggunakan 5 (lima) pendekatan. Secara ringkas kelima
pendekatan itu dapat digambarkan sebagai berikut (Kavanagh, 1983: 83-88):
1. Structural Approach. Di sini struktur sosial dipandang sebagai basis dari
pengelompokan politik. Pendekatan ini percaya bahwa tingkah laku politik
seseorang, termasuk menentukan pilihan politiknya, sangat ditentukan oleh
pengelompokan sosialnya. Pengelompokan ini umumnya didasarkan atas: kelas
sosial, agama, desa-kota, bahasa dan nasionalisme.
2. Sociological Approach. Hampir sama dengan pendekatan struktural. Keduanya
berpendapat bahwa tingkah laku politik seseorang, sangat dipengaruhi oleh
identifikasi mereka terhadap satu kelompok, serta norma-norma yang dianut
oleh kelompok itu. Bedanya, dalam pendekatan sosiologis, mobilitas seseorang
untuk keluar dari satu kelompok dan bergabung dengan kelompok yang lain
masih dimungkinkan.
3. Ecological Approach. Pendekatan ini percaya bahwa faktor-faktor yang bersifat
ekologis, seperti daerah, sangat menentukan tingkah laku politik seseorang.
Misalnya, pendekatan ini percaya bahwa mereka yang lahir dan dibesarkan di
daerah pesisir pantai, lebih bersikap demokratis dibandingkan dengan mereka
yang berada di daerah pegunungan.
4. Social Psychological Approach. Pendekatan ini percaya bahwa tingkah laku
politik dan keputusan politik seseorang, sangat dipengaruhi oleh interaksi
antara faktor-faktor internal, seperti sistem kepercayaan, dan faktor eksternal,
seperti pengalaman politik. Kebalikan dari pendekatan sosiologis, pendekatan
psikologi sosial ini percaya bahwa tingkah laku dan kepercayaan individu
menentukan dan membentuk norma-norma kelompok. Bukan sebaliknya,
norma kelompok menentukan norma dan tingkah laku individu.
5. Rational Choice Approach. Sebenarnya pendekatan ini merupakan “kelanjutan”
dari pendekatan psikologi sosial. Di sini orang percaya, bahwa dengan semakin
modernnya masyarakat, makin tinggi tingkat pendidikan mereka, maka warga
masyarakat akan selalu memperhitungkan keuntungan dan kerugian yang akan
diperoleh bila melakukan satu tindakan politik.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
20

Tesis ini tidak menekankan kepada salah satu pendekatan di atas, tetapi
untuk menjelaskan perilaku memilih penulis perlu memadukan beberapa
pendekatan. Hal ini dikarenakan penulis berusaha untuk menjelaskan perilaku
memilih secara lebih komprehensif, sehingga akhirnya penulis merasa perlu
menggunakan beberapa pendekatan.
Dalam mempelajari perilaku memilih sangat penting bagi kita
mengetahui interaksi yang kompleks antara faktor-faktor sosiologis seperti kelas,
gender dan ras, dan faktor-faktor politis seperti kesuksesan atau kegagalan dari
partai politik, popularitas sebuah pemerintahan, pengaruh dari pemimpin partai
politik, pemimpin dalam organisasi dimana si pemilih bernaung, dan sebagainya.
Bisa dikatakan bahwa perilaku memilih merupakan kombinasi dari pilihan
rasional dan kebiasaan belaka, di mana individu pemilih memikirkan keduanya
ada pada diri mereka yaitu merupakan subjek terhadap tekanan sosial dan
pengikut dari loyalitas kelompok. Dalam hal ini, signifikansi dari individu, faktor
sosiologis, pengaruh masyarakat secara keseluruhan dan atau pertimbangan politik
perlu diperhitungkan. (www.rdg.ac.uk/AcaDepts/Ip/PolIR/Summer
School99/VotingBehaviour.html pada tanggal 10 Januari 2012).

2. 2. 3. Faktor Sosiologis
Studi mengenai pengaruh faktor sosiologis terhadap perilaku memilih
dikembangkan oleh ilmuwan dari Columbia School. Studi mengenai perilaku
memilih dimulai di Departemen Sosiologi Universitas Columbia pada masa
Franklin H. Giddings. Tulisan-tulisan yang menjelaskan perilaku pemilih dan
kaitannya dengan faktor sosiologis yang muncul dari Columbia School ini
berturut-turut di antaranya : tulisan Stuart A. Rice yang berjudul Quantitiative
Methods in Politics (1928), tulisan Paul F. Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan
Hazel Gaudet yang berjudul The People Choice (1944), dan tulisan Bernard
Berelson, Paul Lazarsfeld, dan William N. McPhee yang berjudul Voting (1954).
(Burdick, 1959: 6-7)
Untuk melihat pengaruh faktor sosiologis terhadap perilaku memilih, kita
perlu mengaitkan perilaku memilih dengan reference groups. Sosiolog dan
psikolog sosial menyebutkan bahwa sepanjang hidup kita, sikap dan tingkah laku

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
21

kita sangat dipengaruhi oleh “reference groups”. Kita menjadi sadar bagaimana
orang lain-tidak semua orang lain, tetapi beberapa orang lain-bereaksi; kita
“mengacu” (“me-refer”) kepada pandangan orang lain.
Begitu juga dengan tingkah laku memilih. Dalam setiap pemilihan tidak
kurang ada tiga kelompok sosial yang dibagi dari keseluruhan pemilih.
Kelompok-kelompok tersebut di antaranya yaitu: categoric-groups, secondary-
groups, dan primary-groups. (Bonne, et.al, 1981: 15-16). Tesis ini tidak
membahas keseluruhan group membership di atas, melainkan hanya dua saja,
yaitu categoric-group membership dan primary-group membership.

Categoric-Group Membership
Di dalam categoric-groups, masing-masing kelompok terdiri dari orang
yang memiliki satu atau lebih karakteristik (contoh: lulusan SMU, laki-laki,
kelompok usia) yang tidak mempunyai kesadaran akan identifikasi kelompok,
tujuan, atau aktivitas politik organisasi, tetapi yang perilaku politiknya walaupun
begitu memiliki karakteristik kelompok yang sama (Bonne, et.al, 1981).
Pengelompokan categoric groups biasanya yaitu (Bonne, et.al, 1981:17-19):
a. Jenis Kelamin (Sex). Dalam hal ini tidak ada pembedaan jenis kelamin yang
signifikan dalam preferensi politik, tetapi aktivitas politik perempuan masih
berbeda dari laki-laki. Perempuan umumnya kurang dilibatkan, tertarik dan
aktif dalam politik daripada laki-laki. Ketidakaktifan politik perempuan
merupakan hasil dari pandangan yang dipegang secara luas, terutama oleh
masyarakat yang tingkat sosioekonomi lebih rendah, bahwa urusan perempuan
yang tepat adalah mengurus rumah, suami, dan anak-anak, dan perempuan
seharusnya meninggalkan urusan bisnis dan politik untuk urusan laki-laki.
b. Usia (Age). Dalam hal ini, diasumsikan bahwa ada perbedaan dalam perilaku
memilih dari bermacam kelompok usia. Ada kecenderungan dalam masyarakat
di Amerika Serikat bahwa seseorang tumbuh menjadi lebih konservatif dan
kurang toleran terhadap pandangan yang berlawanan ketika mereka bertambah
tua. Ketika seseorang bertambah tua, mereka cenderung menjadi lebih terlibat
dalam politik, lebih partisan, dan lebih aktif.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
22

c. Pendidikan (Education). Studi perilaku pemilih di Amerika Serikat


menunjukkan bahwa ada sebuah proporsi yang tinggi di mana kebanyakan
orang yang terpelajar adalah Republicans (pendukung partai Republik) dan
mayoritas orang yang kurang terpelajar adalah Democrats (pendukung partai
Demokrat). Dalam situasi lain, dalam hubungannya dengan aktivitas politik,
ditunjukkan bahwa orang-orang yang terpelajar adalah juga yang paling aktif
dalam aktivitas politik, dan orang-orang yang kurang terpelajar adalah orang-
orang yang kurang aktif dalam aktivitas politik.
Tesis ini tidak membahas keseluruhan dari kelompok di atas, akan tetapi
hanya membahas kelompok usia. Kelompok usia disini adalah kelompok usia
pemilih pemula, yang berkisar antara usia 17-21 tahun. Bagi mereka yang berusia
17-21 tahun memilih dalam Pemilu merupakan pengalaman pertama kali. Selain
pelajar pada umumnya, ada juga kalangan muda lainnya yang baru pertama kali
akan menggunakan hak pilihnya dalam pemilu, yakni para mahasiswa semester
awal dan kelompok pemuda lainnya yang pada Pemilu periode lalu belum genap
berusia 17 tahun. Secara psikologis, pemilih pemula memiliki karakteristik yang
berbeda dengan orang-orang tua pada umumnya. Misalnya kritis, mandiri,
independen, anti status quo atau tidak puas dengan kemapanan, pro perubahan dan
sebagainya. Karakteristrik itu cukup kondusif untuk membangun komunitas
pemilih cerdas dalam pemilu yakni pemilih yang memiliki pertimbangan rasional
dalam menentukan pilihannya. Misalnya karena integritasnya, track record-nya
atau program kerja yang ditawarkan (KPU DKI, 2012).

Primary Group Membership


Beberapa ilmuwan psikologi sosial telah meneliti pengaruh sebuah
kelompok terhadap sikap dan tingkah laku anggotanya (Ranney, 1993: 52).
Pengaruh sosial yang paling langsung dalam perilaku memilih adalah primary
groups, khususnya keluarga dan teman (Bonne, et.al, 1981: 24) Di dalam
primary group, masing-masing kelompok terdiri dari orang yang melakukan
kontak dan interaksi yang teratur dan berkali-kali (contoh: suami dan istri, orang
tua dan anak, teman, rekan kerja). (Bonne, et.al, 1981: 16) Ilmuwan psikologi
sosial menyimpulkan bahwa primary group umumnya memiliki pengaruh yang

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
23

langsung dan sangat kuat terhadap opini anggotanya daripada kelompok lain yang
lebih besar. (Bonne, et.al, 1981: 52)
Paling tidak ada 3 kelompok dalam primary-group, yaitu:
1. Suami dan istri. Dari semua kelompok sosial, kelompok yang paling homogen
secara politik adalah pasangan suami-istri. Studi dari Angus Campbell dkk, The
Voter Decides (Bonne, et.al, 1981: 24) menunjukkan bahwa dari keseluruhan
pasangan suami-istri yang diteliti, 90 sampai 95 persen di antaranya memiliki
kesamaan pilihan, sebuah solidaritas yang tidak dimiliki oleh kelompok lain.
2. Orang tua dan anak. Kita mendapatkan nilai, persepsi sesungguhnya, pendapat,
dan pola perilaku kita dari orang tua, saudara laki-laki dan saudara perempuan
kita. Memang, kita sering mendengar bahwa kebanyakan orang “mewarisi”
pertalian partai politik dan sikap politik dari orang tua mereka (Ranney, 1993:
54). Salah satu studi dari Angus Campbell dkk yang lain, The American Voter,
yang dikutip oleh Ranney, menunjukkan bahwa ketika para orang tua bersatu
dalam pilihan partai mereka, anak-anak mereka sangat mungkin untuk
mengikuti pilihan orang tuanya. Ketika para orang tua memiliki pilihan yang
berbeda, pilihan anak-anak mereka juga terbagi. (Ranney, 1993: 24-25)
3. Peer groups. Peer group-teman dan rekan kerja-cenderung hampir sama
homogennya secara politik dengan keluarga. (Ranney, 1993: 24-25)
Dikarenakan yang menjadi unit penelitian tesis ini adalah mahasiswa, maka
peer group yang dimaksud di sini adalah peer group pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X. Oranisasi-organisasi sosial kemasyarakatan
(ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) merupakan salah satu sarana
sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Pengaruh dari primary groups terhadap perilaku memilih bisa dijelaskan
oleh Henry W. Riecken. Di dalam tulisannya, Primary Groups and Political Party
Choice (Burdick, 1959: 162), disebutkan bahwa pilihan politik individu mungkin
sama dengan teman terdekatnya. Studi yang dilakukan di Elmira, sebuah kota
industri kecil di New York (Burdick, 1959), bahwa pemilih individu cenderung
untuk memilih partai yang sama dengan partai yang ayah mereka pilih; bahwa
suami dan istri cenderung untuk memilih calon presiden yang sama; bahwa ada

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
24

persetujuan yang sama dalam pilihan di antara teman-teman; dan pada tingkat
yang lebih rendah, terjadi hal yang sama pada rekan-rekan kerja penduduk Elmira,
dan, terakhir; bahwa orang cenderung untuk memilih sama seperti orang lain yang
memiliki status sosioekonomi dan pertalian keagamaan yang sama dengan
mereka. Pendek kata, studi di Elmira menyebutkan bahwa bagi seorang individu
lingkungan sosial cenderung homogen secara politik. Cenderung homogen dalam
politik maksudnya adalah, mereka cenderung memiliki kesamaan dalam hal
memilih.
Mengenai kesamaan perilaku di antara anggota primary group, dijelaskan
oleh Homans (Burdick, 1959: 163) bahwa norma (ide mengenai bagaimana
seseorang seharusnya berperilaku dan percaya) muncul dan berkembang dalam
primary group. Homans (Burdick, 1959) menyatakan bahwa seorang individu
akan menjadi penerima sentimen positif (seperti menyukai) dari anggota lainnya
pada tingkatan bahwa tingkah lakunya “menghidupi” norma mereka. Berdasarkan
pandangan Homans, dengan demikian perilaku memilih bisa diasumsikan bahwa
individu ingin disukai oleh anggota primary group lainnya, atau kelompok itu
sendiri, di mana individu tersebut termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, mereka
akan berusaha membuat opini mereka sama dengan opini dari setiap kelompok.
(Burdick, 1959)
Pada setiap primary group, tekanan tertentu mempunyai pengaruh
terhadap keseragaman opini di antara anggota. Tekanan tersebut muncul dari
beberapa sumber.
Pertama, keanggotaan dalam kelompok tertentu membatasi isyarat yang
diterima anggota dan oleh karena itu mempengaruhi ide mereka mengenai seperti
apa dunia ini. (Ranney, 1993: 52)
Kedua, individu ingin dianggap sebagai bagian dari kelompok dimana ia
berada, khususnya dalam pandangan orang-orang dan kelompok yang berarti
untuk kita.
Ketiga, jika seseorang menilai keanggotaannya dalam kelompok tertentu
adalah tinggi, seperti keluarga, kelompok persaudaraan atau perkumpulan
mahasiswa, lembaga keagamaan, atau serikat buruh, dan memperoleh kepuasaan
personal yang nyata dari pertemanan tersebut, mereka mungkin merasa bahwa jika

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
25

mereka menyuarakan pendapat yang berbeda tajam dari anggota lainnya,


kelompok mungkin menjauhkan mereka atau bahkan memutuskan hubungan,
sehingga dengan demikian menghilangkan orang tersebut dari kelompok.
Terkadang tekanan dilakukan melalui komunikasi informal di antara anggota
kelompok yang tidak memiliki posisi dalam kelompok. (Ranney, 1993: 52-53)

2. 3. Definisi Pemimpin
Menurut Kouzes & Posner (1993) bahwa kepemimpinan merupakan
sebuah hubungan antara mereka yang terpanggil sebagai pemimpin dan mereka
yang memilih sebagai pengikut. Proses kepemimpinan tidak dapat berdiri sendiri.
Proses ini sangat erat kaitannya antara pemimpin dengan pengikut. Bahwa
kesuksesan sebagai pemimpin tidak dapat dilihat dari variabel pemimpinnya saja,
tetapi juga harus dilihat bagaimana pemimpin tersebut mampu merealisasikan
hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan pengikutnya. Kesuksesan
tersebut akan sepenuhnya bergantung pada kapasitas pemimpin untuk
membangun dan mempertahankan hubungan manusia yang memungkinkan orang
untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa secara regular.
Menurut Kouzes dan Posner (1993), karakteristik pemimpin adalah
sebagai berikut: 1. Jujur, 2. Berpandangan ke depan, 3. Kompeten,
4. Menginspirasi/membangkitkan semangat, 5. Pandai/cerdas, 6. Berwawasan
adil, 7. Berwawasan luas, 8. Dapat dipercaya, 9. Dapat diandalkan,
10. Kooperatif, 11. Tegas, 12. Imajinatif, 13. Ambisius, 14. Berani, 15. Perhatian,
16. Dewasa, 17. Loyal/setia, 18. Pengendalian diri, 19. Independen.
Tuntutan yang diajukan oleh Kouzes dan Posner (1993) lebih tetap
dikatakan sebagai panduan lapangan bagi para pemimpin untuk
mentransformasikan nilai-nilai menjadi tindakan, visi menjadi lebih realitas,
rintangan menjadi inovasi, perbedaan menjadi solidaritas, dan resiko menjadi
penghargaan.
Sedangkan pemimpin menurut Soekanto (1990:265) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain yaitu pengikut, sehingga orang lain tersebut
berperilaku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
26

Ada perbedaan antara pemimpin sebagai kedudukan dan pemimpin


sebagai proses sosial. Pemimpin sebagai kedudukan merupakan kompleks dari
hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki seseorang atau badan. Sedangkan
sebagai proses sosial, pemimpin meliputi segala tindakan yang dilakukan
seseorang atau suatu badan yang menyebabkan gerak dari warga masyarakat.
Dalam proses interaksi manusia berikutnya seiring dengan perkembangan
sistem organisasi pemerintahan telah memunculkan adanya organisasi formal dan
informal yang juga mengakibatkan adanya pemimpin formal dan informal.
Pemimpin formal adalah orang yang oleh organisasinya/lembaga tertentu ditunjuk
sebagai pemimpin, berdasarkan keputusan dan pengangkatan resmi untuk
memangku suatu jabatan dalam struktur organisasi dengan segala hak dan
kewajiban yang berkaitan dengannya untuk mencapai sasaran organisasi (Kartono,
1998:40). Sedangkan pemimpin informal adalah orang tidak mendapatkan
pengangkatan formal sebagai pemimpin, namun karena ia memiliki sejumlah
kualitas unggul, dia mencapai kedudukan sebagai orang yang mampu
mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku suatu kelompok atau masyarakat.
Pemimpin mempunyai fungsi sebagai penggerak/dinamisator dan
koordinator dari sumber daya manusia, sumber daya alam (Kartono, 1998:36).
Untuk dapat mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan orang lain,
pemimpin membutuhkan kemampuan dan keterampilan serta sifat-sifat yang
memadai untuk melaksanakan kegiatannya. Sehubungan dengan hal tersebut
Ordway Tead (Kartono, 1998:38) mengemukakan kemampuan dan sifat
pemimpin sebagai berikut:
1. Energi jasmani dan mental, yaitu pemimpin mempunyai daya tahan,
keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa. Demikian juga
didukung dengan semangat juang, motivasi kerja, disiplin dan
kesabaran.
2. Kesadaran akan tujuan dan arah, yaitu pemimpin memiliki
keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua
perilaku yang dikerjakan pemimpin tahu persis kemana arah yang
akan ditujunya, dan memberi manfaat bagi dirinya dan kelompok.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
27

3. Antusiasme, yaitu pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan


dicapai membangkitkan, optimis dan semangat besar pada pribadi
pemimpin maupun anggota kelompok.
4. Keramahan dan kecintaan, yaitu kasih sayang dan dedikasi
pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang menyenangkan bagi semua
pihak. Sedangkan keramahan juga memberikan pengaruh pemimpin
dalam mencapai tujuan.
5. Integritas, yaitudengan segala ketulusan hati dan kejujuran,
pemimpin memberikan keteladanan, agar dia patuhi dan diikuti oleh
anggota kelompoknya.
6. Penguasaan teknis, yaitu pemimpin harus memiliki satu atau
beberapa kemahiran teknis tertentu, agar ia mempunyai kewibawaan
dan kekuasaan untuk memimpin kelompoknya.
7. Ketegasan dalam mengambil keputusan, yaitu mengambil keputusan
secara tepat, tegas, dan cepat sebagai hasil dari kearifan dan
pengalamannya.
8. Kecerdasan, yaitu kemampuan pemimpin untuk melihat dan
mematuhi dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian,
menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara-cara
penyelesaiannya dalam waktu singkat.
9. Keterampilan mengajar, yaitu pemimpin harus mampu menuntun,
mendidik, mengarahkan, mendorong, dan menggerakkan anak
buahnya atau anggotanya untuk berbuat sesuatu.
10. Kepercayaan, yaitu bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik,
dipengaruhi secara positif dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang
benar.
Sedangkan David A. Horrison (2011: 1213) mengatakan bahwa,
pemimpin merupakan seseorang yang dianggap menjadi panutan dalam sebuah
grup atau organisasi yang mempunyai karisma sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap anggotanya. Pentingnya seorang pemimpin yang mempunyai

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
28

karisma juga turut memberikan pengaruh positif terhadap performa suatu grup
atau organisasi.
Pemimpin dalam organisasi dianggap sebagai ujung tombak agar bisa
memberikan sumbangsih positif untuk masyarakat. Pemimpin diharapkan dapat
mempengaruhi pengikutnya agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Terdapat
hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut dalam sebuah organisasi.
Adanya nilai-nilai tertentu yang diterapkan dalam organisasi, membuat pengikut
melihat pemimpin sebagai contoh atau panutan dalam bertindak. (Jean: 2005:
657).
Pemimpin adalah pioneer, orang yang bersedia melangkah ke dalam
situasi yang tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk melakukan inovasi,
tumbuh dan melakukan perbaikan. Namun pemimpin bukanlah satu-satunya
pencipta atau penyusun produk, layanan atau proses baru. Bahkan pada
kenyataannya, mereka bukanlah orang semacam itu, inovasi datang lebih banyak
dari kemauan untuk mendengar bukannya berbicara. Inovasi produk dan jasa
cenderung datang dari pelanggan, klien, pemasok dan laboratorium, orang di
garda depan perusahaan, sedangkan proses inovasi, berasal dari orang-orang yang
melakukan pekerjaan. Kadangkala kejadian eksternal yang dramatis mengubah
organisasi ke dalam situasi/kondisi baru yang radikal.
Kontribusi utama pemimpin adalah dalam mengenali ide-ide bagus,
mendukung ide tersebut, dan kesediaannya untuk menantang sistem kerja yang
telah ada dalam merealisasikan produk baru, proses baru, jasa baru dan
penggunaan sistem baru. Karenanya, mungkin lebih akurat untuk mengatakan
bahwa para pemimpin adalah seorang realisator inovasi.
Pemimpin teladan memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka
memupuk kolaborasi dan membangun kepercayaan. Pemahaman mengenai kerja
sama dalam organisasi jauh melebihi hasil dari beberapa laporan langsung atau
orang kepercayaan. Kerjasama dalam organisasi melibatkan semua pihak yang
memiliki kewajiban untuk membuat sebuah proyek berhasil dan dalam kapasitas
tertentu, semua orang yang hidupnya akan dipengaruhi oleh hasil yang diperoleh.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
29

2. 3. 1. Pemimpin dalam Organisasi


Topik tentang pentingnya pemimpin dalam organisasi sudah sering
dilakukan dalam banyak penelitian psikologi organisasi. salah satu penelitian yang
meneliti tentang pemimpin dalam organisasi adalah Diana E Krause (2007) yang
menyebutkan bahwa pemimpin memiliki kekuatan dalam sebuah organisasi akan
mempengaruhi perkembangan organisasi ke depan. Pemimpin dalam organisasi
diharapkan memiliki kompetensi yang dapat memberi pengaruh positif terhadap
anggotanya, seperti memiliki pengetahuan yang luas, mendukung inovasi, terbuka
dalam proses pengambilan keputusan, dan memiliki tingkah laku yang baik
(seperti dapat mengontrol emosi).
Terdapat banyak studi yang mengindikasikan bahwa peran pemimpin
dalam organisasi memerikan efek terhadap subordinatnya dalam mengembangkan
ide-ide yang kreatif. Beberapa studi juga mengindikasikan bahwa dukungan dan
partisipasi seorang pemimpin dalam organisasi dapat menciptakan kondisi
organisasi yang kondusif.(Willams, 2004).
Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-
pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa
yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang
diberikan oleh masyarakat kepadanya.
Setiap individu merupakan bagian dari kelompok, karena di dalam
kelompok tersebut ia dipengaruhi oleh orang lain dan oleh lingkungannya, namun
sekaligus ia juga mempengaruhi orang lain dan lingkungan sekitarnya.
Sehubungan dengan hal tersebut kehadiran manusia lain merupakan hal yang
mutlak diperlukan untuk melestarikan hidupnya dan mengembangkan diri. Karena
dalam suatu kelompok individu selalu berkomunikasi dan saling memberikan
pengaruhnya kepada individu lain ditengah kelompoknya. Berdasarkan hal
tersebut peran pemimpin merupakan suatu hal yang penting dalam rangka
mengembangkan kelompok (Penley & Hawkins: 309-326).
Kelompok menurut Kartono (1998:98) adalah kumpulan yang terdiri dari
dua atau lebih individu mempunyai arti serta nilai, dan ada dalam situasi saling
mempengaruhi. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka unsur esensial di dalam
kelompok adalah saling ketergantungan dengan anggota lainnya. Yaitu saling

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
30

ketergantungan, dalam mana setiap individu harus bekerjasama dengan orang lain,
dan harus selalu mengingat keberadaan dan kepentingan orang lain. Di dalam
kelompok masing-masing anggota saling menjaga kekompakan.
Menurut Kartini Kartono, longgar atau kompaknya ketergantungan para
anggota kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Besarnya anggota kelompok.
2. Tujuan yang hendak dicapai bersama.
3. Bentuk organisasi yang telah dibangun.
4. Intimitas para anggota satu terhadap yang lain.

Fungsi kelompok bagi individu:


1. Kelompok memberikan wadah sosial dan ruang hidup psikologis
kepada individu, sehingga memunculkan rasa menjadi anggota dari
satu kelompok, untuk berprestasi dan bekerjasama dengan orang
lain.
2. Menjadi kader untuk mengaitkan diri, sehingga muncul loyalitas,
kesetiakawanan dan semangat kelompok.
3. Memberikan rasa aman, sehingga orang merasa betah dan kerasan di
dalamnya.
4. Memberikan status sosial kepada individu, sehingga dia merasa
dihargai, diakui, diterima merasa mendapat posisi sosial dan
penghargaan dari lingkungannya.
5. Memberikan ideal-ideal, cita-cita tujuan-tujuan tertentu dan asas-
asas perjuangan bagi hidupnya.
6. Kelompok dijadikan alat atau wahana untuk mencapai cita-cita
hidupnya, dan untuk membangun bersama-sama.
7. Di dalam kelompok, individu menjadi satu bagian dari kelompok.
Oleh karena inidividu dalam kelompok timbul suatu kekuatan saling
pengaruh mempengaruhi diantara sesama anggota dan pemimpin. Maka akan
muncul dinamika kelompok dalam wujud bermacam-macam usaha dan tingkah
laku. Untuk menggerakkan dinamika kelompok tersebut dibutuhkan seseorang
pemimpin yang berkualitas kemampuannya dibandingkan anggota lainnya.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
31

Sehubungan dengan hal tersebut, Kartono (1998:102) mengemukakan tujuh tugas


pemimpin dalam kelompok sebagai berikut:
1. Memelihara struktur kelompok, menjamin interaksi yang lancar dan
memudahkan pelaksanaan tugas-tugas.
2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran dan ambisi anggota-anggota
kelompok dengan pola keinginan pemimpin.
3. Memberikan rasa aman dan status yang jelas kepada setiap anggota,
sehingga mereka bersedia memberikan partisipasi penuh.
4. Memanfaatkan dan mengoptimalkan kemampuan, bakat, dan
produktifitas semua anggota kelompok untuk berkarya dan
berprestasi.
5. Menegakkan peraturan, larangan, disiplin, dan norma-norma
kelompok agar tercapai kepaduan atau kohefisienes kelompok,
meminimalisir konflik dan perbedaan-perbedaan.
6. Menentukan nilai-nilai kelompok dan memilih tujuan-tujuan
kelompok, sambil menentukan sarana dan cara-cara operasional
guna mencapainya.
7. Mampu memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan-kebutuhan
para anggota, sehingga mereka menjadi puas. Juga membantu
adaptasi anggota terhadap tuntutan-tuntutan eksternal di tengah
masyarakat, dan memecahkan kesulitan-kesulitan hidup anggota
kelompok.

Menurut kouzes dan Posner (1993) ada lima langkah proses, yang untuk
menjadi seorang pemimpin:
1. Tantangan adalah proses mendorong orang lain berani mengambil
resiko
2. Bersemangat untuk mencapai visi
3. Memungkinkan bawahan untuk bertindak
4. Menjadi model
5. Mendorong dan mendukung dengan hati.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
32

Penerapan kelima langkah ini memiliki arti bahwa seseorang perlu untuk
belajar bagaimana menjadikan timnya sebagai kekuatan positif. Kouzes dan
Posner meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa
barang ataupun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki
kualitas prima. Dikemukakan, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu
cara hidup yang dihasilkan dari “mutu pribadi total” ditambah “kendali mutu
total” ditambah “mutu kepemimpinan”. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa
terdapat lima praktek mendasar pemimin yang memiliki kualitas kepemimpinan
unggul, yaitu: 1. Pemimpin yang menentang proses, 2. Memberikan inspirasi
wawasan bersama, 3. Memungkinkan orang lain untuk dapat bertindak dan
berpartisipasi, 4. Mampu menjadi petunjuk jalan, dan, 5. Memotivasi bawahan.
Berdasarkan uraian tersebut, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya
diukur dari keberhasilan dalam menggerakkan individu-individu untuk berbuat
saja, tetapi terutama sekali pada kemampuannya untuk menggerakkan kelompok
sebagai totalitas. Sehingga kelompok dapat berkembang dan mencapai tujuan
bersama.

2. 3. 2. Pengaruh Pemimpin terhadap Pengikutnya


Pengaruh pemimpin terhadap pengikutnya disini adalah para pemimpin
dan anggota dalam Organisasi Kepemudaan X. Suatu penelitian tentang pengaruh
pemimpin terhadap pengikutnya adalah yang dilakukan oleh Ron Shachar dan
Barry Nalebuff yang dilakukan di Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa,
“pemimpin mempunyai peran strategis dalam mempengaruhi pengikutnya untuk
berpartisipasi dalam pemilu”. Shachar dan Nalebuff juga mengatakan bahwa
keputusan untuk memilih dalam sebuah pemilu ditentukan oleh aksi yang
dilakukan oleh pemimpin” (Shachar & Barry, 1999: 527).
Ron Scharchar dan Barry Nalebuff mengadakan penelitian dalam pemilu
di AS. Hasil penelitian tersebut adalah, pemimpin sebuah organisasi dapat
mendorong para pendukungnya untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu
nasional. Setidaknya hal tersebut berpengaruh dalam 13 kali pemilu yang
dilakukan AS.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
33

Pemimpin tidak hanya mendorong pengikutnya untuk berpartisipasi,


tetapi juga membantu memberikan informasi kepada pemilih tentang isu-isu
penting dalam berpartisipasi dalam pemilu.
“Our results suggest that leader’s effort has an important role in
explaining the effects of strategic variables on the participation rate”. (1999: 544)
Peran dari pemimpin dan perhatian pemimpin berpengaruh terhadap
tingkat partisipasi pemilu nasional.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Walumbwa tentang peran
pemimpin terhadap anggotanya adalah, Pemimpin dalam sebuah organisasi dapat
memberikan pengaruh terhadap anggotanya. Pemimpin yang memiliki harapan
yang tinggi dapat menciptakan sebuah kondisi dimana pengikutnya akan merasa
termotivasi untuk meraih tujuan-tujuan organisasi, walaupun dalam perjalanan
mencapai tujuan tersebut terdapat banyak rintangan. Pemimpin yang memiliki
optimisme dan daya tahan tinggi berguna untuk menciptakan lingkungan yang
positif bagi anggotanya. (Walumbwa, 2010: 942)
Terdapat banyak penelitian tentang pengaruh pemimpin terhadap
pengikutnya. (Humphreys, John H., et.al., 2003 :195) dalam penelitiannya yang
tertulis di suatu jurnal mengatakan bahwa pengaruh pemimpin tersebut seringkali
dikaitkan dengan emotional intelligence yang dimiliki oleh seorang pemimpin
yang dapat memberikan pengaruh terhadap anggotanya. Apabila pemimpin
memiliki emotional intelligence yang tinggi, maka apabila pengikutnya
mengalami sesuatu hal yang buruk, pemimpin dapat lebih memahami apa yang
dirasakan oleh anggotanya. Pemimpin yang visioner dapat memberikan inspirasi
kepada anggotanya untuk menciptakan ide-ide untuk mengembangkan organisasi.
Graen pada tahun 1976 meneliti dari sisi lain, yaitu pada kualitas
hubungan antara pemimpin dan pengikutnya. Ia memiliki perhatian pada kualitas
hubungan antara pemimpin dan pengikut dalam teori LMX (leader member
exchange). Teori ini mengemukakan adanya keberadaan ingroup membership atas
anggota yang memiliki hubungan baik dengan pemimpin, dan outgroup
membership atas anggota yang memiliki hubungan tidak terlalu baik dengan
pemimpin. Pola komunikasi pemimpin pada ingroup cenderung lebih lembut,
sedangkan pada outgroup cenderung lebih keras. Keanggotaan tersebut bisa

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
34

terbentuk dari cara anggota menangani tugas. Saat seorang pemimpin meminta
anggota untuk melakukan tugas tambahan, ia akan menilai anggota yang
menerima pekerjaan tersebut, menyelesaikannya dengan baik, dan seringnya
diberi penghargaan oleh pemimpin. Pengulangan hasil yang baik atas tugas-tugas
tersebut akan menjadi ingroup, sedangkan anggota yang kerap menolak tugas-
tugas tersebut menjadi outgroup (Bass, 2000).
Sedangkan David A. Horrison (2011: 1213) mengatakan bahwa,
Pemimpin merupakan seseorang yang dianggap menjadi panutan dalam sebuah
grup atau organisasi yang mempunyai karisma sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap anggotanya. Pentingnya seorang pemimpin yang mempunyai
karisma juga turut memberikan pengaruh positif terhadap performa suatu grup
atau organisasi.
Pemimpin dalam organisasi dianggap sebagai ujung tombak agar bisa
memberikan sumbangsih positif untuk masyarakat. Pemimpin diharapkan dapat
mempengaruhi pengikutnya agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Terdapat
hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut dalam sebuah organisasi.
Adanya nilai-nilai tertentu yang diterapkan dalam organisasi, membuat pengikut
melihat pemimpin sebagai contoh atau panutan dalam bertindak. (Jean: 2005:
657).
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Darly D. Green dan Gary E.
Roberts di Amerika Serikat yang tertulis dalam sebuah jurnal tentang pengaruh
pemimpin terhadap anggotanya adalah, bahwa pemimpin dapat membantu
anggotanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin masa depan dari
organisasinya. Cara yang dapat dilakukan pemimpin tersebut dalam hal ini adalah
memberikan respon terhadap kebutuhananggotanya, memberdayakan anggotanya
dan menyelaraskan tujuan dengan organisasinya (Green, et.all., 2012).
Suatu penelitian yang dilakukan Stephen Franswort yang ditulis pada
jurnal terbitan tahun 2003 tentang pengaruh pemimpin terhadap kelompok atau
organisasinya menemukan hasil, Pemimpin yang visioner, perhatian terhadap
anggotanya dan sering menjadi penyemangat untuk anggota kelompoknya akan
memberi pengaruh yang besar terhadap anggota kelompoknya untuk
mengembangkan diri, dan tentu hal ini akan berbuah positif bagi perkembangan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
35

organisasinya. Penelitian ini pernah dilakukan terhadap pemimpin dari


Manchester Union Amerika Serikat, dimana pemimpinnya sangat visioner dan
selalu menjadi penyemangat untuk anggotanya, yang akhirnya dapat memberi
pengaruh positif terhadap kesuksesan organisasi. (Stephen Franswort, 2003).
Pemimpin yang kuat akan memberi pengaruh bagi organisasinya.
Pemimpin harus memiliki kontrol terhadap tingkah laku, sikap, dan nilai-nilai
yang dipegang teguh oleh organisasinya atau kelompok. Cara pemimpin
mengeluarkan pendapat juga dinilai penting untuk membangkitkan anggotanya
dalam mengeluarkan ide-ide untuk organisasinya. Hal ini diungkapkan oleh
Scollay E Patsy, et.al, yang diterbitkan lewat jurnal pada tahun 2001.
Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui, ada pengaruh antara
pemimpin dan anggotanya (organisasinya).

2. 4. Komunikasi Organisasi
Goldhaber (Arni, 1995: 30) memberikan definisi komunikasi organisasi
sebagai berikut:
“Organizational communications is the process of creating and
exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope
with environmental uncertaintly.”
Dalam studi yang banyak dilakukan di AS, Robert L Minter (2010: 115)
mengadakan penelitian tentang komunikasi organisasi dianggap dalam
perkembangannya kini menjadi sebuah bidang yang unik. Bidang ini
mengkombinasikan baik teori tingkah laku dan teori komunikasi sendiri dalam
kerangka organisasi. Komunikasi dalam organisasi dapat dilakukan secara formal
dan informal. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dalam organisasi
diharapkan tercapai beberapa tujuan yaitu adanya pengaruh positif antar anggota
organisasi, adanya feedback respons, keadaan saling tergantung antara anggota
yang nantinya akan menimbulkan rasa saling memiliki dalam organisasi.
Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Chen Jui-Chen, et.all
(2006) tentang komunikasi organisasi dianggap sebuah kompetensi utama dalam
sebuah organisasi. Hal ini karena akan berpengaruh dalam menciptakan
komunikasi efektif baik secara vertikal dan horizontal dalam organisasi tersebut.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
36

Keefektifan dari komunikasi dalam organisasi akan berpengaruh pada iklim


positif dari organisasi tersebut. Sebuah organisasi akan menjadi sehat apabila
didalamnya dibangun komunikasi yang lancar baik antara pemimpin-anggota
maupun anggota-anggota.
Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar
pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah. Definisi ini
mengandung tujuh konsep kunci yaitu proses, pesan, jaringan, saling tergantung,
hubungan, lingkungan dan ketidakpastian (Arni, 1995:32). Ketujuh konsep
tersebut antara lain adalah:
1. Proses
2. Pesan dalam Organisasi
3. Jaringan
4. Keadaan Saling Tergantung
5. Hubungan
6. Lingkungan
7. Ketidakpastian
Sedangkan Redding (dalam Flock, 2006) mendefinisikan komunikasi
sebagai perilaku manusia, atau artefak yang dibuat oleh manusia yang
mengakibatkan munculnya “pesan” (arti), kemudian diterima oleh seorang atau
beberapa orang lain.
Fungsi dari komunikasi organisasi menurut Gumilar adalah sebagai
berikut: (Gumilar, 2008)
1. Fungsi informatif
Organisasi dipandang sebagai suatu sistem proses informasi. Seluruh
anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh
informasi yang lebih banyak, lebih baik, dan lebih tepat.
2. Fungsi regulatif
Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi.
Ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif: Pertama,
atasan atau orang yang berada dalam tataran managemen, yaitu

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
37

mereka memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua


informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau
message, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada
kerja.
3. Fungsi persuasif
Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak
akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya
kenyataan ini, maka banyak pimpinan lebih suka mempersuasi
bawahannya daripada memberi perintah.
4. Fungsi integratif
Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaannya dengan baik.
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki
orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar
sesama manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan sikap
dan tingkah laku orang lain, (4) serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku
itu (Book, 1980). Menurut Rogers komunikasi adalah proses dimana suatu ide
dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah
tingkah laku mereka (Cangsara, 2005).
Sedangkan menurut Rogers dan Lawrence (1981) komunikasi adalah
suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran
informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
pengertian yang mendalam. Shannon dan Weaver (1949) mengungkapkan bahwa
komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling pengaruh mempengaruhi
satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja.

2. 4. 1. Jaringan Kerja Komunikasi Organisasi


Saluran yang dilalui oleh aliran informasi adalah sangat penting ketika
kita memasuki kelompok-kelompok yang lebih dari dua atau tiga orang. Cara
sebuah kelompok menata dirinya akan menentukan kemudahan dan kemampuan
dimana anggota-anggotanya dapat menyampaikan informasi.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
38

Jaringan Kerja Formal Kelompok Kecil


Tiga tipe umum jaringan dengan kelompok kerja yang kecil terdiri atas
rantai jaringan, roda dan semua saluran. Rantai dengan kaku mengikuti perintah
formal. Jaringan roda komunikasi berjalan bergantung kepada pimpinan yang
bertindak selaku pemimpin bagi seluruh komunikasi kelompok tersebut. Saluran
utama memungkinkan seluruh anggota kelompok untuk berkomunikasi secara
aktif satu sama lainnya. Saluran utama jaringan kerja sering dikarakteristikkan
dalam pelatihan oleh kesatuan kerja pemecahan masalah, dimana seluruh anggota
kelompok bebas untuk berpartisipasi. Keefektifan dari setiap model jaringan kerja
tergantung pada tujuan masing-masing kelompok.

Jaringan Komunikasi Kelompok Informal


Sistem komunikasi formal bukanlah satu-satunya sistem komunikasi
dalam kelompok atau organisasi. Ada juga sistem komunikasi informal, dimana
informasi mengalir seiring dengan isu-isu yang popular dan gosip yang
berkembang.

2. 4. 2 Pengaruh Komunikasi pada Organisasi terhadap Partisipasi Pemilih


Pengaruh komunikasi pada organisasi terhadap partisipasi pemilih disini
adalah, komunikasi pada organisasi terhadap partisipasi pemilih yang merupakan
anggota Organisasi Kepemudaan X yang juga merupakan pemilih pemula.
Paul Allen Beck melalui penelitian yang dilakukannya mengenai
pengaruh komunikiasi organisasi terhadap partisipasi pemilih di Amerika Serikat
mengatakan bahwa, Komunikasi Organisasi mempunyai peran penting dalam
menentukan pilihan anggotanya dalam masa pemilu. Komunikasi organisasi
dilakukan untuk mempengaruhi pengikut dalam organisasi tersebut untuk ikut
serta dalam pemilu, baik dalam kampanye ataupun pada saat hari pemilihan tiba.
(Beck, 2002: 63)
Organisasi dalam konteks ini merupakan underbow dari partai politik.
Yang dapat digunakan oleh partai politik untuk mendorong para pengikutnya
dalam keikutsertaan dalam pemilu.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
39

Sedangkan Jacobs (2002) yang telah mengadakan penelitian hal yang


sama di Amerika Latin menjelaskan, bahwa komunikasi dalam sebuah organisasi
dapat mempengaruhi iklim politik dari suatu daerah, dimana ketika dilakukan
komunikasi secara intens dapat meningkatkan level dari perilaku memilih dari
sebuah proses demokrasi. Penelitian ini pernah dilakukan di Brazil, dimana ketika
komunikasi dari organisasi dilakukan secara terus-menerus akan mempengaruhi
tingkat partisipasi dari anggota organisasi tersebut.
Flock (2006) menyatakan bahwa komponen vital dari perubahan
organisasi adalah komunikasi yang efektif. Visi organisasi sering kali tidak dapat
tercapai karena kurang/tidak terkomunikasikannya, ketidaktepatan dan tidak
memberikan inspirasi. Organisasi-organisasi gagal melakukan perubahan pada
organisasinya karena tidak mengkomunikasikan visi yang jelas (Flock, 2006).
Sedangkan menurut Gill (dalam Page, 2004), hirarki yang digunakan untuk
membuat proses perubahan yang berhasil adalah kepemimpinan, nilai organisasi
dan komunikasi. Dalam hal ini, inspirasi dan tidak mampu mengkomunikasikan
visi yang jelas kepada anggotanya.

2. 5. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didasarkan pada hubungan hakiki antara organisasi
dan anggotanya, serta hubungan emosional antara anggota dan organisasinya
(Page, 2004). Bennett (dalam Page, 2004) menyatakan bahwa perubahan dapat
menjauhkan anggota dari organisasi, dan perubahan berskala besar dapat
mengurangi komitmen organisasi para anggotanya. Hal ini terjadi jika organisasi
hanya terfokus pada perubahan structural dan aspek teknis dari perubahan saja,
tanpa memberikan, mengarahkan dan dukungan pada anggotanya.
Secara umum, komitmen berorganisasi merujuk pada kondisi psikologis
yang berkenaan dengan hubungan pekerja dengan organisasi, dan memiliki
implikasi terhadap keputusannya untuk meneruskan atau berhenti menjadi
anggota organisasi (Meyer dan Allen, 1991). Meyer dan Allen (2004) juga
berpendapat komitmen merupakan hal yang penting, karena komitmen
menunjukkan niat untuk bertindak. Anggota organisasi yang memiliki komitmen

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
40

dipercaya mau bekerja keras dan lebih memungkinkan untuk berusaha lebih untuk
mencapai tujuan organisasi.
Komitmen berorganisasi dipengaruhi oleh banyak hal. Meyer dan Allen
(1991) dan Meyer et al. (2002) berpendapat bahwa komitmen afektif dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi, struktur organisasi, serta pengalaman bekerja. Karena
komitmen berkelanjutan merefleksikan biaya yang ditimbulkan jika meninggalkan
organisasi, maka komitmen ini dipengaruhi oleh sisi yang dipertaruhkannya,
investasi, atau ketersediaan alternatif lainnya. Pada komitmen normatif, komitmen
berlangsung karena organisasi telah memberikan anggotanya penghargaan di
muka seperti memberikan beasiswa, pelatihan, atau hal lain yang telah diberikan
organisasi kepada anggotanya. Keadaan seperti itu membuat anggota organisasi
merasa harus berperilaku timbal-balik terhadap organisasi, sampai ia merasa
hutangnya terhadap organisasi telah lunas. Meyer et al. (2002) merangkum
hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen berorganisasi, serta
dampak komitmen berorganisasi dalam bagan di bawah ini.

Bagan 2.1.
A Three Component Model of Organizational Commitment
Correlates of Organizational Commitment
- Job Satisfaction
- Job Involvement
- Occupational Commitment

Antecedents of Affective Commitment


Affective - Turnover Intention &
- Personal Characteristics
Commitment + Turnover
- Work Experiences
+

Antecedents of Continuance Commitment - On-The-Job Behavior


- Personal Characteristics Continuance Θα- - Attendance
- Alternatives Commitment Θα- - OCB
- Investments - Performance

- +
Antecedents of Normative Commitment
- Personal Characteristics Normative + Employee Health & Well-
- Socializations Experiences Commitment Being
- Organizational Investments

Sumber: Meyer et al., 2002.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
41

Dari gambar 2.1 terlihat bahwa semakin kuat komitmen afektif semakin
rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi perilaku bekerjanya
(kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku organisasinya), dan
semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya. Semakin kuat komitmen
berkelanjutan semakin rendah tingkat pergantian karyawan. Semakin kuat
komitmen normatif semakin rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi
perilaku bekerjanya (kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku
organisasinya), dan semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya (Meyer et al.,
2002).
Seniati (2006) juga mendukung hasil penelitian sebelumnya dengan
menyatakan bahwa bahwa masa kerja, pribadi perhatian dan kesediaan menolong
orang lain, kepuasan kerja, serta iklim psikologis memiliki hubungan positif
terhadap komitmen berorganisasi. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi usia,
semakin lama bekerja, dan semakin tinggi pangkat maka semakin tinggi
komitmennya terhadap organisasi. Semakin tinggi perhatian dan keinginan untuk
membantu orang lain maka semakin tinggi komitmennya terhadap organisasi.
Semakin positif persepsi anggota terhadap situasi dan kejadian di organisasi, maka
semakin tinggi kepuasan anggota terhadap pekerjaaannya di organisasi. Demikian
pula semakin tinggi kepuasan kerja individu, akan semakin tinggi komitmennya
terhadap organisasi. Dalam mengukur komitmen berorganisasi Seniati (2006)
menggunakan instrumen komitmen berorganisasi yang dikembangkan oleh Meyer
dan Allen pada tahun 1990.
Penelitian Ahda (2010) memberi faktor lain dari komitmen berorganisasi,
yaitu komitmen beragama. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa ada
hubungan positif antara komitmen beragama seseorang dengan komitmen
berorganisasi seorang karyawan. Adapun dimensi yang paling signifikan
berkontribusi pada komitmen berorganisasi adalah penghayatan terhadap agama.
Penelitian Retnaningsih (2007) juga membahas tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi komitmen berorganisasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keadilan kompensasi memiliki pengaruh lebih kuat terhadap komitmen
berorganisasi daripada peran kepemimpinan dan kepuasan kerja. Peran

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
42

kepemimpinan memiliki pengaruh yang lebih kuat terhadap komitmen


berorganisasi daripada kepuasan kerja
Cook dan Wall (Madsen, et al, 2005: 213-233) mengelompokkan
komitmen organisasi menjadi tiga faktor:
1. Identifikasi dengan organisasi yaitu penerimaan tujuan organisasi,
dimana penerimaan ini merupakan dasar komitmen organisasi.
Identifikasi pegawai tampak melalui sikap menyetujui kebijaksanaan
organisasi, kesamaan nilai pribadi dan nilai-nilai organisasi, rasa
kebanggaan menjadi bagian dari organisasi.
2. Keterlibatan yaitu adanya kesediaan untuk berusaha sungguh-
sungguh pada organisasi. Keterlibatan sesuai peran dan
tanggungjawab pekerjaan di organisasi tersebut. Pegawai yang
memiliki komitmen tinggi akan menerima hampir semua tugas dan
tanggungjawab pekerjaan yang diberikan padanya.
3. Loyalitas yaitu adanya keinginan yang kuat untuk menjaga
keanggotaan di dalam organisasi. Loyalitas terhadap organisasi
merupakan evaluasi terhadap komitmen, serta adanya ikatan
emosional dan keterikatan antara organisasi dengan pegawai.
Pegawai dengan komitmen tinggi merasakan adanya loyalitas dan
rasa memiliki terhadap organisasi.

2. 5. 1. Tipologi Komitmen pada Organisasi


Tipologi Allen dan Meyer (2004) didasarkan pada konsep-konsep yang telah ada
sebelumnya. Walaupun terdapat berbagai konsep dan definisi tentang komitmen
organisasi yang dijumpai dalam literatur, Meyer dan Allen melihat bahwa
berbagai konsep dan definisi tersebut merefleksikan tiga tema umum, yaitu:
kelekatan afektif (affective commitment), persepsi terhadap kerugian (perceived
cost) dan rasa kewajiban (obligation). Atas dasar ketiga tema tersebut mereka
membagi komitmen organisasi ke dalam 3 komponen. Meyer dan Allen
menyatakan bahwa penggolongan ini perlu karena komitmen terhadap organisasi
tiap-tiap individu adalah berbeda-beda berdasarkan apa yang tercermin dari diri

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
43

masing-masing individu. Jadi komitmen organisasi seorang individu dengan yang


lain belum tentu sama.
1. Komitmen afektif (affective commitment)
Allen dan Meyer mendefinisikan komitmen afektif sebagai: “…refers to the
employee’s emotional attachment to, identification with and involvement in the
organization”. (Allen dan Meyer, 2004). Komitmen afektif adalah komitmen
yang berasal dari kelekatan emosional terhadap organisasi, pengidentifikasian
diri dan keterlibatan karyawan dalam organisasi. Allen dan Meyer mengatakan
bahwa individu dengan komitmen afektif yang kuat akan mengidentifikasikan
dirinya dengan organisasi, akan melibatkan dirinya, serta senang menjadi
anggota organisasi (Allen dan Meyer, 2004). Individu dengan komitmen yang
kuat akan berada dalam organisasi karena ia memang menginginkan hal
tersebut (want to) (Allen dan Meyer, 2004).
2. Komitmen berkesinambungan (continuance commitment)
Allen dan Meyer (2004) mendefinisikan komitmen berkesinambungan sebagai:
“…refers to an awareness of the cost associated with leaving the
organization”. Komitmen berkesinambungan adalah komitmen yang
didasarkan atas kesadaran akan kerugian yang diasosiasikan dengan
meninggalkan organisasi. Dan juga merupakan: “…a tendency to engage in
consistent lines of activitu based on the individual’s recognition of the cost
associated with discontinuing the activity”. (Allen dan Meyer, 2004). Bila
diartikan secara bebas, komitmen berkesinambungan merupakan
kecenderungan untuk beraktifitas dalam garis yang konsisten. Ini disebabkan
oleh pemahaman mengenai kerugian yang akan diderita bila seseorang
menghentikan aktifitas tersebut. Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa
komitmen berkesinambungan berasal dari persepsi kerugian jika individu tidak
melanjutkan keanggotaannya dalam suatu organisasi. persepsi pada kerugian
ini bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu kurangnya alternatif yang menarik atau
hilangnya investasi yang ia tanamkan. Individu dengan komitmen
berkesinambungan yang kuat akan bertahan dalam organisasi karena mereka
membutuhkannya (need to).

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
44

3. Komitmen normative (normative commitment)


Allen dan Meyer (2004) mendefinisikan komitmen normatif sebagai,
“…reflects a felling of obligation to continue employment”. Komitmen
normatif merefleksikan perasaan tanggung jawab seseorang untuk tetap
melanjutkan kepegawaiannya. Dengan demikian komitmen ini adalah untuk
melihat seberapa jauh perasaan loyalitas individu terhadap organisasi. Individu
yang memiliki komitmen normatif yang kuat akan bertahan dalam organisasi
karena ia merasa sudah seharusnya begitu (ought to).
Komitmen normatif ini didasarkan pada tema: kewajiban (obligation). Tema
ini, menurut Allen dan Meyer, dipakai beberapa ahli untuk menggambarkan
komitmen sebagai suatu kewajiban untuk tetap tinggal dalam suatu organisasi.

2. 5. 2. Pengaruh Komitmen pada Organisasi terhadap Partisipasi Pemilih


Menurut Horvard Peter, komitmen dalam sebuah organisasi penting
dalam meningkatkan pemberdayaan anggotanya dalam melakukan social and
political action. Organisasi dianggap sebagai sebuah sumber informasi yang
didapatkan oleh para anggotanya terkait dengan isu-isu terkini yang terjadi dalam
sebuah daerah atau negara. Komitmen dalam hal ini dijadikan dasar oleh Peter
sebagai modal yang dikaitkan dengan loyalitas terhadap organisasi. Artinya,
apabila anggota dari organisasi tersebut mempunyai tingkat komitmen yang
tinggi, maka diharapkan akan meningkatkan tingkat kedasaran dalam
berpartisipasi, baik secara sosial maupun secara politik. Dengan bergabungnya
seseorang dalam sebuah organisasi diharapkan anggotanya dapat mengembangkan
attitude dan behaviour yang baik. Dengan demikian tujuan dari pemberdayaan
anggota secara sosial dan politik dapat tepenuhi. (Peter, 1999: 229)
Erturk, Demircan dan Ceylan (2005) berpendapat bahwa dimensi afektif
pada komitmen berorganisasi memiliki pengaruh lebih besar dari komunikasi
organisasi, terhadap identifikasi anggota terhadap organisasinya. Karena itulah
anggota tersebut menjaga loyalitas dan status keanggotaan mereka.
Madsen, Miller dan John (2005) menyatakan bahwa komitmen organisasi
adalah konsep multidimensional yang sering diinterpretasikan dengan cara yang
berbeda. Zangaro (dalam Madsen, Miller dan John, 2005) mendefinisikan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
45

komitmen organisasi sebagai sebuah janji kepada seseorang/sesuatu untuk


memenuhi kewajibannya pada masa yang akan datang. Zangaro menambahkan
bahwa seseorang yang memiliki komitmen pada organisasi harus berdedikasi
tinggi dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap sasaran dan tujuan organisasi.
Berkaitan dengan pengaruh terhadap partisipasi pemilih adalah, bahwa
komitmen pada organisasi dalam suatu organisasi dapat meningkatkan anggotanya
untuk turut berpartisipasi dalam pemilu.
Sebuah proses demokrasi dapat dianggap sebagai aksi kolektif yang
dilakukan oleh warganegara yang menghasilkan regenerasi pemimpin dari suatu
Negara atau daerah. Dalam proses tersebut, ada beberapa pengaruh yang dapat
mempengaruhi tingkat partisipasi politik warganegara. Apabila warganegara
terlibat dalam suatu organisasi atau kelompok, dimana warganegara tersebut
memiliki komitmen terhadap organisasi, hal ini dapat mempengaruhi tingkat ikut
serta dalam proses politik. Karena dalam organisasi tersebut, anggotanya
ditanamkan nilai-nilai solidaritas terhadap organisasi. Organisasi atau kelompok
tertentu memiliki motovasi tersendiri untuk memacu anggotanya dalam isu-isu
politik, terlepas dari afiliasi dari kelompok tersebut.(Andrews, et.all, 2008).

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
46

BAB 3
GAMBARAN ORGANISASI KEPEMUDAAN X

Pada bab ini peneliti mencoba untuk menggambarkan kondisi dari


organisasi kepemudaan X yang merupakan objek dalam penelitian ini. Sebelum
lebih jauh membahas tentang organisasi kepemudaan X, peneliti mencoba
menggambarkan kondisi tentang organisasi kepemudaan secara umum di tanah
air.

3. 1. Organisasi Kepemudaan
Organisasi Kepemudaan dibentuk oleh pemuda. Hal ini didasari oleh
kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejarah telah
mencatat betapa peran dan kiprah pemuda dalam melakukan perubahan
peradaban, dan pencerahan sangatlah menentukan tidak terkecuali dalam
kehidupan politik. Berdirinya Boedi Oetomo, Soempah Pemoeda, perjuangan
membela kemerdekaan, sampai pada gerakan reformasi merupakan kerja politik
idealisme pemuda. Sosok idelisme, sikap kritis yang dimiliki pemuda selalu risau
terhadap kemapanan. Berpihak kepada yang terpinggirkan, pembela kaum miskin,
ketidakadilan dan kaum tertindas. Sebagai kelompok anomik dalam struktur
politik, pemuda memiliki kekuatan laten dan manifes yang patut dibangkitkan,
diberikan ruang dan arena untuk berkiprah, mengasah kreatifitas dan inovasi bagi
tumbuhnya generasi yang memiliki keadaran, kemampuan dan tanggungjawab
bagi diri dan bangsanya.
Peran dan kiprah pemuda tidak saja ditujukan pada situasi anomalis,
ketika negara dalam keadaan chaos, justru dalam keadaan normal, idealisme
pemuda sangat diperlukan untuk mengawal setiap proses kehiduapan ideologi,
politik, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan. Khusus dibidang politik,
sentuhan idealisme dan daya kritis pemuda sangatlah diperlukan utamanya dalam
mengawal proses transisi demokrasi yang sedang kita laksanakan saat ini. Pilihan
terhadap sistem demokrasi dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
47

dan bernegara, membutuhkan dukungan semua pihak untuk mengawal proses


demokrasi agar dapat berjalan dan mempercepat pencapai tujuan mewujudkan
masyarakat yang adil dan makmur. Proses demokrasi yang sedang kita laksanakan
saat ini perlu dikawal, agar tidak terjadi stigma negatif terhadap demokrasi itu
sendiri. Jangan sampai berkembang anggapan bahwa demokrasi justru menjadikan
rakyat sangsara, harga-harga menjadi mahal, rakyat susah untuk mendapat
penghidupan, kerusuhan terjadi dimana-mana, oleh karenanya lebih baik kembali
ke masa otoriter seperti pada masa yang lalu. Stigma ini tentu akan sangat
berbahaya bagi keberlangsungan sistem demokrasi yang dianggap sebagai pilihan
terbaik bagi kemaslahatan masyarakat.

3. 2. Peran Organisasi Kepemudaan pada Partisipasi Politik


Pemilihan umum (Pemilu) merupakan program pemerintah setiap lima
tahun sekali dilaksanakan di seluruh wilayah negara kita. Pemilu merupakan
implementasi dari salah satu ciri demokrasi dimana rakyat secara langsung
dilibatkan, diikutsertakan didalam menentukan arah dan kebijakan politik negara
untuk lima tahun kedepan.
Dalam Pemilu baik Pileg, Pilpres, maupun Pilkada peran serta
keikutsertaan masyarakat sangat penting, karena sukses tidaknya pelaksanaan
Pemilu salah satunya adalah ditentukan bagaimana partisipasi masyarakat dalam
menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tersebut.
Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran pemuda sebagai agent of
change telah terbukti sebagai salah satu pelopor perubahan penting dalam tatanan
masyarakat, bangsa bahkan menjadi sebuah kekuatan utama dalam gerakan
revolusi. Gerakan revolusi ini pada akhirnya melahirkan tatanan kehidupan yang
baru dalam masyarakat. Realita ini terjadi pada gerakan revolusi Perancis tahun
1968 yang telah melahirkan tatanan politik baru dan gagasan besar seperti
feminisme, gerakan anti-nuklir, dan ekologisme (Goldstone (ed), 1998 hal.185-
186 ). Sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah bagian dari
sumbangsih peran strategis pemuda. Kontribusi pemuda tersebut berlangsung
sejak era kebangkitan nasional, perjuangan lahirnya kemerdekaan, pengawalan
transisi rezim Orde Lama (orla) ke Orde Baru (orba), penggulingan tirani Orde

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
48

Baru menuju Orde Reformasi sampai akhirnya sumpah pemuda sebagai spirit
building dalam proses penyatuan konsep berbangsa, berbahasa dan bertanah air.
Realita peran pemuda di atas harus diakui karena memiliki semangat
nasionalisme tinggi dalam memperjuangan tatanan demokrasi bangsa yang
berorientasi pada gerakan pro-kerakyatan. Kondisi pemuda Indonesia pada saat itu
merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Optimistik gerakan pemuda lahir
dari idealisme yang sangat kuat. Selain itu, pemuda memiliki mental kepribadian
yang kuat, bersemangat, etos kerja yang tinggi, ulet, kritis, disiplin, inovatif dan
bekerja keras dalam menjadikan kehidupan bangsanya menjadi lebih baik.
Gerakan pemuda saat itu merupakan gerakan yang terorganisir-teratur melalui
organisasi, salah satunya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP). Beberapa
Organisasi Kepemudaan/Kemahasiswaan yang masih eksis adalah Gerakan
Pemuda Ansor (GPM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemuda Muhammadiyah, Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi (LMND), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),
Ikatan remaja Muhammadiyah (IRM) dan beberapa elemen kepemudaan lainnya.
Kehadiran OKP pada zaman kemerdekaan merupakan kekuatan starategis yang
luar biasa. Orientasi gerakan yang diterapkan beraviliasi pada intelektual-praksis
menuju konsep kebangsaan dan good governence.
Namun, semangat dan arah gerakan OKP-OKP akan keluar dari gerakan
idealisme jika pemuda yang ada di dalamnya baik struktural maupun non-
struktural telah dirasuki oleh pola pikir praktis. Mereka bukan lagi berkonsep
jangka panjang akan tetapi, memiliki konsep ide, gagasan hanya bersifat jangka
pendek. Jelas, hal ini hanya akan mengotori semangat nasionalisme pemuda.
Padahal, generasi muda adalah generasi penerus bangsa dalam menciptakan
country building yang lebih baik, mapan dan berpihak pada rakyat.
Potensi pola pikir praktis berpeluang besar dimasuki oleh pemuda OKP-
OKP, mengingat Bangsa Indonesia akan menghadapi dua agenda besar dalam
pesta demokrasi yaitu Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilu Presiden. Hal ini
tidak terlepas juga pada setiap Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur. Ruang
demokrasi ini akan segera berlangsung dan dapat mengancam ritme ruh gerakan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
49

para pemuda OKP. Pemuda akan mudah terjebak jika tidak memiliki semangat
seperti pemuda jaman kemerdekaan atau sebaliknya, jika refleksi semangat
pemuda jaman dulu tertanam kuat dalam pola pikir pemuda jaman sekarang. Hal
ini bisa saja terjadi karena pemuda jaman sekarang telah mengalami degradasi
spirit kebangsaan.
Organisasi Kepemudaan merupakan mitra strategis pemerintah dalam
pembaruan dan pembangunan bangsa. Pemuda mempunyai fungsi dan peran yang
sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui
penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan
dan kepentingan nasional. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Sebagai generasi muda kita
perlu peduli terhadap penyelenggaraan pemilu oleh karena disitulah momentum
bagi rakyat menentukan pilihannya dalam memilih pemimpin terbaik untuk masa
lima tahun kedepan.

3. 3. Organisasi Kepemudaan X
3. 3. 1. Sejarah Lahirnya Organisasi X
Organisasi Kepemudaan X yang merupakan badan otonom dari salah
satu organisasi Islam di tanah air, adalah salah satu organisasi pemuda di tanah
air. Kelahiran Organisasi Kepemudaan X diwarnai oleh semangat perjuangan,
nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. Organisasi Kepemudaan X
terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah
Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan.
Karenanya, kisah Organisasi Kepemudaan X dan sayap dari Organisasi
Kepemudaan X sebagai bentuk perjuangan Organisasi Kepemudaan X yang
menjadi catatan sejarah, terutama saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan
penumpasan G 30 S/PKI.
Organisasi Kepemudaan X dilahirkan dari rahim salah satu organisasi
Islam X dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal
dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh
salah satu organisasi Islam di tanah air, organisasi keagamaan yang bergerak di
bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. Tokoh X,

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
50

tokoh tradisional dan Tokoh Y yang berhaluan modernis, akhirnya menempuh


arus gerakan yang justru berbeda di tengah tumbuhnya semangat untuk
mendirikan organisasi kepemudaan Islam.
Organisasi Kepemudaan X hingga saat ini telah berkembang sedemikan
rupa menjadi organisasi kemasyarakatan pemuda di Indonesia yang memiliki
watak kepemudaan, kerakyatan, keislaman dan kebangsaan dan saat ini telah
berkembang memiliki 433 Cabang (Tingkat Kabupaten/Kota) di bawah koordinasi
32 Pengurus Wilayah (Tingkat Provinsi) hingga ke tingkat desa. Ditambah dengan
kemampuannya mengelola keanggotaan khusus sayap organisasinya yang
memiliki kualitas dan kekuatan tersendiri di tengah masyarakat (Anam, 2010:
284).
Di sepanjang sejarah perjalanan bangsa, dengan kemampuan dan
kekuatan tersebut Organisasi Kepemudaan X memiliki peran strategis dalam
perkembangan masyarakat Indonesia. Organisasi Kepemudaan X mampu
mempertahankan eksistensi dirinya, mampu mendorong percepatan mobilitas
sosial, politik dan kebudayaan bagi anggotanya, serta mampu menunjukkan
kualitas peran maupun kualitas keanggotaannya. Organisasi Kepemudaan X tetap
eksis dalam setiap episode sejarah perjalanan bangsa dan menempati posisi dan
peran yang stategis dalam setiap pergantian kepemimpinan nasional.

3. 3. 2. Kiprah Organisasi X Saat Ini


Dalam perspektif Islam, pemuda memiliki peran dan tanggungjawab
yang sangat strategis, sebab di tangan pemuda memiliki tanggungjawab strategis.
Karenanya secara historis Nabi Muhammad SAW membina para pemuda Ansor
di jamannya seperti Ali, Zubair, Thalhah, al-Arqam, Abdullah bin Mas’ud, Sa’ad
bin Waqqas, karena Beliau sadar betul bahwa pemuda adalah pilar kebangkitan
dan tunas kejayaan umat. Setiap momen kebangkitan, pemuda adalah rahasia
kekuatannya. Sebuah adagium mengisyaratkan bahwa, “jika ingin hidup tahun
depan, maka tanamlah jagung. Jika ingin hidup sepuluh tahun lagi, maka tanamlah
kelapa. Jika ingin hidup seribu tahun lagi, maka kaderlah generasi mudanya”
(Kusuma, 2010: 23).

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
51

Demikian strategisnya posisi generasi muda, maka Organisasi


Kepemudaan X dijadikan sayap terdepan perjuangan salah satu organisasi Islam
di tanah air dan menjadikan posisi Organisasi Kepemudaan X pada dua peran
sekaligus yang memiliki ruang lingkup gerak yang berbeda. Pada tataran sebagai
ormas pemuda, keberadaannya dijamin Undang Undang Nomor 8 Tahun 1985
tentang Organisasi Kemasyarakatan (Sekretariat Negara, 1985), yang memiliki
kemandirian, keleluasaan, dan kebebasan dalam mengaktualisasikan visi dan
misinya, orientasi, program serta kegiatannya. Di sisi lain, sebagai salah satu
Banom (Badan Otonom) salah satu organisasi Islam di tanah air, Organisasi
Kepemudaan X pada beberapa aspek mempunyai kewajiban hukum dan moral
untuk terikat kepada ketentuan organisasi salah satu organisasi Islam di tanah air.

3. 3. 3. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Dasar Organisasi Kepemudaan X, Pimpinan
Pusat Organisasi Kepemudaan X adalah struktur tertinggi, yang berkedudukan di
ibukota negara dan membawahi Pimpinan Wilayah (tingkat Provinsi), Pimpinan
Cabang (tingkat Kabupaten/Kota), Pimpinan Anak Cabang (tingkat Kecamatan)
dan Pimpinan Ranting (tingkat Kelurahan).
Susunan pengurus Pimpinan Pusat terdiri dari:
1. Ketua Umum
2. Wakil Ketua Umum
3. 9 (Sembilan) orang Ketua
4. Sekretaris Jenderal
5. 7 (tujuh) orang Wakil Sekretaris Jenderal
6. Bendahara
7. 3 (tiga) orang Wakil Bendahara
8. Departemen-Departemen
9. Lembaga-Lembaga
10. Satuan Koordinasi Nasional sayap organisasi X
Sedangkan untuk departemen, terdiri dari:
1. Departemen Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Departemen Luar Negeri.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
52

3. Departemen Pendidikan dan Kaderisasi.


4. Departemen Pemberdayaan Ekonomi.
5. Departemen Informasi, Iptek dan Kajian Strategis.
6. Departemen Lingkungan Hidup.
7. Departemen Olahraga dan Kebudayaan.
8. Departemen Agama dan Ideologi.
Pengurus Wilayah dapat terbentuk dalam suatu provinsi, dimana di
dalam provinsi tersebut sudah terbentuk paling sedikit 3 Pimpinan
Cabang. Sedangkan susunan pengurus Pimpinan Wilayah terdiri dari:
1. Ketua
2. 7 (tujuh) orang Wakil Ketua
3. Sekretaris
4. 4 (empat) Wakil Sekretaris
5. Bendahara
6. 2 (dua) wakil Bendahara
7. Departemen-Departemen
8. Lembaga-Lembaga
9. Satuan Koordinasi Wilayah sayap organisasi X
Sedangkan untuk departemen, sama seperti Pimpinan Pusat.
Pimpinan Cabang Organisasi Kepemudaan X dapat terbentuk dalam
suatu Kota/Kabupaten, setelah berdiri sekurang-kurangnya 3 Anak
Cabang. Untuk struktur organisasi Pimpinan Cabang Organisasi
Kepemudaan X, sama seperti dengan Pimpinan Wilayah, demikian pula
dengan departemennya. Sedangkan untuk struktur Pimpinan Anak
Cabang, hanya jumlah Wakil Ketua saja yang berbeda, yaitu ada 4 dan
Wakil Sekretaris hanya 2. Demikian pula dengan Bendahara, hanya 1.
Untuk jumlah dan jenis departemennya sama.
Periode kepengurusan (masa khidmat) untuk pengurus Pimpinan Pusat
adalah 5 tahun sekali, sedangkan untuk Pimpinan Wilayah dan Pimpinan
Cabang 4 tahun sekali. Periode kepengurusan untuk pengurus Pimpinan
Anak Cabang dan Ranting adalah 3 tahun sekali.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
53

3. 3. 4. Proses Pengkaderan
Saat ini, banyak kegiatan Organisasi Kepemudaan X yang lebih
mengarah kepada pengabdian masyarakat tanpa melepaskan diri dari komitmen
keislamannya. Proses perekrutan Organisasi Kepemudaan X di tanah air, lebih
sering menggunakan cara sukarela, artinya para calon kader tersebut memang
bersedia untuk bergabung dengan Organisasi Kepemudaan X di berbagai
tingkatan dikarenakan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan. Salah satu syarat
menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X adalah pemuda Warga Negara
Indonesia, beragama Islam, berusia antara 16 hingga 40 tahun, bersedia mentaati
dan melaksanakan semua keputusan dan peraturan organisasi, serta menyetujui
Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Organisasi Kepemudaan X. Setelah
mereka bergabung dengan Organisasi Kepemudaan X, maka akan diarahkan
apakah seseorang tersebut menjadi kader Organisasi Kepemudaan X atau sayap
organisasi X.
Apabila seseorang menjadi anggota sayap organisasi X, maka secara
otomotis dia juga menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X. Tetapi bila
seseorang menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X, belum tentu dia menjadi
anggota sayap organisasi X. Setelah mereka menjadi anggota Organisasi
Kepemudaan X atau anggota sayap organisasi X, tahap selanjutnya adalah mereka
mengikuti pendidikan pelatihan kader dasar hingga pendidikan pelatihan kader
nasional bagi Organisasi Kepemudaan X atau pendidikan pelatihan dasar sampai
dengan pendidikan dan latihan kejuruan untuk anggota sayap organisasi X. Inti
dari pendidikan ini adalah ajaran Islam, yang merupakan doktrin dari salah satu
organisasi Islam di tanah air.
Dalam perjalanan selanjutnya, tidak jarang banyak anggota Organisasi
Kepemudaan X yang berasal dari badan otonom (Banom) salah satu organisasi
Islam di tanah air lainnya. Hal ini terjadi karena Organisasi Kepemudaan X
merupakan Banom yang memang bertujuan untuk menghimpun kaum muda di
salah satu organisasi Islam di tanah air.
Kaderisasi Organisasi Kepemudaan X pada hakekatnya merupakan upaya
pembelajaran dan pemberdayaan yang dilakukan secara organisasional mulai
jenjang yang paling rendah sampai jenjang kepemimpinan tertinggi, guna

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
54

mempersiapkan kader yang mampu meneruskan estafet perjuangan organisasi.


Kaderisasi dilakukan secara sistematis, terpadu, terukur dan berkelanjutan dalam
rangka melakukan pembinaan dan pengembangan kognitif, efektif dan
psikomotorik bagi setiap individu anggota Organisasi Kepemudaan X.
Fungsi pengembangan keterampilan organisasi dan kepemimpinan
pemuda merupakan hal yang penting. Hal ini disebabkan pemuda, selain calon
penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah, juga calon pemimpin bangsa di
masa depan. Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud
kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan
individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan
jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang
dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu
yang berguna, mengarahkan hati lewat doa, serta memompa dan menggiatkan
jiwa lewat instropeksi diri (Purwasasmita, 2010: 32).
Persoalan yang dianggap urgen dari kehidupan kader adalah ketika
mereka harus menghadapi globalisasi yang ditandai dengan tuntutan
demokratisasi dan persaingan. Demokrasi menjadi salah satu tuntutan masyarakat
dunia, sebab demokrasi dianggap sebagai suatu sistem pemerintahan rasional
terbaik. Tuntutan terhadap demokratisasi di Indonesia juga semakin menguat
semenjak reformasi.
Tuntutan kebebasan berpendapat, penegakan hukum, perlindungan
terhadap HAM, keterbukaan, merupakan indikator dari demokrasi. Oleh karena
itu sebagai calon pemimpin, kader Organisasi Kepemudaan X dituntut untuk lebih
memahami, dan sekaligus mampu menjalankan prinsip dan nilai-nilai demokrasi.
Meskipun gerakan reformasi tahun 1998 dipelopori oleh pemuda dan mahasiswa,
belum semua pemuda paham tentang demokrasi. Berbagai konflik antar mereka
pada saat pemilihan pimpinan organisasi, demonstrasi yang berujung pada
tindakan yang anarkis mengindikasikan bahwa belum semua pemuda paham
tentang demokrasi. Berdasarkan pada kondisi tersebut, salah satu pendidikan
karakter yang harus dikembangkan di kalangan Organisasi Kepemudaan X adalah
membangun karakter pemimpin melalui pelatihan-pelatihan secara rutin atau

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
55

berskala. Pendidikan karakter pemimpin tersebut ditujukan kepada para elit-elit


pemuda yang menjadi pengurus organisasi kepemudaan.
Pelatihan-pelatihan yang bermutu dan berkualitas, diharapkan mampu
menambah wawasan mengenai prinsip dan karakter kepemimpinan bagi para
kader Organisasi Kepemudaan X, sehingga diharapkan ke depan mereka bisa
menjadi pemimpin-pemimpin yang cerdas, bijak, dan sederhana. Sebagai
implementasi dari nilai-nilai karakter yang telah diperoleh dari materi-materi yang
telah diberikan.
Pembangunan karakter membentuk peradaban unggul jelas merupakan
tanggung jawab semua pihak. Dalam hal ini, pihak keluarga, sekolah, masyarakat,
pemerintah, dan tentu saja juga berbagai organisasi kemasyarakatan, termasuk
gerakan dan organisasi kepemudaan. Meskipun organisasi kepemudaan bukanlah
satu-satunya institusi dalam pembangunan karakter, tetapi (gerakan) pemuda
sebagai kelas menengah yang terdidik memiliki keberpihakan yang jelas,
intelektualitas yang mumpuni, dan sensitivitas yang tinggi untuk menyentuh
persoalan-persoalan riil masyarakat.
Ada beberapa hal yang dilakukan oleh kader Organisasi Kepemudaan X
dalam rangka menumbuhkan karakter yang visioner. Pertama, dilakukan
penguatan peran pemuda sebagai kader Organisasi Kepemudaan X. Organisasi
Kepemudaan X perlu berefleksi tentang peran dan tugas mereka sebagai generasi
penerus, tetapi harus mampu memainkan peranan penting sebagai iron stock yang
melanjutkan perjalanan bangsa.
Kedua orientasi pergerakan kader Organisasi Kepemudaan X yang
mencerdaskan. Munculnya gerakan pemuda yang mewujud sebagai labeling
identitas simbolik dan aktivitas “daripada tidak”, disebabkan pemuda gagal
memaknai gerakan dan mendefinisikan “musuh” yang dilawan. Dan karena “tidak
mau susah”, akhirnya aktivis pemuda terjebak pada aktivititas seremonial. Para
Kader Organisasi Kepemudaan X harus bisa memainkan perannya dalam
mendorong dan mengisi aktivitas gerakan dengan basis material yang kuat,
keberpihakan yang jelas, intelektualitas yang mumpuni, dan sensitivitas yang
tinggi untuk menyentuh persoalan-persoalan riil masyarakat. Kualitas demikian
hanya mungkin dicapai dalam sistem dan kultur aktivitas gerakan yang

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
56

mencerdaskan yang memberikan ruang bagi kebebasan nalar dan pikiran serta
mentalitas Kader (Anam, 2010: 195).
Aktivitas kader Organisasi Kepemudaan X semestinya dapat meramu
berbagai programnya dengan berorientasi pada olah hati, olah pikir, olah raga dan
kinestetik, dan olah rasa dan karsa. Sehingga muncul karakter kader yang jujur
dan bertanggung jawab, cerdas, sikap bersih, sehat, dan menarik, serta memiliki
kepedulian dan kreatifitas.
Ketiga, dalam skala yang lebih luas, Organisasi Kepemudaan X atau
kader Organisasi Kepemudaan X dapat menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi untuk mengakselerasikan pembentukan karakter pada berbagai segmen,
lapisan, dan tingkatan masyarakat. Karena, bagaimanapun, seperti telah
dikemukakan di atas, pembentukan karakter dapat sukses hanya jika seluruh
komponen masyarakat dan bangsa terlibat.

3. 3. 5. Kegiatan Organisasi Kepemudaan X Provinsi DKI Jakarta


Dalam perjalanannya, Organisasi Kepemudaan X telah mampu
mensinergikan kedua posisi dan peran tersebut secara dinamis, proposional dan
produktif. Ini dibuktikan sejak masa revolusi fisik Organisasi Kepemudaan X ikut
melawan penjajah Belanda, begitu juga ketika salah satu organisasi Islam di tanah
air menjadi partai, Organisasi Kepemudaan X berada di garis depan untuk
membela dan memenangkan tragedi nasional tahun 1965, sebab Organisasi
Kepemudaan X mengambil posisi kuat melawan dan menumpas PKI. Setelah itu
Organisasi Kepemudaan X berperan aktif dan terlibat dalam pembangunan tanpa
kehilangan jati dirinya sebagai organisasi kader, dan tidak sedikit tokoh-tokohnya
menempati posisi strategis pada jabatan-jabatan publik. Organisasi Kepemudaan
X sebagai organisasi kepemudaan berkomitmen kepada empat pilar yakni
kepemudaan, keislaman, kebangsaan dan kemasyarakatan (Zeda, 2010: 35).
Dinamika Organisasi Kepemudaan X yang luar biasa itulah yang
membuat kader-kadernya bisa menjadi kader handal dan survive, baik era sebelum
kemerdekaan, mengisi kemerdekaan apalagi di era informasi ini. Dengan data dan
fakta itu, maka menyorot perihal kaderisasi Organisasi Kepemudaan X saat ini
menjadi sesuatu yang sangat urgen karena generasi muda merupakan bagian

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
57

terbesar dari penduduk Indonesia yang akan tampil menjadi pemimpin negeri ini.
Mereka harus mempersiapkan secara dini untuk menjadi generasi penerus dan
penyelamat yang tangguh serta profesional. Organisasi Kepemudaan X sebagai
wadah generasi muda mempertahankan kader-kader solid, dan melakukan
percepatan persiapan kader yang tangguh di era persaingan jaman yang semakin
kompetitif dan menyongsong era baru yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan jaman, Organisasi Kepemudaan X kini
tidak saja bergerak dalam bidang keagamaan saja, tetapi ke bidang lain, seperti
untuk memperkuat lembaga organisasi dan peningkatan kualitas anggotanya. Hal
ini terlihat dari beberapa kegiatan (program kerja) Organisasi Kepemudaan X
Provinsi DKI Jakarta.
Selain pendidikan pelatihan kader dasar hingga pendidikan pelatihan
kader nasional bagi Organisasi Kepemudaan X atau pendidikan pelatihan dasar
sampai dengan pendidikan dan latihan kejuruan untuk anggota sayap organisasi X,
Pimpinan Wilayah Organisasi Kepemudaan X Provinsi DKI Jakarta juga giat
mengadakan kegiatan pelatihan untuk mengasah keterampilan para kadernya di
Jakarta. Adapun kegiatan tersebut antara lain adalah pelatihan kader berbasis
pesisir, pelatihan web bagi pemuda pemula, pelatihan jurnalistik, pelatihan kursus
mobil dan motor, kursus setir mobil bagi anggota sayap organisasi X, pelatihan
tanggap bencana hingga pembuatan SIM kolektif bagi para kadernya.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, PW Organisasi Kepemudaan X juga
mengadakan beberapa seminar dan diskusi publik yang membahas mengenai
permasalahan yang sedang hangat di Jakarta. Semua kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk mempersiapkan kader Organisasi Kepemudaan X agar dapat
siap terjun ke masyarakat dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.

3. 3. 6. Target Organisasi Kepemudaan X di dalam Pilkada


Pilkada yang merupakan salah satu pemilu untuk memilih gubernur dan
wakil gubernur, adalah moment penting di Provinsi DKI Jakarta. Pilkada langsung
sebagai arena politik, memberikan ruang yang luas bagi pemuda untuk
berpartisipasi. Pilkada langsung sebagai bentuk apresiasi terhadap sistem
demokrasi langsung merupakan proses politik lokal, dimana rakyat di daerah

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
58

diberikan hak politiknya untuk menentukan secara langsung pemimpinnya tanpa


melalui perwakilan sebagaimana sistem pilkada tidak langsung.
Pilkada langsung diselenggarakan oleh KPU yang penyelenggaraannya
dilakukan melalui tahapan-tahapan; pendaftaran dan penetapan pemilih,
pengajuan calon dan penetapan calon kepala daerah, kampanye, pemungutan dan
penghitungan suara, penetapan calon terpilih dan pelantikan. Dari pelaksanaan
tahapan tersebut, pemuda dapat berpartisipasi sebagai penyelenggara dengan
masuk kedalam struktur penyelenggara seperti menjadi anggota KPU, PPK, PPS,
KPPS ataupun menjadi anggota Pengawas Pilkada dan bisa juga berpartisipasi
sebagai pemantau pilkada.
Pemuda dapat juga berpartisipasi sebagai peserta pilkada yakni
mengajukan diri sebagai calon kepala daerah. Untuk dapat menjadi calon kepala
daerah dapat melalui jalur partai politik dengan ketentuan diusung oleh partai
politik yang memiliki suara atau kursi sekurang-kurangnya 15%, atau dapat juga
melalui calon perseorangan. Partisipasi politik pemuda dapat pula dilakukan
dengan berperan serta mengawasi, mengawal setiap proses penyelenggaraan
tahapan pilkada agar dapat berjalan secara free dan fair. Keterlibatan pemuda
dalam berpartisipasi akan sangat memberikan arti bagi proses penyelenggaraan
pilkada dapat berjalan aman damai dan demokratis.
Dari pemaparan di atas, partisipasi politik pemuda dalam pilkada
langsung menjadi sangat penting dan strategis oleh karena:
1. Pemuda sebagai agen perubahan harus dapat mengawal proses transisi
demokrasi kearah yang lebih substantif yakni terlaksananya pilkada secara
free dan fair.
2. Untuk mengawal proses tersebut, pemuda dapat berkiprah baik sebagai
penyelenggara, peserta ataupun pengawas proses penyelenggaraan pilkada;
3. Pemuda harus dapat tampil sebagai agen penjaga moral dan etika politik
dalam proses demokrasi, artinya pilkada langsung harus dapat berjalan sesuai
aturan hukum yang berlaku, sikap dan perilaku politik yang dijalankan harus
menjunjung tinggi etika dan sopan santun politik sehingga tidak menerapkan
praktik-praktik politik yang kotor, menghalalkan segala cara dan
menggunakan cara-cara kekerasan atau premanisme politik.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
59

4. Pemuda harus dapat tampil sebagai penjaga demokrasi; menghormati hak dan
kewajiban orang lain, menghargai perbedaan pilihan dan tidak terjebak pada
pragmatisme politik.
Target yang ingin dicapai oleh Organisasi Kepemudaan X dalam Pilkada
adalah terpilihnya gubernur dan wakil gubernur yang memang benar-benar dapat
membangun Jakarta seperti yang diinginkan oleh warga Jakarta, seperti
teratasinya kemacetan lalu lintas dan terselesaikannya masalah banjir yang kerap
melanda Jakarta. Organisasi kepemudaan X juga mempunyai target dalam Pilkada
ini untuk mengarahkan kader-kadernya yang banyak berusia pemilih pemula.
Pilkada dijadikan sarana pembelajaran oleh organisasi kepemudaan X untuk
menghadapi pemilu tahun 2014 nanti, dimana banyak kader-kadernya yang
berniat menjadi calon legislatif.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
60

BAB 4
METODE PENELITIAN

4. 1. Waktu dan Tempat Penelitian


4. 1. 1. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) proses yang meliputi:
1. Proses Persiapan
Proses ini diawali dengan kegiatan mengidentifikasi permasalahan di
lokasi yang akan digunakan sebagai lokasi penelitian, perumusan
masalah yang teridentifikasi, pengumpulan dasar teori yang telah
memperkuat landasan dalam menemukan variabel serta dimensinya,
penyusunan hipotesa, penyusunan metode dalam pengumpulan data,
penyusunan instrumen hingga penentuan teknik pengujian statistik
yang digunakan. Pada proses tahap persiapan ini memakan waktu
selama 4 (empat) bulan.
2. Proses Pelaksanaan
Tahap proses pelaksanaan penelitian diawali dengan penyusunan
responden, penyampaian kuesioner kepada responden, hingga
pengumpulan kuesioner yang telah dijawab atau direspon oleh
responden. Tahap penelitian ini diperkirakan memakan waktu 1
(satu) bulan.
3. Proses Laporan
Pada proses inipenulismenganalisahasil penelitian dan pembahasan,
berupa jawaban terhadap pertanyaan penelitian yang berisi hasil
analisis dan hasil analisa data dalam usaha menguji hipotesis.

4. 1. 2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian sekaligus obyek penelitian ini mengambil tempat di
Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan objek penelitiannya adalah
para anggota Organisasi Kepemudaan X yang pada Pemilu Gubernur dan Wakil
Gubernur tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta merupakan pemilih pemula.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
61

4. 2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian
eksplanatori. Menurut Faisal (1995: 43) penelitian eksplanatoris adalah untuk
menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Menurut tingkat
eksplanatorisnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel
atau lebih (Sugiyono, 2007:67). Penelitian ini menganalisis pengaruh Pemimpin,
Komunikasi dalam Organisasi dan Komitmen pada Organisasi terhadap
Partisipasi Pemilih Pemula. Terdapat tiga variabel mempengaruhi (independen),
yaitu pemimpin, komunikasi dalam organisasidan komitmen pada organisasi dan
satu variabel dipengaruhi (dependen) yaitu partisipasi pemilih pemula. Rancangan
penelitian ini akan melihat komponen keempat variabel, X1, X2, X3 dan Y. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Selain itu penelitian ini juga dikenal dengan istilah penelitian
korelasional (Indriantoro et al, 1999: 55). Ruang lingkup kajian ini adalah para
pemilih pemula yang dalam hal ini adalah para pemuda Organisasi Kepemudaan
X dengan rentang usia 16-21 tahun di Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta
Utara. Rancangan penelitian ini akan menggambarkan pola pikir dan alur
bagaimana variabel pemimpin, komunikasi dalam organisasi, komitmen pada
organisasi, dan partisipasi pemilih pemula. Rancangan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
62

Bagan 4.1.
RANCANGAN PENELITIAN

X.1. PEMIMPIN
X.1.1. Memelihara struktur kelompok,
menjamin interaksi yang lancar,
memudahkan pelaksanaan tugas
X.1.2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran
dan ambisi kelompok
X.1.3. Mengoptimalkan kemampuan, bakat
dan produktivitas anggota
X.1.4. Menegakkan peraturan, larangan,
disiplin dan norma kelompok
X.1.5. Menentukan nilai-nilai kelompok
dan memilih tujuan-tujuan kelompok
X1.6. Mampu memenuhi harapan,
keinginan dan kebutuhan para
anggota
Y. PARTISIPASI
PEMILIH
PEMULA
Y.1. Gaya
Y.2. Motif partisipasi
X.2. KOMUNIKASI DALAM Y.3. Konsekuensi
ORGANISASI
X.2.1. Proses (menciptakan dan menukar partisipasi politik
informasi dalam organisasi)
X.2.2. Pesan dalam organisasi (simbol
tentang ciptaan dan pertukaran
informasi dalam organisasi
X.2.3. Jaringan komunikasi
X.2.4. Lingkungan (hubungan internal dan
eksternal organisasi

X.3. KOMITMEN PADA


ORGANISASI
X.3.1. Identifikasi (hubungan dan apa yang
dirasakan anggota tentang
organisasi)
X.3.2. Keterlibatan (kontribusi anggota
terhadap organisasi)
X.3.3. Kesetiaan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
63

4. 3. Populasi dan Sampel


4. 3. 1. Populasi
Sugiyono (Ridwan 2004: 54) mengatakan bahwa “populasi adalah
wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas
atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya”.
Nawawi (Ridwan 2004: 54) menyebutkan bahwa “populasi adalah
totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran
kuantitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap”.
Ridwan mengatakan bahwa “populasi adalah keseluruhan dari
karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi
merupakan obyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat
tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Organisasi Kepemudaan X
di Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta Utara yang terdaftar sebagai pemilih
pada Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta
sejumlah 135 orang yang tersebar di 103 RW.

4. 3. 2. Sampel
Arikunto (2006: 131) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi”.
Sugiyono (2007: 91) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah
sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “sampel
adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
akan diteliti”.
Pengambilan sampel menurut S. Nasution (Ridwan 2004: 56) yang
mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil maka sampel

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
64

sekurang-kurangnya semakin baik. Akan tetapi merupakan suatu kelaziman


bahwa jumlah tiga puluh satuan.
Dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang variabel penelitian
yang lebih lengkap dan akurat, penulis menetapkan sampel yang akan digunakan
adalah seluruh populasi yang ada, atau dengan istilah menggunakan sensus.
Sampel dalam penelitian ini adalah pemilih pemula yang merupakan Organisasi
Kepemudaan X di Kecamatan Y Kota Jakarta Utara. Selanjutnya kuesioner
penelitian dibagikan kepada responden.

4. 4. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kausal, yaitu metode penelitian
untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel mempengaruhi (independen
variabel) dengan lambang X1 yaitu sebagai Pemimpin, X2 sebagai Komunikasi
dalam Organisasi, X3 sebagai Komitmen pada Organisasi dan variabel
dipengaruhi (dependen variabel) dilambangkan dengan Y, yaitu Partisipasi
Pemilih Pemula. Hubungan kausalitas ini dinyatakan dalam penormaan regresi
linier.

4. 5. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian


4. 5. 1. Kerangka Konseptual
Penelitian ini mempunyai suatu alur berpikir yang ada kaitannya atau
hubungan antara variabel-variabel baik variabel independen maupun variabel
dependen dalam penelitian ini, agar uraian dan analisis datanya dapat disesuaikan
dengan apa yang telah digariskan pada latar belakang masalah dan perumusan
masalah yang diajukan pada bab sebelumnya, maka perlu disusun suatu kerangka
konseptual dalam penyusunan tesis ini. Kerangka konseptual ini akan melandasi
keterkaitan antara variabel pemimpin, komunikasi dalam organisasi, komitmen
pada organisasi dan partisipasi pemilih pemula.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
65

4. 5. 2. Hipotesis Penelitian
Dari hasil studi berbagai teori yang berkaitan dengan rumusan masalah
yang dilanjutkan dengan menyusun tujuan penelitian dan kerangka konseptual,
maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Terdapat pengaruh positif antara pemimpin, komunikasi dalam organisasi
dan komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula.

4. 6. Data dan Instrumentasi


4. 6. 1. Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dapat digunakan
oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Data yang dikumpulkan berupa data
primer dan data sekunder. Data primer yang dikumpulkan meliputi data yang
berhubungan dengan variabel mempengaruhi (independen) dan variabel
dipengaruhi (dependen) yang diperoleh melalui studi lapangan (field research),
yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan untuk
memperoleh data dan informasi yang akurat, komprehensif, dan relevan dengan
penelitian ini, serta penyebaran angket (kuesioner) dengan cara memberikan
sejumlah pertanyaan kepada responden guna mendapatkan informasi yang akurat
dan relevan dengan penelitian ini. Sedangkan data sekunder yang dikumpulkan
penulis, diperoleh dari Organisasi Kepemudaan X, KPU Provinsi DKI Jakarta,
KPU Kota Jakarta Utara dan data lainnya melalui studi kepustakaan yang
mendukung penelitian ini.
Untuk memperkuat hasil penelitian, peneliti melakukan wawancara
kepada Organisasi Kepemudaan X Kecamatan Y yang dapat memberikan jawaban
terhadap pertanyaan penelitian yang sedang dilakukan.
Kuesioner sendiri akan dibagi menjadi empat bagian. Bagian pertama
tentang variabel pemimpin. Bagian kedua terkait dengan variabel komunikasi
dalam organisasi. Sedangkan bagian ketiga terkait dengan komitmen pada
organisasi, dan yang terakhir adalah mengenai variabel partisipasi pemilih
pemula. Meyer dan Allen (2004) menyarankan pada pengukuran komitmen
berorganisasi, untuk hasil yang baik survey diisi tanpa menuliskan nama. Karena
isi pertanyaan pada kuesioner tersebut dianggap sensitif, dan dalam beberapa

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
66

keadaan, responden dapat menolak untuk memberikan jawaban yang jujur pada
kuesioner tersebut.

4. 6. 2. Instrumentasi
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu
metode untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006: 136). Dalam penelitian ini
penulis menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang digunakan
untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dari responden.
Kuesioner disusun atas empat bagian yaitu: (1) pemimpin, (2) komunikasi dalam
organisasi, (3) komitmen pada organisasi dan (4) partisipasi pemilih pemula.
Adapun instrumen penelitian sebagai berikut:

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
67

Bagan 4.2.
INSTRUMEN PENELITIAN

VariabelPenelitian Indikator Referensi


X1 X1. 1 Memelihara struktur Kartini Kartono. Pemimpin
Pemimpin kelompok, dan Kepemimpinan (1998:
menjamin interaksi 102).
yang lancar,
memudahkan
pelaksanaan tugas
X1.2 Mensinkronkan
ideologi, ide,
pikiran, dan ambisi
anggota kelompok
X1.3 Mengoptimalkan
kemampuan, bakat,
dan produktivitas
anggota
X1.4 Menegakkan
peraturan, larangan,
disiplin, dan norma
kelompok
X1.5 Menentukan nilai-
nilai kelompok dan
memilih tujuan-
tujuan kelompok
X1.6 Mampu memenuhi
harapan, keinginan,
dan kebutuhan para
anggota
X2 X2.1 Proses Goldhaber (dalam Arni,
Komunikasi dalam (menciptakan dan 1995: 32) Komunikasi
Organisasi menukar informasi Organisasi.
dalam organisasi)
X2.2 Pesan dalam
organisasi (simbol
tentang ciptaan dan
petukaran informasi
dalam organisasi)
X2.3 Jaringan Komunikasi
X2.4 Lingkungan
(hubungan internal
dan eksternal
organisasi)

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
68

Variabel Penelitian Indikator Referensi


X3 X3.1 Identifikasi Madsen, S.R., Miller, D., &
Komitmen pada (hubungan dan apa John, C.R. (2005). Readiness
Organisasi yang dirasakan for organizational change:
anggota tentang do organizational
organisasi) commitment and social
X3.2 Keterlibatan relationships in the
(kontribusi anggota workplace make a
terhadap organisasi) difference?Human Resource
X3.3 Kesetiaan Development Quarterly, 16
(2), 213-233.
Y Y1 Gaya Jalaluddin Rakhmat yang
Partisipasi Pemilih Y2 Motif partisipasi berjudul Komunikasi Politik.
Pemula Y3 Konsekuensi Khalayak dan Efek
partisipasi politik (2000:127).

4. 8. Validitas dan Reliabilitas


4. 8. 1. Validitas
Pada penelitian sosial pengujian validitas dan reliabilitas dari setiap butir
pertanyaan sangat perlu untuk dilakukan karena pada umumnya pada penelitian
sosial variabel yang digunakan adalah variabel yang tidak dapat diukur secara
langsung tetapi bisa diukur dari indikator-indikator yang diamati. Analisis faktor
digunakan untuk menentukan apakah sekelompok variabel bisa direduksi menjadi
beberapa faktor saja.
Uji validitas digunakan untuk mendapatkan instrumen yang dapat
mengukur sesuatu yang seharusnya dapat diukur dengan tepat. Uji validitas
instrumen meliputi isi (content validity) dan validitas kerangka (construct
validity). Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

4. 8. 2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensinya jawaban
seseorang terhadap suatu pernyataan dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dilakukan

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
69

dengan melihat besarnya nilai Cronbach Alpa dengan menggunakan SPSS,


sehingga nantinya akan didapat hasil jadi yang dapat kita lihat bahwa item
instrumen mana yang reliabel atau andal.
Metode Cronbach Alpa merupakan metode analisis yang digunakan
untuk menguji reliabilitas konsistensi antar berbagai instrumen pengukuran. Nilai
Cronbach Alpa berkisar antara 0 dan 1 dimana nilai alpa yang tinggi
menunjukkan reliabilitas yang tinggi diantara indikator-indikator tersebut. Setelah
itu data yang tidak reliabel atau andal akan dipisahkan, sehingga akhirnya didapat
data yang benar-benar reliabel untuk dilanjutkan proses pengujian regresinya.

4. 9. Teknik Analisis Regresi Berganda


Menganalisis data merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengolah data penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan, dan data yang
terkumpul harus segera dianalisis karena bila data tersebut tidak dianalisis, maka
data tersebut tidak dapat digunakan untuk menjawab permasalahan.
Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda. Analisis regresi berganda merupakan metode analisis yang digunakan
untuk melihat hubungan antara satu atau lebih variabel bebas. Dalam analisis ini,
pendekatan dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen (Y)
dengan satu atau beberapa variabel independen (X). Hasil dari menggunakan
analisis regresi berganda, penulis akan mengetahui variabel independen yang
benar-benar signifikan mempengaruhi variabel dependen.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
70

BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN

5. 1. Tahap Pelaksanaan Penyebaran Kuesioner


Seperti yang telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
dilakukan di suatu Kecamatan di Kota Administrasi X dengan responden sejumlah
135 orang, yang merupakan pemilih pemula dan anggota Organisasi Kepemudaan
X. Usia responden berkisar antara 17 - 21 tahun yang merupakan usia pemilih
pemula.
Peneliti dapat menemui responden setelah melalui pendekatan secara
personal terhadap pimpinan Organisasi Kepemudaan X untuk mengumpulkan data
primer dan sekunder mengenai organisasi kepemudaan X.
Penyebaran kuesioner dilaksanakan pada 22 Desember 2012 hingga 24
Desember 2012 kepada anggota Organisasi Kepemudaan X yang merupakan
pemilih pemula dan juga responden. Dalam hal penyebaran kuesioner, peneliti
dibantu oleh Ketua Organisasi Kepemudaan X tingkat Provinsi hingga Tingkat
Anak Cabang dilokasi dimana peneliti mengadakan penelitian. Peneliti banyak
dibantu oleh pimpinan tiap tingkatan, mengenai gambaran umum dari responden
yang akan diteliti oleh peneliti.
Peneliti dapat menyebar kuesioner tersebut kepada responden, karena
saat itu sedang diadakan rapat persiapan menjelang hari raya Natal, dimana
Organisasi Kepemudaan X tersebut turut serta menjaga beberapa tempat ibadah di
ibukota. Setelah berlangsungnya rapat (rapat koordinasi intern Organisasi
Kepemudaan X terjadi beberapa kali), peneliti meminta ijin dan waktu untuk
menjelaskan maksud dan tujuan dari peneliti dan kemudian membagikan
kuesioner yang telah peneliti siapkan kepada responden.
Setelah responden mengisi kuesioner yang telah dibagikan, dihari
pertama penyebaran kuesioner (tanggal 22 Desember 2012), peneliti hanya
mampu mengumpulkan responden sebanyak 50 orang. Hal ini terjadi karena
memang sebagian anggota yang juga responden peneliti, sedang berlangsung
kegiatan intern organisasi tersebut di tingkat Provinsi.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
71

Pada tanggal 23 Desember 2012, peneliti mendatangi sekretariat


Organisasi Kepemudaan X tingkat Provinsi, dimana sedang dilangsungkan
pelatihan (pembekalan) bagi kader organisasi tersebut. Dengan dibantu oleh
beberapa pengurus tingkat Provinsi Organisasi Kepemudaan X, akhirnya peneliti
dapat membagikan sebanyak 55 kuesioner kepada responden dimana responden
tersebut sesuai dengan obyek penelitian peneliti. Malam hari, peneliti kembali
harus mendatangi kantor sekretariat pimpinan cabang organisasi kepemudaan X,
untuk mendatangi responden yang kebetulan sedang dilakukan briefing di kantor
sekretariat tersebut. Malam itu peneliti hanya mampu mendapatkan responden
sejumlah 20 responden.
Pada tanggal 24 Desember 2012, pagi hari penulis mendatangi sekretariat
anak cabang organisasi kepemudaan X, untuk melengkapi data yang dibutuhkan
peneliti. Kali ini peneliti didampingi oleh Ketua Pimpinan Cabang Organisasi
Kepemudaan X, yang sebelumnya sudah menghubungi responden yang belum
mengisi kuesioner. Akhirnya, peneliti dapat melengkapi data yang dibutuhkan
siang harinya, sehingga genap responden yang dikumpulkan penulis sejumlah 135
orang. Semua data yang telah diisi oleh responden diserahkan langsung kepada
peneliti saat itu juga.

5. 2. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta
Utara, dengan populasi pemilih pemula yang merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X. Jumlah responden sebanyak 135 orang, yang merupakan seluruh
populasi dari penelitian ini (sensus). Seluruh jenis kelamin responden adalah pria.
Usia responden berkisar 17 - 21 tahun, yang merupakan pemilih pemula pada
pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
72

Gambaran umum responden menurut usia, dapat kita lihat di tabel 5.1.
dibawah berikut ini:
Tabel 5.1.
Usia Responden

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17 28 20.7 20.7 20.7

18 26 19.3 19.3 40.0

19 42 31.1 31.1 71.1

20 29 21.5 21.5 92.6

21 10 7.4 7.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa mayoritas usia responden adalah 19 tahun
sebanyak 42 orang (31.1%), 20 tahun sebanyak 29 orang (7.4%), 17 tahun
sebanyak 28 orang (20.7%), 18 tahun sejumlah 26 orang (19.3%), dan usia 21
tahun sejumlah 10 orang (7.4%).
Seperti yang dijelaskan pada bab 2, yang dimaksud pemilih pemula
adalah seseorang yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya, berusia 17
tahun atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah menikah dan namanya tercantum
dalam DPT (KPU DKI, 2012). Dengan demikian, responden baru menggunakan
hak pilihnya pada pilkada 2012. Hal ini karena pada pemilu tahun 2009, usia
mereka belum mencapai 17 tahun.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
73

Tabel 5.2.
Tingkat Pendidikan Responden

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 21 15.6 15.6 15.6

SLTA 108 80.0 80.0 95.6

Diploma 6 4.4 4.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

Dari tabel 5.2. diketahui bahwa mayoritas tingkat pendidikan akhir


responden, adalah SLTA sejumlah 108 orang (80%), SMP sejumlah 21 orang
(15.6%), dan Diploma sebanyak 6 orang (4.4%).
Pendidikan responden yang mayoritas SLTA (80%) karena, ada beberapa
dari responden yang masih berkuliah dan sebagian lagi memang tidak
melanjutkan pendidikan mereka. Sedangkan pendidikan responden yang hanya
lulusan SMP sebesar 15.6% karena memang mereka tidak memiliki biaya untuk
melanjutkan pendidikan mereka dan sudah jenuh untuk melanjutkan pendidikan.

5. 3. Uji Validitas dan Reliabilitas


Pada penelitian sosial pengujian validitas dan reliabilitas dari setiap butir
pertanyaan sangat perlu untuk dilakukan karena pada umumnya pada penelitian
sosial, variabel yang digunakan adalah variabel yang tidak dapat diukur secara
langsung tetapi bisa diukur dari indikator-indikator yang diamati.
Pengujian validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid (sah) jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Uji validitas yang digunakan oleh penulis adalah menggunakan analisa
faktor, dimana dari tiap item pertanyaan yang ada, diuji apakah sudah valid atau
belum.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
74

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistennya jawaban


seseorang terhadap suatu pernyataan dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dilakukan
dengan melihat besarnya nilai Cronbach Alpa dengan menggunakan SPSS,
sehingga nantinya akan didapat hasil jadi yang dapat kita lihat bahwa item
instrumen mana yang reliabel atau andal.

5. 3. 1. Partisipasi Pemilih Pemula


Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap 15 peryataan variabel
partisipasi pemilih pemula menunjukkan adanya butir-butir pernyataan yang
gugur. Butir-butir pernyataan yang tidak gugur diuji reliabilitasnya dan hasilnya
diperoleh nilai Cronbach Alpa sebesar 0.468.

Tabel 5.3.
Analisa Faktor Partisipasi Pemilih Pemula
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Keterlibatan 1, 5, 6, 14 -

Motif 2, 4, 8, 9, 10, 11, 9, 10, 11


15
Harapan 3, 7, 13 3, 13

Tujuan 12 12

Dari tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel partisipasi pemilih pemula, ada sub variabel yang gugur yaitu sub
variabel keterlibatan. Pernyataan sub variabel motif diwakili oleh oleh tiga
pernyataan, sub variabel harapan diwakili oleh dua pernyataan, dan sub variabel
tujuan diwakilkan oleh satu pernyataan. Sehingga total pernyataan yang reliabel
adalah 6 pernyataan.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
75

5. 3. 2. Pemimpin
Pengujian validitas 15 butir pertanyaan terhadap variabel pemimpin,
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang gugur. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup reliabel. Berarti pertanyaan-pertanyaan
untuk pemimpin sudah valid dan cukup reliabel. Pertanyaan yang tidak gugur
diuji reliabilitasnya, dan diperoleh nilai Cronbach Alpa sebesar 0.455.

Tabel 5.4.
Analisa Faktor Variabel Pemimpin
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Peran 1, 3, 8, 9, 10 -

Keterlibatan 2, 6 2

Tujuan 4, 5, 7, 11, 12, 4, 7, 12


13, 14, 15

Dari tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa ada tiga sub variabel dari
variabel pemimpin, ada sub variabel yang gugur, yaitu peran karena tidak ada
butir pertanyaan pada sub variabel ini yang valid. Adapun sub variabel yang valid
adalah keterlibatan yang diwakilkan satu pertanyaan, dan sub variabel tujuan
diwakilkan oleh tiga pertanyaan. Sehingga total pertanyaan yang valid sejumlah 4
pertanyaan.

5. 3. 3. Komunikasi dalam Organisasi


Pengujian validitas dan reliabilitas terhadap 15 peryataan variabel
komunikasi dalam organisasi menunjukkan adanya butir-butir pernyataan yang
gugur. Butir-butir pernyataan yang tidak gugur diuji reliabilitasnya dan hasilnya
diperoleh nilai Cronbach Alpa sebesar 0.509.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
76

Tabel 5.5.
Analisa Faktor Komunikasi dalam Organisasi
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Wawasan 1, 3, 5, 13, 14 1, 3, 14

Hubungan 2, 6, 10, 12, 15 -

Kompetensi 4, 7, 11 -

Internal 8, 9 8, 9

Dari tabel 5.5 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel komunikasi dalam organisasi, ada sub variabel yang gugur, yaitu sub
variabel hubungan dan kompetensi. Pernyataan sub wawasan diwakili oleh tiga
pernyataan, sub variabel internal diwakili oleh dua pernyataan. Sehingga total
pernyataan yang reliabel adalah 5 pernyataan.

5. 3. 4. Komitmen pada Organisasi


Pengujian validitas terhadap 15 butir pertanyaan variabel komitmen pada
organisasi, ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang gugur. Hal ini menunjukkan
bahwa pertanyaan-pertanyaan untuk komitmen pada organisasi sudah valid dan
cukup reliabel.Pertanyaan yang tidak gugur diuji reliabilitasnya, dan diperoleh
nilai Cronbach Alpa sebesar 0.675.
Tabel 5.6.
Analisa Faktor Komitmen pada Organisasi

Faktor Item Asli Item yang


Valid
Identifikasi 1, 2, 3, 4, 5, 10 -

Personal 6, 7, 8, 9, 12 7, 9

Keterlibatan 11, 14 11, 14

Kesetiaan 13, 15 13, 15

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
77

Dari tabel 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel komitmen pada organisasi, ada sub variabel yang gugur, yaitu sub
variabel identifikasi. Pertanyaan sub variabel personal diwakili oleh dua
pertanyaan, sub variabel keterlibatan diwakili oleh dua pertanyaan, dan dan sub
variabel kesetiaan diwakilkan oleh dua pertanyaan. Sehingga total pertanyaan
yang reliabel adalah 6 pertanyaan.

5. 4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh peneliti, selanjutnya diolah menggunakan bantuan
SPSS sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.

5. 4. 1. Uji Regresi
Dengan menggunakan standar regresi berganda, didapat nilai sr2 (unique)
sebagaimana tabel di bawah berikut ini:

Tabel 5.7.
STANDAR REGRESI BERGANDA

STANDAR MULTIPEL REGRESI

PARTISIPA KOMUNIKA sr²


Variables SI (DV) PEMIMPIN SI KOMITMEN B β (unique)

PEMIMPIN 0,31 0,137 0,12 0,01


KOMUNIKA
SI 0,39 0,24 0,252** 0,22 0,04
KOMITMEN 0,57 0,30 0,31 0,363** 0,46 0,18
Intercept = 7,894
Means 23,3 14,8 19,80 23,14
Standar
deviations 2,80 2,45 2,43 3,63 R² = 0,38
Adjusted R² = 0,37
R = 0,62**

**p < 0,01


Unique variability = 0,14; shared variability = 0,24.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
78

Regresi berganda digunakan untuk menganalisis pemimpin, komunikasi


dalam organisasi dan komitmen pada organisasi sebagai independen variabel dan
partisipasi pemilih pemula sebagai dependen variabel.
Analisis ini menggunakan SPSS regression untuk mengevaluasi asumsi.
Tabel di atas menggambarkan korelasi antar variabel, unstandardized coefficients
(B) dan intersep, standardized coeficients (β), semi partial correlations, R2 dan
adjusted R2.

5. 5. Pembahasan
Bagian ini membahas hasil deskripsi dan pengukuran variabel-variabel
yang telah dijabarkan sebelumnya.

5. 5. 1. Pemimpin
Hasil analisis di atas, variabel pemimpin (X1) sebagai independen
variabel mempunyai pengaruh sebesar 1% terhadap partisipasi pemilih pemula.
Dari hasil kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti,
pemimpin telah berusaha melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan.
Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab bahwa pemimpin
mereka sering melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan (sebesar
92,6%).
Sedangkan pemimpin dalam organisasi kepemudaan X juga sering
memberi perintah kepada anggotanya tentang pentingnya agar anggotanya
memberikan suaranya pada pemilu. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
menjawab bahwa mereka sering mendapatkan instruksi tentang pentingnya turut
serta dalam pemilu.
Suatu penelitian tentang pengaruh pemimpin terhadap pengikutnya
adalah yang dilakukan oleh Ron Shachar dan Barry Nalebuff (Shachar & Barry,
1999: 527) yang dilakukan di Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa,
“pemimpin mempunyai peran strategis dalam mempengaruhi pengikutnya untuk
berpartisipasi dalam pemilu”. Shachar dan Nalebuff juga mengatakan bahwa
keputusan untuk memilih dalam sebuah pemilu ditentukan oleh aksi yang
dilakukan oleh pemimpin”.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
79

Ron Scharchar dan Barry Nalebuff mengadakan penelitian dalam pemilu


di AS. Hasil penelitian tersebut adalah, pemimpin sebuah organisasi dapat
mendorong para pendukungnya untuk menggunakan hak pilihnya dalam pemilu
nasional. Setidaknya hal tersebut berpengaruh dalam 13 kali pemilu yang
dilakukan AS.
Pemimpin tidak hanya mendorong pengikutnya untuk berpartisipasi,
tetapi juga membantu memberikan informasi kepada pemilih tentang isu-isu
penting dalam berpartisipasi dalam pemilu.
Sedangkan berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada
informan A pada tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X,
bahwa memang pemimpin Organisasi Kepemudaan X pengaruhnya rendah
terhadap pemilih pemula yang juga merupakan anggotanya karena pemimpin
Organisasi Kepemudaan X kurang memperhatikan anggotanya yang merupakan
pemilih pemula.
Selain itu, pemimpin Organisasi Kepemudaan X kurang berbaur dengan
pemilih pemula, karena pemilih pemula tersebut merupakan anggota baru di
dalam Organisasi Kepemudaan X. Sehingga anggota tersebut tidak melihat
pemimpin sebagai figur yang dapat dicontoh dalam meningkatkan partisipasi
politik.

5. 5. 2. Komunikasi dalam Organisasi


Variabel komunikasi dalam organisasi (X2) berpengaruh sebesar 4%
terhadap partisipasi pemilih pemula.
Dari hasil kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti,
komunikasi dalam organisasi pada organisasi kepemudaan X sebenarnya sudah
berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab
bahwa dalam organisasi mereka, sering melaksanakan diskusi mengenai hal-hal
yang sedang hangat dibicarakan masyarakat, juga sering mengundang pembicara
dari luar.
Sedangkan pemimpin dalam organisasi kepemudaan X juga sering
memberikan informasi-informasi baru yang berikaitan dengan organisasi.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
80

Pemimpin organisasi kepemudaan X juga sering berlandaskan asas organisasi di


dalam mengambil keputusan organisasi.
Suatu penelitian yang dilakukan Stephen Franswort (Stephen Franswort,
2003) yang ditulis pada jurnal terbitan tahun 2003 tentang pengaruh pemimpin
terhadap kelompok atau organisasinya menemukan hasil, Pemimpin yang
visioner, perhatian terhadap anggotanya dan sering menjadi penyemangat untuk
anggota kelompoknya akan memberi pengaruh yang besar terhadap anggota
kelompoknya untuk mengembangkan diri, dan tentu hal ini akan berbuah positif
bagi perkembangan organisasinya. Penelitian ini pernah dilakukan terhadap
pemimpin dari Manchester Union Amerika Serikat, dimana pemimpinnya sangat
visioner dan selalu menjadi penyemangat untuk anggotanya, yang akhirnya dapat
memberi pengaruh positif terhadap kesuksesan organisasi.
Pemimpin yang kuat akan memberi pengaruh bagi organisasinya.
Pemimpin harus memiliki kontrol terhadap tingkah laku, sikap, dan nilai-nilai
yang dipegang teguh oleh organisasinya atau kelompok. Cara pemimpin
mengeluarkan pendapat juga dinilai penting untuk membangkitkan anggotanya
dalam mengeluarkan ide-ide untuk organisasinya. Hal ini diungkapkan oleh
Scollay E Patsy, et.al, yang diterbitkan lewat jurnal pada tahun 2001.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan A pada
tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X, bahwa
komunikasi dalam organisasi di Organisasi Kepemudaan X kurang berjalan
dengan baik, karena adanya jarak antara anggota lama dan anggota baru.
Selain itu pemilih pemula yang merupakan anggota baru di Organisasi
Kepemudaan X hanya bergaul dengan teman-teman seumurannya (kurang
membuka diri) kepada anggota yang lebih senior. Hal ini karena mereka sungkan
untuk berkomunikasi dengan senior mereka.

5. 5. 3. Komitmen pada Organisasi


Sedangkan komitmen pada organisasi (X3) sebagai independen variabel
yang ketiga memberikan pengaruh yang paling besar sebesar 18% terhadap
partisipasi pemilih.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
81

Dari hasil kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti,
komitmen pada organisasi pada organisasi kepemudaan X sebenarnya sudah
berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab
bahwa dalam berorganisasi, mereka sering mengikuti setiap acara yang
diselenggarakan oleh organisasi mereka, dan hubungan diantara anggota juga
berjalan baik.
Adanya hubungan yang baik diantara para anggota Organisasi
Kepemudaan X terlihat dari seringnya para anggota menginap di rumah teman
seanggotanya.
Komitmen berorganisasi dipengaruhi oleh banyak hal. Meyer dan Allen
(1991) dan Meyer et al. (2002) berpendapat bahwa komitmen afektif dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi, struktur organisasi, serta pengalaman bekerja. Seperti
pendapat Meyer et al., 2002, bahwa semakin kuat komitmen normatif semakin
rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi perilaku bekerjanya
(kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku organisasinya), dan
semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya (Meyer et al., 2002). Hal ini juga
dialami oleh anggota Organisasi Kepemudaan X yang diikat oleh norma agama.
Artinya, anggota Organisasi Kepemudaan X memiliki komitmen yang kuat
terhadap organisasinya karena terikat oleh komitmen agama. Selain itu, pribadi
perhatian dan kesediaan menolong orang lain, kepuasan kerja, serta iklim
psikologis juga berpengaruh positif terhadap komitmen berorganisasi, walaupun
masa kerja anggota Organisasi Kepemudaan X yang merupakan responden dari
penelitian ini merupakan anggota baru.
Bergabungnya seseorang dalam sebuah organisasi diharapkan
anggotanya dapat mengembangkan attitude dan behaviour yang baik. Dengan
demikian tujuan dari pemberdayaan anggota secara sosial dan politik dapat
tepenuhi. (Peter, 1999: 229) Berkaitan dengan pengaruh terhadap partisipasi
pemilih adalah, bahwa komitmen pada organisasi dalam suatu organisasi dapat
meningkatkan anggotanya untuk turut berpartisipasi dalam pemilu.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan A pada
tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X, bahwa komitmen
pada organisasi di Organisasi Kepemudaan X cukup berpengaruh terhadap

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
82

partisipasi pemilih pemula, karena dengan baik, karena memang di hati dan
pikiran para pemilih pemula tersebut, sudah tertanam kedekatan emosional
terhadap salah satu organisasi Islam di tanah air. Mereka memiliki loyalitas
terhadap Organisasi Kepemudaan X, karena banyak dari anggota Organisasi
Kepemudaan X yang memiliki saudara yang juga pernah atau masih
berkecimpung di organisasi Organisasi Kepemudaan X atau organisasi Badan
Otonom organisasi Islam lainnya, dimana Organisasi Kepemudaan X bernaung.

Sedangkan berdasarkan analisa di atas ketiga variabel bebas (X1, X2, dan
X3) secara simultan memberi pengaruh terhadap variabel terikat (Y) sebesar 38%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Informan A pada
tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X, diperoleh hasil
bahwa pemilih pemula sadar dan mengerti bahwa salah hak dan kewajibannya
sebagai pemilih pemula dan warga negara adalah turut berpartisipasi dalam
pemilu dalam bentuk memberikan suaranya. Hal inilah yang mendorong mereka
aktif memberikan suara mereka pada waktu pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur
Tahun 2012, meskipun variabel pemimpin dan variabel komunikasi dalam
organisasi memberikan nilai yang kurang signifikan terhadap partisipasi pemilih
pemula.

5. 6. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian ini
adalah:
Alat ukur yang digunakan peneliti rendah, sehingga kurang dapat
menjelaskan kaitan langsung dari masing-masing variabel yang akan
diteliti oleh peneliti. Waktu menjadi kendala dalam hal ini.
Penelitian dilakukan hanya dilakukan di satu kecamatan terhadap satu
organisasi kepemudaan X. Hal ini karena sempitnya waktu dan
kurangnya persiapan dari peneliti.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
83

Seluruh responden dalam penelitian ini adalah pria, karena sesuai


dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga dari Organisasi
Kepemudaan X, bahwa salah satu syarat untuk menjadi kader
organisasi ini adalah pria.
Penelitian ini tidak melakukan pre-test terhadap instrumen yang
digunakan. Maka validitas dan reliabilitas instrumen diukur setelah
pengumpulan data berakhir. Hal ini mengakibatkan ada satu dimensi
yang tidak diukur lebih lanjut, serta tidak dapat dilakukan perbaikan
item instrumen pada item yang tidak valid dan reliabel.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
84

BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini memaparkan kesimpulan dan rekomendasi dari hasil temuan di


lapangan, yang telah dilakukan peneliti. Kesimpulan ini adalah jawaban dari
pertanyaan penelitian yang didasarkan pada data-data yang diperoleh di lapangan.
Sedangkan saran diberikan sebagai masukan untuk perbaikan selanjutnya.

6. 1. Kesimpulan
Ada pengaruh faktor pemimpin, komunikasi dalam organisasi, komitmen
pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula yang merupakan anggota
Organisasi Kepemudaan X di Kecamatan Y Kota Jakarta Utara.

6. 2. Rekomendasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan lebih jauh
mengenai pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada organisasi
terhadap partisipasi pemilih pemula. Oleh karena itu terdapat beberapa
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya maupun kepada organisasi kepemudaan
X, serta Kemenpora.

6. 2. 1. Rekomendasi Akademik
Berikut merupakan rekomendasi akademik untuk penelitian selanjutnya:
a. Pemimpin pada organisasi kepemudaan X perlu lebih membaur kepada
anggotanya yang masih berusia muda, dan lebih memberi peran kepada
mereka. Hal ini perlu karena pemilih pemula merupakan faktor penting dalam
pemilu. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk menggunakan alat
ukur yang lebih baik, sehingga dapat memaparkan kaitan langsung pemimpin
terhadap pemilih pemula.
b. Komunikasi dalam organisasi pada organisasi kepemudaan X masih perlu
ditingkatkan dan perlunya kesadaran bahwa semua anggota mempunyai peran
yang sama tanpa melihat anggota baru atau lama. Penelitian sejenis juga

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
85

direkomendasikan pada organisasi kepemudaan yang tidak terikat dengan


struktur organisasi seperti kelompok diskusi, kelompok pencinta alam, serta
kelompok minat dan bakat. Sehingga perbedaan atau variasi yang dihasilkan
nantinya dapat dikembangkan untuk dilakukan perbandingan.
c. Penelitian selanjutnya juga direkomendasikan untuk melihat hubungan antara
komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula di organisasi
kepemudaan lainnya, sehingga dapat dilakukan perbandingan.
d. Penelitian selanjutnya juga direkomendasikan untuk meninjau faktor-faktor
lain dari pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada
organisasi di organisasi kepemudaan lainnya. Karena dalam penelitian ini
terlihat bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi partisipasi pemilih pemula.

6. 2. 2. Rekomendasi Praktis
Perlunya sosialisasi dan pendidikan politik untuk pemilih pemula yang
dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk meningkatkan partisipasi pemilih
pemula.
Untuk Kementerian Pemuda dan Olah Raga agar memberikan perhatian
lebih kepada pemilih pemula yang juga merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X sebagai mitra strategis pemerintah.
Untuk dapat menjadikan perhatian para calon Gubernur dan Wakil
Gubernur untuk menjaring suara pemilih pemula.
Untuk Organisasi Kepemudaan X, agar dapat dijadikan bahan evaluasi,
bahwa pemimpin, komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada organisasi
memberikan pengaruh kepada anggotanya.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
86

DAFTAR PUSTAKA

Ahda, Ivan. 2010. Hubungan Komitmen Beragama Dengan Komitmen Organisasi


Pada Karyawan PT.X. Depok: Fakultas Psikologi Program Reguler
Universitas Indonesia. Skripsi Tidak Dipublikasikan.
Anam, Choirul. 2010. Gerak Langkah Pemuda Ansor. Seputar Sejarah Kelahiran.
Jakarta: Duta Aksara Mulia.
Ananta, Aris, Arifin, Evi Nurvidya dan Leo Suryadinata. 2005. Emerging
Democracy in Indonesia. Singapore: Institute of Southeast Asian Studies.
Andrews, Kenneth (et.al). 2008. Black Voting During the Civil Rights Movement:
A Micro-level Analysis. Social Forces. 87.1 (Sep. 2008): 65:93.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Arni, Muhammad. 1995. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia.
Barriga, Martha. 2004. Citizenship learning and political participation: The
experience of Latin American immigrants in Canada, Canadian Journal
of Latin American & Caribbean Studies 29. 57/8 (2004): 17-38.
Bass, Bernard M. 2000. The Future of Leadership in Learning Organization. The
Journal of Leadership Studie, 7, 18 - 40.
Beck, Paul Allen; Dalton; Russell J; Steven Greene; Robert Huckfeldt. 2002.
“The Social Calculus of Voting: Interpersonal, Media, and
Organizational Influences on Presidential Choice”, The American
Political Science Review; Mar 2002; 96, 1; Hal. 62-68.
Biro Pusat Statistik. 2009. Proyeksi Penduduk Indonesia 2005 - 2025. Jakarta:
BPS.
Bonne, Hugh A. dan Austin Ranney. 1981. Politics and Voters. New York:
McCraw-Hill.
Branson, MS. dan Syafuddin. 1999. Belajar Civic Education dari Amerika.
Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LkiS).
Budhiardjo, Miriam. 1982. Partisipasi dan Partai Politik, Jakarta: PT.Gramedia.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
87

Burdick, Eugene dan Arthur J. Brodbeck (Ed.). 1959. American Voting


Behaviour. Illinois: The Free Press.
Creswell, John. W. 2003. Research Design. Design Penelitian Qualitative &
Quantitative Approaches. Pendekatan Kualitatif & Kuantitatif. Jakarta:
KIK Press.
Damsar. 2010. Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Evans, Kevin Raymond. 2003. Sejarah Pemilu dan Partai Politik di Indonesia.
Jakarta: PT. Arise Consultancies.
Faisal, Sanapiah. 1995. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Franswort, Stephen. 2003. Manchester Union Leader’s Influence in the 1996 New
Hampshire Republican Primary. Presidential Studies Quarterly. 33,2
(Jun 2003): 291:304.
Green, Darly D., Gary E. Robert. 2012. Transformational Leadership in A
Postmodern World: The Presidential Election of Barack Obama.
Academy of Strategic Management Journal. 11.1: 9-25.
Goldstone, Jack A (ed). 1998. The Encylopedia of Political Revolution. Chicago
& London: Fitzroy Dearborn Publisher.
Gonzalez-a, Edward. 2009. The Power Of Political Parties: Political Participation,
Clientelism, and Remittances in the Dominican Republic., Mei 2009,
New School University, 2009. 3355141, ProQuest LLC.
Hague, Rod, Martin Harrop dan Shaun Breslin. 1998. Comparative Government
and Politics: An Introduction. London: Mac Millan Press.
Horrison, David A. 2011. Centrality and charisma: Comparing how leader
networks and attributions affect team performance. Journal of Applied
Psychology 96. 6 (Nov 2011): 1209-1222.
Horvarth, Peter. 1999. The Organization of Social Action. Canadia Psychology
40. 3 (Aug 1999).
Humphreys, John H. (et.al). 2003. Organizational commitment: The Roles of
Emotional and Practical Intellect Within the Leader/Follower Dyad.
Journal of Business and Management 9. 2 (Spring 2003): 189-209.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
88

Huntington, Samuel P. 1994. Partisipasi Politik di Negara-Negara Berkembang.


Jakarta: Rineka Cipta.
Indriantoro, Bambang, et al. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta:
BPFE.
Jacobs, Jamie Elizabeth. 2002. Community, Participation, The Environment and
Democracy: Brazil In Comparative Perpective.. Latin American Politics
and Society, winter 2002; 44, 4; proquest.
Johnson, Patsy E., Scollay, Susan J. 2001. School-Based, Decision-Making
Councils-Conflict, Leader Power and Social Influence in the Vertical
Team. Journal of Educational Administration. 39.1 (2001): 47-66.
Jui-Chen, Chen; Silverthorne, Colin; Jung-Yao, Hung. 2006. Organization
communication, job stress, organizational commitment, and job
performance of accounting professionals in Taiwan and
AmericaLeadership & Organization Development Journal 27. 4 (2006):
242-249.
Kartono, Kartini. 1996. Pendidikan Politik. Bandung: Mandar Maju.
__________________. 1998. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: Grafindo.
Kavanagh, Dennis. 1983. Political Science and Political Behaviour. London:
George Allen and Unwin.
Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional. 2009. Data dan
Informasi Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga. Jakarta:
Bapenas.
Komisi Pemilihan Umum. 2004. Pemilihan Umum Tahun 2004. Jakarta: Komisi
Pemilihan Umum.
Kouzes, James M., Barry Z. Posner. 1999. Terjemahan: Tantangan
Kepemimpinan (Anton Adiwiyoto, Penerjemah). Batam Centre:
Interaksa.
KPU Kota Administrasi Jakarta Utara. 2012. Laporan Pemilu Gubernur dan Wakil
Gubernur di Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun 2012. Jakarta: KPU
Kota Administrasi Jakarta Utara.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
89

KPU Provinsi DKI Jakarta. 2012. Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 dalam Angka. Jakarta: KPU Provinsi
DKI Jakarta.
KPU Provinsi DKI Jakarta. 2012. Pilkada: Pemilu Untuk Pemilih Pemula. Modul
Sosialisasi. Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta.
Krause, Diana E. 2007. Power and Influence in Organizations. New Empirical and
Theoretical Perspectives (Vol. 5: Research in Management)/Leadership
and Power. Identity Processes in Groups and Organizations. Personnel
Psychology 60. 2 (Summer 2007): 517-522.
Kusuma, Erwin. 2010. Yang Muda Yang Berkiprah. Jakarta: Kekal Press.
Lee. 2005. Effects of Leadership and Leader-Member Exchange on Commitment.
Leadership & Organization Development Journal 26. 7/8 (2005): 655-
672.
Mas’ud, Mochtar dan Colin Mac Andrew. 1986. Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: UGM Press.
Madsen, S.R., D. Miller & C.R. John. 2005. Readiness for Organizational
Change: Do Organizational Commitment and Social Relationships in the
Workplace Make A Difference? Human Resource Development
Quarterly, 16 (2), Hal. 213-233.
Meyer, John P, Natalie J. Allen. 1991. A Three-Component Conceptualization of
Organizational Commitment. Human Resources Management Review, 1,
61-89.
Meyer, John P., et al. 2002. Affective, Continuance, and Normative Commitment
to the Organization: A Meta-analysis of Antecedents, Correlates, and
Consequences. Journal of Vocational Behavior, 61, 20 -52.
Meyer, John P, Natalie J. Allen. 2004. TCM Employee Commitment Survey
Acaademic Users Guide 2004. Department of Psychology The University
of Western Ontario.
Minter, Robert L. 2010. Organizational Communication Audits: Assessing Core
Communication Competencies Within The Organization. International
Journal of Management and Information Systems 14. 5 (Fourth Quarter
2010): 107-118.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
90

Palupi, D. 2006. Hubungan antara Komitmen Kerja dengan Kedisiplinan Kerja


pada Karyawan Divisi Long Distance (DLD) PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk Semarang. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang:
Universitas Katolik Soegijapranata.
PC GP Ansor Jakarta Utara. 2010. Laporan Pertanggung Jawaban Kepengurusan
PC GP Ansor Jakarta Utara. Masa Khidmat 2006-2010. Jakarta: PC GP
Ansor Jakarta Utara.
Penley & Hawkins. “Studying Interpersonal Communication in Organizational: A
Leadership Application” Academy of Management Journal, Vol. 28. Hal.
309-326.
Prasojo, Eko, Irfan Ridwan Maksum, dan Teguh Kurniawan. 2006. Desentralisasi
& Pemerintahan daerah: Antara Model Demokrasi Lokal & Efisiensi
Struktural. Depok: DIA FISIP UI.
Purwasasmita, Mubiar. 2010. Memaknai Konsep Alam Cerdas dan kearifan Nilai
Budaya Lokal dalam Pendidikan Karakter Bangsa. Bandung: Widya
Aksara Press.
PW GP Ansor Provinsi DKI Jakarta. 2009. Laporan Pertanggung Jawaban
Kepengurusan PW GP Ansor Provinsi DKI Jakarta. Masa Khidmat 2005-
2009. Jakarta: PW GP Ansor Provinsi DKI Jakarta.
Rakhmat, Jalaluddin & Dan Nimo. 2000. Komunikasi Politik. Khalayak dan Efek.
Bandung: Rosda Karya.
Ranadireksa, Hendarmin. 2007. Arsitektur Konstitusi Demokratik. Bandung:
Fokusmedia.
Ranney, Austin. 1993. Governing; An Introduction to Political Science, Sixth
Edition. New Jersey: Prentice-Hall International Edition.
Retnaningsih, Sudarwati. 2007. Analisis Pengaruh Keadilan Kompensasi, Peran
Kepemimpinan, dan Kepuasan Kerja terhadap Komitmen Organisasi
dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus: Pada Sentral
Pengolahan Pos Semarang). (Tesis) Semarang: Program Studi Magister
Manajemen Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Ridwan. 2004. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:
Alfabeta.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
91

Rodee, Carlton Clymer (Ed). 1993. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Shachar, Ron and Barry Nalebuff. “Follow The Leader : Theory and Evidence on
Political Participation” The American Economic Review, Jun 1999; 89, 3;
Proquest. Hal. 526-545.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2010. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Refika
Aditama.
Triton PB. 2006. SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985
tentang Organisasi Kemasyarakatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 dalam Ir. Diany
Lazuar Nasri (Kodifikator), Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41
Tahun 2002 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum Jakarta:
Durat Bahagia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Wahid, Abdurrahman & Halim HD. 2009. Mengapa Kami Memilih Golput. Solo:
Sagon.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
92

Walumbwa, Fred O. (etc.). 2010. Sumber: An Investigation Of The Relationships


Among Leader And Follower Psychological Capital, Service Climate,
And Job Performance. Personnel Psychology 63. 4 (Winter 2010): 937-
963.
Williams, Scott David. 2004. Personality, Attitude, and Leader Influences on
Divergent Thinking and Creativity in Organizations. European Journal
of Innovation Management 7. 3 (2004).
Zada, Khamami & A. Fawaid Sjadzili. 2010. Nahdlatul Ulama. Dinamika
Ideologi dan Politik Kenegaraan. Jakarta: Penerbit Kompas.

Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
Lampiran 1 93

KUESIONER PARTISIPASI PEMILIH PEMULA

NAMA MUH. DOUGLAS ARTHUR ONDANG

KAJIAN KETAHANAN NASIONAL


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS INDONESIA
2012

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


94

PENGANTAR

Saya adalah mahasiswa PascaSarjana Universitas Indonesia, Program Kajian


Ketahanan Nasional, Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan yang sedang
melakukan penelitian bagi penulisan tesis saya.
Penelitian saya yang sedang saya teliti ini adalah tentang pengaruh pemimpin,
komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada organisasi terhadap partisipasi
pemilih pemula pada pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Tahun 2012 di
Kecamatan Tanjung Priok, Kota Administrasi Jakarta Utara.
Saya mengharapkan saudara dapat membantu dengan mengisi kuesioner berikut
ini di tengah kesibukan saudara dalam menjalankan organisasi. Data yang
terkumpul akan dianalisis dan dipersembahkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Demikian pengantar saya, atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima
kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan saudara yang telah membantu
mengumpulkan data.
Terima kasih.

Hormat Saya,

Muh. Douglas A. Ondang

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


95

Program Pascasarjana
Universitas Indonesia

INSTRUMEN PENELITIAN
PEMIMPIN

Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit

Petunjuk:

1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu:


SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan


Saudara, dengan cara memberi cek list ( √ ) pada salah satu jawaban yang
Saudara pilih (SL, SR, KD, JR atau TP).

3. Jawaban ini murni untuk keilmuan dan bukan untuk publikasi.

4. Atas bantuan dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Pemimpin saya memiliki hubungan yang baik
dengan anggotanya dan hubungan antar
anggota juga berjalan baik.
2 Pemimpin saya melibatkan saya dalam
mengambil keputusan.

3 Pemimpin saya berusaha mensinkronkan


ideologi para anggotanya untuk memilih salah
satu pasangan calon.

4 Saya mendapat instruksi agar memilih salah


satu pasangan calon pada saat pemilu.

5 Dalam hal pemilu, pemimpin saya berpesan


agar menggunakan hak pilih saya.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


96

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
6 Pemimpin saya memberi kebebasan kepada
anggotanya untuk menentukan pilihannya
sendiri, asalkan para anggotanya
menggunakan hak pilihnya.
7 Pemimpin saya mempengaruhi saya dalam ide
dan pikiran dalam memilih salah satu
pasangan calon.
8 Dalam memutuskan memilih salah satu
pasangan calon, Pemimpin saya berusaha
memasukkan nilai-nilai dan ide-ide yang
sesuai dengan organisasi.
9 Pemimpin saya memberikan peran dan tugas
kepada setiap anggotanya, dan tegas dalam
memberikan sanksi.
10 Pemimpin saya sering mengadakan pelatihan
dan diskusi tentang pentingnya pemilu.

11 Apabila saya tidak memilih salah satu


pasangan calon yang ditentukan, maka
Pemimpin saya akan memberikan sanksi
kepada anggotanya.
12 Pemimpin saya mempengaruhi saya dalam
memilih salah satu pasangan calon.

13 Dalam memilih salah satu pasangan calon,


Pemimpin saya mendorong saya untuk
memilih salah satu pasangan calon karena
calon tersebut satu pemikiran dengan
organisasi.
14 Pemimpin saya mengatakan dengan
terpilihnya salah satu pasangan calon yang
telah diinstruksikan oleh pimpinan saya, maka
ada harapan lebih baik untuk organisasi.
15 Pemimpin dan senior-senior saya sering
memberikan arahan tentang pentingnya
berorganisasi dan berpartisipasi dalam politik.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


97

Program Pascasarjana
Universitas Indonesia

INSTRUMEN PENELITIAN
KOMUNIKASI ORGANISASI

Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit

Petunjuk:

1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu:


SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan


Saudara, dengan cara memberi cek list ( √ ) pada salah satu jawaban yang
Saudara pilih (SL, SR, KD, JR atau TP).

3. Jawaban ini murni untuk keilmuan dan bukan untuk publikasi.

4. Atas bantuan dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
kerap melakukan/melaksanakan diskusi-
diskusi mengenai hal-hal yang sedang hangat
dibicarakan masyarakat.
2 Saya dan teman-teman seorganisasi sering
melakukan jalan bersama-sama di luar
kegiatan organisasi.
3 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
sering mengundang pembicara dari luar untuk
berdiskusi dan memperkaya wawasan
anggota.
4 Saya mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk
peningkatan pengetahuan dan kemampuan
saya dalam berorganisasi.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


98

5 Saya dan teman-teman organisasi sering


bertemu dan bertukar pikiran.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
6 Saya dan teman-teman sesama anggota
organisasi, sering menonton tv bersama.

7 Saya mendapatkan hal-hal baru dalam


kegiatan di Anak Cabang GP Ansor Kec.
Tanjung Priok.
8 Pemimpin saya menginformasikan hal-hal
baru yang berkaitan dengan organisasi.

9 Dalam hal pengambilan keputusan, Anak


Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok selalu
berpihak kepada asas organisasi.
10 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
selalu menjaga silaturahmi dengan senior-
senior di organisasi.
11 Saya sangat tergantung dengan teman-teman
di Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung
Priok.
12 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
membangun jaringan dengan pihak lain untuk
membahas masalah-masalah politik.
13 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
sering hadir pada diskusi-diskusi politik.

14 Saya dan teman-teman seorganisasi aktif


menjalin hubungan dengan organisasi lain di
luar Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung
Priok.
15 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
melakukan surat menyurat dengan instansi
lain atau organisasi lain terkait kegiatan Anak
Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


99

Program Pascasarjana
Universitas Indonesia

INSTRUMEN PENELITIAN
KOMITMEN PADA ORGANISASI

Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit

Petunjuk:

1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu:


SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan


Saudara, dengan cara memberi cek list ( √ ) pada salah satu jawaban yang
Saudara pilih (SL, SR, KD, JR atau TP).

3. Jawaban ini murni untuk keilmuan dan bukan untuk publikasi.

4. Atas bantuan dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP

1 Saya bergabung dengan organisasi ini karena


ada beberapa tokoh yang saya kagumi dan
ingin meneladani mereka/mencontoh mereka
dalam berorganisasi.
2 Cara pemimpin saya berkomunikasi dan
memimpin, menjadikan saya lebih suka di
organisasi.
3 Saya berorganisasi agar dapat terjun di bidang
politik.

4 Di dalam berorganisasi, saya berkesempatan


berkenalan dengan banyak tokoh dan
membuka jaringan politik.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


100

5 Saya berorganisasi untuk menggali potensi


yang ada di diri saya.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP

6 Saya terjun berorganisasi karena diajak oleh


teman saya.

7 Saya habiskan waktu sehari-hari saya di


sekretariat organisasi.

8 Keterlibatan/aktifitas saya di organisasi


membuat saya pulang larut malam.

9 Saya mengikuti semua kegiatan yang


diadakan oleh organisasi saya.

10 Saya sering mengeluarkan uang pribadi untuk


keperluan Anak Cabang GP Ansor Kec.
Tanjung Priok.
11 Teman-teman Anak Cabang GP Ansor Kec.
Tanjung Priok datang berkunjung dan
menginap di rumah saya.
12 Saya memiliki komitmen terhadap pemimpin
saya dalam hal memilih salah satu pasangan
calon.
13 Saya akan menjalankan apa yang telah
ditetapkan oleh pemimpin/organisasi.

14 Pemimpin saya tegas dalam mengambil


keputusan dan memberikan sanksi kepada
anggotanya yang melakukan kesalahan.
15 Pemimpin dan senior-senior saya sering
membangkitkan semangat saya tentang
pentingnya berorganisasi.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


101

Program Pascasarjana
Universitas Indonesia

INSTRUMEN PENELITIAN
PARTISIPASI POLITIK

Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit

Petunjuk:

1. Di bawah ini terdapat 5 pilihan jawaban yaitu:


SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak Pernah

2. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan sejujur-jujurnya sesuai keadaan


Saudara, dengan cara memberi cek list ( √ ) pada salah satu jawaban yang
Saudara pilih (SL, SR, KD, JR atau TP).

3. Jawaban ini murni untuk keilmuan dan bukan untuk publikasi.

4. Atas bantuan dan partisipasi Saudara, saya ucapkan terima kasih.

NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP

1 Pemimpin saya mendidik saya agar selalu


aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan Anak
Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok.
2 Organisasi mengajarkan kepada saya agar
saya selalu bersikap obyektif terhadap semua
masalah yang terjadi.
3 Adanya hubungan yang baik dengan salah
satu tokoh, Anak Cabang GP Ansor Kec.
Tanjung Priok akan menjadi kuat, kokoh.
4 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
kerap mengeluarkan statement agar
mendapatkan keuntungan.
5 Sebagai anggota organisasi, saya paham akan
pentingnya partisipasi politik dan saya akan
selalu menggunakan hak pilih saya.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


102

NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP

6 Saya merasa senang di lingkungan organisasi


saya, karena mendapatkan rasa aman.

7 Saya berkeinginan agar menjadi politisi


setelah saya matang di organisasi.

8 Saya merasa mendapatkan apa yang saya


inginkan di dalam organisasi.

9 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok


berusaha untuk menjalin hubungan dengan
para pejabat dengan harapan materi.
10 Dalam hal pemilu Anak Cabang GP Ansor
Kec. Tanjung Priok mengarah kepada salah
satu calon karena faktor materi.
11 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
menginstruksikan untuk memilih salah satu
calon dalam pemilu karena pertimbangan
jangka pendek.
12 Saya terjun di organisasi dengan harapan
akan mendapatkan masa depan yang lebih
baik.
13 Saya berharap dapat hidup dengan Anak
Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok.

14 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok


kerap berbeda pandangan dengan saya dalam
hal memilih salah satu pasangan calon.
15 Saya siap menerima resiko bila saya memiliki
pandangan politik yang berbeda dengan
organisasi.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


Lampiran 2 103

HASIL RUNNING SPSS


V.17.0

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


104

FREKUENSI

FREQUENCIES VARIABLES=NAMA JENIS KELAMIN USIA PENDIDIKAN


/ORDER=ANALYSIS.

Frequency Table

[DataSet2] G:\Oglex_new\Edit\_DATA_AWAL EDIT 02.sav

JENIS KELAMIN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 135 100.0 100.0 100.0

USIA

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 17 28 20.7 20.7 20.7

18 26 19.3 19.3 40.0

19 42 31.1 31.1 71.1

20 29 21.5 21.5 92.6

21 10 7.4 7.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

PENDIDIKAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid SMP 21 15.6 15.6 15.6

SLTA 108 80.0 80.0 95.6

Diploma 6 4.4 4.4 100.0

Total 135 100.0 100.0

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


105

ANALISA FAKTOR
PARTISIPASI PEMILIH PEMULA (Y)

a
Rotated Component Matrix

Component

1 2 3

Y.09.MOTIF. Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung .817


Priok berusaha untuk menjalin hubungan dengan
para pejabat dengan harapan materi.

Y.10. MOTIF. Dalam hal pemilu Anak Cabang GP .753


Ansor Kec. Tanjung Priok mengarah kepada salah
satu calon karena faktor materi.

Y.11. MOTIF. Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung .682


Priok menginstruksikan untuk memilih salah satu
calon dalam pemilu karena pertimbangan jangka
pendek.

Y.03.HARAPAN. Adanya hubungan yang baik .821


dengan salah satu tokoh, Anak Cabang GP Ansor
Kec. Tanjung Priok akan menjadi kuat, kokoh.

Y.13. HARAPAN. Saya berharap dapat hidup .745


dengan Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok.

Y.12.TUJUAN. Saya terjun di organisasi dengan .919


harapan akan mendapatkan masa depan yang lebih
baik.

Extraction Method: Principal Component Analysis.


Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 4 iterations.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.474 .468 6

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


106

ANALISA FAKTOR
PEMIMPIN (X1)

a
Rotated Component Matrix

Component

1 2

X1.04. TUJUAN. Saya mendapat instruksi agar .800


memilih salah satu pasangan calon pada saat
pemilu.

X1.07. TUJUAN. Pemimpin saya mempengaruhi saya .788


dalam ide dan pikiran dalam memilih salah satu
pasangan calon.

X1.12. TUJUAN. Pemimpin saya mempengaruhi saya .783


dalam memilih salah satu pasangan calon.

X1.02. KETERLIBATAN. Pemimpin saya melibatkan .981


saya dalam mengambil keputusan.

Extraction Method: Principal Component Analysis.


Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.389 .455 4

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


107

ANALISA FAKTOR
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI (X2)

a
Rotated Component Matrix

Component

1 2

X2.03. WAWASAN. Anak Cabang GP Ansor Kec. .799


Tanjung Priok sering mengundang pembicara dari
luar untuk berdiskusi dan memperkaya wawasan
anggota.

X2.01.WAWASAN. Anak Cabang GP Ansor Kec. .765


Tanjung Priok kerap melakukan/melaksanakan
diskusi-diskusi mengenai hal-hal yang sedang
hangat dibicarakan masyarakat.

X2.14.WAWASAN. Saya dan teman-teman .694


seorganisasi aktif menjalin hubungan dengan
organisasi lain di luar Anak Cabang GP Ansor Kec.
Tanjung Priok.

X2.08.INTERNAL. Pemimpin saya menginformasikan .829


hal-hal baru yang berkaitan dengan organisasi.

X2.09.INTERNAL. Dalam hal pengambilan .758


keputusan, Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung
Priok selalu berpihak kepada asas organisasi.

Extraction Method: Principal Component Analysis.


Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 3 iterations.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.473 .509 5

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


108

ANALISA FAKTOR
KOMITMEN PADA ORGANISASI (X3)

a
Rotated Component Matrix

Component

1 2 3

X3.14. KETERLIBATAN. Pemimpin saya tegas dalam .853


mengambil keputusan dan memberikan sanksi
kepada anggotanya yang melakukan kesalahan.

X3.11. KETERLIBATAN. Teman-teman Anak Cabang .808


GP Ansor Kec. Tanjung Priok datang berkunjung dan
menginap di rumah saya.

X3.09. PERSONAL. Saya mengikuti semua kegiatan .912


yang diadakan oleh organisasi saya.

X3.07. KETERLIBATAN. Saya habiskan waktu sehari- .806


hari saya di sekretariat organisasi.

X3.15. KESETIAAN. Pemimpin dan senior-senior saya .905


sering membangkitkan semangat saya tentang
pentingnya berorganisasi.

X3.13. KESETIAAN. Saya akan menjalankan apa .763


yang telah ditetapkan oleh pemimpin/organisasi.

Extraction Method: Principal Component Analysis.


Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

a. Rotation converged in 4 iterations.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.677 .675 6

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


109

HASIL UJI NORMALITAS VARIABEL SECARA PARSIAL

NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=X1_SUM X2_SUM X3_SUM Y_SUM
/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Users\douglas\Desktop\UI - Copy 091212\SPSS\DATA


SPSS 271212\_DATA_AWAL EDIT 02 BERSIH.sav

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

PEMIMPIN KOMUNIKASI KOMITMEN PARTISIPASI

N 135 135 135 135


a,,b
Normal Parameters Mean 14.7185 19.7778 23.1407 23.2889

Std. Deviation 2.45147 2.43319 3.62653 2.83598

Most Extreme Differences Absolute .140 .101 .122 .141

Positive .084 .101 .074 .141

Negative -.140 -.101 -.122 -.103

Kolmogorov-Smirnov Z 1.630 1.173 1.412 1.633

Asymp. Sig. (2-tailed) .010 .128 .037 .010

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


110

HASIL UJI NORMALITAS VARIABEL SECARA SIMULTAN

NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=SUM_TOTAL
/MISSING ANALYSIS.

NPar Tests

[DataSet1] C:\Users\douglas\Desktop\UI - Copy 091212\SPSS\DATA


SPSS 271212\_DATA_AWAL EDIT 02 BERSIH.sav

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

TOTAL

N 135
a,,b
Normal Parameters Mean 80.9259

Std. Deviation 8.24678

Most Extreme Differences Absolute .079

Positive .061

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .913

Asymp. Sig. (2-tailed) .375

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


111

HASIL UJI KORELASI

CORRELATIONS
/VARIABLES=X1_SUM X2_SUM X3_SUM Y_SUM
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.

Correlations

[DataSet1] C:\Users\douglas\Desktop\UI - Copy 091212\SPSS\DATA


SPSS 271212\_DATA_AWAL EDIT 02 BERSIH.sav

Correlations

PEMIMPIN KOMUNIKASI KOMITMEN PARTISIPASI


** ** **
PEMIMPIN Pearson Correlation 1 .238 .297 .308

Sig. (2-tailed) .005 .000 .000

N 135 135 135 135


** ** **
KOMUNIKASI Pearson Correlation .238 1 .310 .388

Sig. (2-tailed) .005 .000 .000

N 135 135 135 135


** ** **
KOMITMEN Pearson Correlation .297 .310 1 .566

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135


** ** **
PARTISIPASI Pearson Correlation .308 .388 .566 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000

N 135 135 135 135

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

PEMIMPIN 14.7185 2.45147 135

KOMUNIKASI 19.7778 2.43319 135

KOMITMEN 23.1407 3.62653 135

PARTISIPASI 23.2889 2.83598 135

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


112

HASIL REGRESI

REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y_SUM
/METHOD=ENTER X1_SUM X2_SUM X3_SUM
/RESIDUALS NORM(ZRESID).

Regression

[DataSet1] C:\Users\douglas\Desktop\UI - Copy 091212\SPSS\DATA


SPSS 271212\_DATA_AWAL EDIT 02 BERSIH.sav

Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 KOMITMEN, . Enter
PEMIMPIN,
a
KOMUNIKASI

a. All requested variables entered.

b
Model Summary

Change Statistics

R Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F


Model R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .619 .383 .369 2.25273 .383 27.123 3 131 .000

a. Predictors: (Constant), KOMITMEN, PEMIMPIN, KOMUNIKASI

b. Dependent Variable: PARTISIPASI

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


113

b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 412.934 3 137.645 27.123 .000

Residual 664.799 131 5.075

Total 1077.733 134

a. Predictors: (Constant), KOMITMEN, PEMIMPIN, KOMUNIKASI

b. Dependent Variable: PARTISIPASI

a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations

Zero-
Model B Std. Error Beta t Sig. order Partial Part

1 (Constant) 7.894 1.891 4.174 .000

PEMIMPIN .137 .084 .118 1.627 .106 .308 .141 .112

KOMUNIKASI .252 .085 .216 2.952 .004 .388 .250 .203

KOMITMEN .363 .058 .464 6.241 .000 .566 .479 .428

a. Dependent Variable: PARTISIPASI

a
Residuals Statistics

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 18.8959 26.7910 23.2889 1.75545 135

Residual -7.21753 4.27904 .00000 2.22737 135

Std. Predicted Value -2.503 1.995 .000 1.000 135

Std. Residual -3.204 1.899 .000 .989 135

a. Dependent Variable: PARTISIPASI

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013


114

Charts

Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai