TESIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si.)
ii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : Januari 2013
iii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : Januari 2013
Yang menyatakan
iv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
ABSTRAK
Kata Kunci:
Pemimpin; Komunikasi dalam Organisasi, Komitmen pada Organisasi, Partisipasi
Pemilih Pemula
v
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
ABSTRACT
Keywords:
Leadership, communication within organization, commitment to organization,
beginner voters participation.
vi
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
Tidak ada kebaikan bagi pembicaraan kecuali dengan amalan.
Tidak ada kebaikan bagi harta kecuali dengan kedermawanan.
Tidak ada kebaikan bagi sahabat kecuali dengan kesetiaan.
Tidak ada kebaikan bagi sedekah kecuali niat yang ikhlas.
(Al-Ahnaf bin Qais)
vii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniaNya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan oleh penulis tepat
pada waktunya.
Penulis merasa beruntung dapat merasakan kuliah dan menyelesaikan
kuliah di Program Pascasarjana Universitas Indonesia Program Studi Kajian
Ketahanan Nasional, Peminatan Kajian Stratejik Pengembangan Kepemimpinan,
karena mendapatkan program beasiswa yang diselenggarakan oleh Kementerian
Pemuda dan Olah Raga RI.
Tesis yang berjudul Pengaruh Pemimpin, Komunikasi dalam Organisasi dan
Komitmen pada Organisasi Terhadap Partisipasi Pemilih Pemula di Organisasi
Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012 merupakan salah satu syarat guna
memperoleh gelar Magister Sains pada Universitas Indonesia. Pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang dengan
tulus dan ikhlas telah banyak membantu penulis dalam penulisan tesis ini,
terutama kepada:
1. Bapak KRMT. Roy Suryo Notodiprojo, selaku Menteri Pemuda dan Olah
Raga Republik Indonesia;
2. Bapak DR. Andi Alfian Mallarangeng, selaku mantan Menteri Pemuda dan
Olah Raga Republik Indonesia periode tahun 2009 - 2012;
3. Bapak Prof. DR. Ir. Djoko Santoso, M.Sc., selaku (Pjs). Rektor Universitas
Indonesia;
4. Bapak Prof. DR. Chandra Wijaya, selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas
Indonesia juga Ketua Sidang;
5. Bapak DR. Wilman Dahlan Mansoer, selaku Dosen, juga Pembimbing Materi
Universitas Indonesia;
6. Bapak Drs. Sakhyan Asmara, M.SP., selaku Staf Ahli Menpora, juga
Pembimbing Teknis Penulis;
7. Bapak Prof. DR. Enoch Markum selaku penguji;
8. Para Dosen, Staf Sekretariat dan seluruh teman-teman di Pascasarjana
Universitas Indonesia;
viii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
9. Sahabat Syaiful Rachmat, Ketua PW GP Ansor Provinsi DKI Jakarta;
10. Sahabat Abdul Azis, Ketua PC GP Ansor Jakarta Utara;
11. Seluruh sahabat-sahabat di PP maupun PW, PC GP ANSOR se-Provinsi DKI
Jakarta.
12. Mama, kedua buah hatiku, Mas Abi dan Dik Bimo serta Fitri Kumala dan
Ahza yang tak henti-hentinya memberikan dorongan kepada penulis;
13. Sekretaris, Ketua dan para Anggota KPU Provinsi DKI Jakarta, masing-
masing: Bapak Achmadi; Dahliah Umar; Aminullah; Jamaluddin F. Hasyim,
Sumarno dan Suhartono.
14. Seluruh Sekretaris KPU Kabupaten/Kota di Provinsi DKI Jakarta beserta
jajarannya, terutama untuk teman-teman staf organik KPU Kabupaten/Kota;
15. Teman-teman di LP3ES Jakarta, terutama Rahadi, serta sahabat Irfan, Rita,
Diah dan Sigit di Universitas Indonesia, dan Ichsan Darmawan di FISIP
Universitas Indonesia yang telah banyak membantu, mengajari penulis dalam
pengolahan data;
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, baik bentuk,
isi, maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan
masukan yang bersifat membangun. Akhir kata, semoga tesis ini dapat diterima,
bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya.
Jakarta,Januari 2013
ix
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
HALAMAN PERNYATAAN iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
LEMBAR MOTTO vii
KATA PENGANTAR viii
DAFTAR ISI x
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR BAGAN xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
x
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
3. 3. 2. Kiprah Organisasi X Saat Ini ……………..….…......... 50
3. 3. 3. Struktur Organisasi …………………………............... 51
3. 3. 4. Proses Pengkaderan …………………………............... 53
3. 3. 5. Kegiatan Organisasi Kepemudaan X di Provinsi DKI
Jakarta …………………………………….................... 56
3. 3. 6. Target Organisasi Kepemudaan X di dalam Pilkada ….. 57
xi
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA 86
LAMPIRAN 93
xii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR TABEL
halaman
1.1 Jumlah Pemilih Terdaftar, yang Menggunakan Hak Pilih dan yang
Tidak Menggunakan Hak Pilih/Rusak/Tidak Sah pada Pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007
dan Tahun 2012..................................................................................... 6
1.5 Jumlah Golput di Provinsi DKI Jakarta pada Pilkada 2012 .............. 11
xiii
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR BAGAN
halaman
2.1 A Three Component Model of Organizational Commitment ………. 41
xiv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
1. Kuesioner Penelitian.............................................................................. 91
- Frekuensi............................................................................................ 102
xv
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
2
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
3
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
4
memenuhi tuntutan orang lain. Yang pada akhirnya cita-cita demokrasi dapat
diwujudkan dengan sesungguhnya bila setiap warga negara dapat berpartisipasi
dalam pemerintahannya. Dalam demokrasi konstitusional, civic education yang
efektif adalah suatu keharusan karena kemampuan untuk berpartisipasi dalam
masyarakat demokratis, berpikir secara kritis, dan bertindak secara sadar dalam
dunia yang plural, memerlukan empati yang memungkinkan kita mendengar
danoleh karenanya mengakomodasi piha klain, semuanya itu memerlukan
kemampuan yang memadai.
Tujuan civic education menurut Benyamin Barber dalam Branson (1999:
6) adalah partisipasi yang bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan
politik dan masyarakat baik di tingkat lokal, maupun nasional. Adanya pendidikan
politik bagi masyarakat adalah, agar masyarakat mengerti hak dan kewajibannya
dalam berpolitik. Hasilnya adalah dalam masyarakat yang demokratis
kemungkinan mengadakan perubahan sosial akan selalu ada, jika warga
negaranya mempunyai pengetahuan, kemampuan dan kemauan untuk
mewujudkannya.
Partisipasi warga negara dalam masyarakat yang demokratis, harus
didasarkan pada pengetahuan, refleksi kritis dan pemahaman serta penerimaan
akan hak-hak dan tanggung jawab. Partisipasi semacam itu memerlukan (1)
penguasaan terhadap pengetahuan dan pemahaman tertentu, (2) pengembangan
kemampuan intelektual dan partisipatoris, (3) pengembangan karakter atau sikap
mental tertentu, dan (4) komitmen yang benar terhadap nilai dan prisip
fundamental demokrasi (Huntington: 1994: 56).
Masyarakat mengharapkan agar Pemilukada dapat menghasilkan kepala
daerah yang akuntabel, berkualitas, legitimate, dan peka terhadap kepentingan
masyarakat, bukan kepala daerah yang hanya mementingkan kepentingan pribadi
atau golongannya saja, sebagai proses dari transformasi politik. Peran serta
keikutsertaan masyarakat sangat penting, karena sukses tidaknya pelaksanaan
pemilu salah satunya adalah ditentukan bagaimana partisipasi masyarakat dalam
menggunakan hak pilihnya pada Pemilu tersebut.
Pengertian partisipasi sering diartikan sebagai keikutsertaan masyarakat
dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses aktif dan inisiatif yang
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
5
muncul dari masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi ini akan terwujud dalam
kegiatan nyata apabila terpenuhi oleh tiga faktor pendukung, yaitu (1). Adanya
Kemauan, (2). Adanya Kemampuan, dan (3). Adanya kesempatan.
Dalam hal ini untuk kemauan dan kemampuan berpartisipasi berasal dari
dalam atau dari diri sendiri masyarakat tersebut. Artinya meskipun diberi
kesempatan oleh pemerintah atau negara tetapi kalau kemauan ataupun
kemampuan tidak ada maka partisipasi tidak akan terwujud.
Sedangkan kesempatan berpartisipasi berasal dari luar masyarakat.
Demikian pula walaupun kemauan dan kemampuan berpartisipasi oleh
masyarakat ada tetapi kalau tidak diberi kesempatan oleh pemerintah negara maka
partisipasi tidak akan terjadi. Oleh karena itu tiga hal ini tersebut kemauan,
kemampuan maupun kesempatan merupakan faktor yang sangat penting dalam
mewujudkan partisipasi.
Selama ini kegiatan partisipasi masyarakat masih dipahami sebagai
upaya mobilitasi masyarakat untuk kepentingan pemerintah atau negara. Padahal
sebenarnya partisipasi idealnya masyarakat ikut serta dalam menentukan
kebijakan pemerintah yaitu bagian dari kontrol masyarakat terhadap kebijakan
pemerintah. Dengan demikian implementasi partisipasi masyarakat seharusnya
anggota masyarakat merasa tidak lagi menjadi obyek dari kebijakan pemerintah
tetapi harus dapat mewakili masyarakat sendiri untuk kepentingan mereka sendiri
(Evans, 2003: 14). Bentuk partisipasi masyarakat dapat diwujudkan baik secara
perorangan maupun terorganisasi dan secara berkelanjutan atau sesaat saja. Untuk
ini di dalam mewujudkan partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan maka harus
ditetapkan strategi apa yang dilakukan (Rodee, 1993: 70).
Partisipasi politik, menurut Herbet McClosky yang dikutip oleh Damsar
di dalam “Pengantar Sosiologi Politik” dapat diartikan sebagai kegiatan kegiatan
sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam
proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses
pembentukan kebijakan umum (Mc.Closky, 2010:180). Menurut Max Weber
masyarakat melakukan aktivitas politik karena, pertama alasan rasional nilai,
yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan secara rasional akan nilai-nilai suatu
kelompok. Kedua, alasan emosional afektif, yaitu alasan didasarkan atas
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
6
kebencian atau sukarela terhadap suatu ide, organisasi, partai atau individu.
Ketiga, alasan tradisional, yaitu alasan yang didasarkan atas penerimaan norma
tingkah laku individu atau tradisi tertentu dari suatu kelompok sosial. Keempat,
alasan rasional instrumental, yaitu alasan yang didasarkan atas kalkulasi untung
rugi secara ekonomi. Untuk mengetahui tingkat partisipasi pemilih di Provinsi
DKI Jakarta, dapat kita lihat pada tabel berikut ini:
TABEL 1.1.
JUMLAH PEMILIH TERDAFTAR, YANG MENGGUNAKAN HAK
PILIH DAN YANG TIDAK MENGGUNAKAN HAK
PILIH/RUSAK/TIDAK SAH PADA PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007 DAN TAHUN
2012
JUMLAH
PEMILIH YANG
TIDAK
TAHUN PEMILIH YANG
PEMILIH MENGGUNAKAN
MENGGUNAKAN
TERDAFTAR HAK
HAK PILIH
PILIH/RUSAK/
TIDAK SAH
2007 5.746.577 3.759.038 65% 1.987.539 35%
Tabel 1.1. diatas dapat kita lihat bahwa adanya peningkatan pemilih yang
menggunakan hak pilihnya pada pada pilkada putaran kedua dibandingkan dengan
pilpada sebelumnya. Sedangkan untuk jumlah golput, walaupun masih diatas
angka 30%, tetapi ada penurunan pada pilkada putaran kedua.
Miriam Budhiardjo mendefenisikan (Budhiardjo, 1982:12), bahwa
partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut
secara aktif dalam kehidupan politik yaitu dengan cara jalan memilih pimpinan
negara secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
7
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
8
TABEL 1.2.
PROYEKSI JUMLAH USIA PEMUDA DI PROVINSI DKI JAKARTA
(Bapenas, 2010: 28)
Tabel 1.2. di atas dapat kita lihat, bahwa proyeksi jumlah pemuda
sebagaimana diamanatkan Undang-Undang yang berusia 16-30 tahun, dari tahun
ke tahun ada kenaikan.
Jumlah pemuda di Provinsi DKI Jakarta memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam pemilu, karena dapat dijadikan sumber suara bagi pasangan calon.
Terlebih bila pemilih pemula tersebut dapat dijadikan proyeksi suara, karena
pemilih pemula belum pernah memberikan suaranya pada pemilu sebelumnya.
Peran serta masyarakat diperlukan untuk memberikan pengetahuan kepada
pemilih pemula tentang pentingnya partisipasi mereka dalam pemilu. Hal ini
penting agar pemilih pemula tersebut tidak menjadi golput.
Organisasi Kepemudaan (OKP) sebagai salah satu wadah pemuda
merupakan mitra strategis pemerintah yang salah satu tujuannya adalah proses
penyadaran bagi anggotanya. Hal ini sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2009 Pasal 22. Sebagai bagian dari komponen bangsa,
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
9
pemuda tidak dapat melepaskan diri dan menghindar dari politik. Oleh karena
hakekat manusia termasuk pemuda adalah zoon politicon atau mahluk politik.
Keberadaan dan kiprah manusia termasuk pemuda merupakan bagian dari produk
politik dan terlibat baik langsung maupun tidak langsung, nyata maupun tidak
nyata dalam kehidupan politik.
Berdasarkan pengertian di atas, kegiatan tersebut mencakup tindakan
seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum,
menjadi anggota suatu partai atau kelompok kepentingan, mengadakan hubungan
(contacting) dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen.Para pemuda
tersebut mendapatkan pendidikan politik bila mereka memang aktif berkecimpung
di dalam salah satu organisasi kepemudaan yang ada. Akan tetapi, peran serta dan
pengaruh pimpinan dalam organisasi tersebut mempunyai pengaruh terhadap
perilaku dan partisipasi mereka dalam berpolitik. Pengaruh pemimpin,
komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada organisasi sangat berperan
dalam menentukan pilihan mereka dan aktif berpartisipasi dalam pemilu, karena
ada di dalam salah satu agenda kegiatan organisasi kepemudaan tersebut. Tabel
berikut ini menggambarkan tingkat partisipasi pemilih di Provinsi DKI Jakarta:
TABEL 1.3.
TINGKAT PARTISIPASI PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR DI PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2012
(BERDASARKAN UMUR)
(KPU Provinsi DKI, 2012)
TINGKAT PARTISIPASI
KAB.
NO USIA JAKARTA ADM. JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA
UTARA KEP. PUSAT TIMUR SELATAN BARAT
SERIBU
1 2 3 4 5 6 7 8
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
10
Tabel 3.1 di atas dapat kita amati bahwa tingkat partisipasi pemilih
pemula di Provinsi DKI Jakarta cukup tinggi, dan yang tertinggi adalah di Kota
Administrasi Jakarta Utara. Hal ini tentu saja dapat dijadikan “lumbung suara”
oleh calon peserta pemilu untuk mendulang suara mereka.
Pada tabel di atas juga dapat kita amati bahwa usia pemilih pemula
memiliki nilai yang paling besar, terutama di Kota Administrasi Jakarta Utara.
Yang menarik untuk diamat adalah, faktor apa saja yang menyebabkan tingginya
tingkat partisipasi pemilih pemula di Kota Adminsitrasi Jakarta Utara.
Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti membatasi penelitian di
Kota Administrasi Jakarta Utara. Tingkat partisipasi pemilih pemula yang tinggi
di Kota Administrasi Jakarta Utara, dapat kita lihat tabel di bawah ini:
TABEL 1.4.
TINGKAT PARTISIPASI PEMILU GUBERNUR DAN WAKIL
GUBERNUR
DI KOTA ADMINISTRASI JAKARTA UTARA TAHUN 2012
(BERDASARKAN USIA) (KPU Kota Jakarta Utara: 2012)
USIA
NO KECAMATAN
16 - 30 31 - 45 46 - 60
1 2 3 4 5
Pada tabel 1.4. di atas, terlihat bahwa usia pemilih pemula (16-30) yang
tertinggi adalah di Kecamatan Tanjung Priok. Jumlah yang besar tersebut perlu
mendapat perhatian khusus, karena potensi tersebut dapat dijadikan lumbung
suara bagi salah satu pasangan calon, atau sebaliknya, dapat menjadi golput.
Salah satu tugas dari Organisasi Kepemudaan (OKP) adalah memberikan
pendidikan bagi anggotanya akan pentingnya pemilu dan aktif berpartisipasi
dalam pemilu. Hal ini mengingat bahwa OKP banyak yang anggotanya
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
11
merupakan pemilih pemula pada pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur tahun
2012. Pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada
organisasi sangat berperan dalam menentukan pilihan mereka dan aktif
berpartisipasi dalam pemilu, karena ada di dalam salah satu agenda kegiatan
organisasi kepemudaan tersebut. Dengan demikian, partisipasi pemilih pemula
dalam pemilu sangat dibutuhkan, karena turut menentukan arah tujuan bangsa
kita. Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan
keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan seperti yang diharapkan.
Berbicara masalah partisipasi masyarakat dalam Pemilu tidak bisa
dilupakan hubungannya dengan kelompok masyarakat yang tidak menggunakan
haknya untuk memilih atau dalam bahasa populernya Golput. Masalah Golongan
Putih (Golput) sering menjadi wacana yang hangat dan krusial. Sebenarnya
masalah golput merupakan fenomena yang alamiah setiap penyelenggaraan
pemilu dimanapun. Hampir setiap pemilu jumlah Golput selalu ada bahkan ada
kecenderungan meningkat walaupun tidak terlalu signifikan.
Provinsi DKI Jakarta sebagai ibukota Negara RI, sudah 2 kali
melaksanakan pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur. Pertama kali pada tahun
2007, dimana untuk pertama kalinya Provinsi DKI Jakarta memilih Gubernur dan
Wakil Gubernurnya secara langsung, dan yang kedua pada tahun 2012. Tingkat
golput di Provinsi DKI Jakarta pada pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur paling
rendah di Kota Administrasi Jakarta Utara. Hal ini tentu saja menarik untuk
diteliti, mengingat jumlah pemilih pemula di daerah tersebut juga menunjukkan
angka yang cukup signifikan. Apakah faktor yang menyebabkan tingkat
partisipasi yang tinggi dan rendahnya angka golput di Kota Administrasi Jakarta
Utara tersebut? Untuk melihat tingkat golput di Provinsi DKI Jakarta, dapat kita
lihat pada data berikut ini:
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
12
TABEL 1.5.
JUMLAH GOLPUT DI PROVINSI DKI JAKARTA PADA PILKADA
2012
JUMLAH GOLPUT
PUTARAN JAKARTA PULAU JAKARTA JAKARTA JAKARTA JAKARTA
UTARA SERIBU PUSAT TIMUR SELATAN BARAT
PUTARAN 1 6.99% 0.57% 4.62% 11.04% 8.61% 7.73%
Tabel 1.5. di atas dapat kita amati bahwa ada kecenderungan angka
golput menurun pada pilkada putaran kedua. Akan tetapi, data tersebut di atas
menunjukkan bahwa angka golput di Provinsi DKI Jakarta pada dua pemilu
Gubernur dan Wakil Gubernur masih diatas 30%. Berbagai kalangan menilai
bahwa adanya Golput merupakan hal biasa dan normal saja dalam penerapan
sistem demokrasi karena mustahil untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam
pemilu sampai 100%. Tetapi bilamana Golput mencapai angka yang cukup besar
bahkan sangat besar, hal inilah yang perlu mendapat perhatian yang serius dari
pemerintah. Untuk hal yang demikian ini perlu adanya upaya dari pemerintah
bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam Pemilu sekaligus untuk
menekan besarnya angka Golput yang telah terjadi.
Tingkat golput yang diatas 30% di Provinsi DKI Jakarta, tidak
mempengaruhi pasangan calon yang terpilih. Hal ini dikarenakan seluruh proses
yang telah dilaksanakan hingga penetapan calon terpilih, telah melalui proses
yang sesuai dengan peraturan. Sedangkan untuk tingkat golput, merupakan
koreksi bagi penyelenggara pemilu dan peneliti, untuk mencari solusi menekan
angka golput tersebut.
Sejumlah fenomena golput dalam setiap pemilu, merupakan wujud
apriori rakyat sebagai ketidakpercayaan masyarakat pada parpol maupun pada
figur-figur calon Presiden, calon Wakil Presiden atau kandidat para calon Kepala
Daerah dan wakilnya, ini perlu mendapat kajian secara tersendiri. Tetapi secara
umum orang bisa mengklasifikasikan kelompok Golput atau orang yang tidak
memilih dalam pemilu. Pertama, orang yang tidak memilih, tidak mengunakan
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
13
hak pilihnya karena sengaja secara sadar sebagai bentuk rasa kecewa dan tidak
percaya kepada partai politik atau figur-figur yang tampil dalam Pemilu. Kedua,
yang tidak memilih karena tidak terdaftar dan tidak mendapat surat panggilan
untuk memilih. Banyak faktor kenapa hal ini sampai terjadi. Ketiga, orang yang
tidak memilih karena ada unsur keterpaksaan yang berkaitan dengan aktivitasnya.
Seperti pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan, sedangkan lokasi sulit terjangkau,
dalam perjalanan dimana waktunya tidak dimungkinkan untuk memilih (Wahid,
dkk: 2009: 35).
1. 2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, pertanyaan penelitian ini
adalah:
Bagaimana pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan
komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012?
1. 3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
Untuk mengetahui pengaruh pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan
komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X pada Pilkada DKI 2012.
1. 4. Manfaat Penelitian
Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa
didapatkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan Pemilihan Umum, serta kaitannya dengan tingkat
partisipasi Pemilihan Umum, khususnya partisipasi pemilih pemula.
2. Secara praktis dapat dijadikan rujukanbagi Kementerian Pemuda dan
Olah Raga, Komisi Pemilihan Umum untuk meningkatkan
partisipasi pemilih pemula yang merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X dan mitra strategis pemerintah.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
14
3. Secara praktis dapat menjadi rujukan bagi para calon Gubernur dan
Wakil Gubernur untuk menjaring suara pemilih pemula.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
16
atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah menikah, dan namanya tercantum dalam
DPT.
Dalam penghitungan suara pemilu, satu suara saja sangat berarti karena
bisa mempengaruhi kemenangan politik. Apalagi suara yang berjumlah jutaan
sebagaimana halnya yang dimiliki kalangan pemilih pemula, pasti lebih
menentukan lagi. (KPU DKI, 2012) Itulah sebabnya, dalam setiap pemilu,
pemilih pemula menjadi “rebutan” berbagai kekuatan politik. Menjelang pemilu,
partai politik atau peserta pemilu lainnya, biasanya membuat iklan atau
propaganda politik yang menarik para pemilih pemula. Mereka juga membentuk
komunitas kalangan muda dengan aneka kegiatan yang menarik anak-anak muda,
khususnya pemilih pemula. Tujuannya satu: agar para pemilih pemula tertarik
dengan partai atau kandidat itu dan kemudian memberikan suaranya dalam pemilu
untuk mereka sehingga mereka dapat mendulang suara yang signifikan dan
meraih kemenangan.
2. 2. Partisipasi Politik
Partisipasi politik merupakan faktor terpenting dalam suatu pengambilan
keputusan, karena tanpa partisipasi politik keputusan yang dibuat oleh pemerintah
tidak akan menghasilkan seperti yang diharapkan.
Partisipasi yang dikutip dari buku “Pengantar Ilmu Pemerintahan”
mengatakan bahwa:
“Partisipasi adalah penentuan sikap dan keterlibatan hasrat setiap
individu dalam situasi dan kondisi organisasinya, sehingga pada akhirnya
mendorong individu tersebut untuk berperan serta dalam pencapaian tujuan
organisasi, serta ambil bagian dalam setiap pertanggungjawaban bersama”
(Syafiie, 2010: 142).
Berdasarkan definisi di atas, partisipasi merupakan keterlibatan individu
dalam situasi dan kondisi organisasinya. Keterlibatan tersebut dapat mendorong
individu untuk berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
organisasinya yaitu partai politik.
Sedangkan pengertian partisipasi politik didefinisikan sebagai berikut:
“Kegiatan warganegara (private citizen) yang bertujuan mempengaruhi
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
17
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
18
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
19
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
20
Tesis ini tidak menekankan kepada salah satu pendekatan di atas, tetapi
untuk menjelaskan perilaku memilih penulis perlu memadukan beberapa
pendekatan. Hal ini dikarenakan penulis berusaha untuk menjelaskan perilaku
memilih secara lebih komprehensif, sehingga akhirnya penulis merasa perlu
menggunakan beberapa pendekatan.
Dalam mempelajari perilaku memilih sangat penting bagi kita
mengetahui interaksi yang kompleks antara faktor-faktor sosiologis seperti kelas,
gender dan ras, dan faktor-faktor politis seperti kesuksesan atau kegagalan dari
partai politik, popularitas sebuah pemerintahan, pengaruh dari pemimpin partai
politik, pemimpin dalam organisasi dimana si pemilih bernaung, dan sebagainya.
Bisa dikatakan bahwa perilaku memilih merupakan kombinasi dari pilihan
rasional dan kebiasaan belaka, di mana individu pemilih memikirkan keduanya
ada pada diri mereka yaitu merupakan subjek terhadap tekanan sosial dan
pengikut dari loyalitas kelompok. Dalam hal ini, signifikansi dari individu, faktor
sosiologis, pengaruh masyarakat secara keseluruhan dan atau pertimbangan politik
perlu diperhitungkan. (www.rdg.ac.uk/AcaDepts/Ip/PolIR/Summer
School99/VotingBehaviour.html pada tanggal 10 Januari 2012).
2. 2. 3. Faktor Sosiologis
Studi mengenai pengaruh faktor sosiologis terhadap perilaku memilih
dikembangkan oleh ilmuwan dari Columbia School. Studi mengenai perilaku
memilih dimulai di Departemen Sosiologi Universitas Columbia pada masa
Franklin H. Giddings. Tulisan-tulisan yang menjelaskan perilaku pemilih dan
kaitannya dengan faktor sosiologis yang muncul dari Columbia School ini
berturut-turut di antaranya : tulisan Stuart A. Rice yang berjudul Quantitiative
Methods in Politics (1928), tulisan Paul F. Lazarsfeld, Bernard Berelson, dan
Hazel Gaudet yang berjudul The People Choice (1944), dan tulisan Bernard
Berelson, Paul Lazarsfeld, dan William N. McPhee yang berjudul Voting (1954).
(Burdick, 1959: 6-7)
Untuk melihat pengaruh faktor sosiologis terhadap perilaku memilih, kita
perlu mengaitkan perilaku memilih dengan reference groups. Sosiolog dan
psikolog sosial menyebutkan bahwa sepanjang hidup kita, sikap dan tingkah laku
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
21
kita sangat dipengaruhi oleh “reference groups”. Kita menjadi sadar bagaimana
orang lain-tidak semua orang lain, tetapi beberapa orang lain-bereaksi; kita
“mengacu” (“me-refer”) kepada pandangan orang lain.
Begitu juga dengan tingkah laku memilih. Dalam setiap pemilihan tidak
kurang ada tiga kelompok sosial yang dibagi dari keseluruhan pemilih.
Kelompok-kelompok tersebut di antaranya yaitu: categoric-groups, secondary-
groups, dan primary-groups. (Bonne, et.al, 1981: 15-16). Tesis ini tidak
membahas keseluruhan group membership di atas, melainkan hanya dua saja,
yaitu categoric-group membership dan primary-group membership.
Categoric-Group Membership
Di dalam categoric-groups, masing-masing kelompok terdiri dari orang
yang memiliki satu atau lebih karakteristik (contoh: lulusan SMU, laki-laki,
kelompok usia) yang tidak mempunyai kesadaran akan identifikasi kelompok,
tujuan, atau aktivitas politik organisasi, tetapi yang perilaku politiknya walaupun
begitu memiliki karakteristik kelompok yang sama (Bonne, et.al, 1981).
Pengelompokan categoric groups biasanya yaitu (Bonne, et.al, 1981:17-19):
a. Jenis Kelamin (Sex). Dalam hal ini tidak ada pembedaan jenis kelamin yang
signifikan dalam preferensi politik, tetapi aktivitas politik perempuan masih
berbeda dari laki-laki. Perempuan umumnya kurang dilibatkan, tertarik dan
aktif dalam politik daripada laki-laki. Ketidakaktifan politik perempuan
merupakan hasil dari pandangan yang dipegang secara luas, terutama oleh
masyarakat yang tingkat sosioekonomi lebih rendah, bahwa urusan perempuan
yang tepat adalah mengurus rumah, suami, dan anak-anak, dan perempuan
seharusnya meninggalkan urusan bisnis dan politik untuk urusan laki-laki.
b. Usia (Age). Dalam hal ini, diasumsikan bahwa ada perbedaan dalam perilaku
memilih dari bermacam kelompok usia. Ada kecenderungan dalam masyarakat
di Amerika Serikat bahwa seseorang tumbuh menjadi lebih konservatif dan
kurang toleran terhadap pandangan yang berlawanan ketika mereka bertambah
tua. Ketika seseorang bertambah tua, mereka cenderung menjadi lebih terlibat
dalam politik, lebih partisan, dan lebih aktif.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
22
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
23
langsung dan sangat kuat terhadap opini anggotanya daripada kelompok lain yang
lebih besar. (Bonne, et.al, 1981: 52)
Paling tidak ada 3 kelompok dalam primary-group, yaitu:
1. Suami dan istri. Dari semua kelompok sosial, kelompok yang paling homogen
secara politik adalah pasangan suami-istri. Studi dari Angus Campbell dkk, The
Voter Decides (Bonne, et.al, 1981: 24) menunjukkan bahwa dari keseluruhan
pasangan suami-istri yang diteliti, 90 sampai 95 persen di antaranya memiliki
kesamaan pilihan, sebuah solidaritas yang tidak dimiliki oleh kelompok lain.
2. Orang tua dan anak. Kita mendapatkan nilai, persepsi sesungguhnya, pendapat,
dan pola perilaku kita dari orang tua, saudara laki-laki dan saudara perempuan
kita. Memang, kita sering mendengar bahwa kebanyakan orang “mewarisi”
pertalian partai politik dan sikap politik dari orang tua mereka (Ranney, 1993:
54). Salah satu studi dari Angus Campbell dkk yang lain, The American Voter,
yang dikutip oleh Ranney, menunjukkan bahwa ketika para orang tua bersatu
dalam pilihan partai mereka, anak-anak mereka sangat mungkin untuk
mengikuti pilihan orang tuanya. Ketika para orang tua memiliki pilihan yang
berbeda, pilihan anak-anak mereka juga terbagi. (Ranney, 1993: 24-25)
3. Peer groups. Peer group-teman dan rekan kerja-cenderung hampir sama
homogennya secara politik dengan keluarga. (Ranney, 1993: 24-25)
Dikarenakan yang menjadi unit penelitian tesis ini adalah mahasiswa, maka
peer group yang dimaksud di sini adalah peer group pemilih pemula di
Organisasi Kepemudaan X. Oranisasi-organisasi sosial kemasyarakatan
(ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol) merupakan salah satu sarana
sebagai sarana untuk memberikan masukan, saran, dan kritik terhadap
pemerintah dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
Pengaruh dari primary groups terhadap perilaku memilih bisa dijelaskan
oleh Henry W. Riecken. Di dalam tulisannya, Primary Groups and Political Party
Choice (Burdick, 1959: 162), disebutkan bahwa pilihan politik individu mungkin
sama dengan teman terdekatnya. Studi yang dilakukan di Elmira, sebuah kota
industri kecil di New York (Burdick, 1959), bahwa pemilih individu cenderung
untuk memilih partai yang sama dengan partai yang ayah mereka pilih; bahwa
suami dan istri cenderung untuk memilih calon presiden yang sama; bahwa ada
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
24
persetujuan yang sama dalam pilihan di antara teman-teman; dan pada tingkat
yang lebih rendah, terjadi hal yang sama pada rekan-rekan kerja penduduk Elmira,
dan, terakhir; bahwa orang cenderung untuk memilih sama seperti orang lain yang
memiliki status sosioekonomi dan pertalian keagamaan yang sama dengan
mereka. Pendek kata, studi di Elmira menyebutkan bahwa bagi seorang individu
lingkungan sosial cenderung homogen secara politik. Cenderung homogen dalam
politik maksudnya adalah, mereka cenderung memiliki kesamaan dalam hal
memilih.
Mengenai kesamaan perilaku di antara anggota primary group, dijelaskan
oleh Homans (Burdick, 1959: 163) bahwa norma (ide mengenai bagaimana
seseorang seharusnya berperilaku dan percaya) muncul dan berkembang dalam
primary group. Homans (Burdick, 1959) menyatakan bahwa seorang individu
akan menjadi penerima sentimen positif (seperti menyukai) dari anggota lainnya
pada tingkatan bahwa tingkah lakunya “menghidupi” norma mereka. Berdasarkan
pandangan Homans, dengan demikian perilaku memilih bisa diasumsikan bahwa
individu ingin disukai oleh anggota primary group lainnya, atau kelompok itu
sendiri, di mana individu tersebut termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, mereka
akan berusaha membuat opini mereka sama dengan opini dari setiap kelompok.
(Burdick, 1959)
Pada setiap primary group, tekanan tertentu mempunyai pengaruh
terhadap keseragaman opini di antara anggota. Tekanan tersebut muncul dari
beberapa sumber.
Pertama, keanggotaan dalam kelompok tertentu membatasi isyarat yang
diterima anggota dan oleh karena itu mempengaruhi ide mereka mengenai seperti
apa dunia ini. (Ranney, 1993: 52)
Kedua, individu ingin dianggap sebagai bagian dari kelompok dimana ia
berada, khususnya dalam pandangan orang-orang dan kelompok yang berarti
untuk kita.
Ketiga, jika seseorang menilai keanggotaannya dalam kelompok tertentu
adalah tinggi, seperti keluarga, kelompok persaudaraan atau perkumpulan
mahasiswa, lembaga keagamaan, atau serikat buruh, dan memperoleh kepuasaan
personal yang nyata dari pertemanan tersebut, mereka mungkin merasa bahwa jika
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
25
2. 3. Definisi Pemimpin
Menurut Kouzes & Posner (1993) bahwa kepemimpinan merupakan
sebuah hubungan antara mereka yang terpanggil sebagai pemimpin dan mereka
yang memilih sebagai pengikut. Proses kepemimpinan tidak dapat berdiri sendiri.
Proses ini sangat erat kaitannya antara pemimpin dengan pengikut. Bahwa
kesuksesan sebagai pemimpin tidak dapat dilihat dari variabel pemimpinnya saja,
tetapi juga harus dilihat bagaimana pemimpin tersebut mampu merealisasikan
hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan pengikutnya. Kesuksesan
tersebut akan sepenuhnya bergantung pada kapasitas pemimpin untuk
membangun dan mempertahankan hubungan manusia yang memungkinkan orang
untuk mewujudkan hal-hal yang luar biasa secara regular.
Menurut Kouzes dan Posner (1993), karakteristik pemimpin adalah
sebagai berikut: 1. Jujur, 2. Berpandangan ke depan, 3. Kompeten,
4. Menginspirasi/membangkitkan semangat, 5. Pandai/cerdas, 6. Berwawasan
adil, 7. Berwawasan luas, 8. Dapat dipercaya, 9. Dapat diandalkan,
10. Kooperatif, 11. Tegas, 12. Imajinatif, 13. Ambisius, 14. Berani, 15. Perhatian,
16. Dewasa, 17. Loyal/setia, 18. Pengendalian diri, 19. Independen.
Tuntutan yang diajukan oleh Kouzes dan Posner (1993) lebih tetap
dikatakan sebagai panduan lapangan bagi para pemimpin untuk
mentransformasikan nilai-nilai menjadi tindakan, visi menjadi lebih realitas,
rintangan menjadi inovasi, perbedaan menjadi solidaritas, dan resiko menjadi
penghargaan.
Sedangkan pemimpin menurut Soekanto (1990:265) adalah kemampuan
untuk mempengaruhi orang lain yaitu pengikut, sehingga orang lain tersebut
berperilaku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
26
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
27
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
28
karisma juga turut memberikan pengaruh positif terhadap performa suatu grup
atau organisasi.
Pemimpin dalam organisasi dianggap sebagai ujung tombak agar bisa
memberikan sumbangsih positif untuk masyarakat. Pemimpin diharapkan dapat
mempengaruhi pengikutnya agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Terdapat
hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut dalam sebuah organisasi.
Adanya nilai-nilai tertentu yang diterapkan dalam organisasi, membuat pengikut
melihat pemimpin sebagai contoh atau panutan dalam bertindak. (Jean: 2005:
657).
Pemimpin adalah pioneer, orang yang bersedia melangkah ke dalam
situasi yang tidak diketahui. Mereka mencari peluang untuk melakukan inovasi,
tumbuh dan melakukan perbaikan. Namun pemimpin bukanlah satu-satunya
pencipta atau penyusun produk, layanan atau proses baru. Bahkan pada
kenyataannya, mereka bukanlah orang semacam itu, inovasi datang lebih banyak
dari kemauan untuk mendengar bukannya berbicara. Inovasi produk dan jasa
cenderung datang dari pelanggan, klien, pemasok dan laboratorium, orang di
garda depan perusahaan, sedangkan proses inovasi, berasal dari orang-orang yang
melakukan pekerjaan. Kadangkala kejadian eksternal yang dramatis mengubah
organisasi ke dalam situasi/kondisi baru yang radikal.
Kontribusi utama pemimpin adalah dalam mengenali ide-ide bagus,
mendukung ide tersebut, dan kesediaannya untuk menantang sistem kerja yang
telah ada dalam merealisasikan produk baru, proses baru, jasa baru dan
penggunaan sistem baru. Karenanya, mungkin lebih akurat untuk mengatakan
bahwa para pemimpin adalah seorang realisator inovasi.
Pemimpin teladan memungkinkan orang lain untuk bertindak. Mereka
memupuk kolaborasi dan membangun kepercayaan. Pemahaman mengenai kerja
sama dalam organisasi jauh melebihi hasil dari beberapa laporan langsung atau
orang kepercayaan. Kerjasama dalam organisasi melibatkan semua pihak yang
memiliki kewajiban untuk membuat sebuah proyek berhasil dan dalam kapasitas
tertentu, semua orang yang hidupnya akan dipengaruhi oleh hasil yang diperoleh.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
29
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
30
ketergantungan, dalam mana setiap individu harus bekerjasama dengan orang lain,
dan harus selalu mengingat keberadaan dan kepentingan orang lain. Di dalam
kelompok masing-masing anggota saling menjaga kekompakan.
Menurut Kartini Kartono, longgar atau kompaknya ketergantungan para
anggota kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah:
1. Besarnya anggota kelompok.
2. Tujuan yang hendak dicapai bersama.
3. Bentuk organisasi yang telah dibangun.
4. Intimitas para anggota satu terhadap yang lain.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
31
Menurut kouzes dan Posner (1993) ada lima langkah proses, yang untuk
menjadi seorang pemimpin:
1. Tantangan adalah proses mendorong orang lain berani mengambil
resiko
2. Bersemangat untuk mencapai visi
3. Memungkinkan bawahan untuk bertindak
4. Menjadi model
5. Mendorong dan mendukung dengan hati.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
32
Penerapan kelima langkah ini memiliki arti bahwa seseorang perlu untuk
belajar bagaimana menjadikan timnya sebagai kekuatan positif. Kouzes dan
Posner meyakini bahwa suatu kinerja yang memiliki kualitas unggul berupa
barang ataupun jasa, hanya dapat dihasilkan oleh para pemimpin yang memiliki
kualitas prima. Dikemukakan, kualitas kepemimpinan manajerial adalah suatu
cara hidup yang dihasilkan dari “mutu pribadi total” ditambah “kendali mutu
total” ditambah “mutu kepemimpinan”. Berdasarkan penelitian, ditemukan bahwa
terdapat lima praktek mendasar pemimin yang memiliki kualitas kepemimpinan
unggul, yaitu: 1. Pemimpin yang menentang proses, 2. Memberikan inspirasi
wawasan bersama, 3. Memungkinkan orang lain untuk dapat bertindak dan
berpartisipasi, 4. Mampu menjadi petunjuk jalan, dan, 5. Memotivasi bawahan.
Berdasarkan uraian tersebut, keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya
diukur dari keberhasilan dalam menggerakkan individu-individu untuk berbuat
saja, tetapi terutama sekali pada kemampuannya untuk menggerakkan kelompok
sebagai totalitas. Sehingga kelompok dapat berkembang dan mencapai tujuan
bersama.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
33
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
34
terbentuk dari cara anggota menangani tugas. Saat seorang pemimpin meminta
anggota untuk melakukan tugas tambahan, ia akan menilai anggota yang
menerima pekerjaan tersebut, menyelesaikannya dengan baik, dan seringnya
diberi penghargaan oleh pemimpin. Pengulangan hasil yang baik atas tugas-tugas
tersebut akan menjadi ingroup, sedangkan anggota yang kerap menolak tugas-
tugas tersebut menjadi outgroup (Bass, 2000).
Sedangkan David A. Horrison (2011: 1213) mengatakan bahwa,
Pemimpin merupakan seseorang yang dianggap menjadi panutan dalam sebuah
grup atau organisasi yang mempunyai karisma sehingga memberikan pengaruh
positif terhadap anggotanya. Pentingnya seorang pemimpin yang mempunyai
karisma juga turut memberikan pengaruh positif terhadap performa suatu grup
atau organisasi.
Pemimpin dalam organisasi dianggap sebagai ujung tombak agar bisa
memberikan sumbangsih positif untuk masyarakat. Pemimpin diharapkan dapat
mempengaruhi pengikutnya agar dapat berperan aktif dalam masyarakat. Terdapat
hubungan yang kuat antara pemimpin dan pengikut dalam sebuah organisasi.
Adanya nilai-nilai tertentu yang diterapkan dalam organisasi, membuat pengikut
melihat pemimpin sebagai contoh atau panutan dalam bertindak. (Jean: 2005:
657).
Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Darly D. Green dan Gary E.
Roberts di Amerika Serikat yang tertulis dalam sebuah jurnal tentang pengaruh
pemimpin terhadap anggotanya adalah, bahwa pemimpin dapat membantu
anggotanya untuk tumbuh dan berkembang menjadi pemimpin masa depan dari
organisasinya. Cara yang dapat dilakukan pemimpin tersebut dalam hal ini adalah
memberikan respon terhadap kebutuhananggotanya, memberdayakan anggotanya
dan menyelaraskan tujuan dengan organisasinya (Green, et.all., 2012).
Suatu penelitian yang dilakukan Stephen Franswort yang ditulis pada
jurnal terbitan tahun 2003 tentang pengaruh pemimpin terhadap kelompok atau
organisasinya menemukan hasil, Pemimpin yang visioner, perhatian terhadap
anggotanya dan sering menjadi penyemangat untuk anggota kelompoknya akan
memberi pengaruh yang besar terhadap anggota kelompoknya untuk
mengembangkan diri, dan tentu hal ini akan berbuah positif bagi perkembangan
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
35
2. 4. Komunikasi Organisasi
Goldhaber (Arni, 1995: 30) memberikan definisi komunikasi organisasi
sebagai berikut:
“Organizational communications is the process of creating and
exchanging messages within a network of interdependent relationship to cope
with environmental uncertaintly.”
Dalam studi yang banyak dilakukan di AS, Robert L Minter (2010: 115)
mengadakan penelitian tentang komunikasi organisasi dianggap dalam
perkembangannya kini menjadi sebuah bidang yang unik. Bidang ini
mengkombinasikan baik teori tingkah laku dan teori komunikasi sendiri dalam
kerangka organisasi. Komunikasi dalam organisasi dapat dilakukan secara formal
dan informal. Dengan terjalinnya komunikasi yang baik dalam organisasi
diharapkan tercapai beberapa tujuan yaitu adanya pengaruh positif antar anggota
organisasi, adanya feedback respons, keadaan saling tergantung antara anggota
yang nantinya akan menimbulkan rasa saling memiliki dalam organisasi.
Hal yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Chen Jui-Chen, et.all
(2006) tentang komunikasi organisasi dianggap sebuah kompetensi utama dalam
sebuah organisasi. Hal ini karena akan berpengaruh dalam menciptakan
komunikasi efektif baik secara vertikal dan horizontal dalam organisasi tersebut.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
36
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
37
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
38
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
39
2. 5. Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi didasarkan pada hubungan hakiki antara organisasi
dan anggotanya, serta hubungan emosional antara anggota dan organisasinya
(Page, 2004). Bennett (dalam Page, 2004) menyatakan bahwa perubahan dapat
menjauhkan anggota dari organisasi, dan perubahan berskala besar dapat
mengurangi komitmen organisasi para anggotanya. Hal ini terjadi jika organisasi
hanya terfokus pada perubahan structural dan aspek teknis dari perubahan saja,
tanpa memberikan, mengarahkan dan dukungan pada anggotanya.
Secara umum, komitmen berorganisasi merujuk pada kondisi psikologis
yang berkenaan dengan hubungan pekerja dengan organisasi, dan memiliki
implikasi terhadap keputusannya untuk meneruskan atau berhenti menjadi
anggota organisasi (Meyer dan Allen, 1991). Meyer dan Allen (2004) juga
berpendapat komitmen merupakan hal yang penting, karena komitmen
menunjukkan niat untuk bertindak. Anggota organisasi yang memiliki komitmen
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
40
dipercaya mau bekerja keras dan lebih memungkinkan untuk berusaha lebih untuk
mencapai tujuan organisasi.
Komitmen berorganisasi dipengaruhi oleh banyak hal. Meyer dan Allen
(1991) dan Meyer et al. (2002) berpendapat bahwa komitmen afektif dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi, struktur organisasi, serta pengalaman bekerja. Karena
komitmen berkelanjutan merefleksikan biaya yang ditimbulkan jika meninggalkan
organisasi, maka komitmen ini dipengaruhi oleh sisi yang dipertaruhkannya,
investasi, atau ketersediaan alternatif lainnya. Pada komitmen normatif, komitmen
berlangsung karena organisasi telah memberikan anggotanya penghargaan di
muka seperti memberikan beasiswa, pelatihan, atau hal lain yang telah diberikan
organisasi kepada anggotanya. Keadaan seperti itu membuat anggota organisasi
merasa harus berperilaku timbal-balik terhadap organisasi, sampai ia merasa
hutangnya terhadap organisasi telah lunas. Meyer et al. (2002) merangkum
hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen berorganisasi, serta
dampak komitmen berorganisasi dalam bagan di bawah ini.
Bagan 2.1.
A Three Component Model of Organizational Commitment
Correlates of Organizational Commitment
- Job Satisfaction
- Job Involvement
- Occupational Commitment
- +
Antecedents of Normative Commitment
- Personal Characteristics Normative + Employee Health & Well-
- Socializations Experiences Commitment Being
- Organizational Investments
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
41
Dari gambar 2.1 terlihat bahwa semakin kuat komitmen afektif semakin
rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi perilaku bekerjanya
(kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku organisasinya), dan
semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya. Semakin kuat komitmen
berkelanjutan semakin rendah tingkat pergantian karyawan. Semakin kuat
komitmen normatif semakin rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi
perilaku bekerjanya (kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku
organisasinya), dan semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya (Meyer et al.,
2002).
Seniati (2006) juga mendukung hasil penelitian sebelumnya dengan
menyatakan bahwa bahwa masa kerja, pribadi perhatian dan kesediaan menolong
orang lain, kepuasan kerja, serta iklim psikologis memiliki hubungan positif
terhadap komitmen berorganisasi. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi usia,
semakin lama bekerja, dan semakin tinggi pangkat maka semakin tinggi
komitmennya terhadap organisasi. Semakin tinggi perhatian dan keinginan untuk
membantu orang lain maka semakin tinggi komitmennya terhadap organisasi.
Semakin positif persepsi anggota terhadap situasi dan kejadian di organisasi, maka
semakin tinggi kepuasan anggota terhadap pekerjaaannya di organisasi. Demikian
pula semakin tinggi kepuasan kerja individu, akan semakin tinggi komitmennya
terhadap organisasi. Dalam mengukur komitmen berorganisasi Seniati (2006)
menggunakan instrumen komitmen berorganisasi yang dikembangkan oleh Meyer
dan Allen pada tahun 1990.
Penelitian Ahda (2010) memberi faktor lain dari komitmen berorganisasi,
yaitu komitmen beragama. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa ada
hubungan positif antara komitmen beragama seseorang dengan komitmen
berorganisasi seorang karyawan. Adapun dimensi yang paling signifikan
berkontribusi pada komitmen berorganisasi adalah penghayatan terhadap agama.
Penelitian Retnaningsih (2007) juga membahas tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi komitmen berorganisasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa keadilan kompensasi memiliki pengaruh lebih kuat terhadap komitmen
berorganisasi daripada peran kepemimpinan dan kepuasan kerja. Peran
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
42
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
43
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
44
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
45
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
46
BAB 3
GAMBARAN ORGANISASI KEPEMUDAAN X
3. 1. Organisasi Kepemudaan
Organisasi Kepemudaan dibentuk oleh pemuda. Hal ini didasari oleh
kesamaan asas, agama, ideologi, minat dan bakat, atau kepentingan, yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejarah telah
mencatat betapa peran dan kiprah pemuda dalam melakukan perubahan
peradaban, dan pencerahan sangatlah menentukan tidak terkecuali dalam
kehidupan politik. Berdirinya Boedi Oetomo, Soempah Pemoeda, perjuangan
membela kemerdekaan, sampai pada gerakan reformasi merupakan kerja politik
idealisme pemuda. Sosok idelisme, sikap kritis yang dimiliki pemuda selalu risau
terhadap kemapanan. Berpihak kepada yang terpinggirkan, pembela kaum miskin,
ketidakadilan dan kaum tertindas. Sebagai kelompok anomik dalam struktur
politik, pemuda memiliki kekuatan laten dan manifes yang patut dibangkitkan,
diberikan ruang dan arena untuk berkiprah, mengasah kreatifitas dan inovasi bagi
tumbuhnya generasi yang memiliki keadaran, kemampuan dan tanggungjawab
bagi diri dan bangsanya.
Peran dan kiprah pemuda tidak saja ditujukan pada situasi anomalis,
ketika negara dalam keadaan chaos, justru dalam keadaan normal, idealisme
pemuda sangat diperlukan untuk mengawal setiap proses kehiduapan ideologi,
politik, sosial, budaya, pertahanan dan kemanan. Khusus dibidang politik,
sentuhan idealisme dan daya kritis pemuda sangatlah diperlukan utamanya dalam
mengawal proses transisi demokrasi yang sedang kita laksanakan saat ini. Pilihan
terhadap sistem demokrasi dalam menata kehidupan bermasyarakat, berbangsa
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
47
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
48
Baru menuju Orde Reformasi sampai akhirnya sumpah pemuda sebagai spirit
building dalam proses penyatuan konsep berbangsa, berbahasa dan bertanah air.
Realita peran pemuda di atas harus diakui karena memiliki semangat
nasionalisme tinggi dalam memperjuangan tatanan demokrasi bangsa yang
berorientasi pada gerakan pro-kerakyatan. Kondisi pemuda Indonesia pada saat itu
merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Optimistik gerakan pemuda lahir
dari idealisme yang sangat kuat. Selain itu, pemuda memiliki mental kepribadian
yang kuat, bersemangat, etos kerja yang tinggi, ulet, kritis, disiplin, inovatif dan
bekerja keras dalam menjadikan kehidupan bangsanya menjadi lebih baik.
Gerakan pemuda saat itu merupakan gerakan yang terorganisir-teratur melalui
organisasi, salah satunya adalah Organisasi Kepemudaan (OKP). Beberapa
Organisasi Kepemudaan/Kemahasiswaan yang masih eksis adalah Gerakan
Pemuda Ansor (GPM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemuda Muhammadiyah, Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Liga Mahasiswa Nasional untuk
Demokrasi (LMND), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),
Ikatan remaja Muhammadiyah (IRM) dan beberapa elemen kepemudaan lainnya.
Kehadiran OKP pada zaman kemerdekaan merupakan kekuatan starategis yang
luar biasa. Orientasi gerakan yang diterapkan beraviliasi pada intelektual-praksis
menuju konsep kebangsaan dan good governence.
Namun, semangat dan arah gerakan OKP-OKP akan keluar dari gerakan
idealisme jika pemuda yang ada di dalamnya baik struktural maupun non-
struktural telah dirasuki oleh pola pikir praktis. Mereka bukan lagi berkonsep
jangka panjang akan tetapi, memiliki konsep ide, gagasan hanya bersifat jangka
pendek. Jelas, hal ini hanya akan mengotori semangat nasionalisme pemuda.
Padahal, generasi muda adalah generasi penerus bangsa dalam menciptakan
country building yang lebih baik, mapan dan berpihak pada rakyat.
Potensi pola pikir praktis berpeluang besar dimasuki oleh pemuda OKP-
OKP, mengingat Bangsa Indonesia akan menghadapi dua agenda besar dalam
pesta demokrasi yaitu Pemilihan Umum Legislatif dan Pemilu Presiden. Hal ini
tidak terlepas juga pada setiap Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur. Ruang
demokrasi ini akan segera berlangsung dan dapat mengancam ritme ruh gerakan
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
49
para pemuda OKP. Pemuda akan mudah terjebak jika tidak memiliki semangat
seperti pemuda jaman kemerdekaan atau sebaliknya, jika refleksi semangat
pemuda jaman dulu tertanam kuat dalam pola pikir pemuda jaman sekarang. Hal
ini bisa saja terjadi karena pemuda jaman sekarang telah mengalami degradasi
spirit kebangsaan.
Organisasi Kepemudaan merupakan mitra strategis pemerintah dalam
pembaruan dan pembangunan bangsa. Pemuda mempunyai fungsi dan peran yang
sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi dan perannya melalui
penyadaran, pemberdayaan, dan pengembangan sebagai bagian dari pembangunan
dan kepentingan nasional. Hal ini sebagaimana termaktub di dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Sebagai generasi muda kita
perlu peduli terhadap penyelenggaraan pemilu oleh karena disitulah momentum
bagi rakyat menentukan pilihannya dalam memilih pemimpin terbaik untuk masa
lima tahun kedepan.
3. 3. Organisasi Kepemudaan X
3. 3. 1. Sejarah Lahirnya Organisasi X
Organisasi Kepemudaan X yang merupakan badan otonom dari salah
satu organisasi Islam di tanah air, adalah salah satu organisasi pemuda di tanah
air. Kelahiran Organisasi Kepemudaan X diwarnai oleh semangat perjuangan,
nasionalisme, pembebasan, dan epos kepahlawanan. Organisasi Kepemudaan X
terlahir dalam suasana keterpaduan antara kepeloporan pemuda pasca Sumpah
Pemuda, semangat kebangsaan, kerakyatan, dan sekaligus spirit keagamaan.
Karenanya, kisah Organisasi Kepemudaan X dan sayap dari Organisasi
Kepemudaan X sebagai bentuk perjuangan Organisasi Kepemudaan X yang
menjadi catatan sejarah, terutama saat perjuangan fisik melawan penjajahan dan
penumpasan G 30 S/PKI.
Organisasi Kepemudaan X dilahirkan dari rahim salah satu organisasi
Islam X dari situasi ”konflik” internal dan tuntutan kebutuhan alamiah. Berawal
dari perbedaan antara tokoh tradisional dan tokoh modernis yang muncul di tubuh
salah satu organisasi Islam di tanah air, organisasi keagamaan yang bergerak di
bidang pendidikan Islam, pembinaan mubaligh, dan pembinaan kader. Tokoh X,
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
50
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
51
3. 3. 3. Struktur Organisasi
Sesuai dengan Peraturan Dasar Organisasi Kepemudaan X, Pimpinan
Pusat Organisasi Kepemudaan X adalah struktur tertinggi, yang berkedudukan di
ibukota negara dan membawahi Pimpinan Wilayah (tingkat Provinsi), Pimpinan
Cabang (tingkat Kabupaten/Kota), Pimpinan Anak Cabang (tingkat Kecamatan)
dan Pimpinan Ranting (tingkat Kelurahan).
Susunan pengurus Pimpinan Pusat terdiri dari:
1. Ketua Umum
2. Wakil Ketua Umum
3. 9 (Sembilan) orang Ketua
4. Sekretaris Jenderal
5. 7 (tujuh) orang Wakil Sekretaris Jenderal
6. Bendahara
7. 3 (tiga) orang Wakil Bendahara
8. Departemen-Departemen
9. Lembaga-Lembaga
10. Satuan Koordinasi Nasional sayap organisasi X
Sedangkan untuk departemen, terdiri dari:
1. Departemen Advokasi dan Pemberdayaan Masyarakat.
2. Departemen Luar Negeri.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
52
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
53
3. 3. 4. Proses Pengkaderan
Saat ini, banyak kegiatan Organisasi Kepemudaan X yang lebih
mengarah kepada pengabdian masyarakat tanpa melepaskan diri dari komitmen
keislamannya. Proses perekrutan Organisasi Kepemudaan X di tanah air, lebih
sering menggunakan cara sukarela, artinya para calon kader tersebut memang
bersedia untuk bergabung dengan Organisasi Kepemudaan X di berbagai
tingkatan dikarenakan kesadaran sendiri tanpa adanya paksaan. Salah satu syarat
menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X adalah pemuda Warga Negara
Indonesia, beragama Islam, berusia antara 16 hingga 40 tahun, bersedia mentaati
dan melaksanakan semua keputusan dan peraturan organisasi, serta menyetujui
Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga Organisasi Kepemudaan X. Setelah
mereka bergabung dengan Organisasi Kepemudaan X, maka akan diarahkan
apakah seseorang tersebut menjadi kader Organisasi Kepemudaan X atau sayap
organisasi X.
Apabila seseorang menjadi anggota sayap organisasi X, maka secara
otomotis dia juga menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X. Tetapi bila
seseorang menjadi anggota Organisasi Kepemudaan X, belum tentu dia menjadi
anggota sayap organisasi X. Setelah mereka menjadi anggota Organisasi
Kepemudaan X atau anggota sayap organisasi X, tahap selanjutnya adalah mereka
mengikuti pendidikan pelatihan kader dasar hingga pendidikan pelatihan kader
nasional bagi Organisasi Kepemudaan X atau pendidikan pelatihan dasar sampai
dengan pendidikan dan latihan kejuruan untuk anggota sayap organisasi X. Inti
dari pendidikan ini adalah ajaran Islam, yang merupakan doktrin dari salah satu
organisasi Islam di tanah air.
Dalam perjalanan selanjutnya, tidak jarang banyak anggota Organisasi
Kepemudaan X yang berasal dari badan otonom (Banom) salah satu organisasi
Islam di tanah air lainnya. Hal ini terjadi karena Organisasi Kepemudaan X
merupakan Banom yang memang bertujuan untuk menghimpun kaum muda di
salah satu organisasi Islam di tanah air.
Kaderisasi Organisasi Kepemudaan X pada hakekatnya merupakan upaya
pembelajaran dan pemberdayaan yang dilakukan secara organisasional mulai
jenjang yang paling rendah sampai jenjang kepemimpinan tertinggi, guna
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
54
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
55
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
56
mencerdaskan yang memberikan ruang bagi kebebasan nalar dan pikiran serta
mentalitas Kader (Anam, 2010: 195).
Aktivitas kader Organisasi Kepemudaan X semestinya dapat meramu
berbagai programnya dengan berorientasi pada olah hati, olah pikir, olah raga dan
kinestetik, dan olah rasa dan karsa. Sehingga muncul karakter kader yang jujur
dan bertanggung jawab, cerdas, sikap bersih, sehat, dan menarik, serta memiliki
kepedulian dan kreatifitas.
Ketiga, dalam skala yang lebih luas, Organisasi Kepemudaan X atau
kader Organisasi Kepemudaan X dapat menjalin kerjasama dengan berbagai
institusi untuk mengakselerasikan pembentukan karakter pada berbagai segmen,
lapisan, dan tingkatan masyarakat. Karena, bagaimanapun, seperti telah
dikemukakan di atas, pembentukan karakter dapat sukses hanya jika seluruh
komponen masyarakat dan bangsa terlibat.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
57
terbesar dari penduduk Indonesia yang akan tampil menjadi pemimpin negeri ini.
Mereka harus mempersiapkan secara dini untuk menjadi generasi penerus dan
penyelamat yang tangguh serta profesional. Organisasi Kepemudaan X sebagai
wadah generasi muda mempertahankan kader-kader solid, dan melakukan
percepatan persiapan kader yang tangguh di era persaingan jaman yang semakin
kompetitif dan menyongsong era baru yang lebih baik.
Seiring dengan perkembangan jaman, Organisasi Kepemudaan X kini
tidak saja bergerak dalam bidang keagamaan saja, tetapi ke bidang lain, seperti
untuk memperkuat lembaga organisasi dan peningkatan kualitas anggotanya. Hal
ini terlihat dari beberapa kegiatan (program kerja) Organisasi Kepemudaan X
Provinsi DKI Jakarta.
Selain pendidikan pelatihan kader dasar hingga pendidikan pelatihan
kader nasional bagi Organisasi Kepemudaan X atau pendidikan pelatihan dasar
sampai dengan pendidikan dan latihan kejuruan untuk anggota sayap organisasi X,
Pimpinan Wilayah Organisasi Kepemudaan X Provinsi DKI Jakarta juga giat
mengadakan kegiatan pelatihan untuk mengasah keterampilan para kadernya di
Jakarta. Adapun kegiatan tersebut antara lain adalah pelatihan kader berbasis
pesisir, pelatihan web bagi pemuda pemula, pelatihan jurnalistik, pelatihan kursus
mobil dan motor, kursus setir mobil bagi anggota sayap organisasi X, pelatihan
tanggap bencana hingga pembuatan SIM kolektif bagi para kadernya.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, PW Organisasi Kepemudaan X juga
mengadakan beberapa seminar dan diskusi publik yang membahas mengenai
permasalahan yang sedang hangat di Jakarta. Semua kegiatan tersebut
dimaksudkan untuk mempersiapkan kader Organisasi Kepemudaan X agar dapat
siap terjun ke masyarakat dan tidak menjadi beban bagi masyarakat.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
58
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
59
4. Pemuda harus dapat tampil sebagai penjaga demokrasi; menghormati hak dan
kewajiban orang lain, menghargai perbedaan pilihan dan tidak terjebak pada
pragmatisme politik.
Target yang ingin dicapai oleh Organisasi Kepemudaan X dalam Pilkada
adalah terpilihnya gubernur dan wakil gubernur yang memang benar-benar dapat
membangun Jakarta seperti yang diinginkan oleh warga Jakarta, seperti
teratasinya kemacetan lalu lintas dan terselesaikannya masalah banjir yang kerap
melanda Jakarta. Organisasi kepemudaan X juga mempunyai target dalam Pilkada
ini untuk mengarahkan kader-kadernya yang banyak berusia pemilih pemula.
Pilkada dijadikan sarana pembelajaran oleh organisasi kepemudaan X untuk
menghadapi pemilu tahun 2014 nanti, dimana banyak kader-kadernya yang
berniat menjadi calon legislatif.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
60
BAB 4
METODE PENELITIAN
4. 1. 2. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian sekaligus obyek penelitian ini mengambil tempat di
Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta Utara, dengan objek penelitiannya adalah
para anggota Organisasi Kepemudaan X yang pada Pemilu Gubernur dan Wakil
Gubernur tahun 2012 di Provinsi DKI Jakarta merupakan pemilih pemula.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
61
4. 2. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian
eksplanatori. Menurut Faisal (1995: 43) penelitian eksplanatoris adalah untuk
menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan. Menurut tingkat
eksplanatorisnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dua variabel
atau lebih (Sugiyono, 2007:67). Penelitian ini menganalisis pengaruh Pemimpin,
Komunikasi dalam Organisasi dan Komitmen pada Organisasi terhadap
Partisipasi Pemilih Pemula. Terdapat tiga variabel mempengaruhi (independen),
yaitu pemimpin, komunikasi dalam organisasidan komitmen pada organisasi dan
satu variabel dipengaruhi (dependen) yaitu partisipasi pemilih pemula. Rancangan
penelitian ini akan melihat komponen keempat variabel, X1, X2, X3 dan Y. Dengan
penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang berfungsi untuk
menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.
Selain itu penelitian ini juga dikenal dengan istilah penelitian
korelasional (Indriantoro et al, 1999: 55). Ruang lingkup kajian ini adalah para
pemilih pemula yang dalam hal ini adalah para pemuda Organisasi Kepemudaan
X dengan rentang usia 16-21 tahun di Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta
Utara. Rancangan penelitian ini akan menggambarkan pola pikir dan alur
bagaimana variabel pemimpin, komunikasi dalam organisasi, komitmen pada
organisasi, dan partisipasi pemilih pemula. Rancangan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
62
Bagan 4.1.
RANCANGAN PENELITIAN
X.1. PEMIMPIN
X.1.1. Memelihara struktur kelompok,
menjamin interaksi yang lancar,
memudahkan pelaksanaan tugas
X.1.2. Mensinkronkan ideologi, ide, pikiran
dan ambisi kelompok
X.1.3. Mengoptimalkan kemampuan, bakat
dan produktivitas anggota
X.1.4. Menegakkan peraturan, larangan,
disiplin dan norma kelompok
X.1.5. Menentukan nilai-nilai kelompok
dan memilih tujuan-tujuan kelompok
X1.6. Mampu memenuhi harapan,
keinginan dan kebutuhan para
anggota
Y. PARTISIPASI
PEMILIH
PEMULA
Y.1. Gaya
Y.2. Motif partisipasi
X.2. KOMUNIKASI DALAM Y.3. Konsekuensi
ORGANISASI
X.2.1. Proses (menciptakan dan menukar partisipasi politik
informasi dalam organisasi)
X.2.2. Pesan dalam organisasi (simbol
tentang ciptaan dan pertukaran
informasi dalam organisasi
X.2.3. Jaringan komunikasi
X.2.4. Lingkungan (hubungan internal dan
eksternal organisasi
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
63
4. 3. 2. Sampel
Arikunto (2006: 131) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari
populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah
sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili
seluruh populasi”.
Sugiyono (2007: 91) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah
sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “sampel
adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang
akan diteliti”.
Pengambilan sampel menurut S. Nasution (Ridwan 2004: 56) yang
mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil maka sampel
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
64
4. 4. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kausal, yaitu metode penelitian
untuk mengetahui pengaruh satu atau lebih variabel mempengaruhi (independen
variabel) dengan lambang X1 yaitu sebagai Pemimpin, X2 sebagai Komunikasi
dalam Organisasi, X3 sebagai Komitmen pada Organisasi dan variabel
dipengaruhi (dependen variabel) dilambangkan dengan Y, yaitu Partisipasi
Pemilih Pemula. Hubungan kausalitas ini dinyatakan dalam penormaan regresi
linier.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
65
4. 5. 2. Hipotesis Penelitian
Dari hasil studi berbagai teori yang berkaitan dengan rumusan masalah
yang dilanjutkan dengan menyusun tujuan penelitian dan kerangka konseptual,
maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
Terdapat pengaruh positif antara pemimpin, komunikasi dalam organisasi
dan komitmen pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
66
keadaan, responden dapat menolak untuk memberikan jawaban yang jujur pada
kuesioner tersebut.
4. 6. 2. Instrumentasi
Instrumen penelitian adalah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu
metode untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2006: 136). Dalam penelitian ini
penulis menggunakan kuesioner yang berisikan daftar pertanyaan yang digunakan
untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan dari responden.
Kuesioner disusun atas empat bagian yaitu: (1) pemimpin, (2) komunikasi dalam
organisasi, (3) komitmen pada organisasi dan (4) partisipasi pemilih pemula.
Adapun instrumen penelitian sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
67
Bagan 4.2.
INSTRUMEN PENELITIAN
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
68
4. 8. 2. Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensinya jawaban
seseorang terhadap suatu pernyataan dari waktu ke waktu. Suatu kuesioner
dikatakan reliabel (andal) jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas dilakukan
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
69
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
70
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
71
5. 2. Karakteristik Responden
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Y Kota Administrasi Jakarta
Utara, dengan populasi pemilih pemula yang merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X. Jumlah responden sebanyak 135 orang, yang merupakan seluruh
populasi dari penelitian ini (sensus). Seluruh jenis kelamin responden adalah pria.
Usia responden berkisar 17 - 21 tahun, yang merupakan pemilih pemula pada
pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta tahun 2012.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
72
Gambaran umum responden menurut usia, dapat kita lihat di tabel 5.1.
dibawah berikut ini:
Tabel 5.1.
Usia Responden
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tabel 5.1 diatas terlihat bahwa mayoritas usia responden adalah 19 tahun
sebanyak 42 orang (31.1%), 20 tahun sebanyak 29 orang (7.4%), 17 tahun
sebanyak 28 orang (20.7%), 18 tahun sejumlah 26 orang (19.3%), dan usia 21
tahun sejumlah 10 orang (7.4%).
Seperti yang dijelaskan pada bab 2, yang dimaksud pemilih pemula
adalah seseorang yang baru pertama kali menggunakan hak pilihnya, berusia 17
tahun atau belum berusia 17 tahun tetapi sudah menikah dan namanya tercantum
dalam DPT (KPU DKI, 2012). Dengan demikian, responden baru menggunakan
hak pilihnya pada pilkada 2012. Hal ini karena pada pemilu tahun 2009, usia
mereka belum mencapai 17 tahun.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
73
Tabel 5.2.
Tingkat Pendidikan Responden
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
74
Tabel 5.3.
Analisa Faktor Partisipasi Pemilih Pemula
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Keterlibatan 1, 5, 6, 14 -
Tujuan 12 12
Dari tabel 5.3 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel partisipasi pemilih pemula, ada sub variabel yang gugur yaitu sub
variabel keterlibatan. Pernyataan sub variabel motif diwakili oleh oleh tiga
pernyataan, sub variabel harapan diwakili oleh dua pernyataan, dan sub variabel
tujuan diwakilkan oleh satu pernyataan. Sehingga total pernyataan yang reliabel
adalah 6 pernyataan.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
75
5. 3. 2. Pemimpin
Pengujian validitas 15 butir pertanyaan terhadap variabel pemimpin,
terdapat pertanyaan-pertanyaan yang gugur. Hal ini menunjukkan bahwa
pertanyaan-pertanyaan tersebut cukup reliabel. Berarti pertanyaan-pertanyaan
untuk pemimpin sudah valid dan cukup reliabel. Pertanyaan yang tidak gugur
diuji reliabilitasnya, dan diperoleh nilai Cronbach Alpa sebesar 0.455.
Tabel 5.4.
Analisa Faktor Variabel Pemimpin
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Peran 1, 3, 8, 9, 10 -
Keterlibatan 2, 6 2
Dari tabel 5.4 di atas, dapat dilihat bahwa ada tiga sub variabel dari
variabel pemimpin, ada sub variabel yang gugur, yaitu peran karena tidak ada
butir pertanyaan pada sub variabel ini yang valid. Adapun sub variabel yang valid
adalah keterlibatan yang diwakilkan satu pertanyaan, dan sub variabel tujuan
diwakilkan oleh tiga pertanyaan. Sehingga total pertanyaan yang valid sejumlah 4
pertanyaan.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
76
Tabel 5.5.
Analisa Faktor Komunikasi dalam Organisasi
Faktor Item Asli Item yang
Valid
Wawasan 1, 3, 5, 13, 14 1, 3, 14
Kompetensi 4, 7, 11 -
Internal 8, 9 8, 9
Dari tabel 5.5 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel komunikasi dalam organisasi, ada sub variabel yang gugur, yaitu sub
variabel hubungan dan kompetensi. Pernyataan sub wawasan diwakili oleh tiga
pernyataan, sub variabel internal diwakili oleh dua pernyataan. Sehingga total
pernyataan yang reliabel adalah 5 pernyataan.
Personal 6, 7, 8, 9, 12 7, 9
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
77
Dari tabel 5.6 di atas, dapat dilihat bahwa dari empat sub variabel dari
variabel komitmen pada organisasi, ada sub variabel yang gugur, yaitu sub
variabel identifikasi. Pertanyaan sub variabel personal diwakili oleh dua
pertanyaan, sub variabel keterlibatan diwakili oleh dua pertanyaan, dan dan sub
variabel kesetiaan diwakilkan oleh dua pertanyaan. Sehingga total pertanyaan
yang reliabel adalah 6 pertanyaan.
5. 4. Pengolahan Data
Data yang diperoleh peneliti, selanjutnya diolah menggunakan bantuan
SPSS sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian ini.
5. 4. 1. Uji Regresi
Dengan menggunakan standar regresi berganda, didapat nilai sr2 (unique)
sebagaimana tabel di bawah berikut ini:
Tabel 5.7.
STANDAR REGRESI BERGANDA
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
78
5. 5. Pembahasan
Bagian ini membahas hasil deskripsi dan pengukuran variabel-variabel
yang telah dijabarkan sebelumnya.
5. 5. 1. Pemimpin
Hasil analisis di atas, variabel pemimpin (X1) sebagai independen
variabel mempunyai pengaruh sebesar 1% terhadap partisipasi pemilih pemula.
Dari hasil kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti,
pemimpin telah berusaha melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan.
Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab bahwa pemimpin
mereka sering melibatkan anggotanya dalam mengambil keputusan (sebesar
92,6%).
Sedangkan pemimpin dalam organisasi kepemudaan X juga sering
memberi perintah kepada anggotanya tentang pentingnya agar anggotanya
memberikan suaranya pada pemilu. Hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang
menjawab bahwa mereka sering mendapatkan instruksi tentang pentingnya turut
serta dalam pemilu.
Suatu penelitian tentang pengaruh pemimpin terhadap pengikutnya
adalah yang dilakukan oleh Ron Shachar dan Barry Nalebuff (Shachar & Barry,
1999: 527) yang dilakukan di Amerika Serikat. Mereka mengatakan bahwa,
“pemimpin mempunyai peran strategis dalam mempengaruhi pengikutnya untuk
berpartisipasi dalam pemilu”. Shachar dan Nalebuff juga mengatakan bahwa
keputusan untuk memilih dalam sebuah pemilu ditentukan oleh aksi yang
dilakukan oleh pemimpin”.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
79
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
80
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
81
Dari hasil kuesioner yang telah diisi dan dikembalikan kepada peneliti,
komitmen pada organisasi pada organisasi kepemudaan X sebenarnya sudah
berjalan cukup baik. Hal ini terlihat dari banyaknya responden yang menjawab
bahwa dalam berorganisasi, mereka sering mengikuti setiap acara yang
diselenggarakan oleh organisasi mereka, dan hubungan diantara anggota juga
berjalan baik.
Adanya hubungan yang baik diantara para anggota Organisasi
Kepemudaan X terlihat dari seringnya para anggota menginap di rumah teman
seanggotanya.
Komitmen berorganisasi dipengaruhi oleh banyak hal. Meyer dan Allen
(1991) dan Meyer et al. (2002) berpendapat bahwa komitmen afektif dipengaruhi
oleh karakteristik pribadi, struktur organisasi, serta pengalaman bekerja. Seperti
pendapat Meyer et al., 2002, bahwa semakin kuat komitmen normatif semakin
rendah tingkat pergantian karyawan, semakin tinggi perilaku bekerjanya
(kedatangan, kinerja, dan keselarasan dengan perilaku organisasinya), dan
semakin baik kesehatan dan kesejahteraannya (Meyer et al., 2002). Hal ini juga
dialami oleh anggota Organisasi Kepemudaan X yang diikat oleh norma agama.
Artinya, anggota Organisasi Kepemudaan X memiliki komitmen yang kuat
terhadap organisasinya karena terikat oleh komitmen agama. Selain itu, pribadi
perhatian dan kesediaan menolong orang lain, kepuasan kerja, serta iklim
psikologis juga berpengaruh positif terhadap komitmen berorganisasi, walaupun
masa kerja anggota Organisasi Kepemudaan X yang merupakan responden dari
penelitian ini merupakan anggota baru.
Bergabungnya seseorang dalam sebuah organisasi diharapkan
anggotanya dapat mengembangkan attitude dan behaviour yang baik. Dengan
demikian tujuan dari pemberdayaan anggota secara sosial dan politik dapat
tepenuhi. (Peter, 1999: 229) Berkaitan dengan pengaruh terhadap partisipasi
pemilih adalah, bahwa komitmen pada organisasi dalam suatu organisasi dapat
meningkatkan anggotanya untuk turut berpartisipasi dalam pemilu.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada informan A pada
tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X, bahwa komitmen
pada organisasi di Organisasi Kepemudaan X cukup berpengaruh terhadap
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
82
partisipasi pemilih pemula, karena dengan baik, karena memang di hati dan
pikiran para pemilih pemula tersebut, sudah tertanam kedekatan emosional
terhadap salah satu organisasi Islam di tanah air. Mereka memiliki loyalitas
terhadap Organisasi Kepemudaan X, karena banyak dari anggota Organisasi
Kepemudaan X yang memiliki saudara yang juga pernah atau masih
berkecimpung di organisasi Organisasi Kepemudaan X atau organisasi Badan
Otonom organisasi Islam lainnya, dimana Organisasi Kepemudaan X bernaung.
Sedangkan berdasarkan analisa di atas ketiga variabel bebas (X1, X2, dan
X3) secara simultan memberi pengaruh terhadap variabel terikat (Y) sebesar 38%.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Informan A pada
tanggal 9 Januari 2013 di sekretariat Organisasi Kepemudaan X, diperoleh hasil
bahwa pemilih pemula sadar dan mengerti bahwa salah hak dan kewajibannya
sebagai pemilih pemula dan warga negara adalah turut berpartisipasi dalam
pemilu dalam bentuk memberikan suaranya. Hal inilah yang mendorong mereka
aktif memberikan suara mereka pada waktu pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur
Tahun 2012, meskipun variabel pemimpin dan variabel komunikasi dalam
organisasi memberikan nilai yang kurang signifikan terhadap partisipasi pemilih
pemula.
5. 6. Keterbatasan Penelitian
Beberapa keterbatasan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian ini
adalah:
Alat ukur yang digunakan peneliti rendah, sehingga kurang dapat
menjelaskan kaitan langsung dari masing-masing variabel yang akan
diteliti oleh peneliti. Waktu menjadi kendala dalam hal ini.
Penelitian dilakukan hanya dilakukan di satu kecamatan terhadap satu
organisasi kepemudaan X. Hal ini karena sempitnya waktu dan
kurangnya persiapan dari peneliti.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
83
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
84
BAB 6
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6. 1. Kesimpulan
Ada pengaruh faktor pemimpin, komunikasi dalam organisasi, komitmen
pada organisasi terhadap partisipasi pemilih pemula yang merupakan anggota
Organisasi Kepemudaan X di Kecamatan Y Kota Jakarta Utara.
6. 2. Rekomendasi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan lebih jauh
mengenai pemimpin, komunikasi dalam organisasi dan komitmen pada organisasi
terhadap partisipasi pemilih pemula. Oleh karena itu terdapat beberapa
rekomendasi untuk penelitian selanjutnya maupun kepada organisasi kepemudaan
X, serta Kemenpora.
6. 2. 1. Rekomendasi Akademik
Berikut merupakan rekomendasi akademik untuk penelitian selanjutnya:
a. Pemimpin pada organisasi kepemudaan X perlu lebih membaur kepada
anggotanya yang masih berusia muda, dan lebih memberi peran kepada
mereka. Hal ini perlu karena pemilih pemula merupakan faktor penting dalam
pemilu. Penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk menggunakan alat
ukur yang lebih baik, sehingga dapat memaparkan kaitan langsung pemimpin
terhadap pemilih pemula.
b. Komunikasi dalam organisasi pada organisasi kepemudaan X masih perlu
ditingkatkan dan perlunya kesadaran bahwa semua anggota mempunyai peran
yang sama tanpa melihat anggota baru atau lama. Penelitian sejenis juga
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
85
6. 2. 2. Rekomendasi Praktis
Perlunya sosialisasi dan pendidikan politik untuk pemilih pemula yang
dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum untuk meningkatkan partisipasi pemilih
pemula.
Untuk Kementerian Pemuda dan Olah Raga agar memberikan perhatian
lebih kepada pemilih pemula yang juga merupakan anggota Organisasi
Kepemudaan X sebagai mitra strategis pemerintah.
Untuk dapat menjadikan perhatian para calon Gubernur dan Wakil
Gubernur untuk menjaring suara pemilih pemula.
Untuk Organisasi Kepemudaan X, agar dapat dijadikan bahan evaluasi,
bahwa pemimpin, komunikasi dalam organisasi serta komitmen pada organisasi
memberikan pengaruh kepada anggotanya.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
86
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
87
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
88
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
89
KPU Provinsi DKI Jakarta. 2012. Pemilu Gubernur dan Wakil Gubernur di
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2012 dalam Angka. Jakarta: KPU Provinsi
DKI Jakarta.
KPU Provinsi DKI Jakarta. 2012. Pilkada: Pemilu Untuk Pemilih Pemula. Modul
Sosialisasi. Jakarta: KPU Provinsi DKI Jakarta.
Krause, Diana E. 2007. Power and Influence in Organizations. New Empirical and
Theoretical Perspectives (Vol. 5: Research in Management)/Leadership
and Power. Identity Processes in Groups and Organizations. Personnel
Psychology 60. 2 (Summer 2007): 517-522.
Kusuma, Erwin. 2010. Yang Muda Yang Berkiprah. Jakarta: Kekal Press.
Lee. 2005. Effects of Leadership and Leader-Member Exchange on Commitment.
Leadership & Organization Development Journal 26. 7/8 (2005): 655-
672.
Mas’ud, Mochtar dan Colin Mac Andrew. 1986. Perbandingan Sistem Politik.
Yogyakarta: UGM Press.
Madsen, S.R., D. Miller & C.R. John. 2005. Readiness for Organizational
Change: Do Organizational Commitment and Social Relationships in the
Workplace Make A Difference? Human Resource Development
Quarterly, 16 (2), Hal. 213-233.
Meyer, John P, Natalie J. Allen. 1991. A Three-Component Conceptualization of
Organizational Commitment. Human Resources Management Review, 1,
61-89.
Meyer, John P., et al. 2002. Affective, Continuance, and Normative Commitment
to the Organization: A Meta-analysis of Antecedents, Correlates, and
Consequences. Journal of Vocational Behavior, 61, 20 -52.
Meyer, John P, Natalie J. Allen. 2004. TCM Employee Commitment Survey
Acaademic Users Guide 2004. Department of Psychology The University
of Western Ontario.
Minter, Robert L. 2010. Organizational Communication Audits: Assessing Core
Communication Competencies Within The Organization. International
Journal of Management and Information Systems 14. 5 (Fourth Quarter
2010): 107-118.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
90
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
91
Rodee, Carlton Clymer (Ed). 1993. Pengantar Ilmu Politik. Jakarta: Rajawali Pers.
Santoso. 2001. Buku Latihan SPSS: Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Shachar, Ron and Barry Nalebuff. “Follow The Leader : Theory and Evidence on
Political Participation” The American Economic Review, Jun 1999; 89, 3;
Proquest. Hal. 526-545.
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Syafiie, Inu Kencana. 2010. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Refika
Aditama.
Triton PB. 2006. SPSS 13.0 Terapan, Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2009
tentang Kepemudaan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985
tentang Organisasi Kemasyarakatan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2003 dalam Ir. Diany
Lazuar Nasri (Kodifikator), Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002
tentang Partai Politik, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41
Tahun 2002 tentang Pembentukan Komisi Pemilihan Umum Jakarta:
Durat Bahagia.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilu.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Wahid, Abdurrahman & Halim HD. 2009. Mengapa Kami Memilih Golput. Solo:
Sagon.
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
92
Universitas Indonesia
Beberapa faktor ..., Muh. Douglas A. Ondang, PPs-UI, 2013
Lampiran 1 93
PENGANTAR
Hormat Saya,
Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
INSTRUMEN PENELITIAN
PEMIMPIN
Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit
Petunjuk:
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Pemimpin saya memiliki hubungan yang baik
dengan anggotanya dan hubungan antar
anggota juga berjalan baik.
2 Pemimpin saya melibatkan saya dalam
mengambil keputusan.
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
6 Pemimpin saya memberi kebebasan kepada
anggotanya untuk menentukan pilihannya
sendiri, asalkan para anggotanya
menggunakan hak pilihnya.
7 Pemimpin saya mempengaruhi saya dalam ide
dan pikiran dalam memilih salah satu
pasangan calon.
8 Dalam memutuskan memilih salah satu
pasangan calon, Pemimpin saya berusaha
memasukkan nilai-nilai dan ide-ide yang
sesuai dengan organisasi.
9 Pemimpin saya memberikan peran dan tugas
kepada setiap anggotanya, dan tegas dalam
memberikan sanksi.
10 Pemimpin saya sering mengadakan pelatihan
dan diskusi tentang pentingnya pemilu.
Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
INSTRUMEN PENELITIAN
KOMUNIKASI ORGANISASI
Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia :……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit
Petunjuk:
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
1 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
kerap melakukan/melaksanakan diskusi-
diskusi mengenai hal-hal yang sedang hangat
dibicarakan masyarakat.
2 Saya dan teman-teman seorganisasi sering
melakukan jalan bersama-sama di luar
kegiatan organisasi.
3 Anak Cabang GP Ansor Kec. Tanjung Priok
sering mengundang pembicara dari luar untuk
berdiskusi dan memperkaya wawasan
anggota.
4 Saya mendapatkan pelatihan-pelatihan untuk
peningkatan pengetahuan dan kemampuan
saya dalam berorganisasi.
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
6 Saya dan teman-teman sesama anggota
organisasi, sering menonton tv bersama.
Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
INSTRUMEN PENELITIAN
KOMITMEN PADA ORGANISASI
Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit
Petunjuk:
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
Program Pascasarjana
Universitas Indonesia
INSTRUMEN PENELITIAN
PARTISIPASI POLITIK
Nama : …………………………………………………….
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : ……… tahun
Pendidikan Terakhir : …………………………………………………….
Waktu : 15 menit
Petunjuk:
NO. PERNYATAAN SL SR KD JR TP
NO PERNYATAAN SL SR KD JR TP
FREKUENSI
Frequency Table
JENIS KELAMIN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
USIA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
PENDIDIKAN
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
ANALISA FAKTOR
PARTISIPASI PEMILIH PEMULA (Y)
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.474 .468 6
ANALISA FAKTOR
PEMIMPIN (X1)
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.389 .455 4
ANALISA FAKTOR
KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI (X2)
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.473 .509 5
ANALISA FAKTOR
KOMITMEN PADA ORGANISASI (X3)
a
Rotated Component Matrix
Component
1 2 3
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items
.677 .675 6
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=X1_SUM X2_SUM X3_SUM Y_SUM
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=SUM_TOTAL
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
TOTAL
N 135
a,,b
Normal Parameters Mean 80.9259
Positive .061
Negative -.079
Kolmogorov-Smirnov Z .913
CORRELATIONS
/VARIABLES=X1_SUM X2_SUM X3_SUM Y_SUM
/PRINT=TWOTAIL NOSIG
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING=PAIRWISE.
Correlations
Correlations
Descriptive Statistics
HASIL REGRESI
REGRESSION
/MISSING LISTWISE
/STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CHANGE ZPP
/CRITERIA=PIN(.05) POUT(.10)
/NOORIGIN
/DEPENDENT Y_SUM
/METHOD=ENTER X1_SUM X2_SUM X3_SUM
/RESIDUALS NORM(ZRESID).
Regression
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 KOMITMEN, . Enter
PEMIMPIN,
a
KOMUNIKASI
b
Model Summary
Change Statistics
b
ANOVA
a
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Correlations
Zero-
Model B Std. Error Beta t Sig. order Partial Part
a
Residuals Statistics
Charts