PENDAHULUAN
produktivitasnya pada kemampuan fungsi tangan yang dapat diandalkan sehingga jika
tangan mengalami kelainan seperti Carpal Tunnel Syndrome, akan dirasakan sangat
mengganggu aktivitas maupun produktivitas. Di Indonesia dari data hasil survey yang
didapatkan hasil sebagai berikut : 42,8% merasakan sakit pada jari dan pergelangan
tangan, 21,4% merasakan nyeri tangan seperti tertusuk, 28,6% merasakan kesemutan,
14,2% merasakan mati rasa pada jari, 14,2% merasakan jari tangan kaku, dan 14,2%
melaporkan di Belanda, pada tahun 1976-1980 insidensnya 173 per 100.000 pasien
Dalam hal ini, peran fisioterapis dibutuhkan untuk membantu pemulihan pasien,
bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu
dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan
tersedia seperti : Micro Wave Diathermy (MWD), Short Wave Diathermy (SWD), Ultra
Sound (US), Infra Red (IR), Transcutaneus Elektrical Nerve Stimulation (TENS) dan
Terapi Latihan (TL). Mengingat adanya keterbatasan lingkup gerak sendi, kelemahan
otot, odema dan gangguan dalam beraktivitas akibat kekakuan sendi, dapat dilakukan
dengan terapi latihan yang berupa static contraction, resisted exercise, free avtive
masalah yang ditimbulkan oleh CTS, baik berupa masalah motorik maupun fungsional
B. Rumusan Masalah
ultrasound?
C. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
kelemahan sepanjang perjalan saraf medianus (Chung dkk., 2010). Neuropati ini
disebabkan oleh terperangkapnya saraf medianus pada area carpal tunnel, yang dibatasi
oleh tulang-tulang carpal dan juga transverse carpal ligament. Di area carpal tunnel
terjadi peningkatan tekanan sehingga terjadi penurunan fungsi saraf medianus pada
tingkatan tersebut (Ibrahim dkk., 2012). Keluhan yang timbul berupa kesemutan pada
jari jari tangan I sampai setengah jari IV bagian telapak tangan, numbness, nyeri, dan
kelemahan otot.
Angka kejadian CTS sekitar 90% dari berbagai neuropati lainnya. Setiap
tahunnya kejadian CTS mencapai 267 dari 100.000 populasi dengan prevalensi 9,2%
pada perempuan dan 6% pada laki-laki. Di Inggris, angka kejadinnya mencapai 6%-
17% yang lebih tinggi dari pada Amerika yaitu 5% (Ibrahim dkk., 2012). Penderita
umumnya usia 40-60 tahun, perempuan tiga kali lebih beresiko daripada laki-laki
Carpal tunnel adalah suatu terowongan fibro-osseous yang dibentuk oleh tulang-
tulang karpal dan flexor retinaculum. (Durrant dkk, 2002; Yugueros 2002). Komponen
tulang pada carpal tunnel membentuk suatu lengkungan, yang dibentuk oleh empat
tonjolan tulang di proksimal oleh tulang pisiformis dan tubercle of scaphoid dan di
distal oleh hook of hamate dan tubercle of trapezium. Tendon palmaris longus di
superfisial berjalan anterior menuju ke flexor retinaculum untuk menyatu dengan fasia
palmaris. Di bawah fasia palmaris, suatu ligamen membentuk batas superfisial dari
Ukuran dari terowongan ini bervariasi, dengan ukuran yang paling umum
dijumpai adalah panjang 2-5 cm dan lebar 2-3 cm. Carpal tunnel cenderung menyempit
semakin ke arah distal. Sembilan tendon ke jari-jari dan nervus medianus berjalan di
dalam flexor retinaculum dalam carpal tunnel. Terdapat satu pembungkus synovial
yang sama untuk seluruh tendon, kecuali tendon flexor pollicis longus (Durrant dkk,
2002).
berhubungan dengan kompartemen fleksor dari lengan bawah di proksimal dan ruang
midplamar di distal, namun carpal tunnel merupakan suatu kompartemen tertutup dan
C. Nervus Medianus
Nervus medianus berasal dari korda lateral dan medial dari pleksus brakialis
sebagai gabungan saraf yang berasal dari radiks C6 dan T1. (Preston dkk, 2002). Korda
lateral, terdiri dari serabut C6,C7, mensuplai serabut sensorik ke thenar eminence dan
ibu jari (C6), jari telunjuk (C6- C7), dan jari tengah (C7), begitu juga serabut motorik ke
otot-otot lengan bawah. Korda medial, terdiri dari C8-T1, mensuplai serabut motorik ke
otot-otot median distal pada lengan bawah dan tangan, begitu pula serabut sensorik ke
Pada lengan atas, nervus medianus berjalan turun tanpa memberikan cabang.
(Preston dkk, 2002). Nervus medianus tidak mensarafi otot apapun pada lengan atas.
Nervus ini memasuki lengan bawah antara dua kaput pronator teres, dimana ia
mensarafi fleksor karpi radialis, palmaris longus dan flexor digitorum superficialis. Satu
cabang motorik murni, yang disebut saraf interoseus anterior, menginervasi flexor
pollicis longus, pronator quadratus dan flexor digitorum profundus I dan II. Nervus
sensorik palmar, yang menginervasi kulit pada thenar eminence, nervus ini berjalan
melalui carpal tunnel antara pergelangan tangan dan telapak tangan (Kimura 2001)
Pada telapak tangan, nervus medianus terbagi menjadi divisi motorik dan
sensorik. Divisi motorik berjalan ke distal telapak tangan dan mensarafi lumbrikal I dan
II. Serabut sensorik dari nervus medianus yang berjalan melalui carpal tunnel mensarafi
ibu jari bagian medial, jari telunjuk, jari tengah dan aspek lateral jari manis. (Preston
dkk, 2002)
gejala jika terdapat stenosis atau peningkatan tekanan dalam terowongan. Kondisi
apapun yang menyebabkan penurunan ruang dalam terowongan karpal atau peningkatan
tekanan dalam terowongan akan meningkatkan friksi atau gesekan antara tendon
fleksor, nervus medianus dan ligamen karpal transversalis. Gerakan fleksi dan ekstensi
D. ETIOLOGI
CTS terjadi karena menyempitnya ruang tunnel atau kelemahan pada nervus
yang memicu terjadinya CTS, penggunaan pergelangan tangan dengan tekanan yang
tinggi dan pengulangan yang banyak lebih beresiko sebesar 5,6% terjadinya CTS
dibandingkan pada pekerjaan yang tekanan dan pengulangan rendah hanya 0,6%
(Aroori dan Spence, 2007). Pada kondisi hamil biasanya terjadi pada trismester III dan
terjadi secara bilateral (Bahrami dkk., 2005). Posisi tangan yang salah juga memicu
jenis kelamin, dan adanya diabetes dan obesitas. Faktor risiko lain termasuk kehamilan,
pekerjaan yang spesifik, cedera karena gerakan berulang dan kumulatif, sejarah
keluarga yang kuat, gangguan media tertentu seperti hipotiroidisme, penyakit autoimun,
pergelangan tangan, penyakit menular, dan penyalahgunaan zat. Orang yang terlibat
dalam kerja manual di beberapa pekerjaan memiliki insiden dan tingkat keparahan yang
Sebagian besar kondisi CTS disebabkan karena kompresi pada ruang carpal
tunnel. Susunan ossa carpal dan transverse carpal ligament membentuk carpal tunnel
(terowongan karpal) yang mana pada ruang tersebut diisi oleh sembilan flexor tendon
dan saraf medianus. Sebelum masuk ke area carpal tunnel, mensarafi area palmar
cutaneus membawa serabut sensorik otot thenar. Setelah keluar dari area carpal tunnel,
cabang dari otot thenar menginervasi m.abductor pollicis brevis, m. opponens pollicis,
dan m. lumbrical I serta II. Selain itu juga mensarafi m.flexor pollicis brevis. Pada
cabang yang lain mensarafi jari I, II, III dan setengah jari IV (Pasnoor dan Dimachkie,
2011). Akibatnya timbul gangguan sensorik dan motorik pada bagian palm, phalange I,
adanya pendarahan yang akan mengaktivasi koagulasi intrinsik dan ekstrinsik, yang
pembuluh darah yang putus (retraksi) dan reaksi haemostasis. Memicu pengeluaran
platelet atau dikenal juga dengan trombosit mengekspresi glikoprotein pada membran
sel sehingga trombosit tersebut dapat beragregasi menempel satu sama lain dan
sampai dengan 10 menit, akibatnya akan terjadi hipoksia, peningkatan glikolisis dan
penurunan PH yang akan direspon dengan terjadinya vasodilatasi. Lalu akan terjadi
migrasi sel leukosit dan trombosit ke jaringan luka yang telah membentuk scaffold tadi.
Selain itu, migrasi sel leukosit dan trombosit juga dipicu oleh aktivasi associated kinase
membrane yang meningkatkan permeabilitas membran sel terhadap ion Ca2+ dan
Fase inflamasi akhir terjadi setelah hari ke-5, tujuan utama fase ini adalah
menyingkirkan jaringan yang mati, dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi oleh
agen mikrobial patogen (Gutner GC, 2007). Setelah hemostasis tercapai, sel radang akut
serta neutrofil akan menginvasi daerah radang dan menghancurkan semua debris dan
bakteri. Pengaktifan jalur ini akan menghasilkan ekspresi gen yang terdiri dari sitokin
dan kemokin pro-inflamasi yang menstimulasi leukosit untuk ekstravasasi keluar dari
untuk menarik sel yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta
pelepasan sitokin yang akan memulai proliferasi jaringan. Leukosit yang terdapat pada
cedera di dua hari pertama adalah neutrofil, biasanya terdeteksi dalam 24 jam sampai
dengan 36 jam setelah terjadi cedera. Sel ini membuang jaringan mati dan bakteri
difagositosis oleh makrofag atau mati. Meskipun neutrofil memiliki peran dalam
mencegah infeksi, keberadaan neutrofil yang persisten dapat menyebabkan sulit untuk
mengalami proses penyembuhan. Hal ini bisa menyebabkan akut berprogresi menjadi
Cedera saraf tepi memprovokasi sebuah reaksi pada sel-sel imun perifer dan sel
glia di beberapa tempat berbeda: makrofag dan sel Schwann memfasilitasi degenerasi
Wallerian dari bagian distal serabut saraf yang mengalami cedera. Respon imunitas
pada GRD dilaksanakan oleh makrofag, limfosit dan sel-sel satelit (Scholz & Woolf,
2007). Makrofag, limfosit T dan sel mast menuju lokasi lesi dan menyebar ke seluruh
potongan distal dari serabut saraf yang mengalami cedera. Sel Schwann mulai
jumlah yang tajam setelah cedera. Makrofag juga bergerak dalam selubung yang
dibentuk oleh sel-sel satelit di sekitar tubuh sel neuron sensorik primer. Sel-sel satelit
mulai berkembang biak dan meningkatkan ekspresi glial fibrillary acidic protein
(GFAP). Satu minggu setelah cedera saraf, kelompok padat sel mikroglia terbentuk
pada kornu ventralis medula spinalis, mengelilingi badan sel dari neuron-neuron
motorik. Aktivasi mikroglia yang masif juga dijumpai pada kornu dorsalis yang
merupakan area proyeksi terminal sentral dari serabut-serabut aferen primer yang
melibatkan jalur neuronal saja tetapi juga sel Schwan, sel satelit pada GRD, komponen
imunitas perifer, mikroglia dan astrosit medula spinalis (Scholz & Woolf, 2007).
Sel mast juga mengalami aktivasi pada saat inflamasi. Sel mast berasal dari sel
mast berdiferensiasi menjadi sel mast dewasa dan dapat bertahan lama, mengalami
degranulasi, regranulasi, dan dapat berproliferasi apabila mendapat sinyal yang tepat.
Sel mast memiliki reseptor untuk IgG dan IgE pada permukaan selnya dan
memungkinkan sel mast menjadi tersensitisasi saat berikatan dengan antigen yang
CTS karena strain, overuse, dan pekerjaan yang berulang-ulang pada pergelangan
tangan yang menyebabkan terjadinya kompresi atau penekanan pada saraf medianus
sehingga perjalanan saraf ke jari I-IV terhambat. Sedangkan pada teori micro-vascular
insufficiency berpendapat bahwa berkurangnya asupan darah yang terdiri dari oksigen
dan nutrisi untuk saraf menyebabkan kemampuan transmisi impuls saraf menurun.
Kongesti yang terjadi akan mengganggu nutrisi intrafasikuler lalu diikuti oleh anoksia
yang akan merusak jaringan endotel. Kerusakan endotel ini akan mengakibatkan
kebocoran protein sehingga terjadi edema epineural. Karakteristik yang akan dirasakan
adalah tingling, numbness, dan acute pain. Apabila kondisi ini terus berlanjut akan
terjadi fibrosis epineural yang merusak serabut saraf, akibatnya saraf menjadi atrofi dan
digantikan oleh jaringan ikat yang mengakibatkan fungsi nervus medianus terganggu
secara menyeluruh.
tekanan pada carpal tunnel yang menimbulkan kelemahan otot dan berkurangnya
sensibilitas karena konduktivitas saraf yang terganggu, selain itu juga terasa nyeri dan
parestesia. Teori terakhir yaitu vibration theories, menyebutkan gejala CTS dapat
menghasilkan efek jangka panjang akibat penggunaaan alat yang menimbulkan vibrasi
Carpal tunnel syndrome dapat muncul dengan berbagai gejala dan tanda. Wanita
lebih sering terkena dibanding pria. Walaupun biasanya bilateral, tangan yang dominan
biasanya lebih berat terkena, terutama pada kasus-kasus idiopatik (Preston 2002). Gejala
awal biasanya berupa pharastesia, tebal (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari 1-3 dan setengah sisi radial jari 4 sesuai dengan distribusi
jari (Rambe, 2004). Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya agak
meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila
penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (15). Apabila tidak segera ditagani
dengan baik maka jari-jari menjadi kurang terampil misalnya saat memungut benda-
benda kecil. Kelemahan pada tangan juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya
kesulitan yang penderita sewaktu menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai
atrofi otot-otot thenar (oppones pollicis dan abductor pollicis brevis).dan otot-otot
G. PROGNOSIS
Prognosis sindroma ini baik dan hilang dalam beberapa bulan apabila diberikan
terapi yang tepat dan edukasi yang baik serta manifestasi hanya pada gangguan sensoris
tanpa disertai gangguan motorik (Rambe, 2004). Kesembuhan yang paling cepatt
dirasakan adalah hilangnya rasa nyeri yang kemudian diikuti dengan perbaikan
sensorik. Sekalipun prognosa CTS dengan terapi konservatif maupun operatif cukup
Melihat gambaran tersebut maka CTS problematik yang akan muncul adalah:
1. Impairment
dengan aktivitas fungsional dasar. Dalam kasus Carpal Tunnel Syndrome, impairment
berupa: (1) nyeri, (2) keterbatasan lingkup gerak sendi, (3) penurunan kekuatan otot, (4)
2. Functional Limitation
Functional limitation merupakan suatu problem yang berupa penurunan atau
impairment. Functional limitation pada kasus CTS antara lain kesulitan dalam
3. Disability
aktivitas fungsionalnya yang berhubungan dengan individu lain atau masyarakat sosial
dalam melakukan komunikasi. Hal ini terjadi karena adanya gabungan gangguan dari
carpal tunnel syndrome yang dilakukan dengan menggunakan tangan juga pasti akan
terganggu, misalnya memegang sapu, mencuci perabot rumah tangga dan pakaian, dan
I. TEKNOLOGI INTERVENSI
1. Ultrasound (US)
tinggi. Frekuensi yang dimiliki US yaitu lebih dari 20KHz, akan tetapi yang digunakan
untuk terapi antara 0,75-3 MHz. Semakin tinggi frekuensi yang ditentukan maka
mencegah terjadinya penggelembungan gas pada deep tissue (Draper dan Prentice,
2002). Gelombang masuk secara konvergen dengan heating effect yang prenetrasinya
pada jaringan lebih dalam, menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah yang diikuti
dengan peningkatan oksigen untuk perbaikan jaringan yang rusak. Sehingga US dapat
mempercepat healing process pada jaringan yang rusak (Ono dkk, 2010).
biofisikal pada jaringan. Terapi yang dilakukan dapat menstimulasi regenerasi saraf dan
konduksi saraf dengan adanya efek anti-inflamatori dari US sehinggga dapat membantu
Sel yang paling berperan dari semua proses ini adalah sel makrofag, yang
tensile strengh luka dan mengisi jaringan luka kembali ke bentuk semula, kemudian
diikuti oleh sel-sel keratinosit kulit untuk membelah diri dan bermigrasi membentuk
reepitelialisasi dan menutupi area luka (Faten Khorshid, 2010). Keseimbangan antara
sintesis dan degradasi jaringan membentuk suatu proses penyembuhan luka normal
yang terdiri dari even terpisah yang saling berhubungan termasuk mikrosirkulasi
transportasi oksigen, respon imun dan inflamasi, perubahan metabolisme dan sistem
jenis sel (fibroblast, netrofil, makrofag dan sebagainya), interselular messenger (sitokin,
hormon, growth factor dan sebagainya), produk buatan (kolagen, proteoglikan dan
sebagainya) dan enzim (MMP dan matriks metalloproteinase). Suatu luka dikatakan
sembuh secara sempurna jika luka telah kembali ke struktur anatomi jaringan, fungsi
jaringan, dan penampakan secara normal dalam periode waktu yang sesuai (T Velnar,
2009)
timbul karena bentuk gelombang yang terdiri dari rapatan dan renggangan
saraf bermielin tipis sehingga dapat merasakan nyeri. Terangsangnya serabut tipis
yang rusak akan terjadi melalui reaksi dari zat anti-infalmatori (Drapper dan Prentice,
2002). Setelah terjadi perusakan jaringan, secara otomatis akan terjadi perbaikan
melalui non thermal effect yang dihasilkan dari US. Sehingga penggunaan US untuk
terapi cukup sekali selanjutnya tidak perlu menggunakan US lagi, karena jaringan yang
Segera setelah kavitas cedera terisi oleh jaringan granulasi dan proses
reepitelialisasi usai, fase ini pun segera dimulai. Pada fase ini terjadi kontraksi dari
cedera dan remodeling kolagen. Kontraksi cedera terjadi akibat aktivitas fibroblas yang
berkontraksi. Matriks intraselular akan mengalami maturasi dan asam hyaluronat dan
fibronektin akan di degradasi (T Velnar, 2009). Pada fase ini terjadi keseimbangan
antara proses sintesis dan degradasi kolagen serta matriks ekstraseluler. Kolagen yang
berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenasedan kemudian diserap. Sisanya akan
mengerut sesuai tegangan yang ada. Saat kadar produksi dan degradasi kolagen
mencapai keseimbangan, maka mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka.
Kekuatan akhir yang dicapai tergantung pada lokasi terjadinya cedera dan durasi lama
Banyak manfaat yang dihasilkan dari terapi US baik thermal effect maupun non
kolagen, aliran darah, kecepatan saraf sensorik dan motorik serta aktivitas enzim. Selain
itu dapat mengurangi spasme, kaku sendi, inflamasi dan nyeri. Sedangkan non thermal
effect dapat mengurangi bengkak melalui peningkatan membran sel dan permeabilitas
dinding pembuluh darah, peningkatan aliran darah, sintesis protein dan regenerasi
jaringan yang selanjutnya menuju healing process. Dosis terapi US yang dipilih
disesuaikan dengan kondisi masing-masing individu dan kasus yang dialami penderita.
Pada dosis US dengan frekuensi 1Mhz, intensitas 1,0 W/cm2 dan waktu terapi 5 menit
selama dua kali seminggu terapi dapat meningkatakan kemampuan fungsional dan
penurunan keluhan yang diderita pada kondisi CTS (Chang dkk., 2014).
peregangan dan perapatan dengan frekuensi yang sama sehingga akan terjadi variasi
tekanan didalam jaringan. Variasi tekanan dari efek mekanik ini disebut dengan micro
2002).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
nervus medianus pada terowongan carpal dengan derajat penekanan yang bervariasi dari
ringan sampai berat. Munculnya keadaan tersebut disebabkan oleh adanya berbagai
kondisi komplek, artinya syndroma ini jarang muncul sendiri tanpa adanya kondisi lain
sebagai pencetus Carpal Tunnel Syndrome sendiri mempunyai gejala dan tanda klinis
yang beragam tergantung derajat kerusakan nervus medianus yang tertekan. Fisioterapi
merupakan salah satu pilihan terapi dari sekian banyak terapi yang bisa diberikan pada
kondisi ini. Prinsip dasar dari pemberian fisioterapi adalah untuk menyelesaikan
masalah yang muncul dari titik terendah bahkan sampai menghilang permasalahan.
B. SARAN
membutuhkan penanganan yang lebih serius. Tidak semua kondisi tersebut dapat
dipengaruhi dengan interfensi fisioterapi tetapi dengan adanya kerja sama dengan
tenaga kesehatan lain merupakan solusi yang tepat guna menyelesaikan permasalahan
yang kompleks tersebut. Proses identifikasi dan interprestasi masalah dilakukan dengan
baik sehingga bisa diberikan intervensi yang sesuai dengan permasalahan yang ada
untuk itu, proses fisioterapi harus dilakukan dengan baik sehingga tujuan akhir dari
fisioterapi yang dilakukan dapat tercapai dengan modalitas efektif dan edukasi yang
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/e3b51ebdf3e21cfe387dc6b6a2590894.pdf
Huldani, 2013. Carpal Tunnel Syndrome. Banjarmasin.
Ibrahim I, Bytyqi C, Mustafa A, 2012. Diagnosa dan treadment Carpal Tunnel
Syndrome. Jakarta: TIM.
Jhonathan G, 2007. Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: EMS.
Kisner, Corolyn and Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundatin and
Techniques. 5th ed. Philadelphia: F.A Davis Company.
Laillya N, 2010. Sindroma Terowongan Karpal dalam Neurology in Daily Practice
bagian ilmu penyakit saraf. Bandung.
Putz, R and Pabts R. 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobotta Kepala, Leher, Extremitas
Atas. Edisi 21. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Rambe, A.S., 2004. Syndroma Terowongan Karpal (Carpal Tunnel Syndrome); Diakses
tanggal 09/04/14, dari http://repository.usu.ac.id/
Roberts D, 2009. Carpal Tunnel Syndrome. Diakses tanggal 11/04/14 dari
http://davidrobertsphysio.co.uk/
Sujatno dkk., 2003. Sumber Fisis. Politeknik Kesehatan Surakarta. Surakarta.
Syaifuddin, 2010. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta: Salemba Medika.