Anda di halaman 1dari 15

Nama : NIA UTAMA

NIM : 142012018072
Prodi : S1 Ilmu Keperawatan
Kelas : 4b
Tugas : Keperawatan anak (Rangkuman)

KONSEP DASAR PEMBERIAN OBAT

Obat  merupakan sejenis substansi yang digunakan dalam proses diagnosis, pengobatan,
penyembuhan dan perbaikan maupun pencegahan terhadap gangguan kesehatan tubuh.
Pemberian obat bertujuan untuk menghilangkan rasa nyeri yang dialami oleh pasien.
Selain itu, obat topikal pada kulit memiliki efek yang lokal, mengusahakan agar efek
samping yang terjadi minimal dan menyembuhkan penyakit yang diderita oleh klien.

Prosedur pemberian obat harus melalui dokter, karena dokter merupakan penanggung
jawab utama dalam pemberian resep obat bagi masing-masing pasien yang dirawat di
rumah sakit. Selanjutnya apoteker memberikan obat yang sesuai dengan resep dokter.
Cara yang dilakukan dalam pemberian obat harus sesuai dengan prosedur dan
tergantung pada keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat obat,
dan tempat kerja obat yang diinginkan serta pengawasan terkait efek obat dan sesuai
dengan SOP rumah sakit.

Adapun  Cara pemberian obat didasarkan pada bentuk obat, efek  yang diinginkan baik
fisik maupun mental, diantaranya sebagai berikut:

a. Oral: merupakan cara paling mudah dan paling sering digunakan. Obat yang
digunakan biasanya memiliki onset yang lama dan efek yang lama.
b. Parenteral: merupakan pemberian obat melalui jaringan tubuh. Pemberian obat
parenteral, merupakan pilihan jika pemberian obat dari mulut merupakan ktrak
indikasi.

c. Topical: Obat diberikan pada kulit atau mukosa. Obat-obat yang diberikan
biasanya memiliki efek lokal, obat dapat di oleskan pada area yang diobati. Efek
sistematik dapat timbul jika kulit klien tipis.

d. Inhalasi: Jalan nafas memberikan tempat yang luas untuk absorsi obat, obat
diinhalasi melalui mulut atau pun hidung.

Dalam pemberian obat terdapat prinsip-prinsip yang harus dipenuhi diantaranya:

• Tepat obat

Sebelum mempersiapkan obat ke tempatnya petugas medis harus


memperhatikan kebenaran obat sebanyak tiga kali, yakni: ketika memindahkan
obat dari tempat penyimpanan obat, saat obat diprogramkan, dan saat
mengembalikan obat ke tempat penyimpanan.

• Tepat dosis

Untuk menghindari kesalahan dalam pemberian obat, maka penentuan dosis


harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus
dilengkapi alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah
tablet, dan lain-lain. Dengan demikian, penghitungan dosis benar untuk
diberikan ke pasien.

• Tepat pasien

Obat yang akan diberikan hendaknya  benar pada pasien yang diprogramkan.
Hal ini dilakukan dengan mengidentifikasikan identitas kebenaran obat, yaitu
mencocokkan nama, nomor registrasi, alamat, dan program pengobatan pada
pasien.
• Tepat jalur pemberian

Kesalahan rute pada pemberian dapat menimbulkan efek sistemik yang fatal
pada pasien. Untuk itu, cara pemberiannya adalah dengan melihat cara
pemberian/ jalur obat pada label yang ada sebelum memberikannya ke pasien.

• Tepat waktu

Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengan waktu yang diprogramkan


karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari
obat.

• Benar petugas

Perawat sebagai orang yang bekerja di ruang keperawatan harus sesuai dengan
perannya. Tujuannya untuk memastikan obat yang diberikan oleh petugas yang
memiliki tanggung jawab dan peran terhadap pasien.

• Benar Dokumentasi

Setelah pemberian obat perawat harus mencatat tindakan yang telah diberikan
segera setelah tindakan dengan mencatat nama klien, nama obat dan alergi, dosis
obat, jalur obat, serta waktu pemberian obat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian obat diantaranya tingkat pengetahuan


perawat, tingkat pendidikan, dan motivasi kerja. Berikut penjabaran mengenai beberapa
hal yang bersifat klinis:

 Farmakologi klinis, merupakan ilmu yang mempelajari efek obat terhadap


proses kehidupan.
 Farmakognosi, merupakan ilmu yang mempelajari sumber-sumber obat, misal
dari tumbuhan, mineral, hewan, dan lain sebagainya.
 Aksi obat, merupakan kemampuan obat dalam bekerja.
 Waktu paruh, merupakan interval waktu yang dibutuhkan untuk proses eliminasi
tubuh untuk mengurangi konsentrasi di dalam tubuh separuhnya.
Farmakokinetik, merupakan suatu proses yang mencakup bagaimana kerja di
dalam tubuh mulai dari proses absorbsi hingga ekskresi.
Proses-proses dalam farmakokinetik adalah sebagai berikut:

1. Absorbsi, yaitu proses penyerapan obat dari tempat pemberian, menyangkut


kelengkapan.
2. Distribusi, setelah dilakukan absorbs, obat akan didistribusikan keseluruh tubuh
melalui sirkulasi darah, misal transportasi obat dari tempat absorsi ke tempat
aksi (target organ).
3. Biotransformasi : Proses perubahan struktur obat yang terjadi dalam tubuh dan
dikatalis oleh enzim. Contohnya, molekul obat diubah menjadi lebih lebih
mudah larut dalam air dan kurang larut dalam lemak. Sehingga lebih mudah
diekskresi melalui ginjal
4. Ekskresi : proses dikeluarkannya obat dari tubuh melalui berbagai organ eksresi
dalam bentuk metabolit hasil biotransformasi, contohnya obat atau metabolit
polar diekskresi lebih cepat dari pada obat larut lemak. Organ ekskresi yaitu
ginjal, paru-paru, dan kulit.

Dalam menggunakan obat ada efek-efek yang ditimbulkan diantaranya:

1. Efek terapeutik, yaitu efek yang diinginkan atau efek utama, misalnya morfin
sulphat akan menyebabkan analgesia dan diazepam akan,mengurangi
kecemasan.
2. Efek samping, yaitu efek sekunder atau efek yang tidak diinginkan, dapat
diprediksi. Contohnya saat mengonsumsi digitalis maka meningkatkan kontraksi
miokard dan dapat menyebabkan mual dan muntah.
3. Toksisitas, yaitu obat yang bersifat merusak yang disebabkan oleh overdosis,
obat eksternal yang ditelan, hingga gangguan metabolisme sepeti gangguan
hepar dan gangguan ginjal.
4. Alergi, yaitu reaksi imunologi terhadap obat pada orang yang sudah pernah
kontak dengan obat tersebut sebelumnya. Contohnya alergi terhadap penisilin.
5. Toleransi Obat, terjadi pada orang yang respon fisiologi terhadap obat rendah
dan membutuhkan peningkatan dosis untuk mempertahankan efek terapeutik.
6. Interaksi Obat, terjadi pada pemberian obat sebelum, bersamaan atau sesudah
obat lain merubah efek satu obat atau keduanya.

Berikut ini merupakan rumus menghitung dosisi obat yang dikemukakan oleh Freed

Contoh 1:

Anak usia 6 bulan, mengalami demam tinggi, untuk menurunkan panas anak tersebut
mendapatkan resep obat paracetamol, berapa dosisi yang diberikan untuk akan tersebut

Jawab:

Dd (dosis dewasa) paracetamol : 500 mg

Contoh 2:
Cara perhitungan sebagai berikut:

Pasien A mendapatkan antibiotik ceftriaxone 250 mg, obat yang tersedia dalam 1 vial
ceftriaxone berisi 1 gram = 1000 mg yang diuplos aquades 10cc. berapa jumlah yang
diberikan?

a. Intra cutan (IC) 10-20 o

• Injeksi atau suntikan intracutan (IC) adalah suatu cara untuk memasukkan obat
atau cairan kedalam lapisan dermal kulit tepat dibawah epidermis dengan
menggunakan syrine atau spuit. Biasanya hanya sejumlah kecil larutan yang
digunakan (contoh 0,1 ml).Metode pemberian ini sering kali digunakan untuk uji
alergi dan penapisan tuberkulosis.

• Injeksi intracutan biasanya dilakukan pada daerah  lengan bawah bagian dalam,
dada atas dan punggung di bawah skapula. Lengan kiri umumnya digunakan
untuk penapisan TBC dan lengan kanan digunakan untuk semua pemeriksaan
lain. Lokasi: disuntikkan pada kulit yang aliran darahnya tidak banyak sehingga
obat dapat bisa diserap perlahan.

b. Sub cutan (SC) 45 o

• Injeksi subkutan adalah suatu cara yang dilakukan untuk memasukan sejumlah
cairan kelapisan lemak yang berada tepat dibawah kulit dengan menggunakan
syringe atau spuit.

• Pelepasan obat ke sistem tubuh berlangsung lebih lambat dan bertahap dengan
injeksi subkutan daripada dengan injeksi intravena,

• Injeksi subkutan sering kali digunakan untuk menyuntikkan berbagai vaksin


maupun obat (contohnya, pada kasus diabetes tipe I, insulin sering kali
disuntikkan dengan injeksi jenis ini).
• Injeksi atau suntik subcutan (SC) biasanya dilakukan di 1/3 lengan atas bagian
luar, paha anterior, daerah abdomen: area scapula pada punggung atas, daerah
ventrogluteal bagian atas, dan dorsogluteal bagian atas.

c. Intra muskular (IM) 90 o

• Injeksi atau suntikan intramuscular (IM) adalah suatu cara yang dilakukan untuk
memasukkan obat atau sejumlah cairan langsung kedalam otot (muskulus)
dengan menggunakan syringe atau spuit.

• Injeksi  dengan cara ini dilakukan pada bagian tubuh yang berotot besar, agar
tidak ada kemungkinan untuk menusuk saraf, misalnya pada bokong dan Paha
bagian atas atau pada lengan bagian atas. Injeksi jenis ini memungkinkan obat
akan dilepas secara berkala dalam bentuk depot obat.

• Injeksi atau suntik intramuskular (IM) biasanya dilakukan Pada daerah paha
(vastus lateralis),  Pada daerah dorsogluteal dan Pada daerah deltoid (lengan
atas).

d. Intra Vena (IV)

 Injeksi atau suntik intravena Adalah suatu cara yang dilakukan untuk
memasukan sejumlah cairan kedalam sistem peredaran darah melalui pembuluh
darah vena dengan dengan menggunakan syringe atau spuit.

 Injeksi atau suntik intravena (IV) biasanya dilakukan di pembuluh darah vena
yang tedapat pada daerah Lengan (vena basilica dan vena sefalica),Pada tungkai
(vena safena),pada leher (vena jungularis), dan pada kepala (vena frontalis atau
vena temporalis).

 Injeksi intravena (IV) memiliki kelebihan antara lain:

1. Dapat digunakan untuk pasien tidak sadar


2. Obat dapat bekerja dengan cepat
3. Obat dapat terabsorbsi dengan sempurna
4. Tidak mengiritasi lambung.
Pemberian Dosis Obat

Dosis obat merupakan faktor penting, karena baik kekurangan atau kelebihan dosis akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan, bahkan sering membahayakan. Macam-
macam dosis obat sebagai berikut:

• Dosis Maksimum ( DM ) adalah dosis / takaran maksimum / terbanyak yang


dapat diberikan (berefek terapi) tanpa menimbulkan bahaya.

• Dosis lazim ( DL ) adalah dosis yang tercantum dalam literatur merupakan dosis
yang lazimnya dapat menyembuhkan.

• Dosis toksik adalah takaran obat dalam keadaan biasa yang dapat menyebabkan
keracunan pada penderita.

• Dosis Letalis adalah takaran obat yang dalam keadaan biasa dapat menyebabkan
kematian pada penderita, dosis letalis terdiri dari:

 LD 50: takaran yang menyebabkan kematian pada 50% hewan percobaan.


 LD : takaran yang menyebabkan kematian pada 100% hewan
100

percobaan.

Adapun cara menghitung dosis untuk anak-anak adalah sebagai berikut:

Cara menghitung dosis untuk anak-anak :

1. Berdasarkan umur

a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)

b. Rumus dilling (untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)


c. Rumus Fried  (untuk bayi)

*umur dalam tahun

2. Berdasarkan berat badan

Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan
kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila
memungkinkan hitung dosis melalui berat badan.

a) Rumus Thermich

* n, dalam kg

CARA-CARA PEMBERIAN OBAT

a. Melalui mulut
Menyiapkan dan memberiakn obat-obat untuk pasien, yang diberikan melalui
mulut dan ditelan. Tujuannya adalah menyediakan obat yang memiliki efek
lokal atau sistemik melalui saluran gastrointestinal , menghindari pemberian
obat yang dapat menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan, dan menghindari
obat yang dapat menyebabkan nyeri.

Bentuk dan macam obat yang diberikan melalui mulut sangat beragam
diantaranya yaitu:
a. Cair : yaitu : larutan , misalnya: OBH, sol, charcot, Sanadril,
Terapen, dan Ponstan. Suspensi, misalnya: Mylanta, Choramphenicol
syrup, dan amoxicillin. Emulsi, misalnya: Scott’s Emulsion,
Dupkalac, Castrol oil.
b. Padat, yaitu berupa tepung misal : Asam puyer, bintang tujuh puyer,
cap macan puyer, dan sebagainya.
c. Tablet/pil, contoh: Antalgin, Vit B, Papaverin, dan sebagainya.
d. Kapsul, contoh: Ampicilin, Tetracyclin, Chloramphenicol, dan
sebagainya.

PROSEDUR PELAKSANAAN

A. Tablet atau kapsul


a. Tuangkan tablet atau kapsul dengan takaran sesuai dengan kebutuhan ke
dalam mangkuk sekali pakai tanpa menyentuh obat.
b. Gunakan alat pemotong tablet (jika perlu) untuk membagi obat sesuai
dengan dosis yang di perlukan. Buangbagian tablet yang tidak digunakan
atau sesuai dengan kebijakan institusi masig-masing.
c. Jika klien mengalami kesulitan untuk menelan, gerus obat menjadi
bubuk dengan menggunakan martil dan lumpang penggerus. Setelah itu
campurkan dengan menggunakan air atau makanan. Cek dengan bagian
farmasi sebelum menggerus obat. Beberapa obat tidak boleh digerus
karena dapat mempengaruhi daya kerjanya.

B. Obat dalam bentuk cair


a. Putar/bolak-balik obat agar tercampur rata sebelum dituangkan. Buang obat
jika telah berubah warna atau menjadi lebih keruh.
b. Buka penutup botol dan letakkan menghadap keatas. Menghindari
kontaminasi pada tutup botol bagian dalam.
c. Pegang botol obat sehingga sisi labelnya akan berada pada telapak tangan
anda kemudian tuangkan obat jauh dari label. Mencegah label menjadi rusak
akibat tumpahan cairan obat sehingga label tidak dapat dibaca dengan tepat.
C. Pemberian obat pada bayi dan anak-anak
a. Pilih sarana yang tepat untuk mengukur dan memberikan obat kepada bayi
dan anak-anak. (mangkuk plastik sekali pakai, pipet tetes, sendok, spuit
plastik tanpa jarum atau spuit tuberculin).
b. Cairkan obat oral dengan sedikit air. Agar mudah ditelan. Jika menggunakan
air yang banyak, anak mungkin akan menolak untuk meminum seluruh obat
yang diberikan dan meminum hanya sebagian.
c. Gerus obat yang berbentuk padat/tablet dan campurkan dengan zat lain yang
dapat mengubah rasa pahit, misalnya madu, pemanas buatan.
d. Posisikan bayi setengah duduk dan berikan obat pelan-pelan. Mencegah
aspirasi
e. Jika menggunakan spuit, letakkan spuit sepanjang sisi lidah bayi. Posisi ini
mencegah gagging (refleks muntah) dan pengeluaran kembali obat yang
diberikan.
f. Dapatkan informasi yang bermanfaat dari orang tua asuh anak bagaimana
memberikan obat yang paling baik pada anak yang bersangkutan.
g. Jika anak tidak kooperatif selama pemberian obat, lakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
 Letakkan anak di pangkuan anda dengan tangan kanan dibelakang tubuh
anda.
 Pegang erat tangan kiri anak dengan tangan kiri anda
 Amankan kepala anak dengan lengan kiri dan tubuh anda
h. Setelah obat di minum. Ikuti dengan memberikan minum air atau minuman
lain yang dapat menghilangkan rasa obat yang tersisa.
i. Lakukan hygiene oral setelah anak-anak minum obat disertai pemanas.
Pemanis yang tersisa di mulut dapat menyebabkan anak beresiko tinggi
mengalami karies dentis.
PEMBERAN OBAT SECARA SUBLINGUAL

Pemberian obat dengan cara meletakkannya di lidah sampai habis diabsorsi ke dalam
pembuluh darah. Tujuan pemberian obat secara sublingual yaitu, memperoleh efek lokal
dan sistemik, memperoleh aksi kerja obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral,
dan menghindari kerusakan obat oleh hepar.

Secara umum persiapan dan langkah-langkah pemberian obat sama dengan pemberian
obat secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan untuk
meletakkan obat dibawah lidah, obat tidak boleh ditelan dan dibiarkan berada di bawah
lidah sampai habis di absorbsi seluruhnya.Obat yang biasa diberikan secara sublingual
adalah nitrogliserin. Suatu obat vasidolator yang digunakan pada penyakit jantung
angina pectoris.

PEMBERIAN OBAT SECARA BUKAL

Pemberian obat dengan cara meletakkannya di antara gusi dengan membrane mukosa
pipi. Tujuannya adalah memperoleh efek lokal dan sistemik, memperoleh aksi kerja
obat yang lebih cepat dibandingkan secara oral, dan menghindari kerusakan obat oleh
hepar. Secara umum persiapan dan langkah-langkahnya sama dengan pemberian obat
secara oral. Hal yang perlu diperhatikan adalah klien perlu diberi penjelasan untuk
meletakkan di antara gusi dan membrane mukosa pipi sampai habis di absorbsi
seluruhnya.

JENIS DAN GOLONGAN OBAT

A. Golongan Obat Bebas Terbatas

Obat bebas merupakan obat yang tingkat keamanannya sudah terbukti tidak
membahayakan. Obat ini diberikan tanda atau logo lingkaran hitam mengelilingi
lingkaran berwarna hijau.Obat ini dapat dibeli tanpa resep dari dokter dan dapat
dijual di apotek maupun toko obat, misalnya Antasida DOEN, Parasetamol,
Calcium Lactate, dll. Dalam istilah lain untuk obat bebas adalah obat Over The
Counter (OTC).
B. Golongan Obat Terbatas

Obat bebas terbatas ialah obat keras yang dapat diberikan dalam jumlah terbatas,
baik dosis maupun jumlah unit sediaannya. Misalnya tablet diberikan dalam
jumlah 4 tablet. Obat bebas dalam jumlah tertentu masih bisa dibeli di apotek,
tanpa resep dokter. Obat ini diberikan bersama dengan peringatan obat tertulis.
Peringatan obat tertulis tersebut dituliskan dalam bentuk tulisan putih dengan
latar belakang hitam yang berisi :

• P.NO.1 Awas obat keras : Bacalah aturan pakai !

• P.NO.2 Awas obat keras : Hanya untuk dikumur, jangan ditelan !

• P.NO.3 Awas obat keras : Hanya bagian luar dalam !

• P.NO.4 Awas obat keras : Hanya untuk dibakar !

• P.NO.5 Awas obat keras : Tidak boleh ditelan!


• P.NO.6 Awas obat keras : Obat wasir, jangan ditelan !

C. Golongan Obat Keras

Obat keras adalah obat yang termasuk dalam daftar obat yng hanya boleh
disertakan oleh apoteker atau dokter. Apoteker hanya menyerahkan obat keras
tersebut hanya berdasarkan permintaan (resep) dari dokter. Dokter hanya
menyerahkan obat jika obat diperoleh dari apotek. Pengecualian diberlakukan
menurut Permenkes, beberapa kelompok obat keras yang dapat diserahkan oleh
Apoteker tanpa resep dokter misalnya obat untuk kontrasepsi oral berupa
hormon, obat saluran cerna seperti papaverin dan diazepam, obat saluran nafas
seperti aminofilin dan salbutamol, dan kelompok lainnya. Obat keras yg
memerlukan penawaran khusus, termasuk dalam kelompok obat “psikotropika”.

Obat Narkotika bersifat adiksi & penggunaannya diawasi dengan sangat ketat,


sehingga obat golongan narkotika hanya dapat diperoleh di Apotek  dengan
menggunakan  resep dokter yang asli (bukan coppy resep). Beberapa contoh dari
obat narkotik diantaranya: Morfin, Heroin, Coca, Codein, Methadone, Cannabis/
marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran, obat-obat narkotika biasa digunakan
sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat penghilang rasa sakit.

D. Golongan obat narkotika

adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semisintetis, yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, kehilangan rasa, rangsangan semangat , halusinasi,  mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dapat menimbulkan ketergantungan. Peredaran
produk jadi obat narkotika dikemas dalam wadah kemasan yg diberi bulatan
berwarna hitam mengelilingi palang merah dengan dasar putih. Bebeerapa contoh
dari obat narkotik diantaranya: Morfin, Heroin, Coca,
Codein, Methadone, Cannabis/ marijuana/ganja. Dalam bidang kedokteran, obat-
obat narkotika biasa digunakan sebagai anestesi/obat bius dan analgetika/obat
penghilang rasa sakit.

Faktor yg mempengaruhi kerja otak

 Perbedaan Genetik
 Susunan genetik mempengaruhi biotransformasi obat. Pola metabolik dalam
keluarga seringkali sama ➡️Alergi
 Variabel Fisiologi
 Jenis Kelamin
 Umur
 Status gizi➡️protein dan enzim
 Kondisi Lingkungan
 Stres dan emosi ➡️hormonal
 Suhu
 Kondisi Ruangan,dll
 Faktor Psikologis ➡️persepsi
 Diet 

Anda mungkin juga menyukai