Anda di halaman 1dari 14

STUDI KASUS PROSTODONSIA

INSTRUMENTASI II

Kelompok 4

Tunjung K 08921

Istiyanti Hapsari 08922

Nova Arini 08923

Heni Diyan P 08925

Wisnu Kristianto P 08928

R. Rr. Idkhadita M 08936

Tika Gustriani 08941

Meliana Aji Lestari 08942

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2013
A. PENDAHULUAN
Di seluruh dunia jumlah populasi lansia bertambah dengan cepat. Selama kira-
kira 30 tahun terakhir jumlah lansia meningkat dramatis. Seluruh kelompok lansia
bertambah 75%, sedangkan lansia yang berusia 80 tahun keatas bertambah 134%.
Antara sekarang dan akhir abad, populasi lansia diperkirakan akan meningkat 35%
pada negara industri dan 75% pada negara berkembang. Pada lansia terjadi kasus
kehilangan gigi yang tinggi dikarenakan penyakit karies pada masa muda hingga
tuanya yang menyebabkan dilakukan tindakan pencabutan, maupun kehilangan gigi
akibat penyakit periodontal yang disebabkan oleh penyakit sistemik seperti Diabetes
Melitus yang diderita oleh sebagian besar lansia (Basker dkk, 1996).

Lansia tersebut dapat mengalami kehilangan gigi sebagian ataupun kehilangan


gigi seluruhnya yang disebut dengan edentulous. Menurut Barnes dkk, 2006,
Edentulous adalah kondisi di mana tidak ada gigi, tanpa gigi asli dalam mulut, seperti
saat lahir atau setelah pencabutan semua gigi. Kehilangan gigi memberikan pengaruh
buruk terhadap konsumsi makanan lansia. Lansia tanpa gigi cenderung mengubah
pilihan makanannya, seperti mengkonsumsi makanan yang kurang serat, kurang
daging dan sedikit sayur dan buah. Hal tersebut tentu saja mengakibatkan
berkurangnya intake nutrisi terhadap lansia dan meningkatkan prevelensi peradangan
gastro intestinal (Basker dkk, 1996).

Selain mengakibatkan pengaruh buruk terhadap konsumsi makanan,


edentulous juga menimbulkan kondisi patologi yang tidak dirasakan pasien secara
langsung. Bagaimanapun juga, seiring berjalannya waktu, kondisi patologis seperti ini
dapat timbul dan menyebabkan perubahan yang merugikan pada jaringan tulang
residual, mukosa oral, sendi temporomandibula, otot-otot pengunyahan, dan sistem
persarafan (Alfred dkk, 1993).

Lansia dengan kondisi tersebut membutuhkan gigi tiruan untuk menggantikan


posisi dan fungsi gigi-geligi aslinya yang hilang. Selain memperbaiki fungsi
mastikasi, fungsi gigi tiruan yang lain adalah memulihkan fungsi estetika,
meningkatkan fungsi fonetik, serta mempertahankan jaringan mulut yang masih ada
agar tetap sehat (Haryanto, 1995).
Macam-macam gigi tiruan yaitu gigi tiruan lepasan (removable) dan gigi
tiruan cekat. Gigi tiruan lepasan dapat dipasang dan dilepas sendiri oleh pasien. Gigi
tiruan lepasan terdiri dari gigi tiruan lepasan sebagian dan gigi tiruan lepasan lengkap.
Sedangkan gigi tiruan cekat tidak dapat dilepas sendiri oleh pasien, hanya dapat
dilepas oleh dokter gigi. Gigi tiruan cekat ini ada dua macam yaitu crown dan implan
gigi. (Rahmadhan, 2010)

B. KASUS
Seorang lansia berusia 73 tahun datang ke klinik gigi ingin dibuatkan gigi
tiruan lengkap karena semua gigi aslinya telah tanggal. Namun, ukuran rahang lansia
tersebut sangat kecil sehingga sendok cetak tidak muat. Lansia tersebut memiliki
kondisi kesehatan sistemik yang normal. Sebagai perawat gigi, apa sajakah instrumen
yang perlu disiapkan?
Berdasarkan kasus tersebut, akan dibuat gigi tiruan penuh (full denture)
menggunakan custom tray.

C. PROSEDURE PEMBUATAN GIGI TIRUAN MENGGUNAKAN CUSTOM


TRAY EDENTULOUS
a. Pemeriksaan subjektif dan objektif
Setelah pasien datang, dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh terhadap
rongga mulut edentulous pasien menggunakan mirror, kemudian dilakukan
pengisian kartu status prostodonsia, kemudian menginformasikan kepada pasien
tentang diagnosis dan memberitahukan pada pasien tentang waktu kunjungan
yang akan dilakukan dan biaya perawatan. Setelah informasi ini diberikan dan
pasien setuju, pasien diminta menandatangani informed consent.
Alat yang disiapkan :
1. Rekam medis
2. Lembar informed consent

3. Mirror (Kaca Mulut)

4. Bengkok

b. Pencetakan model negatif


Sebelum dibuat sendok cetak perseorangan, terlebih dahulu dibuat model
negatif kondisi rongga mulut pasien.
Bahan dan alat yang disiapkan :
1. Gips stone
2. Alginat

3. Rubber bowl

4. Spatula laboratorium

5. Sendok cetak ukuran paling kecil

6. Wax, untuk modifikasi ukuran sendok cetak


7. Wax mess

c. Pembuatan sendok cetak perseorangan (Custom Tray)


Untuk membuat sendok cetak perseorangan berdasar model negatif yang
telah dibuat, biasanya digunakan shellac, sedangkan untuk bahan cetaknya
digunakan alginat.
Sendok cetak individual ini dibuat dari shellac yang dilunakkan dengan
cara dipanaskan di atas lampu spritus, lalu ditekan-tekan di atas model kerja
hingga bentuknya sesuai. Kelebihan shellac dipotong dengan menggunakan pisau
malam saat masih dalam keadaan lunak sesuai dengan batas yang telah digambar.
Selanjutnya dibuat pegangan dan lubang-lubang pada sendok cetak individual.
Lubang-lubang ini untuk mengalirkan bahan cetak yang berlebih sehingga
mengurangi tekanan sewaktu mencetak.
Alat dan bahan yang disiapkan :
1. Shellac
2. Bunsen burner
3. Wax mess

d. Mencobakan sendok cetak individual ke pasien


Sendok cetak perseorangan yang dibuat berdasarkan pada sebuah model
negatif relatif tidak akurat. Sehingga, ketika di pasangkan di dalam mulut terlihat
bahwa tepinya tidak benar-benar tepat sesuai dengan bentuk sulkus di semua
daerah. Kadang terlalu panjang ataupun terlalu pendek. Apabila terlalu panjang,
dapat diperbaiki dengan mengurangi tinggi sayap secukupnya. Apabila terlalu
pendek, dapat diperbaiki dengan menambahkan bahan pembentuk tepi pada
sendok cetak. Setiap penambahan pada sendok cetak harus diikuti dengan
pembentukan kembali tepinya dengan hati-hati.
Terdapat banyak sekali bahan untuk memperbaiki sendok cetak yang
kurang panjang. Bahan yang biasa digunakan adalah kompon batang berwarna
hijau. Kompon batang hijau mempunyai kelebihan dibandingkan bahan
pembentuk tepi yang lain, yaitu memungkinkan pembentukan tepi secara
bertahap sampai benar.
Alat dan bahan yang disiapkan :
1. Bunsen burner
2. Kompon batang hijau

e. Mencetak full denture edentulous


Setelah pembuatan custom tray selesai, kemudian membuat cetakan
replika rongga mulut negatif kembali menggunakan alginat. Setelah cetakan
alginat selesai dan telah dicetakkan pada rongga mulut pasien, kemudian dicor /
diisi menggunakan gips stone sehinngga diperoleh model positif catatan fisiologi.
Alat dan bahan yang disiapkan :
1. Rubber bowl

2. Spatula

3. Alginat
4. Aquades

5. Gips stone

f. Memotong atau merapikan protesa gigi sebelum dikirim ke laboratorium.


Sebelum dibawa ke laboratorium, model positif catatan fisiologi dipotong
atau dirapikan terlebih dahulu dengan menggunakan cast trimmer.
Alat yang disiapkan :
1. Cast trimmer
g. Menyerahkan model ke laboratorium
Setelah diperoleh cetakan akhir yang sesuai, kemudian cetakan akhir
dikirim ke laboratorium, dengan memperhatikan instruksi yang diberikan agar
gigi tiruan edentulous sesuai dengan pesanan.
h. Gigi tiruan telah selesai dibuat di laboratorium
Setelah gigi tiruan telah selesai dibuat di laboratorium dan dikembalikan ke
dokter gigi, maka akan dilakukan pengecekan artikulasinya kembali
menggunakan artikulator, sebelum di pakaikan ke rongga mulut pasien.
Alat yang disiapkan :
1. Artikulator

D. ALAT PERLINDUNGAN DIRI


Alat perlindungan diri yang digunakan perawat gigi antara lain :
1. Masker

2. Sarung tangan (gloves)


3. Kaca mata pelindung

4. Jas laboratorium

E. STERILISASI ALAT
Autoclave atau oven: mensterilisasi instrument yang telah dipakai.

F. EDUKASI
Edukasi kepada pasien yang dapat disampaikan adalah :
1. Pengendalian gigi tiruan
Setelah menggunakan gigi tiruan, pasien diberi penjelasan bahwa pasien harus
belajar membentuk pola gerak otot yang baru untuk mengendalikan gigi tiruan
tersebut. Dapat dijelaskan juga bahwa sesuai dengan penelitian, dilaporkan bahwa
kira-kira 60% orang yang menggunakan gigi tiruan membutuhkan waktu selama 1
minggu untuk makan dan berbicara dengan nyaman setelah gigi tiruan dipasang,
sementara 20% pengguna gigi tiruan yang lain membutuhkan waktu setidaknya 1
bulan.
2. Penampilan
Gigi tiruan yang baru memberikan perubahan yang nyata terhadap penampilan
pasien. Sangat penting untuk mengingatkan pasien bahwa perubahan tersebut
kemungkinan akan menimbulkan berbagai macam komentar, dan ada
kemungkinan bahwa pasien berfikir bahwa orang lain mengetahui pemakaian gigi
tiruannya. Hal tersebut dapat menyebabkan pasien kurang merasa nyaman
sehingga motivasi menggunakan gigi tiruannya berkurang. Pasien harus diberi
pengertian mengenai tujuan perawatan yang sebenarnya.
3. Sensasi awal
Pasien diberi pengertian bahwa akan ada perubahan mendadak yang mungkin
terlihat bila gigi tiruannya dipasang. Misalnya, beberapa orang pemakai gigi tiruan
pada awal pemakaiannya akan mengeluarkan air liur berlebihan, sehingga sulit
baginya untuk berbicara. Perawat gigi dapat menjelaskan bahwa air liur tersebut
biasanya akan mereda dalam beberapa jam dan bahwa sensasi aneh itu akan hilang
dalam beberapa hari.
4. Memakai gigi tiruan di malam hari
Idealnya, gigi tiruan dipakai di malam hari selama paling sedikit 10 hari pertama.
Stimulasi reseptor mekanis yang terus-menerus pada mukosa mulut dapat
mempercepat proses adaptasi. Setelah masa adaptasi selesai, pasien diinstruksikan
untuk melepas gigi tiruan pada malam hari. Hal tersebut dikarenakan pada saat
tidur, kontak gigi sering terjadi dan mukosa penyangga gigi tiruan mungkin akan
terluka. Selain itu, tertutupnya mukosa penyangga gigi tiruan sepanjang waktu
akan mempersulit aksi pembersihan mukosa oleh lidah dan self cleansing saliva
serta menambah lapisan plak pada gigi tiruan. Gigi tiruan yang dilepas pada
malam hari akan memberikan cukup waktu pada mukosa penyangga gigi tiruan
untuk relaksasi. Relaksasi mukosa sangat dibutuhkan, terutama untuk pasien yang
mukosanya tipis dan atrofi serta dengan kemampuan perbaikan jaringan yang
menurun. Pada malam hari, gigi tiruan perlu dilepas dan direndam di dalam air.
Hal tersebut agar gigi tiruan tetap dapat berfungsi maksimal, tidak rusak. Selain
itu, juga untuk memberi waktu kepada jaringan lunak rongga mulut sebagai
penopang gigi tiruan agar relaksasi.
5. Membersihkan gigi tiruan
Endapan seperti plak mikrobial, kalkulus dan sisa makanan pada gigi tiruan dapat
menyebabkan stomatitis, rasa tidak enak, bau tidak sedap, dan cepat rusaknya
bahan gigi tiruan. Karena itu, pembersihan gigi tiruan secara efektif sangat
penting bagi kesehatan mulut pasien maupun kesehatan umumnya. Bila
menggunakan gigi tiruan, pasien disarankan untuk menyikat gigi tiruannya secara
teratur dan hati-hati menggunakan sabun, air dan sikat nilon lembut yang cukup
kecil agar dapat mencapai semua daerah permukaan gigi tiruan. Perlu ditekankan
pentingnya pembersihan seluruh endapan, tidak hanya zat warna dan sisa
makanan yang tampak. Larutan disclosing solution dapat digunakan oleh pasien di
rumah sebagai indikator yang menunjukkan bahwa lapisan plak pada gigi tiruan
benar-benar telah dibersihkan. Disamping menyikat gigi tiruan, pasien dianjurkan
pula untuk merendam gigi tiruan menggunakan bahan pembersih yang dijual di
pasaran. Pembersihan dapat menghilangkan plak yang tertinggal pada bagian
permukaan gigi tiruan yang sulit untuk disikat. Waktu untuk membersihkan gigi
tiruan dapat dilakukan pada saat mandi.
6. Prosedur pemanggilan kembali
Setelah penggunaan gigi tiruan, perlu menekankan pada pasien bahwa kunjungan
berkala sesuai dengan keterangan dokter gigi sangat penting dilakukan untuk
menurunkan resiko kerusakan jaringan atau resorbsi tulang dan memastikan
bahwa gigi tiruan tersebut telah berfungsi secara efisien.

G. KESIMPULAN
Pembuatan gigi tiruan bukanlah suatu hal yang mudah. Untuk meminimalkan
terjadinya kesalahan saat gigitiruan telah di-packing, maka setiap tahapan harus
dilakukan dengan cermat pada saat gigitiruan masih dapat diperbaiki dengan lebih
mudah. Apabila sekiranya ada yang kurang sesuai dengan kemantapan gigitiruan,
harus segera diperbaiki. Instruksi penggunaan dan pemeliharaan gigi tiruan penting
diinformasikan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Geering Alfred.. Kundert Martin. Kelsey Charles. Complete denture and


overdenture prosthetics; 1993. New York: Thieme Medical Publisher, Inc. p. 3.
Barnes IE, Walls A. Perawatan gigi terpadu untuk lansia. Alih bahasa Cornella
Hutauruk. Jakarta: EGC; 2006. p.208-10, 215.
Basker, R. M. 1996. Perawatan Prostodontik bagi Pasien Tak Bergigi. (Alih
bahasa: Titi S. Soebekti, Hamzah Arsil). Jakarta : EGC
Rahmadhan, A. G. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune
Suryatenggara, F. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta
: Hipocrates

Anda mungkin juga menyukai