Anda di halaman 1dari 2

Kondisi Alienasi Pada Kaum Proletar dan Kapitalis

Konsep alienasi merupakan salah satu bagian dari gagasan sosialisme Marx yang
memikat berbagai kalangan, termasuk di antaranya dari kalangan pemikir Muslim sehingga
menyerukan untuk menggunakan Marxisme sebagai kerangka teoritis guna mencari solusi bagi
permasalahan umat dewasa ini. Pemikiran Marx dinilai memihak pada masyarakat kecil
tertindas dan relevan untuk menyadarkan masyarakat bahwa kemiskinan atau penindasan
bukan sebuah realitas deterministik melainkan disebabkan oleh sistem dan struktur
kapitalisme. Pemahaman tentang eksploitasi kaum kapitalis, perombakan sistem kapitalisme,
penghapusan hak milik pribadi hingga perjuangan kelas mewujudkan masyarakat tanpa kelas
sebagai bentuk pembebasan manusia dari keterasingan diri digulirkan. Sementara perangkat
teoritik dari akar tradisi dan sejarah Islam dianggap kurang relevan lagi untuk memecahkan
permasalahan kontemporer sehingga perlu untuk ditafsirkan ulang agar sesuai dengan situasi
masyarakat hari ini.
Dalam karya Marx muda yang sebelumnya tidak dipublikasikan ini, alienasi disajikan
sebagai fenomena yang melaluinya produk buruh mengonfrontasi si buruh ‘sebagai sesuatu
yang asing, sebagai kekuatan independen dari produsen’. Marx menyebutkan empat keadaan
dimana buruh teralienasi dalam masyarakat borjuis: 1) oleh hasil kerjanya, yang menjadi “objek
asing yang memiliki kekuasaan atas dirinya”; 2) terasing dari aktivitas kerjanya, dimana
aktivitasnya justru ‘ditujukan untuk melawan dirinya sendiri’, seolah-olah aktivitas kerja itu
‘bukan miliknya’; 3) terasing dari ‘dirinya sendiri sebagai manusia/man’s species-being”, yang
ditransformasukan menjadi ‘sesuatu yang keberadaannya asing baginya’; dan 4) oleh manusia
lain, dan dalam hubungannya dengan ‘kerja mereka dan objek kerja’. Bagi Marx, tidak seperti
Hegel, alienasi tidak menempel pada objektifikasi sebagaimana adanya melainkan dengan
fenomena tertentu dalam bentuk ekonomi yang aktual: yaitu, upah buruh dan transformasi
produk tenaga kerja menjadi objek yang berdiri bertentangan dengan produsernya. Sementara
Hegel menerangkan keterasingan sebagai manifestasi ontologis buruh, Marx menganggapnya
sebagai karakteristik dari epos sistem produksi tertentu: kapitalisme.
Pada bagian awal abad XX, sebagian besar penulis yang membahas keterasingan
menganggapnya sebagai aspek universal dari eksistensi manusia. Dalam Being and Time, Martin
Heidegger mendekatinya sebagai ‘modus eksistensial Mengada-di-dalam-dunia (Being-in-the-
world)‘, sebagai sebuah realitas yang membentuk bagian dari dimensi fundamental sejarah.
Setelah Perang Dunia II, alienasi menjadi tema yang berulang di bawah pengaruh
eksistensialisme Prancis, yang ditandai dengan menyebarnya ketidakpuasan manusia dalam
masyarakat, perpecahan antara individualitas manusia dan dunia pengalaman. Satu dekade
kemudian, istilah itu masuk dalam kosakata sosiologi Amerika Utara. Sosiologi arus utama
memperlakukan istilah alienasi ini sebagai masalah manusia individual, bukan hubungan sosial,
dan pencarian solusi berpusat pada kapasitas individu untuk menyesuaikan diri dengan tatanan
yang ada, bukan pada tindakan kolektif untuk mengubah masyarakat. Pergeseran besar
pendekatan ini pada akhirnya menolak analisis faktor-faktor sejarah-sosial (historical-social
factors). Sementara dalam tradisi Marxis konsep alienasi telah berkontribusi pada beberapa
kritisisme tajam terhadap cara produksi kapitalis, pelembagaannya dalam ranah sosiologi telah
mereduksinya menjadi sekadar fenomena ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri
dengan norma-norma sosial.
Marx percaya bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk kreatif, yaitu melalui
pekerjaannya, manusia mampu mentransformasikan kebutuhan material untuk membangun
kembali dunia material, dan bersamaan dengan itu, merealisasikan beberapa bagian dari
hakikat dirinya ke dalam hal-hal yang dikerjakannya itu atau ke dalam produk dari
pekerjaannya. Namun, dalam masyarakat kapitalis, Marx melihat bahwa sistem pembagian
kerja dan hak milik pribadi memiliki hak atas alat produksi dalam sistem kapitalisme telah
menyelewengkan hubungan sifat dasar manusia dari aktivitas kerjanya sehingga menyebabkan
manusia mengalami keterasingan.
Aktivitas kerja yang semestinya membawa kebahagiaan, karena merupakan sarana untuk
mengekspresikan esensi kemanusiaan, justru bagi banyak orang tidak lagi demikian, khususnya
para pekerja dalam sistem kapitalisme. Sistem produksi kapitalis menciptakan mekanisme
ekonomi pasar yang menghendaki kepemilikan pribadi atas seluruh sarana produksi oleh para
pemilik modal, mulai dari lahan, alat-alat produksi, harta kekayaan bahkan ketenagakerjaan,
sehingga kaum pekerja tidak lagi bekerja atas dasar ide dan kehendak diri melainkan karena
dipaksa atau terpaksa untuk memenuhi tuntutan para pemilik modal agar dapat bertahan
hidup. Selain itu, pembagian kerja juga menjadikan manusia kehilangan sarana untuk
mengungkapkan sifat dasarnya yang merupakan ungkapan keinginan, rencana, dan
kehendaknya dalam aktivitas produksi.Pekerjaan akhirnya membuat manusia mengalami
keterasingan diri, yaitu situasi di mana manusia kehilangan kendali atas hidupnya terutama
dalam proses bekerja sehingga mengambil sikap bermusuhan dari sekitarnya, merasa asing dari
dirinya sendiri dan merasakan hidup tidak berarti, tidak memuaskan, dan tidak sepenuhnya
manusiawi

Sumber :
https://indoprogress.com/2018/08/konsep-alienasi-keterasingan-dan-sejarahnya/
https://inpasonline.com/keterasingan-manusia-menurut-karl-marx-tinjauan-kritis/

Anda mungkin juga menyukai