PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data,
diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian yang normal dalam kehidupan. Kelahihan
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial bagi ibu dan keluarga. Peranan ibu adalah
melahirkan bayinya,sedangkan peranan keluarga adalah memberikan bantuan dan
dukungan kepada ibu ketika terjadi proses persalinan. Dalam hal ini peranan petugas
kesehatan tidak kalah penting dalam memberikan bantuan dan dukungan pada ibu agar
seluruh rangkaian proses persalinan berlangsung dengan aman baik bagi ibu maupun bagi
bayi.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI MASALAH
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
ragkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan
diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman. Contoh: seorang wanita
yang hamil pertama kali, tetapi letak janinnya tidak normal (misalnya: bayi letak
sungsang), yang harus diantisipasi adalah terhadap kemungkinan kelahiran bayi tersebut
apabila ingin dilahirkan pervaginam, maka bidan harus dipertimbangkan besarnya janin
dan ukuran panggul ibu, juga harus dapat mengantisipasi terjadinya persalinan macet
(aftercoming head) pada waktu melahirkan kepala.
Langkah IV: Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan
Segera Pada langkah ini, bidan mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan
konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya -3- seperti pekerja
sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
B. MENGKAJI RIWAYAT KESEHATAN
1. Meninjau kartu antenatal
Usia kehamilan
Masalah/komplikasi dengan kehamilan yang sekarang
Riwayat kehamilan yang terdahulu
2. Menanyakan riwayat persalinan
Bagaimana perasaan ibu
Berapa bulan kehamilan ibu sekarang
Kapan ibu mulai merasakan nyeri?
Seberapa sering rasa nyeri terjadi? Dan berapa lama berlangsung? Seberapa kuat rasa
nyeri tersebut?
Apakah ibu memperhatikan adanya lendir darah
A pakah ibu mengalami perdarahan dari vagina
Apakah ibu melihat adanya aliran/semburan cairan? Jika ya, kapan? Bagaimana
warnanya? Berapa banyak?
Apakah bayi bergerak?
Kapan terakhir ibu buang air besar? Kencing?
Persalinan terdahulu: berapa lama berlangsung? Berat badan bayi?
2|Page
Riwayat kesehatan yang harus diperhatikan
Pernah bedah sesar (sectio cesarea)
Asuhan kebidanan
1. Segara rujuk ke fasilitas yang mempunyai kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan, berikan dukungan dan semangat.
Riwayat perdarahan berulang
Prematuritas atau tidak cukup bulan
Ketuban pecah dini (ketuban pecah sebelum waktunya)
Pewarnaan mekonium cairan ketuban
Infeksi ante atau intrapartum
Hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 160/ 110 dan/atau terdapat protein dalam urin
(preeklampsia berat
Asuhan
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
Ringer Laktat atau cairan garam fisio logis (NS).
3. Jika mungkin berikan dosis awal 4 g MgSO4 20% IV selama 20 menit.
4. Suntikan 10 g MgSO4 50% (5 g IM pada bokong kiri dan kanan).
5. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas asuhan kegawatdaruratan
obstetri dan bayi baru lahir.
6. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Tinggi badan dibawah 140 (resiko panggul sempit)
Adanya gawat janin
Primipara dengan bagian terbawah masih tinggi
Malpresentasi atau malposisi
Asuhan
1. Baringkan ibu miring ke kiri.
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena talaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan dan semangat.
Tali pusat menumbung
Asuhan
1. Gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi, letakkan satu tangan di vagina dan
jauhkan kepala janin dari tali pusat janin. Gunakan tangan yang lain pada abdomen untuk
membantu menggeser bayi dan menolong hagian terbawah bayi tidak menekan tali
pusatnya (keluarga mungkin dapat membantu).
2. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan penatalaksanaan
kegawatdaruratan obstetni dan bayi baru lahir.
3. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Keadaan umum jelek atau syok
3|Page
Asuhan
1. baringkan ibu miring ke kiri.
2. Jika mungkin naikkan kedua kak ibu untuk meningkatkan aliran darah ke jantung.
3. Pasang infus menggunakan jarum berdiameter besar (ukuran 16 atau 18) dan berikan
Ringer Laktat atau cairan garam fisiologis (NS). Infuskan 1 liter dalam waktu 15-20
menit; jika mungkin infuskan 2 liter dalam waktu satu jam pertama, kemudian turunkan
tetesan menjadi 125 ml/jam.
4. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena- talaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
5. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan semangat serta dukungan.
Inersia uteri atau fase laten memanjang
• pembukaan serviks kurang dari 4 cm setelah 8 jam
• kontraksi teratur (lebih dari 2 dalam 10 menit)
Asuhan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kapabilitas kegawatdaruratan obstetri dan
bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
Partus lama
• Pembukaan serviks meng-arah ke sebelah kanan garis waspada (partograf)
• Pembukaan serviks kurang dari 1 cm per jam
• Kurang dari 2 kontraksi dalam wak tu 10 menit, masing-masing berlangsung kurang
dari 40 detik.
Asuhan kebidanan
1. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang memiliki kemampuan pena- talaksanaan
kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir.
2. Dampingi ibu ke tempat rujukan dan berikan dukungan serta semangat.
4|Page
• Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
Namun demikian, masing-masing pemeriksaan juga memiliki tujuan tertentu yang akan
dijelaskan nanti di setiap bagian tubuh yang akan dilakukan pemeriksaan fisik.
Manfaat pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun bagi profesi
kesehatan lain, diantaranya:
• Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
• Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
• Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
• Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan.Hal yang dideteksi adalah suhu,
kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan
sensasi. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi :
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
• Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
• Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
• Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah
5|Page
organ dan jaringan tubuh, biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop, hal-
hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus pernafasan
mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia,
TBC.
• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru.
• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun
ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
• Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
6|Page
3. Volume darah. Bertambahnya darah menyebabkan besarnya tekanan pada arteria.
4. Kekentalan darah. Kekentalan darah ini tergantung dari perbandingan sel darah
dengan plasma.
C. Pemeriksaan Pernapasan
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola
pernapasan
D. Pemeriksaan suhu
Pemeriksaan suhu digunakan untuk menilai kondisi metabolisme di dalam tubuh, dimana
tubuh menghasilkan panas secara kimiawi melalui metabolisme darah. Keseimbangan
suhu harus diatur dalam pembuangan dan penyimpanannya di dalam tubuh yang diatur
oleh hipotalamus. Pembuangan atau pengeluaran panas dapat terjadi melalui berbagai
proses, diantaranya ;
1. Radiasi, yaitu proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnet.
2. Konveksi, yaitu proses penyebaran panas karena pergeseran antara daerah yang
kepadatannya tidak sama seperti dari tubuh pada udara dingin yang bergerak atau pada air
kolam renang.
3. Evaporasi, yaitu proses perubahan cairan menjadi uap.
4. Konduksi, yaitu proses pemindahan panas pada objek lain dengan kontak langsung
tanpa gerakan yang jelas, seperti bersentuhan dengan permukaan yang dingin dan lain –
lain.
7|Page
seperti Indonesia, selain mahalnya harga peralatan, juga terbatasnya sumber daya manusia
yang handal dalam pengoperasionalan alat canggih tersebut.
Indikasi Pemeriksaan
Beberapa keadaan dibawah ini memerlukan pemantauan janin yang baik karena berkaitan
dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas perinatal, misalnya pertumbuhan janin
terhambat (PJT), gerakan janin berkurang, kehamilan post-term (≥42minggu), pre
eklampsia/ hipertensikronik, diabetes mellitus pra kehamilan, DM yang memerlukan terapi
insulin, ketuban pecah pada kehamilan preterm, dan solusio plasentae. Identifikasi pasien
yang memiliki risiko tinggi mutlak dilakukan karena hal ini berkaitan dengan tata laksana
yang harus dilakukan. Kegagalan mengantisipasi adanya faktor risiko, dapat berakibat
fatal.
gerak janin yang berkurang atau keluarnya darah pervaginam merupakan tanda adanya
abnormalitas yang harus dicari penyebabnya.
1. Pemantauan Gerak Janin
Pemantauan gerak janin sudah lama dilakukan dan banyak tata cara yang diperkenalkan,
tetap itidak ada satu pun yang lebih superior disbanding lainnya. Gerak janin ini dipantau
sejak kehamilan 28 minggu setelah system susunan saraf pusat dan autonom berfungsi
dengan optimal. Pemantauan ini terutama dilakukan pada kehamilan resiko tinggi terhadap
terjadinya kematian janin atau asfiksia. Misalnya pada kasus pertumbuhan janin
terhambat. Ada dua cara pemantauan, yaitu cara
a. Cardiff dan cara Sadovsky Menurut Cardiff
Pemantauan dilakukan mulai jam 9 pagi, tidur miring kekiri atau duduk, dan menghitung
berapa waktu yang diperlukan untuk mencapai 10 gerakan janin. Bila hingga jam 9 malam
tidak tercapai 10 gerakan, maka pasien harus segera kedokter/ bidan untuk penanganan
lebih lanjut.
b. Bila memakai metoda Sadovsky
8|Page
Pasien tidur miring kekiri, kemudian hitung gerakan janin. Harus dapat dicapai 4 gerakan
janin dalam satu jam, bila belum tercapai, waktunya ditambah satu jam lagi, bila ternyata
tetap tidak tercapai 4 gerakan, maka pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter/
bidan.
2. Tinggi Fundus Uteri
Tinggi fundus uteri diukur dalam sentimeter (memakaipitameterandariplastik), dimulai dari
simfisis pubis hingga fundus uteri melalui garis tengah abdomen (umbilikus). Sebelum
dilakukan pengukuran, pasien diharuskan membuang air kecil, posisi tidur terlentang, dan
rahim diusahakan berada ditengah-tengah rongga abdomen.
3. PemantauanDenyutJantungJanin
Denyut jantung janin (DJJ) harus selalu dinilai pada setiap kali pasien melakukan
pemeriksaan hamil (umumnya setelah kehamilan trimester pertama). Pada trimester kedua
dan selanjutnya, DJJ dapat dipantau dengan stetoskop Laenec atau Doppler DJJ dihitung
secara penuh dalam satu menit dengan memperhatikan keteraturan serta frekuensinya.
Dalam persalinan kala satu, DJJ dipantaus etiap 15 menit, sedangkan pada kala dua
dipantau setiap 5 menit. Pemantauan DJJ dilakukan pada saat his dan diluar his. Adanya
iregularitas (aritmia) atau frekuensi dasar yang abnormal (takhikardia: 160–180 dpm atau
bradikardia: 100-120 dpm), apalagi bila gawat janin (DJJ < 100dpm atau > 180 dpm)
harus segera ditindak lanjuti untuk mencari kausanya.
4. Penyakit Ibu
Kesehatan ibu akan mempengaruhi kesehatan janin, oleh karena itu sanga penting untuk
deteksi dini kelainan atau penyakit pada ibu agar dapat dikoreksi segera dan dapat
mengurangi risiko bagi janin. Misalnya anemia pada ibu (wanita) banyak terdapat di
Indonesia. Bila anemia ini berat atau tidak diatasi dengan baik, maka pertumbuhan janin
dapat terganggu, dan kesehatan ibu juga terganggu. Kelainan-kelainan yang ada pada ibu
memerlukan konsultasi dengan dokter. Konsultasi ini tidak mungkin terjadi apabila Bidan
pemeriksa tidak mengetahui bahwa pasien yang ditanganinya berisiko.
B. Cara canggih
Pemantauan kesejahteraan janin memakai alat canggih terdiri dari ultrasonografi (USG),
kardiotokografi (KTG), profilbiofisik (Manning) atau fungsi dinamik janin plasenta
(FDJP) Gulardi, analisa gas darah dan pemeriksaan penunjang canggih lainnya.
Pembahasan berikut dibatasi pada USG dan KTG.
1. Ultrasonografi
USG merupakan alat bantu diagnostic yang semakin penting didalam pelayanan kesehatan
ibu hamil, bahkan mungkin saja suatu saat alat USG ini menjadi sepertis tetoskop bagi
dokter spesialis obstetric dan ginekologi. Salah satu fungsi penting dari alat ini adalah
menentukan usia gestasi dan pemantauan keadaan janin (deteksidinianomali). Pemeriksaan
panjang kepala-bokongjanin(CRL= crown-rumplength) yang dilakukan pada kehamilan
trimester pertama memiliki
9|Page
akurasi dengan kesalahan kurang dari satu minggu dalam hal penentuan usia gestasi.
Pengukuran CRL ini juga merupakan satu-satunya parameter tunggal untuk penentuan
usia gestasi dengan kesalahan terkecil. Pengukuran diameter biparietal (DBP) atau
panjang femur memiliki kesalahan lebih dari satu minggu. Manfaat lain dari pemeriksaan
USG adalah penapisan anomaly congenital yang dilakukan rutin pada kehamilan 10–14
minggu dan 18–22 minggu. Janin-janin dengan kelainan bawaan, terutama system saraf
pusat dan jantung akan memberikan perubahan dalam pola gerak janin dan hasil
kardiotokografi. Jangan sampai kesalahan interpretasi kardiotokografi terjadi akibat tidak
terdeteksinya cacat bawaan pada janin.
2. Kardiotokografi
Alat kardiotokografi (KTG) merupakan alat bantu didalam pemantauan kesejahteraan janin.
Pada KTG ada tiga bagian besar kondisi yang dipantau yaitu denyut jantung janin (DJJ),
kontraksi rahim, dan gerak janin serta korelasi diantara ketiga parameter tersebut.
Peralatan KTG tersebut harus dipelihara dengan baik, jangan sampai kabelnya rusak
akibat sering dilepas dan dipasang atau kesalahan dalam perawatan peralatan tokometer
dan kardiometer. Diperlukan seorang penanggung jawab untuk perawatan dan
pengoperasionalan KTG tersebut, juga pelatihan didalam menginterpretasikan hasil KTG
tersebut. Pada saat pemeriksaan KTG, posisi pasien tidak boleh tidur terlentang, tetapi
harus setengah duduk atau tidur miring.
10 | P a g e
3. Baroreseptor
Reseptor ini letaknya pada arkusaorta dan sinus karotid. Bila tekanan darah meningkat,
baroreseptor akan merangsang nervus vagus dan nervuss glosofaringeus pada batang otak.
Akibatnya akan terjadi penekanan aktivitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ dan
curah jantung.
4. Kemoreseptor
Kemoreseptor terdiri dar dua bagian, yaitu bagian perifer yang terletak didaerah carotid dan
korpusaortik; dan bagian sentral yang terletak dibatang otak. Reseptor ini berfungsi
mengatur perubahan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah dan cairan serebro-
spinal. Bila kadar oksigen menurun dan karbondioksida meningkat, akan terjadi reflex dari
reseptor sentral berupa takikardia dan peningkatan tekanan darah. Hal ini akan
memperlancar aliran darah, meningkatkan kadar oksigen, dan menurunkan kadar karbon
dioksida. Keadaan hipoksia atau hiperkapnia akan mempengaruhi reseptor erifer dan
menimbulkan reflex bradikardia. Interaksi kedua macam reseptor tersebut akan
menyebabkan bradikardi dan hipotensi.
5. Susunan Saraf Pusat
Aktivitas otak meningkat sesuai dengan bertambahnya variabilitas DJJ dan gerakan janin.
Pada keadaan janin tidur, aktivitas otak menurun, dan variabilitas DJJ-pun akan
berkurang.
6. Sistem Pengaturan Hormonal
Pada keadaan stres, misalnya hipoksia intrauterin, medulla adrenal akan mengeluarkan
epinefrin dan nor-epinefrin. Hal ini akan menyebabkan takikardia, peningkatan kekuatan
kontraksi jantung dan hipertensi.
7. Sistem kompleks proprioseptor, serabut saraf nyeri, baroreseptor, stretchreceptors dan
pusat pengaturan
(LaurenFerrara,FrankManning,2005).
Akselerasi DJJ dimulai bila ada sinyal aferen yang berasal dari salah satu tiga sumber, yaitu
a) Priprioseptor dan ujung serabut saraf pada jaringan send
b) Serabut saraf nyeri yang terutama banyak terdapat dijaringan kulit; dan
c) Baroreseptor diaorta askendens dan arteri karotis,dan stretchreceptors diatrium kanan.
Sinyal-sinyal tersebut diteruskan kecardio regulatory center (CRC) kemudian ke
cardiacvagus dan saraf simpatis, selanjutnya menuju nodus sinoatrial sehingga timbullah
akselerasi DJJ
1. Hematologi lengkap
Tes hematologi adalah salah satu jenis tes yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan
adanya kelainan pada komponen darah secara keseluruhan. Tes ini bisa dilakukan selama
masa kehamilan, baik pada trimester 1, trimester 2, atau bahkan saat persalinan. Tes ini
juga memungkinkan untuk mengetahui kemungkinan adanya gangguan pada organ hati
dan ginjal pada ibu hamil, termasuk jika ada gangguan pada pembekuan darah, juga
risiko Hipertensi Pada Ibu Hamil.
11 | P a g e
2. Golongan darah
Tes selanjutnya adalah tes golongan darah. Walau tes golongan darah adalah salah satu tes
yang umum dilakukan di luar masa kehamilan, namun rupanya masih ada sebagian
masyarakat yang tidak mengetahui golongan darahnya, bahkan hingga mereka dewasa.
Maka dari itu, bagi ibu hamil yang belum mengetahui golongan darahnya, disarankan
untuk melakukan tes ini.
3. Tes rhesus
Bukan hanya golongan darah yang penting untuk diketahui. Namun juga rhesus. Rhesus
pada ibu dan janin perlu dicek untuk mengetahui apakah rhesus keduanya cocok atau
tidak. Jika rhesus antara ibu dan janin tidak cocok, maka, akan muncul Penyakit Rhesus
pada Bayi yaitu sel-sel darah merah pada janin bisa dirusak oleh antibodinya sendiri. Dan
kondisi ini perlu diketahui sejak dini.
4. Glukosa
Pemeriksaan laboratorium pada ibu hamil berikutnya adalah tes glukosa. Tes ini bisa
mendeteksi kemungkinan adanya diabetes gestasional pada ibu hamil. Hal ini juga perlu
diketahui, karena kehamilan dan diabetes itu sendiri adalah dua hal yang akan saling
mempengaruhi. Parahnya, Bahaya Diabetes Saat Hamil juga bisa menyebar ke janin,
seperti kerusakan otak pada janin dan kerusakan jantung pada janin.
Setelah data dikumpulkan, penolong persalinan melakukan analisis dan mengikuti algoritma
diagnosis. Peralihan dari analisis data menuju pada pembuatan diagnosis bukanlah suatu proses
yang linear (berada pada suatu garis lurus) melainkan suatu proses sirkuler (melingkar) yang
berlangsung terus menerus. Suatu diagnosis kerja diuji dan dipertegas atau dikaji ulang
berdasarkan pengamatan dan pengumpulan data secarA terus menerus.
Asuhan kala II merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I
yang dijadikan data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala II
persalinan.
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan
beakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dsebut sebagai kala pengeluran bayi.
. Pemantauan ibu dan janin.
12 | P a g e
Sekarang ibu telah berada pada pembukaan lengkap dan siap untuk melahirkan bayinya Dan
selama kala II petugas harus terus melakukan pemantauan ibu dan pemantauan janin.
1. Pemantauan ibu
a. Kontraksi
- Palpasi kontraksi uterus ( control tiap 10 menit )
- Frekuensi setiap 30 menit selama fase aktif.
- Lamanya kontraksi yang terjadi dalam 10 menit obsevasi.
13 | P a g e
- Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
- Penurunan kepala bayi setiap 30 menit melalui pemeriksaan abdomen (periksa luar) dan
periksa dalam setiap 60 menit atau jika ada indikasi, hal I ini dilakukan dengan cepat
- Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jenih atau bercampur mekonium
atau darah)
- Apakah ada presentasi majemuk atau tali pusat disamping atau terkemuka
- Catatkan semua pemeriksaan dan intervensi yang dilakukan pada catatan perslinan
H. RENCANA ASUHAN
Selama persalinan dan kelahiran, rencana seorang bidan harus meliputi asesment dan
intervensi agar dapat :
a. Memantau perubahan tubuh ibu untuk menentukan jika persalinan dalam proses yang
normal
b. Memeriksa perasaan ibu dan respon fisik terhadap persalinan
c. Memeriksa bagaimana bayi merespon persalinan dan kelahiran
d. Membantu ibu memahami apa yang sedang terjadi sehingga ia berperan serta dalam
menentukan asuhan
e. Membantu keluarga dalam merawat ibu selama persalinan, kelahiran, dan asuhan
pasca persalinan dini
f. Mengenali masalah secepatnya dan mengambil tindakan yang sepatutnya dengan tepat
waktu
g. Pemantauan terus-menerus kemajuan persalinan dengan menggunakan partograf
h. Pemantauan terus-menerus tanda-tanda vital pada ibu
i. Pemantauan terus-menerus keadaan bayi
j. Menganjurkan hidrasi
k. Menganjurkan perubahan posisi dan ambulasi
l. Menganjurkan tindakan yang menyamankan
m. Menganjurkan dukungan keluarga
Pada saat memberikan asuhan penolong harus waspada terhadap masalah atau penyulit
yang mungkin timbul. Ingat bahwa menunda memberikan asuhan kegawatdaruratan akan
meningkatkan resiko kematian dan kesakitan ibu dan BBL. Lakukan langkah dan tindakan
yang sesuai untuk memastikan proses persalinan yang aman bagi ibu dan kesalamatan bagi
bayi yang dilahirkan.
14 | P a g e
merupakan alat untuk mencatat informasi berdasarkan observasi, anamnesa dan
pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan dan sangat penting khususnya untuk membuat
keputusan klinis selama kala 1 persalinan.
Kegunaan partograf adalah :
• Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa
15 | P a g e
sakit : kompres hangat, kompres dingin dan sentuhan atau pijatan(pada daerah punggung
atau tumit).
16 | P a g e
2) Persiapan Alat :
a. Beberapa pasang sarung tangan steril
b. Gunting tali pusat
c. Beberapa klem tali pusat dan klem lainnya
d. Benang atau plastik klem untuk tali pusat
e. Alat pengisap lendir bayi
f. Iodin
g. Alat-alat untuk penjahit luka
h. Obat-obatan dan jarum suntiknya
i. Kain kasa steril dan sebagainya
Dalam kala I pekerjaan penolong persalinan adalah mengawasi wanita in partu sebaik-
baiknya dan melihat, apakah semua persiapan persalinan sudah dilakukan. Member obat
atau melakukan tindakan hanya apabila ada indikasi untuk ibu maupun anak. Pada seorang
primigravida aterm umumnya kepala janin sudah masuk PAP pada kehamilan 36 minggu,
sedangkan pada multigravida baru pada kehamilan 38 minggu. Pada kala I, apabila kepala
janin telah masuk sebagian ke dalam PAP serta ketuban belum pecah, tidak ada keberatan
wanita tersebut duduk atau berjalan-jalan di sekitar kamar bersalin. Tetapi umumnya
wanita tersebut lebih suka berbaring karena sakit ketika ada his. Berbaring sebaiknya ke
sisi, tempat punggung janin berada. Cara ini mempermudah turunnya kepala dan putaran
paksi dalam. Apabila kepala janin belum turun ke dalam pintu atas panggul, sebaiknya
wanita tersebut berbaring terlentang, karena bila ketuban pecah, mungkin terjadi
komplikasi-komplikasi, seperti prolaps tali pusat, prolaps tangan, dan sebagainya. Apabila
his sudah sering dan ketuban sudah pecah, wanita tersebut harus berbaring.
Pemeriksaan luar untuk menentukan letak janin dan turunnya kepala hendaknya dilakukan
untuk memeriksa kemajuan partus, di samping dapat dilakukan pula pemeriksaan rectal
atau per vaginam. Hasil pemeriksaan per vaginam harus menyokong dan lebih merinci apa
yang dihasilkan oleh pemeriksaan luar. (Wiknjosastro, 2005 : 192).
17 | P a g e
e. Pemenuhan Kebutuhan Fisik dan Psikologis Ibu dan Keluarga
1) Mengatur posisi
Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan, anjurkan suami atau
pendamping untuk membantu ibu mengatur posisi. ibu boleh berjalan, berdiri atau jongkok
(membantu proses turunnya bagian terendah janin). berbaring miring (memberi rasa
santai, memberi oksigenisasi yang baik ke janin, mencegah laserasi) atau
merangkak(mempercepat rotasi kepala janin, peregangan minimal pada perineum, baik
pada ibu yang mengeluh sakit punggung). posisi terlentang kurang dianjurkan karena
dapat menyebabkan menurunnya sirkulasi darah dari ibu ke plasenta berdampak pada
terjadinya hipoksia janin.
2) Pemberian cairan dan nutrisi
Berikan ibu asupan makanan ringan dan minum aior sesering mungkin agar tidak terjadi
dehidrasi. dehidrasi dapat memperlambat kontraksi/ kontraksi menjadi kurang efektik.
3) Eliminasi
a. BAK
Anjur kan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya secara rutin setiap 2 jam
sekali atau lebih sering atau jika kandung kemih penuh. anjurkan ibu untuk berkemih di
kamar mandi, jangan dilakukan kateterisasi kecuali ibu tidak dapat berkemih secara
normal. tindakan kateterisasi dapat menimbulkan rasa sakit dan menimbulkan resiko
infeksi serta perlukaan pada kandung kemih.
kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan:
memperlambat turunnya bagian terendah janin.
menimbulkan rasa tidak nyaman.
meningkatkan resiko perdarahan pasca persalinan akibat atonia uteri.
mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih pascapersalinan
b. BAB
Anjurkan ibu untuk BAB jika perlu. jika ibu ingin merasakan BAB saat fase aktif harus
dipastikan apakah yang dirasakan ibu bukan disebabkan oleh tekanan pada rektum, jika
ibu belum siap melahirkan diperbolehkan BAB di kamar mandi. Tindakan klisma tidak
dianjurkan dilakukan secara rutin karena dapat meningkatkan jumlah feses yang keluar
pada kala II dan dapat meningkatkan resiko infeksi.
18 | P a g e
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap
sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan
perawat untuk membuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi
pemilihan terapi yang diterima klien dan penentuan respon terhadap terapi tersebut
Asuhan kala II merupakan kelanjutan data yang dikumpulkan dan dievaluasi selama kala I
yang dijadikan data dasar untuk menentukan kesejahteraan ibu dan janin selama kala II
persalinan.
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap ( 10 cm ) dan
beakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga dsebut sebagai kala pengeluran bayi.
B. Saran
1. Diharapkan mahasiswi mampu dalam melakukan asuhan Kebidanan pada ibu yang
bersalin normal sesuai teori dan metode yang telah ditentukan.
2. Diharapkan mahasiswi dapat meningkatkan pengetahuan keterampilan dalam
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin.
19 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
https://hamil.co.id/gaya-hidup/pemeriksaan-laboratorium-pada-ibu-hamil
http://asuhankebidanananc.blogspot.com/2015/04/makalah-asuhan-persalinan-normal.html
http://tugaskebidanand3.blogspot.com/2016/06/laporan-kelompok-asuhan-
kebidanan_14.html
20 | P a g e