Anda di halaman 1dari 12

LAPRAK KIMKLIN

Pemeriksaan Protein Total dalam Serum

Disusun Oleh
Anna Sufi Annisa
P1337434318035

PRODI SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019 / 2020
I. Judul
Pemeriksaan Protein Total dalam Serum

II. Pertemuan Ke-


8

III. Hari/Tanggal
Senin, 16 Maret 2020

IV. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pemeriksaan protein total dalam serum darah menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis
2. Untuk menentukan hasil pemeriksaan protein total dalam serum darah
menggunakan Spektrofotometer UV-Vis.

V. Prinsip
Protein bersama-sama dengan ion tembaga membentuk kompleks warna ungu-biru
dalam larutan basa, absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi dan adanya
bromkresol hijau dalam suasana sedikit asam, terjadi perubahan warna akibat indikator
dari kuning-hijau ke biru-hijau

VI. Metode
Fotometrik berdasarkan metode biuret.

VII. Dasar Teori


Penetapan kadar protein dalam serum itu biasanya dapat mengukur protein total,
albumin atau globulin. Ada salah satu cara yang mudah untuk menetapkan kadar
protein total, yaitu dengan berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam
serum.
Protein merupakan biomolekuler yang sangat penting. Fungsi dari protein yaitu
sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpan, penyebab gerakan, pendukung
sistem kekebalan, pembentuk dan trnasmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan
diferensia, serta pendukung kekakuan struktural (Toha, 2005).
Salah satu panel pemeriksaan profil metabolik adalah pemeriksaan protein total
beserta fraksi utamanya (albumin dan globulin). Proteinogram merupakan uji tambahan
yang penting, membantu untuk biokimia klinis, dan merupakan salah satu metode yang
paling dapat diandalkan untuk identifikasi protein darah (Franca et al, 2011). Peningkatan
atau penurunan konsentrasi protein total dianggap sebagai suatu abnormalitas. Peningkatan
atau penurunannya dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh konsentrasi albumin atau
globulin atau keduanya (Lassen, 2005). Menurut Kaneko (1997), penentuan konsentrasi
protein total serum dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik yang penting dalam
biokimia klinis.

VIII. Alat dan Bahan


Alat :
1. Tabung reaksi
2. Kuvet
3. Rak tabung
4. Spuit
5. Tempat limbah (Infeksius, Jarum, Non-Infeksius)
6. Mikropipet
7. Sentrifuge
8. Waterbath
9. Spektrofotometer UV-Vis
10. Yellow tip
11. Blue tip
12. Kapas kering
13. Kapas alkohol 70%
14. Tisu

Bahan :
1. Darah vena (serum)
2. Reagen kit total protein
3. Aquadest

IX. Prosedur Kerja


PRA – ANALITIK
1. Menggunakan APD sesuai SOP
2. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan

ANALITIK
a. Pengambilan darah vena (Serum)
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Memasang turniquet 5cm diatas siku
3) Palpasi vena, lalu desinfeksi menggunakan kapas alkohol 70% dari dalam ke luar
4) Tusuk vena denga needle, apabila sudah ada darah pada indikator, tarik piston
dan ambil volume darah. Lepas turniquet apabila darah sudah mencapai volume
setengah / sekitar 1 cc. Tarik kembali piston sampai volume darah mencapai 3cc.
5) Letakkan kapas kering diatas tusukan needle. Lepas needle dan masukan darah ke
dalam tabung centrifuge tanpa antkoagulan dan diamkan sampai terbentuknya 2
lapisan + 15 – 30 menit.
6) Memasukkan darah ke dalam tabung sentrifuge.
7) Disentrifuge selama ± 15 menit pada kecepatan 3000 rpm.
8) Memisahkan serum menggunakan mikropipet.
9) Memindahkan serum ke dalam tabung reaksi yang sudah diberi label / identitas.

b. Mereaksikan Blanko, Standar, dan Sampel


1. Pengukuran absorban blanko
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Memasukkan 1000 µL regean TPR. (Total Protein) menggunakan mikropipet
ke dalam tabung reaksi
3) Menambahkan 20 µL aquadest ke dalam tabung reaksi.
4) Mengukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
2. Pengukuran absorban standar
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Memasukkan 1000 µL regean TPR menggunakan mikropipet ke dalam tabung
reaksi.
3) Menambahkan 20 µL larutan standar ke dalam tabung reaksi.
4) Menginkubasi pada suhu ruang selama 5 menit.
5) Mengukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
3. Pengukuran absorban sampel
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Memasukkan 1000 µL regean TPR menggunakan mikropipet ke dalam tabung
reaksi.
3) Menambahkan 20 µL serum darah ke dalam tabung reaksi.
4) Menginkubasi pada suhu ruang selama 5 menit.
5) Mengukur absorban spektrofotometer dengan panjang gelombang 546 nm.
c. Pembacaan Absorbansi Menggunakan Spektrofotometer UV-Vis
1. Hidupkan komputer dan Spektrofotometer UV-Vis.
2. Buka aplikasi pembaca absorbansi lalu klik cconnect
3. Atur panjang gelombang dan faktor
4. Masukkan blanko ke dalam kuvet, sebelum dimasukkan ke dalam tempat kuvet,
lap permukaan dinding luar kuvet dengan tisu
5. Letakkan kuvet ke dalam alat dengan memegang bagian kasar dinding kuvet
6. Klik zero.
7. Melakukan hal yang sama untuk standar dan sampel yang telah diinkubari
secara berkala dengan waktu yang sudah ditentukan.
8. Klik read
9. Setiap pergantian sampel, bilas dengan alkohol 70%
10. Setelah selesai, klik close lalu turn off komputer dan alat
11. Lakukan perhitungan

POST ANALITIK
1. Membersihkan alat dan bahan yang telah digunakan
2. Membersihkan meja kerja
3. Melepas APD sesuai SOP
4. Melakukan perhitungan hasil

X. Hasil
1. Abs. Blanko = 0,2134
2. Abs. Standar = 0,0422
3. Abs. Sampel (1) = 0,0481
4. Abs. Sampel (2) = 0,0797
5. Abs. Sampel (3) = 0,0706
6. Abs. Sampel (4) = 0,0459
XI. Perhitungan
Rumus Perhitungan
|.| sampel
Total Protein = x conc . standar
|.|Standar
0.0481
1) Sampel (1) =
0,0422
x5 = 5.69 g/dl
0.0797
2) Sampel (2) =
0,0422
x5 = 9.44 g/dl
0.0706
3) Sampel (3) =
0,0422
x5 = 8.36 g/dl
0.0459
4) Sampel (4) =
0,0422
x5 = 5.43 g/dl
Rata-rata hasil = 7.23 g/dl

XII. Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui cara dan menghitung kadar total protein
pada serum dengan prinsip yaitu protein bersama-sama dengan ion tembaga
membentuk kompleks warna ungu-biru dalam larutan basa, absorbansi warna
berbanding lurus dengan konsentrasi dan adanya bromkresol hijau dalam suasana
sedikit asam, terjadi perubahan warna akibat indikator dari kuning-hijau ke biru-hijau.
Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret.
Kerugian dari metode ini adalah hasil pembacaan tidak murni menunjukkan kadar
protein saja, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena,
gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu waktu pelaksanaan
yang lama sering kali dirasa kurang efisien (Lehninger, 1982). Faktor lain yang
perlu diperhatiakn adalah stabilitas dari reagen, standart, dan sampel. Reagen total
protein FS stabil dapat digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada
suhu 2 – 25oC dan tidak terjadi kontaminasi. Tidak menyimpan reagen dalam
freeze, dan melindungi dari paparan sinar matahari. Larutan standart stabil
digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 8 oC. Sedangkan
untuk sampel serum / plasma akan stabil digunakan selama 6 hari pada suhu 20 –
25oC. 4 minggu pada suhu 4 – 8oC, dan 1 tahun pada suhu -20oC.
Makna klinis protein total pada penurunan kadar total protein dapat diartikan
bahwa seseorang tersebut mungkin mengalami malnutrisi berkepanjangan,
kelaparan, diet rendah protei, sindrom malabsorbsi, kanker gastrointestinal, dan
kolitis, ulseratif, penyakit hodgkin, penyakit hati yang berat, GGK, luka bakar
yang parah, intoksikasi air. Sedangkan pada peningkatan kadar total protein dapat
diartikan seseorang tersebut mengalami dhidrasi (hemokonsentrasi), muntah,
diare, mieloma, multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis.
Praktikum diatas setelah dilakukannya pengukuran terhadap sampel, didapatkan
hasil kadar protein total sebesar 5.69 g/dl, 9.44 g/dl, 8.36 g/dl, dan 5.3 g/dl. Dengan
rata-rata protein total sebesar 7.23 g/dl dimana hasil tersebebut masuk dalam range
normal nilai rujukan protein total setelah diuji menggunakan Spektrofotometer
UV-Vis dengan panjang gelombang 540nm. Preparasi standar dan sampel dimana
sebelum dilakukan pembacaa, diinkubasi pada suhuh ruang selama 5 menit.

XIII. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum diatas, dapat disimpulkan bahwa kadar protein total pada
serum dinyatakan normal dengan hasil rata-rata protein total yaitu 7.23 g/dl setelah tiap

|.| sampel
sampel dihitung dengan menggunakan rumus x conc . standar, dimana nilai
|.|Standar
rujukan pada orang dewasa sebesar 6.6 – 8.8 g/dl.

XIV. Daftar Pustaka

Chambel, J Lucy, etc. 2012. United Kingdom. Total protein, albumin and low-molecular-weight
protein excretion in HIV-positive patients. Diakses pada pukul 05.32 WIB melalui web
file:///C:/Users/Annisa%20sufi/Downloads/Total_protein_albumin_and_low-
molecular-.en.id.pdf
Sari, Kiki Riana Yulita, 2017. Yogyakarta.  Penentuan kadar protein secara biuret . Diakses
pada pukul 06:44 WIB melalui web
https://www.scribd.com/document/372545953/Laporan-Praktikum.
XV.

Lampiran

Reagen Standar Hasil Pengukuran


Protein Total Reagen Total Protein FS

Darah vena sebelum didiamkan


Darah vena setelah didiamkan + 15 menit
Darah setelah dicentrifuge Proses centrifugasi selama + 15 menit, 3000 rpm
Hasil Analisis Jurnal

Jurnal dengan judul Total protein, albumin and low-molecular-weight protein


excretion in HIV-positive patients berisi tentang Proteinuria ditemukan yaitu sebesar
10,4% dan mikroalbuminuria pada 16,7% pasien. Albumin dicatat sekitar 10% dari total
protein urin. RBPCR berada dalam kisaran referensi pada 95% pasien sementara
NGALCR meningkat pada 67% pasien. Tidak ada perbedaan keseluruhan dalam kadar
protein urin, albumin, dan LMWP yang diamati di antara pasien yang dikelompokkan
berdasarkan pajanan cART, meskipun sebagian besar pasien terpapar TFV / PI memiliki
RBPCR> 38,8 μg / mmol (343 μg / g) (p = 0,003). Dalam analisis multivariat, etnis
hitam (OR 0,43, 95% CI 0,24,0,77) dan eGFR <75 mL / mnt / 1,73 m2 (OR 3,54, 95%
CI 1,61, 7,80) secara independen terkait dengan kuartil (UQ) RBPCR. RBPCR
berkorelasi baik dengan CCR (r2 = 0,71), tetapi tidak dengan NGALCR, PCR atau ACR.
Dimana dapat disimpulkan bahwa pada pasien HIV-positif, proteinuria sebagian besar
berasal dari tubular dan mikroalbuminuria adalah umum. RBPCR pada pasien tanpa
penyakit tubular ginjal yang jelas umumnya dalam kisaran referensi, termasuk mereka
yang menerima TFV. RBP karena itu muncul biomarker yang menjanjikan untuk
memantau fungsi tubular ginjal pada pasien menerima TFV dan untuk membedakan
pasien dengan fungsi tubulus normal atau disfungsi tubulus ringan dari mereka dengan
penyakit tubular ginjal berat atau sindrom Fanconi.
Lampiran
printscreen video
Deadline pengumpulan Laporan Praktikum :
1. Protein Total (Sabtu, 4 April 2020)
2. Albumin dan Globulin (Rabu, 8 April 2020)
3. Asam Urat POCT (Sabtu, 11 April 2020)
4. Asam Urat Spektrofotometri (Rabu, 15 April 2020)
5. Ureum (Sabtu, 18 April 2020)
6. Kreatinin (Rabu, 22 April 2020)
Laporan di kumpulkan sesuai deadline ke email : intanindyas@gmail.com dengan judul
subyek : (LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK - NAMA_NIM). File dalam bentuk
PDF. Jika terjadi keterlambatan, maka deadline akan dipercepat. Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai