Anda di halaman 1dari 17

Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita

Dewasa di Indonesia

Irma Nuryanti1, Krisnawati Bantas2


1,2
Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Email : irmafkmsolo@yahoo.co.id

Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) termasuk penyakit tidak menular kronis yang menjadi penyebab kematian utama pada
penduduk wanita berumur 45-54 tahun. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko
kejadian DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa di Indonesia. Penelitian ini menggunakan
data sekunder riskesdas 2007 dengan desain cross sectional. Sampel adalah wanita dewasa berumur ≥ 18 tahun
yang tidak hamil, diukur tekanan darah, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Hasil penelitian
menunjukkan prevalensi DM berdasarkan diagnosis dan gejala pada wanita dewasa Indonesia sebesar 1,6%.
Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan bermakna (nilai p < 0,05) antara umur, tingkat
pendidikan, status pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, merokok, gangguan mental emosional, indeks
massa tubuh, obesitas sentral, dan hipertensi dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Untuk itu perlu
dilakukan suatu upaya pencegahan dan deteksi dini (skrining) terhadap faktor risiko dan skrining gula darah
sedini mungkin.

Kata Kunci : diabetes mellitus; faktor risiko; Indonesia; Riskesdas; wanita dewasa

Prevalence and Risk Factors of the Occurance of Diabete Mellitus in Adult Women in
Indonesia

Abstract
Diabetes Mellitus (DM) is a chronic non-communicable diseases that become a major cause of death in the
population of women aged 45-54 years. This study aims to determine the prevalence and risk factors of the
occurance of diabetes mellitus based on diagnosis and symptoms in adult women in Indonesia. This study used a
secondary data Riskesdas 2007 with a cross-sectional design. Samples were adult women aged ≥ 18 years who
are not pregnant, blood preasure was measured, and has the complete data. Results showed the prevalence of
diabetes is based on the diagnosis and symptoms in adult women is 1.6%. The results of the bivariate analysis
showed there was a significant association (p value < 0,05) between age, education level, employment status,
marital status, physical activity, smoking, mental emotional disorder, body mass index, central obesity, and
hypertension with diabetes occurance in adult women. Therefore, it is necessary to take prevention and early
detection (screening) of the risk factors and blood sugar screening as early as possible.

Keywords: diabetes mellitus; risk factors; Indonesia; Riskesdas; adult women

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Pendahuluan
Diabetes Mellitus (DM) atau yang lebih dikenal dengan penyakit kencing manis
adalah penyakit tidak menular kronis yang kasusnya mengalami kenaikan setiap tahun di
semua regional negara. Penyakit yang diakibatkan oleh kenaikan kadar gula darah akibat
penurunan fungsi insulin ini tidak hanya dapat menyebabkan komplikasi, namun juga
menyebabkan kecacatan, memperburuk kondisi psikologis, menurunkan produktivitas
individu, dan menyebabkan kematian. WHO menyatakan bahwa Diabetes Mellitus
merupakan 5 besar penyakit tidak menular penyebab kematian diseluruh dunia (WHO, 2004).
Federasi Diabetes Dunia menyatakan bahwa saat ini terdapat 380 penderita DM
diseluruh dunia dan akan meningkat menjadi 590 juta penderita pada tahun 2035 (IDF, 2013).
Lebih dari 40% dari kasus tersebut tidak terdiagnosis dan 80% penderita dari jumlah tersebut
tinggal di negara berkembang dengan penghasilan menengah ke bawah termasuk Indonesia.
Indonesia sebagai negara berkembang di wilayah Asia Tenggara, menempati peringkat tujuh
besar dengan jumlah penderita DM sebanyak 8,5 juta jiwa dimana kasusnya lebih banyak
terjadi pada penduduk wanita (IDF, 2013).
Beberapa penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa prevalensi DM pada penduduk
wanita lebih tinggi dari pada penduduk pria. Di Amerika, angka kejadian Diabetes Mellitus
pada penduduk wanita lebih tinggi dibandingkan dengan kejadian DM pada penduduk pria
(Swahn, 2010). Sebuah penelitian di Bangladesh menunjukkan bahwa prevalensi diabetes
pada penduduk wanita lebih tinggi daripada penduduk pria (7,6% dan 6,8%) (Akhter, A et al,
2011). Penelitian lain terhadap faktor risiko DM yang dilakukan di Zuni Indian, Mexico yang
melibatkan pria dan wanita berumur 20-74 tahun menunjukkan bahwa prevalensi DM pada
wanita (27,5%) lebih tinggi dibandingkan prevalensi DM pada pria (18%) (Scavini, M et al,
2003).
Kondisi yang sama terjadi di Indonesia. Prevalensi DM pada wanita Indonesia selalu
mengalami kenaikan dan cenderung lebih tinggi daripada pria. Berdasarkan laporan Riskesdas
2007, Prevalensi DM berdasarkan pengukuran gula darah pada penduduk wanita usia 15
tahun keatas adalah 6,4%. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi DM pada penduduk pria
(4,9%) dan lebih tinggi dari prevalensi nasional yaitu 5,7%. Prevalensi DM berdasarkan
pengukuran gula darah pada wanita ini kembali meningkat menjadi 7,7% pada tahun 2013
(Riskesdas 2013). Berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala, prevalensi nasional
DM di Indonesia adalah 1,1% dan mengalami peningkatan menjadi 2,1% pada tahun 2013
(2,5% pada wanita dan 2,2 pada pria). Perbedaan prevalensi ini menunjukkan bahwa sebagian
besar penduduk tidak menyadari penyakit diabetes yang diderita.

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Selain mengalami peningkatan jumlah kasus setiap tahun, sebagian besar kasus DM
dan komplikasi nya menjadi penyebab kematian terbesar terutama pada penduduk wanita
(IDF, 2013). Pada tahun 2009 DM menjadi 5 besar penyakit penyebab kematian pada wanita
usia produktif terutama pada negara berkembang. DM dan penyakit kardiovaskuler juga
menjadi penyebab kematian utama pada penduduk wanita lansia di dunia (WHO, Women and
Health, 2009). Di wilayah asia tenggara dan asia selatan kematian akibat DM lebih banyak
dialami pada penduduk wanita daripada penduduk pria (IDF, 2013).
Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan kondisi di Indonesia. Berdasarkan laporan
Riskesdas Indonesia tahun 2007, Diabetes Mellitus merupakan 10 besar penyakit penyebab
kematian penduduk wanita pada kelompok umur 15-44 tahun. DM menjadi penyakit tidak
menular utama penyebab kematian pada wanita usia 45-54 tahun (16,3%), menjadi penyakit
terbanyak kedua penyebab kematian pada wanita usia 55-64 tahun (12%) setelah stroke, dan
menjadi penyakit tidak menular terbanyak kelima penyebab kematian pada wanita usia 65
tahun ke atas (Riskesdas, 2007).
Banyak faktor yang diduga menyebabkan tingginya prevalensi DM pada wanita.
diantaranya faktor genetik, lingkungan, gaya hidup, rendahnya aktifitas fisik, obesitas, hingga
riwayat yang berhubungan dengan paritas seperti riwayat diabetes gestasional dan riwayat
pernah melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4000 gram (WHO, Women and Health,
2009 & PERKENI, 2011).
Sebuah penelitian epidemiologi desain kohort yang bertujuan mengetahui faktor risiko
DM terhadap 47.966 wanita sehat di amerika menunjukkan bahwa wanita dengan status
obesitas sentral memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita diabetes mellitus di
kemudian hari dibandingkan wanita yang tidak mengalami obesitas sentral (Krishnan, S,
2007). Hasil analisis multivariat terhadap 593 wanita di wilayah Zuni Indian, Amerika
menunjukkan bahwa faktor umur, status obesitas dan riwayat Diabetes Gestasional
merupakan faktor risiko munculnya penyakit DM pada populasi wanita (Scavini M et al,
2003). Penemuan lain mengenai faktor risiko DM pada wanita yang melibatkan 84.941 wanita
di Amerika menunjukkan bahwa kelompok wanita perokok berisiko 1,20 kali untuk menderita
DM dibandingkan wanita bukan perokok (OR: 1,20, 95% CI: 1,03-1,41), sedangkan wanita
yang berstatus mantan perokok berisiko 1,15 kali lebih besar untuk mengalami DM
dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok (OR: 1,15, 95% CI: 1,07-1,25) (Hu, F.B,
et al, 2001).
Selain faktor lingkungan dan gaya hidup, fase tertentu yang hanya dialami wanita
seperti siklus menstruasi, kehamilan, dan menyusui menyebabkan terjadinya perubahan

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


hormonal dan psikologis sehingga wanita lebih rentan mengalami gangguan kesehatan. Stres
dan gangguan mental merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian DM pada
wanita. Sebuah penelitian terhadap 4.821 wanita usia 35-56 di Swedia menunjukkan bahwa
perasaan rendah diri dan rendahnya kebebasan mengambil keputusan di lingkungan kerja
berisiko 2,6 kali untuk menderita DM (Agardh, E et al, 2003). Penelitian di Amerika
menunjukkan bahwa gejala depresi pada wanita berhubungan dengan tingkat resistensi
insulin. Wanita yang mengalami gejala depresi 1,66 kali lebih berisiko menderita DM
dibandingkan dengan wanita yang tidak mengalami gejala depresi) (Rose, S et al, 2004).
Jika faktor risiko tersebut tidak dicegah dan dikendalikan, kejadian DM akan semakin
meningkat dan menjadi penyebab kecacatan, komplikasi hingga kematian terutama pada
penduduk wanita usia produktif. Dampak jangka panjang ini harus menjadi perhatian
masyarakat terlebih DM merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh dan sering tidak
terdeteksi gejalanya di masyarakat. Pencegahan yang tepat dapat dilakukan dengan
mengetahui faktor risiko apa saja yang menyebabkan DM pada wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko kejadian DM
berdasarkan diagnosis dan gejala pada penduduk wanita dewasa di Indonesia pada tahun
2007.

Tinjauan Teoritis
Secara fisiologi, terdapat perbedaan pada mekanisme keseimbangan energi, komposisi
tubuh, dan distribusi lemak tubuh diantara pria dan wanita. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
faktor genetik, lingkungan dan hormon pada masing-masing jenis kelamin. Sebuah penelitian
menunjukkan bahwa hormon estrogen mempengaruhi aktifitas dan metabolisme jaringan
lemak pada tubuh wanita. Pada pria pola distribusi lemak tubuh disebut dengan istilah android
dimana akumulasi lemak lebih banyak tersebar pada bagian perut. Sedangkan pada wanita
dikenal dengan istilah gynoid dimana proporsi jaringan lemak terbesar terdapat pada area
pinggul, paha, dan pantat. Pria memiliki jaringan visceral lebih banyak, sedangkan wanita
memiliki jaringan subkutan yang lebih banyak. Pria memiliki massa otot yang lebih tinggi
daripada wanita, sementara itu wanita memiliki massa lemak tubuh yang lebih tinggi dari
pada pria. Hal ini membuat ruang untuk jaringan lemak pada perempuan lebih besar dari pada

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


pria. Perbedaan ini juga berpengaruh terhadap kerentanan terhadap penyakit kronis seperti
obesitas dan diabetes tipe 2 (Tsatsoulis, 2009).
Riskesdas 2007 menunjukkan bahwa status obesitas berdasarkan IMT maupun lingkar
pinggang lebih banyak dialami wanita daripada pria (Riskesdas, 2007). Hasil penelitian
Irawan (2010) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian Diabetes Mellitus (DM) berdasarkan
pengukuran gula darah lebih tinggi pada jenis kelamin wanita daripada pria karena wanita
lebih berisiko mengalami peningkatan indeks masa tubuh. Riwayat paritas dan perubahan
kondisi saat kehamilan juga dapat menyebabkan kenaikan kadar gula darah yang
menyebabkan kemunculan diabetes gestasional yang merupakan faktor risiko DM di
kemudian hari. Selama kehamilan, sensitivitas insulin mengalami penurunan. Peningkatan
hormon estrogen, laktogen dan progesteron pada masa kehamilan dan menyusui
meningkatkan nafsu makan sehingga meningkatkan jaringan lemak pada wanita (Mc Cance,
D et al, 2010).
Selain faktor hormon dan metabolisme tubuh, faktor psikologis dan stress dapat
meningkatkan risiko terjadinya penyakit kronis pada wanita. Berdasarkan Riskesdas 2007,
gangguan mental emosional pada penduduk berumur lebih dari 15 tahun lebih banyak terjadi
pada populasi wanita (14%) dari pada populasi pria (9%) (Riskesdas, 2007). Hasil analisis
multivariat menunjukkan bahwa wanita berisiko 1.46 kali lebih besar untuk mengalami
gangguan mental emosional dibandingkan pria (Idaiani, S et al, 2009). Ditinjau dari aktifitas
fisik, wanita cenderung lebih sedikit dalam beraktifitas dibandingkan pria. Riskesdas 2007
menyebutkan bahwa presentase wanita yang kurang melakukan aktifitas fisik (54,5%) lebih
tinggi dari pada pria yang kurang melakukan aktifitas fisik (41,4%).

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder riskesdas 2007 dengan desain cross
sectional. Sampel penlitian adalah wanita dewasa berumur ≥ 18 tahun yang tidak hamil,
diukur tekanan darah, dan memiliki data yang lengkap (tidak missing). Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kejadian penyakit Diabetes Mellitus yang ditentukan berdasarkan
diagnosis dan gejala. Variabel independen penelitian adalah umur, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, status merokok, gangguan mental emosional,

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


obesitas berdasarkan IMT, obesitas sentral, dan hipertensi. Analisis data dilakukan secara
univariat dan bivariat menggunakan SPSS 16 dengan uji kai kuadrat dan regresi logistik biner.

Hasil Penelitian

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Wanita Dewasa Berdasarkan Data Riskesdas


Indonesia tahun 2007
Variabel Kategori Frekuensi (n) Presentase (%)
Tidak 301.355 98,4
Diabetes Mellitus
Ya 4.952 1,6
18-24 49.032 16,0
25-34 76.725 25,0
35-44 70.858 23,1
Umur 45-54 52.130 17,0
55-64 29.658 9,7
65-74 18.796 6,1
≥75 9.108 3,0
Rendah 180.180 58,8
Tingkat Pendidikan Sedang 109.944 35,9
Tinggi 16.183 5,3
Bekerja 132.750 43,3
Status Pekerjaan
Tidak Bekerja 173.557 56,7
Belum Kawin 37.101 12,1
Status Perkawinan Kawin 225.998 73,8
Bercerai 43.208 14,1
Cukup 224.037 73.1
Aktifitas Fisik
Kurang 82.270 26.9
Bukan Perokok 286.116 93,4
Kebiasaan Merokok Mantan Perokok 3.403 1,1
Perokok 16.788 5,5
Tidak 262.452 85,7
Gangguan Mental Emosional
Ya 43.855 14,3
BB Kurang 40.763 13,3
BB Normal 144.497 47,2
Indeks Massa Tubuh Overweight 49.341 16,1
Obesitas Tk I 56.127 18,3
Obesitas Tk II 15.579 5,1
Tidak 205.695 67,2
Obesitas Sentral
Ya 100.612 32,8
Tidak 198.186 64,7
Status Hipertensi Ya 108.121 35,3
Total 306.307 100,0

Total sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 306.307 wanita dewasa yang
memenuhi kriteria penelitian. Kejadian Diabetes Mellitus diperoleh sebesar 1,6%.
Karakteristik wanita dewasa dalam penelitian ini sebagian besar berumur 25-34 tahun (25%),
berpendidikan rendah (58,8%), tidak bekerja (56,7%), berstatus menikah (73,8%), kurang
melakukan aktifitas fisik (73,1%), bukan perokok (93,4%), tidak mengalami gangguan mental

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


emosional (85,7%), memiliki IMT normal (47,2%), tidak berstatus obesitas sentral (67,2%),
dan tidak berstatus hipertensi (64,7%).

Tabel 2. Hubungan antara Umur dengan kejadian Diabetes Mellitus pada Wanita
Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Total OR
Umur Ya Tidak P value
(95% CI)
n % n % n %
5,743 <0,0001*
≥75 238 2,6 8.870 97,4 9.108 100
(4,783 - 6,897)
6,949 <0,0001*
65-74 591 3,1 18.205 96.9 18.796 100
(5,959 - 8,104)
7,911 <0,0001*
55-64 1.057 3,6 28.601 96,4 29.658 100
(6,851- 9,135)
5,903 <0,0001*
45-54 1.399 2,7 50.731 97,3 52.130 100
(5,129 - 6,794)
2,775 <0,0001*
35-44 907 1,3 69.951 98,7 70.858 100
(2,399 - 3,211)
1,495 <0,0001*
25-34 532 0,7 76.193 99,3 76.725 100
(1,279 - 1,746)
18-24 228 0,5 48.804 99,5 49.032 100 1
Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100
*secara statistik bermakna
Berdasarkan hasil analisis, prevalensi tertinggi kejadian DM dialami oleh wanita
dewasa berumur antara 55-64 tahun yaitu 3,6%. Kelompok umur dengan prevalensi tertinggi
berikutnya yaitu kelompok umur 65-74 tahun (3,1%) diikuti kelompok umur 45-54 tahun
(2,7%) kemudian kelompok umur ≥75 tahun (2,6%), kelompok umur 35-44 tahun (1,3%),
kelompok umur 25-34 tahun (0,7%), dan kelompok umur 18-24 tahun dengan presentase
terkecil (0,5%).
Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p <0,0001 artinya terdapat hubungan yang
bermakna secara statistik antara umur dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Semakin
bertambah umur seorang wanita semakin tinggi peluang untuk menderita DM. Hasil analisis
menunjukkan bahwa OR mengalami peningkatan secara signifikan dari kelompok umur 18-24
hingga mencapai puncaknya pada kelompok umur 55-64 tahun (OR =7,9) dan mengalami
penurunan kembali pada kelompok umur 64 tahun keatas. Peluang terbesar terdapat pada
wanita dengan kelompok umur 55-64 yaitu sebesar 7,9 kali dibandingkan dengan wanita pada
kelompok umur 18-24 tahun untuk menderita DM.

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Tabel 3. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Tingkat Total OR
Ya Tidak P value
Pendidikan (95% CI)
n % n % n %
1,054
Tinggi 298 1,8 15.885 98,2 16.183 100 0,393
(0,935–1,188)
0,778 <0,0001*
Sedang 1.502 1,4 108.442 98,6 109.944 100
(0,731-0,828)
1
Rendah 3.152 1,7 177.028 98,3 180.180 100

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian
diabetes mellitus, diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita
dewasa berpendidikan tinggi yaitu 1,8%. Hasil uji statistik memperlihatkan hubungan yang
tidak bermakna antara pendidikan tinggi dan pendidikan rendah terhadap kejadian DM pada
wanita (OR: 1,054; CI:0,935-1,188). Sementara itu uji statistik memperlihatkan hubungan
yang bermakna secara statistk antara pendidikan sedang dengan pendidikan rendah terhadap
kejadian DM pada wanita (OR: 0,788; CI 0,731-0,828; nilai p<0,0001) artinya wanita dewasa
dengan pendidikan sedang memiliki peluang lebih kecil untuk menderita DM dibandingkan
dengan wanita berpendidikan rendah.

Tabel 4. Hubungan antara Status Pekerjaan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Status Total OR
Ya Tidak P value
Pekerjaan (95% CI)
n % n % n %
Tidak Bekerja 3.032 1,7 170.525 98,3 173.557 100 1,212
<0,0001*
Bekerja 1.920 1,4 130.830 98,6 132.750 100 (1,144 – 1,283)

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Hasil analisis hubungan antara status pekerjaan dengan kejadian diabetes mellitus
diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita dewasa tidak bekerja
yaitu sebesar 1,7%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara status pekerjaan dengan diabetes mellitus.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,212, artinya wanita dewasa yang tidak
bekerja mempunyai peluang 1,212 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan
dengan wanita dewasa yang bekerja.

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Tabel 5. Hubungan antara Status Perkawinan dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Status Total OR
Ya Tidak P value
Perkawinan (95% CI)
n % n % n %
5,344 <0,0001*
Bercerai 1.133 2,6 42.075 97,4 37.101 100
(4,574 - 6,245)
3,243
Kawin 3.633 1,6 222.365 98,4 225.998 100
(2,797 - 3,759) <0,0001*
Belum Kawin 186 0,5 36.915 99,5 43.208 100 1

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Hasil analisis hubungan antara status perkawinan dengan kejadian diabetes mellitus
diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM tertinggi dialami oleh wanita dewasa dengan status
bercerai yaitu sebesar 2,6%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status perkawinan dengan kejadian
diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 3,243 pada kelompok
wanita yang berstatus kawin dan OR sebesar 5,344 pada kelompok wanita dengan status
bercerai. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa yang berstatus kawin
mempunyai peluang sekitar 3,2 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan
wanita dewasa yang belum menikah. Sementara itu risiko pada wanita dengan status bercerai
lebih besar yaitu 5,3 kali dibandingkan dengan wanita dewasa yang belum menikah.

Tabel 6. Hubungan antara Aktifitas Fisik dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Aktifitas Total OR
Ya Tidak P value
Fisik (95% CI)
n % n % n %
Kurang 1.884 2,3 80.386 97,7 82.270 100 1,688
<0,0001*
Cukup 3.068 1,4 220.969 98,6 224.037 100 (1,593 – 1,789)

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Hasil analisis hubungan antara aktifitas fisik dengan kejadian diabetes mellitus
diperoleh bahwa prevalensi kejadian DM lebih tinggi pada kelompok dengan aktifitas fisik
kurang yaitu sebesar 2,3%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara aktifitas fisik dengan diabetes mellitus. Dari
hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 1,688, artinya wanita dewasa yang kurang

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


melakukan aktifitas fisik memiliki peluang 1,688 kali lebih besar untuk mengalami DM
dibandingkan dengan wanita dewasa yang cukup melakukan aktifitas fisik.

Tabel 7. Hubungan antara Status Merokok dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM
Status Total OR
Ya Tidak P value
Merokok (95% CI)
n % n % n %
1,274
Perokok 335 2,0 16.453 98,0 16.788 100 <0,0001*
(1,139 – 1,425)
Mantan 2,208
116 3,4 3.287 96,6 3.403 100 <0,0001*
Perokok (1,831 - 2,663)
Bukan
4.501 1,6 281.615 98,4 286.116 100 1
Perokok
Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100
*secara statistik bermakna
Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa dengan
status mantan perokok yaitu sebesar 3,4%. Kelompok dengan prevalensi DM terbanyak
berikutnya yaitu wanita dengan status perokok 2%. Sedangkan pada kelompok wanita dewasa
bukan perokok terdapat 1,6% mengalami DM. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p <
0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status merokok
dengan diabetes mellitus. Secara statistik dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa yang
berstatus mantan perokok mempunyai peluang sekitar 2,2 kali lebih besar untuk mengalami
DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok. Sementara itu wanita dewasa yang
berstatus perokok mempunyai peluang sekitar 1,2 kali lebih besar untuk mengalami DM
dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok.

Tabel 8. Hubungan antara Gangguan mental Emosionaldengan kejadian Diabetes


Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007

Gangguan Kasus DM
Total OR
Mental Ya Tidak P value
(95% CI)
Emosional n % n % n %
Ya 1.665 3,8 42.190 96,2 43.855 100 3,112
<0,0001*
Tidak 3.287 1,3 259.165 98,7 262.452 100 (2,931 - 3,303)

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa yang
mengalami gangguan mental emosional sebesar 3,8%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai
p < 0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara gangguan mental
emosional dengan diabetes mellitus. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 3,112,
artinya wanita dewasa yang mengalami gangguan mental emosional mempunyai peluang

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


3,112 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak
mengalami gangguan mental emosional.

Tabel 9. Hubungan antara Obesitas berdasarkan IMT dengan kejadian Diabetes


Mellitus pada Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM OR P value
Total (95% CI)
Obesitas Ya Tidak
n % n % n %
2,413
Obesitas Tk II 488 3,1 15.091 96,9 15.579 100 <0,0001*
(2132 - 2732)
1,783
Obesitas Tk I 1.310 2,3 54.817 97,7 56.127 100 <0,0001*
(1,612 - 1,973)
1,329
Overweight 863 1,7 48.478 98,3 49.341 100 <0,0001*
(1,192 - 1,481)
0,916
BB Normal 1.752 1,2 142.745 98,8 56.127 100 0,077
(0,831 - 1,009)

BB Kurang 539 1,3 40.224 98,7 40.763 100 1

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Berdasarkan hasil analisis hubungan antara status obesitas dengan kejadian diabetes
mellitus diperoleh bahwa prevalensi tertinggi kejadian DM dialami oleh wanita dewasa
dengan status obesitas tingkat II sebesar 3,1%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p
<0,0001 pada kelompok overweight dan obesitas baik tingkat I maupun II. Dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status overweight dan
obesitas dengan kejadian DM pada wanita dewasa. Peluang kejadian (OR) DM mengalami
peningkatan secara signifikan dari kelompok overweight, obesitas tingkat I, hingga Obesitas
tingkat II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai indeks masa tubuh
(IMT) seorang wanita semakin tinggi risiko untuk menderita DM.

Tabel 10. Hubungan antara Obesitas Sentral dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM Total
Obesitas OR
Ya Tidak P value
Sentral (95% CI)
n % n % n %
Ya 2.563 2,5 98.049 97,5 108.121 100 2,225
<0,0001*
Tidak 2.389 1,2 203.306 98,8 198.186 100 (2,103 – 2,353)

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Prevalensi tertinggi kejadian DM paling tinggi dialami oleh wanita dewasa yang
mengalami obesitas sentral yaitu sebesar 2,5%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p <
0,0001 artinya terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara obesitas sentral. Dari

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 2,225, artinya wanita dewasa yang mengalami
obesitas sentral mempunyai peluang 2,225 kali lebih besar untuk mengalami DM
dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami obesitas sentral.

Tabel 11. Hubungan antara Status Hipertensi dengan kejadian Diabetes Mellitus pada
Wanita Dewasa di Indonesia tahun 2007
Kasus DM Total
Status OR
Ya Tidak P value
Hipertensi (95% CI)
n % n % n %
Ya 2.738 2,5 105.383 97,5 108.121 100 2,3
<0,0001*
Tidak 2.214 1,1 195.972 98,9 198.186 100 (2,173 - 2,433)

Total 4.952 1,6 301.355 98,4 306.307 100


*secara statistik bermakna
Prevalensi kejadian DM lebih banyak dialami pada wanita dewasa berstatus hipertensi
yaitu sebesar 2,5%. Hasil uji statistik memperlihatkan nilai p < 0,0001 artinya terdapat
hubungan yang bermakna secara statistik antara status hipertensi dengan diabetes mellitus.
Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR sebesar 2,3, artinya wanita dewasa yang mengalami
hipertensi mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan
dengan wanita dewasa yang tidak hipertensi.

Pembahasan

Umur memiliki hubungan bermakna dengan diabetes Mellitus. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa peluang kejadian DM meningkat seiring dengan pertambahan umur. Hal
ini sejalan dengan penelitian Agrawal pada tahun 2011 terhadap wanita dewasa di India.
Proses penuaan berhubungan dengan perubahan dan penurunan fungsi sel β pankreas yang
memproduksi insulin di dalam tubuh (Rahajeng, 2004). Pada kelompok umur >40 tahun,
sebagian besar wanita telah berstatus menikah, memiliki kehidupan rumah tangga pribadi,
mengalami proses kehamilan, melahirkan, menyusui, dan beberapa telah mengalami
menopause. Kondisi ini berhubungan dengan kondisi psikologis, perubahan hormon dalam
tubuh, keseimbangan energi, pola makan, dan distribusi lemak dalam tubuh yang dapat
mempengaruhi status kesehatan seorang wanita. Dengan demikian, semakin bertambah umur
seorang wanita, semakin meningkat pula risiko untuk terkena penyakit DM yang dapat dipicu

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


oleh banyak faktor seperti penuaan sel, penurunan fungsi sel beta pankreas, perubahan
hormon, perubahan kondisi psikologis, dan perubahan metabolisme tubuh lainnya.
Tingkat Pendidikan, status pekerjaan, dan status perkawinan memiliki hubungan
bermakna terhadap kejadian DM pada wanita dewasa. Wanita dengan tingkat pendidikan
sedang memiliki peluang yang lebih rendah untuk menderita DM dibandingkan wanita
dengan status pendidikan tinggi. Ditinjau dari faktor ekonomi, tingkat pendidikan
berhubungan dengan pekerjaan, penghasilan, dan status sosial ekonomi seorang wanita. Hal
ini berpengaruh terhadap perubahan perilaku dan gaya hidup. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian Agrawal pada tahun 2011.
Wanita yang tidak bekerja lebih berpeluang menderita DM dibandingkan dengan
wanita yang bekerja. Jenis pekerjaan dengan aktifitas fisik rendah meningkatkan peluang
terjadinya obesitas. Wanita yang tidak bekerja cenderung menjalani gaya hidup sedentary
(malas bergerak) dan kurang melakukan aktifitas fisik sehingga sangat berisiko mengalami
penimbunan lemak di dalam tubuh. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bosch
(2011).
Wanita dengan status bercerai dan menikah memiliki peluang yang lebih besar untuk
menderita DM dibandingkan dengan wanita yang belum menikah. Hal ini berhubungan
dengan pertambahan umur, kondisi psikologis, perubahan gaya hidup, dan perubahan
hormone pada wanita yang mengalami kehamilan, menyusui, dan kondisi menopause. Hasil
ini sejalan dengan penelitian Lidfeldt pada tahun 2005.
Wanita dewasa yang kurang melakukan aktifitas fisik memiliki peluang lebih besar
untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang cukup melakukan aktifitas
fisik. Aktifitas fisik berhubungan dengan indeks masa tubuh. Seseorang yang kurang
beraktifitas mudah mengalami penimbunan lemak dalam tubuh maupun obesitas. Kondisi
obesitas dapat menyebabkan resistensi insulin. Jaringan lemak mempengaruhi metabolisme
insulin dengan melepaskan asam lemak dan cytokines. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian Weinstein (2004).
Wanita dewasa yang berstatus perokok dan mantan perokok mempunyai peluang lebih
besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa bukan perokok. Merokok
berhubungan dengan stress oksidatif, inflamasi sistemik, disfungsi endothelial, dan
peningkatan tekanan darah. Merokok secara perlahan menurunkan fungsi sel beta pankreas
dan manyebabkan inflamasi kronis pada pancreas. Hasil ini sejalan dengan penelitian
Sairenchi (2004) dan Hu (2001).

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Wanita dewasa yang mengalami gangguan mental emosional mempunyai peluang
yang lebih besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak
mengalami gangguan mental emosional. Kondisi stress yang lama mempengaruhi seluruh
syaraf pada kelenjar endokrin, mengaktifkan sumbu HPA (hipotalamus-pituitari-adrenal) dan
pusat saraf simpatik yang dapat memicu gangguan metabolisme (Agardh, 2003). Depresi
mempengaruhi mekanisme lemak tubuh dan mekanisme glukosa melalui mekanisme
psikososial dan perilaku yang mempengaruhi pola makan (Rose, S et al, 2004). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Nuryati ( 2009) dan Agardh (2003).
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna secara statistik
antara peningkatan IMT pada wanita dewasa dengan kejadian DM. Hasil analisis
menunjukkan bahwa peluang kejadian DM mengalami peningkatan secara signifikan dari
kelompok overweight, obesitas tingkat I, hingga Obesitas tingkat II. Obesitas berhubungan
dengan pola makan yang buruk, asupan kalori yang berlebihan, dan kurangnya aktifitas fisik.
Kondisi ini meningkatkan kadar asam lemak bebas dalam tubuh yang akan menimbulkan
resistensi insulin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Agrawal (2011), Hu (2001), dan
Nuryati (2009).
Wanita dewasa yang mengalami obesitas sentral mempunyai peluang 2,225 kali lebih
besar untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak mengalami
obesitas sentral. Obesitas sentral berhubungan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas di
dalam tubuh. Peningkatan ini terjadi karena proses lipolisis jaringan adiposa dan oksidasi
lipid yang lebih cepat dari kondisi normal sehingga dapat menyebabkan resistensi insulin dan
mengganggu metabolisme insulin dalam tubuh (Rahajeng, E et al, 2004). Penelitian ini
sejalan dengan penelitian Rana (2007) dan Rose (2004).
Wanita dewasa yang mengalami hipertensi mempunyai peluang 2,3 kali lebih besar
untuk mengalami DM dibandingkan dengan wanita dewasa yang tidak hipertensi. Kenaikan
tekanan darah berhubungan dengan kenaikan indeks massa tubuh dan obesitas sentral.
Kondisi hiperglikemia yang dialami penderita obesitas menyebabkan munculnya gangguan
makrovaskuler, hipertensi, dan resistensi insulin. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Maty (2004).

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Kesimpulan dan Saran

Prevalensi kejadian DM berdasarkan diagnosis dokter dan gejala yang dialami wanita
dewasa pada penelitian adalah sebesar 1,6%. Prevalensi tertinggi kejadian diabetes mellitus
berdasarkan diagnosis dan gejala pada penelitian ini dialami pada wanita dewasa berumur 55-
64 tahun (3,6%), berpendidikan tinggi (1,8%), tidak bekerja (1,7%), berstatus cerai (2,6%),
kurang melakukan aktifitas fisik (2,3%), mantan perokok (3,4%), mengalami gangguan
mental emosional (3,8%), berstatus obesitas tingkat II (3,1%), berstatus obesitas sentral
(2,5%), dan berstatus hipertensi (2,5%).
Terdapat hubungan bermakna (nilai p < 0,05) antara umur, tingkat pendidikan, status
pekerjaan, status perkawinan, aktifitas fisik, merokok, gangguan mental emosional, obesitas
berdasarkan IMT, obesitas sentral, dan hipertensi dengan kejadian DM pada wanita dewasa di
Indonesia.
Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan primer sedini mungkin berupa deteksi
dini faktor risiko DM dan deteksi dini gula darah. Masyarakat perlu berpartisipasi dalam
menjalankan gaya hidup sehat, membiasakan diri menjaga dan memantau kesehatan secara
rutin terutama IMT dan tekanan darah, menghindari stress, menjauhi gaya hidup sedentary
(kurang aktifitas fisik). Bagi ibu rumah tangga dengan aktifitas fisik rendah, sebaiknya mulai
merencanakan program dan target pribadi untuk meningkatkan aktifitas fisik seperti
berolahraga secara konsisten tiap minggu. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk menambah
variabel lain seperti riwayat keluarga dan riwayat paritas dan melakukan analisis hingga tahap
multivariat.

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


DAFTAR PUSTAKA

Agardh, E et al. (2003). Work Stress and Low Sense of Coherence is Associated with Type 2
Diabetes in Middle-Aged Swedish Women. Diabetes Care. Maret vol 26, 719-724
Agrawal, S & Ebrahim, S et al. (2011). Prevalence and Risk Factors for Self-reported
Diabetes among Adult Men and Women in India: Findings from a National Cross-
Sectional Survey. Public Health Nutritions, 1065-1077
Akhter, A et al. (2011). Prevalence of Diabetes Mellitus and its Associated Risk Indicators in
a Rural Bangladeshi Population. The Open Diabetes Journal, 6-13
Bosch, M.V. (2011). Comparative Analysis of the Demographic, Clinical, and Social-
Cognitive Factors Associated with Physical Activity among Middle-aged Women with
and without Diabetes. (Dissertation). Michigan State University.
CDC. (2011). National Diabetes Fact Sheet: national estimates and general information on
diabetes and prediabetes in the US. US : Centers for Disease Control and Prevention
CDC. (2011). Women at High Risk for Diabetes: access and quality of health care, 2003-
2006. US: CDC
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
2007. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
2013. Jakarta : Depkes RI
Hu, F,B et al. (2001). Diet, Lifestyle, and the Risk of Type 2 Diabetes in Women. New
England Journal of Medicine. September vol 345, no 11, 790-797
Idaiani, S et al. (2009). Analisis Gejala Gangguan Mental Emosional Penduduk Indonesia.
Majalah Kedokteran Indonesia. Oktober vol 59
IDF. (2012). International Diabetes Federation Diabetes Atlas. www.idf.org/diabetesatlas.
IDF. (2013) International Diabetes Federation „Diabetes Atlas”. (2013). Edisi 6.
Irawan, D. (2010). Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 di Daerah
Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007). (Tesis). Depok : FKM UI
Krishnan, S et al. (2007). Overall and Central Obesity and Risk of Type 2 Diabetes in U.S.
Black Women. Obesity. July. Vol 15. No 7, 1860-1866
Lidfeldt, J et al. (2005). Woman Living Alone Have an Increased Risk to Develop Diabetes
Which is Explained Mainly by Lifestyle Factors. Diabetes Care. October vol 28, 2531-
2536

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014


Maty, S et al. (2004). Patterns of Disability Related to Diabetes Mellitus in Older Women.
The Journal of Gerontology. February vol 59A, 148-153
McCance, D et al. (2010). A Practical manual of Diabetes in Pregnancy. UK: A John Wiley
and Sons, Publication
Nuryati, S dkk. (2009). Gaya Hidup dan Status Gizi serta Hubungannya dengan Diabetes
Melitus pada Wanita Dewasa di DKI Jakarta. Gizi Indonesia 32,2, 117-127
PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia
Rana, J et al. (2007). Adiposity Compared With Physical Inactivity and Risk of Type 2
Diabetes in Women. Diabetes Care. January vol 30, 53-58
Rahajeng, E et al. (2004). Risiko Obesitas pada Kasus Toleransi Glukosa Terganggu terhadap
Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 dan Faktor “Non Genetik” lain yang Berhubungan.
Jakarta : Depkes RI
Rose, S.A et al. (2004). Depressive Symptoms, Insulin Resistence, and Risk of Diabetes in
Women at Midlife. Diabetes Care. December vol 26, 2856-2861
Sairenchi, T et al. (2004). Cigarette Smoking and risk of Type 2 Diabetes Mellitus among
Middle-aged and Elderly Japanese Men and Women. American Journal of
Epidemiology. April vol 160, no 2, 158-162
Scavini, M et al. (2003). Prevalence of Diabetes is Higher Among Female than Male Zuni
Indians. Diabetes Care. January vol 26, 55-60
Soetiarto, F, et al. (2010). Hubungan Diabetes Mellitus dengan Obesitas berdasarkan Indeks
Massa Tubuh dan Lingkar Pinggang Data Riskesdas 2007. Buletin Penelitian
kesehatan. Vol 38, 36-42
Swahn, E. (2010). Diabetes In Woman. New York : Nova Science Publisher, Inc.
Tsatsoulis, A et, al. (2009). Diabetes in Women, Pathophysiology and Therapy. New York :
Humana Press
Weinstein, A.R et al. (2004). Relationship of Physical Activity vs Body Mass Index With
Type 2 Diabetes in Women. Journal American Medical Association. September vol 2,
1188-1194
WHO. (2006). Definition and Diagnosis of Diabetes Mellitus and Intermediate
Hyperglycaemia. Geneva : WHO Press
WHO. (2004). Diabetes Action Now. Geneva : WHO Press
WHO. (2009). Women and Health. Geneva : WHO Press

Prevalensi dan..., Irma Nuryanti, FKM UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai