Anda di halaman 1dari 23

A.

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN


Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O²) yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme sel dan karbondioksida (CO²) yang dihasilkan dari metabolisme tersebut
dikeluarkan dari tubuh melalui paru. Saluran pernapasan terbagi atas beberapa bagian yaitu:
1. Saluran Nafas Bagian Atas
a. Rongga hidung
Merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi (terdiri dari: Psedostrafied
ciliated columnar epithelium) yang berfungsi menggerakkan partikel partikel
halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu
hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang
masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal
tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke:
b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius).
c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal
lidah).
d. Laringofaring (terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan).
Normalnya, manusia akan berusaha bernapas melalui hidung, dan pada
keadaan tertentu akan bernapas melalui mulut. Udara yang masuk akan mengalami
proses penghangatan dan pelembapan. Pada korban yang tidak sadar, lidah akan
terjatuh kebelakang rongga mulut. hal ini dapat menyebabkan gangguan pada airway.
Lidah pada bayi lebih besar secara relatif sehingga lebih mudah menyumbat airway.

2. Saluran Nafas Bagian Bawah


a. Laring: Terdiri dari Tulang rawan krikoid, Selaput/pita suara, Epilotis, Glotis.
b. Trakhea: Merupakan pipa silider dengan panjang ± 11 cm, berbentuk ¾ cincin
tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran
fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus. Pada bayi, trakea
berukuran lebih kecil, sehingga tindakan mendongakan kepala secara
berlebihan (hiperekstensi) akan menyebabkan sumbatan pada airway.
c. Bronkhi: Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat
percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih
dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi: lobus superior,
medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior daninferior
d. Epiglotis: Trakea dilindungi oleh sebuah flap berbentuk daun yang berukuran
kecil yang dinamakan epiglotis. Normalnya, epiglotis menutup laring pada
saat makanan atau minuman masuk melalui mulut, sehingga akan diteruskan
ke esofagus. Tetapi, pada keadaan tertentu seperti trauma atau penyakit,
refleks ini tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya, sehingga dapat terjadi
masuknya benda padat atau cair ke laring yang dapat mengakibatkan tersedak.

3. Alveoli
Terdiri dari: membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar:
a. Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli
b. Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan
surfactant.
c. Anastomosing capillary, merupakan system vena dan arteri yang saling
berhubungan langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam
rongga endotel
d. Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh: endotel
kapiler, epitel alveoli, saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.
Aliran pertukaran gas: Proses pertukaran gas berlangsung sebagai berikut: alveoli
epitel alveoli « membran dasar « endotel kapiler « plasma « eitrosit. Membran «
sitoplasma eritrosit « molekul hemoglobin. Surfactant: Mengatur hubungan antara cairan
dan gas. Dalam keadaan normal surfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada
waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari.
4. Sirkulasi Paru
Mengatur aliran darah vena-vena dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis dan
mengalirkan darah yang bersifat arterial melaului vena pulmonalis kembali
ke ventrikel kiri.
5. Bronkus dan paru
Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus
terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf,
sistem limfatik .Pada alveolus akan terjadi pertukaran oksigen dengan karbondioksida.
6. Rongga dan Dinding Dada
Rongga ini terbentuk oleh:
a. Otot-otot interkostalis
b. Otot -otot pektoralis mayor dan minor
c. Otot- otot trapezius
d. Otot-otot seratus anterior/posterior
e. Kosta- kosta dan kolumna vertebralis
f. Kedua hemi diafragma.
g. Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

B. PENGERTIAN JALAN NAPAS (AIRWAY)


Airway merupakan komponen yang penting dari sistem pernapasan adalah hidung
dan mulut, faring, epiglotis, trakea, laring, bronkus dan paru. Sehingga Penilaian jalan napas
(Airway) pada korban yang pertama kali adalah:
1. Mendengarkan apakah ada suara nafas tambahan?
2. Apakah jalan nafas terbuka
3. Lindungi C-spin
C. Tanda-tanda sumbatan pada jalan nafas yaitu:
1. Bagian atas
a. Snoring: suara seperti orang ngorok dimana pangkal lidah yang jatuh ke
belakang.
b. Gurgling: seperti orang berkumur dimana dikarenakan adanya cairan atau darah.
c. Stridor: terjadi karena uap panas atau gas yang mengakibatkan mukosa bengkak
ataupun jalan nafanya menjadi kasar.
2. Bagian bawah
a. Rales
b. Wheezing: seperti suara biola dimana mengalami penyempitan di bronkusnya.
c. Stridor
D. PENGELOLAAN JALAN NAFAS DENGAN ALAT
1. Oropharyngeal Tube
Ada yang menyebutnya sebagai oropharingeal airway, ada yang menyebutnya mayo
tube, atau ada juga yang menyebutnya dengan istilah gudel.
a. Pengertian
Memasang oropharingeal tube adalah suatu tindakan pemenuhan kebutuhan
oksigen dengan membebaskan jalan nafas melalui pemasangan oropharingeal
tube melalui rongga mulut ke dalam pharing.
b. Tujuan
1)      Membebaskan jalan nafas
2)      Mencegah lidah jatuh atau melekat pada dinding posterior pharing
3)      Memudahkan penghisapan lendir
c. Langkah-langkah Pelaksanaan
1) Persiapan pasien dan keluarga
a) Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan
b) Menjelaskan prosedur tindakan termasuk selama pemasangan
oropharing tube pasien tidak diperbolehkan makan dan minum
c) Memberikan posisi sesuai kebutuhan
2) Alat-alat
a)     Oropharingeal tube sesuai kebutuhan
b)     Kassa steril 2 buah
c)     Plester dan gunting
d)     Nierbekken
e)     Spatel lidah
f)     Handschoen
3) Lingkungan
Menjaga privacy pasien.
4) Perawat
a) Mencuci tangan
b) Menilai keadaan umum pasien
c) Mengukur tanda-tanda vital
d) Mengobservasi pola nafas
5)      Pelaksanaan
a) Perawat memakai handschoen
b) Membuka mulut pasien, tahan lidah dengan menggunakan tongue
spatel
c) Bersihkan mulut dengan kassa steril
d) Masukkan oropharing tube melalui rongga mulut dengan ujung
mengarah ke palatum, setelah masuk dinding belakang pharing lalu
putar oropharingeal tube 180º sampai posisi ujung mengarah ke
oropharing
e) Lakukan fiksasi dipangkal oropharing tube dengan plester tanpa
menutup lubang oropharing tube
f) Berikan posisi yang nyaman
g) Rapikan pasien dan alat-alat
h) Buka handschoen dan cuci tangan
i) Membuat catatan keperawatan meliputi:
- Keadaan umum pasien
- Tindakan dan hasil setelah dilakukan
- Tanda-tanda vital
- Pola nafas
CATATAN:
1) Oropharingeal tube tidak boleh dipasang pada pasien sadar.
2) Oropharingeal tube dipasang pada pasien yang tidak sadar atau pada pasien
dengan penurunan kesadaran.
3) Pada pasien yang dilakukan pemasangan oropharing tube harus dilakukan
oral hygiene.
4) Ukuran oropharingeal: disesuaikan dengan mengukur panjang oropharingeal
dari mulut ke mandibula atau sesuai ukuran:
a) Kode 00 untuk bayi kecil/premature.
b) Kode 0 untuk bayi.
c) No. 1 untuk anak usia 1-3 tahun.
d) No. 2 untuk anak usia 3-8 tahun.
e) No. 3 untuk usia 8 tahun.
f) No. 4 dan 5 untuk dewasa.

2. Suctioning
a. Pengertian
Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan
nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas yang adekuat
dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya
sendiri
b. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya secret yang
menyumbat jalan nafas, ditandai dengan:
1)      Terdengar adanya suara pada jalan nafas.
2)      Hasil auskultasi : ditemukan suara crackels atau ronkhi.
3)      Kelelahan.
4)      Nadi dan laju pernafasan meningkat.
5)      Ditemukannya mukus pada alat bantu nafas.
6)      Permintaan dari klien sendiri untuk disuction.
7)      Meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator
c. Prosedur
Hudak (1997) menyatakan persiapan alat scara umum untuk tindakan penghisapan
adalah sebagai berikut:
1) Kateter suction steril yang atraumatik
2) Sarung tangan
3) Tempat steril untuk irigasi
4) Spuit berisi cairan NaCl steril untuk irigasi trachea jika diindikasikan
(Ignativicius, ) menuliskan langkah-langkah dalam melakukan tindakan
penghisapan adalah sebagai berikut:
1) Kaji adanya kebutuhan untuk dilakukannya tindakan penghisapan.
(usahakan tidak rutin melakukan penghisapan karena
menyebabkankerusakan mukosa, perdarahan, dan bronkospasme)
2) Lakukan cuci tangan, gunakan alat pelindung diri dari kemungkinan
terjadinya penularan penyakit melalui secret
3) Jelaskan kepada pasien mengenai sensasi yang akan dirasakan selama
penghisapan seperti nafas pendek, , batuk, dan rasa tidak nyaman
4) Check mesin penghisap, siapkan tekanan mesin suction pada level 80-120
mmHg untuk menghindari hipoksia dan trauma mukosa
5) Siapkan tempat yang steril
6) Lakukan preoksigenasi dengan O2 100% selama 30 detik sampai 3 menit
untuk mencegah terjadinya hipoksemia
7) Secara cepat dan gentle masukkan kateter, jangan lakukan suction saat
kateter sedang dimasukkan
8) Tarik kateter 1-2 cm, dan mulai lakukan suction. Lakukan suction secara
intermitten, tarik kateter sambil menghisap dengan cara memutar. Jangan
pernah melakukan suction lebih dari 10=15 “
9) Hiperoksigenasi selama 1-5 menit atau bila nadi dan SaO2 pasien normal
10) Ulangi prosedur bila diperlukan (maksimal 3 x suction dalam 1 waktu)
11) Tindakan suction pada mulut boleh dilakukan jika diperlukan, lakukan juga
mouth care setelah tindakan suction pada mulut
12) Catat tindakan dalan dokumentasi keperawatan mengenai karakteristik
Sputum (jumlah, warna, konsistensi, bau, adanya darah) dan respon pasien.

3. Intubasi Endotracheal (ETT)


a. Pengertian
ETT adalah tindakan untuk memasukan pipa endotracheal ke dalam trachea, yang
biasa digunakan sebagai pembebasan jalan nafas, pemberian nafas buatan dengan
bag and mask dan lain sebagainya.
b. Tujuan
1)      Pembebasan jalan nafas
2)      Pemberian nafas buatan dengan bag and mask
3)      Pemberian nafas buatan secara mekanik (respirator)
4)      Memungkinkan penghisapan sekret secara adekuat
5)      Mencegah aspirasi asam lambung (dengan adanya balon yang dikembangkan
6)      Mencegah distensi lambung
7)      Pemberian oksigen dosis tinggi
c. Indikasi
1)      Ada obstruksi jalan nafas bagian atas
2)      Pasien yang memerlukan bantuan nafas dengan respirator
3)      Pemberian anestesi
4)      Terdapat banyak sputum (pasien tidak dapat mengeluarkan sendiri)
d. Jenis Intubasi
1)      Intubasi oral
2)      Intubasi nasal
e. Keuntungan dan kerugian intubasi nasal dan oral
1) Intubasi Nasal
Keuntungan
a)      Pasien merasa lebih enak / nyaman
b)      Lebih mudah dilakukan pada pasien sadar
c)      Tidak akan tergigit
Kerugian
a)      Pipa ETT yang digunakan lebih kecil
b)      Penghisapan sekret lebih sulit
c)      Dapat terjadi kerusakan jaringan dan perdarahan
d)     Lebih sering terjadi infeksi (sinusitis)
2) Intubasi Oral
Keuntungan
a)      Lebih mudah dilakukan
b)      Bisa dilakukan dengan cepat pada pasien emergency
c)      Resiko terjadinya trauma jalan nafas lebih kecil
Kerugian
a)      Tergigit
b)      Lebih sulit dilakukan oral hygiene
c)      Tidak nyaman
Faktor faktor penyulit
a)      Leher pendek
b)      Fraktur cervical
c)      Rahang bawah kecil
d)     Trismus
e)      Ada massa di pharing dan laring
f. Persiapan Pasien, Alat-Alat dan Obat-Obatan
1) Persiapan Pasien
a)      Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
b)      Mintakan persetujuan keluarga / informed consent
c)      Berikan suport mental.
d)     Sudah terpasang infuse dan infuse menetes dengan lancar
e)      Hisap cairan / sisa makanan dari NG Tube
f)       Pasien memakai bantal setinggi10-12cm
2) Persiapan Alat
a) Sarung tangan
b) O2,slang O2 dan BVM (bag valve mask)
c) Laringoskop lengkap dengan blade sesuai ukuran pasien dan lampu
harus menyala dengan terang
d) Alat-alat suction (yakinkan berfungsi dengan baik)
e) Xylocain jelly/ xylicain spray dan KY jelly
f) ETT sesuai ukuran
g) Dewasa laki-laki: 7; 7,5; 8.
h) Dewasa wanita: 6,5 ; 7 ;7,5.
i) Anak-anak: usia (dalam tahun) + 4 kemudian dibagi 4 
masukan dalam ETT lalu ujungnya dibentuk spt stick golf à10.
Stylet/mandrin ( ukuran 2/3 Ø ETT)
j) Magil forcep
k) Oropharyngeal tube/airway sesuai ukuran pasien
l) Stetoskop
m) Spuit 20cc untuk mengisi cuff
n) Plester untuk fiksasi
o) Gunting
3) Persiapan Obat-obatan
Obat-obatan intubasi
Sedasi
a) Penthotal 25mg/cc dosis 3-5 mg/ kg BB
b) Dormicum 0,6 mg/kgBB
c) Diprivan 1-2mg/kgBB
d) Muscle relaxan
e) Succinyl scolin 20mg/cc: 1-2mg/kgBB.
f) Pavulon 0,15mg/kgBB
g) Tracrium 0,5-0,6 mg / kgBB
h) Norcuron 0,1 mg / kgBB
Obat-obat emergency:
p) Sulfas atropine
q) Ephedrine
r) Adrenalin
s) Lidokain 2%, dll
g. Prosedur Pemasangan
1) Mencuci tangan lalu memakai sarung tangan
2) Posisi pasien terlentang
3) Kepala diganjal bantal setinggi 12 cm
4) Pilih ukuran pipa ETT yang akan digunakan
5) Periksa balon pipa/ cuff ETT
6) Pasang blade yang sesuai
7) Oksigenasi dengan bag and mask / ambubag dengan O2 100% selama 5mnt
agar pasien tidak hipoksia
8) Masukan obat-obat sedasi dan muscle relaksan
9) Pentotal secara titrasi
10) Scolin dimasukan pelan-pelan sekali dosis
11) Buka mulut dengan laryngoskop sampai terlihat epiglottis
12) Dorong blade sampai pangkal epiglottis
13) Lakukan penghisapan lendir bila banyak secret
14) Anestesi daerah laryng dengan xylocain spray (bila kasus emergency tidak
perlu dilakuka)
15) Masukan ETT yang sebelumnya diberi jelly (lepas laryngoskop,tarik stylet
lalu sambungkan ke ambubag,lalu pompa)
16) Cek apakah ETT sudah benar posisinya
17) Isi cuff/balon dengan udara sampai kebocoran tidak terdengar
18) Dengarkan suara nafas,bandingkan kanan dan kiri
19) Pasang oropharyngeal airway agar ETT tidak tergigit
20) Lakukan fiksasi dengan plester
21) Hubungkan ETT dengan ventilator
22) K/p cek foto thorax
h. Hal-hal yang Didokumentasikan
1)      Tanggal pemasangan,siapa yang memasang
2)      Nomor ETT/OTT
3)      Jumlah udara yang dimasukan pada balon
4)      Batas masuknya NTT/OTT
5)      Obat-obat yang diberikan
6)      Respon pasien / kesulitan yang terjadi
i. Perawatan Intubasi
1) Fiksasi harus baik
2) Gunakan orophryngeal airway (mayo) pada pasien yang tidak kooperatif
3) Hati-hati waktu mengganti posisi pasien
4) Jaga kebersihan mulut dan hidung
5) Jaga patensi jalan nafas
6) Humidifikasi yang adekuat
7) Pantau tekanan balon
8) Observasi TTV dan suara paru-paru
9) Lakukan fisioterapi nafas tiap 4 jam
10) Lakukan suction setiap fisioterapi nafas dan sewaktu-waktu bila ada suara
lender
11) Yakinkan bahwa konektor mengetahui perkembangan
12) Cek blood gas untuk mengetahui perkembangan
13) Lakukan foto thorax segera setelah intubasi dan dalam waktu-waktu tertentu
14) Observasi terjadinya emfisema cutis
15) Air dalam water trap harus sering terbuang
16) Pipa ETT ditandai di ujung mulut / hidung

E. TINDAKAN PEMBEBASAN JALAN NAFAS DENGAN TANPA ALAT


a) Pemeriksaan Jalan Napas :
L = Look/Lihat gerakan nafas atau pengembangan dada, adanya retraksi sela iga, warna
mukosa/kulit dan kesadaran
L = Listen/Dengar aliran udara pernafasan
F = Feel/Rasakan adanya aliran udara pernafasan dengan menggunakan pipi penolong

Gambar 1. Cara pemeriksaan Look-Listen-Feel (LLF) dilakukan secara simultan. Cara


ini dilakukan untuk memeriksa jalan nafas dan pernafasan.

b) Tindakan
Membuka jalan nafas dengan proteksi cervikal

 Chin Lift maneuver (tindakan mengangkat dagu)


 Jaw thrust maneuver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah)
 Head Tilt maneuver (tindakan menekan dahi)

Gambar  dan penjelasan lihat dibawah.

Untuk Ingat! Pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan
maneuver jaw thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.

 memeriksa jalan nafas terutama di daerah mulut, dapat dilakukan teknik Cross Finger
yaitu dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk yang disilangkan dan menekan
gigi atas dan bawah.
 Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut dilakukan
pembersihan manual dengan sapuan jari.
 Kegagalan membuka nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal lain yaitu adanya
sumbatan jalan nafas di daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)
 Bila hal ini terjadi pada penderita tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut,
bila dada tidak mengembang, maka kemungkinan ada sumbatan pada jalan nafas dan
dilakukan maneuver Heimlich.

Gambar 2. Pemeriksaan sumbatan jalan nafas di daerah mulut dengan menggunakan


teknik cross finger

Tanda-tanda adanya sumbatan (ditandai adanya suara nafas tambahan) :

 Mendengkur(snoring), berasal dari sumbatan pangkal lidah. Cara mengatasi : chin


lift, jaw thrust, pemasangan pipa orofaring/nasofaring, pemasangan pipa endotrakeal.
 Berkumur (gargling), penyebab : ada cairan di daerah hipofaring. Cara mengatasi :
finger sweep, pengisapan/suction.
 Stridor (crowing), sumbatan di plika vokalis. Cara mengatasi : cricotirotomi,
trakeostomi.
3. Membersihkan jalan nafas
a. Sapuan jari (finger sweep)
Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing pada rongga
mulut belakang atau hipofaring seperti gumpalan darah, muntahan, benda asing
lainnya sehingga hembusan nafas hilang.
b. Cara melakukannya :
 Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher) kemudian
buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu ke bawah bila otot rahang lemas
(maneuver emaresi)
 Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus
dengan sarung tangan/kassa/kain untuk membersihkan rongga mulut dengan
gerakan menyapu.

Gambar 3. Tehnik finger sweep

4. Mengatasi sumbatan nafas parsial


Dapat digunakan teknik manual thrust
 Abdominal thrust
 Chest thrust
 Back blow
Jika sumbatan tidak teratasi, maka penderita akan :
 Gelisah oleh karena hipoksia
 Gerak otot nafas tambahan (retraksi sela iga, tracheal tug)
 Gerak dada dan perut paradoksal
 Sianosis
 Kelelahan dan meninggal
Prioritas utama dalam manajemen jalan nafas adalah JALAN NAFAS BEBAS!
 Pasien sadar, ajak bicara. Bicara jelas dan lancar berarti jalan nafas bebas
 Beri oksigen bila ada 6 liter/menit
 Jaga tulang leher : baringkan penderita di tempat datar, wajah ke depan, posisi
leher netral
 Nilai apakah ada suara nafas tambahan.

Gambar4. Pasien tidak sadar dengan posisi terlentang, perhatikan jalan nafasnya!
Pangkal lidah tampak menutupi jalan nafas

Lakukan teknik chin lift atau jaw thrust untuk membuka jalan nafas. Ingat tempatkan
korban pada tempat yang datar! Kepala dan leher korban jangan terganjal!

Chin Lift

Dilakukan dengan maksud mengangkat otot pangkal lidah ke depan

Caranya : gunakan jari tengah dan telunjuk untuk memegang tulang dagu pasien
kemudian angkat.

Head Tilt

Dlilakukan bila jalan nafas tertutup oleh lidah pasien, Ingat! Tidak boleh dilakukan pada
pasien dugaan fraktur servikal.

Caranya : letakkan satu telapak tangan di dahi pasien dan tekan ke bawah sehingga
kepala menjadi tengadah dan penyangga leher tegang dan lidahpun terangkat ke depan.
Gambar 5. tangan kanan melakukan  Chin lift ( dagu diangkat). dan tangan kiri
melakukan head tilt. Pangkal lidah tidak lagi menutupi jalan nafas.

Jaw thrust

Caranya : dorong sudut rahang kiri dan kanan ke arah depan sehingga barisan gigi bawah
berada di depan barisan gigi atas

Gambar 6 dan 7. manuver Jaw thrust dikerjakan oleh orang yang terlatih

Mengatasi sumbatan parsial/sebagian. Digunakan untuk membebaskan sumbatan dari


benda padat.
Gambar 8. Tampak ada orang yang tersedak atau tersumbat jalan nafasnya

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich)

Dapat dilakukan dalam posisi berdiri dan terlentang.

Caranya berikan hentakan mendadak pada ulu hati (daerah subdiafragma – abdomen).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi berdiri atau duduk

Caranya : penolong harus berdiri di belakang korban, lingkari pinggang korban dengan
kedua lengan penolong, kemudian kepalkan satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan
kepalan pada perut korban, sedikit di atas pusar dan di bawah ujung tulang sternum.
Pegang erat kepalan tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan tangan ke perut
dengan hentakan yang cepat ke atas. Setiap hentakan harus terpisah dan gerakan yang
jelas.

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada posisi tergeletak (tidak sadar)

Caranya : korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas. Penolong
berlutut di sisi paha korban. Letakkan salah satu tangan pada perut korban di garis tengah
sedikit di atas pusar dan jauh di bawah ujung tulang sternum, tangan kedua diletakkan di
atas tangan pertama. Penolong menekan ke arah perut dengan hentakan yang cepat ke
arah atas.

Berdasarkan ILCOR yang terbaru, cara abdominal thrust pada posisi terbaring tidak
dianjurkan, yang dianjurkan adalah langsung melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP).

Abdominal Thrust (Manuver Heimlich) pada yang dilakukan sendiri


Pertolongan terhadap diri sendiri jika mengalami obstruksi jalan napas.

Caranya : kepalkan sebuah tangan, letakkan sisi ibu jari pada perut di atas pusar dan di
bawah ujung tulang sternum, genggam kepala itu dengan kuat, beri tekanan ke atas kea
rah diafragma dengan gerakan yang cepat, jika tidk berhasil dapat dilakukan tindakan
dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang kursi

Gambar 9. Abdominal Thrust dalam posisi berdiri

Back Blow (untuk bayi)

Bila penderita sadar dapat batuk keras, observasi ketat. Bila nafas tidak efektif atau
berhenti, lakukan back blow 5 kali (hentakan keras pada punggung korban di titik silang
garis antar belikat dengan tulang punggung/vertebrae)

Gambar 10. Back blow pada bayi

Chest Thrust (untuk bayi, anak yang gemuk dan wanita hamil)

Bila penderita sadar, lakukan chest thrust 5 kali (tekan tulang dada dengan jari telunjuk
atau jari tengah kira-kira satu jari di bawah garis imajinasi antara kedua putting susu
pasien). Bila penderita sadar, tidurkan terlentang, lakukan chest thrust, tarik lidah apakah
ada benda asing, beri nafas buatan
F. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas b.d Eksudat di saluran pernafasan
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas

G. Intervensi
N Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
O
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Suctioning
Bersihan Jalan Nafas keperawatan selama …. x 24 jam 
b.d Eksudat di saluran klien  akan: Aktivitas keperawatan:

pernafasan
Kriteria Hasil : 1. Pastikan kebutuhan oral /
tracheal suctioning
IR ER 2.  Auskultasi suara nafas
Inikator sebelum dan sesudah
 Mendemonstrasikan
suctioning.
batuk efektif dan
3. Informasikan pada klien dan
suara nafas yang
keluarga tentang suctioning
bersih, tidak ada
4. Minta klien nafas dalam
sianosis dan
sebelum suction dilakukan.
dyspneu (mampu 5. Berikan O2 dengan
mengeluarkan menggunakan nasal untuk
sputum, mampu memfasilitasi suksion
bernafas dengan nasotrakeal
mudah, tidak ada 6. Gunakan alat yang steril
pursed lips) sitiap melakukan tindakan
 Menunjukkan jalan 7. Anjurkan pasien untuk
nafas yang paten istirahat dan napas dalam
(klien tidak merasa setelah kateter dikeluarkan
tercekik, irama dari nasotrakeal
nafas, frekuensi 8. Monitor status oksigen
pernafasan dalam pasien
rentang normal, 9. Ajarkan keluarga bagaimana
tidak ada suara cara melakukan suksion
nafas abnormal) 10. Hentikan suksion dan
 Mampu berikan oksigen apabila
mengidentifikasika pasien menunjukkan
n dan mencegah bradikardi, peningkatan
factor yang dapat saturasi O2, dll.
menghambat jalan
Airway Management
nafas

(1-5 = tidak pernah, jarang, kadang- Aktivitas keperawatan:


kadang, sering, atau selalu)
1. Buka jalan nafas, guanakan
teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
2. Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
8. Lakukan suction pada mayo
9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Berikan pelembab udara
Kassa basah NaCl Lembab
11. Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status
O2

 
2. Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Airway management
berhubungan dengan keperawatan selama1x 24 jam 1. Buka jalan nafas, gunakan
obstruksi jalan nafas diharapkan pola nafas efektif. tehnik chin lift atau jaw
Kriteria Hasil :
thrust bila perlu
Indikator IR ER
2. Posisikan pasien untuk
1. Frekuensi
memaksimalkan ventilasi
pernafasan sesuai
3. Identifikasi pasien
yang diharapkan
perlunya pemasangan alat
2. Kedalaman
inspirasi jalan nafas buatan
3. Bernafas mudah 4. Pasang mayo bila perlu
4. Tidak didapatkan 5. Lakukan fisioterapi dada
otot-otot tambahan jika perlu
5. Tidak didapatkan 6. Lakukan suction pada
nafas pendek mayo
Keterangan:
7. Berikan bronkodilator
1. Keluhan ekstreme
2. Keluhan berat 8. Auskultasi suara nafas,

3. Keluhan sedang catat adanya suara nafas


4. Keluhan ringan tambahan
5. Tidak ada keluhan 9. Berikan bronkodilator bila
perlu
10. Monitor respirasi dan
02

Oxygen Therapy

DAFTAR PUSTAKA

Advanced Paediatric Life Support. 3rd ed. London: BMJ Books 2001. Chapters 4 (Basic life
support); 5 (Advanced support of the airway and ventilation); 22 (Practical procedures:
airway and breathing).
Alkatiri J. Resusitasi Kardio Pulmoner dalam Sudoyo W. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jilid I. Edisi IV. FKUI. Jakarta. 2007. Hal. 173-7.
Brunner dan Suddarth, 2001, Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. II, EGC: Jakarta
Fleisher G, Ludwig S (eds): Textbook of Pediatric Emergency Medicine (4th ed). Philadelphia:
Lippincott 2000. Chapters 1 (Resuscitation: pediatric basic and advanced life support); 5
(Emergency airway management: rapid sequence induction).
John, A, Boswick, 2015. Perawatan Gawat Darurat. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta
Purwadianto, Agus, dkk, 2000. Kegawatdaruratan Medik. Jakarta: Binarupa Aksara
Taussig L, Landau L, Le Souëf P; Martinez F; Morgan W; Sly P (eds) Pediatric Respiratory
Medicine. St Louis: Mosby 2009. Chapters 21 (Assisted ventilatory support and oxygen
treatment) and 25 (Lung trauma: toxin inhalation and ARDS).
https://www.academia.edu/33899385/Airway ( Hayatun Nufus)
https://www.academia.edu/8188003/BANTUAN_HIDUP_DASAR_RESUSITASI_ (R. Purba)

Anda mungkin juga menyukai