PROSES PRODUKSI DAN PENGAWASAN MUTU
SUSU UHT PLAIN DAN FLAVOR
DI PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY Tbk
KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memenubi sebagian dari syarat ~ syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pangan
Oleh :
Nawang Sari Adhiyanti Muljo Kusumo
NIM : 09.70.0072
PERPUSTAKAL
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2012HALAMAN PENGESAHAN
PROSES PRODUKSI DAN PENGAWASAN MUTU SUSU UHT
PLAIN DAN FLAVOR DI PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY Tbk
Oleh :
NAWANG SARI ADHIYANTI M. K.
NIM : 09.70.0072
PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI PANGAN
Laporan Kerja Praktek ini telah disetujui dan dipertahankan di hadapan sidang penguji
pada 3 Januari 2012,
Semarang, 6 Febuari 2012
Fakultas Teknologi Pertanian
Program Studi Teknologi Pangan
Universitas Soegijapranata Semarang
Pembimbing Lapangan
(Cae
Y
My
Bash LPRAJAYA “As 1 StyaWwati, ST, MSc.
Achmad Chats ok Eerading Co ig WasStlsiyasrati, ST, MSc
IRD DEPARTMENT.
Pembimbing Akademik
}
a
Inneke Hantoro, STP, MSc.KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus Karena dengan
Karunia, berkat, dan penyertaanNya maka penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja
Praktek yang berjudul “PROSES PRODUKSI DAN PENGAWASAN MUTU SUSU
UHT PLAIN DAN FLAVOR DI PT. ULTRAJAYA MILK INDUSTRY TBK”.
Penulisan laporan ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Pertanian di Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang
Selama kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek ini, penulis mendapat banyak
sekali pengetahuan, peigalaman, dan keterampilan terutama mengenai bahan baku dan
proses produksi dari/susu UHT di PT: Ultrajaya. Penulis sangat berterima kasih atas
segala pengarahan, bimbingan, dan dukungan dati berbagai pihak yang telah sangat
membantu dalam kelancaran kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek ini. Pada
kesempatan ini penulis mengucapkan syukur dan rasa terima kasih kepada:
1. Yesus Kristus, berkat penyertaanNya yang tidak pernah berhenti kepada penulis
2, Ibu Ita Sulistyawati, STP, MSe selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian,
Program Studi Teknologi Pangan
3. Ibu Inneke Hantoro, STP, MSc, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
menyediakan waktu untuk memberikan bimbingan kepada penulis
4, Bapak Achmad Charis, ST. selaku pembimbing lapangan yang telah membimbing
penulis selama melakukan kerja praktek di Ultrajaya
5. Papa, Mama, kakak dan adik saya tercinta yang telah-memberikan dukungan
materiil dan moril dalam Kerja praktek dan penulisan laporan kerja praktek ini
6. Ivana Dewi, Tan Edo Saputra dan teman-teman universitas lain yang menjalani
kerja praktek di PT Ultrajaya bersama penulis
7. Yoke, Yenny, Mariella, Yoas, Hauta, dan teman-teman angkatan 2009 jurusan
Teknologi Pangan lainnya yang sudah mendukung
8. Ibu Virli Rosita dan Bapak Kemal yang telah membantu penulis memperoleh ijin
untuk melakukan kerja praktek
iiiii
9. Staf Tata Usaha Teknologi Pangan yang telah membantu dalam administrasi mulai
dari awal kerja praktek hingga terselesaikannya laporan kerja praktek ini
10. Seluruh staff, karyawan, dan security PT Ultrajaya yang telah memberikan
informasi dan bantuan selama pelakasaan kerja praktek
I. Papa dan Mama dari Ivana Dewi yang telah membantu penulis selama berada di
Bandung, serta
12. Semua pihak yang telah memberikan saran dan kritik yang sangat membantu dalam
kerja praktek dan penyusunan laporan kerja praktek ini yang tidak dapat Penulis
sebutkan satu per satu,
Penulis menyadari bahwa penulisanr’dan penyusunaif laporan kerja praktek ini masih
Jauh dari sempurna dan.masih banyak kekurangan karena keterbatasan Penulis. Oleh
karena itu, berbagai kritik dan saran dari para pembaca dan semua pihak sangat Penulis
harapkan.
‘Akhir kata, Penulis berharap semoga laporan kerja prakick ini dapat bermanfaat dan
memberikan sedikit pengetahuan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang
membutuhkan.
Semarang, 20 Desember 2011
PenulisDAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN...
KATA PENGANTAR.
DAFTAR GAMBAR..
DAFTAR TABEL.,
1. PENDAHULUAN..
Vili
Ll. Latar Belakang
1.2. Tujuan..
1.3. Waktu dan Tempat pelaksanaat
14. Metode Kerja Praktek.
2. KONDISI UMUM PERUSAHAAN.
2.1, Sejarah Perusahaan
2.2, Visi dan Misi Perusahaan.
22.1. Visi
22.2.
23.
2.3.1, Lokasi Pabrik....
2.3.2. Tata Letak Pabrik
24, Struktur Organisasi
2.5. Ketenagakerjaan ...
2.5.1. Jam kerja karyawan dan sistem g:
2.5.2. | Kesejahteraan karyawan
2.5.3. Cuti dan ijin
2.6. _ Sistem Pergudangan
3. SPESIFIKASI PRODUK
3.1. Produk yang Dihasilkan ..
3.2, Sistem Pemasaran Produk.
3.2.1. Pemasaran Langsung (Direct Sales)
3.2.2. Pemasaran ‘Tidak Langsung (Indirect Sales
4. PROSES PRODUKST,
4.1. Bahan Baku..
42. Bahan baku penunjang
42.1. Sukrosa.
4.22. Stabilize
4.23. Perisa
4.2.4. Pewama :
4.2.5. Bahan pengemas fetrapack.
4.3. Proses Produksi...
43.1. Filtre
43.2. Pendinginan ulang.
4.3.3. Tangki penyimpanar
43.4, — Pasteurisasi I.
iv43.5. Pemisahan lemak.
43.6. Pencampuran
4.3.7. Pasteurisasi IT.
43.8. Homogenisasi
43.9. Sterilisasi...
4.3.10. Tangki aseptik.....
43.11. Pengisian dan Pengemasan Primer.
4.3.12, Pengemasan Sekunder.
43.13. Penyimpanan di Gudang
4.4. Mesin dan Peralatan ..
44.1, Balance tank...
44.2. — Plate Heat Exchanger
4.43. — Sterilizer
5. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan Mutu Bahan Baku.
Susu segar.
Gulla
Stabilizer.
Pengawasan Mutu Proses Produksi.
Pengawasan Mutu Proses Pengemasan...
Pengawasan Mutu Produk Akhir.
6. PEMBAHASAN
6.1, Proses Produksi
6. Penerimaan bahan baku.
6.
6. Pendinginan ulang..
6 Tangki penyimpanan
6.
6.1,
6.1.7.
6.18
6.1.9.
6.1.10.
6.1.11
6.2. Pengawasan Mutu,
62.1. Pengawasan
6.2.2. Pengawasan Mutu Produksi
6.3, — Pengawasan Mutu Proses Pengemasan
6.4. Pengawasan Mutu Produk Akhi
7._ KESIMPULAN DAN SARAN.
7.1. Kesimpulan
7.2. Saran.
8. DAFTAR PUSTAKADAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Truk pengirim susu dengen 3 kompartemen ..
Gambar 2. Diagram alir proses produksi susu UH...
Gambar 3. Proses filtrasi susu UHT.....
Gambar 4. Tangki penyimpanan PT Ultrajaya.
Gambar 5. Diagram proses encampuran susu UHT.
Gambar 6. Proses pengisian dan pengemasan primer susu UHT..
Gambar 7. Automatic garage machine
Gambar 8. Skema PHE yang disederhanakan,
Gambar 9. Arah aliran fluida (susu) dan fluida pemanas «.
Gambar 10. Pengambilan sampel susu segar dari tangki pengirim sist...
Gambar 11. Pengujian volume produk susu UHT sx
Gambar 12, Pengujian kebocoran dengan DC test
Gambar 13. Pengujian pH pada produk akhi
Gambar 14. Aplikasi H202 dengan sistem perendaman.
viiDAFTAR TABEL
Tabel 1. Produk PT. Ultrajaya....1. PENDAHULUAN
1.1, Latar Belakang
Di dunia yang sudah semakin maju dan berkembang ini, teknologi betkembang dengan
esat. Dengan perkembangan teknologi yang cepat, masyarakat dituntut untuk
menyesuaikan diri dan mengembangkan pengetahuannya mengenai teknologi. Sebagai
mahasiswa Program Studi Teknologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang, penulis sendiri juga dituntut untuk memiliki pengetahuan dan pengalaman
yang luas terhadap teknologi terutama dalam bidang pangan dan gizi. Penulis menyadati
bahwa ilmu yang didapatkan di bangku perkuliahan dan praktikum tidak cukup untuk
memenuhi tuntutan perkembangan teknologi yang peSat terutama dalam dunia kerja
industri pangan. Oleh sebab itu, penulis melakukan praktek yang sesungguhnya melalui
Kerja Praktek (KP) sehingga dapat mengetahui situasi riil perkembangan teknologi di
industri pangan,
PT.Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. merupakan perusahiaan yang
bergerak di bidang makanan dan minuman. PT. Ultrajaya merupakan salah satu industri
Pangan yang berteknologi tinggi dan modem. PT. Ultrajaya sendiri merupakan pioner
teknologi lira high temperature (UHT) dan pengemasan aseptik di Indonesia. Oleh
Karena kapabilitas PT. Ultrajaya yang besar tersebut, penulis meyakini bahwa PT.
ikan tempat pembelajaran dalam
Ultrajaya merupakan tempat yang cocok untuk di
teknologi pangan.
Pada kerja praktek ini, penulis memfokuskan pada pembelajaran teknologi dalam proses
produksi susu UHT, Susu UHT merupakan produk utama yang dihasilkan oleh PT.
Ultrajaya. Susu UHT ini merupakan produk’susu.cair steril dengan jenis susu putih
(Plain milk) dan susu aneka rasa (flavorized milk) yang terdiri dari susu coklat, susu
stroberi dan susu moka. Pengolah susu ini dilakukan dengan sistem sterilisasi UHT dan
pengemasan aseptik.1.2. Tujuan
‘Tujuan dati kerja praktek ini adalah untuk mengetahui proses produksi dan sistem
Pengendalian mutu pada produk susu UHT putih (plain milk) dan aneka rasa (flavortzed
milk) di PT. Ultrajaya.
1.3, Waktu dan Tempat pelaksanaan
Praktek kerja lapangan ini dilaksanakan selama 20 hari terhitung dari tanggal 28 Juli
2011 sampai 18 Agustus 2011 di PT Ultrajaya Milk Industry Tbk divisi susu UHT.
Fokus kerja praktek ini adalah pada bagian produksi
14. Metode Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan dengan. menggunakanmetode pengamatan
Jangsung, wawancara, dan diskusi di tempat kerja praktek serta melalui studi pustaka
yang berkaitan dengan kerja praktek. Beberapa kegiatan yang dilaksanakan selama kerja
praktek antara Jain :
1. Perkerialant dengan mahasiswa universitas lain yang juga melakukan kerja prakick di
PT Ultrajaya, Perkenalan bertujuan agar antar mahasiswa kerja. praktek saling
mengenal sehingga dalam pelaksanaan kerja praktek dapat terjalin kerja sama yang
baik.
2. Diskusi dengan pembimbing lapangan mengenai proses produksi susu UHT.
Tujuannya adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan laporan kerja praktek.
3. Pengamatan langstng keadaan di-lapangan-terutama mengenai hal-hal yang
berkaitan dengan proses produksi susu UHT plain dan flavor.
4, Presentasi akhir mengenai, proses produksi susu UHT.-Tujtian presentasi akhir ini
adalah sebagai indikator hasil kerja praktek yang telah dilakukan,
5. Studi pustaka, berupa pengumpulan data dari berbagai literatur sebagai parameter
pembanding untuk penyusunan laporan praktek kerja lapangan.2. KONDISI UMUM PERUSAHAAN
2.1, Sejarah Perusahaan
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk. bermula dari usaha keluarga
yang didirikan oleh Alm. Achmad Prawijaya pada tanggal 22 Oktober 1968. Semula
Perusahaan ini didirikan dengan nama CV. Djaja Mumi Milk Industry & Trading
Company. Kemudian pada tanggal 2 November 1968, perusahaan berubah nama
menjadi PT. Djaja Muri Milk Industry & Trading Company. Pada tanggal 29
Desember 1971, nama perusahaan diganti kembali menjadi PT. Ultradjaja Murni Milk
Industry & Trading Company. Setelah ketentuan mengenai ejaan yang disempurnakan
(EYD) diberlakukan, maka pada tanggal 27 September 1989 nama perusahaan berganti
Kembali menjadi PT. Ultrajaya Mumi Milk Industry & Trading-Company dan mulai
menjadi public company (Tbk) pada tanggal 15 Mei 1990.
Tyjuan awal pendirian pabrik ini adalah untuk menampung dan mengolah kelebihan
susu murni dari daerah Pengalengan dan Bandung yang mencapai 2.000 sampai 5.000
liter susu per hari. Selain itu, lokasi pabrik yang jauh dari sumber penghasilan susu dan
berada di luar jalur utama Bandung.’
pimpinan perusahaan untuk menempatkan jenis usaha seperti yang berjalan sampai saat
Karta juga menjadi salah satu pertimbangan para
ini,
Pada awal produksinya tahun 1975, PT. Ultrajaya menghasilkan produk susu cair UHT
dengan merk dagang “Ultra Milk”. Susu UHT ini terdiri dari jenis susu putih dan susu
aneka rasa (coklat, stroberi, dan moka). Pengolahan susu ini dilakukan dengan sistem
sterilisasi UHT dengan rata-rata produksi 25.000 liter per-hari. Mula-mula susu ini
dikemas dengan karton berbentuk tetrahedron (piramid). Namun kemasan ini dinilai
kurang praktis karena sulit dikemas dalam karton (box) sehingga pada tahun 1976,
bentuk kemasan diganti dengan kemasan tetrapack (segi empat) dengan volume 250 ml.
Perubahan ini bertujuan agar lebih praktis penggunaannya, bentuk lebih stabil, lebih
mudah dikemas dan disimpan, serta lebih disukai.Pada tahun 1978, PT. Ultrajaya mengembangkan produk baru berupa minuman sari
buah siap dikonsumsi dengan merk dagang Buavita dengan berbagai rasa yaitu jeruk,
Jambu, sirsak, mangga, leci, dan apel. Pada tahun 1981, PT. Ultrajaya memproduksi
minuman teh UHT dengan merk dagang “Teh Kotak”. Pada tahun 1982, PT. Ultrajaya
memperoleh lisensi dari Kraft General Food Ltd, USA, untuk memproduksi dan
memasarkan produk keju dengan merk dagang “Kraft”. Kemudian pada tahun 1994,
erjasama ini ditingkatkan dengan didirikannya perusahaan patungan PT. Kraft
Ultrajaya Indonesia. Pada tahun 1994, PT. Ultrajaya melakukan ekspansi dengan
memasuki bidang industri susu kental manis (sweet condesed milk), dan di tahun 1995
mulai_memproduksi susu bubuk (powder ‘milk). PT. Ultrajaya juga melakukan
kerjasama produksi dengan-beberapa perusahaan iiulti fasional seperti Morinaga,
Unilever dan lain-lai
2.2.
2.21. Visi
Menjadi Perusahaan industri makanan dan minuman yang terbaik dan térbesar di
Indonesia, dengan senantiasa mengutamakan.kepuasan konsumen, serta menjunjung
dan Misi Perusahaan
tinggi kepercayaan para pemegang saham dan mitra kerja perusahaan,
2.2.2. Misi
Menjalankan usaha dengan dilandasi kepekaan yang tinggi untuk senantiasa berorientasi
kepada pasar/konsumen, dan. kepekaan serta keperduliaan untuk. senantiasa
memperhatikan lingkungan, yang dilakukan secara optimal agar dapat memberikan nilai
tambah sebagai wujud pertanggungjawaban kepada para pemegang saham.
2.3. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan
2.3.1, Lokasi Pabrik
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company terletak di Jalan Raya Cimareme No.
131 Padalarang, Kecamatan Ngamprah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Lokasi ini
Kurang lebih 15 km sebelah Barat kota Bandung dan kurang lebih 170 km jaraknya dari
kota Jakarta. Batas-batas lokasi pabrik ini adalah sebelah Utara dibatasi oleh jalan Raya
Cimareme, sebelah Selatan dibatasi oleh jalan desa dan persawahan, sebelah Timurberbatasan dengan pemukiman penduduk, rel Kereta api dan beberapa industri lain, serta
sebelah Barat dibatasi oleh pemukiman penduduk
‘Ada beberapa alasan mengapa perusahaan memilih dan menempatkan pabrik di lokasi
ini, yaitu:
1, lokasi pabrik tidak terlalu jauh dari sumber bahan baku yang berada di daerah
Pengalengan dan berada di jalur utama transporasi Bandung-Jakarta
2. adanya kemudahan dalam penyediaan utilitas seperti tenaga listrik, air bersih, serta
bahan bakar untuk produksi
3. tanah dan tipografi yang baik schingga memungkinkan untuk didirikannya pabrik
dan dilakukannya ekspansi
4. Kemudahan dalam memperoleh tenaga kerja di daerah sekitar lokasi pabrik yang
merupakan daerah dekat dengan pemukiman penduduk
5. kemudahan dalam memperoleh fasilitas hiburan, pendidikan, rumah sakit, dan
apotek
6. dampak negatif terhadap pemukiman penduduk relatif kecil karena. mudah
mendapatkan tempat pembuangan limbah dan hasil pabrik.
2.3.2, Tata Letak Pabrik
PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company memiliki areal tanah seluas 16 hektar,
10 hektar berada di dalam pagar dan 6 hektar di luar pagar yang digunakan untuk
bangunan pabrik. Bangunan utama pabrik merupakan rangkaian beberapa bangunan
pabrik yang arahnya memanjang dari-sebelah Utara ke sebelah Selatan, sedangkan
bangunan kecil terdiri, dari perkantoran, ruang manajer teknik, rvang manajer
pengepakan, ruang pertemuan, ruang diesel, ruang boiler-dan-ruang pendingin. Di
sebelah Timur bangunan utama terdapat gardu instalasilistrik, bengkel, ruang boiler dan
unit penampungan air, sedangkan tempat penanganan limbah terletak di bagian
belakang pabrik, dan sisanya berupa tanah kosong dan sawah yang merupakan cadangan
perluasan pabrik.24, Struktur Organisasi
PT. Ultrajaya merupakan perusahaan dengan bentuk hukum perseroan terbatas yang
melakukan go public pada tahun 1990 dengan menjual sahamnya pada masyarakat.
Oleh Karena itu, pemegang kekuasaaan tertinggi dalam perusahean adalah para
pemegang saham yang berhak dalam pengelolaan perusahaan, Besarnya hak yang
dimiliki oleh setiap pemegang saham tergantung dari besamya saham yang
diinvestasikan. Kehadiran pemegang saham dalam perusahaan diwakili dewan
Komisaris. Pengelolaan perusahaan secara langsung dipimpin oleh seorang presiden
direktur yang ditunjuk olch dewan komisaris. Dewan direksi mempunyai kedudukan
sejajar dengan dewan komi Dewan direksi membawahi presiden direktur dalam
menjalankan tugasnya.
Struktur organisasi yang digunakan PT. Ultrajaya mengikuti sistem garis atau sistem
divisi berdasarkan fngsi yang terbagi atas tujuh divisi atau departemen. Masing-masing
departemen atau divisi membawahi beberapa sub divisi yang dipimpin oleh seorang
kepala bagian memimpin beberapa mandor dan pekerja, kecuali pada departemen
keuangan yang hanya membawahi kasir.
Wewenang tertinggi berada pada pemegang saham yang mempercayakannya kepada
dewan komisaris. Pengelolaan perusahaan secara langsung dijalankan oleh direktur
pelaksana dengan membawahi tujuh departemen yaitu :
1, Departemen pabrik (plant department)
2. Departemen pemasaran (marketing department)
3. Departemen keuangan (treasury department)
4. Departemen administrasi (general administration department)
5. Departemen umum (general affairs department)
6. Departemen penelitian dan pengembangan (research and development department)
7. Departemen proyek
Setiap departemen dikepalai oleh seorang manajer yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas yang dibebankan,2.5. Ketenagakerjaan
Sistem ketenagakerjaan diatur dalam kesepakatan kerja bersama (KKB) yang berisi hak
dan Kewajiban terhadap perusahaan dan kewajiban perusahaan terhadap karyawan.
‘Tenaga kerja yang tercatat sampai tahun 2007 sekarang ini ialah sebanyak 1.125 orang
karyawan. Sebagian besar karyawan PT. Ultrajaya adalah karyawan pria, yang
ditempatkan di bagian produksi. Sedangkan Karyawan wanita ditempatkan di bagian
administrasi, Kantor, pemasaran, dan hanya sebagian keeil ditempatkan di bagian
produksi. Hal ini dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu sifat pekerjaan yang
relatif berat untuk wanita, adanya pekerjaan yang harus dilakukan selama 24 jam
sehingga Kurang etis apabila karyawan Wanita bekerja hingga larut malam, dampak
yang Kurang baik dari penggabungan pekerja pri” dan-wanita dan perusahaan
. Kemudian gulungan karton fetrapack tersebut dilewatkan dalam roller
penghilang H;0, dan dikeringkan untuk menghilangkan H,0,. Karton teérapack yang
telah steril ini kemudian akan dibentuk dan diisi secara otomatis oleh mesin pengisi
Lingkungan pengemasan yang steril dicapai dengan cara otomatisasi pengemasan yang
mana dilakukan dengan mesin bertutup kaca sehingga tidak akan ada bahaya
kontaminan yang dapat mengkontaminasi produk.
Susu steril yang ada di tangki aseptik dialirkan ke mesin pengisi dengan cara dipompa
(menggunakan udara bertekanan). Udara yang digunakan untuk memompa susu ke
mesin pengisi ini juga'dijaga dalam keadaan steril, Udara yang akan digunakan untuk
memompa akan) disaring terlebih dahulu dengan ultra filter schingga tidak ada
mikroorganisme pada udara tersebut.
Gambar 6. Proses pengisian dan pengemasan primer susu UHT (Ultrajaya\ 2006)
43.12, Pengemasan Sekunder
Produk susu UHT yang telah dikemas dalam kemasan etrapack kemudian akan
dilewatkan melalui konyeyor untuk pengkodean tanggal kadarluasa dan waktu produksi.
Setelah itu produk akan diberi atribut pelengkap seperti sedotan (untuk kemasan 125 ml,
200ml, dan 250 mi) atau tutup (untuk kemasan 1L). Setelah itu, produk susu UHT akan
dikemas dalam kardus. Proses pengemasan dalam kardus ini dilakukan secara otomatis,
dengan mesin cardboard packer.24
43.13. Penyimpanan di Gudang
Sebelum didistribusikan kepada konsumen, susu UHT akan diinkubasi atau disimpan
dalam gudang selama 7 hari. Tujuan inkubasi ini adalah untuk memastikan bahwa
produk yang telah diproduksi benar-benar steril serta terjamin mutu dan keamanannya
Penyimpanan dalam gudang ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan forklift
robotik berbahan bakar baterai atau yang disebut AGV.
Gambar 7. Automatic garage machine (Ultrajaya, 2006),
44, Mesin dan Peralatan
4.4.1. Balance tank
Balance tank merupakan tangki yang berada sebelum heat exchanger. Balance tank
berfungsi untuk mengatur keseimbangan aliran susu yang masuk ke dalam heat
exchanger, Prinsip kerja dari balance ‘ank yaitu susu masuk melalui pipa pemasukan
yang kemudian akan mengangkat pelampung-yang terdapat dalam balance tank.
Apabila jumlah susu telah mencapai tahap maksimum, maka pelampung akan menutup
ipa aliran masuk. Sementara itu susu yang berada dari balance tank akan dikeluarkan
melalui pipa pengeluaran di bagian bawah yang kemudian akan masuk ke dalam heat
exchanger. Keluamya susu dari balance ‘ank akan menyebabkan volume susu dalam
balance tank menuran dan pipa pemasukan terbuka lagi sehingga susu akan masuk
kembali
44.2. Plate Heat Exchanger
Plate heat exchanger (PHE) dalam proses pembuatan susu UHT di PT. Ultrajaya
digunakan untuk proses pendinginan ulang dan pasteurisasi susu, PHE yang digunakan
‘untuk pasteurisasi terdiri dari tiga bagian yaitu bagian regeneratif, pemanasan, dan
pendinginan. Prinsip kerja dari PHE ini dapat terlihat dari gambar 8. Ketika susu dengan25
suhu rendah masuk ke dalam PHE, s
isu tersebut akan dipanaskan oleh susu yang telah
dipanaskan dan pada saat yang bersamaan akan terjadi pendinginan susu yang telah
dipanaskan karena susu suhu rendah yang masuk. Susu yang telah mengalami pre-
‘heating kemudian akan dipanaskan dengan air panas dan mengalir ke bagian holding.
Setelah itu, susu akan mengalami pendinginan karena adanya susu yang masuk.
Pendinginan lebih lanjut dilakukan oleh air es.
Produk keluar A Holder
i Bagian reeeneratif
| 20 70 s\9] 95
+t a
i]
Aires Produk masuk Air panas
Gambar 8, Skema PHE yang disederhanakan. Angka menunjukan suhu pada titik
tertentu dan hanya merupakan contoh. Garis yang tebal menunjukan dinding isolator
sedangkan garis yang tipis merupakan dinding yang memungkinkan pertukaran panas
(Walstra et al, 2006).
44.3. Sterilizer
Stelizer yang digunakan di PT Ultrajaya merupakan sterilizer sistem pemanasan tidak
langsung (indirect. heating). Stelizer ini menggunakan-penukar panas tubular dengan
tipe multiple tube in tube atau shell in tube. Penukar panas tipe plate tidak lagi
digunakan untuk sterilisasi.karena_penggunaan suhu tinggi pada sterilisasi dapat
menyebabkan terlepasnya gasket pada penukar panas plate.
Penukar panas tubular shell in tube ini terdiri dari pipa-pipa kecil yang dialiri susu dan
diluarnya terdapat pipa dengan diameter yang lebih besar yang dialiri media pemanas
berupa uap panas. Panas dari uap panas akan ditransfer ke pipa-pipa keeil yang
dilewatinya kemudian panas dari pipa kecil tersebut akan memanaskan susu cair yang
ada di dalamnya. Alat ini dilengkapi pula dengan baffle yang berfungsi sebagai
penghalang aliran fluida pemanas sehingga fluida pemanas akan berganti arah aliran.26
Dengan adanya baffle
maka seluruh pipa kecil akan dapat kontak dengan fluida
pemanas (Fellows, 2009)
t
U Tube sthanger
Tubes
Shell Flange at Stationary head
Stationary Head Nozle
Stationary Head Cover
Baffle
Gambar 9. Arah aliran fluida (susu) dan fluida pemanas (Hewitt, 2002)5. PENGAWASAN MUTU
Pengawasan mutu di PT. Ultrajaya dilakukan oleh bagian quality control (QC).
Pengawasan mutu yang dilakukan dimulai dari pengawasan mutu bahan baku,
pengawasan mutu proses produksi, pengawasan mutu pengemasan, dan pengawasan
mutu produk akhir. Semua hasil pengujian yang didapat harus sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan oleh PT. Ultrajaya, Untuk mendukung kegiatan pengawasan
mutu, PT, Ultrajaya dilengkapi dengan sarana dan prasarana seperti laboratorium QC
dan laboratorium mikrobiologi.
5.1, Pengawasan Mutu Bahan Baku
Pengawasan mutu bahan baku dilakukan pada bahan baku utama dan bahan baku
penunjang. Bahan baku tama. yang digunakan adalah susu segar, sedangkan bahan
baku penunjang yang digunakan adalah stabifizer, gula, perisa, pewarana, dan bubuk
kakao, Pada saat bahan baku datang ke PT. Ultrajaya maka bahan baku tersebut akan
diperiksa terlebih dahulu apalah jenis dan jumlahnya telah sesuai dengan apa yang
dipesan, Bahan baku yang datang juga diperiksa apakah telah sesuai dengan Certificate
of Analysis (CoA). Setelah itu, bahan baku akan diyji oleh pihak QC PT, Ultrajaya.
Berdasarkan hasil pengujian pihak QC, bila bahan baku tersebut tidak sesuai dengan
standar maka akan dikembalikan. Bila hasil pengujian QC memberikan hasil yang
meragukan maka akan dilakukan pengujian ulang dengan jumlah sampel yang lebih
banyak.
5.1.1. Susu segar
Pada bahan baku susu segar dilakukan pula uji penerimaan-dan.uji pembayaran oleh
bagian QC. Analisis yang dilakukan dalam yji penerimaan antara lain pengukuran suhu,
Uji berat jenis (BJ), uji pH, uji keasaman, tes karbonat, uji alkohol, dan organoleptik.
Analisis yang digunakan untuk uji pembayaran adalah analisis kadar lemak, analisis
kadar TS, dan uji mikrobiologi. Hasil analisa uji penerimaan oleh pihak QC digunakan
untuk memutuskan apakah susu segar layak digunakan untuk produksi, Susu segar yang
lolos uji penerimaan akan dinyatakan statusnya menjadi release dan siap untuk
digunakan sebagai bahan baku produksi, Sedangkan hasil analisis uji pembayaran
2728
digunakan untuk menentukan harga dari susu segar. Bila kadar lemak dan TS semakin
tinggi serta kadar mikroorganismenya rendah maka akan harga susu yang dibayarkan
PT. Ultrajaya ke koperasi penyalur susu tersebut akan semakin tinggi, Hal ini
dimaksudkan agar para petemak semakin terpacu untuk meningkatkan kualitas susu
segar yang dihasilkan,
Gambar 10. Pengambilan sampel susu segar dari tangki pengirim susu (Ultrajaya, 2006)
S111. Pengukuran Subu
Pada saat kedatangan, susu segar yang berada dalam tangki truk pengiriman susu segar
akan diukur suhunya, Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan termometer. Bila
suhu susu dalam tangki melebihi 10°C maka susu tersebut tidak akan digunakan untuk
produksi, Suhu di atas 10°C dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme schingga
dikhawatirkan selama dalam perjalanan susu telah rusak.
5.1.1.2. Uji berat jenis
Pengukuran berat jenis susu dilakukan untuk mencegah pemalsuan susu karena
penambahan air. Di PT, Ultrajaya pengukuran berat jenis susu ini dilakukan dengan
‘menggunakan laktodensitometer. Berat jenis susu rata-rata yang terhitung harus sekitar
1,032.
$1.13. Uji pH
Pengukuran pH yang dilakukan di PT Ultrajaya dilakukan dengan menggunakan pH
‘meter. pH susu yang dapat diterima yaitu sekitar 6,6-6,9.29
5.1.1.4. Uji Keasaman
Uji keasaman susu pada PT Ultrajaya dilakukan dengan metode titrasi keasaman
Soxhlet Henkel. Prinsip pengujian ini adalah dengan menitrasi susu dengan
menggunakan NaOH 0,1)
0,12-0,15%.
. Nilai derajat keasaman susu yang memebuhi standar adalah
5.1.1.5. Tes Karbonat
Tes karbonat dilakukan dengan tujuan untuk mencegah pemalsuan susu. Pengujian ini
dilakukan dengan penambahan larutan rhozaloid 1% v/v sebanyak 3 tetes dan alkohol
70% sebanyak 3 tetes ke dalam sampel kemudian dikocok:Apabila timbul warna merah
berarti susu mengandung Karbonat, sedangkan bila timbul jingga muda berarti susu
bebas dari karbonat,
5.1.1.6. Uji Alkohol
Uji alkohol dilakukan untuk mengetahui Kualitas susu segar. Susu yang masih segar dan
tidak berasal dari sapi yang sakit dapat mempertahankan kestabilan emulsinya bila
ditambah alkohol dalam jumlah yang sama. Sebaliknya, susu yang telah berumur lama
dan banyak ditumbuhi mikroba atau berasal dari sapi yang sakit akan mengalami
penggumpalan Karena adanya asam yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian
laktosa, Asam tersebut mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan
penggumpalan bila ditambah alkohol, Di PT. Ultrajaya, uji alkohol dilakukan dengan
‘mencampurkan sus dengan alkohol dengan perbandingan 1:1 ke dalam tabung reaksi
lalu dikocok. Kemudian dilakukan pengamatan visual ada tidaknya gumpalan-gumpalan
kecil pada tabung.
5.1.1.7. Uji Organoleptik
Dalam uji ini dilakukan pemeriksaan warna, aroma, dan rasa dari susu segar. Susu segar
dalam keadaan baik akan berwama putih kekuningan, berbau Khas susu sapi segar, dan
rasa agak manis keasinan.30
5.1.1.8. Analisis Kadar Lemak
Di PT. Ultrajaya, pengujian kadar lemak dilakukan dengan metode Gerber. Metode
pengerjaan Gerber ini adalah 10 ml susu ditambah dengan 10,75 ml HSO; 91%
ditambah dengan 1 ml amil alkohol dimasukan ke dalam butirometer lalu dikocok dan
disentrifugasi selama 5 menit. Kadar lemak yang ditunjukkan dengan skala yang
terdapat pada butirometer. Nilai kadar lemak susu minimal yang memebuhi standar dari
PT. Ultrajaya adalah 3%.
5.1.1.9. Analisis Kadar Total Solid (TS)
Di PT. Ultrajaya, pengukuran TS ini dilakukan dengan menggunakan pengukuran secara
gravimetri. Prinsip pengukuran‘TS ini adalah sejumlah Susi dikeringkan dan ditimbang.
5.1.1.10. Uji Mikrobiologi
Uji, mikrobiologi, dilakukan untuk mengetabui jumlah total mikroba pada susu.
Pengujian total mikroba ini dilakukan dengan metode ‘otal plate count (TPC).
Persyaratan maksimal kandungan mikroba pada susu segar ditetapkan minimal 10°
CFU/ml, dengan kandungan koliform 20/ml, Salmonella dan E.coli negatif. Sedangkan
susu yang telah dipasteurisasi kandungan mikrobanya maksimal 3 x 10* CFU/ml.
51.2. Gula
Gula yang digunakan sebagai pemanis susu UHT flavor merupakan gula rafinasi. Gula
yang digunakan harus memiliki.penampilan yaitu berwarna putih dan akan berwarna
kekuningan bila dilarutkan dalam air, dalam keadaan kering, serta bebas kontaminasi
benda asing. Selain itu, gula yang digunakan di PT. Ultrajaya juga diuji mikrobiologi
untuk mengetahui jumlah total mikroba yang ada.
5.1.3. Stabilizer
‘Stabilizer yang digunakan untuk produksi susu UHT plain dan flavor harus memenuhi
ersyaratan mutu yaitu berwarna putih sedikit kecoklatan.31
5.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi
Dalam proses pembuatan susu UHT, PT. Ultrajaya menerapkan QC work in process di
‘mana akan dilakukan pengujian kualitas produk yang sedang diproduksi. Pengujian ini
dilakukan sebelum susu akan disterilisasi. Sampel susu yang telah dipasteurisasi dan
disimpan pada Tangki penyimpanan III diambil untuk diuji organoleptik, pH,
kandungan TS, kandungan lemak, derajat brix, viskositas, berat jenis, asiditas, dan
mikrobiologi. Setiap parameter pengujian tersebut harus sesuai dengan standar produk
work in process yang ditetapkan PT. Ultrajaya. Bila parameter yang diyji tidak sesuai
dengan standar maka akan dilakukan tindakan koreksi atau penyesuaian. Misalnya bila
hhasil derajat brix di bawah standar maka akan dilakukan penyesuaian dengan
penambahan gula, Susu yang telah sesuai'dengan standat Work in process selanjutnya
akan disterilisasi. Pengawasan mutu pada proses produksi juga-dilakukan oleh tiap
operator yang bertugas dimana operator akan-mengecek kesesuaian Suhu atau waktu
operasi mesin dengan standar yang scharusnya,
5.3. Pengawasan Mutu Proses Pengemasan
Di PT. Ultrajaya, sebelum proses pengisian dan pengemasan produ. dilakukan,
kemasan ‘etrapack yang telah disterilisasi akan diuji kualitasnya. Pengujian ini
dilakukan dengan simulasi proses pengemasan namun tanpa dilakukan pengisian susu.
Proses ini dilakukan untuk memeriksa kekuatan seal dari kemasan schingga kebocoran
dapat dicegah.
Setelah simulasi pengemasan memiberikan_hasil~Yang memuaskan, maka proses
pengisian dan pengemasan akan dilakukan, Selama proses pengisian dan pengemasan
ini berlangsung, proses pengawasan mutu juga masih tetap'dilakukan. Setiap 1 jam
proses pengisian dan pengemasan dilakukan akan diambil sampel produk secara acak
untuk pengujian volume, kode, dan kebocoran. Pengujian volume dilakukan untuk
memastikan berat bersih sesuai dengan yang tertera pada kemasan, Pengujian kode
dilakukan untuk memeriksa apakah ada kesalahan dalam pemberian tanggal kadarluasa
dan kode produksi. Pengujian kebocoran pada produk akhir dilakukan dengan
pengamatan visual, ink test, dan DC test. Pada ink test, salah satu sisi kemasan akan
diberi tinta berwarna dan didiamkan selama beberapa saat. Bila terjadi kebocoran maka32
tinta akan menembus ke sisi lain kemasan. DC test dilakukan dengan merendam
kemasan dalam larutan elektrolit. Kemudian di dalam kemasan akan dipasang anoda
katoda yang dihubungkan dengan voltmeter. Bila kemasan bocor, maka larutan elektolit
akan masuk dalam kemasan dan akan timbul arus yang terukur oleh voltmeter.
= 7
Gambar 11. Pengujian volume produk susu UHT (Ultrajaya, 2006)
Gambar 12. Pengujian kebocoran dengan DC 1ést (Ultrajaya, 2006)
5.4, Pengawasan Mutu Produk Akhir
Produk susu UHT yang telah jadi Sebelum dipasarkan akan diperiksa mutunya terlebih
dahulu. Pengawasan mutu produk akhir yang dilakukan yaitu meliputi inkubasi, retain,
umur simpan dan mikrobiologi dengan metode TPC. Pada pengujian inkubasi, sampel
akan disimpan pada suhu 30°C selama 7 hari, Setelah inkubasi, sampel produk akan
diuji organoleptik, pH, dan asiditas. Sampel retain akan disimpan dan digunakan untuk
pemeriksaan ulang bila terdapat komplain dari Konsumen. Sedangkan sampel umur33
simpan akan disimpan pada suhu 30°C selama 1 bulan, 3 bulan, 5 bulan, 7 bulan, 10
bulan, 12 bulan. Tujuan penyimpanan sampel umur simpan adalah untuk melihat
perkiraan dan memonitor produk di pasaran, Produk yang memenuhi standar pengujian
inkubasi dan mikrobiologi dapat didistribusikan dan dijual
Gambar 13, Pengujian pH pada produk akhir (Ultrajaya, 2006)6. PEMBAHASAN
6.1. Proses Produksi
6.1.1, Penerimaan bahan baku
Proses produksi susu UHT di PT. Ultrajaya diawali dengan proses penerimaan bahan
baku, Susu segar sebagai bahan baku utama proses ini dikirim dari koperasi perternak
ke PT. Ultrajaya dengan menggunakan truk pengirim susu segar yang dilengkapi
dengan sistem pendingin. Menurut Walstra ef al (2006), tangki pengirim susu pada saat
pengiriman harus didinginkan (sebisa mungkin pada suhu di bawah 5°C) untuk
mencegah kerusakan susu segar Karena’ bakteri perusak. Hal ini berarti proses
tansportasi susu yang dilakukan“oleh PT. Ultrajaya”telah-sesuai dengan teori dan
prosedur yang seharusnya. Susu segar yang telah sampai di PT»-Ultrajaya kemudian
akan diperiksa terlebih dahulu oleh bagian QC. Susu segar yang telah Jolos pengujian
pihak QC akan segera digunakan untuk proses produksi
6.1.2. Filtrasi
Filtrasi pada PT. Ultrajaya dilakukan sebagai langkah awal penanganan susu segar.
Proses ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan sebagian mikroorganisme.
Menurut Walstra et al (2006), proses filtasi-yang dilakukan di PT. Ultrajaya ini
tergolong dalam mikrofiltrasi. Hal ini terlihat dari penggunaan membran dengan pori
yang cukup luas (lebih besar dari 0,2 ym) dan tekanan yang ke
dapat menghilangkan partikel-partikel yang kecil dan mikroorganisme.
sehingga proses ini
6.1.3. Pendinginan ulang
Menurut Walstra er ai (2006), susit segar yang telah diterima harus segera didinginkan
sebisa mungkin di bawah 6°C, Hal ini-dimaksudkan untuk memperlambat laju
Pertumbuhan mikroba sehingga tidak terjadi perubahan pada susu karena aktivitas
mikroba, Selain itu pendinginan ini juga dilakukan untuk menghambat perubahan susu
yang disebabkan karena reaksi kimia dan enzimatik. Dalam prakteknya, proses
pendinginan ulang susu segar di PT. Ultrajaya menggunakan subu yang lebih tinggi dari
teori Walstra er al (2006). Proses pendinginan ulang di PT. Ultrajaya hanya dilakukan
hingga suhu 10°C. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk efisiensi energi pendingin yang
3435
digunakan mengingat nantinya susu segar akan disimpan dalam tangki penyimpan
bersuhu 4-5°C. Selain itu pula, susu segar yang telah diterima sebisa mungkin akan
segera dipasteurisasi untuk mencegah kerusakan susu.
6.1.4, Tangki penyimpanan
Pada proses produksi susu UHT di PT. Ultrajaya, susu terkadang harus disimpan pada
tangki penyimpanan terlebih dahulu sebelum dapat dilanjutkan ke proses pengolahan
selanjutnya. Penyimpanan susu pada tangki penyimpanan berkisar pada suhu 4-5°C.
Penyimpanan dalam tangki penyimpanan ini hanya bersifat sementara. Namun pada hari
Sabtu, susu segar akan disimpan hingga hari/Senin Karena pada hari Minggu tidak
dilakukan proses produksi. Menurut Walstra ef ai (2006); penyimpanan susu segar pada
suhu reftigerator (44°C) hanya dapat dilakukan selama 3 hari, Setelah 4-5 hari
penyimpanan, pertumbuhan bakteri psikotrof dapat terjadi. Hal ini berarti PT. Ultrajaya
telah menetapkan proses penyimpanan susu. yang baik di mana susu hanya
selama 1-2 hari,
6.1.5. Pasteurisasi
Susu segar yang telah mengalami pendinginan ulang kemudian akan dipasteurisasi
selama 15 detik pada suhu 72°C. Proses pasteurisasi pertama yang dilakukan PT.
Ultrajaya ini telah menggunakan suhu dan waktu yang sesuai dengan teori Walstra ef al
(2006). Walstta et al (2006) menyebutkan bahwa pasteurisasi dengan suhu rendah
dilakukan selama 15 detik pada suhu 72°C. Pasteurisasi pertama ini dilakukan untuk
mencegah kerusakan susu terutama Karena bakteri yang bersifat mesofilik. Secara lebih
spesifik Walstra er al (2006) menyebutkan bahwa tujuan pasteurisasi suhu rendah
adalah untuk membunuh semua bakteri patogen yang ada-terutama Mycobacterium
tuberculosis, Salmonella spp., enteropatogenik E.Coli, Campylobacter jejuni, dan
Listeria monoytogenes. Pasteurisasi suhu rendah ini juga menginaktifkan enzim alkali
fosfat. Namun, proses pasturisasi ini tidak mampu membunuh bakeri thermofilik yang
tahan terhadap suhu tinggi serta spora bakteri
Setelah proses pencampuran, susu akan dipasteurisasi untuk kedua kalinya, Proses
pastuerisasi kedua ini dilakukan selama 15 detik pada suhu 82°C. Proses pasteurisasi36
kedua yang dilakukan PT. Ultrajaya ini menggunakan suhu dan waktu yang sedikit
berbeda dengan teori Walstra ef al (2006). Walstra et al (2006) menyebutkan bahwa
pasteurisasi suhu tinggi dilakukan dengan pemanasan hingga suhu 85°C selama 20
detik. Menurut Walstra ef al (2006), pasteurisasi dengan suhu tinggi dilakukan dengan
tujuan membunuh semua mikroorganisme vegetatif dalam susu namun tidak dapat
membunuh spora bakteri. Pasteurisasi ini juga akan menginaktifkan sebagian besar
enzim yang ada terutama enzim laktoperoksidase.
6.1.6. Pemisahan lemak
Proses pemisahan lemak susu dilakukan dengan menggunakan gaya sentrifugal dari alat
separator. Proses pemisahan lemak ini dilakukan untuk menstandarisasi susu sehingga
diperoleh_kandungan_Jemak yang diinginkan. Selain itu proses ini juga dapat
menghilangkan sebagian mikroba. Proses pemisahan lemak ini telah Sesuai dengan yang
disebutkan oleh Walstra ef al (2006) dimana tujuan utama pemisahan lemak adalah
standarisasi susu, namun partikel dengan densitas yang lebih besar dari plasma susu
seperti debu, sel somatik, dan mikroorganisme juga dapat dipisahkan dengan proses
sentrifugasi ini
6.1.7. Pencampuran
Proses pencampuran susu segar dengan bahan tambahan dilakukan dalam tangki
pencampuran. Dalam tangki pencampuran akan dilakukan agitasi atau pengadukan
secara perlahan. Menurut Walstra e/ al (2006), pengadukan dalam tangki pencampuran
ini tidak boleh terlalu cepat karena dapat merusak kestabilan emulsi dari Susu.
6.1.8, Homogenisasi
Homogenisasi perlama (setelahproses.__pencampuran) bertujuan untuk
menghomogenkan bahan tambahan yang tercampur dalam susu, Sedangkan
homogenisasi kedua (sebelum proses sterilisasi) dilakukan untuk mempertahankan
kestabilan emulsi globula lemak dalam susu sebelum memasuki proses sterilisasi UHT
dimana pada proses UHT, gerakan antar molekul susu akan semakin besar akibat suhu
yang tinggi. Tujuan pelaksanaan homogenisasi dalam proses produksi susu UHT ini
telah sesuai dengan teori Walstra et al (2006). Walstra ef al (2006) menyatakan bahwa37
keseragaman ukuran partikel susu dapat mencegah terjadinya overcooking pada saat
sterilisasi. Namun selain itu, homogenisasi juga dapat menyebabkan susu menjadi lebih
putih, kecenderungan untuk membuat busa meningkat, ketengikan karena lipolisis bila
tidak mendapatkan perlakuan untuk menginaktifkan lipase, dan menurunnya oksidasi
lemak.
6.1.9. Sterilisasi
Menurut Walstra er al (2006), sterilisasi susu dengan sistem UHT dilakukan pada suhu
di atas 140°C selama beberapa detik. Sterilisasi ini dilakukan dengan tujuan membunuh
semua mikroorganisme penyebab kerusakan termasuk spora bakteri, schingga nantinya
susu dapat disimpan dalam. waktw'yang lama pada’suhu-ruang. Teori Walstra ef al
(2006) ini telah direalisasikan dalam proses pembuatan susu UHT di PT. Ultrajaya.
Penggunaan metode UHT ini dipilih oleh PT. Ultrajaya karena metode UHT dapat
mempertahankan kualitas nutrisi dari susu UHT. Tetap terjaganya nutrisi ini secara
lebih lanjut telah dijelaskan dalam teori Walstra ef al (2006) dimana kontak panas yang
sangat singkat pada proses UHT hanya menyebabkan berkurangnya lisin dan
berkurangnya sejumlah kelompok vitamin B dan vitamin C, Berkurangnya lisin dalam
susu UHT bukanlah merupakan masalah yang serius. Hal ini arena susu memiliki lisin
yang berlimpah. Kehilangan kandungan vitamin C juga dinilai bukan merupakan
masalah yang serius, sebab susu bukan merupakan sumber utama dari vitamin C.
Berkurangnya sejumlah kelompok vitamin B seperti B1, B2, dan BG tidak diinginkan
sehingga perlu adanya fortifikasi. Proses fortifikasi ini telah dilakukan oleh PT. Ultrajya
sehingga nutrisi susu UHT tetap terjaga,
6.1.10, Tangki aseptik
Susu yang telah disterilisasi dan menunggu untuk dikemas akan disimpan dalam tangki
khusus yang disebut dengan tangki aseptik. Tujuan penyimpanan dalam tangki aseptik
ini adalah agar susu yang telah disterilisasi UHT tidak terkontaminasi. Selain itu
menurut Gedam ef al (2007), dengan adanya tangki aseptik ini maka proses pengisian
dan pengemasan dapat terus dilakukan walaupun peralatan produksi lainnya sedang
dibersihkan (CIP).38
6.1.11. Pengisian dan Pemasan Primer
Pengisian susu dan pengemasan utama pada PT. Ultrajaya dilakukan secara aseptis.
Prinsip pengemasan aseptis adalah baik bahan pangan yang dikemas maupun bahan
kemasan harus bebas dari mikroorganisme perusak ketika bahan pangan tersebut
dikemas. Sterilisasi bahan pengemas utama (Karon tetrapack) di PT. Ultrajaya
dilakukan dengan menggunakan larutan hidrogen peroksida (H30;). Karton terrapack
yang masih dalam bentuk gulungan akan direndam pada larutan H;0:, Kemudian
gulungan karton fetrapack tersebut dilewatkan dalam roller penghilang H:02 dan
dikeringkan untuk menghilangkan H202." Karton ‘etrapack yang telah steril ini
kemudian akan dibentuk dan diisi secara otomatis oleli mesin pengisi.
Proses pengemasan aseptik yang dilakukan oleh PT. Ultrajaya ini telah sesuai dengan
teori Walstra er al (2006). Walstra et al (2006) menycbutkan bahwa sterilisasi bahan
pengemas dapat dilakukan dengan larutan hidorogen peroksida panas (60-80°C) dengan
konsentrasi 20-35%. Residu hidrogen peroksida dapat dengan mudah dihilangkan
dengan menggunakan uap panas (>100°C). Selain itu penggunaan uap panas ini juga
akan menambah efek sterilisasi. Untuk lebih jelasnya, skema sterilisasi kemasan dengan
hidrogen peroksida menggunakan sistem perendaman dapat dilihat pada gambar 13.
aioe
iteraln
—
byatrogen,
teted Paroside Bath
Water Batn
Gambar 14. Aplikasi H»O2 dengan sistem perendaman (Walstra et al, 2006)39
Kemasan primer yang digunakan untuk susu UHT merupakan kemasan fe/rapack yang
terdiri atas 6 lapisan yaitu external coating, printing ink paper dan paper duplex,
Jamminating layer, alumunium foil, internal coating 1, dan internal coating Il. Coles et
al (2003) dalam bukunya menyebutkan bahwa produk susu dapat dikemas secara aspetis
dengan menggunakan kemasan karton yang dilaminasi. Kemasan karton ini terdiri dari
lapisan PE/kertas dan karton/PE/aluminium foil/laminasi Fungsi dari masing-
masing lapisan tersebut adalah:
1. Lapisan PE luar berfungsi untuk melindungi dari uap air.
2. Lapisan kertas sebagai media untuk pencetakan sedangkan lapisan karton untuk
memberi bentuk yang kuat.
3. Lapisan PE untuk merekatkan aluminium foil dat kertas
4. Aluminium foil untuk perlindungan terhadap cahaya, oksigen dan bau dari luar yang
dapat mempengaruhi kualitas susu,
5. PE untuk merekatkan aluminium foil dan PE terdalam
6. Lapisan PE terdalam untuk memberikan efek sealing yang baik
Penggunaan kemasan laminasi jenis te#rapack ini dikarenakan memiliki kelebihan
dibandingkan kemasan Jainnya seperti kaleng dan botol gelas. Menurut Coles ef al
(2003), keuntungan kemasan laminasi 6 lapis ini yaitu bentuknya yang tipis dan praktis,
sehingga dapat menghemat ruang penyimpanan kemasan kosong dan menghemat biaya
transportasi.
6.2, Pengawasan Mutu
PT. Ultrajaya melakukan pengawasan mutu di berbagai aspek, mulai aspek bahan baku
hingga produk akhir. Pengawasan mutu ini dilakukan oleh semua keryawan yang
bertugas dan dikontrol oleh bagian quality control. PT. Ultrajaya sudah menerapkan
good manufacturing practices (GMP). pada proses“produksi dan juga sudah lolos
sertifikasi hazard analysis critical control point (HACCP).
6.2.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku
Pengawasan mutu bahan baku PT. Ultrajaya sudah baik karena dilakukan pengujian
terhadap setiap bahan baku yang datang dari supplier oleh departemen quality control,
Jika bahan baku telah sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, maka departemen40
QC akan memberi status release pada bahan baku tersebut. Menurut Sofjan (1999),
pengawasan mutu bahan baku penting dilakukan karena kualitas bahan baku akan
sangat mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. Kualitas bahan baku yang
digunakan sangat berpengaruh pada proses produksi sampai kualitas produk akhir.
Untuk bahan baku susu segar dilakukan pula uji penerimaan dan uji pembayaran oleh
agian quality control. Analisis yang dilakukan dalam uji penerimaan antara lain
pengukuran suhu, uji berat jenis (BJ), uji pH, uji keasaman, tes karbonat, uji alkohol,
dan organoleptik. Analisis yang digunakan untuk uji pembayaran adalah analisis kadar
lemak, analisis kadar TS, dan uji mikrobiologi. Pengujian yang dilakukan oleh PT
Ultrajaya disesuaikan dengan standar SNI-01-3141-1998:tentang susu segar. Di mana
pada SNI tersebut disebutkan bahwa susu segar yang baik dapat dilihat dari parameter
organoleptik (warna, bau, rasa-dan kekentalan), kadar lemak minimum, kadar bahan
kering tanpa lemak minimum, berat jenis, derajat asam, uji alkohol, uji pemalsuan, dan
jumlah mikroba maksimal. Hal ini berarti PT. Ultrajaya telah menetapkan penjaminan
‘mutu bahan baku mutu susu segar yang memenuhi standar SNI.
6.2.2. Pengawasan Mutu Produksi
Pengawasan mutu proses produksi dilakukan untuk mengontrol mutu produk susu UHT
yang telah dipasteurisasi. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan proses
pasteurisasi yang telah dilakukan, Pengendalian mutu work in process ini dilakukan
agar mencegah kerugian dan mencegah kerusakan produk semakin banyak. Bila terjadi
kesalahan atau ketidaksesuaian proses produksi, proses produksi akan diberhentikan dan
dilakukan pembenahan terlebih dulu sebelum, proses dilanjutkan, dan apabila ada
kerusakan maka akan dilakukan perbaikan oleh teknisi.
6.3. Pengawasan Mutu Proses Pengemasan
Selain pengawasan mutu terhadap bahan baku dan produksi, PT. Ultrajaya juga
menerapakan pengawasan mutu terhadap pengemas. Pengawasan mutu ini dilakukan
sebelum produk diiisi dan dikemasan dan setelah produk diisi dan dikemas.
Pengawasana mutu ini dilakukan untuk memastikan kekuatan sealing dari kemasan,
‘Sehingga produk yang telah dikemas dapat tetap awet dalam waktu yang lama.41
6.4, Pengawasan Mutu Produk Akhir
Produk susu UHT yang telah jadi sebelum dipasarkan akan diperiksa mutunya terlebih
dahulu, Pengawasan mutu produk akhir dilakukan untuk memastikan produk yang
dihasilkan memiliki kualitas yang benar-benar baik. Produk susu UHT yang telah
di
satu minggu, pada kondisi ini mikroorganisme dipancing untuk tumbuh, dan apabila
setelah di inkubasi produk tetap bebas mikrorgnisme, maka produk s
im dari ruang produksi akan disimpan dalam ruang inkubasi bersuhu 38°C selama
jap dipasarkan
sesuai dengan prinsip first in first out (FIFO), artinya produk yang lebih dahulu masuk
gudang harus dikeluarkan terlebih dahulu. Selain itu, pihak QC juga menyimpan
beberapa sampel produk susu'UHT untuk disimpan sebagai-sampel retain. Sampel ini
akan digunakan untuk pemetiksaan ulang bila terdapat komplain dari Konsumen. Hal ini
dilakukan untuk menjamin kepuasan konsumen PT. Ultrajaya.7. KESIMPULAN DAN SARAN
74. Kesimpulan
* roses produksi susu UHT meliputi tahap filtrasi, pendinginan ulang, pasteurisasi
(72°C), pencampuran, pasteurisasi (82°C), sterilisasi, pengisian dan pengemasan
primer, pengemasan sekunder, dan penyimpanan dalam gudang.
* Tahapan proses produksi yang penting dalam pembuatan susu UHT adalah tahap
sterilisasi.
* Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Ultrajaya telah berjalan dengan baik dan
menggunakan prosedur sesuai dengan pustaka yang ada.
= Pengawasan mutu yang diterapkan pada produk susu UHT PT. Ultrajaya meliputi
pengawasan mutu balan baku, pengawasan mutu produksi,.pengawasan mutu
pengemasan, dan pengawasan mutu produk akhir.
* Pengawasan mutu susu UHT yang dilakukan PT. Ultrajaya tergolong baik di mana
mutu produk awal dan akhir dijaga agar sesuai dengan standar.
7.2, Saran
Agar proses pelaksanaan berlangsung lebih efektif, sebaiknya mahasiswa kerja praktek
di PT. Ultrajaya dilibatkan langsung dalam. praktek produksi dan pengawasan mutu di
lapangan. Selain itu pula, mahasiswa kerja praktek dapat dilibatkan dalam analisa
permasalahan atau kasus yang terjadi atau pernah terjadi di PT. Ultrajaya. Hal ini agar
mahasiswa lebih menguasai dan memahami praktck pelaksanaan yang dilakukan di
perusahaan,
428. DAFTAR PUSTAKA
Coles, Richard; Derek McDowell; & Mark J Krwan, (2003). Food Packaging
Technology. Blackwell Publishing Ltd. Oxford
Fellow, P. J. (2009). Food Processing Technology - Principles and Practice (3rd
Edition). Woodhead Publishing. Cambridge.
Gedam, Kishor; Rajendra Prasad & V.K. Vijay. (2007). The Study on UHT Processing
of Milk: A Versatile Option for Rural Sector. World Journal of Dairy & Food Sciences
2 (2): 49-53, 2007
Hewitt, G. F. (2002), Heat Exchanger Design Handbook. Begell House. Connecticut.
Sofjan, A. (1999). Manajemen Produksi edisi Revisi, LPFEUI. Jakarta
Tetra Pak (1995). Dairy Processing Handbook , Tetra Pak Processing Systems, $-221
86, Lund, Sweden
Ultrajaya. (2006), PT Ultrajaya. Home page on line. www.ultrajaya.com. Diakses 28
November 2011
Walstra, Pieter; Jan T. M. Wouters; & Tom J, Geurts. (2006), Dairy Science and
Technology. CRC Press Taylor & Francis Group. Boca Raton.
4BFakultas Teknologi Pertanian
Program Studi Teknologi Pangan
Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur Semarang 50234
Telp. 024-8441555 (hunting) Fax. 024-8445265, 8415429
e-mail : unika@unika.ac.id http : //www.unika.ac.id
PRESENSI KERJA PRAKTEK
Nama +o NavOngsan.... AdkY
te. mY Kegaatan Paraf Pembimbing Lap.
Je'nfos.30 | 10-30 | tenttlason awal Hy alur _prodvesi ves:
Paulos. is [M40 [ GHP toduct Frewledge , Propil Ter Zang
Ya'u|ob.ae [0. to | Proses yemasotan Lary
Va'u[oa.3s | i0-s> | Rroses prdvtsi Winapa Filling aad.
"Ai| op.4s [09-0 | Kolding gate (qrodutsi) & panyeloson aa
"Ae'u| 08.25 | 12-30 | Kelling fabri Cporertnman) GC, HAP] AY
"Au 08. 30] 30 | Wombat HACCP Plan labo
“huloss | 13.00 | Vresentasi HACCP (ahd
Miu] tw-00 | 11. 36. Dove; Awe HACCP Posh
P¥yn] 10.2 [i230 [Heimat — preeentass anol Kt (28,