Anda di halaman 1dari 189

- 56 -

AGAR masir, cuci sisa dengan air panas dan keringkan pada
Agar-Agar suhu 100º - 105º.

Agar terdiri dari polisakarida yang diperoleh dengan Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 20,0%;
ekstraksi berbagai spesies Rhodophyceae, terutama yang lakukan pengeringan pada suhu 100º - 105º,
termasuk genus Gelidium, dengan air mendidih, disaring menggunakan 1 g zat dalam bentuk serbuk yang lewat
selagi panas dan diuapkan sampai kering. pengayak nomor 270.

Pemerian Tidak berbau, atau bau lemah; berasa Sisa pemijaran <301>Metode II Tidak lebih dari 4,5%;
musilago pada lidah. lakukan penetapan menggunakan 1 g serbuk yang lewat
pengayak nomor 270.
Kelarutan Tidak larut dalam air dingin; larut dalam air
mendidih. Indeks pengembangan <851> Tidak kurang dari 15;
lakukan penetapan menggunakan zat dalam bentuk
Mikroskopik Gumpalan potongan memanjang dengan serbuk yang lewat pengayak nomor 270.
lebar 2 - 5 mm, kadang-kadang dalam bentuk kepingan,
tidak berwarna sampai kuning pucat, bening, agak liat Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
dan sukar dipatahkan, menjadi lebih rapuh pada Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g.
pengeringan.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Mikroskopik Dalam iodum 0,005 M, sebagian berwarna
ungu kecokelatan. Menunjukkan banyak butiran kecil
tidak berwarna, bulat telur atau bulat dengan latar SERBUK AGAR
belakang amorf; kadang-kadang ada yang berbentuk Pulvis Agar
spora bulat atau bulat telur berwarna cokelat dengan
ukuran sampai 60 µm dengan permukaaan seperti jala. Serbuk Agar adalah agar dalam bentuk serbuk.

Identifikasi Pemerian Serbuk putih kekuningan; pada pengamatan


A. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan di bawah mikroskop terlihat fragmen bersudut dengan
pemanasan dan biarkan dingin. Pada 1 ml larutan ini ciri-ciri yang sama seperti pada Agar bentuk potongan
tambahkan 3 ml air kemudian 0,1 ml iodum 0,05 M atau kepingan; beberapa fragmen berwarna ungu
melalui dinding tabung:terjadi warna ungukecokelatan kecokelatan pada penambahan iodum 0,005 M.
diantara dua lapisan cairan. Jika dicampur, cairan
menjadi kuning pucat. Identifikasi Gelatin, Zat tidak larut, Susut pengeringan,
B. Larutkan 100 mg zat dalam 50 ml air dengan Sisa pemijaran, Indeks pengembangan Memenuhi
pemanasan, biarkan dingin. Panaskan 5 ml larutan ini syarat seperti tertera pada Agar.
dengan 0,5 ml asam klorida P selama 30 menit di dalam
tangas air, kemudian tambahkan 1 ml larutan barium Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
klorida P 6,1%: terjadi kekeruhan berwarna putih dalam Escherichia coli; lakukan penetapan menggunakan 1,0 g.
waktu 30 menit.
C. Masukkan 500 mg zat ke dalam tabung reaksi, Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tambahkan air, panaskan di dalam tangas air: hanya
beberapa bagian tetap tidak larut dan pada pendinginan
antara 35º dan 30º membentuk gel. Bila dipanaskan di AIR MURNI
dalam tangas air, gel tidak mencair pada suhu dibawah Purified Water
80º.
H 2O BM 18,02
Gelatin Panaskan 1,0g zat dalam 100 ml air sampai larut
dan biarkan dingin hingga suhu 50º. Pada 5 ml Air Murni adalah air yang memenuhi persyaratan air
tambahkan 5 ml larutan 2,4,6-trinitrofenol P 1%: tidak minum, yang dimurnikan dengan cara destilasi, penukar
terjadi kekeruhan dalam waktu 10 menit. ion, osmosis balik atau proses lain yang sesuai. Tidak
mengandung zat tambahan lain.
Zat tidak larut Tidak lebih dari 0,5%; lakukan [Catatan Air Murni digunakan untuk pembuatan
penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada 5 g zat sediaan-sediaan. Bila digunakan untuk sediaan steril,
yang telah diserbuk dan diayak dengan pengayak nomor selain untuk sediaan parenteral, air harus memenuhi
270, tambahkan 100 ml air dan 14 ml asam klorida 2 M, persyaratan Uji Sterilitas <71>, atau gunakan air murni
didihkan perlahan-lahan selama 15 menit, sambil sering steril yang dilindungi terhadap kontaminasi mikroba.
diaduk. Saring selagi panas melalui penyaring kaca Tidak boleh menggunakan Air Murni untuk sediaan
parenteral. Untuk keperluan ini gunakan Air untuk
- 57 -
Injeksi, Air untuk Injeksi Bakteriostatik atau Air Steril Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau.
untuk Injeksi].
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; tidak berbau. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
pH <1071> Antara 5,0 sampai 7,0; lakukan penetapan gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
secara potensiometrik pada larutan yang ditambahkan belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
0,30 ml larutan kalium klorida P jenuh pada 100 ml zat
uji. Endotoksin bakteri <201> Tidak boleh lebih dari 0,25
unit Endotoksin FI per ml, menggunakan Endotoksin
Klorida Pada 100 ml tambahkan 5 tetes asam nitrat P BPFI sebagai pembanding.
dan 1 ml perak nitrat LP: tidak terjadi opalesensi.
Klorida Pada 20 ml zat uji dalam tabung pembanding
Sulfat Pada 100 ml tambahkan 1 ml barium klorida LP: warna tambahkan 5 tetes asam nitrat P dan 1 ml perak
tidak terjadi kekeruhan. nitrat LP dan campur perlahan: terjadi kekeruhan dalam
waktu 10 menit dan tidak lebih keruh dari 20 ml Air
Amonia Tidak lebih dari 0,3 bpj; pada 100 ml dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi
tambahkan 2 ml kalium raksa(II) iodida alkalis P segera dalam Wadah <1271> yang mengandung 10 µg Cl (0,5
terbentuk warna kuning yang tidak lebih gelap dari Air bpj), diamati dengan arah tegak lurus dengan dasar gelap
dengan kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi dengan cahaya yang masuk dari samping.
dalam Wadah <1271> yang ditambahkan 30 µg NH3.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Kalsium Pada 100 ml tambahkan 2 ml amonium oksalat
P: tidak terjadi kekeruhan. Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi volume kecil.
Karbon dioksida Pada 25 ml tambahkan 25 ml kalsium
hidroksida LP: campuran tetap jernih. Amonia Lakukan penetapan sebagai berikut: Untuk Air
Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan volume kurang
Logam berat <371> Pada 40 ml Air Murni atur pH dari 50 ml, encerkan 50 ml dengan 50 ml Air dengan
antara 3,0 sampai 4,0 dengan penambahan asam asetat 1 kemurnian tinggi seperti tertera pada Pereaksi dalam
N (gunakan kertas indikator dengan rentang pH pendek), Wadah <1271> dan gunakan larutan ini sebagai larutan
tambahkan 10 ml hidrogen sulfida LP yang dibuat uji. Untuk volume 50 ml atau lebih gunakan 100 ml Air
segardandiamkan selama 10 menit; jika diamati dengan Steril untuk Injeksi sebagai larutan uji. Pada 100 ml
arah tegak lurus dengan dasar putih, warna cairan tidak larutan uji tambahkan 2 ml kaliumraksa(II) iodida
lebih tua dari warna campuran 50 ml air murni dengan alkalis LP: segera terjadi warna kuning yang tidak lebih
asam asetat 1 N dalam jumlah yang sama. gelap dari Air dengan kemurnian tinggi yang
ditambahkan 30 µg NH3 (0,6 bpj untuk Air Steril untuk
Zat mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan 10 ml Injeksi untuk wadah dengan volume kurang dari 50 ml;
asam sulfat 2 N, tambahkan hingga mendidih. 0,3 bpj untuk wadah dengan volume 50 ml atau lebih).
Tambahkan 0,1 ml kalium permanganat 0,1 N, didihkan
selama 10 menit: warna merah muda tidak hilang Zat yang mudah teroksidasi Pada 100 ml tambahkan
sempurna. 10 ml asam sulfat 2 N, panaskan hingga mendidih.
Untuk Air Steril untuk Injeksi dalam wadah dengan
Zat padat total Tidak lebih dari 0,001%; uapkan 100 ml volume kurang dari 50 ml, tambahkan 0,4 ml kalium
di atas tangas uap hingga kering, keringkan residu pada permanganat 0,1 N dan didihkan selama 5 menit; untuk
suhu 105º selama 1 jam. volume 50 ml atau lebih tambahkan 0,2 ml kalium
permanganat 0,1 N didihkan selama 5 menit. Bila
Kemurnian bakteriologi Memenuhi syarat air minum. terbentuk endapan, dinginkan dalam tangas es hingga
suhu ruang dan saring melalui penyaring kaca masir:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. warna merah muda tidak hilang sempurna.

Zat padat total Tidak lebih dari 0,004%; untuk Air


AIR STERIL UNTUK INJEKSI Steril untuk Injeksi dengan kemasan kurang dari 30 ml;
Sterile Water for Injections tidak lebih dari 0,003% untuk kemasan 30 ml atau lebih,
tetapi kurang 100 ml; tidak lebih dari 0,002% untuk
Air Steril untuk Injeksi adalah Air Murni yang kemasan 100 ml atau lebih; lakukan penetapan seperti
disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak tertera pada Zat padat total dalam Air Murni.
mengandung bahan anti mikroba atau bahan tambahan
lainnya. Syarat lain Memenuhi uji pH, Sulfat, Kalsium, Karbon
dioksida dan Logam berat seperti tertera pada Air Murni.
- 58 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal, Pembuluh berpenebalan spiral diketemukan dalam
dari kaca atau plastik, tidak lebih besar dari 1 liter. protoxilem. Teras tersusun oleh parenkim bernoktah dan
Wadah kaca sebaiknya dari kaca Tipe I atau Tipe II. sedikit berlignin.

Batang di atas tanah Tidak lebih dari 5%.


AKAR IPEKA
Ipecacuanhae Radix Bahan organik asing Tidak lebih dari 2,0%. Lakukan
penetapan seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan
Akar Ipeka adalah pangkal batang dan akar kering Metode Analisis Simplisia <671>.
Cephaelis acuminata Karsten atau Cephaelis
ipecacuanha (Brotero) A. Richard (familia Rubiaceae) Penetapan kadar alkoloid total larut dalam eter
mengandung tidak kurang dari 2,0% alkaloid total larut [Catatan eter yang digunakan harus bebas dari
dalam eter dan mengandung tidak kurang dari 90% peroksida yang ditetapkan 24 jam sebelum digunakan]
emetin (C29H40N2O4) dan sefaelin (C28H38N2O4). Alkaloid dapat diekstraksi menggunakan salah satu dari
Kandungan sefaelin bervariasi dari sejumlah setara dua cara yang di sebutkan di bawah ini:
sampai tidak lebih dari 2,5 kali jumlah emetin. Cara I Timbang saksama sejumlah 10 g serbuk akar,
tambahkan 100,0 ml eter P dalam labu yang sesuai,
Baku pembanding Emetin Hidroklorida BPFI; lakukan tutup rapat, kocok kuat-kuat dan biarkan selama 5 menit.
pengeringan sejumlah kecil zat terpapar dengan baik Tambahkan 10 ml amonium hidroksida 6 N, tutup rapat
pada suhu 105º sampai bobot tetap sebelum digunakan. dan kocok lagi kuat-kuat selama satu jam dengan
pengocok mekanik atau terputus-putus selama 2 jam,
Makroskopik Campuran potongan akar dan pangkal diamkan semalam pada suhu tidak lebih dari 25°. Kocok
batang. Potongan akar umumnya melengkung dan lagi secara terputus-putus selama 30 menit dan diamkan
bengkok, kadang-kadang bercabang; panjang sampai 15 pada suhu 25°. Pindahkan 50,0 ml beningan setara
cm dan umumnya berdiameter 3 - 6,5 mm, kadang dengan 5,0 g akar ipeka ke dalam corong pisah.
mencapai 9 mm; berwarna keabuan, cokelat keabuan Cara II Timbang saksama sejumlah 5 g serbuk akar
atau cokelat kemerahan, jenis yang berwarna cokelat tambahkan eter P secukupnya untuk membasahi serbuk
kemerahan sering mempunyai goresan berwarna terang; dan biarkan selama 10 menit sambil sekali-kali diaduk.
bagian luar berpenebalan melintang, masing-masing Tambahkan 3 ml amonium hidroksida P, masukkan ke
setebal 0,5 - 1,0 mm melingkar meliputi separuh keliling dalam alat Soxhlet rendam semalam dan ekstraksi
akar dan berakhir pada ujung yang meruncing dari akar, selama 5 jam masukan ekstrak ke dalam corong pisah.
terdapat 1 - 6 penebalan per cm, kadang-kadang terlihat Ekstrak yang di peroleh dari Cara I atau Cara II di
bentuk cincin dengan jarak tidak beraturan, pangkal ekstraksi dengan asam sulfat 2 N, mula-mula
batang berbentuk silinder, tebal lebih kurang 2 mm, menggunakan 15 ml atau lebih hingga bereaksi asam dan
berkeriput memanjang dengan bercak-bercak berbentuk selanjutnya tiap kali dengan 10 ml hingga semua
elips; bau khas; rasa pahit; membuat mual. alkoloid terekstraksi. Saring semua ekstrak
menggunakan penyaring yang sama masukan ke dalam
Mikroskopik Pada daerah pusat akar terdapat xilem corong pisah kedua. Pada larutan asam tersebut
primer, yang mudah dikenal dan tidak berempulur. Di tambahkan sejumlah sama eter P dan tambahkan
sekelilingnya terdapat jaringan kayu dari xilem sekunder amonium hidroksida 6 N hingga bereaksi basa (minimal
yang rapat, dibelah oleh jari-jari teras. Semua jaringan pH 10 dengan kertas indikator) dan ekstraksi beberapa
ini mengandung lignin. Di sebelah luar bagian kayu kali dengan eter P hingga ekstrak terakhir tidak keruh
terdapat pita floem sekunder yang sempit serta feloderm jika dilakukan uji sebagai berikut: uapkan 1 ml ekstrak
parenkimatis yang luas dikelilingi oleh lapisan gabus terakhir, larutkan residu dalam 0,5 ml asam klorida 0,5
yang sempit dengan ketebalan beberapa sel. Xilem N dan tambahkan 1 tetes raksa(II) iodida LP. Saring tiap
sekunder tersusun oleh pembuluh trakeida yang ekstrak eter ke dalam labu atau gelas piala dan uapkan
bergabung dengan parenkim xilem; parenkim xilem ini perlahan-lahandi atas tangas uap hingga kering.
bernoktah dan berisi butir pati. Butir pati juga terdapat Tambahkan 5 ml eter P dan 10,0 ml asam sulfat 0,1 N
jari-jari teras. Floem merupakan kelompok kecil jaringan LV panaskan di atas tangas uap hingga semua alkaloid
ayak yang dikelilingi parenkim. Feloderm yang luas larut dan eter menguap, dinginkan, tambahkan 15 ml air
tersusun oleh parenkim dengan sel-sel bulat berselulosa, dan merah metil LP; titrasi kelebihan asam dengan
berisi butir pati dan sedikit idioblas, masing-masing natrium hidroksida 0,1 N LV.
mengandung seikat kristal kalsium oksalat bentuk rafida,
panjang 30 - 80 µm. Butir pati jarang yang tunggal, Tiap ml asam sulfat 0,1 N
biasanya merupakan gabungan 2 - 4 butir dan kadang- setara dengan 24,0 mg alkaloid total larut dalam eter
kadang 8 butir. Butir tunggal berdiameter hingga 22 µm. dihitung sebagai emetin (C29H40N2O4)
Pangkal batang dibedakan dari akar oleh adanya
lingkaran xilem di sekitar teras yang luas. Jaringan
perisikel mengandung sel sklerenkim yang khas.
- 59 -
Penetapan kadar emetin dan sefaelin dalam campuran eter P-isooktana P (1:1). Kocok corong
Larutan baku Timbang saksama sejumlah emetin pisah, biarkan lapisan memisah dan pindahkan lapisan
Hidroklorida BPFI dan larutkan dalam asam sulfat 0,5 N air ke dalam labu tentukur 50-ml. Ekstraksi dua kali, tiap
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan asam kali dengan 10 ml asam sulfat 0,5 N dan masukkan ke
sulfat 0,5 N hingga kadar lebih kurang 50 µg per ml. dalam labu tentukur. Tambahkan asam sulfat 0,5 N
Larutan uji Buat Contoh uji seperti tertera pada sampai tanda, kocok (Larutan emetin).
Pengambilan Contoh dan Metode Analisis Simplisia Eluasi Kolom IV dengan 75 ml kloroform P dan
<671>. Masukan 200 mg contoh berupa serbuk halus kumpulkan eluat dalam corong pisah 250 ml yang telah
yang ditimbang saksama ke dalam gelas piala 150 ml berisi 150 ml eter P. Pindahkan Kolom IV. Ekstraksi
tambahkan 2 ml metil sulfoksida P, aduk dengan eluat, mula-mula dengan 20 ml asam sulfat 0,5 N
pengaduk hingga semua serbuk basah, diamkan selama kemudian dua kali berturut-turut, tiap kali dengan 10 ml
30 menit. Tambahkan 2 ml air dan lebih kurang 1 g asam sulfat 0,5 N. Kumpulkan ekstrak dalam labu
natrium bikarbonat P, campur. tentukur 50-ml. Bilas ujung corong pisah dan tambahkan
Dapar fosfat Campur 3 bagian volume kalium fosfat asam sulfat 0,5 N sampai tanda, kocok (larutan
monobasa 0,5 M (mengandung 5,1 g per 75 ml) dengan sefaelin).
1 bagian volume kalium fosfat dibasa 0,5 M Ukur serapan Larutan emetin, Larutan sefaelin dan
(mengandung 2,2 g per 25 ml) dan atur pH hingga 6,0  Larutan baku pada panjang gelombang serapan
0,005 dengan menambahkan salah satu larutan tersebut. maksimum 283 dan 350 nm, menggunakan
Larutkan 7,5 g kalium klorida P dalam 100 ml Dapar spektrofotometer yang sesuai, dengan asam sulfat 0,5 N
fosfat. sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg emetin,
Dapar asam sitrat Campur volume sama natrium dengan rumus:
sitrat 0,5 M (mengandung 6,5 g per 50 ml) dan asam
sitrat 0,5 M (mengandung 4,8 g per 50 ml) atur pH  A283  A350 U
0,05C
hingga 4,0  0,05 dengan menambahkan salah satu  A283  A350 S
larutan tersebut.
Kolom kromatografi Tabung kromatografi ukuran 25 C adalah kadar emetin dalam µg per ml larutan baku;
mm x 200 mm di beri wol kaca pada bagian dasar. harga serapan dalam kurung berturut-turut menunjukkan
Kolom I Pada gelas piala berisi larutan uji tambahkan perbedaan serapan larutan emetin dari Larutan uji (U)
6 g tanah silika yang dimurnikan campur dan masukan dan Larutan baku (S). Hitung jumlah dalam mg sefaelin,
ke dalam kolom, bilas gelas piala dengan lebih kurang 1 dengan rumus:
g tanah silika yang dimurnikan pindahkan bilasan di
bagian atas kolom dan mampatkan.  A283  A350 U
0,9710,05C 
Kolom II Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika  A283  A350 S
yang dimurnikan dan 2 ml dapar fosfat.
Kolom III Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika 0,971 adalah perbandingan bobot molekul sefaelin dan
yang dimurnikan dan 2 ml dapar asam sitrat. emetin; C adalah kadar emetin dalam µg per ml Larutan
Kolom IV Isi kolom dengan campuran 3 g tanah silika baku; harga serapan dalam kurung berturut-turut
yang dimurnikan dan 2 ml larutan natrium hidroksida P menunjukkan perbedaan serapan larutan sefaelin dari
(1 dalam 50). Letakan wol kaca di atas setiap kolom. larutan uji (U) dan larutan baku (S).
Prosedur [Catatan Gunakan pelarut jenuh air pada
prosedur ini. Bilas ujung kolom kromatografi sebelum
dipindahkan]. Susun Kolom I dan Kolom II sedemikian AKAR PULE PANDAK
rupa hingga cairan dari kolom I akan mengalir masuk ke Rauwolfiae Radix
Kolom II. Lewatkan tiga kali 50 ml eter P ke Kolom I
dan pindahkan Kolom I dan eluat. Letakan Kolom III di Akar Pule Pandak adalah akar yang dikeringkan dari
bawah Kolom II dan lewatkan tiga kali 50 ml campuran Rauwolfia serpentina (Linné) Bentham ex Kurz (Familia
eter P-klorofom P (1:3) pindahkan Kolom II dan eluat. Apocynaceae), kadang-kadang mengandung fragmen
Cuci Kolom III berturut-turut dengan 25 ml campuran rimpang dan pangkal batang. Kadar alkaloid golongan
eter P-klorofom P (1:3) dan 25 ml campuran eter P- reserpin-resinamin tidak kurang dari 0,15%, dihitung
isooktana P (1:1) buang larutan pencuci. Cuci Kolom IV sebagai reserpin, C33H40N2O9.
dengan 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 5) dalam
campuran eter P-isooktana P (1:1) buang larutan Baku pembanding Akar Pule Pandak BPFI; tidak boleh
pencuci. Susun Kolom IV di bawah Kolom III dan dikeringkan sebelum digunakan. Reserpin BPFI;
letakan corong pisah 125 ml yang berisi 15 ml asam lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 3 jam
sulfat 4 N di bawah Kolom IV. Lewatkan 10 ml larutan sebelum digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P- terlindung cahaya.
isooktana P (1:1), diikuti tiga kali 10 ml larutan
trietilamin P (1 dalam 50) dalam campuran eter P- Makroskopik Potongan akar umumnya berukuran
isooktana P (1:1). Pindahkan Kolom III dan lewatkan ke panjang 5-15 cm, kadang-kadang lebih pendek, diameter
dalam Kolom IV 20 ml larutan trietilamin P (1 dalam 50)
- 60 -

3-20 mm. Potongan berbentuk silindris, agak pipih atau lapisan tangensial maupun radial. Lebar deretan sel
melengkung umumnya tanpa cabang akar, tetapi kadang- xilem 1-12 sel, kadang-kadang sampai 16 lapis sel.
kadang dengan akar-akar kecil atau benang akar yang
membelit, lebih tersebar, lebih banyak, lebih keras dan Mikroskopik rimpang Sama dengan akar, selain itu
berkayu pada akar yang lebih besar. Permukaan luar ditemukan kulit akar, serabut perisikel, berkas
cokelat muda sampai kuning keabuan, buram, kasar atau pengangkut tipe bikolateral dan empulur yang kecil.
berkerut memanjang tetapi lunak jika dipegang, kadang- Serabut perisikel tunggal atau dalam kelompok 2-5,
kadang terlihat bulatan kecil bekas akar pada potongan mempunyai dinding tebal dan tidak berlignin,
yang besar. Jika dipatahkan kulit akar mudah terkelupas meruncing, seringkali terbelah ujungnya, dengan bagian
dari bagian kayu. Patahan pendek, tidak teratur, patahan subterminal melebar dan mempunyai dinding sel tipis
yang lebih panjang, sedikit berserat pada bagian pinggir. dan lumen lebar. Kadang-kadang dijumpai berkas
Permukaan patahan dari akar yang baru saja dipatahkan pengangkut yang berukuran sampai 485 µm. Deretan sel
memperlihatkan lapisan kulit akar yang agak tebal xilem, lebar 1-4 sel, dengan dinding berlignin dan
berwarna kuning keabuan dan bagian kayu yang putih bernoktah. Jaringan floem bagian dalam terdapat di
kekuningan agak pucat meliputi radius lebih kurang sekeliling bagian luar empulur, serabut xilem terlihat
80%. Pada penampang melintang potongan yang besar agak kurang terang dibanding dengan yang terdapat pada
tampak jari-jari empulur dengan 3 atau lebih lingkaran akar. Bagian empulur tersusun oleh sel parenkim berisi
tahun, sering terlihat empulur yang kecil di pusat. pati dan tersebar, berisi zat yang berwarna kuning dan
Kayunya keras dan kerapatannya relatif rendah. Bau menjadi cokelat jika direaksikan dengan larutan iodum
tidak khas seperti bau tanah atau bau kentang dalam LP.
penyimpanan; rasa pahit.
Mikroskopik serbuk Berwarna abu-abu kecokelatan
Mikroskopik Akar Pada penampang melintang terlihat sampai abu-abu kemerahan, terlihat banyak sekali butir
2 - 8 lapis sel gabus pada lapisan luar, terdiri dari lapisan pati, sebagian besar tunggal, berkelompok 2 - 3, kadang-
dengan sel-sel lebih besar berseling dengan lapisan kadang 4, butir pati tunggal berbentuk bulat, bulat telur,
dengan sel-sel lebih kecil, setiap lapisan terdiri dari sel- cembung datar atau cembung bersegi atau tidak
sel kecil yang meliputi 3 - 5 lapis sel yang tersusun beraturan, hilum sederhana, berbentuk Y, bintang atau
tangensial, sedangkan setiap lapisan sel yang lebih besar seperti garis tidak beraturan, diameter utuh 6-34µm, rata-
terdiri dari 1 - 6 lapisan tengensial. Pada penampang rata 20 µm, sebagian besar berdiameter kecil, butir pati
melintang, sel-sel pusat yang terbesar dari kelompok sel yang dapat berubah berdiameter 50 µm; sebagian besar
yang lebih besar berukuran 40 - 90 µm secara radial dan butir pati memperlihatkan polarisasi yang jelas; hablur
sampai 75 µm secara tangensial. Sel-sel dari kelompok kalsium oksalat bentuk prisma, berkelompok dan
sel yang berukuran 5 - 20 µm secara radial dan 75 µm terletak tersebar, berukuran 10 - 15 µm; resin berwarna
secara tangensial. Dinding sel tipis dan bergabus. Bagian cokelat dan kadang-kadang terdapat hasil sekresi
kulit sekunder terdiri dari beberapa lapis sel parenkim berbentuk granul berwarna kekuningan; sel gabus
yang memanjang sampai isodiametrik, umumnya penuh terpisah bentuk memanjang sampai 90 µm; sel feloderm
berisi butir pati, sel-sel lainnya yaitu sel lateks yang dan parenkim floem terlihat sama, pembuluh subsilindris
pendek, terpisah sendiri atau dalam deretan pendek dan panjang sampai 360 µm dan berdiameter 20 - 57 µm,
mengandung resin yang cokelat. Floem sekunder relatif dinding pada umumnya berpenebalan noktah dengan tepi
sempit dan tersusun oleh parenkim floem yang berisi berbatasan dengan deretan sel xilem; dinding pada ujung
butir pati dan kadang-kadang hablur kalsium oksalat pembuluh terlihat miring hingga melintang umumnya
bentuk tabung sampai bersegi, panjang sampai 20 µm terbuka pada ujungnya; beberapa pembuluh
dan kadang-kadang resin cokelat di dalam sel yang lebih mengandung tilosa; trakheida bernoktah, dengan dinding
luar dan sel floem, berdekatan dengan buluh pengangkut agak tebal, meruncing, berbintik dan terlihat terang, pada
yang tersebar dan terbelah oleh jaringan floem selebar 2 penampang melintang terbentuk poligonal; sel parenkim
- 4 sel. Sklerenkim, yaitu sel batu dan serabut tidak xilem mempunyai dinding agak tebal dengan noktah
diketemukan pada akar dan dapat digunakan untuk bundar, sel-sel poligonal pada penampang melintang,
membedakan dengan jenis Rauwolfia yang lain. berisi banyak butir pati; deretan sel-sel floem dan xilem
Kambium tidak khas, sempit, gelap dan mengkilat. mempunyai dinding bernoktah, banyak mengandung
Xilem sekunder merupakan bagian yang luas dari akar pati, kadang-kadang dengan resin berwarna cokelat,
dan mempunyai satu atau lebih lingkaran tahun dengan serabut xilem dengan dinding tebal berlignin, bernoktah
empulur kayu yang rapat, memotong kurang lebih 500 garis yang miring dan melintang, ujungnya meruncing
µm di pusat. Xilem tersusun oleh banyak serabut kayu atau bercabang, berukuran panjang 200 - 750 µm. Pada
yang dipisahkan oleh deretan sel xilem dan pada akar tidak dijumpai serabut floem maupun sklereida.
pengamatan dengan pembesaran yang lebih kuat terlihat
berkas pengangkut dalam lapisan radial yang terputus, Identifikasi Lakukan penetapan dengan cara
banyak parenkim xilem, lapisan sel xilem yang besar, Kromatografi Kertas seperti tertera pada Kromatografi
sedikit serabut kayu dan trakeida, semuanya mempunyai <931>.
dinding berlignin. Serabut xilem terdapat baik pada
- 61 -
Fase diam Encerkan 30 ml formamida P bebas Prosedur Timbang saksama sejumlah lebih kurang 2,5
amonia dengan aseton P hingga 100 ml. g serbuk halus, masukkan ke dalam alat Soxhlet
Fase gerak A Campuran isooktana P-karbon berukuran sedang dengan labu 250 ml dan tempat contoh
tetraklorida P-piperidina P-butanol tersier P berukuran 35 mm x 80 mm atau dengan ukuran yang
(90:60:4:2). lebih kecil. Ekstraksi dengan 100 ml etanol P dengan
Fase gerak B Campuran kloroform P-isooktana P- bantuan batu didih selama 4 jam. Lindungi alat dan
butanol tersier P (75:75:2). seluruh larutan alkaloid dari cahaya kuat atau cahaya
Penampak bercak Larutkan 25 g asam trikloroasetat P langsung. Pindahkan ekstrak dengan etanol P ke dalam
dalam 100 ml metanol P. labu tentukur 100-ml, dinginkan, encerkan dengan
Larutan baku Panaskan 1 g Akar Pule Pandak BPFI etanol P sampai tanda. Pipet 20 ml larutan ke dalam
dengan 5 ml etanol P pada suhu 55º - 65º selama 30 corong pisah yang berisi 200 ml asam sulfat 0,5 N,
menit sambil sesekali diaduk; dinginkan dan saring. campur dan ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 25 metil
Larutan uji Serbukkan 10 g akar menjadi serbuk halus kloroform P. Lumasi kran pengaturan dengan pelumas
(60). Timbang 1 g serbuk, lakukan seperti pada Larutan yang tidak larut dalam metil kloroform atau kloroform
baku. atau gunakan kran pengatur dari politetrafluoroetilen.
Prosedur A Lakukan kromatografi kertas menaik Pisahkan lapisan bawah sesempurna mungkin. Cuci
dengan penjenuhan kertas saring. Tuangkan Fase gerak lapisan metilkloroform dalam corong pisah kedua, tiap
A pada dasar bejana dan tutup. Celupkan kertas kali dengan 50 ml asam sulfat 0,5 N dan buang lapisan
Whatman Nomor 1 atau yang sejenis, ukuran 20 cm x 20 metilkloroform. Ekstraksi alkaloid yang bersifat basa
cm ke dalam Fase diam, biarkan aseton menguap lemah dalam larutan asam berturut-turut dengan 25 ml,
sempurna. Totolkan masing-masing 1µl Larutan uji dan 15 ml, 15 ml, 10 ml, 10 ml dan 10 ml kloroform P. Cuci
Larutan baku pada jarak 2,5 cm dari dasar kertas, masing-masing ekstrak kloroform dengan asam sulfat
biarkan kering. Totolkan 2 µl Fase diam pada masing- 0,5 N yang terdapat dalam corong pisah kedua,
masing totolan, biarkan kering; gantung kertas sehingga kemudian cuci dua kali, tiap kali dengan 10 ml larutan
bagian dasarnya tercelup pada Fase gerak; tutup bejana. natrium bikarbonat P (1 dalam 50) dalam dua corong
Setelah 1 jam atau bila Fase gerak telah mencapai tujuh pisah lain. Saring ekstrak kloroform P ke dalam labu
perdelapan tinggi kertas, angkat kertas, keringkan pada tentukur 100-ml yang berisi 10 ml etanol P, encerkan
suhu 90º dengan aliran udara. Semprot kertas dengan dengan etanol P sampai tanda. Pipet larutan 10 ml dua
Penampak bercak secara tipis merata dan panaskan pada kali, masing-masing masukkan ke dalam labu
suhu 90º selama 10 menit. Erlenmeyer 25 ml bersumbat kaca campur dengan 4 ml
Prosedur B Gunakan alat seperti pada Prosedur A etanol P. Uapkan dengan pemanasan rendah sampai
dengan diberi wadah kaca berisi 2 ml amonium hampir kering, kemudian masukkan dalam desikator
hidroklorida P hingga bejana jenuh dengan uap hampa udara dan uapkan hingga kering. Larutkan residu
amoniak. Tuangkan Fase gerak B pada dasar bejana di dengan 5,0 ml etanol P hingga larut. Pipet Larutan baku
luar wadah kaca. Lakukan kromatografi seperti pada 5 ml dua kali, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 25
Prosedur A tetapi tanpa Penampak bercak. Amati kedua ml bersumbat kaca yang lain. Tambahkan 2,0 ml asam
kromatogram di bawah cahaya ultraviolet dan catat sulfat 0,5 N pada salah satu Larutan uji dan salah satu
bercak yang berfluoresensi; kromatogram Larutan uji Larutan baku sebagai blangko. Tambahkan pada dua
harus menghasilkan bercak dengan harga Rf dan warna labu Erlenmeyer yang lain, 1,0 ml asam sulfat 0,5 N dan
yang sesuai dengan bercak Larutan baku. 1,0 ml larutan natrium nitrit P (3 dalam 1000) campur
dan panaskan di atas tangas air pada suhu 50º -60º selama
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 12,0%; 20 menit. Dinginkan, tambahkan pada masing-masing
lakukan pengeringan pada suhu 100º hingga bobot tetap. labu 500 µl larutan asam sulfamat P (1 dalam 20),
campur. Setelah warna larutan stabil, ukur serapan pada
Batas mikroba <51> Dalam bentuk serbuk tidak boleh panjang gelombang serapan maksium 390 nm
mengandung Salmonella sp. menggunakan blangko yang berisi campuran etanol P-
air (2:1). Hitung dalam mg kadar alkaloid golongan
Kadar abu tidak larut asam Tidak lebih dari 2,0%; reserpin-resinamin, dihitung dengan rumus:
lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan
Contoh dan Metode Analisis Simplisia <671>. 5  A  A0 
S  S 0 
Penetapan kadar
Larutan baku Larutkan 20,0 mg Reserpin BPFI dalam
25 ml etanol P panas, dinginkan, encerkan dengan A dan Ao berturut-turut adalah serapan Larutan uji yang
etanol P hingga 50,0 ml, campur. Jika disimpan pada diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan uji; S dan
wadah yang tertutup rapat, terlindung cahaya, ditempat S0 berturut-turut adalah serapan Larutan baku yang
gelap, warna larutan stabil selama beberapa minggu. diperlakukan dengan nitrit dan blangko larutan baku.
Encerkan 5,0 ml dengan etanol P hingga 100,0 ml dan
campur sebelum digunakan.
- 62 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Larutan 1 Kocok 1,0 g serbuk dalam bentuk serbuk
dalam ruang dengan suhu terkendali, kering dan aman (120) dengan 20 ml kloroform P selama 15 menit, saring
dari serangga. dan serbuk terekstraksi disisihkan untuk pembuatan
Larutan 2. Uapkan filtrat sampai kering, larutkan residu
dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
AKAR MANIS Larutan 2 Pada serbuk terekstraksi yang diperoleh
Glycyrrhizae Radix dari Larutan 1, tambahkan 30 ml asam sulfat 0,5 M dan
refluks selama 1 jam, biarkan dingin, ekstraksi dua kali,
Akar Manis terdiri atas akar dan batang bawah tanah tiap kali dengan 20 ml kloroform P. Keringkan
yang tidak dikupas dan telah dikeringkan dari tanaman kumpulan ekstrak kloroform dengan natrium sulfat
Glycyrrhiza glabra Linné (familia Leguminosae). anhidrat P, saring, uapkan sampai kering dan larutkan
Mengand vdddung tidak kurang dari 4,0% asam residu dalam 2 ml campuran kloroform P-metanol P
glisirizinat. (1:1).
Larutan 3 Larutkan 10 mg asam -glisiretat dalam 2
Pemerian Berbau khas dan sedikit aromatis; rasa sangat ml campuran kloroform P-metanol P (1:1).
manis, sedikit kelat; kulit akar tidak pahit. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan 1
dan Larutan 2 dan 20 µl Larutan 3 pada lempeng
Baku pembanding Asam Glisirizinat BPFI. kromatografi silika gel GF254. Masukkan lempeng ke
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat hingga
Makroskopik Akar dengan beberapa cabang, panjang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan
sampai 1 m dan berdiameter 0,5- 3cm. Kulit berwarna kering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya
abu-abu kecokelatan sampai cokelat dengan goresan ultraviolet 254 nm. Kromatogram dari Larutan 3
memanjang terdapat bekas akar kecil. Batang bawah menunjukkan bercak dari asam -glisiretat dengan harga
tanah berbentuk silinder, berdiameter 1-2 cm, panjang Rf lebih kurang 0,1. Kromatogram Larutan 2
sampai beberapa meter, dapat di potong sepanjang 10-15 menunjukkan bercak yang serupa namun tidak tampak
cm, tampak luar mirip dengan akar, kadang dengan pada kromatogram Larutan 1. Semprot lempeng dengan
kuncup kecil. Bekas patahan akar dan batang bawah lebih kurang 10 ml anisaldehida LP, untuk lempeng
tanah berserat dan kasar seperti bergranul. Lapisan gabus ukuran 200 mm x 200 mm, panaskan pada suhu 100 -
tipis; daerah floem sekunder luas, berwarna kuning 150 selama 10 menit dan amati pada cahaya biasa.
muda dengan goresan melingkar; xilem padat berwarna Bercak asam -glisiretat menjadi ungu kebiruan. Satu
kuning dengan struktur radier. Batang bawah tanah atau dua bercak dengan harga Rf lebih kurang 0,6
mempunyai saluran empulur yang berakhir di bagian tampak pada cahaya biasa sebelum penyemprotan,
akar. menjadi kuning jinggadan beberapa bercak ungu
kebiruan tampak pada kromatogram yang diperoleh dari
Mikroskopik Gabus dan feloderm sempit. Floem Larutan 1 dan Larutan 2. Bercak asam -glisiretat yang
terutama terdiri dari berkas serabut berwarna kuning diperoleh dari Larutan 2 hampir sama besar dengan
berdinding tebal, panjang 700 - 1200 µm, lebar 10 - 20 µm bercak kromatogram yang diperoleh dari Larutan 3.
dikelilingi sel yang mengandung hablur kalsium oksalat B. Campur sejumlah kecil serbuk, dengan 0,005 ml
bentuk prisma panjang 10 - 35 µm, lebar 2 - 5 µm; lapisan asam sulfat P: partikel serbuk menjadi kuning jingga dan
luar berselang-seling dengan bagian-bagian keratenkim beberapa bagian berubah perlahan-lahan menjadi merah
hialin yang kuat; pembuluh tapis dekat kambium. Xilem muda.
terdiri dari trakheida dan pembuluh kayu yang tersusun
radial berselang-seling dengan berkas serabut berlignin Ekstrak larut dalam air Tidak kurang dari 20%;
sebagian, dengan seludang hablur seperti pada floem lakukan penetapan sebagai berikut: campur 2,5 g serbuk
sekunder; diameter pembuluh kayu 30 - 150 µm, tebal (120) dengan 50 ml air biarkan selama 2 jam, sambil
dinding 5 - 10 µm dengan beberapa noktah bercelah sering dikocok. Saring, uapkan, sejumlah filtrat setara
memanjang, berhubungan dengan parenkim xilem dengan 500 mg serbuk sampai kering di atas tangas air
berlignin. Jari-jari empulur lebar 2-5 sel; sel dan keringkan residu pada suhu 100 - 105.
parenkimatis mengandung granul pati berbentuk bulat
atau lonjong, berdiameter 2 - 20 µm, umumnya 5 - 12 µm. Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari
Empulur parenkimatis hanya terdapat pada batang 10,0%; lakukan penetapan menggunakan 1 g serbuk.
bawah tanah.
Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 2,0%
Identifikasi lakukan penetapan sebagai berikut: pada sisa yang
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi diperoleh dari penetapan Sisa pemijaran, tambahkan 15
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. ml air dan 10 ml asam klorida P, tutup dengan kaca
Fase gerak Campuran etil asetat P-amonium arloji, didihkan selama 10 menit dan biarkan dingin.
hidroksida1 M-etanol mutlak P (60:27:13). Kocok dan Saring sisa yang tidak larut dengan kertas saring bebas
dibiarkan selama 5 menit. abu, cuci dengan air panas hingga filtrat tidak bereaksi
- 63 -
asam. Keringkan dan pijarkan hingga membara, biarkan EKSTRAK AKAR MANIS
dingin dalam desikator dan timbang. Ulangi pemijaran Glycyrrhizae Succus
hingga perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut
tidak lebih dari 1 mg. Hitung persentase abu yang tidak Ekstrak Akar Manis adalah ekstrak kering akar segar
larut dalam asam. Glycyrrhiza glabra Linné, (familia Leguminosae)
penyaringan dilakukan dengan air mendidih, kemudian
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi lapis tipis diuapkan hingga kering. Kadar glisirizin tidak kurang
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dari 10%, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan uji Campur 1 g serbuk <120> dengan 25 ml
asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan P. Refluks di Pemerian Batang berbentuk silinder atau bongkah
dalam tangas air selama 2 jam. Biarkan dingin, saring besar, licin, agak mengkilap, hitam cokelat tua, atau
melalui kertas saring berdiameter 9 cm, buang filtrat. serbuk berwarna cokelat; bau khas lemah; rasa khas
Bilas labu dan kertas saring lima kali, tiap kali dengan manis.
20 ml air, buang bilasan melalui kertas saring.
Keringkan labu dan penyaring pada suhu 105selama 20 Identifikasi
menit, pindahkan kertas saring ke dalam labu dan A. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air tambahkan
tambahkan 50 ml kloroform P. Refluks di dalam tangas asam sulfat encer P; terbentuk endapan yang larut
air selama 5 menit dan saring kloroform hangat melalui dengan penambahan amonia LP berlebih.
kertas saring berdiameter 9 cm. Ulangi ekstraksi dua B. Larutkan 1 bagian dalam 10 bagian air, tambahkan
kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform P menggunakan kalsium klorida LP: terbentuk endapan.
penyaring yang sama. Pindahkan kertas saring ke dalam
labu, ekstraksi dengan 25 ml kloroform P dan saring Pati Larutkan sejumlah 5,0 g zat yang telah di keringkan
dengan kertas saring yang lain. Uapkan kumpulan filtrat dalam 50 ml air, tambahkan etanol P 90% hingga 100,0
sampai kering, larutkan residu dalam campuran ml, biarkan selama 12 jam, saring: sisa tidak boleh
kloroform P-metanol P (1:1) dan pindahkan dalam gelas mengandung butir pati.
ukur 10 ml. Bilas dua kali, setiap kali dengan 10 ml Kelarutan dalam etanol <461> Tidak kurang dari 75%;
kloroform P dan uapkan bilasan hingga tersisa 2 ml. lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 20,0 ml filtrat
Pindahkan larutan ini ke dalam gelas ukur dan encerkan yang diperoleh pada pengujian Pati di atas tangas air,
dengan campuran kloroform P-metanol P (1:1) sampai keringkan hingga bobot tetap, timbang.
10 ml.
Larutan baku Campur 50 mg asam glisirizinat BPFI Susut pengeringan <1121>
dengan 25 ml asam klorida 1 N dan 2,5 ml 1,4-dioksan Bentuk batang Tidak lebih dari 20%.
P, lanjutkan seperti pada Larutan uji dimulai dari Bentuk serbuk Tidak lebih dari 7%; lakukan pengeringan
“Refluks di dalam tangas air”. pada suhu antara 103 dan 105 hingga bobot tetap.
Prosedur Totolkan dalam bentuk pita dengan panjang
20 mm dan lebar tidak lebih dari 3mm masing-masing Sisa pemijaran <301> Tidak kurang dari 5% dan tidak
dua kali, tiap kali dengan 60 µl Larutan uji dan Larutan lebih dari 10%; lakukan penetapan menggunakan 2 g
baku pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke zat.
dalam bejana kromatografi, biarkan merambat hingga
tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Penetapan kadar Keringkan 2,5 g zat yang ditimbang
mengering selama 5 menit dan amati di bawah cahaya saksama hingga bobot tetap, hitung susut pengeringan.
ultraviolet 254 nm, beri tanda daerah asam -glisiretat Larutkan dalam campuran 25 ml air dan 10 ml amonia
pada keempat kromatogram. Kerok hati-hati lapisan LP dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan etanol P
silika yang telah diberi tanda dan perlakukan masing- 90% sampai tanda, kocok, biarkan selama tidak kurang
masing secara terpisah sebagai berikut: kocok dengan 5 dari 12 jam. Saring melaluikertas saring kering, uapkan
ml etanol mutlak P selama 15 menit, saring dengan 30 ml filtrat hingga residu lebih kurang 10 ml, campur
penyaring kaca masir. Bilas penyaring dengan etanol dengan 5 ml asam klorida 4 N. Saring melalui kertas
mutlak P dan encerkan hingga 10 ml dengan pelarut saring basah, cuci endapan dan kertas saring dengan air
yang sama. Ukur serapan ke empat larutan pada 250 nm, tetes demi tetes hingga cairan cucian mulai berwarna
menggunakan pembanding larutan yang diperlakukan lebih tua dari warna tetesan sebelumnya. Larutkan
sama termasuk pengerokan pada posisi dan ukuran yang endapan dengan menuangkan amonia LP tetes demi
sama dengan daerah asam -glisiretat. Hitung tetes pada kertas saring, tampung dalam botol timbang
kandungan asam glisirizinat dari serapan Larutan uji dan yang telah ditara. Cuci kertas saring dengan air, hingga
Larutan baku terhadap jumlah asam glisirizinat dalam cairan cucian tidak berwarna. Uapkan larutan dalam
Asam Glisirizinat BPFI. botol timbang diatas tangas air, keringkan pada suhu
100° hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup glisirizin.
kedap, terlindung cahaya.
- 64 -

1 mg residu Prosedur Totolkan secara terpisah15 µl Larutan baku


setara dengan1,67 mg glisirizin dan 10 µl Larutan uji pada lempeng kromatografi silika
gel. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. yang dilapisi dengan kertas saring. Biarkan merambat
hingga 10 cm. Angkat lempeng, biarkan kering di udara,
semprot lempeng dengan asam fosfomolibdat LP: bercak
AKSEROFTOL biru hijau yang terjadi menunjukkan adanya vitamin A.
Vitamin A Harga Rf vitamin dalam bentuk alkohol, asetat dan
Retinol palmitat berturut-turut adalah 0,1; 0,45;0,7.
Axeroftol Perbandingan serapan Tidak kurang dari 0,85.
Tetapkan rasio serapan yang telah dikoreksi (A325)
3,7-Dimetil-9(2,6,6-trimetil-1-sikloheksan-1-il)-2,4,6,8- terhadap serapan yang diamati (A325) seperti tertera pada
nonatetraena-1-ol [68-26-8] Penetapan Kadar Akseroftol <511>.
Vitamin A mengandung tidak kurang dari 95,0% dari Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar seperti
jumlah yang tertera pada etiket. Vitamin A dapat tertera pada Penetapan Kadar Akseroftol <511>
mengandung vitamin A atau ester vitamin A yang menggunakan sejumlah zat yang ditimbang saksama.
dibentuk dari asam lemak yang dapat dimakan terutama
asam asetat dan asam palmitat. Vitamin A dapat Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
diencerkan dengan minyak yang dapat dimakan atau sebaiknya dalam gas inert, terlindung cahaya.
dapat ditambahkan pada zat pembawa atau zat tambahan
padat yang dapat dimakan, dan dapat mengandung zat
antimikroba, zat pendispersi dan antioksidan. ALBENDAZOL
Pemerian Dalam bentuk cair berupa minyak; berwarna Albendazole
kuning muda sampai merah; dapat membeku pada
pendinginan; praktis tidak berbau atau sedikit berbau
ikan; tidak berasa dan tidak berbau tengik. Tidak stabil
terhadap udara dan cahaya.

Kelarutan Dalam bentuk cair tidak larut dalam air dan Metil5-(propiltio)-2-benzimidazolkarbamat [54965-21-8]
dalam gliserin; sangat larut dalam kloroform dan dalam C12H15N3O2S BM 265,33
eter; larut dalam etanol mutlak dan dalam minyak nabati.
Dalam bentuk padat dapat terdispersi dalam air. Albendazol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 102,0%,C12H15N3O2S, dihitung terhadap
Baku pembanding Vitamin A BPFI; buang residu yang zat yang telah dikeringkan.
tidak digunakan setelah kapsul dibuka. Simpan wadah
dalam keadaan tertutup rapat, pada tempat sejuk dan Pemerian Serbuk putih sampai kuning pucat.
kering atau dalam lemari pendingin terlindung cahaya.
Kelarutan Larut dalam asam format anhidrat; sangat
Identifikasi sukar larut dalam eter dan dalam metilen klorida; praktis
A. Pada 1 ml larutan zat dalam kloroform P yang tidak larut dalam etanol dan dalam air.
mengandung lebih kurang 6 µg vitamin A, tambahkan 10
ml antimon triklorida LP: segera terjadi warna biru tidak Baku pembanding Albendazol BPFI; lakukan
mantap.
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Fase gerak Campuran sikloheksan P-eter P (4:1)
Identifikasi
Larutan baku Larutkan isi 1 kapsul Vitamin ABPFI
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dalam kloroform P hingga 25,0 ml.
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P
Larutan uji Jika vitamin A dalam bentuk cairan,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
larutkan sejumlah volume yang setara dengan lebih
yang sama seperti pada Albendazol BPFI.
kurang 15.000 unit FI dalam kloroform P hingga 10 ml.
B. Harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan
Jika dalam bentuk padat, timbang sejumlah zat setara
Larutan baku seperti yang diperoleh pada Kemurnian
dengan lebih kurang 15.000 unit FI, masukkan ke dalam
kromatografi.
corong pisah tambahkan 75 ml air, kocok kuat selama 1
menit. Ekstraksi dengan 10 ml kloroform P dengan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
mengocok selama 1 menit dan sentrifus untuk
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 4 jam.
menjernihkan ekstrak kloroform.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 65 -
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan HIV dengan metode yang sensitif dan memberikan hasil
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada negatif terhadap kedua hal tersebut.
Kromatografi <931>. Pemisahan albumin dilakukan dengan kondisi terkendali
Fase gerak Campuran kloroform P-asam asetat terutama pH, kekuatan ion dan suhu sehingga produk
glasial P-eter P (60:10:10). akhir tidak kurang dari 95% protein total adalah
Larutan baku Timbang sejumlah Albendazol BPFI albumin.
masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan Larutan Albumin tersedia sebagai larutan pekat
dan encerkan dengan asam asetat glasial P hingga kadar mengandung 15,0%-25,0% protein total atau sebagai
lebih kurang 5 mg per ml. larutan isotonik mengandung 4,0%-5,0% protein total.
Enceran larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku ke Untuk menghindari pengaruh pemanasan dapat
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan asam ditambahkan stabilisator yang sesuai seperti natrium
asetat glasial P sampai tanda. kaprilat dengan kadar tertentu, tapi tidak boleh
Larutan uji Timbang lebih kurang 50 mg zat, ditambahkan pengawet yang bersifat antimikroba pada
masukkan ke dalam labu tentukur 5-ml. Larutkan dalam setiap tahap pembuatan. Larutan disterilkan dengan
3,0 ml asam asetat glasial P, encerkan dengan asam penyaringan dan dibagikan secara aseptik ke dalam
asetat glasial P sampai tanda. wadah steril dan ditutup kedap untuk mencegah
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 kontaminasi mikroba. Larutan dalam wadah akhir
µl Larutan uji, Larutan baku dan Enceran larutan baku dipanaskan pada suhu 59,5º-60,5º selama 10 jam.
pada lempeng kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Kemudian diinkubasi pada suhu 30º-32º selama tidak
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang kurang dari 14 hari atau pada suhu 20º-25º selama tidak
telah dijenuhkan dengan Fase gerak, biarkan merambat kurang dari 4 minggu dan amati secara visual adanya
hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, kontaminasi mikroba.
tandai batas rambat dan biarkan mengering. Amati
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Tidak Pemerian Cairan jernih agak kental; tidak berwarna
satupun bercak lain selain bercak utama dari hingga berwarna kekuningan tergantung kadar protein.
kromatogram Larutan uji lebih besar atau lebih intensif
dari bercak utama kromatogram Enceran larutan baku Baku pembanding Larutan Albumin Manusia untuk
(0,5%). Elektroforesis BPFI.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 Identifikasi


mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P, A. Lakukan reaksi pengendapan menggunakan
jika perlu hangatkan hati-hati sampai larut. Dinginkan antiserum khas terhadap protein plasma manusia dan
dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan antiserum khas terhadap protein plasma dari setiap galur
titik akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan hewan domestik yang umum digunakan untuk
blangko. pembuatan produk biologis. Sediaan mengandung
protein asal manusia dan memberikan reaksi negatif
Tiap ml asam perklorat 0,1 N dengan antiserum khas terhadap protein plasma galur
setara dengan 26,53 mg C12H15N3O2S lain.
B. Lakukan penetapan dengan cara imuno
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, elektroforesis yang sesuai, bandingkan serum normal
pada suhu ruang terkendali. manusia dengan sediaan uji menggunakan antiserum,
keduanya diencerkan hingga mengandung 1% protein.
Komponen utama sedian uji sesuai dengan komponen
LARUTAN ALBUMIN utama serum normal manusia. Larutan dapat
Albumin mengandung sejumlah kecil protein plasma lain.
C. Elektroforetogram yang diperoleh dari uji
Albumin Manusia
Komposisi protein dapat dibedakan dari larutan protein
Human Albumin Solution plasma.
Larutan Albumin adalah larutan protein dalam air yang Keasaman atau kebasaan pH antara 6,7 dan 7,3;
diperoleh dari plasma, serum atau plasenta normal dan lakukan penetapan dengan mengencerkan zat uji dengan
segera dibekukan setelah dikumpulkan. larutan natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 1 %
Plasma, serum atau plasenta diperoleh dari donor sehat. protein.
Sedapat mungkin disertai pemeriksaan klinik, uji
laboratorium dan telah diketahui riwayat mediknya, Alkalin fosfatase Tidak lebih dari 0,1 unit per gram
bebas dari infeksi yang dapat tertular melalui transfusi protein. Lakukan penetapan dengan cara
darah atau derivat darah. Pemeriksaan dan pengujian Spektrofotometri Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti
ditetapkan oleh instansi yang berwenang, terutama uji tertera pada Spektrofotometri dan hamburan Cahaya
antigen hepatitis B (HbsAg) permukaan dan antibodi <1191>. Pada campuran 0,5 ml larutan uji dan 0,5 ml
dapar dietanolamina pH 10,0 dalam sel
- 66 -

spektrofotometer pada suhu 36,8º - 37,2º; tambahkan 0,1 Elektroforesis <831> menggunakan larutan sebagai
ml nitrofenil fosfat LP. Catat serapan terus-menerus pada berikut: Larutan 1) encerkan sediaan uji dengan larutan
405 nm selama tidak kurang 30 detik sejak penambahan natrium klorida P 0,9% hingga mengandung 2% protein.
nitrofenil fosfat LP. Catat kenaikan rata-rata serapan per Larutan 2) encerkan larutan Albumin Manusia untuk
menit (X), hitung aktivitas alkalin fosfatase pada suhu Elektroforesis BPFI dengan larutan natrium klorida P
37º dalam unit per gram protein dengan rumus: 0,9% hingga mengandung 2% protein. Pita bercak lain
selain bercak utama yang diperoleh dari larutan 1)
118 ,3 X mengandung tidak lebih dari 5% protein. Uji tidak absah
P kecuali perbandingan protein dalam pita bercak utama
yang diperoleh dari larutan 2) dalam batas yang tertera
P adalah kandungan protein dalam gram per liter yang pada etiket Albumin Manusia untuk Elektroforesis BPFI.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Toksisitas Abnormal Memenuhi syarat Uji toksisitas
Haem Lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri abnormal seperti tertera pada Uji Reaktivitas secara
Ultraviolet dan Cahaya Tampak seperti tertera pada Biologi in-vivo <251>.
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.
Encerkan zat uji dengan larutan natrium klorida P 0,9% Pirogen <231> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
hingga mengandung 1% protein. Serapan larutan pada menggunakan dosis uji 3 ml per kg bobot kelinci.
403 nm tidak lebih dari 0,15. Gunakan air sebagai
blangko. Sterilitas <71> Memenuhi syarat.

Polimer dan agregat Nitrogen total dalam kumpulan Penetapan kadar Mengandung 95% - 105% protein dari
fraksi tidak lebih dari 5%. Lakukan penetapan dengan jumlah protein yang tertera pada etiket. Lakukan
cara Kromatografi eksklusi seperti tertera pada penetapan dengan Metode I seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Lakukan penetapan pada suhu Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Darah <591>.
ruang. Jika perlu encerkan zat uji dengan dapar fosfat Encerkan sediaan uji dengan larutan natrium klorida P
campuran pH 7,0 mengandung azida hingga mengandung 0,9% hingga diperoleh larutan yang mengandung lebih
protein 4,0%-5,0%, masukkan 2 mg sediaan uji pada kurang 15 mg protein per 2 ml. Masukkan 2 ml larutan
kolom 25 mm x 1 m berisi dekstran sambung silang ini ke dalam tabung sentrifuga alas bulat, tambahkan 2
dengan bobot molekul dari 5000 - 350.000 (misalnya ml larutan natrium molibdat P 7,5% dan 2 ml
Sephadex G150). Eluasi dengan fase gerak Dapar fosfat campuran air dan asam sulfat bebas nitrogen P (30:1).
campuran pH 7,0 mengandung azida dengan laju aliran Kocok dan sentrifus selama 5 menit, tuang beningan dan
20 ml (4 ml per sentimeter kuadrat luas kolom) per jam. letakkan tabung sentrifuga diatas kertas saring dalam
Ukur serapan eluat pada panjang gelombang 280 nm. posisi terbalik, hingga kering. Tetapkan kadar nitrogen
Kumpulkan eluat dalam tiap fraksi lebih kurang 4 ml dalam residu. Hasil yang diperoleh kalikan 6,25 untuk
dan kumpulkan fraksi untuk setiap puncak dan gunakan memperoleh kadar protein.
untuk penetapan kadar nitrogen dengan Metode I seperti
tertera pada Penetapan Kadar Nitrogen dalam Produk Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu 2º - 25º
Darah <591>. terlindung cahaya. Bila disimpan pada suhu 2º - 8º
diharapkan memenuhi syarat selama 5 tahun sejak
Kalium <351> Tidak lebih dari 50 µmol per g protein. sediaan dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam. Bila
Lakukan penetapan dengan cara Spektrofotometri atom: disimpan pada suhu tidak lebih dari 25º diharapkan
emisi dan serapan seperti tertera pada Spektrofotometri memenuhi syarat selama 3 tahun sejak sediaan
dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur serapan pada 766 dipanaskan pada suhu 60,0º selama 10 jam.
nm dan gunakan larutan 114,4 mg kalium klorida P
(yang telah dikeringkan pada suhu 130º hingga bobot
tetap) dalam air hingga 1000 ml sebagai baku.
INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 125I
Iodinated 125I Albumin Injection
Natrium Mengandung 95% - 105% dari jumlah yang
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I adalah larutan isotonis
tertera pada etiket, untuk hal tertentu tidak lebih dari 160
steril, didapar mengandung Albumin manusia normal,
mmol per liter. Lakukan penetapan dengan cara
diatur hingga radioaktivitas larutan tidak lebih dari 37
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan cara iodinasi lemah
serapan pada 589 nm dan gunakan larutan 508,4 mg
albumin manusia normal dengan iodium radioaktif 125I,
natrium klorida P (yang telah dikeringkan pada suhu
untuk memasukan tidak lebih dari satu gram-atom
130º hingga bobot tetap) dalam air hingga 1000 ml
Iodium tiap gram-molekul (60.000 g) albumin.
sebagai baku.
Injeksi Albumin Teriodinasi 125I mengandung tidak
kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
Komposisi protein Lakukan penetapan dengan Metode
jumlah 125I sebagai albumin teriodinasi yang tertera pada
II Elektroforesis Selulose Asetat seperti tertera pada
etiket, dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per ml
- 67 -
pada waktu kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas bentuk INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131I
lain tidak lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Iodinated 131I Albumin Injections
Produksi dan distribusi harus mengikuti ketentuan yang
berlaku. Injeksi Albumin Teriodinasi 131I merupakan larutan
isotonis, steril, didapar mengandung serum Albumin
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat manusia normal dan diatur hingga radioaktivitas tidak
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk lebih dari 37 MBq (1 mCi) per ml. Dibuat dengan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, iodinasi lemah albumin manusia normal menggunakan
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang radio aktif 131I, untuk memasukkan tidak lebih dari satu
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. gram-atom iodium tiap gram molekul (60.000g)
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada albumin.
radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma Injeksi Albumin Teriodinasi 131I mengandung tidak
menunjukkan puncak energi utama 0,0355 MeV sama kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari
dengan 125I yang digunakan sebagai baku dengan jumlah albumin 131I yang tertera pada etiket, dinyatakan
kemurnian diketahui. dalam MBq (µCi atau mCi) per ml pada waktu kalibrasi
dilakukan. Radioaktivitas dalam bentuk yang lain tidak
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas lebih dari 3% dari radioaktivitas total. Produksi dan
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit distribusi harus mengikuti aturan yang berlaku.
endotoksin FI per ml injeksi; V adalah jumlah dosis
maksimum yang dianjurkan dalam ml, pada waktu Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
kadaluarsa. pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,5. gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Kemurnian radiokimia Tidak kurang dari 97,0%.
Totolkan sejumlah volume tertentu, yang diencerkan Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada
dengan pelarut yang sesuai hingga memberikan laju Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma
cacahan sekitar 20.000 cacahan permenit, lebih kurang menunjukkan puncak energi utama 0,364 MeV sama
25 mm dari ujung kertas kromatografi berukuran 25 mm dengan 131I yang digunakan sebagai baku dengan
x 300 mm dan biarkan mengering. Eluasi secara kemurnian diketahui.
kromatografi kertas menaik selama lebih kurang 4 jam,
menggunakan fase gerak larutan metanol P (7 dalam Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Wadah
10). Keringkan di udara tetapkan distribusi radioaktivitas dan penyimpanan, Endotoksin bakteri, pH, Kemurniaan
dengan menatah kromatogram menggunakan detektor radiokimia dan Penetapan radioaktivitas dalam Injeksi
radio kolimasi yang sesuai. Tidak kurang dari 97,0% dari Albumin Teriodinasi 125I juga memenuhi syarat seperti
radioaktivitas total dalam bentuk albumin (pada titik tertera pada Injeksi, kecuali jika tidak harus memenuhi
penotolan). anjuran seperti tertera pada Penetapan volume injeksi
dalam wadah <1131> memenuhi persyaratan berlaku.
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi, kecuali injeksi tidak harus memenuhi anjuran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
seperti tertera pada Volume dalam wadah. atau dosis ganda, pada suhu 2 - 8.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan Penandaan Kecuali peryataan seperti tertera pada
radioaktivitas dalam MBq (mCi) per ml injeksi albumin Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera
125
I menggunakan alat pencacah yang sesuai seperti 1) tanggal dan waktu kalibrasi, 2) jumlah 131I sebagai
tertera pada pemilihan alat pencacah dan sistem albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (µCi atau
terkalibrasi pada radioaktivitas <1171>. mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, 3) tanggal kadaluarsa, 4)
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal pernyataan “Awas bahan radio aktif“ 5) dalam
atau dosis ganda, pada suhu 2° - 8°. perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap peluruhan
radioaktif, 6) waktu paruh131I adalah 8,08 hari.
Penandaan Kecuali peryataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi, pada etiket harus juga tertera:
(1) tanggal dan waktu kalibrasi, (2) jumlah 125I sebagai INJEKSI ALBUMIN TERIODINASI 131
I
albumin teriodinasi, dinyatakan dalam MBq (µCi atau
TERAGREGASI
mCi), kadar dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per
ml pada saat kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa, (4)
Iodinated 131 I Albumin Aggregated
pernyataan awas bahan radioaktif, (5) informasi bahwa Injections
dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap
peluruhan radioaktif, (6) waktu paruh125I adalah 60 hari. Injeksi Albumin Teriodinasi 131I Teragregasi adalah
supsensi steril Albumin manusia dalam air, yang telah
- 68 -

diiodinasi dengan 131I dan didenaturasi untuk ALENDRONAT NATRIUM


memperoleh agregat dengan ukuran partikel tertentu. Alendronate Sodium
Tiap ml supsensi mengandung tidak kurang dari 300 µg
dan tidak lebih dari 3,0 mg albumin teragregrasi dengan
aktivitas jenis tidak kurang dari 7,4 MBq (200 µCi) per
mg dan tidak lebih dari 44,4 MBq (1,2 mCi) per mg
albumin teragregrasi. Mengandung tidak kurang dari
9,5% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah 131I
sebagai albumin teragregrasi yang tertera pada etiket,
dinyatakan dalam MBq (µCi atau mCi) per ml di
tetapkan pada saat kalibrasi dilakukan. Radioaktivitas Natrium trihidrogen (4-amino-1-hidroksi butiliden)-
dalam bentuk kimia lain tidak lebih dari 6% dari difosfonat,trihidrat[121268-17-5]
radioaktivitas total. Produksi dan distribusi harus C4H12NNaO7P2. 3H2O BM 325,12
mengikuti peraturan yang berlaku.
Alendronat Natrium mengandung tidak kurang dari
Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C4H12NNaO7P2,
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang Pemerian Serbuk putih mudah mengalir.
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Kelarutan Larut dalam air; sangat sukar larut dalam
Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada dimetil sulfoksida, dalam metil alkohol dan dalam
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma propilen glikol; praktis tidak larut dalam aseton, dalam
menunjukkan puncak energi utama 0,364 MeV yang asetonitril, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
sama seperti pada 131I yang digunakan sebagai baku isopropil alkohol.
dengan kemurnian yang diketahui.
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
endotoksin FI per ml injeksi, dibandingkan dengan Setelah dibuka, simpan dalam desikator pada suhu
Endotoksin BPFI; V adalah jumlah dosis maksimum ruang.
yang dianjurkan dalam ml, pada waktu kadaluarsa.
Identifikasi
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,0. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Injeksi, kecuali tidak harus memenuhi anjuran seperti seperti pada Alendronat Natrium BPFI.
B. Menunjukkan reaksi nyala Natrium seperti tertera
tertera pada Volume dalam wadah.
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan
radioaktivitas dalam MBq (µCi) per ml Injeksi Albumin Susut pengeringan <1121> Tidak kurang dari 16,1%
Teriodinasi 131I Teragregrasi, mengunakan alat pencacah dan tidak lebih dari 17,1%; lakukan pengeringan pada
yang sesuai seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada suhu 140º hingga
bobot tetap.
dan sistem terkalibrasi dalam radioaktivitas <1171>.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal Logam berat <371> Metode V Tidak lebih dari 10 bpj.
atau dosis ganda, pada suhu 2 - 8.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Penandaan dalam Injeksi, pada penandaan juga tertera:
cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
(1) waktu dan tanggal kalibrasi, (2) jumlah 131I sebagai
<931>.
albumin teragregrasi dinyatakan dalam MBq (µCi atau
Larutan borat dan Pengencer Lakukan seperti tertera
mCi), kadar dinyatakan dalam mg per ml pada saat
pada Penetapan kadar.
kalibrasi, (3) tanggal kadaluarsa (4) pernyatan “Awas
Dapar Timbang 5,88 g natrium sitrat dihidrat P dan
bahan radioaktif”, (5) informasi bahwa dalam
2,84 g natrium fosfat dibasa anhidrat P masukkan ke
menghitung dosis lakukan koreksi terhadap peluruhan
dalam labu tentukur 2000-ml, larutkan dan encerkan
radioaktif, (6) waktu paruh131I adalah 8,08 hari, (7)
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8 dengan
kocok dahulu sebelum ditarik kedalam semprit, (8)
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring
jangan digunakan bila terdapat penggumpalan albumin.
dengan porositas 0,5 μm atau lebih kecil.
- 69 -
Larutan 9-fluoroenilmetil kloroformat Timbang mempunyai perbandingan “signal to noise” tidak kurang
sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam dari 3.
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 4 mg per ml. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan dibuat segar. sama (lebih kurang 20 μl) Larutan uji dan Blangko,
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P (17:3). rekam kromatogram dan ukur respons semua puncak.
Saring dan awaudarakan. Abaikan setiap puncak yang sesuai dengan puncak
Larutan B Buat campuran asetonitril P-Dapar (7:3). Blangko. Hitung persentase masing-masing cemaran
Saring dan awaudarakan. dalam zat dengan rumus:
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika r 
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem 100  i 
seperti tertera pada Kromatografi <931>.  rS 
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rS
hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. adalah jumlah semua respons puncak cemaran dan
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke puncak utama.
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
asetonitril P dan 5 ml Larutan 9-fluoroenilmetil Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kloroformat, kocok selama 45 detik. Biarkan pada suhu Kromatografi <931>.
ruang selama 30 menit. Tambahkan 20 ml metilen Dapar Larutkan 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
klorida P, kocok kuat selama 1 menit. Sentrifus selama 7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam air hingga
5-10 menit, gunakan bagian yang jernih di atas lapisan 1000 ml, atur pH hingga 8 dengan penambahan asam
air. fosfat P.
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah volume Pengencer Larutkan 29,4 g natrium sitrat dihidrat P
Larutan baku persediaan, encerkan dengan Pengencer dalam air hingga 1000 ml.
hingga kadar lebih kurang 0,6 µg per ml. Pipet 5 ml Larutan borat Larutkan 19,1 g natrium borat P dalam
larutan, lakukan seperti tertera pada Larutan baku, mulai air hingga 1000 ml.
dari ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml Larutan 9-Fluoroenilmetil kloroformat Timbang
bertutup ulir”. sejumlah 9-fluoroenilmetil kloroformat, larutkan dalam
Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
tertera pada Larutan baku, mulai dari ”ke dalam tabung Larutan dibuat segar.
sentrifuga 50 ml polipropilen bertutup ulir”. Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P-
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, metanol P (70:25:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
encerkan dengan Pengencer sampai tanda, kocok. Pipet tertera pada Kromatografi <931>.
5 ml larutan dan lakukan seperti tertera pada Larutan Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
baku, mulai dari ”ke dalam tabung sentrifuga Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Pengencer
polipropilen bertutup ulir 50 ml”. hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x yang berisi 5 ml Larutan borat. Tambahkan 5 ml Larutan
25 cm yang berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih 9-fluoroenilmetil kloroformat dan kocok selama 30 detik.
kurang 1,8 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada Diamkan pada suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan
45°. Kromatograf diprogram sebagai berikut: 25 ml metilen klorida P, kocok kuat selama 1 menit.
Sentrifus selama 5-10 menit. Gunakan bagian yang
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi jernih di atas lapisan air.
(menit) (%) (%) Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti
0 100 0 Kesetimbangan tertera pada Larutan baku, dimulai dengan ”ke dalam
0-15 100 → 50 0 → 50 Gradien Linier
15-25 50 → 0 50 → 100 Gradien Linier
tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih
25-27 0 → 100 100 → 0 Gradien Linier kurang 25 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur
27-32 100 0 Isokratik 250-ml, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
sampai tanda.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
Enceran larutan baku, rekam kromatogram dan ukur lakukan seperti tertera pada Larutan baku dimulai
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor dengan ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml
ikutan puncak utama pada kromatogram Larutan baku bertutup ulir”.
tidak lebih dari 2,0; puncak Enceran larutan baku pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
waktu retensi yang sama dengan Larutan baku harus Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 70 -

dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x dapat bercampur dengan eter dengan aseton dengan
25 cm berisi bahan pengisi L21. Laju alir lebih kurang minyak nabati dan dengan kloroform.
1,2 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 35º.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Baku pembanding Alfa Tokoferol BPFI; simpan dalam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera wadah tertutup rapat terlindung cahaya; setelah ampul
pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 1500 dibuka segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; sisa zat dibawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dan terlindung cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum
lebih dari 2,0%. digunakan. Alfa Tokoferol Asetat BPFI; simpan dalam
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume wadah tertutup rapat terlindung cahaya, tidak boleh
sama (lebih kurang 10µl) Larutan baku, Larutan uji dan dikeringkan sebelum digunakan, setelah ampul dibuka
Blangko, rekam kromatogram dan ukur respons puncak segera ambil zat dan simpan ampul yang berisi sisa zat
utama. Hitung jumlah dalam mg alendronat natrium, di bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat,
C4H12NNaO7P2, dalam zat yang digunakan dengan terlindung cahaya. Alfa Tokoferol Asam Suksinat BPFI;
rumus: simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
cahaya, tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
r 
DC S  U  Identifikasi
 rS  Larutan uji untuk alfa tokoferol asetat [Catatan
gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang saksama
D adalah faktor pengenceran Larutan uji persediaan; CS lebih kurang 220 mg d- atau dl-alfa tokoferol asetat,
adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dihitung sebagai masukkan kedalam labu alas bulat bersumbat kaca 150
bentuk anhidrat dalam mg per ml Larutan baku ml, larutkan dalam 25 ml etanol mutlak P. Tambahkan
persediaan; rU dan rS berturut-turut adalah respons 20 ml larutan asam sulfat P dalam etanol P (1 dalam 7),
puncak dari Larutan uji dan Larutan baku. refluks dalam alat yang semua terdiri dari kaca selama 3
jam, terlindung cahaya matahari. Dinginkan pindahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ke dalam labu tentuktur 200-ml, encerkan dengan larutan
pada suhu ruang. asam sulfat P dalam etanol P (1 dalam 72 ) sampai tanda
dan campur.
Larutan uji untuk alfa tokoferol asam suksinat
ALFA TOKOFEROL [Catatan gunakan alat kaca aktinik rendah]. Timbang
Vitamin E saksama sejumlah zat uji setara dengan lebih kurang 200
Tocopherol mg alfa tokoferol, masukkan kedalam labu alas bulat
bersumbat kaca 250 ml, larutkan dalam 50 ml etanol
Vitamin E adalah bentuk dari alfa tokoferol (C29H50O2) mutlak P dan refluks selama 1 menit. Bila larutan sudah
termasuk d- atau dl-alfa tokoferol (C29H50O2); d-atau dl- mendidih tambahkan 1 g kepingan kalium hidroksida P
alfa tokoferol asetat (C31H52O3); d-atau dl-alfa tokoferol melalui kondensor satu persatu untuk menghindari
asam suksinat (C33H54O5). Mengandung tidak kurang terbentuknya panas berlebihan [Perhatian gunakan
dari 96,0% dan tidak lebih dari 102,0% masing-masing kacamata pelindung]. Lanjutkan refluks selama 20
C29H50O2, C31H52O3, atau C33H54O5. menit, tanpa didinginkan, tambahkan hati-hati 2 ml asam
klorida P tetes demi tetes melalui kondensor [Catatan
Pemerian Praktis tidak berbau dan tidak berasa bentuk untuk menghindari oksidasi udara karena zat dalam
alfa tokoferol dan alfa tokoferol asetat berupa minyak pelarut alkali], dinginkan, pindahkan isi labu kedalam
kental jernih, warna kuning atau kuning kehijauan. d- corong pisah 500 ml cuci labu dengan 100 ml air,
Alfa tokoferol asetat dapat berbentuk padat pada suhu kemudian dengan 100 ml eter P. Masukkan cucian
dingin. Alfa tokoferol asam suksinat berupa serbuk dalam corong pisah. Kocok kuat biarkan memisah,
warna putih; bentuk d-isomer melebur pada suhu lebih masukkan tiap lapisan kedalam dua corong pisah yang
kurang 75° dan bentuk dl-melebur pada suhu lebih berbeda. Ekstraksi lapisan air dua kali, tiap kali dengan
kurang 70°. Golongan alfa tokoferol tidak stabil terhadap 50 ml eter P. Tambahkan ekstrak eter ini pada ekstrak
udara dan cahaya. Bentuk ester stabil terhadap udara dan eter pertama. Kumpulan ekstrak eter dicuci empat kali,
cahaya. Golongan alfa tokoferol dan esternya tidak stabil tiap kali dengan 100 ml air, kemudian uapkan ekstrak
dalam suasana alkalis. Senyawa dengan asam suksinat eter diatas tangas air dibawah tekanan atau aliran gas
juga tidak stabil bila dalam bentuk leburan. nitrogen P hingga tersisa lebih kurang 7 atau 8 ml.
Uapkan sisa eter tanpa pemanasan. Larutkan segera
Kelarutan Alfa tokoferol asam suksinat tidak larut residu dalam larutan asam sulfat P dalam etanol P (1
dalam air; sukar larut dalam larutan alkali; larut dalam dalam 72), pindahkan kedalam labu tentukur 200-ml,
etanol, dalam eter, dalam aseton dan dalam minyak encerkan dengan larutan asam sulfat P dalam etanol P
nabati. Sangat mudah larut dalam kloroform. Bentuk sampai tanda, campur.
vitamin E lain tidak larut dalam air; larut dalam etanol;
- 71 -
A.Buat larutan mengandung 10 mg alfa tokoferol tak 50-ml, larutkan dalam larutan baku internal, encerkan
teresterifikasi dalam 10 ml etanol mutlak P atau gunakan dengan larutan baku internal sampai tanda.
10 ml larutan uji untuk alfa tokoferol asetat atau larutan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
uji untuk alfa tokoferol asam suksinat. Tambahkan Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan digoyang 2 ml asam nitrat P, dan panaskan pada dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca
suhu lebih kurang 75° selama 15 menit: terjadi warna borosilikat 4 mm x 2m berisi bahan pengisi 2% - 5%
merah terang atau jingga. fase cair G2 pada partikel penyangga S1AB80 80 - 100
B. Timbang saksama lebih kurang 100 mg alfa mesh. Pertahankan suhu kolom pada suhu antara 2450
tokoferol tak teresterifikasi larutkan dalam 50 ml eter P. dan 2650, suhu injektor dan detektor lebih kurang 100
Untuk ester d-tokoferol, pipet Larutan uji untuk alfa lebih tinggi dari suhu kolom; laju alir gas pembawa
tokoferol asetat atau Larutan uji untuk alfa tokoferol kering disesuaikan hingga diperoleh puncak heksadesil
asam suksinat setara dengan lebih kurang 100 mg zat uji, heksadekanoat, lebih kurang 18 hingga 20 menit setelah
masukkan ke dalam corong pisah dan tambahkan 200 ml penyuntikan larutan contoh bila digunakan kolom 2%
air. Ekstraksi dua kali, pertama dengan 75 ml eter P, atau 30 hingga 32 menit bila digunakan kolom 5%
kemudian dengan 25 ml eter P. Masukkan kumpulan [Catatan kondisikan kolom dengan cara seperti tertera
ekstrak eter ke dalam corong pisah yang lain. Pada pada Kromatografi <931>].
ekstrak eter dari bentuk tak teresterifikasi atau alfa Uji zat pengganggu Timbang saksama zat uji, larutkan
tokoferol terhidrolisis tambahkan 20 ml larutan kalium dalam n-heksan P hingga diperoleh larutan dengan kadar
heksasianoferat(III) P (1 dalam 10) dan larutan natrium lebih kurang 1 mg per ml. Suntikkan sejumlah volume
hidroksida P (1 dalam 25), kocok selama 3 menit. Cuci larutan ini yang diukur saksama hingga diperoleh
ekstrak eter empat kali, tiap kali dengan 50 ml air, buang kromatogram dengan puncak utama tidak kurang dari
cairan cucian dan keringkan dengan natrium sulfat 50% respon maksimum perekam. Dengan cara yang
anhidrat P. Uapkan ekstrak eter diatas tangas air di sama suntikkan sejumlah volume larutan baku internal
bawah tekanan atau aliran gas nitrogen P hingga tersisa yang diukur saksama. Bila sebuah puncak kromatogram
lebih kurang 7-8 ml, kemudian lanjutkan penguapan zat uji mempunyai waktu retensi sama dengan
tanpa pemanasan. Larutkan segera residu dalam 5,0 ml heksadesil heksadekanoat, buat suatu faktor koreksi
isooktana P dan tetapkan rotasi jenis. Hitung rotasi jenis pengenceran atau atenuasi dan tentukan luas yang
sesuai tertera pada Penetapan Rotasi Optik <1081>; c disebabkan oleh komponen penggangu yang harus
adalah jumlah gram tokoferol total yang diperoleh pada dikurangkan dari luas puncak larutan baku internal yang
Penetapan kadar dalam tiap 100 ml larutan uji: bentuk diperoleh pada larutan uji seperti tertera pada Prosedur.
d-isomer mempunyai rotasi jenis tidak kurang dari +240 Kesesuaian sistem Suntikkan sejumlah larutan
sedangkan bentuk dl tidak menunjukkan rotasi optik. campuran dalam n-heksan P dengan kadar 1 mg per ml
C. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram masing-masing Alfa Tokoferol BPFI dan Alfa Tokoferol
terhadap baku internal dari larutan uji yang diperoleh Asetat BPFI seperti tertera pada prosedur hingga
dari penetapan kadar sama seperti pada Larutan baku. diperoleh resolusi, R, tidak kurang dari 1,0.
Kalibrasi Suntikkan sejumlah larutan baku, rekam
Keasaman Alfa tokoferol asam suksinat memerlukan luas puncak seperti tertera pada prosedur. Hitung faktor
antara 18,0 dan 19,3 ml natrium hidroksida 0,1 N: respons relatif, F, dari Larutan baku dengan rumus:
bentuk vitamin E lain memerlukan tidak lebih dari 1,0
ml natrium hidroksida 0,1 N. Lakukan penetapan dengan  AS   C D 
melarutkan 1,0 g zat uji dalam 25 ml campuran sama    
banyak etanol P dan eter P (yang telah dinetralkan  AD   C S 
terhadap Fenolftalein dengan natrium hidroksida 0,1 N
LV), tambahkan 0,5 ml Fenolftalein LP titrasi dengan CD dan CS berturut-turut adalah kadar heksadesil
natrium hidroksida 0,1 N LV hingga terjadi warna merah heksadekanoat P dan Alfa Tokoferol BPFI dalam mg per
muda lemah yang tidak hilang setelah dikocok 30 detik. ml Larutan baku. Kemudian suntikkan berturut-turut
sejumlah sediaan baku untuk memastikan bahwa faktor
Penetapan kadar alfa tokoferol Lakukan penetapan respon relatif, F, tetap sekitar 2,0%.
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada Prosedur Suntikkan sejumlah volume (2 hingga 5µl)
Kromatografi <931>. Larutan uji ke dalam kromatograf gas yang sesuai,
Larutan baku internal Timbang sejumlah heksadesil rekam kromatogram hingga diperoleh sekurang-
heksadekanoat P, larutkan dalam n-heksan P hingga kurangnya 50% respon maksimum perekam. Ukur luas
kadar lebih kurang 1 mg per ml. dari puncak utama pertama alfa tokoferol dan luas
Larutan baku [Catatan gunakan alat kaca aktinik puncak utama kedua heksadesil heksadekanoat, rekam
rendah]. Timbang saksama sejumlah alfa tokoferol BPFI, harga berturut-turut sebagai aU dan aD. Hitung kadar
larutkan dalam sejumlah larutan baku internal hingga dalam mg alfa tokoferol dalam vitamin E dengan rumus:
kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji [Catatan gunakan alat kaca aktinik  50 C D   aU 
   
rendah]. Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat (d-  F  a D 
atau dl alfa tokoferol), masukan ke dalam labu tentukur
- 72 -

CD adalah kadar heksadisil heksadekanoat dalam mg per A. Spektrum serapan inframerah sesuai dengan
ml Larutan baku; F adalah faktor respons relatif. spektrum Alfa Tokoferol Asetat BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,01% b/v
Penetapan kadar alfa tokoferol asetat Lakukan dalam etanol mutlak P menunjukkan maksimum pada
penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar alfa 284 nm, bahu pada 278 nm dan minimum pada 254 nm.
tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol dengan alfa C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
tokoferol asetat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Tokoferol Asetat BPFI. Fase gerak Campuran sikloheksan P-eter P (80:20).
Larutan 1 0,5% b/v zat dalam sikloheksan P.
Penetapan kadar alfa tokoferol asam suksinat Larutan 2 Larutkan 10 mg zat dalam 2 ml asam sulfat
Lakukan penetapan seperti tertera pada Penetapan kadar etanol 5 M, panaskan di dalam tangas air selama 5
alfa tokoferol dengan mengganti alfa tokoferol asam menit, dinginkan, tambahkan 2 ml air dan 2 ml
suksinat dan Alfa Tokoferol BPFI dengan Alfa Tokoferol sikloheksan P, kocok selama 1 menit, gunakan lapisan
Asam Suksinat BPFI. Kromatogram yang diperoleh pada atas.
penetapan kadar menunjukkan waktu retensi relatif lebih Larutan 3 0,5% b/v Alfa Tokoferol Asetat BPFI dalam
kurang 0,53 untuk alfa tokoferol, 0,62 untuk alfa sikloheksan P.
tokoferol asetat, 0,54 untuk alfa tokoferol asam suksinat Larutan 4 Larutkan 10 mg Alfa Tokoferol Asetat BPFI
dan 1,0 untuk heksadesil heksadekanoat. dalam 2 ml asam sulfat etanol 5 M, panaskan di dalam
tangas air selama 5 menit, dinginkan, tambahkan 2 ml
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, air dan 2 ml sikloheksan P, kocok selama 1 menit,
terlindung cahaya. Bentuk d-atau dl-alfa tokoferol gunakan lapisan atas.
dilindungi dengan gas inert. Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan 1,
Larutan 2, Larutan 3 dan Larutan 4 pada lempeng
Penandaan Pada etiket tertera bentuk kimia d- atau dl-. kromatografi silika gel HF254 (dengan diameter 10 - 40
Aktivitas vitamin E dapat dinyatakan sebagai jumlah µm berisi indikator fluoresensi 1,5% dengan intensitas
eqivalen d-alfa tokoferol dalam mg per g berdasarkan maksimum pada 254 nm). Masukkan lempeng ke dalam
hubungan unit dan bobot. bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan
campuran Fase gerak, biarkan merambat 15 cm di atas
garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering di
ALFA TOKOFEROL ASETAT udara dan amati di bawah cahaya ultraviolet 254 nm.
Vitamin E Asetat Harga Rf dan ukuran bercak utama Larutan 1 sama
Tocopherol Acetate dengan Larutan 3. Terbentuk dua bercak dari masing-
masing Larutan 2 dan Larutan 4, bercak dengan harga Rf
CH3 lebih tinggi adalah alfa tokoferol asetat, sesuai dengan
CH3 CH3 CH3 CH3
H3C
O yang diperoleh dari Larutan 3. Bercak dengan harga Rf
CH3 lebih rendah adalah alfa tokoferol. Semprot lempeng
dengan campuran 1 bagian volume asam klorida P, 4
OOCH3C

CH3
bagian volume larutan besi(III) klorida P 0,25% dalam
3,4-Dihidro-2,5,7,8-tetrametil-2-(4,8,12-trimetil etanol P dan 4 bagian volume larutan 1,10-fenantrolin
tridesil)-2H-1-benzopiran-6-ol asetat [7695-91-2] hidroklorida P 1% dalam etanol P. Bercak dengan harga
C31H52O3 BM 472,7 Rf rendah (alfa tokoferol) pada kromatogram yang
diperoleh dari Larutan 2 dan Larutan 4 berwarna jingga.
Alfa Tokoferol Asetat adalah semua bentuk rasemat α-
tokoferol asetat. Mengandung tidak kurang dari 96,0% Bilangan asam Tidak lebih dari 2,0; lakukan penetapan
dan tidak lebih dari 102,0%, C31H52O3. seperti tertera pada Lemak dan Minyak Lemak <491>
menggunakan 2 g zat.
Pemerian Cairan berminyak, jernih, kental; warna agak
kuning kehijaun. Serapan cahaya
Larutan A Larutkan 150 mg zat dalam sejumlah
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut etanol mutlak P hingga 100 ml. Encerkan dengan pelarut
dalam etanol mutlak, dalam aseton, dalam kloroform, yang sama 10 ml larutan hingga 100 ml
dalam eter dan dalam minyak lemak; larut dalam etanol. Larutan B 20 ml Larutan A encerkan dengan pelarut
yang sama hingga 50 ml.
Baku pembanding Alfa Tokoferol Asetat BPFI. Ukur serapan Larutan A pada panjang gelombang
serapan maksimum 284 nm dan serapan Larutan B pada
Identifikasi Uji A dapat diabaikan jika B dan C panjang gelombang serapan minimum 254 nm. Serapan
dilakukan. Uji B dan C dapat diabaikan, jika uji A jenis pada 284 nm adalah 42,0 - 45,0 dan serapan jenis
dilakukan. pada 254 nm adalah 7,0 - 9,0.
- 73 -
Tokoferol bebas Tidak lebih dari 1,0%; lakukan paling sedikit delapan kali lebih besar dari yang
penetapan sebagai berikut: Larutkan 500 mg zat dalam digunakan untuk merekam puncak alfa tokoferol asetat.
100 ml asam sulfat etanol 0,25 M, tambahkan 20 ml air Bila tinggi puncak paling kecil 2% dari skala penuh pada
dan 0,1 ml larutan difenilamina P 0,25% dalam kertas perekam, gunakan perhitungan terakhir untuk
asamsulfat P. Titrasi dengan serium(IV) amonium nitrat mengkoreksi luas puncak (a), dengan rumus:
0,01 M LV hingga terjadi warna biru yang stabil selama
tidak kurang dari 5 detik. Lakukan penetapan blangko.  ia 
a  D   1 
 fa 2 
Tiap ml serium(IV) amonium nitrat 0,01 M
setara dengan 2,154 mg tokoferol
D adalah luas puncak baku internal dalam Larutan uji 1;
i adalah luas puncak yang dapat mempengaruhi
Logam berat <371> Metode VI Tidak lebih dari 20 bpj;
pemisahan; a1 adalah luas puncak alfa tokoferol asetat
lakukan penetapan menggunakan 1 ml Larutan baku dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 1;
timbal (10 bpj) untuk menyiapkan larutan baku. a2 adalah luas puncak alfa tokoferol asetat dalam
kromatogram yang diperoleh dari Larutan uji 2; f adalah
Sisa pemijaran <301> Metode II Tidak lebih dari 0,1%;
faktor yang disebabkan oleh perubahan atenuasi. Setelah
lakukan penetapan menggunakan 1 g zat.
mendapatkan faktor resolusi dan kolom, hitung faktor
respons dengan cara sebagai berikut: Suntikkan 1 μl
Penetapan kadar Lakukan Kromatografi gas seperti Larutan baku menggunakan atenuasi dengan tinggi
tertera pada Kromatografi <931>. puncak alfa tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala
Larutan baku internal Timbang 1 g dotriakontana P, penuh pada kertas perekam. Ukur luas puncak alfa
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan
tokoferol asetat dan Larutan baku internal, hitung
dalam heksan P dan encerkan sampai tanda.
respons, R, sebagai perbandingan luas puncak baku
Larutan uji 1 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
internal dan luas puncak alfa tokoferol asetat dengan
zat, larutkan dalam 10 ml Larutan baku internal dalam cara sebagai berikut: Suntikkan 1 μl Larutan uji 1
labu tentukur 50-ml dan encerkan dengan heksan P menggunakan atenuasi sama dan ukur luas puncak baku
sampai tanda.
internal dan alfa tokoferol asetat. Hitung persentasi,
Larutan uji 2 Timbang saksama lebih kurang 100 mg
C31H52O3, dengan rumus:
zat, larutkan dalam labu tentukur 50-ml dengan heksan P
sampai tanda.
a1 R  10 4
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Alfa Tokoferol Asetat BPFI, larutkan dalam 10,0 ml aw
Larutan baku internal dalam labu tentukur 50-ml dan
encerkan dengan heksan P sampai tanda. w adalah bobot zat uji dalam mg.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan uji 1 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor terlindung cahaya.
ionisasi nyala dan kolom kaca tersilanisasi (2,2 - 4,0 mm x
2 - 3 m) berisi partikel penyangga diatome (125 - 150
mesh atau 150 - 180 mesh) tersilanisasi dengan dimetil ALOE
diklorosilan (yang sesuai adalah Choromosob Aloe
W/AW/DMCS 80 -100 mesh dan disalut dengan 1% -
5% gom metil silikon). Tutup masing-masing ujung Aloe adalah getah yang dikeringkan dari daun Aloe
kolom dengan wol kaca tersilanisasi. Pertahankan suhu barbadensis Miller (Aloe vera Linné) (familia
kolom antara 245º - 280º, suhu injektor dan detektor Liliaceae), yang dikenal sebagai Aloe Curacao atau dari
berturut-turut antara 270º dan 320º. Gunakan gas daun Aloe ferox Miller dan hibridanya dengan Aloe
nitrogen P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih africana Miller dan Aloe spicata Baker yang dalam
kurang 25 - 90 ml per menit hingga persyaratan resolusi perdagangan dikenal dengan nama Aloe Cape. Kadar
terpenuhi. Gunakan integrator elektronik atau alat yang ekstrak yang larut dalam air tidak kurang dari 50,0%.
sesuai untuk mengukur luas puncak. Faktor resolusi
antara puncak baku internal dan alfa tokoferol asetat Pemerian Bau khas; sedikit asam dan tidak enak.
yang diperoleh dari Larutan baku harus lebih besar dari Aloe Curacao berupa massa buram berwarna hitam
1,4. Suntikkan berulang 1 µl Larutan baku sampai faktor kecokelatan, permukaan patahan tidak rata, seperti lilin
respons yang diamati stabil dan tidak lebih dari 2%. dan agak menyerupai resin.
Suntikkan 1 µl Larutan Uji 2 dan amati kromatogram Aloe Cape berupa massa tidak beraturan berwarna
menggunakan atenuasi hingga tinggi puncak alfa gelap sampai cokelat tua dengan permukaan sering
tokoferol asetat lebih besar dari 50% skala penuh pada tertutup serbuk berwarna kekuningan. Permukaan
kertas kromatogram. Selama perekaman, ubah atenuasi patahan halus dan mengkilat.
hingga setiap puncak yang mempunyai waktu retensi Serbuk Aloe berwarna kuning cokelat kekuningan
sama dengan baku internal terekam dengan sensitivitas sampai cokelat-hijau kekuningan. Bila dilihat di bawah
- 74 -

mikroskop dalam minyak lemak yang tidak berwarna, Aloksiprin adalah senyawa polimer hasil kondensasi
tampak seperti fragmen bersudut-sudut atau tidak aluminium oksida dan asam o-asetilsalisilat,
beraturan, kuning kehijauan hingga cokelat kemerahan. mengandung tidak kurang dari 7,5% dan tidak lebih dari
Warna sediaan tergantung dari ketebalan fragmen. 8,5% aluminium (Al) dan tidak kurang dari 79,0% dan
tidak lebih dari 87,4% salisilat total, dihitung sebagai
Identifikasi asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, keduanya dihitung .
A. Larutkan serbuk dalam asam nitrat P: larutan
berwarna cokelat kemerahan sampai cokelat atau hijau. Pemerian Serbuk halus; putih atau agak merah muda;
B. Campur 1 g serbuk halus dengan 25 ml air dingin. tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Kocok sesekali selama 2 jam, saring. Cuci saringan dan
residu dengan air dingin secukupnya sampai diperoleh Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol,
filtrat 100-ml. Dilihatdalam labu tentukur 100-ml Aloe dan dalam eter; sukar larut dalam kloroform.
Curacao berwarna jingga tua dan Aloe Cape berwarna
kuning kehijauan. Filtrat berwarna lebih tua apabila Identifikasi
didiamkam. A. Didihkan 1 g zat dengan 20 ml asam klorida 2 M,
C. Tambahkan 2 ml asam nitrat P pada 5 ml filtrat dinginkan, saring dan simpan residu. Filtrat
dari Identifikasi B kocok Aloe Curacao berwarna jingga menunjukkan reaksi Aluminium cara C dan D seperti
kemerahan dan Aloe Cape berwarna cokelat kemerahan tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
dan segera berubah menjadi hijau. B. Larutkan residu yang diperoleh pada Identifikasi A
D. Campur 10 ml filtrat pada Identifikasi B dengan 2 dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 M dan netralkan
ml amonium hidroksida P: Aloe Curacao berwarna dengan asam asetat 1 M. Larutan 1 ml menunjukkan
cokelat kekuningan dan Aloe Cape berwarna cokelat tua. reaksi Salisilat cara A seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Air <1031> Metode III Tidak lebih dari 12,0%; lakukan
pengeringan pada suhu 105º selama 5 jam menggunakan Salisilat terikat Tidak lebih dari 9,5% dihitung sebagai
serbuk yang dapat melalui pengayak nomor 40 dan asam salisilat, C7H6O3, dibandingkan terhadap asam o-
campur sebelum ditimbang. asetilsalisilat yang ditetapkan dengan cara sebagai
berikut: pada 100 mg zat, tambahkan 40 ml larutan
Kadar abu Tidak lebih dari 4,0%. natrium florida P 0,5% dalam asam klorida 0,1 M,
kocok selama 5 menit. Diamkan 10 menit sambil sering
Senyawa tidak larut dalam etanol Tidak lebih dari dikocok. Ekstrak enam kali tiap kali dengan 20 ml
10,0%; lakukan penetapan sebagai berikut: timbang kloroform P, saring kumpulan ekstrak kloroform melalui
saksama lebih kurang 1 g serbuk, tambahkan 50 ml natrium sulfat anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform
etanol P. Panaskan campuran sampai mendidih selama P dan encerkan kumpulan ekstrak dan cucian dengan
15 menit, ganti cairan yang hilang. Kocok sesekali kloroform P hingga 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml larutan
selama 1 jam, saring melalui kertas saring kering kecil ini dengan kloroform P hingga 50,0 ml, ukur serapan
atau penyaring kaca masir, masing-masing yang telah pada panjang gelombang maksimum 308 nm. Hitung
ditimbang. Cuci sisa pada penyaring dengan etanol P jumlah, C7H6O3, bila serapan jenis pada panjang
hingga hasil cucian tidak berwarna. Keringkan residu gelombang 308 nm adalah 293.
pada suhu 105º hingga bobot tetap.
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,5% di
Penetapan kadar Maserasi lebih kurang 2 g zat yang hitung terhadap salisilat total; lakukan penetapan sebagai
ditimbang saksama dengan 70 ml air dalam labu yang berikut: Pada sejumlah zat yang setara dengan 1,0 g
sesuai. Kocok setiap 30 menit selama 8 jam dan biarkan salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering, kocok
selama 16 jam tanpa pengocokan. Saring, cuci labu dan selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui kertas
residu dengan sedikit air. Masukkan air cucian ke dalam saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan eter
labu tentukur 100-ml melalui penyaring hingga tanda. P kering, encerkan kumpulan filtrat dan cucian dengan
Uapkan 50,0 ml filtrat pada cawan yang telah ditara di eter P kering sampai 100,0 ml. Serapan pada panjang
atas tangas uap sampai kering. Keringkan pada suhu gelombang maksimum lebih kurang 278 nm tidak lebih
110º hingga bobot tetap. Kadar ekstrak yang larut dalam dari 0,36.
air tidak boleh kurang dari 50,0% dihitung terhadap
bahan yang digunakan. Asam Salisilat Tidak lebih dari 0,15% dihitung terhadap
salisilat total; serapan pada penetapan asam asetilsalisilat
pada panjang gelombang maksimum lebih kurang 308
ALOKSIPIRIN nm tidak lebih dari 0,50.
Aloxipirine Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 2,0%;
lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
Aloksiprin [9014-67-9] tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, menggunakan 1 g zat.
- 75 -
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 10 bpj; mg Salisilat total, tambahkan 50 ml eter P kering, kocok
lakukan penetapan sebagai berikut: Pijarkan 2,0 g zat selama 30 menit. Saring dengan cepat melalui kertas
pada suhu rendah sampai pengarangan sempurna, saring lipat, cuci kertas saring beberapa kali dengan eter
dinginkan, tambahkan 2 ml asam nitrat P dan 0,25 ml P kering. Tambahkan pada kumpulan filtrat dan cucian,
asam sulfat P, panaskan hati-hati hingga terbentuk asap 10 ml natrium hidroksida 1 N, goyangkan dan campur,
putih dan pijarkan pada suhu 500º-600º. Dinginkan, uapkan eter di atas tangas air. Dinginkan, atur pH antara
tambahkan 2 ml asam klorida P. Uapkan hingga kering 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 N, encerkan
di atas tangas air dan lanjutkan seperti tertera pada dengan air sampai 100 ml. Pada 20,0 ml larutan
Metode IV, mulai dari ”Larutkan sisa”. Gunakan 2 ml tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan
Larutan baku timbal (10 bpj) sebagai baku. dapar asetat pH 2,45 hingga 50,0 ml. Biarkan selama 30
menit, saring bila perlu melalui kertas saring lipat
Penetapan kadar rangkap dan ukur serapan pada maksimum lebih kurang
Aluminium Pijarkan 2 g zat dalam krus silika yang 530 nm. Serapan yang diperoleh tidak boleh lebih besar
telah ditara, panaskan perlahan-lahan sampai senyawa dari serapan larutan yang dibuat sebagai berikut:
organik terurai dan pijarkan sampai bobot tetap pada Encerkan 5,0 ml asam salisilat P 0,036% dengan air
suhu 1000º. Tiap g sisa pemijaran setara dengan 529,2 hingga 20,0 ml dan tetapkan dengan cara seperti di atas
mg Al. mulai dari ”Tambahkan 4,0 ml besi(III) klorida LP”,
Salisilat total Pada 250 mg zat, tambahkan 50 ml sebagai blangko gunakan 4 ml besi(III) klorida LP yang
larutan natrium hidroksida 1 N, didihkan perlahan-lahan diencerkan dengan dapar asetat pH 2,45 hingga 50,0 ml.
sampai larut. Dinginkan, tambahkan 50 ml air, atur pH
antara 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 M, encerkan Salisilat terikat Tidak lebih dari 15,0%, dihitung
dengan air samapi 500,0 ml. Pada 5,0 ml tambahkan 4,0 sebagai asam salisilat, C7H6O3, terhadap Salisilat total.
ml besi(III) klorida LP, diamkan 30 menit, encerkan Lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: Pada
dengan air sampai 50,0 ml. Ukur serapan pada panjang sejumlah serbuk tablet yang setara dengan 150 mg
gelombang maksimum lebih kurang 530 nm, terhadap Salisilat total, tambahkan 40 ml natrium fluorida P 0,5%
blangko 4,0 ml besi(III) klorida LP yang diencerkan dalam asam klorida 0,1 N, kocok selama 5 menit.
dengan air sampai 50,0 ml. Hitung salisilat total sebagai Diamkan selama 10 menit, sambil sering dikocok.
C9H8O4, dari serapan yang diperoleh dengan penetapan Ekstraksi enam kali, tiap kali dengan 20 ml kloroform P,
ulang menggunakan 4,0 ml larutan asam salisilat 0,05% saring kumpulan kloroform melalui natrium sulfat
pengganti larutan uji, mulai dari ”tambahkan 4,0 ml anhidrat P, cuci dengan 30 ml kloroform P, encerkan
besi(III) klorida LP.” dengan kloroform P hingga 200,0 ml. Encerkan 20,0 ml
larutan dengan kloroform P hingga 100,0 ml, ukur
Tiap 1 g asam salisilat serapan pada maksimum lebih kurang 308 nm. Hitung
setara dengan 1,305 g C9H8O4 jumlah C7H6O3; serapan jenis pada panjang gelombang
maksimum lebih kurang 308 nm adalah 293.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 5 menit.

TABLET ALOKSIPIRIN Penetapan kadar Timbang dan serbukkan 20 tablet.


AloxipirineTablet Timbang saksama sejumlah serbuk tablet, setara dengan
lebih kurang 300 mg Salisilat total, tambahkan 50 ml
Tablet Aloksipirin mengandung Aloksipirin. Memenuhi natrium hidroksida 1 N, didihkan hati-hati selama 15
syarat Tablet dan syarat berikut ini. menit, sambil sesekali digoyang. Dinginkan, atur pH
antara 2,40 dan 2,50 dengan asam klorida 1 N, encerkan
Salisilat total Tablet Aloksipirin mengandung 92,5%
dengan air hingga 500,0 ml. Saring sebagian suspensi:
sampai 107,5% dihitung sebagai asam o-asetilsalisilat,
pada 5,0 ml filtrat tambahkan 35 ml dapar asetat pH
C9H8O4, dari jumlah yang tertera pada etiket.
2,45 dan 4,0 ml besi(III) klorida LP, encerkan dengan air
hingga 50,0 ml. Diamkam selama 30 menit dan ukur
Identifikasi Pada 500 mg serbuk tablet, tambahkan 5 ml
serapan pada maksimum lebih kurang 530 nm. Sebagai
asam klorida P, didihkan, dinginkan, saring. Cuci residu
blangko gunakan larutan yang dibuat sebagai berikut:
dengan 20 ml air, kumpulkan filtrat dan hasil cucian.
encerkan 4,0 ml besi(III) klorida LP dengan dapar
Larutan yang diperoleh memberikan reaksi Aluminium
asetat pH 2,45 hingga 50,0 ml. Hitung kadar Salisilat
cara C dan D seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum
total sebagai asam o-asetilsalisilat, C9H8O4, dari serapan
<291>. Netralkan larutan dengan natrium hidroksida 1
yang diperoleh dengan mengulangi penetapan
N, larutan memberikan reaksi Salisilat Cara A seperti
menggunakan 4,0 ml larutan asam salisilat P 0,05%
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
pengganti larutan uji, yang ditetapkan dengan cara sama
dimulai dari ”tambahkan 35 ml dapar asetat pH 2,45”
Salisilat bebas Tidak lebih dari 1,5%, dihitung terhadap
Salisilat total. Penetapan dilakukan dengan cara sebagai
Tiap g asam salisilat
berikut: Pada sejumlah serbuk tablet setara dengan 600
setara dengan 1,305 g C9H8O4
- 76 -

ALOPURINOL Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>


Allopurinole Metode V Memenuhi syarat.
H
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.
N N
N Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100
NH mg zat, larutkan dalam 30 ml dimetilformamida P.
Hangatkan bila perlu. Titrasi dengan tetrabutil amonium
O
hidroksida 0,1 N LV, amati titik akhir secara
1H-Pirazol[3,4-d]pirimidin-4-ol [315-30-0] potensiometri menggunakan sistem elektrode kaca-
C6H4O BM 136,11 kalomel, jaga agar tidak terjadi penyerapan karbon
dioksida dari udara. Lakukan penetapan blangko.
Alopurinol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,0%, C5H4N4O, dihitung terhadap zat Tiap ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N
yang telah dikeringkan. setara dengan 13,61 mg C5H4N4O

Pemerian Serbuk halus; putih hingga hampir putih; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
berbau lemah.

Kelarutan Sangat sukar larut dalam air dan dalam TABLET ALOPURINOL
etanol; larut dalam larutan kalium dan dalam natrium Allopurinole Tablet
hidroksida; praktis tidak larut dalam kloroform dan
dalam eter. Tablet Alopurinol mengandung Alopurinol, C5H4N4O,
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari
Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan jumlah yang tertera pada etiket.
pengeringan dalam hampa udara suhu 105° selama 5 jam
sebelum digunakan; 3-amino-4-karboksamidopirazol Baku pembanding Alopurinol BPFI; lakukan
Hemisulfat BPFI; lakukan pengeringan dalam hampa
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
udara pada suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan.
5 jam sebelum digunakan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara
maksimum pada panjang gelombang yang sama seperti dengan 50 mg alopurinol, gerus dengan 10 ml natrium
pada Alopurinol BPFI. hidroksida 0,1 N, saring. Asamkan filtrat dengan asam
asetat 1 N, diamkan 10 - 15 menit agar terjadi
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; pengendapan yang cukup, kumpulkan endapan yang
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º terbentuk. Cuci endapan dengan 3 ml etanol mutlak P
selama 5 jam. sedikit demi sedikit dan akhirnya cuci dengan 4 ml eter
P. Biarkan kering di udara selama 15 menit, keringkan
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,2%; pada suhu 105 selama 3 jam: endapan yang diperoleh
lakukan penetapan secara Kromatografi lapis tipis seperti memenuhi Identifikasi seperti tertera pada Alopurinol.
tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Kocok 200 ml n-butanol P dan 200 ml Disolusi <1231>
amonium hidroksida 6 N, buang lapisan bawah dan Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N.
tambahkan 20 ml n butanol P pada lapisan atas. Alat tipe 2 : 75 rpm.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 3-amino-4 Waktu : 45 menit.
karboksamidopirazol Hemisulfat BPFI, larutkan dalam Prosedur : Lakukan penetapan jumlah, C5H4N4O,
amonium hidroksida 6 N hingga kadar 50 µg per ml. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 250 mg perlu diencerkan dengan asam klorida 0,1 N dan serapan
zat, larutkan dalam campuran amonium hidroksida 6 N- larutan baku Alopurinol BPFI dalam media yang sama
natrium hidroksida 1 N (9:1) hingga 10,0 ml, campur. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Prosedur Totolkan masing-masing secara terpisah 10 kurang 250 nm.
l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kromatografi selulosa setebal 0,16 mm yang kurang dari 75% (Q) C5H4N4O, dari jumlah yang tertera
mengandung indikator fluoresensi. Masukkan lempeng pada etiket.
ke dalam bejana yang berisi Fase gerak, biarkan
merambat hingga 1 cm di bawah ujung lempeng, angkat Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
dan keringkan di udara, amati di bawah cahaya
ultraviolet; intensitas bercak lain selain bercak utama Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari Larutan uji tidak lebih besar dari bercak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku. Kromatografi <931>.
- 77 -
Fase gerak Buat larutan amonium fosfatmonobasa ALPRAZOLAM
0,05 M, saring dan awaudarakan. [Catatan Tidak boleh Alprazolam
ada sisa fase gerak dalam kolom. Sesudah digunakan
cuci kolom dengan aliran air selama 20 menit, kemudian
dilanjutkan dengan metanol P selama 20 menit].
Larutan baku internal Larutkan lebih kurang 50 mg
hipoksantin P dalam 10 ml natrium hidroksida 0,1 N,
kocok selama 10 menit, hingga larut. Encerkan dengan
air hingga 50 ml. Buat larutan pada saat akan digunakan.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
8-Kloro-1-metil-6-fenil-4H-s-triazolo[4,3-α]
Alopurinol BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
[1,4]benzodiazepina [2898-97-7]
ml, tambahan 10 ml natrium hidroksida 0,1 N, kocok
C17H13ClN4 BM 308,77
selama 10 menit, encerkan dengan air sampai tanda.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
Alprazolam mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
tidak lebih dari 102,0%, C12H13ClN4.
dengan Fase gerak sampai tanda. Buat larutan pada saat
[Perhatian hindari terhirupnya partikel Alprazolam dan
akan digunakan.
pernapasan pada kulit].
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih,
dengan lebih kurang 50 mg alopurinol, masukkan ke
melebur pada suhu lebih kurang 225º.
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10 ml natrium
hidroksida 0,1 N, kocok selama 10 menit, tambahkan air
Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etil
sampai tanda. [Catatan Penetapan selanjutnya tidak
asetat; agak sukar larut dalam aseton; larut dalam etanol;
boleh ditunda]. Saring, buang 10 ml filtrat pertama.
mudah larut dalam kloroform.
Masukkan 4,0 ml larutan ini dan 2,0 ml Larutan baku
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
Baku pembanding Alprazolam BPFI; tidak boleh
dengan Fase gerak sampai tanda.
dikeringkan sebelum digunakan.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom ukuran 4 Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang
mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
seperti pada Alprazolam BPFI, kecuali pada daerah 880 -
puncak seperti tertera pada Prosedur. Resolusi, R, antara
890 cm-1 maksimum akan berbeda dengan perbandingan
puncak zat uji dan baku internal tidak kurang dari 5 dan
dari polimorf alprazolam.
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
B. Larutkan sejumlah zat dalam etanol P hingga kadar
lebih dari 3,0%.
4 μg per ml: spektrum serapan ultraviolet larutan ini
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
sama (lebih kurang 15 l ) Larutan baku dan Larutan uji
gelombang yang sama seperti pada larutan Alprazolam
ke dalam kromatograf, ukur tinggi puncak utama. Waktu
BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
retensi relatif dari hipoksantin 0,6 dan alopurinol 1,0.
yang telah dikeringkan, pada panjang gelombang
Hitung jumlah dalam mg alopurinol, C5H4N4O, dalam
serapan maksimum dan minimum lebih kurang 220 nm
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
tidak boleh berbeda lebih dari 3,0%.
R  Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
2,5 C  U 
 RS  lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 16 jam dan
tekanan tidak lebih dari 5 mmHg.
C adalah kadar Alopurinol BPFI dalam g per ml
Larutan Baku; RU dan RS berturut-turut adalah Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%.
perbandingan respons puncak antara alopurinol dan baku
internal dari Larutan uji dan Larutan baku. Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
Kemurnian kromatografi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Metoda A Jumlah cemaran tidak lebih dari 1,0%.
Larutan uji Buat larutan zat dalam kloroform P
mengandung lebih kurang 2 mg per ml.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan dengan cara
kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
<931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan detektor
ionisasi nyala dan kolom kaca 3 mm x 120 cm berisi
- 78 -

bahan pengisi 3% fase diam G6 pada partikel penyangga lakukan penyesuaian menurut kesesuaian sistem seperti
SIAB. Pertahankan suhu injektor dan suhu kolom pada tertera pada Kromatografi <931>.
lebih kurang 240º, detektor pada lebih kurang 20º - 50º Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
di atas suhu kolom. Gunakan helium P sebagai gas Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
pembawa. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Prosedur [Catatan Biarkan eluasi berlangsung lebih 30 cm berisi bahan pengisi L3. Laju alir lebih kurang 2
kurang tiga kali waktu retensi dari komponen utama ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
sebelum penyuntikan berikutnya]. Suntikkan lebih baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
kurang 4 μl Larutan uji, rekam kromatogram. Hitung resolusi, R, antara puncak baku internal dan zat uji tidak
jumlah cemaran dalam persen dengan rumus: kurang dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.

100
rA  rB  ...r1  Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama Larutan baku dan Larutan uji ke dalam
rA  rB  ...r1  r  kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak utama. Waktu retensi relatif baku internal lebih
rA, rB, ...r1 masing-masing adalah respons puncak selain kurang 0,6 dan alprazolam 1,0. Hitung jumlah dalam mg
alprazolam pada Larutan uji; r adalah respons puncak alprazolam, C17H13ClN4, dalam serbuk yang digunakan
alprazolam pada Larutan uji. dengan rumus:

Metode B R 
100 C  U 
Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
 RS 
Kromatografi <931>.
Fase gerak campuran kloroform P-aseton P-etil asetat C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
P-metanol P (50:50:50:5) Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Larutan baku Buat larutan baku Alprazolam BPFI perbandingan respons puncak antara alprazolam dan
dalam Kloroform P hingga larutan mengandung 4,0 mg baku intenal dari Larutan uji dan Larutan baku.
per ml. Pipet masing-masing 1,3 dan 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan masing-masing Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
dengan kloroform P sampai tanda. Kadar Larutan baku
berturut-turut adalah 0,1%; 0,3% dan 0,5%.
Larutan uji Buat larutan dalam kloroform P TABLET ALPRAZOLAM
mengandung 40 mg zat per ml.
AlprazolamTablet
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
μl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng silika gel Tablet Alprazolam mengandung Alprazolam,
dengan ketebalan 0,50 mm. Masukkan lempeng ke C17H13ClN4, tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari
dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan 110% dari jumlah yang tertera pada etiket.
dengan Fase gerak, biarkan merambat hingga tiga
perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Baku pembanding Alprzolam BPFI; tidak boleh
kering di udara. Ulangi eluasi untuk kedua kali. Amati dikeringkan sebelum digunakan.
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm: masing-
masing bercak lain selain bercak utama Larutan uji tidak Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk halus tablet,
boleh mempunyai ukuran dan intensitas lebih besar dari setara dengan lebih kurang 15 mg alprazolam dalam 10
bercak yang dihasilkan oleh Larutan baku 0,3% dan
ml larutan natrium karbonat P (1 dalam 100).
jumlah bercak yang terdeteksi ini tidak lebih besar dari Tambahkan 15 ml kloroform P kocok kuat selama 30
1%. menit, sentrifus, buang lapisan air, pindahkan lapisan
kloroform dalam wadah yang bersih. Tambahkan lebih
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
kurang 200 mg kalium bromida P. Uapkan kloroform
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dari campuran ini hingga kering, keringkan dalam
Kromatografi <931>.
hampa udara pada suhu 60º selama 24 jam. Gerus hingga
Larutan baku internal Buat larutan triazolam dalam
menjadi serbuk halus: taburkan 20 mg serbuk ini
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
diantara lapisan 100 mg kalium bromida kering dan
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 2,5 mg
cetak: spektrum serapan inframerah yang diperoleh
Alprazolam BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur
dengan cara tersebut menunjukkan maksimum hanya
100-ml, larutkan dalam 10,0 ml Larutan baku internal,
pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, campur.
Alprazolam BPFI yang diperlakukan sama dengan
Larutan uji Buat seperti pada Larutan baku.
bilangan gelombang pada 1609, 1578, 1566, 1539, 1530,
Fase gerak Buat campuran pelarut astonitril P-
1487, 1445, 1428, 1379, 1337 dan 1320 pada daerah
kloroform P-n-butanol P-air-asam asetat glasial P
bilangan gelombang 1650 - 1300 cm-1; pada 970, 932,
(850:80:50:20:0,5), saring dan awaudarakan. Jika perlu
- 79 -
891, 826, 797, 779, 746, 696, 669, 658 dan 640 pada dalam tablet, tambahkan 10,0 ml Larutan baku internal.
daerah bilangan gelombang 975 - 600 cm-1. Kocok dan sentrifus bila perlu.
Larutan baku Buat larutan Alprazolam BPFI dalam
Disolusi <1231> Larutan baku internal hingga kadar 0,025 mg per ml.
Larutan dapar persediaan Larutkan 160 g kalium Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan seperti
fosfat monobasa P dan 40 g kalium fosfat dibasa P tertera pada Penetapan kadar dalam Alprazolam. Hitung
dalam air, encerkan dengan air hingga 2,0 liter. jumlah dalam mg alprazolam, C17H13ClN4, dalam serbuk
Tambahkan bila diperlukan asam fosfat P atau larutan tablet yang digunakan dengan rumus:
kalium hidroksida P (45 dalam 100) untuk mengatur
larutan hingga apabila 1 bagian Larutan dapar R 
persediaan diencerkan dalam 10 bagian air akan CV  U 
diperoleh larutan dapar dengan pH 6,0 ± 0,1.  RS 
Larutan dapar Encerkan 1 bagian Larutan dapar
persediaan dalam 10 bagian air; larutan dapar C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
mempunyai pH 6,0 ± 0,1. Larutan baku: V adalah volume dalam ml Larutan baku
Media disolusi : 500 ml Larutan dapar. internalyang ditambahkan; RU dan RS berturut-turut
Alat tipe 1 : 100 rpm. adalah perbandingan respons puncak antara alprazolam
Waktu : 30 menit dan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Prosedur :
Larutan baku persediaan Larutkan Alprazolam BPFI Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dalam metanol P hingga kadar 0,05 mg per ml. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan baku Masukkan 50 ml Larutan dapar Kromatografi <931>.
persediaan dan 250 ml air ke dalam labu tentukur 500- Fase gerak, Larutan baku internal dan Larutan baku
ml. Tambahkan 5,0 ml Larutan baku persediaan untuk Buat seperti tertera pada Penetapan kadar dalam
setiap 0,25 mg alprazolam yang terkandung dalam tablet Alprazolam.
yang diuji. Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan uji Masukkan 6 tablet ke dalam labu, untuk
Fase gerak Campur Larutan dapar-asetonitril P- tablet yang mengandung Alprazolam 1 mg atau kurang,
tetrahidrofuran P (60:35:5), saring dan awaudarakan. tambahkan 2 ml air. Untuk tablet yang mengandung
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian lebih dari 1 mg alprazolam tambahkan 8 ml air.
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. Goyangkan labu hingga tablet terdispersi. Tambahkan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sejumlah volume Larutan baku internal yang diukur
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi saksama, hingga perbandingan volume Larutan baku
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x internal dalam ml terhadap bobot alprazolam dalam mg
10 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 adalah antara 3 - 4,5. Kocok selama 10 menit, sentrifus
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan bila perlu. Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak larutan ini dengan asetonitril P hingga 10 kali
sepeti tertera pada Prosedur: jumlah lempeng teoritis volumenya, campur.
tidak kurang dari 500. Simpangan baku relatif pada Sistem kromatografi dan Prosedur Lakukan penetapan
penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Alprazolam,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume hitung jumlah mg alprazolam, C17H13ClN4, dalam tablet
sama Larutan uji dan Larutan baku yang telah disaring yang digunakan dengan rumus:
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah alprazolam, R 
C17H13ClN4, yang terlarut berdasarkan respons puncak 100 CV  U 
Larutan uji dan Larutan baku.  RS 
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q), C17H13ClN4, dari jumlah yang C adalah kadar Alprazolam BPFI dalam mg per ml
tertera pada etiket. Larutan baku; V adalah volume dalam ml Larutan baku
internal yang ditambahkan; RU dan RS berturut-turut
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. adalah perbandingan respons puncak antara alprazolam
Prosedur penetapan keseragaman kandungan dan baku internal dari Larutan uji dan Larutan baku.
Fase gerak Buat larutan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Alprazolam. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku internal Buat larutan triazolam dalam tidak tembus cahaya.
asetonitril P hingga kadar 0,032 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 1 tablet ke dalam labu,
tambahkan lebih kurang 0,4 ml air langsung pada tablet,
biarkan selama 2 menit, goyangkan labu hingga tablet
terdispersi. Untuk setiap kandungan 0,25 mg alprazolam
- 80 -

ALPRENOLOL HIDROKLORIDA Senyawa sejenis


Alprenolol Hydrochloride Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih kurang 50 mg
per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah 1-(2-
. HCl
Alilfenoksi)-propana-2,3-diol BPFI, larutkan dalam
etanol mutlak P hingga kadar 0,25 mg per ml.
Fase gerak metanol P-benzen P-asam asetat glasial P
1-[(1-Metil)etlamino]-3[2-(-(propenil)fenoksi]-2- (20:70:10)
propanol hidroklorida [13707-88-5] Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
C15H23NO2.HCl BM 285,80 tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 5 μl Larutan uji dan Larutan
Alprenolol Hidroklorida mengandung tidak kurang dari baku pada jarak yang sama 2,5 cm dari tepi bawah
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C15H23NO2.HCl, lempeng kromatografi silika gel. Masukkan lempeng ke
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak. Angkat lempeng, biarkan menguap,
Pemerian Serbuk hablur tidak berwarna atau putih; semprot dengan anisaldehid LP. Panaskan lempeng pada
tidak berbau atau berbau lemah; rasa pahit, kemudian suhu 120º selama 15 menit: bercak Larutan baku lebih
menghilangkan rasa. intensif dari bercak Larutan uji.

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%,
dalam etanol dan dalam kloroform; praktis tidak larut lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P pada
dalam eter. tekanan tidak lebih dari 5 mmHg selama 24 jam.

Baku pembanding Alprenolol Hidroklorida BPFI; 1-(2- Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Alilfenoksi)-propana-2,3-diol BPFI.
Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
Identifikasi pada Titrasi Bebas Air <681> Metode I menggunakan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang 500 mg yang ditimbang saksama dan indikator 1-
didispersikan dalam kalium bomida P menunjukkan naftolbenzeina LP.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
seperti pada Alprenolol Hidroklorida BPFI.
setara dengan 28,58 mg C15H23 NO2.HCl
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam etanol
P (1 dalam 10.000) setebal 2 cm pada panjang gelombang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
antara 230 dan 350 nm menunjukkan maksimum pada tidak tembus cahaya.
panjang gelombang lebih kurang 271 dan 277 nm;
serapan pada 271 nm lebih kurang 1,3 dan pada 277 nm
lebih kurang 1,2.
TABLETALPRENOLOLHIDROKLORIDA
C. Larutan lebih kurang 300 mg dalam 10 ml air,
basakan dengan larutan natrium hidroksida P 5%.
Alprenolol Hydrochloride Tablet
Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 5 ml eter P. Cuci
Tablet Alprenolol Hidroklorida mengandung alprenolol
kumpulan ekstrak dengan air secukupnya hingga cairan
hidroklorida, C15H23NO2.HCl, tidak kurang dari 92,5%
cucian bebas alkali. Keringkan dengan natrium sulfat
dan tidak lebih dari 107,5% dari jumlah yang tertera
anhidrat P, saring, uapkan hingga kering. Suhu lebur
pada etiket.
residu lebih kurang 58º.
D. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
Baku pembanding Alprenolol Hidroklorida BPFI.
Uji Identifikasi Umum <291>.
Identifikasi
pH <1071> Antara 5,5 dan 6,5; lakukan penetapan
A. Pada sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg
menggunakan larutan 5%.
alprenolol hidroklorida, tambahkan 25 ml air dan 2 ml
amonia LP. Ekstraksi dengan 20 ml kloroform P saring
Jarak lebur <1021> Antara 108º dan 111º
ekstrak kloroform, uapkan 1 ml hingga kering. Spektrum
Serapan ultraviolet Tidak lebih dari 0,2 lakukan serapan inframerah residu menunjukkan maksimum
penetapan menggunakan larutan 0,5% dalam etanol P hanya pada bilangan gelombang yang sama dan
pada 297 nm. mempunyai intensitas relatif yang sama seperti pada
Alprenolol Hidroklorida BPFI.
B. Lapisan air yang diperoleh pada Identifikasi A
menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum<291>.
- 81 -
C. Spektrum serapan ultraviolet larutan yang dibuat Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan jumlah
untuk Penetapan kadar pada panjang gelombang antara yang tertera pada etiket.
230 dan 350 nm menunjukkan maksimum pada lebih
kurang 271 dan 277 nm. pH <1071> Antara 7,3 dan 8,5.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada Tablet. Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; lakukan
penetapan dengan melarutkan 5,0 g zat dalam sedikit
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang mungkin volume asam nitrat P yang dibutuhkan,
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet tambahkan 1 ml asam berlebih, kemudian tambahkan air
setara dengan 50 mg alprenolol hidroklorida, kocok hingga 100 ml dan saring: 10 ml filtrat menunjukkan
dengan 50 ml etanol P selama 10 menit, tambahkan klorida tidak lebih dari 1,0 ml asam klorida 0,02 N.
etanol P secukupnya hingga 100,0 ml, saring. Encerkan
10,0 ml filtrat dengan etanol P secukupnya hingga 50,0 Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan
ml. Ukur serapan larutan pada maksimum lebih kurang dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 5 ml asam
271 nm. Hitung kadar C15H23NO2.HCl: serapan jenis klorida 3 N dengan pemanasan perlahan. Dinginkan,
pada maksimum 271 nm adalah 65. tambahkan air hingga 250 ml, saring: 20 ml filtrat
menunjukkan sulfat tidak lebih dari 0,4 ml asam sulfat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, 0,02 N.
terlindung cahaya.
Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam berat
seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida.
SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN
MAGNESIA Penetapan kadar aluminium hidroksida
Alumina and Magnesia Oral Suspension Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia mengandung Sulfat.
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah volume
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang suspensi oral setara dengan lebih kurang 1200 mg
tertera pada etiket. aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala
yang sesuai. Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan
Identifikasi secara perlahan 10 ml asam klorida P. Jika perlu
A. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam panaskan secara perlahan hingga larut, dinginkan dan
10 ml asam klorida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil saring, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci
LP. Panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium penyaring dengan air, masukkan ke dalam labu tentukur,
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi encerkan dengan air sampai tanda.
kuning tua. Lanjutkan pemanasan selama 2 menit, Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti gelas piala 250 ml, tambahkan 20,0 ml air, sambil terus
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. diaduk, tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
B. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi A 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP. Panaskan
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas. hingga mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
Larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur.
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga warna
Identifikasi Umum <291>. berubah dari hijau violet menjadi merah muda. Lakukan
penetapan blangko.
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Escherichia coli. setara dengan 3,900 mg Al(OH)3

Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Penetapan kadar magnesium hidroksida
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dan tidak kurang dari jumlah mEq yang dihitung dengan kadar aluminium hidroksida.
rumus: Larutan hitam eriokrom Larutkan 200 mg hitam
eriokrom T P pada campuran 15 ml trietanolamina P dan
0,550,0385 A  0,8(0,0343 M ) 5 ml etanol mutlak P, campur.
Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 200 ml
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam air dan 20 ml trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 ml
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes Larutan
- 82 -

hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam tangas es Penetapan kadar aluminium hidroksida
hingga suhu 3-4, angkat. Titrasi dengan dinatrium Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
edetat 0,05 M LV hingga warna biru. Lakukan penetapan tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
blangko. Sulfat.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M kurang dari 20 tablet setara dengan lebih kurang 1200
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2 mg. Timbang saksama sejumlah serbuk aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
hindari dari pembekuan. perlahan 30 ml asam klorida 3 N. Lakukan seperti tertera
pada Larutan uji pada Penetapan kadar aluminium
Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan hidroksida dalam Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
aluminium hidroksida setara dengan jumlah gel Dimulai dari “Jika perlu panaskan secara perlahan”.
aluminium hidroksida kering, tiap mg gel kering setara Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
dengan 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi
Oral Alumina dan Magnesia.

TABLET ALUMINA DAN MAGNESIA Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M


Alumina and Magnesia Tablet setara dengan 3,900 mg Al(OH)3

Tablet Alumina dan Magnesia mengandung aluminium Penetapan kadar magnesium hidroksida
hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida, Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan kadar aluminium hidroksida.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
etiket. Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi
Oral Alumina dan Magnesia.
Identifikasi
A. Pada 700 mg tablet yang diserbuk haluskan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
tambahkan 10 ml asam klorida 3 N dan 5 tetes merah
metil LP, panaskan hingga mendidih dan tambahkan Penandaan Tablet dibuat dengan menggunakan
amonium hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah Aluminium Hidroksida Gel Kering, yang dapat
menjadi kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 dicantumkan untuk menyatakan kandungan aluminium
menit, saring: filtrat menunjukkan reaksi Magnesium hidroksida setara dengan jumlah aluminium hidroksida
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. gel kering, tiap mg gel kering setara dengan 0,765 mg
B.Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi A Al(OH)3.
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas,
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN
Identifikasi Umum <291>. MAGNESIA KARBONAT
Alumina and Magnesia Carbonate Oral
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. Suspension
Gunakan cairan lambung buatan LP.
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia Karbonat
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan
Keragaman bobot untuk Alumina dan Magnesia. magnesium karbonat MgCO3 masing-masing tidak
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang jumlah yang tertera pada etiket.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Identifikasi
dihitung berdasarkan rumus: A. Masukkan lebih kurang 1 g ke dalam labu yang
dilengkapi dengan sumbat dan pipa kaca, ujungnya
0 , 55 ( 0 , 0385 A )  0 , 8 ( 0 , 0343 M ) dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang berisi kalsium
hidroksida LP. Tambahkan 5 ml asam klorida 3 N ke
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas dalam labu dan tutup segera: akan terbentuk gas dalam
penetralan asam teoritis Al(OH)3 dan Mg(OH)2 dalam labu dan akan terbentuk endapan dalam tabung reaksi.
mEq; A dan M berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan B. Pada larutan 5 g dalam 10 ml asam klorida 3 N,
Mg(OH)2 dalam zat uji dalam mg yang dihitung tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan hingga
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. mendidih dan tambahkan amonium hidroksida 6 N
hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua,
- 83 -
lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring. Filtrat lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Hitung
Identifikasi Umum <291>. jumlah dalam mg aluminium hidroksida, Al(OH)3, dalam
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B zat uji dengan rumus:
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas,
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan  78 , 00   A 
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji   0 , 25  U 
Identifikasi Umum <291>.  26 , 98   RS 

Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih 78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas 26,98 adalah bobot atom aluminium; AU adalah serapan
Escherichia coli, Salmonella species, Staphylococcus Larutan uji; RS adalah rata-rata tiga perbandingan
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. serapan Larutan baku terhadap masing-masing
kadarnya, dalam g aluminium per ml.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar magnesium karbonat
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Larutan lantanum klorida Buat larutan lantanum
dihitung dengan rumus: klorida dalam air yang mengandung 5 mg per ml.
Larutan persediaan magnesium Timbang saksama 1 g
0 , 55 ( 0 , 0385 A )  0 , 8 ( 0 , 024 M ) logam magnesium, masukkan ke dalam labu tentukur
1000-ml yang berisi 50 ml air, tambahkan secara
0,0385 dan 0,024 berturut-turut adalah kapasitas penetralan perlahan 10 ml asam klorida P, encerkan dengan air
asam teoritis Al(OH)3dan MgCO3 dalam mEq; A dan M sampai tanda. Masukkan 10,0 ml larutan ini ke dalam
berturut-turut adalah jumlah Al(OH)3 dan MgCO3 dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
mg, yang dihitung berdasarkan jumlah yang tertera pada Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml terpisah
etiket. yang masing-masing berisi 10 ml Larutan lantanum
klorida, tambahkan berturut-turut 1,70 dan 1,80 ml
pH <1071> Antara 7,5 dan 9,5. Larutan persediaan magnesium, encerkan dengan air
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
Penetapan kadar aluminium hidroksida mengandung magnesium lebih kurang 1,70 dan 1,80 g
Larutan kalium klorida Buat larutan yang per ml.
mengandung 4,5 g kalium klorida per 100 ml. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Larutan
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama 1 g uji dalam Penetapan kadar aluminium hidroksida,
logam aluminium, masukkan ke dalam labu tentukur encerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan air
1000-ml, tambahkan 50 ml asam klorida 6 N, kocok hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 6 g
hingga aluminium dan asam bereaksi, biarkan reaksi magnesium karbonat per ml.
hingga aluminium larut sempurna, encerkan dengan air Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
sampai tanda. Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml yang Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
terpisah dan masing-masing berisi 10 ml Larutan kalium secara bersamaan serapan Larutan baku dan Larutan uji
klorida, tambahkan berturut-turut 9,0, 10,0 dan 11,0 ml pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
Larutan persediaan aluminium, encerkan dengan air spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
mengandung aluminium 90, 100 dan 110 g per ml. udara, gunakan air sebagai blangko. Hitung jumlah
Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam dalam mg magnesium karbonat, MgCO3, dalam zat uji
kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah suspensi oral dengan rumus:
setara dengan lebih kurang 75 mg aluminium hidroksida,
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai. Tambahkan  84 ,31   V   AU 
    
25 ml asam klorida 6 N, panaskan di atas tangas uap  24 ,31   1000   R S 
selama 30 menit dengan sesekali diaduk. Biarkan dingin,
masukkan dengan bantuan air ke dalam labu tentukur 84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat; 24,31
250-ml yang berisi 25 ml Larutan kalium klorida,
adalah bobot atom magnesium dan V adalah volume
encerkan dengan air sampai tanda, saring.
pengenceran Larutan uji; AU adalah serapan Larutan uji;
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan RS adalah rata-rata perbandingan serapan Larutan baku
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
terhadap masing-masing kadarnya dalam g magnesium
Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
per ml.
secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada garis emisi aluminium 309,3 nm menggunakan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
hindari dari pembekuan.
- 84 -

TABLET ALUMINA DAN MAGNESIUM Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
KARBONAT kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah suspensi oral
Alumina and Magnesium Carbonate Tablet setara dengan lebih kurang 75 mg aluminium hidroksida,
masukkan ke dalam gelas piala yang sesuai. Tambahkan
Tablet Alumina dan Magnesium Karbonat mengandung 25 ml asam klorida 6 N, panaskan di atas tangas uap
aluminium hidroksida Al(OH)3 dan magnesium karbonat selama 30 menit dengan sesekali diaduk. Biarkan dingin,
MgCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan masukkan dengan bantuan air ke dalam labu tentukur
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada 250-ml yang berisi 25 ml Larutan kalium klorida,
etiket. encerkan dengan air sampai tanda, saring.
Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
Identifikasi Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
A. Masukkan lebih kurang 1 g serbuk tablet ke dalam Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
labu yang dilengkapi dengan sumbat dan pipa kaca, secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
ujung pipa dicelupkan ke dalam tabung reaksi yang pada garis emisi aluminium 309,3 nm menggunakan
berisi kalsium hidroksida LP. Tambahkan 3 ml asam spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
klorida 3 N ke dalam labu dan tutup segera: akan lampu “hollow cathode” aluminium dan nyala asetilen-
terbentuk gas dalam labu dan akan terbentuk endapan nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Hitung
dalam tabung reaksi. jumlah dalam mg aluminium hidroksida, Al(OH)3, dalam
B. Pada 7 g serbuk tablet, tambahkan 10 ml asam suspensi yang digunakan dengan rumus:
klorida 3 N dan 25 ml air dan 5 tetes merah metil LP,
 78 , 00  A 
panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium   ( 0 , 25 )  U 
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi  26 , 98   RS 
kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring:
filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera 78,00 adalah bobot molekul aluminium hidroksida dan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. 26,98 adalah bobot atom aluminium; AU adalah serapan
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B Larutan uji; RS adalah rata-rata tiga perbandingan
dengan larutan amonium klorida P (1 dalam 50) panas, serapan Larutan baku terhadap masing-masing
larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan kadarnya, dalam g aluminium per ml.
menunjukkan reaksi Aluminium seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Penetapan kadar magnesium karbonat
Larutan lantanum klorida Buat larutan lantanum
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit. klorida dalam air yang mengandung 5 mg per ml.
Gunakan cairan lambung buatan LP. Larutan persediaan magnesium Timbang saksama
lebih kurang 1000 mg logam magnesium, masukkan ke
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan dalam labu tentukur 1000-ml yang berisi 50 ml air,
Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan tambahkan secara perlahan 10 ml asam klorida P,
magnesium karbonat. encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 10,0 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang dengan air sampai tanda.
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml terpisah
dari 5 mEq. yang masing-masing berisi 10 ml Larutan lantanum
klorida, tambahkan berturut-turut 1,70 dan 1,80 ml
Penetapan kadar aluminium hidroksida Larutan persediaan magnesium, encerkan dengan air
Larutan kalium klorida Buat larutan yang sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut
mengandung 4,5 g kalium klorida per 100 ml. mengandung magnesium lebih kurang 1,70 dan 1,80 µg
Larutan persediaan aluminium Timbang saksama per ml.
lebih kurang 1000 mg logam aluminium, masukkan ke Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume Larutan
dalam labu tentukur 1000-ml, tambahkan 50 ml asam uji dalam Penetapan kadar aluminium hidroksida,
klorida 6 N, kocok hingga aluminium dan asam bereaksi, encerkan secara bertahap dan kuantitatif dengan air
biarkan reaksi hingga aluminium larut sempurna, hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 6 µg
encerkan dengan air sampai tanda. magnesium karbonat per ml.
Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml yang Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
terpisah dan masing-masing berisi 10 ml Larutan kalium Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
klorida tambahkan berturut-turut 9,0; 10,0 dan 11,0 ml Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
Larutan persediaan aluminium, encerkan dengan air secara bersamaan serapan Larutan baku dan Larutan uji
sampai tanda. Larutan baku ini berturut-turut pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
mengandung aluminium lebih kurang 90,0; 100,0 dan spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
110,0 g per ml. lampu “hollow cathode” magnesium dan nyala asetilen-
udara, gunakan air sebagai blangko.Hitung jumlah dalam
- 85 -
mg, magnesium karbonat, (MgCO3), dalam suspensi Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral, timbang
yang digunakan dengan rumus: saksama lebih kurang 10 g suspensi oral, masukkan ke
dalam gelas piala yang telah ditara. Tambahkan 50 ml air
 84 ,31  L  AU  dan 10 ml asam klorida P, digesti pada tangas uap
    selama 1 jam. Dinginkan dan saring ke dalam labu
 24 ,31  D  R S  tentukur 200-ml. Cuci kertas saring dengan air, masukkan ke
dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda.
84,31 adalah bobot molekul magnesium karbonat; Prosedur Pipet 20 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
24,31adalah bobot atom magnesium; D adalah kadar gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus
magnesium karbonat dalam µg per ml dalam Larutan diaduk tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
uji; L adalah kadar mg magnesium karbonat yang 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, panaskan
tercantum dalam etiket. larutan hingga mendekati titik didih selama 5 menit.
Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, LP, campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
hindari dari pembekuan. warna larutan berubah dari hijau violet menjadi merah
muda. Lakukan penetapan blangko.

SUSPENSI ORAL ALUMINA DAN Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M


MAGNESIUM TRISILIKAT setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Alumina and Magnesium Trisilicate Oral
Penetapan kadar magnesium trisilikat
Suspension Larutan kalium klorida Buat seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida.
Suspensi Oral Alumina dan Magnesium Trisilikat Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera
mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3 dan magnesium pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
trisilikat, Mg2Si3O8, masing-masing tidak kurang dari Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Prosedur Pipet 20 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
tertera pada etiket. gelas piala 400 ml, tambahkan 180 ml air dan 20 ml
trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 ml dapar
Identifikasi amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes Larutan hitam
A. Pada campuran 5 ml dalam 10 ml asam klorida 3 eriokrom T, dinginkan larutan dalam tangas es hingga
N, tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan hingga
suhu 3- 4, angkat. Titrasi dengan dinatrium edetat 0,05
mendidih dan tambahkan amonium hidroksida 6 N M LV hingga warna biru. Lakukan penetapan blangko.
hingga warna larutan berubah menjadi kuning tua,
lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring: filtrat Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji setara dengan 6,521 mg Mg2Si3O8
Identifikasi Umum <291>.
B. Cuci padatan pada kertas saring yang diperoleh Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dari uji Identifikasi A dengan larutan amonium klorida P
(1 dalam 50) panas, tambahkan 10 ml asam klorida 3 N,
saring: filtrat menunjukkan reaksi Aluminium seperti
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
TABLET ALUMINA DAN MAGNESIUM
C. Masukkan kertas saring dan isinya yang diperoleh TRISILIKAT
dari uji Identifikasi B ke cawan platina kecil, pijarkan, Alumina and Magnesium Trisilicate Tablet
dinginkan dalam desikator dan timbang. Basahkan
residu dengan air, tambahkan 6 ml asam fluorida P. Tablet Alumina dan Magnesium Trisilikat mengandung
Uapkan hingga kering, pijarkan selama 5 menit, aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan magnesium trisilikat,
dinginkan dalam desikator, timbang: hilangnya bobot Mg2Si3O8, masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan
yang tidak lebih dari 10% bobot residu pada pemijaran tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
awal menunjukkan adanya SiO2. etiket.

Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Identifikasi Lakukan uji Identifikasi seperti tertera pada
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq. Suspensi Oral Alumina dan Magnesium Trisilikat.

pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5. Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 10 menit.
Gunakan cairan lambung buatan LP. [Catatan Tablet
Penetapan kadar aluminium hidroksida yang harus dikunyah terlebih dahulu sebelum ditelan,
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti dibebaskan dari persyaratan ini].
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Sulfat.
- 86 -

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan 2,0 ml Larutan kalium klorida, encerkan dengan air
Keragaman bobot untuk Aluminium Hidroksida dan sampai tanda.
Magnesium Trisilikat. Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang digunakan Spektrofotometer dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
pada dosis tunggal minimum tidak kurang dari 5 mEq. secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada garis emisi magnesium 285,2 nm, menggunakan
Penetapan kadar aluminium hidroksida spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti lampu “hollow cathode” magnesium dan nyala asetilen-
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium nitrogen oksida, gunakan air sebagai blangko. Buat
Sulfat. kurva serapan Larutan baku terhadap kadar magnesium
Larutan uji Timbang dan serbukhaluskan tidak kurang dalam g per ml, buat garis lurus dari 3 titik. Dari grafik
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang diperoleh, tetapkan kadar magnesium, C dalam g
setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium per ml Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg,
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan magnesium trisilikat, Mg2Si3O8, yang digunakan dengan
20 ml air, aduk dan tambahkan secara perlahan 40 ml rumus:
asam klorida 3 N. Jika perlu panaskan perlahan hingga
larut, dinginkan dan masukkan ke dalam labu tentukur
 260 ,86 
200-ml. Cuci gelas piala dengan air, masukkan ke dalam 0 ,5 C  
labu tentukur, encerkan dengan air sampai tanda.  48 , 62 
Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus 260,86 adalah bobot molekul magnesium trisilikat
diaduk tambahkan 25,0 ml titran dinatrium edetat 0,05 M anhidrat; 48,62 adalah dua kalinya bobot atom
dan 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, magnesium.
panaskan larutan hingga mendekati titik didih selama 5
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
ditizon LP, campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV
hingga warna larutan berubah dari hijau violet menjadi Penandaan Pada etiket dicantumkan kandungan
merah muda. Lakukan penetapan blangko. aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3.
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3

Penetapan kadar magnesium trisilikat SUSPENSI ORAL ALUMINA,


Larutan kalium klorida Buat larutan dalam air yang MAGNESIA DAN KALSIUM KARBONAT
mengandung 5 g kalium klorida per 100 ml. Alumina, Magnesia and Calcium Carbonate
Larutan persediaan magnesium Masukkan 1000 mg Oral Suspension
logam magnesium ke dalam labu tentukur 1000-ml yang
berisi 50 ml air, tambahkan secara perlahan 10 ml asam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium
klorida P, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan Karbonat mengandung aluminium hidroksida Al(OH)3;
5,0 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 500-ml, magnesium hidroksida Mg(OH)2 dan kalsium karbonat
encerkan dengan air sampai tanda. CaCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan
Larutan baku Pada labu tentukur 100-ml yang tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
terpisah, tambahkan berturut-turut 16,0; 18,0 dan 20,0 etiket.
ml Larutan persediaan magnesium. Pada masing-masing
labu tambahkan 2,0 ml Larutan kalium klorida, encerkan Identifikasi
dengan air sampai tanda. Larutan ini berturut-turut A. Pada 5 g suspensi oral, tambahkan 25 ml asam
mengandung magnesium lebih kurang 1,6; 1,8 dan 2,0 sulfat 2 N, aduk dan biarkan selama 5 menit. Tambahkan
g per ml. [Catatan Larutan dibuat pada saat akan 25 ml etanol P, aduk, masukkan dalam tangas es selama
digunakan]. 30 menit. Saring dalam keadaan dingin, simpan filtrat
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak untuk uji Identifikasi B. Cuci endapan dengan 50 ml
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk asam sulfat 0,75 N, buang cucian: larutkan endapan yang
tablet setara dengan lebih kurang 5 mg magnesium diperoleh dalam asam klorida 3 N, saring, filtrat
trisilikat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, menunjukkan reaksi Kalsium seperti tertera pada Uji
tambahkan 10 ml asam sulfat 18 N. Panaskan di atas Identifikasi Umum <291>.
tangas uap selama 30 menit dengan sesekali diaduk. B. Pada filtrat yang diperoleh dari uji Identifikasi A
Biarkan dingin, encerkan dengan air sampai tanda. tambahkan 5 tetes merah metil LP, panaskan hingga
Saring, buang 20 ml filtrat pertama. Masukkan 20,0 ml mendidih. Tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga
filtrat ke dalam labu tentukur 100-ml kedua, tambahkan warna larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan
- 87 -
pendidihan selama 2 menit, saring melalui kertas saring air, tambahkan cucian ke dalam labu tentukur, encerkan
(simpan filtrat untuk uji Identifikasi C). Cuci endapan dengan air sampai tanda.
dengan 350 ml larutan amonium klorida P (1 dalam 50) Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
panas, buang cucian: larutkan endapan yang diperoleh gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus
dalam asam klorida 3 N, menunjukkan reaksi Aluminium diaduk, tambahkan 25,0 ml titran dinatrium edetat 0,05
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. M LV dan 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP,
C. Filtrat yang diperoleh dari uji Identifikasi B panaskan hingga mendekati titik didih selama 5 menit.
menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon
Identifikasi Umum <291>. LP, campur. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga
warna berubah dari hijau violet menjadi merah muda.
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih Lakukan penetapan blangko.
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas
Escherichia coli. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar magnesium hidroksida
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dihitung dengan rumus: kadar aluminium hidroksida.
Larutan hitam eriokrom T Lakukan pembuatan seperti
0 , 55 ( 0 , 0385 A )  0 , 8 ( 0 , 0343 M )  0 , 9 ( 0 , 02 C ) tertera pada Penetapan kadar magnesium hidroksida
0,0385;0,0343 dan 0,02 berturut-turut adalah kapasitas dalam Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3; Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida,
CaCO3 dalam mEq; A,M dan C berturut-turut adalah masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 200
jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3; magnesium ml air dan 20,0 ml trietanolamina P, aduk. Tambahkan
hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 50 ml dapar amonia-amonium klorida LP dan 2 tetes
dalam suspensi, dihitung berdasarkan jumlah yang Larutan hitam eriokrom T dinginkan larutan dalam
tertera pada etiket. tangas es hingga suhu 3- 4, angkat. Titrasi dengan
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biru. Lakukan
pH <1071> Antara 7,5 dan 8,5. penetapan blangko.

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,14%; Lakukan Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
penetapan dengan melarutkan 5,0 g dalam 3 ml asam setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
nitrat P, tambahkan air hingga 100 ml dan saring: 10 ml
filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari 1,0 ml asam Penetapan kadar kalsium karbonat
klorida 0,02 N. Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
kadar aluminium hidroksida.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; Lakukan penetapan Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara
dengan melarutkan 5,0 g suspensi dalam 7 ml asam dengan lebih kurang 50 mg kalsium karbonat, masukkan
klorida 3 N dengan pemanasan perlahan. Dinginkan, ke dalam gelas piala 500 ml, tambahkan 200 ml air dan 5
tambahkan air hingga 250 ml, saring: 20 ml filtrat ml larutan natrium hidroksida P (1 dalam 2) dan 250 mg
menunjukkan sulfat tidak lebih dari 0,4 ml asam sulfat biru hidroksi naftol P. Aduk dengan pengaduk magnetik,
0,02 N. titrasi segera dengan dinatrium edetat 0,05 M LV hingga
larutan berwarna biru. Lakukan penetapan blangko.
Syarat lain Memenuhi syarat uji Arsen dan Logam berat
seperti tertera pada Gel Aluminium Hidroksida. Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
setara dengan 5,004 mg CaCO3
Penetapan kadar aluminium hidroksida
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium hindari dari pembekuan.
Sulfat.
Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan
kemasan aslinya, timbang saksama sejumlah suspensi aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
oral setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala yang telah 0,765 mg Al(OH)3.
ditara. Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
perlahan 40 ml asam klorida 3 N. Jika perlu panaskan
secara perlahan hingga larut, dinginkan dan masukkan
ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci gelas piala dengan
- 88 -

TABLET KUNYAH ALUMINA, MAGNESIA Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
DAN KALSIUM KARBONAT Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi
Alumina, Magnesia and Calcium Carbonate Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
Chewable Tablet
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Tablet Kunyah Alumina, Magnesia dan Kalsium setara dengan 3,900 mg Al(OH)3.
Karbonat mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3;
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, Penetapan kadar magnesium hidroksida
CaCO3 masing-masing tidak kurang dari 90,0% dan Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium
etiket. hidroksida.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Identifikasi Pada 3 g tablet yang diserbukhaluskan Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi
tambahkan 25 ml air dan 25 ml asam sulfat 2 N, aduk Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
dan panaskan pada tangas uap selama 10 menit.
Dinginkan dan tambahkan 50 ml etanol P, aduk: Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
campuran yang diperoleh menunjukkan reaksi seperti setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
tertera pada uji Identifikasi A, B dan C dalam Suspensi
Oral Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat dimulai Penetapan kadar kalsium karbonat
dari uji Identifikasi A “Masukkan dalam tangas es Titran dinatrium edetat dan Larutan uji Lakukan
selama 30 menit”. seperti tertera pada Penetapan Kadar aluminium
hidroksida.
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 45 menit. Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
Penetapan kadar kalsium karbonat dalam Suspensi Oral
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan Alumina, Magnesia dan Kalsium Karbonat.
Keragaman bobot untuk alumina, magnesia dan kalsium
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
karbonat.
setara dengan 5,004 mg CaCO3
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penandaan Pada etiket harus tertera “Tablet dikunyah
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang terlebih dahulu sebelum ditelan”. Tablet dibuat dengan
dihitung dengan rumus: menggunakan Aluminium Hidroksida Gel Kering, yang
dapat dicantumkan untuk menyatakan kandungan
0 ,55 0 ,0385 A   0 ,8( 0 ,0343 M )  0 ,9( 0 ,02 C ) aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
0,0385; 0,0343 dan 0,02 berturut-turut adalah kapasitas 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3.
penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3;
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat,
CaCO3 dalam mEq; A, M dan C berturut-turut adalah SUSPENSI ORAL ALUMINA, MAGNESIA
jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3; magnesium DAN SIMETIKON
hidroksida, Mg(OH)2 dan kalsium karbonat, CaCO3 Alumina, Magnesia and Simethicone Oral
dalam serbuk tablet yang digunakan, dihitung
Suspension
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket.
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon
Penetapan kadar aluminium hidroksida
mengandung aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan
Titran dinatrium edetat Lakukan seperti tertera pada
magnesium hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak
Penetapan Kadar dalam Suspensi Oral Alumina,
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dan
Magnesia dan Kalsium Karbonat.
mengandung polidimetilsiloksan [-(CH3)2SiO-]6 tidak
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
kurang dari 85,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
jumlah yang tertera pada etiket.
setara dengan lebih kurang 600 mg aluminium
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan Baku pembanding Polidimetilsiloksan BPFI; Campur
20 ml air, aduk dan tambahkan secara perlahan 40 ml sebelum digunakan, Simpan dalam wadah tertutup rapat.
asam klorida 3 N. Panaskan hingga mendidih, dinginkan Setelah dibuka, simpan dalam gas inert.
dan saring, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml.
Cuci gelas piala dengan air, masukkan air cucian ke Identifikasi
dalam labu tentukur, encerkan dengan air sampai tanda. A. Spektrum inframerah zat menunjukkan maksimum
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada
- 89 -
Polidimetilsiloksan. Lakukan penetapan menggunakan Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
sel 0,5 mm dan Larutan seperti tertera pada Penetapan kemasan aslinya, masukkan 5,0 ml ke dalam labu
kadar polidimetilsiloksan. tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml asam klorida 1 N,
B. Pada larutan yang mengandung 5 g zat uji dalam didihkan selama 15 menit, dinginkan hingga suhu ruang,
10 ml asam klorida 3 N, tambahkan 5 tetes merah metil encerkan dengan air sampai tanda. Saring, buang
LP, panaskan hingga mendidih dan tambahkan amonium beberapa ml filtrat pertama, masukkan 5,0 ml filtrat ke
hidroksida 6 N hingga warna larutan berubah menjadi dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 ml Larutan
kuning tua, lanjutkan pemanasan selama 2 menit, saring: kalium klorida, encerkan dengan air sampai tanda.
filtrat menunjukkan reaksi Magnesium seperti tertera Prosedur Lakukan penetapan menggunakan
pada Uji Identifikasi Umum <291>. Spektrofotometer serapan atom seperti tertera pada
C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>. Ukur
dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam 50), secara berurutan serapan Larutan baku dan Larutan uji
larutkan endapan dalam asam klorida P, bagi menjadi 2 pada garis emisi natrium 589,0 nm menggunakan
bagian: pada bagian pertama, tambahkan tetes demi tetes spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
amonium hidroksida 6 N hingga terbentuk endapan lampu “hollow cathode” natrium dan nyala asetilen-
gelatin berwarna putih, jangan dilarutkan dengan udara, lakukan penetapan blangko, menggunakan larutan
amonium hidroksida 6 N berlebih. Pada bagian yang lain berikut: pipet 4 ml asam klorida 1 N dan 10,0 ml
tambahkan tetes demi tetes natrium hidroksida 1 N Larutan kalium klorida, masukkan ke dalam labu
hingga terbentuk endapan gelatin berwarna putih, tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
larutkan dengan natrium hidroksida 1 N berlebih, hingga Buat kurva serapan Larutan baku terhadap kadar
larutan keruh. natrium dalam g per ml dan buat garis lurus. Dari
grafik yang diperoleh, tetapkan kadar natrium, C, dalam
Batas mikroba <51> Total mikroba aerobik tidak lebih g per ml Larutan uji. Hitung jumlah dalam mg natrium
dari 100 unit koloni per ml. Memenuhi syarat uji bebas yang digunakan dengan rumus:
Escherichia coli.
0,4 C
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang Penetapan kadar aluminium hidroksida
dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
dihitung dengan rumus: tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium
Sulfat.
0,55(0,0385 A)  0,8(0,0343 M ) Larutan uji Kocok baik-baik suspensi oral dalam
kemasan aslinya, ukur saksama sejumlah volume
0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas suspensi oral setara dengan lebih kurang 800 mg
penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3 aluminium hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala.
dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dalam mEq; A Tambahkan 20 ml air, aduk dan tambahkan secara
dan M berturut-turut adalah jumlah aluminium perlahan 10 ml asam klorida P. Jika perlu panaskan
hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida, secara perlahan hingga larut, dinginkan, saring dan
Mg(OH)2 dalam mg, yang dihitung berdasarkan jumlah masukkan air cucian ke dalam labu tentukur 200-ml.
yang tertera pada etiket. Cuci penyaring dengan air, masukkan air cucian ke
dalam labu, encerkan dengan air sampai tanda.
pH <1071> Antara 7,0 dan 8,6. Prosedur Pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam
gelas piala 250 ml, tambahkan 20 ml air, sambil terus
Natrium diaduk tambahkan 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan
Larutan kalium klorida Buat larutan kalium klorida 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP, panaskan
Pdalam air yang mengandung 38 mg per ml. hingga mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan,
Larutan persediaan natrium klorida Timbang saksama tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP, campur.
sejumlah natrium klorida P yang telah dikeringkan pada Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M LV hingga warna
suhu 115 selama 2 jam, larutkan dalam air, encerkan berubah dari hijau violet menjadi merah muda. Lakukan
secara bertahap dengan air hingga diperoleh larutan penetapan blangko.
dengan kadar 25,42 g per ml (10 g per ml natrium).
Larutan baku Buat pada saat akan digunakan. Ke Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
dalam dua labu tentukur 100-ml, masukkan masing- setara dengan 3,900 mg Al(OH)3.
masing 4 ml asam klorida 1 N dan 10 ml.
Larutan kalium klorida. Ke dalam masing-masing Penetapan kadar magnesium hidroksida
labu tambahkan 5,0 ml dan 10,0 ml Larutan persediaan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan
natrium klorida. Encerkan dengan air sampai tanda. kadar aluminium hidroksida.
Larutan ini berturut-turut mengandung lebih kurang 0,5 Larutan hitam eriokrom T Lakukan seperti tertera
dan 1,0 g natrium per ml. pada Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam
Suspensi Oral Alumina dan Magnesia.
- 90 -

Prosedur Pipet sejumlah volume Larutan uji setara hidroksida gel kering, tiap mg gel kering setara dengan
dengan lebih kurang 40 mg magnesium hidroksida, 0,765 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. Pada etiket
masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 200 dicantumkan kandungan natrium, jika kadarnya lebih
ml air dan 20 ml trietanolamina P, aduk. Tambahkan 10 besar dari 1 mg per ml.
ml Dapar amonia-amonium klorida LP dan 3 tetes
Larutan hitam eriokrom T, dinginkan larutan dalam
tangas es hingga suhu 3-4, angkat. Titrasi dengan TABLET KUNYAH ALUMINA,
dinatrium edetat 0,05 M LV hingga warna biru. Lakukan MAGNESIA DAN SIMETIKON
penetapan blangko.
Alumina, Magnesia and Simethicone Chewable
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Tablet
setara dengan 2,916 mg Mg(OH)2
Tablet Alumina, Magnesia dan Simetikon mengandung
aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium
Penetapan kadar polidimetilsiloksan
hidroksida, Mg(OH)2 masing-masing tidak kurang dari
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dan mengandung
oral setara dengan lebih kurang 50 mg simetikon,
polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n tidak kurang 85,0%
masukkan ke dalam botol bulat bermulut sempit dan
dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang tertera
bertutup ulir 120 ml, masukkan 40 ml natrium
pada etiket.
hidroksida 0,1 N, aduk hingga terdispersi. Tambahkan
25 ml toluen P, tutup botol dengan sumbat inert, kocok
Identifikasi
selama 15 menit pada pengocok resiprokal (lebih A. Spektrum serapan inframerah zat menunjukkan
kurang 200 osilasi per menit dan goyangan 38  2 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
mm). Masukkan campuran ke dalam corong pisah 125 seperti pada Polidimetilsiloksan. Lakukan penetapan
ml, biarkan mengendap. Ambil 5 ml lapisan organik di menggunakan sel 0,5 mm dan Larutan seperti tertera
bagian atas, masukkan ke dalam tabung reaksi 15 ml pada Penetapan kadar polidimetilsiloksan.
bertutup ulir yang berisi lebih kurang 0,5 g natrium B. Pada sejumlah tablet yang telah diserbuk haluskan,
sulfat anhidrat P. Tutup tabung, kocok kuat-kuat, setara dengan lebih kurang 600 mg magnesium
sentrifus hingga diperoleh beningan jernih. hidroksida, tambahkan 25 ml asam klorida 3 N dan 25
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Larutan ml air, campur. Didihkan secara perlahan selama 2
uji, dengan melarutkan lebih kurang 50 mg menit. Biarkan dingin dan saring. Tambahkan 5 tetes
Polidimetilsiloksan BPFI yang ditimbang saksama merah metil LP, panaskan hingga mendidih dan
dalam wadah berisi 25,0 ml toluen P, tambahkan 40 ml tambahkan amonium hidroksida 6 N hingga warna
natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan air sejumlah larutan berubah menjadi kuning tua, lanjutkan
volume sama dengan suspensi oral yang digunakan. pendidihan selama 2 menit, saring: filtrat menunjukkan
Lakukan penetapan blangko menggunakan campuran reaksi Magnesium seperti tertera pada Uji Identifikasi
10 ml toluen P dan 0,5 g natrium sulfat anhidrat P, Umum <291>.
sentrifus hingga diperoleh beningan jernih. C. Cuci endapan yang diperoleh dari uji Identifikasi B
Prosedur Ukur secara bersamaan serapan Larutan dengan larutan panas amonium klorida P (1 dalam 50),
baku dan Larutan uji dalam sel 0,5 mm pada panjang larutkan endapan dalam asam klorida P: larutan
gelombang serapan maksimum 7,9 µm menggunakan menunjukkan reaksi seperti tertera pada uji Identifikasi
spektrofotometer inframerah. Lakukan penetapan C dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan
blangko. Hitung jumlah dalam mg polidimetilsiloksan, [- Simetikon.
(CH3)2SiO-]n, dalam suspensi yang digunakan dengan
rumus : Keseragaman sediaan <911> Memenuhi persyaratan
Keragaman bobot untuk aluminium hidroksida dan
W  Au  magnesium hidroksida.
 
V  As 
Kapasitas penetralan asam <451> Asam yang
W adalah bobot dalam mg, Polidimetilsiloksan BPFI digunakan pada dosis tunggal minimum tidak kurang
yang digunakan untuk membuat Larutan baku; V adalah dari 5 mEq dan tidak kurang dari jumlah mEq yang
volume zat uji yang digunakan dalam ml; AU dan AS dihitung berdasarkan rumus:
berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
baku. 0,55 ( 0,0385 A)  0,8( 0,0343 M )

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 0,0385 dan 0,0343 berturut-turut adalah kapasitas
hindari dari pembekuan. penetralan asam teoritis aluminium hidroksida, Al(OH)3
dan magnesium hidroksida, Mg(OH)2 dalam mEq; A dan
Penandaan Diberi etiket untuk menyatakan kandungan M berturut-turut adalah jumlah dalam mg, aluminium
aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium hidroksida, Al(OH)3 dan magnesium hidroksida,
- 91 -
Mg(OH)2 dalam serbuk tablet yang digunakan, dihitung Angkat lapisan organik di bagian atas, masukkan ke
berdasarkan jumlah yang tertera pada etiket. dalam tabung sentrifuga bertutup ulir yang berisi lebih
kurang 2 g natrium sulfat anhidrat P. Tutup tabung,
Natrium kocok kuat-kuat, sentrifus hingga diperoleh beningan
Larutan kalium klorida, Larutan baku natrium klorida jernih.
dan Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Natrium Larutan baku Lakukan seperti pada Larutan uji,
dalam Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. menggunakan lebih kurang 33 mg Polidimetilsiloksan
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari BPFI yang ditimbang saksama. Lakukan penetapan
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet blangko menggunakan campuran 10 ml toluen P dan 1 g
setara dengan bobot rata-rata 1 tablet, masukkan ke natrium sulfat anhidrat P, sentrifus hingga diperoleh
dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan 50 ml asam beningan jernih.
klorida 1 N, didihkan selama 15 menit, dinginkan hingga Prosedur Ukur secara berurutan serapan Larutan baku
suhu ruang, encerkan dengan air sampai tanda. Saring, dan Larutan uji menggunakan sel 0,5 mm pada bilangan
buang beberapa ml filtrat pertama, pipet 5 ml filtrat gelombang serapan maksimum 7,9 µm (1265,8 cm-1),
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml yang berisi 10 menggunakan spektrofotometer inframerah. Lakukan
ml Larutan kalium klorida, encerkan dengan air sampai penetapan blangko. Hitung jumlah dalam mg,
tanda. polidimetilsiloksan, [-(CH3)2SiO-]n, dalam serbuk tablet
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Natrium dalam yang digunakan, dengan rumus:
Suspensi Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon.
Hitung jumlah dalam mg, natrium per tablet dengan A 
rumus: W  U 
 AS 
2C
W adalah bobot dalam mg, Polidimetilsiloksan BPFI
Penetapan kadar aluminium hidroksida yang digunakan untuk membuat Larutan baku; AU dan
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan Larutan
tertera pada Penetapan kadar dalam Amonium Kalium baku.
Sulfat.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
tablet setara dengan lebih kurang 800 mg aluminium Penandaan Pada etiket tertera “Tablet dikunyah terlebih
hidroksida, masukkan ke dalam gelas piala 150 ml, dahulu sebelum ditelan”. Pada etiket harus dicantumkan
tambahkan 20 ml air, aduk. Tambahkan perlahan 30 ml kadar natrium, jika kadarnya lebih besar dari 5 mg per
asam klorida 3 N, aduk. Jika perlu panaskan perlahan tablet. Pada etiket dapat dicantumkan kandungan
hingga larut, dinginkan hingga suhu ruang, saring dan aluminium hidroksida setara dengan jumlah aluminium
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml. Cuci hidroksida gel kering, tiap mg gel keringsetara dengan
penyaring dengan air, masukkan air cucian ke dalam 0,765 mg Al(OH)3.
labu, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada
Penetapan kadar aluminium hidroksida dalam Suspensi GEL ALUMINIUM HIDROKSIDA
Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. Aluminium Hydroxide Gel
Penetapan kadar magnesium hidroksida Aluminium hidroksida [21645-51-2]
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Al(OH)3 BM 78,00
kadar aluminium hidroksida. Gel Aluminium Hidroksida adalah suspensi dari
Prosedur Lakukan Prosedur seperti tertera pada aluminium hidroksida bentuk amorf, sebagian hidroksida
Penetapan kadar magnesium hidroksida dalam Suspensi disubstitusi dengan karbonat. Mengandung aluminium
Oral Alumina, Magnesia dan Simetikon. hidroksida setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
tidak lebih dari 110,0% Al(OH)3, dari jumlah yang
Penetapan kadar polidimetilsiloksan tertera pada etiket. Dapat mengandung minyak permen,
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari gliserol, sorbitol, sukrosa, sakarin atau penambah rasa
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet lain dan dapat mengandung bahan antimikroba yang
setara dengan lebih kurang 33 mg simetikon, masukkan sesuai.
ke dalam wadah bulat bermulut sempit dan bertutup ulir
120 ml, tambahkan 40 ml natrium hidroksida 0,1 N, Pemerian Suspensi kental, putih, jika dibiarkan akan
aduk hingga terdispersi. Tambahkan 20 ml toluen P, terjadi sedikit cairan jernih yang memisah.
tutup wadah dengan sumbat inert kocok selama 30 menit
pada pengocok resiprokal (lebih kurang 200 osilasi per Identifikasi
menit dan goyangan 38  2 mm). Masukkan campuran A. Masukkan 1g zat dalam labu bersumbat dilengkapi
ke dalam corong pisah 125 ml, biarkan memisah. pipa kaca yang ujungnya dicelupkan ke dalam kalsium
- 92 -

hidroksida LP dalam tabung reaksi. Tambahkan ke Prosedur Timbang saksama sejumlah gel setara
dalam labu 5 ml asam klorida 3 N dan tutup segera: dengan 1,5 g aluminium hidroksida, Al(OH)3, masukkan
terbentuk gas dalam labu dan terbentuk endapan dalam ke dalam gelas piala, tambahkan 15 ml asam klorida P
tabung reaksi. dan panaskan perlahan-lahan sampai larut sempurna.
B. Larutan dalam labu yang diperoleh dari Identifikasi Dinginkan, masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml,
A memberikan reaksi Aluminium cara A dan B seperti encerkan dengan air sampai tanda, campur. Pipet 20 ml
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. larutan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan secara
berurutan sambil diaduk terus-menerus 25,0 ml Titran
Batas mikroba <51> Jumlah mikroba aerob tidak lebih dinatrium edetat, dan 20 ml larutan dapar asam asetat-
dari 100 per ml, dan tidak mengandung Escherichia coli. amonium asetat LP. Kemudian panaskan larutan
mendekati titik didih selama 5 menit. Dinginkan dan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml ditizon LP. Titrasi
65,0% dari angka miliekuivalen yang dihitung dari hasil larutan dengan zink sulfat 0,05 M LV sampai warna
Penetapan kadar yang diperoleh. Tiap mg aluminium berubah dari hijau lembayung menjadi merah muda.
hidroksida, Al(OH)3 mempunyai kapasitas penetralan Lakukan penetapan blangko menggunakan 20 ml air.
asam 0,0385 miliekuivalen.
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M
pH <1071> Antara 5,5 dan 8,0; lakukan penetapan setara dengan 3,900 mg Al(OH)3
secara potensiometrik.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Klorida Tidak lebih dari 4,7% dihitung terhadap dan hindarkan dari pembekuan.
kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3. Timbang
saksama gel setara dengan 600 mg aluminium
hidroksida, Al(OH)3, masukkan ke dalam cawan GELALUMINIUM HIDROKSIDAKERING
porselen. Tambahkan 0,1 ml kalium kromat LP dan 25 Aluminium Hydroxide Dried Gel
ml air. Aduk dan tambahkan perak nitrat 0,1 N hingga
terjadi warna merah muda lemah yang stabil: diperlukan Aluminium hidroksida [21645-51-2]
tidak lebih dari 8,0 ml perak nitrat 0,1 N. Al(OH)3 BM 78,00

Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,8 % dihitung terhadap Gel Aluminium Hidroksida Kering adalah bentuk amorf
kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3; lakukan aluminium hidroksida, sebagian hidroksida disubstitusi
penetapan dengan menambahkan 5,0 ml asam klorida 3 dengan karbonat. Mengandung setara tidak kurang dari
N pada sejumlah gel yang ditimbang saksama setara 76,5% aluminium hidroksida, Al(OH)3, dan dapat
dengan 300 mg aluminium hidroksida, Al(OH)3. mengandung aluminium karbonat dan aluminium
Panaskan sampai larut, dinginkan, encerkan dengan air bikarbonat basa dalam jumlah bervariasi.
sampai 250 ml dan saring bila perlu: 20 ml filtrat yang
diperoleh menunjukkan sulfat tidak lebih keruh dari 0,20 Pemerian Serbuk amorf; putih; tidak berbau; tidak
ml asam sulfat 0,02 N. berasa.

Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj, dihitung Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam
terhadap kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3. etanol, larut dalam asam mineral encer dan dalam
Buat Larutan baku seperti pada Uji Batas Arsen, kecuali larutan alkali hidroksida.
3 μg arsen diganti 5 μg. Buat Larutan uji sebagai
berikut: Timbang saksama gel setara dengan 500 mg Baku pembanding Gel Aluminium Hidroksida Kering
aluminium hidroksida, Al(OH)3, larutkan dalam 20 ml BPFI tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
asam sulfat 7 N.
Identifikasi
Logam berat <371> Tidak lebih dari 83 bpj, dihitung A. Spektrum serapan inframerah zat yang
terhadap kandungan aluminium hidroksida, Al(OH)3; didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
lakukan penetapan dengan melarutkan sejumlah gel yang maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
ditimbang saksama setara dengan 240 mg aluminium seperti pada Gel Aluminium Hidroksida Kering BPFI.
hidroksida, Al(OH)3 dalam 10 ml asam klorida 3 N B. Larutkan 500 mg dalam 10 ml asam klorida 3 N
dengan pemanasan, saring bila perlu dan encerkan dengan penghangatan: larutan menunjukkan reaksi
dengan air hingga 25 ml. Aluminium cara A, B seperti tertera pada Uji Identifikasi
Umum <291>.
Penetapan kadar
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari
tertera pada Penetapan kadar dalam Aluminium Kalium 25,0 miliekuivalen per gram; lakukan penetapan
Sulfat.
- 93 -
menggunakan 400 mg zat seperti tertera pada Serbuk ALUMINIUM KALIUM SULFAT
dalam Larutan Uji. Tawas
Aluminum Potassium Sulfate
pH <1071> Tidak lebih dari 10,0; lakukan menggunakan
larutan terdispersi dalam air (1 dalam 25). Aluminium kalium sulfat (1:1:2) dodekahidrat (7784-24-
9)
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,85%; lakukan AlK(SO4)2.12H2O BM 474,38
penetapan sebagai berikut: Larutkan 1,0 g dalam 30 ml
asam nitrat 2 N, didihkan, tambahkan air hingga 100 ml Aluminium Kalium Sulfat mengandung tidak kurang
dan saring. Encerkan 5,0 ml filtrat dengan air volume dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5% AlK(SO4)2,
sama: menunjukkan klorida tidak lebih keruh dari 0,60 ml dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
asam klorida 0,02 N.
Pemerian Hablur kasar tidak berwarna, pecahan hablur
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,6%, lakukan penetapan atau serbuk putih; tidak berbau; rasa agak manis dan
sebagai berikut: Larutkan 330 mg zat dalam 15 ml asam kelat. Larutan bereaksi asam terhadap lakmus.
klorida 3 N, didihkan, tambahkan air hingga 250 ml dan
saring: 25,0 ml filtrat menunjukkan sulfat tidak lebih Kelarutan Mudah larut dalam air; sangat mudah larut
keruh dari 0,20 ml asam sulfat 0,02 N. dalam air mendidih; mudah larut meskipun lambat
dalam gliserin; tidak larut dalam etanol.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 8 bpj; lakukan
penetapan sebagai berikut : Larutkan 1,5 g zat dalam 80 Identifikasi
ml asam sulfat 7 N, encerkan dengan air hingga 220 ml; A. Pada larutan (1 dalam 20) tambahkan tetes demi
55 ml larutan memenuhi syarat Uji Batas Arsen tanpa tetes natrium hidroksida 1 N: terbentuk endapan yang
penambahan 20 ml asam sulfat 7 N seperti tertera pada larut dalam pereaksi berlebih. Tidak terbentuk amoniak.
Prosedur. B. Bakar di dalam nyala api (tidak berwarna) terjadi
nyala warna ungu.
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 60 bpj; C. Pada 5 ml larutan jenuh tambahkan 10 ml natrium
lakukan penetapan sebagai berikut: Larutkan 330 mg zat bitartrat LP terbentuk endapan hablur; putih dalam
dalam 10 ml asam klorida 3 N dengan pemanasan, jika waktu 30 menit
perlu saring, encerkan dengan air hingga 25 ml. D. Larutan (1 dalam 20) menunjukkan reaksi
Aluminium cara A dan B, dan reaksi Sulfat cara A, B dan
Penetapan kadar C seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Titran dinatrium edetat Buat dan bakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar dalam Aluminium Kalium Susut pengeringan <1121> Antara 43,0% - 46,0%;
Sulfat. lakukan pengeringan dengan cara sebagai berikut:
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 2 g zat, Panaskan 2,0 g zat dalam krus porselen di dalam tanur
larutkan dalam 15 ml asam klorida P dengan pada suhu 200º. Naikkan suhu 400º dan keringkan pada
pemanasan, dinginkan dan masukkan ke dalam labu suhu 400º hingga bobot tetap. Dinginkan dalam
tentukur 500-ml, tambahkan air sampai tanda dan desikator dan timbang.
campur. Pipet 20 ml larutan ke dalam gelas piala 250 ml,
tambahkan secara berurutan 25,0 ml Titran dinatrium Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
edetat dan 20 ml dapar asam asetat-amonium asetat LP,
panaskan larutan hingga hampir mendidih selama 5 Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 20 bpj;
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml lakukan penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam air
ditizon LP. Titrasi dengan zink sulfat 0,05M LV sampai sampai 20 ml, tambahkan 5 ml asam klorida 0,1 N.
berwarna merah muda cerah. Lakukan penetapan Uapkan larutan dalam cawan porselen sampai kering.
blangko menggunakan 20 ml air. Tambahkan 20 ml air pada residu, dan tambahkan 50 mg
hidroksilamina hidroklorida P. Panaskan larutan di atas
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M tangas uap selama 10 menit, dinginkan, encerkan dengan
setara dengan 3,900 mg Al(OH)3 air hingga 25 ml, lanjutkan penetapan, kecuali pada
Larutan baku tambahkan 50 mg hidroksilamin
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. hidroklorida P.

Besi <321> Pada 20 ml larutan (1dalam 150) tambahkan


5 tetes kalium heksasianoferat(II) LP: tidak segera
terjadi warna biru.
- 94 -

Penetapan kadar Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol
Titran dinatrium edetat Larutkan 18,6 g dinatrium dan dalam kloroform.
edetat P dalam air hingga 1000 ml dan bakukan larutan
dengan cara sebagai berikut: Timbang saksama lebih Baku pembanding Amantadin Hidroklorida BPFI;
kurang 2 g kawat aluminium, masukkan ke dalam labu tidak boleh dikeringkan sebelum digunakan.
tentukur 1000-ml, tambahkan 50 ml campuran asam
klorida P-air (1:1). Goyang labu dan diamkan hingga Identifikasi Larutkan lebih kurang 50 mg dalam 10 ml
seluruh aluminium terlarut. Encerkan dengan air sampai asam klorida 0,1 N, saring ke dalam corong pisah,
tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 1 ml natrium hidroksida 5 N dan ekstraksi
tambahkan dengan pengadukan terus-menerus berturut- dengan 5 ml diklorometan P. Saring ekstrak melalui
turut 25,0 ml Titran dinatrium edetat dan 20 ml dapar natrium sulfat anhidrat P, bilas natrium sulfat anhidrat
asam asetat-amonium asetat LP, didihkan hati-hati P dengan 2 ml diklorometan P; spektrum serapan
selama 5 menit. Dinginkan , tambahkan 50 ml etanol P inframerah filtrat dalam sel 1 mm menunjukkan
dan 2 ml ditizon LP dan titrasi dengan zink sulfat 0,05 M maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
LV hingga terjadi warna merah muda cerah. Lakukan seperti pada Amantadin Hidroklorida BPFI.
penetapan blangko. Hitung molaritas larutan dengan
rumus: Kejernihan dan warna larutan Larutkan 2 g zat dalam
10 ml air; larutan jernih dan hampir tidak berwarna.
W
26 ,98 V pH <1071> Antara 3,0 dan 5,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan (1 dalam 5).
W adalah bobot dalam mg aluminium dalam larutan
yang digunakan; V adalah volume dalam ml Titran Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj;
dinatrium edetat yang digunakan. lakukan penetapan menggunakan 1 ml asam asetat 1 N
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 800 mg zat, pada Larutan uji.
masukkan ke dalam gelas piala 400 ml, basahkan dengan
1 ml asam asetat glasial P dan tambahkan 50 ml air; Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
50,0 ml titran dinatrium edetat dan 20 ml dapar asam tidak lebih dari 0,3%; jumlah semua cemaran tidak lebih
asetat-amonium asetat LP. Hangatkan di atas tangas uap dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara
sampai melarut sempurna, didihkan perlahan selama 5 Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
menit. Dinginkan, tambahkan 50 ml etanol P dan 2 ml <931>.
ditizon LP. Titrasi dengan zink sulfat 0,05 M sampai Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang
berwarna merah muda cerah. Lakukan penetapan 500 mg adamantan, masukkan ke dalam labu tentukur
blangko. 10-ml, larutkan dan encerkan dengan diklorometan P
sampai tanda.
Tiap ml titran dinatrium edetat 0,05 M Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg
setara dengan 12,91 mg AlK(SO4)2 Amantadin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
corong pisah. Tambahkan 20 ml natrium hidroksida 5 N,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. dan 18 ml diklorometan P, kocok selama 10 menit.
Buang lapisan air, keringkan lapisan organik dengan
penambahan natrium sulfat anhidrat P, dan biarkan
AMANTADIN HIDROKLORIDA beberapa saat hingga air benar-benar sudah tidak ada.
Amantadine Hydrochloride Saring dan kumpulkan filtrat dalam labu tentukur 20-ml,
tambahkan 0,2 ml Larutan baku internal, encerkan
dengan diklorometan P sampai tanda.
NH2
CH2 H2C Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
HCl
masukkan ke dalam corong pisah. Tambahkan 20 ml
CH2
natrium hidroksida 5,0 N, dan 18 ml diklorometan P,
kocok selama 10 menit. Buang lapisan air, keringkan
1-Adamantanamina Hidroklorida [665-66-7] bagian organik dengan penambahan natrium anhidrat
C10H17N.HCl BM 187,71 sulfat P, dan biarkan beberapa saat hingga air benar-
benar sudah tidak ada. Saring dan kumpulkan filtrat
Amantadin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari dalam labu tentukur 20-ml, tambahkan 0,2 ml Larutan
98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C10H17N.HCl. baku internal, encerkan dengan diklorometan P sampai
tanda.
Pemerian Serbuk hablur; putih atau praktis putih; rasa Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pahit. Kromatografi <931>. Kromatografi gas dilengkapi
dengan detektor ionisasi nyala, dan kolom leburan silika
0,53-mm x 30-m berisi bahan pengisi G27 dengan tebal
- 95 -
lapisan 1,0-µm. Gunakan helium P sebagai gas Amfetamin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,0%
pembawa, laju alir lebih kurang 4 ml per menit, dan dan tidak lebih dari 102,0% (C9H13N)2.H2SO4, dihitung
”split rate” lebih kurang 200 ml per menit dengan terhadap zat yang telah dikeringkan pada suhu 105º
perbandingan ”split” 50:1. Suhu awal kolom 70º selama selama 2 jam.
5 menit, kemudian naikkan secara linier 10º per menit
hingga 250º dan pertahankan selama 17 menit. Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; agak
Pertahankan suhu injektor pada 220º dan detektor pada pahit. Larutan bersifat asam terhadap lakmus dengan pH
300º. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku. 5 - 6.
Rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk Kelarutan Mudah larut dalam air, sukar larut dalam
adamantan dan amantadin berturut-turut adalah lebih etanol; tidak larut dalam eter.
kurang 0,7 dan 1,0; resolusi, R, antara adamantan dan
amantadin tidak kurang dari 20; dan simpangan baku Baku pembanding Dekstroamfetamin Sulfat BPFI;
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5,0%. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
sama (lebih kurang 2 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Identifikasi
respons semua puncak. A. Larutkan 100 mg zat dalam 5 ml air, tambahkan 5
Hitung persentase masing-masing cemaran dalam zat ml natrium hidroksida 1 N dinginkan hingga lebih
dengan rumus: kurang 10º, tambahkan 1ml campuran benzoil klorida-
eter P (1:2) tutup dan kocok selama 3 menit. Saring
R  W S  endapan, cuci dengan lebih kurang 10 ml air dingin dan
100  i  
 RS  WU  rekristalisasi dari etanol encer P, terbentuk hablur
turunan benzoil dari amfetamin, setelah pengeringan
Ri adalah perbandingan respons puncak masing-masing pada suhu 80º selama 3 jam, melebur antara 131 -135º,
cemaran terhadap adamantan dari Larutan uji; Rs adalah menggunakan Metode I seperti tertera pada Penetapan
perbandingan respons puncak amantadin terhadap Jarak Lebur atau Suhu Lebur <1021>.
respons puncak adamantan dari Larutan baku; Ws adalah B. Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Sulfat
bobot Amantandin Hidroklorida BPFI dalam mg yang cara A, B dan C seperti tertera pada Uji Identifikasi
digunakan dalam Larutan baku; dan WU adalah bobot zat Umum <291>.
dalam mg, yang digunakan dalam Larutan uji.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Cemaran senyawa organik mudah menguap lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam.
<471>Metode I Memenuhi syarat.
Dekstroamfetamin Larutan (1 dalam 50) tidak optik
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 120 aktif.
mg zat, larutkan dalam campuran 30 ml asam asetat
glasial P dan 10 ml raksa(II) asetat LP, Titrasi dengan Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran
asam perklorat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir secara tidak lebih dari 0,1% dan total cemaran tidak lebih dari
potensiometrik menggunakan elektrode yang sesuai. 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
Lakukan penetapan blangko. cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N Pengencer Encerkan 3,12 ml asam fosfat P dengan air
setara dengan18,77 mg C10H17N.HCl hingga 1000 ml.
Larutan dapar Larutkan 2,16 g natrium 1-
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. oktanasulfonat P dalam 1000 ml air, dan tambahkan 1,0
ml trietilamin P. Atur pH hingga 2,5 dengan
penambahan asam fosfat P.
Fase gerak Buat campuran Larutan dapar-asetonitril
AMFETAMIN SULFAT
P-metanol P (144:37:19), saring dan awaudarakan. Jika
Amphetamine Sulphate perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
H2 H(NH2)
H2SO4
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
C C CH3
Dekstroamfetamin Sulfat BPFI, encerkan dengan
Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml.
2
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku
(±)-Metilfenitilamina sulfat (2:1) [60-13-9] persediaan, encerkan dengan Pengencer hingga
(C9H13N)2.H2SO4 BM 368,49 diperoleh larutan dengan kadar lebih kurang 0,003 mg
per ml.
- 96 -

Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat, Identifikasi Memenuhi Identifikasi seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan Amfetamin Sulfat.
dalam 50 ml Pengencer, sonikasi selama 5 menit,
encerkan dengan Pengencer sampai tanda. pH <1071> 5,8 - 6,3.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x Injeksi.
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
kromatografi terhadap Larutan baku persediaan, rekam pada Titrasi Bebas Air <681> Metode I, menggunakan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera sisa yang diperoleh sebagai berikut: Sejumlah volume
pada Prosedur; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0 dan injeksi setara dengan 300 mg zat, masukkan ke dalam
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak corong pisah. Tambahkan 4 ml natrium karbonat LP,
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan ekstraksi 4 kali tiap kali dengan10 ml kloroform P.
uji, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Saring kumpulan ekstrak melalui kapas yang dilapisi
tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak dengan natrium sulfat anhidrat P, uapkan ekstrak di atas
amfetamin dan puncak lain jika ada, tidak kurang dari tangas air.
1,5.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Tiap ml asam perklorat 0,1 N
sama (lebih kurang 50µl) Larutan baku dan Larutan uji setara dengan 36,85 mg (C9H13N)2.H2SO4
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase tiap cemaran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal.
dalam zat uji dengan rumus:

C   ri  TABLET AMFETAMIN SULFAT


10 .000    
Amphetamine Sulphate Tablet
W   rs 
Tablet Amfetamin Sulfat mengandung Amfetamin Sulfat
C adalah kadar Dekstroamfetamin Sulfat BPFI dalam mg
(C9H13N)2.H2SO4, tidak kurang dari 93,0% dan tidak
per ml Larutan baku; W adalah bobot dalam mg lebih dari 107,0% dari jumlah tertera pada etiket.
amfetamin sulfat yang digunakan untuk Larutan uji; ri
adalah respons puncak masing-masing cemaran dari
Identifikasi
Larutan uji dan rs adalah respons puncak Amfetamin
Maserasi sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
Larutan baku.
kurang 50 mg amfetamin sulfat, dengan 10 ml air selama
30 menit dan saring ke dalam labu kecil. Pada filtrat
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> tambahkan 3 ml natrium hidroksida 1 N. Dinginkan
Metode I Memenuhi syarat.
hingga lebih kurang 10°- 15º, tambahkan 1 ml campuran
benzoil klorida P–eter P (1:2), tutup dan kocok selama 3
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
menit; saring endapan, cuci dengan lebih kurang 15 ml
mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P,
air dingin dan rekristalisasi dua kali dengan etanol encer
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV, tetapkan titik P; terbentuk hablur turunan benzoil dari amfetamin,
akhir secara potensiometri. Lakukan penetapan blangko,
setelah pengeringan pada suhu 80º selama 2 jam,
dan buat koreksi bila perlu.
melebur antara 131° dan 135º, menggunakan Metode I
seperti tertera pada Penetapan Jarak Lebur atau Suhu
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Lebur <1021>.
setara dengan36,85 mg (C9H13N)2.H2SO4
Disolusi <1231>Prosedur untuk gabungan sampel.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Media disolusi : 500 ml air.
Alat tipe I: 100 rpm.
Waktu : 45 menit.
INJEKSI AMFETAMIN SULFAT Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-heptansulfonat P
Amphetamine Sulphate Injection dalam 575 ml air. Tambahkan 25 ml asam asetat encer P
(14 dalam 100) dan 400 ml metanol P. Jika perlu atur pH
Injeksi Amfetamin Sulfat mengandung Amfetamin hingga 3,3 ± 0,1 dengan penambahan tetes demi tetes
sulfat, (C9H13N)2.H2SO4, tidak kurang dari 95,0% dan asam asetat glasial P, saring dan awaudarakan. Jika
tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
etiket. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
- 97 -
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x (C9H13N)2.H2SO4, dalam serbuk tablet yang digunakan
30 cm, berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 dengan rumus sebagai berikut:
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, dan ukur respons puncak seperti tertera pada 0,01C
 AU 257  AU 280 
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ( AS 257  AS 280 )
ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang C adalah kadar dalam µg per ml Dekstroamfetamin
500 µl) filtrat alikuot ke dalam kromatograf, rekam sulfat BPFI dalam Larutan baku; AS adalah serapan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Hitung Larutan baku dan AU adalah serapan Larutan uji.
jumlah (C9H13N)2.H2SO4 terlarut dan bandingkan dengan
larutan baku Dekstroamfetamin Sulfat BPFI yang Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
diketahui kadarnya dalam media yang sama.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) (C9H13N)2.H2SO4, dari jumlah AMFOTERISIN B
tertera pada etiket. Amphotericin B
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat

Penetapan kadar
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Dekstoamfetamin Sulfat BPFI, larutkan dalam asam
sulfat 2 N (yang dijenuhkan dengan kloroform P), dan
encerkan secara kuantitatif dengan pelarut yang sama
hingga diperoleh kadar lebih kurang 0,5 mg per ml Asam [1R-(1R*,3S*,5R*,6R*,9R*,11R*,15S*,
dekstroamfetamin sulfat. 16R*,17R*,18S*,19E,21E,23E,25E,27E,29E,31E,33R*,3
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari 5S*,36R*,37S*)]-33-[(3-amino-3,6-dideoksi-β-D-
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet manopiranosil)-oksi]-1,3,5,6,9,11, 17,37-oktahidroksi-
setara dengan lebih kurang 5 mg amfetamin sulfat, 15,16,18-trimetil-13-okso-14,39dioksabisiklo[33.3.1]-
masukkan ke dalam gelas piala 100 ml, tambahkan 2 ml nonatriakonta-19,21,23,25,27,29,31-heptaena-36-
larutan asam klorida P (1 dalam 100) goyang perlahan- karboksilat [1397-89-3]
lahan hingga serbuk basah, hangatkan di atas tangas uap C47H73NO17 BM 924,09
selama lebih kurang 1 menit dengan sesekali digoyang
perlahan dan dinginkan. Tambahkan 3 g tanah silika Amfoterisin B mempunyai potensi tidak kurang dari 750
yang telah dimurnikan dan campur hingga diperoleh µg C47H73NO17 per mg, dihitung terhadap zat yang telah
campuran halus. dikeringkan.
Kolom kromatografi Siapkan kolom kromatografi 2,5
x 30 cm, masukkan segumpal wol kaca halus. Pemerian Serbuk; kuning sampai jingga; tidak berbau
Tempatkan 2 g tanah silika yang telah dimurnikan, atau praktis tidak berbau.
masukkan ke dalam labu piala 100 ml, tambahkan 1 ml
asam klorida 0,1 N dan campur sampai diperoleh masa Kelarutan Tidak larut dalam air, dalam etanol mutlak,
seperti bubur. Pindahkan campuran ke dalam kolom, dalam eter, dalam benzen, dan dalam toluen; larut dalam
mampatkan. Masukkan Larutan uji, bilas labu dengan 1 dimetilformamida, dalam dimetil sulfoksida dan dalam
g tanah silika yang telah dimurnikan, masukkan ke propilen glikol; sukar larut dalam metanol.
dalam kolom, kemudian tutup dengan wol kaca.
Prosedur Cuci kolom dengan 100 ml kloroform jenuh Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
air, buang hasil cucian. Tempatkan corong pisah 125 ml pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
yang berisi 10 ml asam sulfat 2 N di bawah kolom. pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan. Nistatin
Tambahkan melalui kolom 35 ml kloroform amoniakal BPFI; lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih
yang dibuat dengan menyeimbangkan (2 ml amonium dari 5 mmHg pada suhu 40º selama 2 jam sebelum
hidroksida P dan 100 ml kloroform P), kemudian digunakan.
tambahkan 70 ml kloroform jenuh air. Pindahkan corong
pisah, kocok kuat-kuat selama 1 menit dan biarkan Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet Larutan uji
lapisan memisah, buang lapisan kloroform. Gunakan 10 yang dibuat seperti tertera pada Uji Amfoterisin A
ml larutan asam garam sulfat dari amfetamin sebagai menunjukkan maksimum pada panjang gelombang yang
larutan uji. Kemudian secara berturut-turut tetapkan sama antara 240 - 320 nm seperti pada Larutan baku
serapan larutan dari Larutan baku dan Larutan uji dalam Amfoterisin B dalam Uji Amfoterisin A, kecuali adanya
sel 1-cm pada 280 nm dan pada panjang gelombang puncak tambahan pada lebih kurang 304 nm. Spektrum
maksimum serapan sekitar 257 nm dengan serapan ultraviolet dan cahaya tampak larutan yang
menggunakan asam sulfat 2 N jenuh kloroform sebagai diperoleh dengan pengenceran Larutan uji dengan 9
blangko. Hitung jumlah dalam mg, amfetamin sulfat,
- 98 -

volume metanol P menunjukkan maksimum pada Penetapan kadar Lakukan penetapan seperti tertera
panjang gelombang 320 - 400 nm seperti pada Larutan pada Penetapan potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
baku Amfoterisin B. <131>.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler tidak tembus cahaya, simpan di tempat dingin.
pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
SALEP AMFOTERISIN B
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%, sisa Amphotericin B Ointment
pengarangan dibasahi dengan 2 ml asam nitrat P dan5
tetes asam sulfat P. [Catatan Amfoterisin B yang Salep Amfoterisin B adalah Amfoterisin B dalam dasar
digunakan untuk menyiapkan sediaan dermatologi krim, salep yang sesuai,mengandung Amfoterisin B,
losio, salep, suspensi oral dan kapsul: tidak lebih dari C47H73NO17,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
3,0%]. 125,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Amfoterisin A Tidak lebih dari 5,0%, dihitung terhadap Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
zat yang telah dikeringkan. pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan.
Amfoterisin B, larutkan dengan 10,0 ml dimetil
sulfoksida P dalam labu tentukur 50-ml, encerkan Isi minimum <861>Memenuhi syarat.
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metanol P Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%; lakukan
sampai tanda. penetapan menggunakan campuran 20 ml karbon
Larutan baku Nistatin Timbang saksama lebih kurang tetraklorida P-kloroform P-metanol P (2:2:1) sebagai
20 mg Nistatin BPFI, larutkan dengan 40,0 ml dimetil ganti metanol P.
sulfoksida P dalam labu tentukur 200-ml, encerkan
dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke Penetapan kadar Lakukan penetapan amfoterisin B
dalam labu tentukur 50-ml, encerkan dengan metanol P seperti tertera pada Penetapan Potensi Antibiotik secara
sampai tanda. Mikrobiologi <131>. Timbang saksama sejumlah salep
Larutan baku Amfoterisin B Timbang saksama lebih setara dengan 30 mg amfoterisin B, tambahkan 10,0 ml
kurang 50 mg Amfoterisin B BPFI, larutkan dengan 10,0 eter P dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca yang
ml dimetilsulfoksida P dalam labutentukur 50-ml, sesuai, biarkan selama 1 jam dengan sesekali dikocok.
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Pipet 4 ml Tambahkan 20,0 ml dimetil sulfoksida P, kocok secara
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml dan encerkan mekanik selama 10 menit. Encerkan secara kuantitatif
dengan metanol P sampai tanda. Larutan dibuat segar. dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P hingga kadar
Prosedur Tetapkan serapan Larutan baku dan Larutan lebih kurang 20 µg per ml. Encerkan dengan dapar
uji pada panjang gelombang 304 nm dan 282 nm, nomor 10 untuk mendapatkan Enceran larutan uji yang
gunakan dimetil sulfoksida P dalam metanol P(1 dalam mempunyai kadar setara dengan aras dosis tengah baku.
62,5) sebagai blangko. Hitung persentase Amfoterisin A
dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
wadah tertutup baik.

25WN AB 282  AU 304  AB 304  AU 282  
A B 282 
 AN 304  AB 304  AN 282  WU
AMFOTERISIN B UNTUK INJEKSI
Amphotericin B for Injection
WN adalah bobot Nistatin BPFI dalam mg; AB282 dan
AB304 berturut turut adalah serapan Larutan baku
Amfoterisin B untuk Injeksi adalah sediaan steril
Amfoterisin B pada panjang gelombang 282 nm dan 304
kompleks Amfoterisin B dan Natrium Deoksikolat dan
nm; AN282 dan AN304 berturut-turut adalah serapan
satu atau lebih dapar yang sesuai, mengandung
Larutan baku Nistatin pada panjang gelombang 282 nm
Amfoterisin B, C47H73NO17, tidak kurang dari 90,0% dan
dan 304 nm; AU282 dan AU304 berturut-turut adalah
tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada
serapan Larutan uji pada panjang gelombang 282 nm
etiket.
dan 304 nm; Wu adalah bobot Amfoterisin B dalam mg.
[Catatan Amfoterisin B yang digunakan untuk sediaan
Baku pembanding Amfoterisin B BPFI; lakukan
dermatologi krim, losio, salep, suspensi oral dan kapsul
pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg
mengandung tidak lebih dari 15% Amfoterisin A yang
pada suhu 60º selama 3 jam sebelum digunakan.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan].
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
- 99 -
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi, O-3-Amino-3-deoksi-α-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang deoksi-α-D-glukopiranosil(1 6)]-N3-(4-amino-L-2-
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. hidroksi-butiril)-2-deoksi-L-streptamina [37517-28-5]
C22H43N5O13 BM 585,61
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 5,0 unit
Endoktoksin FI per mg amfoterisin B. Bila digunakan Amikasin mempunyai potensi tidak kurang dari 900 µg
atau dicantumkan pada etiket untuk injeksi intratekal, C22H43N5O13 per mg, dihitung terhadap zat anhidrat.
tidak lebih dari 0,9 unit Endoktoksin FI per mg
amfoterisin B. Pemerian Serbuk hablur; putih.

Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan Kelarutan Agak sukar larut dalam air.
dengan Prosedur uji menggunakan penyaringan
membran, menggunakan 50 mg zat tiap wadah. Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah
pH <1071> Antara 7,2 dan 8,0; lakukan penetapan tertutup rapat, terlindung cahaya pada tempat sejuk.
menggunakan larutan 10 mg amfoterisin B per ml. Kanamisin Sulfat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 8,0%; terlindung cahaya pada tempat sejuk.
lakukan pengeringan dalam botol bertutup kapiler
dengan tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60° Identifikasi
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat. A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan Fase gerak Campuran metanol P-amonium hidroksida
<911> dan Penandaan seperti tertera pada Injeksi. P-kloroform P (60:30:25).
Larutan baku Timbang sejumlah zat, larutkan dalam
Penetapan kadar air hingga kadar 6 mg per ml.
Larutan uji 1 (Dalam wadah dosis tunggal) Larutkan Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam air
sesuai dengan yang tertera pada etiket. Keluarkan hingga kadar 6 mg per ml.
seluruh isi menggunakan jarum suntik sesuai. Encerkan Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 3
secara kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida µl Larutan baku, Larutan uji dan campuran dari
P hingga kadar lebih kurang 20 µg amfoterisin B per ml. sejumlah volume sama Larutan baku dan Larutan uji
Larutan uji 2 (Jika etiket mencantumkan jumlah pada lempeng silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan
amfoterisin B dalam volume larutan terkonstitusi) lempeng ke dalam bejana kromatografi yang sesuai dan
Larutkan sesuai dengan yang tertera pada etiket. Ukur eluasi bersinambung selama 5 jam 30 menit dengan Fase
saksama sejumlah volume yang dikeluarkan gerak. Angkat lempeng, keringkan di udara, panaskan
menggunakan jarum suntik yang sesuai, encerkan secara pada suhu 110º selama 15 menit. Segera tandai bercak
kuantitatif dan bertahap dengan dimetil sulfoksida P dengan menyemprot lempeng dengan larutan ninhidrin P
hingga kadar lebih kurang 20 µg amfoterisin B per ml. (1 dalam 100) dalam campuran butanol P-piridin P
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada (100:1). Amikasin tampak sebagai bercak berwarna
Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi merah muda. Harga Rf dan warna bercak utama Larutan
<131> menggunakan volume Larutan uji yang diukur uji dan bercak utama campuran Larutan baku dan
saksama, encerkan secara kuantitatif dan bertahap Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan
dengan Dapar nomor 10 untuk mendapatkan Enceran baku.
larutan uji yang mempunyai kadar setara dengan aras B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
dosis tengah baku. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi, simpan dalam Rotasi jenis <1081> Antara +97º dan +105º, dihitung
lemari pendingin dan terlindung cahaya. terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
larutan 20 mg per ml.

AMIKASIN Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.


Amikacin
pH <1071> Antara 9,5 dan 11,5; lakukan penetapan
menggunakan larutan 10 mg per ml.

Air <1031> Metode I tidak lebih dari 8,5%.


- 100 -

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
5 tetes asam sulfat P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. AMIKASIN SULFAT
Fase gerak Buat larutan natrium hidroksida 0,115 N. Amikacin Sulphate
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
Amikasin BPFI dan Kanamisin Sulfat BPFI, larutkan
dalam air hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,02
dan 0,008 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amikasin
BPFI larutkan dalam air hingga kadar lebih kurang 0,02
mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
O-3-Amino-3-deoksi α-D-glukopiranosil(1 4)-O-[6-
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dan
amino-6-deoksi-α-D-glukopiranosil
encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke
(1 6)]-N3-(4-amino-L-2-hidroksibutiril)-2-deoksi-L-
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai
streptamina sulfat (1:2 atau 1:1,8) [39831-55-5]
tanda.
C22H43N5O13.1,8H2SO4 BM 762,14
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C22H43N5O13.2H2SO4 BM 781,75
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor elektrokimia, dengan Amikasin Sulfat dengan perbandingan molar amikasin
elektroda emas, dan elektroda pembanding pH perak- dan sulfat 1:2 mengandung setara tidak kurang dari 674
perak klorida, kolom pelindung berisi bahan pengisi µg dan tidak lebih dari 786 µg C22H43N5O13 per mg,
L47, dan kolom analisis 4 mm x 25 cm berisi bahan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Amikasin
pengisi L47. Detektor elektrokimia yang digunakan Sulfat dengan perbandingan molar amikasin dan sulfat
dengan model amperometrik dengan skala 300 nC, 1:1,8 mengandung setara tidak kurang dari 691 µg dan
dengan hasil 1 V pada skala penuh, waktu kenaikan 0,5 tidak lebih dari 806 µg C22H43N5O13 per mg, dihitung
detik, polaritas positif, potensial E = 0,04 V; t1 = 200 ms; terhadap zat yang telah dikeringkan.
E2 = 0,8 V; t2 = 190 ms; E3 = -0,8 V; t3 = 190 ms. Laju
alir lebih kurang 0,5 ml per menit. Lakukan Pemerian Serbuk hablur; putih.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Kelarutan Mudah larut dalam air.
pada Prosedur: waktu retensi relatif kanamisin dan
amikasin berturut-turut lebih kurang 0,8 dan 1,0; Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh
resolusi, R, antara puncak kanamisin dan puncak dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
amikasin tidak kurang dari 3. Lakukan kromatografi terlindung cahaya, pada tempat sejuk. Kanamisin Sulfat
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur BPFI; tidak boleh dikeringkan simpan dalam wadah
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat sejuk.
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3%. Identifikasi Lakukan penetapan seperti terterapada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Identifikasi dalam Amikasin.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Rotasi jenis <1081> Antara +76º dan +84º, dihitung
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
respons puncak utama. menggunakan larutan 20 mg per ml.
Hitung jumlah dalam µg amikasin, C22H43N5O13, dalam
tiap mg zat dengan rumus: Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.

pH <1071> Antara 2,0 dan 4,0 (garam 1:2) atau antara 6,0
 CE   rU 
 dan 7,3 (garam 1:1,8); lakukan penetapan menggunakan
2500  
 W   rS  larutan 10 mg zat per ml.

C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per ml Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 13,0%;
Larutan baku;E adalah kadar amikasin dalam µg per mg lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg yang mmHg pada suhu 110° selama 3 jam.
- 101 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1,0%; sisa Identifikasi
pengarangan dibasahkan dengan 2 ml asam nitrat P dan A. Encerkan dengan air hingga kadar 6 mg per ml.
5 tetes asam sulfat P. Larutan yang diperoleh memenuhi syarat Identifikasi A
seperti tertera pada Amikasin.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Kromatografi <931>. pada Penetapan kadar.
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku,
dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,33 unit
Penetapan kadar dalam Amikasin. Endotoksin FI per mg.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, setara
dengan 50 mg amikasin, masukkan ke dalam labu pH <1071> Antara 3,5 dan 5,5.
tentukur 250-ml, tambahkan lebih kurang 50 ml air dan
kocok untuk melarutkan. Encerkan dengan air sampai Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu tentukur tertera pada Injeksi volume kecil.
100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
kadar dalam Amikasin. Injeksi.
Hitung jumlah dalam μg amikasin, C22H43N5O13, dalam
tiap mg zat dengan rumus: Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
 CE   rU 

2500   Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem, Larutan baku,
W   rS  dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Amikasin.
C adalah kadar Amikasin BPFI dalam mg per ml Larutan uji Pipet sejumlah volume injeksi, encerkan
Larutan baku; E adalah kadar amikasin dalam µg per mg secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan air
Amikasin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg yang hingga kadar lebih kurang 0,02 mg per ml.
digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-turut Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. kadar dalam Amikasin.
Hitung jumlah dalam mg amikasin, C22H43N5O13, dalam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. tiap ml injeksi dengan rumus:
Penandaan Pada etiket mencantumkan perbandingan
molar amikasin terhadap asam sulfat adalah 1:2 atau  L  CE  rU 
   
1:1,8.  D  1000  rS 

L adalah jumlah amikasin dalam mg per ml injeksi yang


INJEKSI AMIKASIN SULFAT tertera pada etiket; D adalah kadar amikasin dalam mg
Amikacin Sulphate Injection per ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada
etiket per ml dan faktor pengenceran.
Injeksi Amikasin Sulfat adalah larutan steril amikasin
sulfat dalam Air untuk Injeksi atau larutan steril amikasin Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
dalam Air untuk Injeksi yang dibuat dengan bantuan atau wadah dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I atau
asam sulfat, mengandung amikasin C22H43N5O13 tidak Tipe III.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
AMILORIDA HIDROKLORIDA
Baku pembanding Amikasin BPFI; tidak boleh Amiloride Hydrochloride
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat,
terlindung cahaya, pada tempat sejuk. Kanamisin Sulfat NH

BPFI; tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah Cl N CONHCNH2

tertutup rapat, terlindung cahaya, pada tempat sejuk.


HCl 2H2O
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk H2N N NH2

menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,


gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang N-Amidino-3,5-diamino-6-kloropirazina karboksamida
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. monohidroklorida dihidrat [17440-83-4]
C6H8ClN7O.HCl.2H2O BM 302,12
- 102 -

Amilorida Hidroklorida mengandung tidak kurang dari Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C6H8CIN7O.HCl, Metode V Memenuhi syarat.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pelarut Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P.

Pemerian Serbuk kuning hingga kuning kehijauan; tidak Kemurnian kromatografi Lakukan Kromatografi lapis
berbau atau praktis tidak berbau. tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-amonium
Kelarutan Sukar larut dalam air; tidak larut dalam eter, hidroksida 3 N (15:2)
dalam etil asetat, dalam aseton dan dalam kloroform; Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amilorida
mudah larut dalam dimetilsulfoksida; agak sukar larut Hidroklorida BPFI dan buat satu seri larutan A, B, C, D,
dalam metanol. E dan F dengan melarutkan dan mengencerkan dalam
campuran metanol P-kloroform P (4:1) hingga kadar
Baku pembanding Amilorida Hidroklorida BPFI; berturut-turut 4000, 40, 20, 8, 4 dan 2 µg per ml.
lakukan Analisis termogravimetri seperti tertera pada Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Analisis Termal <741>; lakukan penetapan sebagai dalam campuran metanol P-kloroform P (4:1) hingga
berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat, kadar 4 µg per ml.
panaskan dengan kenaikan suhu 10° permenit antara Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl
suhu kamar sampai 225° di bawah aliran nitrogen P Larutan baku A, B, C, D, E dan F dan Larutan uji pada
dengan laju alir 40 ml per menit. Dari termogram lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25 mm yang
tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama pemanasan sebelumnya telah dicuci dengan metanol P. Masukkan
antara suhu kamar dan suhu lebih kurang 200°saat kurva lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak
mulai mendatar. hingga merambat lebih kurang tiga per empat tinggi
lempeng. Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap.
Identifikasi Amati di bawah cahaya ultraviolet panjang gelombang
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah 366 nm: hingga Rf bercak utama dari Larutan uji sesuai
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan dengan Larutan baku A. Perkirakan kadar setiap bercak
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama lain selain bercak utama dari Larutan uji dengan
seperti pada Amilorida Hidroklorida BPFI yang telah membandingkan terhadap bercak utama dari Larutan
dikeringkan. baku B, C, D, E dan F: jumlah intensitas bercak lain
B. Buat larutan dalam air hingga kadar lebih kurang tidak lebih dari bercak utama Larutan baku B atau tidak
600 µg per ml, dan encerkan secara kuantitatif dan lebih dari 1,0%.
bertahap dengan asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih
kurang 9,6 µg per ml. Spektrum serapan ultraviolet Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450
larutan ini menunjukkan maksimum dan minimum pada mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P,
panjang gelombang yang sama seperti pada Amilorida tambahkan 10 ml raksa(II) asetat LP, dan 15 ml dioksan
Hidroklorida BPFI. P, campur. Tambahkan kristal violet LP dan titrasi
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti dengan asam perklorat 0,1 N LV. Lakukan penetapan
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. blangko.

Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 100 ml campuran Tiap ml asam perklorat 0,1 N
metanol P-air (1:1), titrasi dengan natrium hidroksida setara dengan26,61 mg C6H8CIN7O.HCl
0,1 N LV, tetapkan titik akhir secara potensiometrik:
diperlukan tidak lebih dari 0,30 ml (0,1% sebagai HCl). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

Susut pengeringan Tidak kurang dari 11,0% dan tidak


lebih dari 13,0%; [Catatan Jumlah zat uji yang TABLET AMILORIDA HIDROKLORIDA
digunakan pada penetapan jika perlu dapat disesuaikan Amiloride Hydrochloride Tablet
dengan kepekaan alat]. Lakukan penetapan secara
Analisis Termal <741> sebagai berikut: Timbang Tablet Amilorida Hidroklorida mengandung Amilorida
saksama lebih kurang 10 mg zat, panaskan dengan Hidroklorida, C6H8CIN7O.HCl, tidak kurang dari 90,0%
kenaikan suhu 10º per menit antara suhu kamar dan 225° dan tidak lebih dari 110,0 % dari jumlah yang tertera
di bawah aliran nitrogen P dengan laju alir 40 ml per pada etiket.
menit. Dari termogram tetapkan akumulasi penyusutan
bobot selama pemanasan antara suhu kamar dan suhu Baku pembanding Amilorida Hidroklorida BPFI;
lebih kurang 200° saat kurva mulai mendatar. lakukan Analisis termogravimetri seperti tertera pada
Analisis Termal <741>; lakukan penetapan sebagai
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. berikut: Timbang saksama lebih kurang 10 mg zat,
panaskan dengan kenaikan suhu 10° per menit antara
suhu kamar sampai 225o di bawah aliran nitrogen P
- 103 -
dengan Laju alir 40 ml per menit. Dari termogram
tetapkan akumulasi penyusutan bobot selama pemanasan  TC   AU 
antara suhu kamar dan suhu lebih kurang 200° saat  
kurva mulai mendatar.  D   AS 

Identifikasi T adalah jumlah mg amilorida hidroklorida yang tertera


A. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram pada etiket; C adalah kadar Amilorida Hidroklorida
yang diperoleh dari Larutan uji sesuai dengan Larutan BPFI dalam µg per ml Larutan baku yang telah
baku seperti tertera pada Penetapan kadar. dikoreksi terhadap penyusutan bobot; D adalah kadar
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi amilorida hidroklorida dalam µg per ml Larutan uji
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. sesuai etiket dan pengenceran; AU dan AS berturut-turut
Fase gerak Campuran tetrahidrofuran P-amonium adalah serapan Larutan uji dan Larutan baku.
hidroksida 3 N (22:3).
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amilorida Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
diperoleh kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Kromatografi <931>.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Dapar Larutkan 136 g kalium fosfat monobasa P
yang setara dengan 5 mg amilorida hidroklorida ke dalam 800 ml air, tambahkan asam fosfat P secukupnya
dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan metanol P hingga diperoleh pH 3,0. Encerkan dengan air hingga
sampai tanda, campur dan saring. 1000 ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah 10 µl Larutan uji Fase gerak Buat campuran air-metanol P-Dapar
dan 10 µl Larutan baku pada lempeng kromatografi (71:25:4), saring dan awaudarakan.
silika gel P. Masukkan lempeng dalam bejana Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amilorida
kromatografi yang telah dijenuhkan dengan Fase gerak, Hidroklorida BPFI, larutkan dalam metanol P hingga
biarkan merambat hingga lebih kurang tiga perempat kadar 1,0 mg per ml. Masukkan 5,0 ml larutan ini ke
tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan kering di dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 10,0 ml metanol
udara dan amati dengan cahaya ultraviolet 254 nm; P dan 2,0 ml asam klorida 0,1 N, encerkan dengan air
harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan bercak sampai tanda. Larutan baku ini mengandung Amilorida
utama Larutan baku. Hidroklorida BPFI, lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
Disolusi <1231> 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N. setara dengan lebih kurang 5 mg amilorida hidroklorida,
Alat tipe 2 : 50 rpm. masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml yang berisi 15,0
Waktu : 30 menit. ml metanol P dan asam klorida 0,1 N. Sonikasi selama
Prosedur Lakukan penetapan jumlah 10 menit, encerkan dengan air sampai tanda, sonikasi
C6H8CIN7O.HCl, yang terlarut dengan mengukur lagi selama 10 menit, saring.
serapan alikuot, jika perlu encerkan dengan asam klorida Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
0,1 N bandingkan dengan serapan baku Amilorida Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada dilengkapi dengan detektor 286 nm dan kolom 3,9 mm x
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 363 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
nm. Sejumlah metanol, tidak lebih dari 2% dari volume ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
total Larutan baku dapat digunakan untuk melarutkan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
amilorida hidroklorida. seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
Toleransi dalam waktu 30 menit harus larut tidak pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% dan faktor
kurang dari 80% (Q) C6H8CIN7O.HCl, dari jumlah yang ikutan dari puncak utama tidak lebih dari 2,0.
tertera pada etiket. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan uji dan Larutan baku
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. ke dalam kromatograf. Ukur respons puncak utama.
Penetapan keseragaman kandungan Masukkan 1 Hitung jumlah dalam mg amilorida hidroklorida,
tablet yang telah diserbuk halus ke dalam labu tentukur C6H8CIN7O.HCl, dalam serbuk tablet yang digunakan
100-ml, tambahkan 60 ml asam klorida 0,1 N, kocok dengan rumus:
secara mekanik selama 30 menit. Encerkan dengan asam
klorida 0,1 N sampai tanda, campur dan sentrifus. r 
50 C  U 
Encerkan sejumlah beningan hingga kadar 10 µg per ml.  rS 
Ukur serapan larutan ini dan larutan baku Amilorida
Hidroklorida BPFI 10 µg per ml dalam pelarut yang C adalah kadar Amilorida Hidroklorida BPFI dalam mg
sama, pada panjang gelombang 363 nm, menggunakan per ml Larutan baku yang telah dikoreksi terhadap
asam klorida 0,1 N sebagai blangko. Hitung jumlah penyusutan bobot; rU dan rS berturut-turut adalah
dalam mg amilorida hidriklorida, C6H8CIN7O.HCl, respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
- 104 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. air, keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: endapan
melebur antara 164º dan 171º.

AMINOFILIN Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,75% (anhidrat)


Teofilin Etilendiamin dan tidak lebih dari 7,9% (hidrat): lakukan penetapan
Aminophyline menggunakan 1,5 g zat, dengan campuran 25 ml
kloroformP dan 25 ml metanol P sebagai pengganti
O H pelarut metanol.
CH3 N
N CH2NH2
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%.
N CH2NH2
O N

CH3 2
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
Metode I Memenuhi syarat.
Senyawa teofilin dengan etilendiamina (2:1) [31777-34- Larutan uji Buat larutan dengan kadar 20 mg per ml.
0] Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali yang
C16H24N10O4 BM 420,43 tertera pada Larutan baku dalam uji Cemaran Senyawa
C16H24N10O4.2H2O[49746-06-7] BM 456,46 Organik Mudah Menguap <471>.

Aminofilin adalah senyawa anhidrat atau mengandung Kandungan etilendiamin Antara 157 dan 175 mg per g
tidak lebih dari 2 molekul hidrat. Mengandung tidak C7H8N4O2 yang diperoleh pada Penetapan kadar.
kurang dari 84,0% dan tidak lebih dari 87,4% teofilin Lakukan penetapan sebagai berikut: timbang saksama
anhidrat, C7H8N4O2, dihitung terhadap zat anhidrat. lebih kurang 500 mg aminofilin, larutkan dalam 30 ml
air, tambahkan jingga metil LP, tirasi dengan asam
Pemerian Butir atau serbuk; putih atau agak klorida 0,1 N LV.
kekuningan; bau amonia lemah, rasa pahit. Jika
dibiarkan di udara terbuka, perlahan-lahan kehilangan Tiap ml asam klorida 0,1 N
etilendiamin dan menyerap karbon dioksida dengan setara dengan3,005 mg C2H8N2
melepaskan teofilin. Larutan bersifat basa terhadap Penetapan kadar Lakukan Kromatografi cair kinerja
kertas lakmus. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kelarutan Tidak larut dalam etanoldan dalam eter Fase gerak Buat campuran 200 ml metanol P dan 960
Larutan 1 g dalam 25 ml air menghasilkan larutan jernih; mg natrium-1-pentanasulfonat P dan air secukupnya
larutan 1 g dalam 5 ml air menghablur jika didiamkan hingga 1 liter. Atur dengan penambahan asam asetat
dan larut kembali jika ditambah sedikit etilendiamin. glasial P hingga pH 2,9 ± 0,1, saring dan awaudarakan.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan pengeringan sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
pada suhu 105º selama 4 jam sebelum digunakan. Pengencer Buat campuran air-metanol P (4:1).
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Teofilin
BPFI, larutkan dan encerkan secara bertahap dengan
Identifikasi larutan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,80 mg
A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 20 ml air per ml.
tambahkan sambil diaduk 1 ml asam klorida 3 N. Saring Larutan resolusi Larutkan sejumlah teobromin dalam
dan simpan filtrat. Cuci endapan dengan air dingin dan Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,08 mg per ml.
keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: endapan teofilin Pipet 20 ml larutan ini ke dalam labu tentukur-25 ml,
yang diperoleh melebur antara 270º dan 274º. encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
B. Pada lebih kurang 10 mg endapan kering diperoleh Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg zat,
pada Identifikasi A, masukkan ke dalam cawan porselen, masukkan ke dalam labu tentukur-250 ml, larutkan dan
tambahkan 1 ml asam klorida P dan 100 mg kalium encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
klorat P, uapkan di atas tangas uap hingga kering, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
balikkan cawan di atas wadah yang berisi beberapa tetes Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
amonium hidroksida 6 N: residu berwarna ungu yang dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
hilang dengan penambahan larutan alkali. 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir 1 ml per menit.
C. Pada filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
tambahkan 0,5 ml benzensulfonil klorida P dan basakan kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dengan 5 ml natrium hidroksida 1 N, kocok selama 10 pada Prosedur. Waktu retensi relatif teobromin dan
menit, asamkan dengan 5 ml asam klorida 3 N, teofilin berturut-turut 0,65 dan 1,0 faktor ikutan puncak
dinginkan, kumpulkan endapan etilendiamina teofilin tidak lebih dari 2,0 dan resolusi, R, antara
disulfonamida, cuci dengan air, hablurkan kembali dari puncak teobromin dan teofilin tidak kurang dari 3,0.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
- 105 -
pada Prosedur: simpangan baku relatif tidak lebih dari Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti
2,0%. tertera pada Injeksi volume kecil.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Injeksi.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg teofilin, Kandungan etilendiamina Antara 166 dan 192 mg per
C7H8N4O2, dalam aminofilin dengan rumus: g teofilin anhidrat, C7H8N4O2, yang diperoleh pada
Penetapan kadar. Lakukan penetapan sebagai berikut:
r  Ukur saksama sejumlah volume setara dengan lebih
250 C  U 
 rS  kurang 500 mg aminofilin, jika perlu encerkan dengan
air hingga lebih kurang 30 ml. Tambahkan jingga metil
C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per ml Larutan LP, titrasi dengan asam klorida 0,1 N LV.
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan baku. Tiap ml asam klorida 0,1 N
setara dengan 3,005 mg C2H8N2
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
INJEKSI AMINOFILIN
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan
Aminophyline Injection resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Aminofilin.
Injeksi Aminofilin adalah larutan steril aminofilin dalam Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
Air untuk Injeksi atau larutan steril teofilin dalam Air setara dengan lebih kurang 100 mg teofilin, masukkan
untuk injeksi yang dibuat dengan penambahan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan
etilendiamin. Tiap ml mengandung aminofilin setara dengan Pengencer sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ini
dengan tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan
107,0% teofilin anhidrat, C7H8N4O2, dari jumlah yang dengan Pengencer sampai tanda.
tertera pada etiket. Injeksi aminofilin boleh mengandung Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
etilendiamin berlebih tetapi tidak boleh ditambah zat lain pada Penetapan kadar dalam Aminofilin. Hitung jumlah
untuk pengaturan pH. dalam mg teofilin, C7H8N4O2, dalam larutan injeksi yang
[Catatan Injeksi tidak boleh digunakan jika telah digunakan dengan rumus:
terlihat hablur yang memisah].

Baku pembanding Teofilin BPFI; merupakan bentuk r 


1250 C  U 
anhidrat dari teofilin; lakukan pengeringan pada suhu  rS 
105º selama 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat. Endotoksin BPFI; [Catatan C adalah kadar Teofilin BPFI dalam mg per ml Larutan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati- baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua yang dihasilkan oleh Larutan uji dan Larutan baku.
isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
bebas karbondioksida, dari kaca Tipe I, terlindung
Identifikasi Encerkan sejumlah volume injeksi yang cahaya.
setara dengan lebih kurang 500 mg aminofilin dengan air
hingga lebih kurang 20 ml, tambahkan 1 ml asam Penandaan Cantumkan kandungan teofilin anhidrat.
klorida 3 N atau secukupnya sambil terus diaduk hingga
teofilin mengendap sempurna. Saring, filtrat
menunjukkan Identifikasi C seperti tertera pada TABLET AMINOFILIN
Aminofilin.
Cuci endapan dengan sedikit air dingin, keringkan
Aminophyline Tablet
pada suhu 105º selama 1 jam: endapan melebur antara
Tablet Aminofilin mengandung aminofilin setara dengan
270º dan 274º dan menunjukkan Identifikasi B seperti
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0%
tertera pada Aminofilin.
teofilin anhidrat, C7H8NO2, dari jumlah yang tertera
pada etiket [Catatan Tablet aminofilin yang disimpan
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,0 unit
dalam wadah tertutup rapat, bila dibuka akan
Endotoksin FI per mg aminofilin.
memberikan bau amoniak yang kuat. Ini disebabkan
pH <1071> Antara 8,6 dan 9,0. terbentuknya uap dari etilendiamin].
- 106 -

Baku pembanding Teofilin BPFI; lakukan pengeringan Kandungan etilendiamin Antara 152 dan 178 mg per g
pada suhu 105º selama 4 jam sebelum digunakan. teofilin anhidrat, C7H8N4O2, yang diperoleh pada
Penetapan kadar, Lakukan penetapan sebagai berikut:
Identifikasi Timbang saksama sejumlah serbuk tablet seperti tertera
A. Maserasi sejumlah tablet setara dengan lebih pada Penetapan kadar setara dengan lebih kurang 350
kurang 500 mg aminofilin dengan 25 ml air dan saring; mg aminofilin, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 100
filtrat menunjukkan reaksi basa terhadap lakmus P. Pada ml, tambahkan 20 ml air dan digesti pada suhu 50º,
filtrat tambahkan 1 ml asam klorida 3 N, aduk dan sambil sering dikocok selama 30 menit. Dinginkan,
dinginkan jika perlu, hingga terbentuk endapan. Saring saring ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml dan cuci
dan simpan filtrat. Cuci endapan dengan sedikit air yang dengan air hingga air cucian bereaksi netral terhadap
didinginkan dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: lakmus P. Kumpulkan filtrat dan cairan cucian,
endapan yang diperoleh menunjukkan Identifikasi B tambahkan jingga metil LP dan titrasi dengan asam
seperti tertera pada Aminofilin dan jika dihablurkan klorida 0,1 N LV.
kembali dari air dan dikeringkan pada suhu 105º selama
1 jam, melebur antara 270º dari 274º. Tiap ml asam klorida 0,1 N
B. Filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A setara dengan 3,005 mg C2H8N2
menunjukkan Identifikasi C seperti tertera pada
Aminofilin. Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 30 menit untuk dengan lebih kurang 2 g aminofilin, masukkan ke dalam
tablet salut enterik, lakukan penetapan seperti tertera labu tentukur 200-ml tambahkan campuran 50 ml air dan
pada Tablet Salut Enterik. 15 ml amonium hidroksida 6 N, biarkan selama 30 menit
dengan seringkali dikocok, bila perlu hangatkan sampai
Disolusi <1231> suhu lebih kurang 50º untuk membantu kelarutan. Jika
Media disolusi : 900 ml air. dihangatkan, dinginkan campuran hingga suhu ruang,
Alat tipe 2 : 50 rpm tambahkan air sampai tanda. Sentrifus lebih kurang 50
Waktu : 45 menit. ml campuran dan pipet beningan setara dengan lebih
Prosedur Lakukan penetapan sejumlah teofilin kurang 250 mg aminofilin, kedalam labu Erlenmeyer
anhidrat, C7H8N4O2, yang larut dengan mengukur 250 ml, dan encerkan dengan air hingga lebih kurang 40
serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan Media ml. Tambahkan 8 ml amonium hidroksida 6 N dan
disolusi dan serapan larutan baku Teofilin BPFI dalam lakukan Penetapan kadar seperti tertera pada Injeksi
media yang sama pada panjang gelombang serapan Aminofilin mulai dari ”Tambahkan 20,0 ml perak nitrat
maksimum lebih kurang 269 nm. 0,1 N LV”.
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75 % (Q) C7H8NO2, dari jumlah yang tertera Tiap ml perak nitrat 0,1 N
pada etiket. setara dengan18,02 mg C7H8N4O2

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Prosedur penetapan keseragaman kandungan
Masukkan satu tablet ke dalam labu tentukur 250-ml,
tambahkan 200 ml air, kocok hingga hancur sempurna. AMITRIPTILIN HIDROKLORIDA
Tambahkan air sampai tanda. Saring dan buang 20 ml Amitriptyline Hydrochloride
filtrat pertama. Ukur serapan larutan ini (jika perlu
diencerkan) dan larutan baku Teofilin BPFI lebih kurang
10 μg per ml, pada panjang gelombang serapan
maksimum lebih kurang 269 nm terhadap air sebagai
blangko. Hitung jumlah dalam mg teofilin anhidrat,
C7H8N4O2, dalam tablet yang digunakan dengan rumus:
10,11-Dihidro-N,N-dimetil-5H-dibenzo[a,d] sikloheptan-
 TC   AU  5γ
Δ , propilamina hidroklorida [549-18-8]
   
 D   A S  C20H23N.HCl BM 313,86

T adalah jumlah teofilin anhidrat dalam mg yang tertera Amitriptilin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
pada etiket; D adalah kadar teofilin dalam μg per ml 98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C20H23N.HCl,
larutan tablet, berdasarkan jumlah per tablet yang tertera dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pada etiket dan pengenceran yang dilakukan; C adalah
kadar Teofilin BPFI dalam μg per ml larutan baku AU Pemerian Serbuk hablur atau hablur kecil; putih atau
dan AS berturut-turut adalah serapan yang diperoleh dari hampir putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau.
Larutan uji dan Larutan baku.
- 107 -
Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam Cemaran Lain -
masing-
kloroform dan dalam metanol; tidak larut dalam eter. masing 0,1
Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI; Jumlah Semua
- 1,0
lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5 Cemaran
mmHg pada suhu 60º hingga bobot tetap sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Senyawa [Catatan: Abaikan puncak dengan waktu retensi relatif
sejenis A Amitriptilin BPFI, (Dinbenzosuberon; [10,11- kurang dari 0,22. Gunakan respons puncak amitriptilin
dihidro-5H-dibenzo[a,d] siklohepten-5-on] (C15H12O BM hidroklorida dari Larutan baku dan kadar amitriptilin
208,26). Senyawa sejenis B Amitriptilin BPFI, hidroklorida dalam Larutan baku untuk menghitung
(Amitriptinol; [-[3-(dimetilamino)propil]-10,11-dihidro- persentase senyawa sejenis lain yang tidak diketahui].
5H-dibenzo[a,d] siklohepten-5-ol] (C20H25O BM
295,42). Siklobenzaprin Hidroklorida BPFI, lakukan Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
pengeringan pada suhu 105º hingga bobot tetap sebelum kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan Asam fosfat encer, Dapar, Fase gerak, Larutan
Nortriptilin Hidroklorida BPFI, lakukan pengeringan kesesuaian sistem, Larutan baku dan Sistem
pada suhu 105º selama 3 jam sebelum digunakan. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Simpan dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. Kadar.
Larutan uji Gunakan Larutan uji persediaan seperti
Identifikasi tertera pada Penetapan kadar.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, sama lebih kurang 20 l Larutan baku dan Larutan uji
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan ke dalam kromatograf, rekam kromatogramdan ukur
gelombang yang sama seperti pada Amitriptilin respons puncak utama.
Hidroklorida BPFI. Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
B. Waktu retensi relatif puncak utama kromatogram amitriptilin dalam zat yang digunakan dengan rumus:
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti
diperoleh pada Penetapan kadar. r  C S 
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C seperti 100  i  
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.  rS  C U 

Jarak lebur <1021> Antara 195º dan 199º. ri adalah respons puncak masing-masing senyawa sejenis
amitriptilin dari Larutan uji; rS adalah respons puncak
pH <1071> Antara 5,0 dan 6,0; lakukan penetapan senyawa sejenis amitriptilin dari Larutan baku; CS
menggunakan larutan (1 dalam 100) . adalah kadar masing-masing senyawa sejenis amitriptilin
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; amitriptilin hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji.
lakukan pengeringan dengan tekanan tidak lebih dari 5
mmHg suhu 60º hingga bobot tetap. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Kromatografi <931>.
Asam fosfat encer Campuran asam fosfat P-air (1:10).
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. Dapar Larutkan 1,42 g natrium fosfat dibasa P dalam
1000 ml air. Atur pH hingga 7,7 dengan penambahan
Senyawa sejenis Masing-masing cemaran dan jumlah Asam fosfat encer.
semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera pada Fase gerak Buat campuran metanol P-Dapar (7:3).
Tabel sebagai berikut: Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti yang tertera pada
Tabel Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amitriptilin
Waktu Retensi Batas
Cemaran Hidroklorida BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar
Relatif (%) lebih kurang 0,2 mg per ml.
Senyawa Sejenis Larutan uji persediaan Timbang saksama sejumlah
0,35 0,05
A Amitriptilin
zat, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih
Senyawa Sejenis
0,52 0,15 kurang 1 mg per ml.
B Amitriptilin
Nortriptilin Larutan uji Encerkan Larutan uji persediaan dalam
0,60 0,15 Fase gerak (1:5).
Hidroklorida
Siklobenzaprin Larutan A persediaan Timbang saksama sejumlah
0,76 0,15 Senyawa Sejenis A Amitriptilin BPFI, larutkan dengan
Hidroklorida
Amitriptilin metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
1,0 -
Hidroklorida
- 108 -

Larutan B persediaan Timbang saksama masing- Baku pembanding Amitriptilin Hidroklorida BPFI;
masing sejumlah Amitriptilin Hidroklorida BPFI, lakukan pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5
Senyawa Sejenis B Amitriptilin BPFI, Siklobenzaprin mmHg pada suhu 60º hingga bobot tetap sebelum
Hidroklorida BPFI, dan Nortriptilin Hidroklorida BPFI digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat.
dan larutkan dalam Fase gerak hingga kadar berturut-
turut lebih kurang 0,4 mg per ml; 0,6 mg per ml; 0,6 mg Identifikasi
per ml dan 0,6 mg per ml. A. Masukkan sejumlah serbuk tablet setara dengan
Larutan kesesuaian sistem Encerkan sejumlah volume lebih kurang 10 mg amitriptilin hidroklorida ke dalam
Larutan A persediaan dan Larutan B persediaan dengan labu tentukur 100-ml, tambahkan 50 ml metanol P,
Fase gerak hingga kadar amitriptilin hidroklorida, kocok dan encerkan dengan metanol P sampai tanda.
senyawa sejenis A amitriptilin, senyawa sejenis B Saring larutan, pipet 10 ml filtrat dan encerkan dengan
amitriptilin, siklobenzaprin hidroklorida dan nortriptilin metanol P hingga 100 ml. Spektrum serapan larutan
hidroklorida berturut-turut lebih kurang 1µg per ml; 0,5 menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
µg per ml; 1,5 µg per ml; 1,5 µg per ml dan 1,5 µg per gelombang yang sama seperti Amitriptilin Hidroklorida
ml. BPFI.
Sistem kromatografi Lakukan seperti yang tertera B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
tinggi dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom pada Penetapan kadar.
4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L7 dengan ukuran
partikel 5 µm. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Disolusi <1231>
Pertahankan suhu kolom pada 45o. Lakukan Media disolusi : 900 ml asam klorida 0,1 N.
kromatografi terhadap Larutan kesesuaian sistem, Alat tipe1 : 100 rpm.
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Waktu : 45 menit.
yang tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif Prosedur Lakukan penetapan jumlah amitriptilin
senyawa sejenis tertera pada Tabel dalam Senyawa hidroklorida, C20H23N.HCl, yang terlarut dengan
sejenis; resolusi, R, antara puncak senyawa sejenis B mengukur alikuot, jika perlu encerkan dengan Media
amitriptilin dengan puncak nortriptilin tidak kurang dari disolusi dan serapan larutan baku Amitriptilin
1,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada panjang
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. kurang dari 75% (Q) C20H23N.HCl, dari jumlah yang
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tertera pada etiket.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama 40 Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
menit, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
utama. Hitung persentase amitriptilin hidroklorida, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
C20H23N.HCl, dalam zat dengan rumus: Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
C  rU  Dapar Larutkan 11,04 g natrium fosfat monobasa P
100  S   dalam 900 ml air, atur pH hingga 2,5 ± 0,5 dengan
 CU  rS  penambahan asam fosfat P dan encerkan dengan air
hingga 1000 ml.
CS adalah kadar Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P
mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar amitriptilin (58:42), saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
hidroklorida dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan pada Kromatografi <931>.
Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amitriptilin
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Masukkan 20 tablet ke dalam labu
tentukur 500-ml, tambahkan 250 ml Fase gerak, kocok
TABLETAMITRIPTILIN HIDROKLORIDA selama 1 jam atau sampai tablet hancur. Tambahkan
Amitriptyline Hydrochloride Tablet Fase gerak sampai tanda dan saring. Encerkan sejumlah
volume filtrat (VF ml) dengan Fase gerak (VA ml)
Tablet Amitriptilin Hidroklorida mengandung hingga kadar amitriptilin hidroklorida lebih kurang 0,2
Amitriptilin hidroklorida, C20H23N.HCl, tidak kurang mg per ml.
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tertera pada etiket. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
- 109 -
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
baku dan ukur respons puncak seperti tertera pada pada Penetapan kadar.
Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0; efisiensi
kolom tidak kurang dari 800 lempeng teoritis dan Rotasi optik <1081> Antara −0,10 dan +0,10; lakukan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak penetapan pada 20 menggunakan larutan 10 mg per ml
lebih dari 2,0%. dalam metanol P.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
amitriptilin hidroklorida, C20H23N.HCl, dalam tiap tablet
yang digunakan dengan rumus: Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.

 C  V A   rU  Senyawa sejenis Uji 1 Lakukan penetapan dengan cara


500       Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
 20  V F   rS  Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran metil isobutil keton P-air-
C adalah kadar Amitriptilin Hidroklorida BPFI dalam asam asetat glasial P (50:25:25), kocok dan biarkan
mg per ml Larutan baku; VA dan VF berturut-turut adalah sampai terpisah. Gunakan lapisan atas.
volume dalam ml Fase gerak dan filtrat pada Larutan kesesuaian sistem Timbang lebih kurang 14
pengenceran Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah mg Amlodipin Besilat BPFI, masukkan ke dalam wadah
respons puncak amitriptilin hidroklorida dalam Larutan yang sesuai, larutkan dalam 0,2 ml metanol P.
uji dan Larutan baku. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amlodipin
Besilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
tertutup baik. Larutan baku 1 Pipet 3 ml Larutan baku ke dalam
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
AMLODIPIN BESILAT Larutan baku 2 Pipet 1 ml Larutan baku ke dalam
Amlodipine Besylate labu tentukur 100-ml, encerkan dengan metanol P
H3C NH NH2
sampai tanda.
O
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 140 mg
H3CO O CH3
zat, larutkan dan encerkan dengan metanol P hingga
O O
O O kadar 70 mg per ml.
Cl S
OH Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
l Larutan uji, Larutan kesesuaian sistem, Larutan
baku, Larutan baku 1, dan Larutan baku 2 pada lempeng
3-Etil5-metil()-2-[(2-aminoetoksi)metil]-4-(o-kloro-fenil)- kromatografi silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan
1,4-dihidro-6-metil-3,5-piridin dikarboksilat monobenzen lempeng ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase
sulfonat [111470-99-6] gerak, dan biarkan merambat hingga tiga per empat
C20H25ClN2O5.C6H6O3S BM 567,05 tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat
dan panaskan pada suhu 80 selama 15 menit. Amati di
Amlodipin Besilat mengandung tidak kurang dari 97,0% bawah cahaya ultraviolet 254 dan 365 nm. Harga Rf
dan tidak lebih dari 102,0%, C20H25ClN2O5. C6H6O3S, bercak lain selain bercak utama Larutan kesesuaian
dihitung terhadap zat anhidrat. sistem berturut-turut adalah lebih kurang 0,18 dan 0,22.
Intensitas bercak lain selain bercak utama pada Larutan
Pemerian Serbuk; putih sampai hampir putih. uji tidak lebih besar dari bercak pada Larutan baku 1
(0,3%).Tidak lebih dari dua bercak pada Larutan uji
Kelarutan Mudah larut dalam metanol; agak sukar larut lebih besar dari bercak pada Larutan baku 2 (0,1%).
dalam etanol; sukar larut dalam 2-propanol dan dalam
air. Uji 2 Tidak lebih dari 0,3% masing-masing untuk
cemaran A amlodipin dan jumlah cemaran lain. Lakukan
Baku pembanding Amlodipin Besilat BPFI. penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Identifikasi Dapar pH 3,0 dan Fase gerak Lakukan seperti tertera
A. Spektrum serapan inframerah zat yang pada Penetapan kadar.
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Amlodipin Besilat BPFI.
- 110 -

Larutan kesesuaian sistem Larutkan lebih kurang 5 mg Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
zat dalam 5 ml hidrogen peroksida P, panaskan pada masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan
suhu 70 selama 45 menit. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amlodipin larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan
Besilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak Fase gerak sampai tanda.
hingga kadar lebih kurang 3 µg per ml. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm x
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
dilengkapi dengan detektor 237 nm dan kolom 3,9 mm x seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif
15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kesesuaian sistem. Rekam kromatogram dan ukur sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
R, antara puncak cemaran A amlodipin (3-etil5-metil 2- respons puncak utama. Hitung jumlah dalam persentase,
[(2-aminoetoksi) metil]-4-(2-klorofenil)-6- amlodipin besilat, C20H25ClN2O5.C6H6O3S, dalam zat
metilpiridin-3,5-dikarboksilat] dan puncak amlodipin dengan rumus:
tidak kurang dari 4,5; waktu retensi relatif benzen
sulfonat, cemaran A amlodipin dan amlodipin berturut- C  rU 
turut adalah lebih kurang 0,2; 0,5 dan 1,0. Lakukan 100  S  
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons  CU  rS 
puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%. CS adalah kadar Amlodipin Besilat BPFI dalam mg per
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ml Larutan baku; CU adalah kadar amlodipin besilat
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji dalam mg per ml Larutan uji; rU dan rS berturut-turut
ke dalam kromatograf. Lakukan kromatografi selama adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
tiga kali waktu retensi amlodipin besilat, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak. Hitung Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
persentase masing-masing cemaran dalam zat dengan dan terlindung cahaya. Simpan dalam suhu ruang.
rumus:

AMOBARBITAL
 1  C   ri 
100    S    Amobarbital
 F  C U   rS  H

O N O
F adalah faktor respons relatif cemaran A amlodipin dan
H3CH2C
cemaran lain berturut-turut adalah 0,5 dan 1,0; CS dan CU NH
berturut-turut adalah kadar amlodipin besilat dalam mg (H3C)2HCH2CH2C
per ml Larutan baku dan Larutan uji; ri adalah respons O
puncak masing-masing cemaran dari Larutan uji dan rS
adalah respons puncak amlodipin besilat dari Larutan Asam 5-etil-5-isopentilbarbiturat [57-43-2]
baku. Abaikan puncak yang lebih kecil dari 0,03% dan C11H18N2O3 BM 226,27
puncak benzen sulfonat.
Amobarbital mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tidak lebih dari 101,0% C11H18N2O3, dihitung terhadap
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada zat yang telah dikeringkan.
Kromatografi <931>.
Dapar pH 3,0 Larutkan 7,0 ml trietilamin P dalam Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit;
800 ml air. Atur pH hingga 3,0 ± 0,1 dengan pH larutan jenuh lebih kurang 5,6 tetapkan secara
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga potensiometrik.
1000 ml.
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 3,0-metanol P- Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut
asetonitril P (50:35:15), saring dan awaudarakan. Jika dalam etanol dan dalam eter; larut dalam kloroform,
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem dalam larutan alkali hidroksida dan dalam alkali
seperti tertera pada Kromatografi <931>. karbonat.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amlodipin
Besilat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml.
- 111 -
Baku pembanding Amobarbital BPFI; lakukan Amodiakuin Hidroklorida mengandung tidak kurang
pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam sebelum dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,
digunakan. C20H22ClN3O.2HCl, dihitung terhadap zat anhidrat.

Identifikasi Pemerian Serbuk hablur; kuning; tidak berbau dan


A. Spektrum serapan inframerah zat yang berasa pahit.
didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Kelarutan Larut dalam air; agak sukar larut dalam
seperti pada Amobarbital BPFI. etanol; sangat sukar larut dalam benzen, dalam
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (1dalam kloroform dan dalam eter.
100.000) dalam campuran etanol P–dapar borat alkali
pH 9,6 (1 dalam 20) menunjukkan maksimum dan Baku pembanding Amodiakuin Hidroklorida BPFI,
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti tidak boleh dikeringkan. Tetapkan kadar air secara
pada Amobarbital BPFI; daya serap masing-masing titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan pada wadah tertutup rapat.
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 239
nm berbeda tidak lebih dari 3,0%. Kesempurnaan melarut <901> Larutan jernih; lakukan
C. Didihkan 200 mg dengan 10 ml natrium hidroksida penetapan menggunakan larutan 200 mg zat dalam 10 ml
1 N: terbentuk amoniak. air.

Jarak lebur <1021> Metode II Antara 156º dan 161º, Identifikasi


tetapi rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih A. Masukkan 20 mg zat ke dalam corong pisah,
dari 3º. larutkan dalam 10 ml air, tambahkan 1 ml amonium
hidroksida P, ekstraksi dengan 25 ml kloroform
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%, P.Tampung dan uapkan ekstrak kloroform, kemudian
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam. keringkan residu pada 105° selama 2 jam. Spektrum
serapan inframerah residu yang didispersikan dalam
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
bilangan gelombang yang sama seperti pada Amodiakuin
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Hidroklorida BPFI.
Metode V Memenuhi syarat. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 10 g per ml
Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P. zat dalam larutan asam klorida P (1 dalam 100)
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 450 gelombang yang sama seperti pada Amodiakuin
mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml Hidroklorida BPFI.
larutkan dalam 60 ml dimetilformamida P. Tambahkan 4 C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C
tetes birutimol LP dan titrasi dengan natrium metoksida seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
0,1 N LV, gunakan pengaduk magnetik dan hindarkan
serapan karbon dioksida dari udara. Lakukan penetapan Air <1031> Metode I Tidak kurang dari 7,0% dan tidak
blangko. lebih dari 9,0%.

Tiap ml natrium metoksida 0,1 N Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
setara dengan 22,63 mg C11H18N2O3
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran kloroform P yang telah
AMODIAKUIN HIDROKLORIDA dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dan etanol
Amodiaquine Hydrochloride mutlak P (9:1).
Larutan baku 1 Timbang lebih kurang 20 mg
N
OH CH3 Amodiakuin Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam
N CH3 tabung reaksi bersumbat kaca.Tambahkan 1 ml
N
H kloroform P yang telah dijenuhkan dengan amonium
Cl .2HCl.2H2O hidroksida P, kocok kuat selama 2 menit. Biarkan
padatan mengendap, tuang cairan ke dalam tabung
4-[(7-kloro-4-kuinolil)amino]--(dietilamino)-o- kresol kedua.
dihidroklorida dihidrat [6398-98-7]. Larutan baku 2 Encerkan 1 bagian volume Larutan
C20H22ClN3O.2HCl.2H2O BM 464,81 baku 1 dengan kloroform P yang telah dijenuhkan
Anhidrat BM 428,79 dengan amonium hidroksida P hingga 200 bagian
volume larutan.
- 112 -

Larutan uji Timbang lebih kurang 200 mg zat, secara titrimetri pada saat digunakan, simpan dalam
masukkan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca. wadah tertutup rapat.
Tambahkan 10 ml kloroform P yang telah dijenuhkan
dengan amonium hidroksida P, kocok dengan kuat Identifikasi
selama 2 menit. Biarkan padatan mengendap, tuang A. Gerus 1 tablet atau lebih, masukkan serbuk tablet
cairan ke dalam tabung reaksi bersumbat kaca kedua. setara dengan lebih kurang 50 mg amodiakuin ke dalam
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 corong pisah 125 ml. Tambahkan 20 ml air, kocok
l Larutan baku 1, Larutan baku 2 dan Larutan uji pada selama 1 menit. Tambahkan 25 ml kloroform P dan 1 ml
lempeng kromatografi campuran silika gel setebal 0,25 amonium hidroksida P, kocok selama 2 menit dan
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi setelah mengendap saring ekstrak kloroform melalui
yang berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga kapas yang telah dibasahi kloroform P, tampung ekstrak
tiga perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng dan ke dalam wadah yang sesuai untuk penguapan. Uapkan
tandai batas rambat. Biarkan kering dan amati bercak di kloroform dan keringkan residu pada 105 selama 1 jam.
bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Harga Rf bercak utama Spektrum serapan inframerah residu yang didispersikan
Larutan uji sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
baku. Tidak terdapat bercak sekunder dari Larutan uji hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti
yang lebih intensif dari bercak utama Larutan baku 2. Amodiakuin Hidroklorida BPFI.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan uji yang
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> dibuat seperti pada Penetapan kadar menunjukkan
Metode V Memenuhi syarat; gunakan dimetil sulfoksida maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama
LP sebagai pelarut. seperti pada Amodiakuin Hidroklorida BPFI.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 Disolusi <1231>


mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, Media disolusi : 900 ml air.
larutkan dan encerkan dengan larutan asam klorida P (1 Alat tipe 2 : 50 rpm.
dalam 100) sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke Waktu : 30 menit.
dalam labu tentukur 1000-ml, encerkan dengan larutan Prosedur Lakukan penetapan jumlah
asam klorida P (1 dalam 100) sampai tanda. Ukur C20H22ClN3O.2HCl.2H2O yang terlarut dengan
serapan Larutan uji dan larutan Amodiakuin mengukur serapan alikuot, jika perlu diencerkan dengan
Hidroklorida BPFI dalam larutan asam klorida P (1 Media disolusi dan serapan Larutan Baku Amodiakuin
dalam 100) dengan kadar lebih kurang 15 g per ml Hidroklorida BPFI dalam media yang sama pada
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 342
kurang 342 nm. Gunakan larutan asam klorida P (1 nm.
dalam 100) sebagai blangko. Hitung jumlah dalam mg, Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang
amodiakuin hidroklorida, C20H22ClN3O.2HCl, dalam zat dari 75% (Q), C20H22ClN3O.2HCl.2H2O, setara dengan
yang digunakan dengan rumus: C20H22ClN3O dari jumlah yang tertera pada etiket.

A  Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


20 C  U 
 AS  Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
C adalah kadar Amodiakuin hidroklorida BPFI dalam g setara dengan lebih kurang 300 mg amodiakuin
per ml larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah masukkan ke dalam gelas piala 250-ml, tambahkan 100
serapan Larutan uji dan Larutan baku. ml larutan asam klorida P (1 dalam 100). Panaskan di
atas tangas uap selama lebih kurang 15 menit dengan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. sekali-sekali digoyang. Dinginkan pada suhu ruang,
pindahkan ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan
larutan asam klorida P (1 dalam 100) sampai tanda.
TABLET AMODIAKUIN HIDROKLORIDA Pipet 10 ml beningan ke dalam corong pisah 125-ml.
Amodiaquin Hydrochloride Tablet Tambahkan lebih kurang 10 ml asam klorida P (1 dalam
100), cuci dengan 20 ml kloroform P, buang lapisan
Tablet Amodiakuin Hidroklorida mengandung kloroform. Tambahkan 4,5 ml natrium hidroksida 1 N,
Amodiakuin Hidroklorida, C20H22ClN3O.2HCl. 2H2O, setara ekstraksi empat kali tiap kali dengan 25 ml kloroform P.
dengan Amodiakuin, C20H22ClN3O, tidak kurang dari Ekstraksi kumpulan kloroform tiga kali tiap kali dengan
93,0% dan tidak lebih dari 107,0%, dari jumlah yang 50 ml larutan asam klorida P (1 dalam 100). Kumpulkan
tertera pada etiket. ekstrak asam dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan
larutan asam klorida P (1 dalam 100) sampai tanda.
Baku pembanding Amodiakuin Hidroklorida BPFI, Pipet 20 ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml,
tidak boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air encerkan dengan larutan asam klorida P (1 dalam 100)
- 113 -
sampai tanda. Ukur serapan larutan pada panjang maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
gelombang serapan maksimum lebih kurang 342 nm, seperti Amoksisilin BPFI.
gunakan larutan asam klorida P (1 dalam 100) sebagai
blangko. Bandingkan dengan Amodiakuin Hidroklorida Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
BPFI dengan kadar lebih kurang 15 µg per ml yang
diperlakukan sama dengan larutan uji. Hitung jumlah Ph <1071> Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan
dalam mg amodiakuin hidroklorida, menggunakan larutan 2 mg per ml.
C20H22ClN3O.2HCl.2H2O, dalam serbuk tablet yang
digunakan dengan rumus: Air <1031> Metode I Antara 11,5% dan 14,5%.

A  Dimetilanilin <362> Memenuhi syarat.


21 , 68 C  C 
 AS  Syarat lain Jika pada etiket tertera amoksisilin steril,
memenuhi syarat uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
C adalah kadar Amodiakuin Hidroklorida BPFI dalam bakteri <201> seperti tertera pada Amoksisilin untuk
µg per ml larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; suspensi injeksi. Jika pada etiket tertera amoksisilin
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan harus diproses lebih lanjut untuk pembuatan sediaan
Larutan baku. Kadar amodiakuin, C20H22ClN3O injeksi, memenuhi syarat uji Endotoksin bakteri <201>
ditetapkan dengan cara dikalikan dengan 0,7656. seperti tertera pada Amoksisilin untuk suspensi injeksi.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
AMOKSISILIN Pengencer Larutkan 13,6 g kalium fosfat monobasa P
Amoxicillin dalam 2 liter air, atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan larutan
COOH
H kalium hidroksida P 45% b/b.
O

H O N
CH3 Fase gerak Buat campuran Pengencer dan asetonitril
CH3 3H2O P (96:4), saring. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
HO C C N S
H Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
NH2 H H
<931>. Turunkan kadar asetonitril P untuk menaikkan
waktu retensi amoksisilin.
Asam (2S,5R,6R)-6[(R)-(-)-2-amino-2-(p-hidroksifenil) Larutan baku Timbang saksama sejumlah
asetamido]-3,3-dimetil-7 -okso-4-tia-1- Amoksisislin BPFI larutkan dalam Pengencer hingga
azabisiklo[3.2.0]-heptan-2-karboksilat trihidrat [61336- kadar lebih kurang 1,2 mg per ml. Gunakan larutan
70-7 dalam waktu 6 jam.
C16H19N3O5S.3H2O BM 419,45 Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 240 mg
Anhidrat [26787-78-0] BM 365,41 zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Gunakan
Amoksisilin mengandung tidak kurang dari 900 µg dan larutan dalam waktu 6 jam.
tidak lebih dari 1050 µg per mg, C16H19N3O5S, dihitung Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
terhadap zat anhidrat. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm x
Pemerian Serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol;
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, antara
dalam kloroform.
1,1 dan 2,8; efisiensi kolom tidak kurang dari 1700
lempeng teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5; dan
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari
lebih dari 2,0%.
amoksisilin. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Endotoksin
sama (lebih kurang 10 μl) Larutan baku dan Larutan uji
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam μg
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
Amoksisilin, C16H19N3O5S, per mg yang digunakan
hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan dalam
dengan rumus:
lemari pendingin.

Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang  CP   RU 


200  
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan W   R S 
- 114 -

C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
Larutan baku; P adalah kandungan amoksisilin yang kurang dari 80% (Q), C16H19N3O5S, dari jumlah yang
tercantum dalam Amoksisilin BPFI dalam μg per mg; W tertera pada etiket.
adalah jumlah zat yang ditimbang untuk pembuatan Uji II
Larutan uji dalam mg; rU dan rS berturut-turut adalah Media disolusi : 900 ml air.
respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Alat tipe 1 : 100 rpm.
Larutan baku. Waktu : 90 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O5S,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot dan jika
pada suhu ruang terkendali. perlu diencerkan dengan air dan serapan larutan baku
Amoksisilin BPFI dalam media yang sama dan diketahui
kadarnya pada panjang gelombang serapan maksimum
KAPSUL AMOKSISILIN lebih kurang 272 nm.
Amoxicillin Capsule Toleransi Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S, dari jumlah yang
Kapsul Amoksisilin mengandung Amoksisilin, tertera pada etiket.
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.

Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh Air <1031> Metode I tidak lebih dari 14,5%.
dikeringkan sebelum digunakan. Merupakan bentuk
trihidrat dari Amoksilin. Simpan dalam wadah tertutup Penetapan kadar Lakukan penetapan secara
rapat, terlindung cahaya, dalam lemari pembeku. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan Sistem
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Buat Larutan uji setara dengan 4 mg amoksisilin per ml kadar dalam Amoksisilin.
dengan menambahkan asam klorida 0,1 N pada serbuk Larutan uji Timbang isi tidak kurang dari 20 kapsul,
isi kapsul. Buat Larutan baku Amoksisilin BPFI dalam keluarkan isi semua kapsul dan campur, bersihkan
asam klorida 0,1 N hingga kadar 4 mg per ml. Gunakan cangkang kapsul dan timbang saksama sejumlah isi
dalam waktu 10 menit setelah penyiapan. Totolkan kapsul setara dengan lebih kurang 200 mg amoksisilin
secara terpisah masing-masing 5 μl Larutan uji dan anhidrat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml,
Larutan baku pada lempeng kromatografi campuran tambahkan Pengencer sampai tanda. Jika perlu sonikasi
silika gel setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam agar larut sempurna. Saring larutan melalui penyaring 1
bejana kromatografi yang telah dijenuhkan dengan µm atau dengan porositas lebih halus, dan gunakan
campuran fase gerak metanol P-kloroform P-air-piridin filtrat sebagai Larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu
P (90:80:30:10) dan biarkan merambat lebih kurang tiga 6 jam.
per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, biarkan Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera
menguap dan keringkan dengan aliran udara hangat pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung
selama 10 menit dan semprot lempeng dengan larutan jumlah dalam mg, C16H19N3O5S, dalam serbuk kapsul
ninhidrin P dalam etanol P dengan kadar 3 mg per ml yang digunakan dengan rumus:
dan keringkan pada suhu 110º selama 15 menit. Harga Rf
dari bercak utama yang diperoleh dari larutan uji sesuai R 
0,2 CP  U 
dengan yang diperoleh dari larutan baku.  RS 

Disolusi <1231> Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,


Uji I pada suhu ruang terkendali.
Media disolusi : 900 ml air.
Alat tipe 1 : 100 rpm untuk kapsul berisi 250 mg. Penandaan Jika bukan UJI I yang digunakan, etiket
Alat tipe II : 75 rpm, untuk kapsul berisi 500 mg. harus menyatakan uji disolusi yang digunakan.
Waktu : 60 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O5S,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot dan jika TABLET AMOKSISILIN
perlu diencerkan dengan media disolusi dan serapan
Larutan Baku Amoksisilin BPFI dalam media yang sama
Amoxicillin Tablet
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Tablet Amoksisilin mengandung Amoksisilin,
kurang 272 nm.
C16H19N3O5S, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
dari 120,0% seperti tertera pada etiket.
- 115 -
Baku pembanding Amoksisilin BPFI, tidak boleh baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
dikeringkan. 1,5%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak Campuran metanol P-kloroform P-air- respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
piridin P (90:80:30:10). amoksisilin, C16H19N3O5S terlarut dengan rumus:
Penampak bercak Larutan ninhidrin P 3 mg per ml
dalam etanol P. r 
Larutan baku Timbang sejumlah Amoksisilin BPFI, 0 ,9 DCP  U 
larutkan dalam asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih  rS 
kurang 4 mg per ml. Gunakan dalam waktu 10 menit
setelah pembuatan. D adalah faktor pengenceran Larutan uji; C adalah kadar
Larutan uji Pada sejumlah serbuk tablet tambahkan Amoksisilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; P
asam klorida 0,1 N hingga kadar setara dengan lebih adalah kandungan amoksisilin dalam µg per mg
kurang 4 mg per ml. Gunakan dalam waktu 10 menit Amoksisilin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah
setelah pembuatan. respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Volume penotolan 5 µl. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Prosedur Keringkan lempeng dengan udara hangat kurang dari 75% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang
selama 10 menit. Tandai bercak pada kromatogram tertera pada etiket.
dengan menyemprotkan Penampak bercak. Keringkan
pada 110 selama 5 menit. Untuk tablet kunyah Lakukan Prosedur disolusi
seperti di atas.
Disolusi <1231>
Media disolusi : 900 ml air Untuk tablet kunyah yang mengandung 200 mg atau
Alat tipe 2 : 75 rpm 400 mg
Waktu : 30 menit Waktu : 20 menit
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O5S Toleransi : Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja kurang dari 70% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. tertera pada etiket.
Dapar pH 5,0 Larutkan lebih kurang 27,2 g kalium
fosfat monobasa P dalam 3 liter air, atur pH hingga 5,0 ± Untuk tablet kunyah yang mengandung 125 mg atau
0,1 dengan penambahan kalium hidroksida 45% (b/b). 250 mg
Encerkan dengan air hingga 4 liter. Waktu : 90 menit
Fase gerak Buat campuran Dapar pH 5,0-asetonitril Toleransi : Dalam waktu 90 menit harus larut tidak
P (3900:100), saring melalui penyaring membran dengan kurang dari 70% (Q) C16H19N3O5S dari jumlah yang
porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Jika perlu lakukan tertera pada etiket.
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
pada Kromatografi <931>. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amoksisilin Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
BPFI, larutkan dan encerkan dengan Dapar pH 5,0 Kromatografi <931>.
hingga kadar lebih kurang 0,05 mg per ml. Gunakan Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, dan Sistem
larutan ini dalam waktu 6 jam setelah pembuatan. kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
Larutan uji Saring sejumlah alikuotmelalui penyaring kadar dalam Amoksisilin.
membran dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet ke
Encerkan secara kuantitatif dengan air hingga kadar dalam blender berkecepatan tinggi yang berisi sejumlah
lebih kurang 0,045 mg per ml. Gunakan larutan dalam volume Pengencer yang diukur saksama hingga kadar
waktu 6 jam setelah pembuatan. lebih kurang 1 mg per ml amoksisilin anhidrat. Blender
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada selama 4 ± 1 menit, Biarkan lebih kurang 5 menit dan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi sentrifus sebagian campuran. [Catatan Jika volume
dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 3,9 mm x Pengencer yang tersedia lebih dari 500 ml, masukkan 5
30 cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung 2 tablet ke dalam labu tentukur dengan kapasitas tertentu
mm x 2 cm berisi bahan pengisi L2. Laju alir lebih hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml amoksisilin
kurang 0,7 ml per menit, pertahankan suhu kolom pada anhidrat, tambahkan Pengencer lebih kurang tiga per
40 ± 1. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, empat kapasitas labu, sonikasi selama 5 menit dan
rekam kromatogam dan ukur respons puncak seperti encerkan dengan Pengencer sampai tanda dan aduk
tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k’, antara 1,1 dengan pengaduk magnetik selama lebih kurang 30
dan 2,8; efisiensi kolom tidak kurang dari 1700 lempeng menit. Sentrifus sebagian campuran]. Saring melalui
teoritis; faktor ikutan tidak lebih dari 2,5 dan simpangan penyaring membran dengan porositas 1 µm atau lebih
- 116 -

kecil. Gunakan larutan ini dalam waktu 6 jam setelah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pembuatan. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera Kromatografi <931>.
pada Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung Pengencer, Fase gerak, Larutan baku dan Sistem
jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S, dalam tiap kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
tablet dengan rumus: kadar dalam Amoksisilin.
Larutan uji Encerkan secara kuantitatif dan bertahap
 V  r  sejumlah volume seperti yang tertera pada etiket,
  CP  U  dicampur segar dan bebas gelembung udara, dalam
 5000   rS  Pengencer hingga diperoleh larutan yang mengandung 1
mg amoksisilin anhidrat per ml. Saring melalui
C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml penyaring 1 μm atau porositas lebih halus dan gunakan
Larutan baku; P adalah kandungan amoksisilin dalam filtrat sebagai Larutan uji. Gunakan larutan dalam waktu
µg per mg Amoksisilin BPFI; V adalah volume 6 jam.
Pengencer dalam ml yang digunakan dalam Larutan uji; Prosedur Lakukan menurut Prosedur tertera pada
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan Penetapan kadar dalam Amoksisilin. Hitung jumlah
uji dan Larutan baku. dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S dalam tiap ml
suspensi oral yang dikonstitusi dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
dan pada suhu ruang terkendali.
 L   CP   rU 

  
Penandaan Etiket tablet kunyah menyatakan bahwa  D   1000   rS 
harus dikunyah sebelum ditelan. Tablet yang ditujukan
hanya untuk obat hewan juga harus diberi etiket, hanya L adalah jumlah dalam mg per ml amoksisilin anhidrat
untuk penggunaan hewan. yang tertera pada etiket amoksisilin untuk suspensi oral
yang disiapkan; D adalah kadar dalam mg per ml
amoksisilin anhidrat dalam Larutan uji berdasarkan
AMOKSISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL jumlah yang tercantum pada etiket dalam amoksisilin
Amoxicillin for Oral Suspension untuk suspensi oral yang disiapkan dan faktor
pengenceran; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Amoksisilin untuk Suspensi Oral mengandung tidak puncak Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
C16H19N3O5S dari jumlah yang tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Mengandung satu atau lebih dapar, pewarna, pengaroma, pada suhu ruang terkendali.
pengawet, penstabil, pemanis dan pensuspensi yang
sesuai.
AMOKSISILIN NATRIUM
Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh Amoxicillin Sodium
dikeringkan sebelum digunakan.
COONa

Identifikasi Buat larutan yang mengandung setara 4 mg O

amoksisilin dengan penambahan asam klorida 0,1 N NH2 O N


H
CH3

pada sejumlah amoksisilin untuk suspensi oral. Biarkan HO C C N


H
S

larutan selama 5 menit sebelum digunakan: larutan H H H

memenuhi uji Identifikasi seperti yang tertera pada


Kapsul Amoksisilin. Natrium-(2S,5R,6R)-6-[(R)-2-amino-2-(4-hidroksifenil)
asetamido]-3,3-dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3,2,0]
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5; dalam suspensi yang -heptan-2-karboksilat
disiapkan seperti pada etiket. C16H18N3NaO5S BM 387,4

Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 3,0%. Amoksisilin Natrium mengandung tidak kurang dari
85,0% dan tidak lebih dari 100,5%, C16H18N3NaO5S,
Keseragaman sediaan <911> Untuk padatan yang dihitung sebagai anhidrat. Jumlah persentase kandungan
dikemas dalam wadah satuan tunggal: memenuhi syarat. hasil uraian, dinyatakan sebagai C16H18N3NaO5S,
amoksisilin natrium, asam 2-etil-heksanoat dan natrium
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. klorida, tidak kurang dari 95,0% dihitung terhadap zat
anhidrat.

Pemerian Serbuk putih atau hampir putih; sangat


higroskopik.
- 117 -
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; agak sukar Rotasi jenis <1081> Antara +240º dan +290º dihitung
larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam aseton, terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan menggunakan
praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter. 62,5 mg yang dilarutkan dalam larutan kalium biftalat P
0,4% hingga 25,0 ml.
Baku pembanding Amoksisilin Natrium BPFI;
Amoksisilin Trihidrat BPFI; Ampisilin Trihidrat BPFI. Hasil degradasi Tidak lebih dari 9,0%; lakukan
penetapan sebagai berikut: Pada 250 mg zat tambahkan
Identifikasi Uji A dapat diabaikan jika Uji B, C dan D 25 ml dapar pH 9,0 dan 0,5 ml anhidrida asetat P, aduk
dilakukan. Uji B dan C dapat diabaikan jika A dan D selama 3 menit. Tambahkan 10 ml dapar asetat pH 4,6.
dilakukan. Segera titrasi dengan raksa(II) nitrat 0,02 M LV.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang Tetapkan titik akhir secara potensiometrik,
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan menggunakan elektrode baku raksa(I) sulfat dan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama elektrode indikator platina atau raksa. Abaikan infeksi
seperti pada Amoksisilin Natrium BPFI. awal pada kurva titrasi. Hitung persentase hasil
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi degradasi (D) C16H18N3NaO5S, dengan rumus:
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan uji Larutkan 25 mg zat dalam 10 ml natrium 0,7748 n
bikarbonat LP.
m
Larutan baku A Larutkan 25,0 mg Amoksisilin
Trihidrat BPFI dalam 10 ml natrium bikarbonat LP.
m adalah bobot dalam g zat uji; n adalah volume dalam
Larutan baku B Larutkan 25,0 mg Amoksisilin BPFI
ml raksa(II) nitrat 0,02 M LV yang digunakan.
dan 25,0 mg Ampisilin trihidrat BPFI dalam 10 ml
natrium bikarbonat LP.
Dimetilanilin Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan
Fase gerak Campuran aseton P dan larutan amonium
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera
asetat P15,4 % (10:90), atur pH hingga 5,0 dengan
pada Kromatografi <931>.
menggunakan asam asetat glasial P.
Larutan baku internal Larutkan 50,0 mg naftalen P
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 1,0
dalam sikloheksan P hingga 50,0 ml larutan ini,
µl Larutan uji, Larutan baku A, Larutan Baku B pada
tambahkan sikloheksan P hingga 100,0 ml.
lempeng kromatografi silika gel HP yang tersilanisasi.
Larutan baku pada 50,0 mg dimetilanilin P
Lakukan kromatografi dengan jarak rambat 15 cm dalam
tambahkan 2 ml asam klorida P dan 20 ml air, kocok
Fase gerak. Biarkan lempeng kering di udara dan
hingga larut dan encerkan dengan air hingga 50,0 ml.
paparkan dengan uap iodum hingga bercak tampak.
Pipet 5 ml larutan ini, encerkan dengan air hingga 250,0
Bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji
ml. Pipet 1 ml larutan yang telah diencerkan, masukkan
mempunyai harga Rf warna dan ukuran yang sama
ke dalam tabung bersumbat kaca, tambahkan 5 ml
dengan bercak utama yang diperoleh dari Larutan baku
natrium hidroksida 1 N dan 1,0 ml Larutan baku
A. Pengujian tidak memenuhi syarat kecuali
internal. Tutup tabung dan kocok kuat-kuat selama 1
kromatogram yang diperoleh dari Larutan baku B
menit. Jika perlu sentrifus dan gunakan lapisan atas.
menunjukkan dua bercak yang terpisah dengan
Larutan uji Masukkan sejumlah 1,0 g zat ke dalam
sempurna.
tabung bersumbat kaca, tambahkan 5 ml natrium
C. Masukkan lebih kurang 2 mg ke dalam tabung
hidroksida 1 N dan 1,0 ml Larutan baku internal. Tutup
reaksi dengan ukuran panjang lebih kurang 150 mm dan
tabung dan kocok kuat-kuat selama 1 menit. Jika perlu
diameter 15 mm. Basahkan dengan 0,05 ml air dan
sentrifus dan gunakan lapisan atas.
tambahkan 2 ml asam sulfat-formaldehida LP
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
goyangkan tabung: larutan praktis tidak berwarna.
sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Larutan uji
Panaskan tabung dalam tangas air selama 1 menit:
ke dalam kromatograf yang dilengkapi detektor ionisasi
terjadi warna kuning tua.
nyala dan kolom kaca 2 m x 2 mm berisi bahan pengisi
D. Menunjukkan reaksi Natrium cara C dan D seperti
3% fase diam G3 pada partikel penyangga SIA.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Pertahankan suhu injektor, detektor dan kolom berturut-
turut pada 150º, 150º dan 120º. Gunakan nitrogen P
Kejernihan larutan <881> Tidak lebih opalesen dari
sebagai gas pembawa dengan laju alir 30 ml per menit.
Suspensi padanan II; larutkan 1,0 g dalam 10,0 ml air:
larutan tidak boleh lebih keruh dari Suspensi padanan II.
Asam 2-etilheksanoat Tidak lebih dari 2,0%; lakukan
Larutan mula-mula boleh berwarna merah muda. Setelah
penetapan dengan cara Kromatografi gas, seperti tertera
5 menit, ukur serapan pada 430 nm: serapan tidak lebih
pada Kromatografi <931>.
besar dari 0,20.
Larutan baku internal Larutkan 0,50 g asam valerat P
dalam 50 ml heksan P
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
Larutan baku Suspensikan 20,0 mg asam 2-etil
menggunakan larutan 2,0 g zat dalam 20 ml air bebas
heksan P dengan 5 ml air dalam labu bersumbat kaca.
karbon dioksida P.
Tambahkan 3 ml asam klorida encer P, 1,0 ml Larutan
- 118 -

baku internal dan 5,0 ml heksan P. Tutup labu, kocok Amoksisilin Natrium yang dimaksud untuk pembuatan
kuat-kuat selama 1 menit dan biarkan lapisan memisah. sediaan parenteral tanpa prosedur sterilisasi lebih lanjut
Gunakan lapisan atas. harus memenuhi tambahan persyaratan berikut:
Larutan uji larutkan 1,00 g zat dalam 5 ml air dalam
labu bersumbat kaca asah. Tambahkan 3 ml asam Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
klorida encer P; 1,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml
heksan P tutup labu, kocok kuat-kuat selama 1 menit dan Pirogen <231> Memenuhi syarat, lakukan penetapan
biarkan lapisan memisah. Gunakan lapisan atas. menggunakan dosis uji 1 ml per kg yang mengandung
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 20 mg zat uji per ml dalam air untuk injeksi P.
sama (lebih kurang 1 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf yang dilengkapi dengan detektor Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kedap udara
ionisasi nyala dan kolom kaca 1,8 m x 4 mm berisi pada suhu antara 8º dan 15º. Jika bahan steril, simpan
bahan pengisi fase diam yang dapat memisahkan asam dalam wadah steril kedap udara.
lemak bebas pada partikel penyangga. Pertahankan suhu
injektor, detektor dan kolom berturut-turut pada 150º,
150º dan 145º. Gunakan nitrogen P sebagai gas TABLET AMOKSISILIN DAN KALIUM
pembawa dengan laju alir 45 ml per menit. KLAVULANAT
Amoxicillin and Potassium Clavulanate Tablet
Natrium klorida Tidak lebih dari 2,0 % dihitung
terhadap zat anhidrat; lakukan penetapan sebagai Tablet Amoksisilin dan Kalium Klavulanat mengandung
berikut: Larutkan 1,000 g dalam 50 ml air dan amoksisilin, C16H19N3O5S dan asam klavulanat,
tambahkan 10 ml asam nitrat encer P. Titrasi dengan C8H9NO5, setara dengan tidak kurang dari 90,0% dan
perak nitrat 0,1 N LV. Tetapkan titik akhir secara tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada
potensiometrik, menggunakan elektrode indikator perak etiket.
dan elektrode baku raksa(I) sulfat atau elektrode lain
yang sesuai. Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
dikeringkan sebelum digunakan, merupakan amoksisilin
Tiap ml perak nitrat 0,1 N trihidrat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
setara dengan5,845 mg NaCl cahaya dan simpan dalam lemari pembeku. Litium
Klavulanat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
Logam berat <371> Metode IV Tidak lebih dari 20 bpj; digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
lakukan penetapan menggunakan 1,0 g dan 2 ml Larutan terlindung cahaya dan simpan di tempat yang dingin.
baku timbal (10 bpj).
Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0%; lakukan kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
penetapan menggunakan 400 mg. baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 50 mg Disolusi <1231>
zat, tambahkan 10 ml dapar pH 9,0 dan 0,2 ml Media disolusi : 900 ml air.
anhidrida asetat P, aduk selama 3 menit. Tambahkan Alat tipe 2 : 75 rpm.
10,0 ml natrium hidroksida 1 N. Biarkan selama 15 Waktu : 30 menit; atau 45 menit bagi tablet yang pada
menit. Tambahkan 10,0 ml asam nitrat 1 N dan 20 ml etiket tertera sebagai tablet kunyah.
dapar asetat pH 4,6. Titrasi segera dengan raksa(II) Prosedur Lakukan penetapan jumlah Amoksisilin
nitrat 0,02 M LV. Tetapkan titik akhir secara (C16H19N3O5S) dan Asam klavulanat terlarut (C8H9NO5)
potensiometrik menggunakan elektrode baku raksa(I) seperti tertera pada Prosedur dalam Penetapan kadar,
sulfat dan elektrode indikator platina atau raksa. Titrasi jika perlu lakukan penyesuaian volume.
perlahan hingga waktu titrasi lebih kurang 15 menit. Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Abaikan infleksi awal pada kurva. Hitung jumlah dalam kurang dari 85% (Q) C16H19N3O5S dan tidak kurang dari
pesentase amoksisilin natrium, C16H18N3NaO5S, dengan 80% (Q) C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
rumus: Untuk tablet kunyah dalam waktu 45 menit harus larut
tidak kurang dari 80% (Q) C16H19N3O5S dan (Q)
0,7748 n1 C8H9NO5 dari jumlah yang tertera pada etiket.
D
m1
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
m1 adalah bobot zat dalam g; n1 adalah volume raksa(II) Keragaman bobot untuk Amoksisilin dan Keseragaman
nitrat 0,02 M yang digunakan dalam ml; D adalah kandungan untuk asam klavulanat.
persentase hasil degradasi.
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 7,5% jika pada
etiket tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin
- 119 -
kurang dari atau sama dengan 250 mg; tidak lebih dari respons puncak asam klavulanat Larutan uji dan Larutan
10,0% jika pada etiket tercantum tiap tablet mengandung baku.
amoksisilin lebih dari 250 mg tetapi kurang dari atau
sama dengan 500 mg; tidak lebih dari 11,0% jika pada Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
etiket tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin
lebih dari 500 mg. Apabila pada etiket tercantum sebagai Penandaan Pada tablet kunyah mencantumkan kata
tablet kunyah, tidak lebih dari 6,0% jika tablet ‘dapat dikunyah’ sejajar dengan nama obat. Penandaan
mengandung amoksisilin tidak kurang dari atau sama menyatakan tablet kunyah dapat dikunyah dulu sebelum
dengan 125 mg; tidak lebih dari 8,0% jika pada etiket ditelan atau ditelan utuh.
tercantum tiap tablet mengandung amoksisilin lebih dari
125 mg.
AMOKSISILIN DAN KALIUM
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara KLAVULANAT UNTUK SUSPENSI ORAL
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Amoxicillin and Potassium Clavulanate for Oral
Kromatografi <931>.
Dapar natrium fosfat pH 4,4, Fase gerak, Larutan Suspension
baku dan Sistem kromatografi Buat seperti tertera pada
Penetapan kadar dalam Amoksisilin dan Kalium Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk Suspensi Oral
Klavulanat untuk Suspensi Oral. mengandung amoksisilin, C16H19N3O5S, setara dengan
Larutan uji Larutkan tidak kurang dari 10 tablet, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari
dalam air dengan bantuan pengaduk mekanik, pindahkan yang tertera pada etiket, dan mengandung asam
ke dalam labu tentukur yang sesuai, encerkan dengan air klavulanat, C8H9NO5, setara dengan tidak kurang dari
sampai tanda. Saring sejumlah tertentu larutan ini, buang 90,0% dan tidak lebih dari 125,0% dari jumlah yang
10 ml filtrat pertama. Encerkan sejumlah volume filtrat tertera pada etiket. Mengandung satu atau lebih dapar,
yang diukur saksama secara kuantitatif dan bertahap pewarna, penambah rasa, pengawet, penstabil, pemanis
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml amoksisilin. dan bahan pensuspensi.
Gunakan Larutan uji dalam waktu satu jam. Baku pembanding Amoksisilin BPFI; tidak boleh
Prosedur Lakukan Prosedur seperti pada Penetapan dikeringkan sebelum digunakan, merupakan amoksisilin
kadar dalam Amoksilin dan Kalium Klavulanat untuk trihidrat. Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung
Suspensi Oral. Hitung jumlah dalam mg amoksisilin, cahaya dan simpan dalam lemari pembeku. Litium
C16H19N3O3S, dalam setiap tablet, dengan rumus: Klavulanat BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
terlindung cahaya dan simpan di tempat yang dingin.
 L  CP  rU 

  
 D  1000  rS  Identifikasi Waktu retensi puncak utama pada
kromatogram dari Larutan uji sesuai dengan Larutan
baku seperti yang diperoleh pada Penetapan kadar.
L adalah jumlah amoksisilin dalam mg per tablet seperti
yang tertera pada etiket; D adalah kadar amoksisilin Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah tablet serbuk kemasan tunggal.
yang digunakan, jumlah asam klavulanat yang tertera
pada etiket dan faktor pengenceran; C adalah kadar Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat untuk
Amoksilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; P serbuk kemasan ganda.
adalah potensi amoksisilin dalam g per mg Amoksisilin
BPFI;rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak pH <1071> Antara 3,8 dan 6,6; lakukan penetapan
amoksisilin Larutan uji dan Larutan baku. menggunakan suspensi segera setelah dikonstitusi sesuai
Hitung jumlah mg, asam klavulanat (C8H9NO5) dalam etiket.
tiap tablet dengan rumus:
Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
 L  CP  rU 
 Kromatografi <931>.
  
 D  1000  rS  Dapar natrium fosfat pH 4,4 Larutkan 7,8 g natrium
fosfat monobasa P dalam 900 ml air, atur pH hingga 4,4
L adalah jumlah asam klavulanat dalam mg per tablet  0,1 dengan asam fosfat P atau natrium hidroksida 10 N
seperti yang tertera pada etiket, D adalah kadar asam encerkan dengan air hingga 1000 ml.
klavulanat dalam mg per ml, Larutan uji; C adalah kadar Fase gerak Buat campuran dapar natrium fosfat pH
Litium Klavulanat BPFI dalam mg per ml Larutan baku; 4,4 dan metanol P (95:5) dan saring melalui penyaring
P adalah potensi asam klavulanat dalam g per mg dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil. Jika perlu
Litium Klavulanat BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
- 120 -

Larutan baku Timbang saksama sejumlah Amoksisilin uji; C adalah kadar Litium Klavulanat BPFI dalam mg
BPFI dan Litium Klavulanat BPFI larutkan dalam air per ml Larutan baku; P adalah potensi dalam g asam
hingga diperoleh kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 klavulanat per mg Litium Klavulanat BPFI; rU dan rS
dan 0,2 mg per ml. berturut-turut adalah respons puncak asam klavulanat
Larutan uji Encerkan secara kuantitatif sejumlah Larutan uji dan Larutan baku.
volume Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk
Suspensi Oral yang diukur saksama, yang dikonstitusi Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
seperti tertera pada etiket, dengan air hingga kadar pada ruang dengan suhu terkendali.
amoksisilin lebih kurang 0,5 mg per ml. Aduk dengan
pengaduk mekanik selama 10 menit dan saring. Gunakan
filtrat sebagai Larutan uji dalam waktu 1 jam setelah AMONIA
suspensi diencerkan. Ammonia
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Amonia [7664-41-7]
dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom ukuran 4 NH3 BM 17,03
mm x 30 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan
ukuran partikel 3-10 m. Laju alir lebih kurang 2 ml per Amonia adalah larutan NH3 yang mengandung tidak
menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan kurang dari 27,0% dan tidak lebih dari 31,0% b/b NH3.
ukur respons puncak seperti pada Prosedur: resolusi, R, Di udara terbuka amonia cepat hilang. [Perhatian
antara puncak amoksisilin dan asam klavulanat tidak Penanganan amonia harus hati-hati sebab larutan
kurang dari 3,5; efisiensi kolom masing-masing puncak bersifat kaustik dan uapnya bersifat iritasi. Dinginkan
analit tidak kurang dari 550 lempeng teoritis; faktor wadah sebelum dibuka dan tutup dengan kain atau
ikutan masing-masing puncak analit tidak lebih dari 1,5; sejenisnya pada waktu membuka. Jangan dicicipi dan
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang cegah penghirupan uap].
tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Pemerian Cairan; jernih, tidak berwarna; berbau khas,
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji menusuk kuat. Bobot jenis kurang dari 0,90.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Waktu retensi relatif lebih kurang Identifikasi Letakkan batang pengaduk kaca yang telah
0,5 untuk asam klavulanat dan 1,0 untuk amoksisilin. dibasahi dengan asam klorida P dekat permukaan
Hitung jumlah dalam mg amoksisilin, C16H19N3O5S, tiap larutan: terbentuk kabut tebal putih.
ml zat uji dengan rumus:
Sisa tidak menguap Tidak lebih dari 0,05%; lakukan
 L  rU 

penetapan dengan menguapkan 10 ml dalam cawan
CP 
 1000 D  rS
platina atau cawan porselen yang telah ditara hingga
 kering dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam.

C adalah kadar Amoksisilin BPFI dalam mg per ml Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 13 bpj;
Larutan baku; P adalah potensi amoksisilin dalam g lakukan penetapan menggunakan larutan yang dibuat
per mg Amoksisilin BPFI; L adalah jumlah amoksisilin sebagai berikut: uapkan 1,7 ml di atas tangas uap hingga
yang tertera pada etiket dalam mg per ml dalam kering. Larutkan sisa dalam 2 ml asam asetat 1 N dan
Amoksisilin dan Kalium Klavulanat untuk Suspensi Oral encerkan dengan air hingga 25 ml.
terkonstitusi; D adalah kadar amoksisilin dalam mg per
ml Larutan uji berdasarkan jumlah yang tertera pada Zat mudah teroksidasi Pada campuran 4,0 dan 6,0 ml
etiket, volume Suspensi Oral terkonstitusi yang air tambahkan asam sulfat 2 N sampai sedikit asam dan
digunakan dan faktor pengenceran; ru dan rs berturut- 0,10 ml kalium permanganat 0,1 N: warna merah muda
turut adalah respons puncak amoksisilin Larutan uji dan tidak hilang sempurna dalam 10 menit.
Larutan baku. Hitung jumlah dalam mg asam
klavulanat, (C8H9NO5), dalam tiap ml zat uji yang Penetapan kadar Masukkan dengan cepat sejumlah zat
digunakan dengan rumus: ke dalam wadah bertutup, berdinding tebal (dapat
digunakan botol tahan tekanan) hingga tinggi cairan
 L  CP  rU  lebih kurang 20 cm, tutup. Kemudian dinginkan wadah
    dan isi hingga suhu 10º atau lebih rendah. Timbang
 D  1000  rS  saksama labu Erlenmeyer 125 ml bersumbat kaca yang
berisi 35,0 ml asam sulfat 1 N LV. Masukkan pipet ukur
L adalah jumlah yang tertera pada etiket, dalam mg per ke dalam amonia yang telah didinginkan, biarkan cairan
ml asam klavulanat dalam Amoksisilin dan Kalium naik ke dalam pipet tanpa dihisap, angkat pipet dan
Klavulanat untuk Suspensi Oral terkonstitusi; D adalah bersihkan cairan yang menempel dan buang 1 ml larutan
kadar dalam mg per ml, asam klavulanat dalam Larutan pertama. Letakkan ujung pipet tepat diatas permukaan
- 121 -
asam sulfat 1 N dalam labu Erlenmeyer dan alirkan lebih terbentuk flokulasi dan campuran berubah menjadi
kurang 2 ml ke dalam labu. Tutup labu, campur dan merah muda lemah.
timbang kembali untuk memperoleh bobot contoh. Tiap ml perak nitrat 0,1 N
Titrasi kelebihan asam dengan natrium hidroksida 1 N setara dengan5,349 mg NH4Cl
LV menggunakan indikator merah metil LP. Lakukan
penetapan blangko seperti tertera pada Titrasi residual Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
dalam Titrimetri <711>.

Tiap ml asam sulfat 1 N AMPISILIN


setara dengan 17,03 mg NH3 Ampicillin
COOH
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat H
O
pada suhu tidak lebih dari 25º. H O N
CH3
CH3

C C N S
H

NH2 H H
AMONIUM KLORIDA
Ammonium Chloride Asam(2S,5R,6R)-6-[(R)-2-Amino-2-fenilasetamido]-3,3-
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2-
Amonium klorida [12125-02-9] karboksilat [69-53-4]
NH4Cl BM 53,49 C16H19N3O4S (anhidrat) BM 349,41
Trihidrat [7177-48-2] BM 403,46
Amonium Klorida mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5% NH4Cl, dihitung terhadap Ampisilin berbentuk anhidrat atau trihidrat.
zat yang telah dikeringkan. Mengandung tidak kurang dari 900 µg dan tidak lebih
dari 1050 µg per mg, C16H19N3O4S, dihitung terhadap
Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur zat yang telah dikeringkan.
halus atau kasar, berwarna putih; rasa asin dan dingin
higroskopik. Pemerian serbuk hablur; putih; praktis tidak berbau.
Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam gliserin dan Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam metanol;
lebih mudah larut dalam air mendidih; sedikit larut tidak larut dalam benzen, dalam karbon tetraklorida dan
dalam etanol. dalam kloroform.
Identifikasi Larutan (1 dalam 10) menunjukkan reaksi Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk
Amonium dan Klorida cara A, B dan C seperti tertera anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan dalam
pada Uji Identifikasi Umum <291>. hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
pH <1071> Antara 4,6 dan 6,0 lakukan penetapan wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
menggunakan larutan zat (1 dalam 20). Ampisilin Trihidrat BPFI; tidak boleh dikeringkan,
simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; cahaya, di tempat yang dingin dan kering. Endotoksin
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 4 jam. BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
penetapan sebagai berikut: Timbang saksama lebih hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
kurang 2 g zat, tambahkan 1 ml asam sulfat P, panaskan lemari pendingin.
hati-hati hingga menguap sempurna; sisa berwarna
putih, kemudian pijarkan hingga bobot tetap.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
Tiosianat Asamkan 10 ml larutan (1 dalam 10) zat
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dengan asam klorida P dan tambahkan beberapa tetes
gelombang yang sama seperti pada Ampisillin BPFI .
besi(III) klorida LP: tidak terjadi warna merah jingga.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
Endotoksin FI per mg ampisilin, jika pada etiket
menyatakan ampisilin steril atau harus dilakukan proses
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100
lebih lanjut untuk sediaan injeksi.
mg zat, larutkan dalam 100 ml air dalam cawan
porselen. Tambahkan 1 ml diklorofluoresein LP, campur
Sterilitas <71> Jika pada etiket menyatakan Ampisilin
dan titrasi dengan perak nitrat 0,1 N LV hingga
steril, maka harus memenuhi syarat jika dilakukan Uji
- 122 -

Penyaringan membran seperti tertera pada Uji sterilitas ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
produk, kecuali larutkan 6 g zat dalam 800 ml Cairan D respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg,
yang mengandung penisilinase steril yang cukup untuk C16H19N3O4S, dalam tiap mg ampisilin dengan rumus:
menginaktivasi ampisilin dan goyang labu sampai larut
sempurna sebelum disaring.  CP  rU 

100  
Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat. W  rS 
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0; lakukan penetapan C adalah kadar Ampisilin BPFI dalam mg per ml
menggunakan larutan 10 mg per ml. Larutan baku; P adalah potensi Ampisilin BPFI dalam
µg per mg; W adalah bobot dalam mg ampisilin yang
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0% jika pada digunakan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
etiket tertera ampisilin anhidrat. Antara 12,0% dan puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
15,0% jika pada etiket tertera ampisilin trihidrat. baku.

Dimetilanilin <362> Memenuhi syarat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan kadar dengan cara Penandaan Etiket menunjukkan bentuk anhidrat atau
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada trihidrat. Jika pada sediaan disebutkan jumlah ampisilin
Kromatografi <931>. maka yang dimaksud adalah ampisilin anhidrat. Jika
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P-kalium digunakan untuk sediaan injeksi pada etiket disebutkan
fosfat monobasa 1 M-asam asetat 1 N (909:80:10:1), ampisilin trihidrat dan steril atau memerlukan proses
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Pengencer Campur 10 ml kalium fosfat monobasa 1 KAPSUL AMPISILIN
M dan 1 ml asam asetat 1 N, encerkan dengan air hingga Ampicillin Capsule
1000 ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin Kapsul Ampisilin mengandung sejumlah ampisilin
BPFI, larutkan dalam Pengencer hingga kadar lebih (anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang dari
kurang 1 mg per ml, gunakan pengocokan dan sonikasi 90,0% dan tidak lebih dari 120,0% C16H19N3O4S dari
hingga larut sempurna. Gunakan larutan segera setelah jumlah yang tertera pada etiket.
dibuat.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara Baku pembanding Ampisillin BPFI; merupakan bentuk
dengan lebih kurang 100 mg ampisilin anhidrat, anhidrat dari ampisilin; lakukan pengeringan dalam
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
lebih kurang 75 ml Pengencer, jika perlu kocok dan hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
sonikasi hingga larut sempurna, encerkan dengan wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
Pengencer sampai tanda. Gunakan larutan segera setelah
dibuat. Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Larutan resolusi Larutkan sejumlah kafein dalam Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Larutan baku hingga kadar lebih kurang 0,12 mg per ml. Fase gerak Campuran aseton P-air-toluen P-asam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetat glasial P (650:100:100:25).
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Pelarut Campuran aseton P-asam klorida 0,1 N (4:1)
dilengkapi dengan detektor 254 nm, pra-kolom 4 mm x 5 Larutan baku Timbang sejumlah Ampisilin BPFI,
cm dan kolom analisis 4 mm x 30 cm berisi bahan larutkan dalam Pelarut hingga kadar 0,5%.
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 hingga 10 µm. Laju Larutan uji Timbang sejumlah zat larutkan dalam
alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi Pelarut hingga kadar 0,5%.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Penampak bercak Larutan ninhidrin P 0,3% dalam
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, etanol P.
R, antara puncak kafein dan ampisilin tidak kurang dari Prosedur Totolkan masing-masing 2 µl Larutan baku
2,0. Waktu retensi relatif ampisilin dan kafein berturut- dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P
turut lebih kurang 0,5 dan 1,0. Lakukan kromatografi setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur kromatografi berisi Fase gerak, biarkan merambat
respons puncak seperti tertera pada Prosedur:faktor hingga tiga perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
kapasitas, k’, tidak lebih dari 2,5; faktor ikutan tidak tandai batas rambat, biarkan kering. Semprot lempeng
lebih dari 1,4 dan simpangan baku relatif pada dengan Penampak bercak dan panaskan lempeng pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. suhu 90º selama 15 menit; harga, Rf, dari bercak utama
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 123 -
Disolusi <1231> Identifikasi Serbukkan satu atau lebih tablet ampisilin,
Media disolusi : 900 ml air. buat larutan yang mengandung 5 mg per ml dalam
Alat Tipe 1 : 100 rpm. campuran pelarut aseton P-asam klorida 0,1 N (4:1);
Waktu : 45 menit. larutan ini memenuhi uji Identifikasi seperti tertera pada
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O4S, Kapsul Ampisilin.
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot secara
spektrofotometri, jika perlu encerkan dengan Media Disolusi <1231>
disolusi dan bandingkan dengan serapan Larutan Baku Media disolusi : 900 ml air
Ampisilin BPFI dalam media yang sama. Alat Tipe 1 : 100 rpm
Toleransi Dalam 45 menit harus larut tidak kurang Waktu : 45 menit
dari 75% (Q) C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera Prosedur Lakukan penetapan jumlah C16H19N3O4S,
pada etiket. yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot secara
spektrofotometri, jika perlu encerkan dengan Media
Keseragaman kesediaan <911> Memenuhi syarat. disolusi dan bandingkan dengan serapan larutan baku
Ampisilin BPFI yang diketahui kadarnya dalam media
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 4,0% jika kapsul yang sama.
mengandung ampisilin anhidrat, atau antara 10,0% dan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
15,0% jika kapsul mengandung ampisilin trihidrat. kurang dari 75% (Q) C16H19N3O4S, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
Penetapan kadar
Larutan baku Buat seperti tertera pada Larutan baku Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri
<521>, menggunakan Ampisilin BPFI. Susut pengeringan <1121>. Jika tablet mengandung
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 kapsul ampisilin anhidrat, serbuk bukan tablet kunyah tidak
ampisilin ke dalam tabung blender kaca berkecepatan lebih dari 4,0%, serbuk tablet kunyah tidak lebih dari
tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama, 3,0%. Jika tablet mengandung ampisilin trihidrat serbuk
blender selama 4 ± 1 menit. Encerkan sejumlah volume untuk obat hewan tidak lebih dari 13,0%. Lakukan
larutan ini yang diukur saksama secara kuantitatif dan pengeringan menggunakan 100 mg serbuk tablet pada
bertahap hingga kadar lebih kurang 1,25 mg ampisilin tekanan tidak lebih dari 5 mmHg pada suhu 60º selama 3
per ml. jam.
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur pada
Penetapan Kadar Antibiotik Secara Iodometri <521>. Air <1031> Metode I Untuk tablet kunyah mengandung
Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, pada tiap kapsul ampisilin trihidrat: tidak lebih dari 5,0%; untuk yang
dengan rumus: bukan tablet kunyah, mengandung ampisilin trihidrat:
antara 9,5% dan 12,0%.
 T  F 
   B  I  Penetapan kadar
 D  2000  Larutan baku Buat seperti yang tertera pada
Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
T adalah kadar ampisilin dalam mg per kapsul seperti menggunakan Ampisilin BPFI.
yang tertera pada etiket; D adalah kadar ampisilin dalam Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 5 tablet
mg per ml Larutan uji berdasarkan jumlah per kapsul ampisilin ke dalam bejana blender kaca berkecepatan
yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran. tinggi yang berisi sejumlah air yang diukur saksama,
blender selama 4 ± 1 menit. Encerkan sejumlah volume
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. larutan ini yang diukur saksama secara kuantitatif dan
bertahap hingga kadar lebih kurang 1,25 mg ampisilin
Penandaan Etiket pada kapsul menunjukkan ampisilin per ml.
anhidrat atau trihidrat. Prosedur Lakukan seperti pada Prosedur yang tertera
pada Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri
<521>. Hitung kadar dalam mg C16H19N3O4S, pada tiap
TABLET AMPISILIN tablet dengan rumus:
Ampicillin Tablet
 T  F 
Tablet Ampisilin mengandung sejumlah Ampisillin    B  I 
 D   2000 
(anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 120,0%, C16H19N3O4S, dari
T adalah kadar ampisilin dalam mg seperti tertera pada
jumlah yang tertera pada etiket.
setiap tablet; D adalah kadar ampisilin dalam mg per ml
Larutan uji berdasarkan jumlah per tablet yang tertera
Baku pembanding Ampisilin BPFI tidak boleh
pada etiket dan besarnya faktor pengenceran.
dikeringkan sebelum digunakan.
- 124 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji 2 (Jika pada etiket tertera jumlah ampisilin
dalam volume larutan terkonstitusi yang ditetapkan).
Konstitusikan isi 1 wadah dalam volume Pengencer
AMPISILIN UNTUK INJEKSI yang diukur saksama, sesuai dengan volume pelarut
Ampicillin for Injection yang tertera pada etiket. Encerkan sejumlah larutan
terkonstitusi yang telah diukur saksama dengan
Ampisilin untuk Injeksi mengandung ampisilin natrium Pengencer secara bertahap hingga diperoleh kadar
setara denganampisilin, C16H19N3O4S, tidak kurang dari ampisilin lebih kurang 1 mg per ml. Gunakan larutan
90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang segera setelah dibuat.
tertera pada etiket. Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. Hitung jumlah
Baku pembanding Ampisilin Natrium BPFI; tidak dalam mg ampisilin, C16H19N3O4S, dalam larutan
boleh dikeringkan sebelum digunakan. higroskopis, terkonstitusi yang digunakan dengan rumus:
simpan dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan
kering. Ampisilin BPFI; merupakan bentuk anhidrat dari  L  CP  rU 

  
 D  1000  rS
ampisilin. Sebelum digunakan, lakukan pengeringan
sampai bobot tetap dalam hampa udara dengan fosfor 
pentoksida P pada suhu ruang. Simpan dalam wadah
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Endotoksin L adalah jumlah ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg yang
BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan tertera pada etiket di wadah atau volume larutan
isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]. terkonstitusi yang digunakan; D berturut-turut adalah
Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu kadar ampisilin, C16H19N3O4S dalam mg per ml Larutan
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, uji 1 atau Larutan uji 2 berdasarkan jumlah yang tertera
dalam lemari pendingin. pada etiket di wadah atau dalam larutan terkonstitusi
yang digunakan dan faktor pengenceran; C adalah kadar
Larutan terkonstitusi Pada saat digunakan larutan Ampisilin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; P
memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera adalah potensi Ampisilin BPFI dalam µg per mg; rUdan
pada Injeksi. rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
Larutan baku.
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
Endotoksin FI per mg ampisilin. Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah untuk
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. Hindari larutan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. konstitusi dari pembekuan.
Prosedur untuk keseragaman kandungan Lakukan
pengujian dalam wadah terpisah menggunakan Larutan
uji 1 atau Larutan uji 2 atau keduanya, jika diperlukan. AMPISILIN UNTUK SUSPENSI ORAL
Ampicillin for Oral Suspension
Bahan partikulat <751> memenuhi syarat seperti
tertera pada Injeksi Volume Kecil. Ampisilin untuk Suspensi Oral mengandung sejumlah
ampisilin (anhidrat atau trihidrat) setara dengan tidak
Syarat lain Memenuhi syarat uji Identifikasi, Sifat kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
hablur, pH, Air seperti tertera pada Ampisilin Natrium. C16H19N3O4S, dari jumlah yang tertera pada etiket, bila
Juga memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan penandaan dikonstitusi sesuai petunjuk. Mengandung satu atau
seperti tertera pada Injeksi. lebih dapar yang sesuai, bahan pewarna, penyedap,
pengawet dan pemanis.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk
Kromatografi <931>. anhidrat dari ampisilin, lakukan pengeringan dalam
Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan hampa udara diatas fosfor pentoksida P pada suhu ruang
resolusi dan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera hingga bobot tetap sebelum digunakan. Simpan dalam
pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. wadah tertutup rapat ditempat yang sejuk dan kering.
Larutan uji 1 (Bila dianggap sebagai wadah dosis
tunggal). Konstitusikan ampisilin untuk injeksi dalam Identifikasi Larutkan sejumlah zat dalam campuran
volume Pengencer yang telah diukur saksama, sesuai aseton P-asam korida 0,1 N (4:1) hingga kadar 5 mg
volume pelarut yang tertera pada etiket. Keluarkan ampisilin per ml: larutan yang diperoleh menunjukkan
semua isi menggunakan jarum dan alat suntik uji Identifikasi seperti tertera pada l Kapsul Ampisilin.
hipodermik yang sesuai dan encerkan secara kuantitatif Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat untuk
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per zat padat terkemas dalam satuan tunggal.
ml ampisilin. Gunakan larutan segera setelah dibuat.
- 125 -
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,5 lakukan penetapan BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan
menggunakan suspensi yang dibuat sesuai petunjuk pada isi harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
etiket. Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,5%, atau tidak dalam lemari pendingin.
lebih dari 5,0% bila mengandung ampisilin trihidrat dan
mengandung setara dengan 100 mg ampisilin per ml bila Identifikasi
dikonstitusi sesuai petunjuk pada etiket. A. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan
Volume terpindahkan <1261> Memenuhi syarat. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Ampisillin Natrium BPFI.
Penetapan kadar B. Menunjukkan reakasi Natrium cara A dan B seperti
Larutan baku Buat Larutan baku seperti tertera pada tertera pada Uji Identifikasi Umum <291> .
Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri <521>,
menggunakan Ampisilin BPFI. Sifat hablar <1091> Memenuhi syarat. [Catatan
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume suspensi Kecuali untuk Ampisilin Natrium Steril dalam bentuk
oral yang dibuat segar sesuai petunjuk pada etiket dan beku-kering, tidak perlu memenuhi pesyaratan ini].
bebas dari gelembung udara, encerkan bertahap secara
kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 1,25 mg Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,15 unit
ampisilin per ml. Endotoksin FI per mg ampisilin.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
pada Penetapan kadar Antibiotik secara Iodometri pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan
<521>. Hitung jumlah dalam mg, C16H19N3O4S, tiap ml dengan larutan yang mengandung 10,0 mg per ml.
suspensi yang digunakan, dengan rumus :
Air <1031> Metode 1 Tidak lebih dari 2,0%.
 T  F 
   B  I  Dimetillanilin Tidak lebih dari 20 bpj. Lakukan
 D   2000  penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera
pada Kromatografi <931>.
T adalah jumah ampisilin dalam mg per ml suspensi Larutan baku internal Larutkan 75 mg N,N-dietilanilina
yang dibuat sesuai petunjuk pada etiket; D adalah kadar P dalam 25 ml asam klorida 1 N, encerkan secara bertahap
ampisilin dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan dan kuantitatif dengan air hingga diperoleh larutan dengan
jumlah yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran. kadar lebih kurang 30 g per ml.
Larutan baku Masukkan 50,0 mg N,N-dimetilanilina
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. P ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25 ml asam
klorida 1 N, goyang hingga larut, encerkan dengan air
Penandaan Pada etiket harus dicantumkan ampisilin sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam labu
yang digunakan dalam bentuk anhidrat atau trihidrat. tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Pipet 1 ml larutan ini ke dalam tabung sentrifuga yang
sesuai, tambahkan 2,0 ml natrium hidroksida 1,25 N,
AMPISILIN NATRIUM goyang hingga larut, tambahkan 1,0 ml Larutan baku
Ampicilin Natrium internal dan 1,0 ml sikloheksan P, kocok kuat selama 1
Mononatrium D-(-)-6-(2-amino-2-fenilasetamido)-3,3- menit dan sentrifus. Gunakan beningan yang jernih
dimetil-7-okso-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0] heptan-2- sebagai Larutan baku.
karboksilat [69-52-3] Larutan uji Masukkan 1,0 g zat ke dalam tabung
C16H19N3NaO4S BM 371,39 sentrifuga yang sesuai, tambahkan 2,0 ml natrium
hidroksida 1,25 N, goyang hingga larut, tambahkan 1,0
Ampisilin Natrium Steril mempunyai potensi setara ml Larutan baku internal dan 1,0 ml sikloheksan P,
dengan tidak kurang dari 845 µg dan tidak lebih dari 988 kocok kuat selama 1 menit dan sentrifus. Gunakan
µg ampisilin, C16H19N3O4S, per mg, dihitung sebagai zat beningan yang jernih sebagai Larutan uji.
anhidrat. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi dengan
Baku pembanding Ampisilin BPFI; merupakan bentuk detektor ionisasi nyala dan kolom 2 mm x 2 m berisi
anhidrat dari ampisilin. Sebelum digunakan, lakukan bahan pengisi 3% fase cair G3 dengan partikel penyangga
pengeringan sampai bobot konstan pada vakum dengan SIA tersilanisasi dan pertahankan suhu pada 120°.
fosfor pentoksida P pada suhu ruang. Simpan dalam Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa, dengan laju
wadah tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. alir lebih kurang 30 ml per menit.
Ampisilin Natrium BPFI; tidak boleh dikeringkan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sebelum digunakan. Higroskopis, simpan dalam wadah sama (lebih kurang 2-20 l). Larutan baku dan Larutan
tertutup rapat, di tempat sejuk dan kering. Endotoksin uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
- 126 -

respons puncak utama. Perbandingan respons tiap Fase gerak, Pengencer, Larutan baku, Larutan
puncak dimetilanilin terhadap respons puncak resolusi dan Sistem kromatografi lakukan seperti tertera
dimetilanilin yang diperoleh dari Larutan uji tidak lebih pada Penetapan kadar dalam Ampisilin.
besar dari Larutan baku. Larutan uji [Catatan Ampisilin natrium bersifat
higroskopis, hindari paparan terhadap udara dan
Metilen klorida Tidak lebih dari 0,2%. Lakukan timbang segera]. Timbang saksama setara dengan lebih
penetapan dengan cara Kromatografi gas seperti tertera kurang 100 mg ampisilin anhidrat, masukkan dalam labu
pada Kromatografi <931>. tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan
Larutan baku internal Buat larutan dioksan P dalam Pengencer sampai tanda. Gunakan larutan segera setelah
dimetil sulfoksida P hingga kadar lebih kurang 2,1 mg dibuat.
per ml. Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Larutan baku Timbang saksama sejumah metilen pada Penetapan kadar dalam Ampisilin. Hitung jumlah
klorida P, larutkan dalam Larutan baku internal hingga dalam g ampisilin, C16H19N3O4S, dalam tiap mg zat uji
kadar lebih kurang 0,33 mg per ml. dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 500 mg
zat, larutkan dalam 3,0 ml Larutan baku internal.
 CP  rU 
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 100   
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi W  rS 
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x
1,8 m berisi bahan pengisi 10% G39 dengan partikel W adalah bobot dalam mg ampisilin natrium dalam
penyangga S1A yang tidak tersilanisasi. Pertahankan Larutan uji; keterangan lainnya seperti tertera pada
suhu kolom, suhu injektor dan suhu detektor berturut- Penetapan kadar dalam Ampisilin.
turut pada suhu lebih kurang 65º, 100º dan 260º.
Gunakan nitrogen P sebagai gas pembawa, dengan laju Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
alir lebih kurang 60 ml per menit. Suntikkan Larutan
baku ke dalam kromatograf dan rekam retensi yang
tertera pada Prosedur: Waktu relatif metilen klorida dan AMPISILlN DAN SULBAKTAM UNTUK
dioksan berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, INJEKSI
R, antara puncak metilen klorida dan puncak dioksan Ampicillin and Sulbactam for Injection
tidak kurang dari 4 dan penyimpagan baku relatif untuk
penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%. Ampisilin dan Sulbaktam untuk Injeksi adalah suatu
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume campuran ampisilin natrium dan sulbaktam natrium
sama (lebih kurang 1 μl ) Larutan baku dan Larutan uji kering dan steril. Mengandung ampisilin, C16H19N3O4S,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dan sulbaktam, C8H11NO5S, setara dengan tidak kurang
respons puncak metilen klorida dan dioksan. Hitung dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari jumlah yang
persentase metilen klorida dalam ampisilin natrium steril tertera pada etiket. Perbandingan ampisilin dan
yang digunakan dengan rumus: sulbaktam pada etiket adalah 2:1. Mengandung ampisilin
dan sulbaktam, berturut-turut tidak kurang dari 563dan
 300 C   RU  280 µg per mg, dihitung terhadap zat yang telah
  
 m   RS  dikeringkan.

C adalah kadar metilen klorida dalam mg per ml Larutan Baku pembanding Ampisilin BPFI bentuk anhidrat;
baku; m adalah jumlah dalam mg zat dalam Larutan uji; keringkan dalam hampa di atas fosforpentaoksida P pada
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons suhu ruang hingga bobot tetap sebelum digunakan.
puncak metilen klorida terhadap respons puncak dioksan Simpan dalam wadah tertutup rapat, sejuk dan kering.
yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan Baku. Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik,
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
Syarat lain Untuk Ampisilin Natrium Steril, harus menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi,
memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan Endotoksin gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
Bakteri <201> seperti tertera pada Ampisilin untuk belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
Injeksi. Ampisilin natrium untuk pembuatan injeksi Sulbaktam BPFI; tidak boleh dikeringkan sebelum
ampisilin natrium harus memenuhi syarat uji Endotoksin digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan
Bakteri <201> seperti yang tertera pada Ampisilin untuk dalam lemari pembeku.
Injeksi.
Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Injeksi.
Kromatografi <931>.
- 127 -
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan uji 2 (Untuk kemasan dosis tunggal).
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Konstitusikan satu wadah ampisilin dan sulbaktam untuk
diperoleh pada Penetapan kadar. injeksi dengan sejumlah volume air yang diukur
saksama sesuai dengan volume pelarut yang tertera pada
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,17 unit etiket. Pipet semua kandungan isi wadah menggunakan
Endotoksin FI dalam zat yang setara dengan 1 mg alat suntik dan jarum hipodermis, jika perlu encerkan
campuran ampisilin dan sulbaktam (berturut-turut 0.67 secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase gerak
dan 0.33 mg). hingga kadar ampisilin dan sulbaktam berturut-turut
lebih kurang 0,6 dan 0,3 mg per ml. [Catatan Segera
Sterilitas <71> Memenuhi syarat, seperti tertera pada suntikkan larutan ini].
Penyaring Membran dalam Uji Sterilitas dari produk Larutan uji 3 (Jika pada etiket tertera jumlah ampisilin
yang diuji. dan sulbaktam dalam volume tertentu larutan konstitusi).
Konstitusikan satu wadah ampisilin dan sulbaktam untuk
pH <1071> Antara 8,0 dan 10,0; lakukan penetapan injeksi dengan sejumlah volume air yang diukur
menggunakan larutan yang mengandung ampisilin 10 saksama sesuai dengan volume pelarut yang tertera pada
mg per ml dan sulbaktam 5 mg per ml. etiket. Jika perlu encerkan secara kuantitatif dan
bertahap larutan yang terkonstitusi dengan Fase gerak
Kadar air <1031> Metode I Tidak lebih dari 2,0%. hingga kadar larutan ampisilin dan sulbaktam berturut-
turut lebih kurang 0,6dan 0,3 mg per ml. [Catatan
Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti Segera suntikkan larutan ini].
tertera pada Injeksi volume kecil. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Syarat lain Memenuhi syarat Keseragaman sediaan dilengkapi dengan detektor 230 nm dan kolom 4 mm x
<911> dan Penandaan pada Injeksi. 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
Kromatografi <931>. Ampisilin lebih kurang 0,7 dan untuk hasil degradasi
Tetrabutilamonium hidroksida 0,005 M Encerkan 6,6 alkali sulbaktam adalah 1,0; resolusi, R, antara ampisilin
ml Larutan tetrabutilamonium hidroksida 40% dengan dan hasil degradasi alkali sulbaktam tidak kurang dari
air hingga 1800 ml. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1 dengan 4,0. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
penambahan asam fosfat 1 M. Encerkan dengan air respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu
hingga 2000 ml. retensi relatif Ampisilin dan sulbaktam berturut-turut
Fase gerak Buat campuran tetrabutilamonium lebih kurang 0,35 dan 1,0; efisiensi kolom puncak
hidroksida 0,005M-asetonitril P (1650:350), saring dan sulbaktam tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis;
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut faktor ikutan tidak lebih dari 1,5; dan simpangan baku
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
<931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Ampisilin sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
BPFI dan Sulbaktam BPFI, larutkan dalam Fase gerak ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
hingga kadar ampisilin dan sulbaktam berturut-turut respons puncak utama. Hitung jumlah dalam µg
lebih kurang 0,6dan 0,3 mg per ml. [Catatan Segera ampisilin, C16H19N3O4S, dan sulbaktam, C8H11NO5S,
suntikkan larutan ini]. dalam serbuk injeksi yang digunakan dengan rumus:
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
Sulbaktam BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida  CS P   rU 
0,01 N hingga kadar lebih kurang 0,3 mg per ml,    
diamkan selama 30 menit. Atur pH hingga 5,0 ± 0,1  CU   rS 
dengan penambahan asam fosfat P. Pipet 5 ml larutan ke
dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 4,25 ml CS adalah kadar Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI
asetonitril P, encerkan dengan tetrabutilamonium dalam mg per ml Larutan baku; P adalah kandungan
hidroksida 0,005 M sampai tanda. Pipet 1 ml larutan ke Ampisilin BPFI atau Sulbaktam BPFI dalam µg per mg;
dalam labu tentukur 25-ml kedua, tambahkan 15 mg CU adalah kadar ampisilin atau sulbaktam untuk injeksi
Ampisilin BPFI, encerkan dengan Fase gerak sampai dalam mg per ml Larutan uji 1; rU dan rS adalah respons
tanda. [Catatan Segera suntikkan larutan ini]. puncak analit dari Larutan uji 1 dan Larutan baku.
Larutan uji 1 Homogenkan isi satu wadah ampisilin Hitung jumlah ampisilin, C16H19N3O4S, dan sulbaktam,
dan sulbaktam untuk injeksi. Timbang saksama sejumlah C8H11NO5S, dalam wadah atau dalam volume larutan
serbuk, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih konstitusi dengan rumus:
kurang 1 mg per ml.[Catatan Segera suntikkan larutan
ini].
- 128 -

 L  r  pH <1071> 5,0-6,5; lakukan penetapan menggunakan


  C s P  U  larutan zat (1 dalam 100).
D  rS 
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%.
L adalah jumlah ampisilin atau sulbaktam dalam mg
seperti yang tertera pada etiket, dalam wadah atau dalam Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
volume larutan terkonstitusi yang digunakan; D adalah
kadar ampisilin atau sulbaktam dalam mg per ml Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
Larutan uji 2 atau Larutan uji 3, berdasarkan jumlah mg zat, larutkan dalam 50 ml asam asetat glasial P, bila
dalam mg ampisilin atau sulbaktam yang tertera pada perlu hangatkan hingga larut. Dinginkan, tambahkan 15
etiket; rU adalah respons puncak Larutan uji 2 atau ml raksa(II) asetat LP dan 2 sampai 3 tetes kristal violet
Larutan uji 3 dan rS adalah respons puncak Larutan LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LP. Lakukan
baku. penetapan blangko.
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam Wadah Tiap ml asam perklorat 0,1 N
padatan steril seperti tertera pada Injeksi. setara dengan 30,18 mg C17H19N3.HCl

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik


ANTAZOLIN HIDROKLORIDA terlindung cahaya.
Antazoline Hydrochloride

ANTIPIRIN
N
H2
C N
H2
C Antipyrine
. HCl

NH

N CH3
O
N
2-(N-Benzilanilina)-metil-2-imidazolina
hidroklorida [2508-72-7] CH3

C17H19N3.HCl BM 301,82
2,3-Dimetil-1-fenil-3-pirazolin-5-on [60-80-0]
Antazolin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari C11H12N2O BM 188,23
99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C17H19N3.HCl,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Antipirin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
tidak lebih dari 100,5% C11H12N2O, dihitung terhadap
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; tidak zat yang telah dikeringkan.
berbau atau hampir tidak berbau; rasa pahit.
Pemerian Serbuk hablur, hablur tidak berwarna atau
putih; tidak berbau dan agak pahit. Larutan netral
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; larut dalam
terhadap lakmus.
etanol; sangat sukar larut dalam kloroform; praktis tidak
larut dalam eter.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol dan dalam kloroform; agak sukar larut
Identifikasi
dalam eter.
A. Spektum serapan ultraviolet larutan (1 dalam
100.000) dalam asam korida 0,1 N setebal 2 cm pada
Baku pembanding Antipirin BPFI; lakukan
daerah panjang gelombang antara 230 nm dan 350 nm
pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam sebelum
menunjukkan maksimum pada lebih kurang 241dan 291
digunakan.
nm; serapan pada 241 nm lebih kurang 1,0 dan pada 291
nm lebih kurang 0,13.
Kesempurnaan melarut dan warna larutan Larut
B. Pada 5 ml larutan 1,0% tambahkan 0,5 ml asam
sempurna dalam 1 bagian air dingin, jika diamati secara
nitrat P: terjadi warna merah yang segera menjadi hijau
melintang dalam tabung yang berdiameter lebih kurang
tua.
20 mm, larutan tampak tidak berwarna atau tidak lebih
C. Menunjukkan reaksi Klorida seperti tertera pada
berwarna dari kuning pucat.
Uji Identifikasi Umum <291>.
Identifikasi
Suhu lebur <1021> Metode II Lebih kurang 240º,
A. Spektum serapan inframerah zat yang didispersikan
disertai peruraian.
dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum
- 129 -
hanya pada bilangan gelombang sama seperti pada Anhidrat [314-19-2] BM 303,79
Antipirin BPFI .
B. Spektum serapan ultraviolet larutan zat (1 dalam Apomorfin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
50.000) dalam metanol P menunjukkan maksimum dan 98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C17H17NO2.HCl,
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pada Antipirin BPFI, daya serap masing-masing dihitung
terhadap zat yang telah dikeringkan pada panjang Pemerian Serbuk putih atau hablur berkilauan kecil
gelombang serapan maksimum lebih kurang 266 nm: putih atau putih keabu-abuan; tidak berbau. Di udara
berbeda tidak lebih dari 3,0%. terbuka dan terpapar cahaya perlahan-lahan berubah
C. Pada larutan tambahkan asam tanat LP: terbentuk menjadi hijau. Larutan dalam air bereaksi netral terhadap
endapan putih. lakmus.

Jarak lebur <1021> Antara 110º dan 125º. Kelarutan Sangat sukat larut dalam kloroform dan
dalam eter; agak sukar larut dalam air dan dalam etanol;
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; larut dalam air pada suhu 80º.
lakukan pengeringan pada suhu 60º selama 2 jam.
Baku pembanding Apomorfin Hidroklorida BPFI;
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0.15%. lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan terlindung cahaya.
penetapan menggunakan 1 g zat yang dilarutkan dalam 2
ml asamasetat 1 N, dan tambahkan air hingga 25 ml. Identifikasi
A. Spektum serapan inframerah zat yang telah
Cemaran umum <481> dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromidaP
Larutan uji Gunakan pelarut kloroform P. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Larutan baku Gunakan pelarut kloroform P. gelombang yang sama seperti Apomorfin Hidroklorida
Fase gerak Campuran kloroform P-aseton butil BPFI .
alkohol P-asam format P (60:15:15:15). B. Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 100) tambahkan
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 20) sedikit
nomor 1. berlebih: terbentuk endapan putih atau putih kehijauan.
Tambahkan 3 tetes iodum LP, kocok kuat: terjadi warna
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 100 hijau zamrud. Tambahkan 5 ml eter P, kocok kuat dan
mg zat, masukkan ke dalam labu iodum 250 ml, larutkan biarkan memisah: lapisan eter berwarna merah delima
dalam 25 ml air. Tambahkan 2 g natrium asetat P dan yang intensif sedangkan lapisan air tetap berwarna hijau.
20,0 ml iodum 0,1 N LV. Biarkan di tempat gelap dan C. Larutkan zat dalam asam nitrat P: terjadi warna
sejuk selama 20 menit, tambahkan 25 ml etanol P ungu gelap.
hingga endapan larut. Titrasi kelebihan iodum dengan D. Pada larutan C tambahkan perak nitrat LP:
natrium tiosulfat 0,1 N LV menggunakan kanji LP terbentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam
sebagai indikator. nitrat P. Endapan ini segera menjadi gelap karena
direduksi menjadi logam perak yang dipercepat dengan
Tiap ml iodum 0,1 N penambahan amonium hidroksida 6 N.
setara dengan 9,412 mg C11H12N2O
Rotasi jenis <1081> Antara -60,5º dan -63,0º; dihitung
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam dimetil sulfoksida P yang
mengandung 15 mg per ml.
APOMORFIN HIDROKLORIDA
Apomorphine Hydrochloride Warna larutan Masukkan 100 mg zat ke dalam tabung
reaksi yang sesuai, tambahkan 10 ml air bebas oksigen
yang dingin, kocok secara perlahan hinggá larut: amati
segera warna larutan yang diperoleh tidak boleh lebih
N
CH2 intensif dari warna larutan baku yang dibuat sebagai
HCl 1/2H2O
OH
H
berikut: Larutkan 5 mg Apomorfin Hidroklorida BPFI
dalam 100,0 ml air. Pipet 1 ml larutan ini ke dalam
tabung yang ukurannya sama dengan tabung untuk
OH
larutan uji, encerkan dengan 6 ml air, tambahkan 1 ml
larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 20), tambahkan
6aß-Aporfin-10,11-diol hidrokloridahemihidrat [41372- 0,50 ml iodum LP. Diamkan selama 30 detik, tambahkan
20-7] 0,60 ml larutan natrium tiosulfat P (1 dalam 40) dan
C17H17NO2.HCl.½H20 BM 312,79 encerkan dengan air hingga 10 ml.
- 130 -

Susut pengeringan <1121> Antara 2,0% dan 3,5%; Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 4,0% lakukan
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 2 jam. penetapan menggunakan 500 mg zat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Senyawa larut dalam asam Tidak lebih dari 3,5%
lakukan penetapan dengan cara sebagai berikut: didihkan
Hasil urai Kocok 100 mg zat dengan 5 ml eter P: warna 1,0 g zat dengan campuran 20 ml air dan 5 ml asam
larutan tidak lebih intensif dari merah pucat. klorida P selama 5 menit, saring kedalam krus porselen
yang telah ditara, cuci sisa dengan 10 ml air panas,
Cemaran umum <481> tambahkan air cucian kedalam filtrat. Pada campuran
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P. filtrat dan air cucian tambahkan 1 ml asam sulfat P,
Larutan uji Gunakan pelarut metanol P. uapkan sampai kering dan pijarkan hingga bobot tetap.
Fase gerak Buat campuran 1-butanol P-air- asam
format P (7:2:1). Klorida <361> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan
Penampak bercak Buat campuran segar besi(III) penetapan menggunakan 10 ml filtrat yang diperoleh
klorida P 10%-kalium heksasianoferat(III) P 5% (2:1). pada uji Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi dibandingkan larutan pembanding yang mengandung 1,5
hingga Fase gerak merambat lebih kurang 8 cm di atas ml asam klorida 0,020 N.
garis penotolan [Catatan Waktu merambat antara 1,5
sampai 2 jam]. Angkat lempeng, biarkan kering pada Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,2%;lakukan penetapan
suhu ruang selama 1 jam sebelum disemprot. menggunakan 10 ml filtrat yang diperoleh pada uji
Keasaman-kebasaan: tidak lebih keruh dibandingkan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 larutan pembanding yang mengandung 1,0 ml asam
mg zat, larutkan dalam 100 ml asam asetat glasial P dan sulfat 0,020 N.
panaskan di atas tangas uap. Tambahkan 0,1 ml
anhidrida asetat P ke dalam larutan panas, aduk selama Sulfida Didihkan perlahan-lahan 0,50 g zat dengan 20
5 menit. Dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 5 ml ml air dan 5 ml asam klorida P dalam labu Erlenmeyer
raksa(II) asetat LP dan 0,25 ml kristal violet LP, titrasi kecil: terbentuk uap yang tidak menghitamkan kertas
dengan asam perklorat 0,1 N LV hingga titik akhir saring yang dibasahi dengan timbal(II) asetat LP.
berwarna biru. Lakukan penetapan blangko.
Senyawa sianogen Masukkan campuran 5 g zat, 50 ml
Tiap ml asam perklorat 0,1 N air dan 2 g asam tartrat P ke dalam labu destilasi yang
setara dengan30,38 mg C17H17NO2.HCl dihubungkan dengan pendingin dilengkapi dengan
adaptor yang dipasang rapat, dengan salah satu ujung
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tercelup di dalam campuran 2 ml natrium hidroksida 1 N
tidak tembus cahaya. dan 10 ml air didalam labu kecil yang direndam es.
Panaskan campuran didalam labu destilasi sampai
mendidih dan destilasi hingga lebih kurang 25 ml.
ARANG JERAP Encerkan destilat dengan air hingga 50 ml. Pada 25 ml
Activated Charcoal destilat yang telah diencerkan tambahkan 12 tetes
besi(II) sulfat LP, panaskan hingga hampir mendidih,
Arang Jerap adalah sisa destilasi destruktif dari beberapa dinginkan dan tambahkan 1 ml asam klorida P: tidak
bahan organik yang telah diberi perlakuan untuk terjadi warna biru.
mempertinggi daya serap.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
Pemerian serbuk halus, bebas dari butiran; hitam; tidak penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
berbau; tidak berasa. berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan campuran 20 ml
asam klorida 3 N dan 5 ml brom LP selama 5 menit,
Kelarutan praktis tidak larut dalam air dan dalam saring cuci dengan 50 ml air mendidih. Uapkan filtrat
etanol. dan air cucian sampai kering, pada residu tambahkan 1
ml asam klorida 1 N, 20 ml air dan 5 ml asam sulfit P.
Keasaman-kebasaan Didihkan 3,0 g zat dengan 60 ml Didihkan larutan sampai seluruh belerang dioksida
air selama 5 menit, biarkan dingin, tambahkan air hilang, saring jika perlu, encerkan dengan air hingga 50
sampai volume semula, saring: filtrat tidak berwarna dan ml. Pada 20 ml larutan tambahkan air hingga 25 ml.
bereaksi netral terhadap lakmus P.
Zat tak terarangkan Didihkan 250 mg zat dengan 10
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0% ml natrium hidroksida 1 N selama 5 detik, saring: filtrat
tidak berwarna.
lakukan pengeringan pada suhu 120selama 4 jam.
- 131 -
Daya jerap Dapar dan Fase gerak Buat seperti tertera pada
Alkaloid Kocok 1 g zat yang telah dikeringkan pada Penetapan kadar.
120º selama 4 jam dengan larutan 100 mg striknin sulfat Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,05% Timbang
P dalam 50 ml air selama 5 menit, saring dan buang 10 lebih kurang 100 mg 9-fluorenilmetil kloroformat,
ml filtrat pertama. Pada 10 ml filtrat tambahkan 1 tetes masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
asam klorida P dan 5 tetes kalium raksa(II) iodida LP: encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan
tidak terjadi kekeruhan. dibuat segar.
Zat warna Pipet 50 ml larutan metilen biru P (1 dalam Dapar borat Timbang 6,2 g asam borat P, larutkan
1000) masing-masing ke dalam dua labu 100 ml dalam lebih kurang 950 ml air, atur pH hingga 9,0
bersumbat kaca. Tambahkan ke dalam salah satu labu dengan penambahan natrium hidroksida 1 N, dan
250 mg zat yang ditimbang saksama, tutup dan kocok encerkan dengan air hingga 1000 ml.
selama 5 menit. Saring isi masing-masing labu melalui Pengencer Timbang 176,4 g natrium sitrat dihidrat P,
penyaring kering, buang 20 ml dari masing-masing masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan
filtrat pertama. Pipet 25,0 ml masing-masing filtrat ke encerkan dengan Media disolusi sampai tanda.
dalam dua labu tentuktur 250-ml. Tambahkan ke dalam Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
masing-masing labu 50 ml larutan natrium asetat P (1 Alendronat Natrium BPFI, larutkan dalam Media
dalam 10), campur; tambahkan melalui buret 35,0 ml disolusi, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu
iodum 0,1 N LV, sambil digoyang. Tutup labu, biarkan bertahap dengan media disolusi hingga kadar seperti
selama 50 menit, kocok kuat dengan selang waktu 10 alikuot.
menit. Encerkan masing-masing campuran dengan air Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
sampai tanda, campur, diamkan selama 10 menit, saring dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir
melalui penyaring kering, buang masing-masing 30 ml yang berisi 1,0 ml Pengencer dan 5,0 ml Dapar borat,
filtrat pertama. Titrasi kelebihan iodum dalam masing- campur selama lebih kurang 3 menit. Tambahkan 4,0 ml
masing 100 ml filtrat dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,05% dan kocok
menggunakan 3 ml kanji LP sebagai indikator. Hitung selama lebih kurang 30 detik. Diamkan larutan pada
jumlah ml iodum 0,1 N yang diperlukan pada masing- suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan 25 ml
masing titrasi: perbedaan antara kedua volume tidak metilen klorida P, dan kocok selama 40 detik. Sentrifus
kurang dari 0,7 ml. campuran selama 5 menit. Gunakan bagian yang jernih
di atas lapisan air.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Blangko Gunakan 5 ml air, lakukan seperti tertera
Salmonella sp dan Escherichia coli. pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam tabung
sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup. Larutan uji Setelah 15 menit, ambil sejumlah alikuot
dan sentrifus segera. Pipet 5 ml beningan, lakukan
seperti tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke
TABLET ASAM ALENDRONAT dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup
Alendronic Acid Tablet ulir”.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Tablet Asam Alendronat mengandung Alendronat Kromatografi <931>. Lakukan seperti tertera pada
Natrium, yang setara dengan asam alendronat, Penetapan kadar. Lakukan kromatografi terhadap
C4H13NO7P2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor kapasitas, k,
tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
Baku pembanding Alendronat Natrium BPFI; tidak penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
boleh dikeringkan. Merupakan bentuk trihidrat dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
alendronat natrium. Simpan dalam wadah tertutup rapat, sama (lebih kurang 50 µl) Larutan baku, Larutan uji dan
setelah dibuka, simpan dalam desikator pada suhu ruang. Blangko ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram asam alendronat, C4H13NO7P2, yang terlarut dengan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang rumus:
diperoleh pada Penetapan kadar.
r 
Disolusi <1231> 827 ,1C  U 
 rS 
Uji 1
Media disolusi : 900 ml air
C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dalam mg per
Alat tipe 2 : 50 rpm.
ml Larutan baku persediaan; rU dan rS berturut-turut
Waktu : 15 menit.
adalah respons puncak yang diperoleh dari Larutan uji
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H13NO7P2
dan Larutan baku. [Catatan: 827,1 adalah faktor
yang terlarut dengan cara Kromatografi cair kinerja
tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 132 -

konversi bobot molekul C4H13NO7P2/ C4H12NNaO7P2) larutan selama 10 menit. Gunakan bagian yang jernih di
dikalikan dengan volume media (900 ml)] atas lapisan air.
Toleransi Dalam waktu 15 menit harus larut tidak Larutan uji persediaan Masukkan tidak kurang dari
kurang dari 80% (Q) C4H13NO7P2, dari jumlah yang 10 tablet ke dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan
tertera pada etiket. Untuk tablet dengan etiket dosis 500 ml Pengencer, kocok secara mekanik selama 30
mingguan, dalam waktu 15 menit harus larut tidak menit dan sonikasi selama 5 menit. Encerkan dengan
kurang dari 75% (Q) C4H13NO7P2 dari jumlah yang Pengencer sampai tanda dan sentrifus sebagian dari
tertera pada etiket. larutan ini. Encerkan secara kuantitatif sejumlah volume
beningan hingga kadar 0,02 - 0,03 mg per ml.
Uji 2 Larutan uji Pipet 5 ml Larutan uji persediaan,
Jika sediaan harus memenuhi uji ini, pada penandaan lakukan seperti tertera pada Larutan baku, dimulai dari
dicantumkan uji disolusi 2, jika tidak menggunakan uji ”ke dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup
disolusi 1. ulir”.
Media disolusi : 900 ml air Blangko Gunakan 5 ml Pengencer, lakukan seperti
Alat tipe 2 : 50 rpm. tertera pada Larutan baku, dimulai dari ”ke dalam
Waktu : 30 menit. tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir”.
Prosedur : Lakukan penetapan jumlah Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C4H12NNaO7P2.3H2O yang terlarut seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Penetapan Kadar. dilengkapi dengan detektor 266 nm dan kolom 4,1 mm x
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 25 cm yang berisi bahan pengisi L21, pertahankan suhu
kurang dari 80% (Q) C4H12NNaO7P2.3H2O dari jumlah kolom pada 35º. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit.
yang tertera pada etiket. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kapasitas, k, tidak kurang dari 2,0 dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada sama (lebihkurang 50 µl) Larutan baku, Larutan uji dan
Kromatografi <931>. Blangko ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
Pengencer Timbang 29,4 g natrium sitrat dihidrat P, ukur respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan asam alendronat, C4H13NO7P2 dalam tablet yang
encerkan dengan air sampai tanda. digunakan dengan rumus:
Dapar Timbang 14,7 g natrium sitrat dihidrat P dan
7,05 g natrium fosfat dibasa anhidrat P, masukkan ke r 
dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dalam 900 ml air, 0 ,919 DC  U 
atur pH hingga 8,0 dengan penambahan asam fosfat P,  rS 
encerkan dengan air sampai tanda.
Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat 0,1% Timbang D adalah faktor pengenceran Larutan baku persediaan;
lebih kurang 250 mg 9-fluorenilmetil kloroformat, C adalah kadar Alendronat Natrium BPFI dalam mg per
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, encerkan ml Larutan baku persediaan; rU dan rS berturut-turut
dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan dibuat segar. adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Larutan borat Timbang lebih kurang 38,1 g natrium [Catatan 0,919 adalah faktor konversi bobot molekul
borat P, masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, (C4H13NO7P2/ C4H12NNaO7P2)].
larutkan dan encerkan dengan air sampai tanda.
Fase gerak Buat campuran Dapar-asetonitril P- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
metanol P (75:20:5), saring dan awaudarakan. Jika perlu pada suhu antara 15º dan 30º.
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah ASAM ALGINAT
Alendronat Natrium BPFI, larutkan dan encerkan Alginic Acid
dengan Pengencer hingga kadar lebih kurang 0,03 mg
per ml. Asam alginat [9005-32-7]
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke
dalam tabung sentrifuga polipropilen 50 ml bertutup ulir Asam Alginat adalah karbohidrat koloid hidrofilik yang
yang berisi 5 ml Larutan borat, campur selama 3 menit. diekstraksi dengan alkali encer dari berbagai spesies
Tambahkan 4 ml Larutan 9-Fluorenilmetil kloroformat rumput laut cokelat (Familia Phaeophyceae).
0,1%, kocok selama 30 detik. Diamkan larutan pada
suhu ruang selama 25 menit. Tambahkan 25 ml Pemerian Serbuk berserat putih hingga putih
metilen klorida P, dan kocok selama 40 detik. Sentrifus kekuningan; tidak berbau atau praktis tidak berbau; tidak
berasa.
- 133 -
Kelarutan Tidak larut dalam air dan dalam pelarut Bilangan asam Tidak kurang dari 230 dihitung terhadap
organik; larut dalam larutan alkali. zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan sebagai
berikut: Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
Identifikasi suspensikan dalam campuran 50 ml air dan 30,0 ml
A. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1 N larutan kalsium asetat P (11 dalam 250). Kocok kuat-
(1 dalam 150), tambahkan 1 ml kalsium klorida LP: kuat, biarkan selama 1 jam, tambahkan fenoftalein LP,
terbentuk endapan ruah menyerupai jeli. titrasi asam asetat yang dibebaskan dengan natrium
B. Pada 5 ml larutan dalam natrium hidroksida 0,1 N hidroksida 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko, hitung
(1 dalam 150), tambahkan 1 ml asam sulfat 4 N: bilangan asam dengan rumus:
terbentuk endapan berat menyerupai jeli.  5,611 ( A  B ) 
C. Masukkan lebih kurang 5 mg ke dalam tabung  
 W 
reaksi, tambahkan 5 ml air, 1 ml larutan segar 1,3-
naftalendiol P 1% dalam etanol P dan 5 ml asam klorida 5,611 adalah sepersepuluh bobot molekul kalium
P. Panaskan hingga mendidih, didihkan perlahan-lahan hidroksida; A dan B berturut-turut adalah volume dalam
selama 3 menit, dinginkan hingga suhu lebih kurang 15. ml natrium hidroksida 0,1 N yang digunakan dalam
Pindahkan ke dalam corong pisah 30 ml dengan 5 ml air. titrasi Larutan uji dan Larutan blangko; W adalah bobot
Ekstraksi dengan 15 ml isopropil eter P: lapisan dalam g asam alginat yang digunakan.
isopropil eter menunjukkan warna lebih ungu
dibandingkan warna blangko yang dibuat dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
yang sama.

Batas mikroba <51> Jumlah angka kuman tidak lebih ASAM AMINOKAPROAT
dari 200 per g: uji Salmonella sp dan Escherrichia coli
Aminocaproic acid
negatif.

pH <1071> Antara 1,5 dan 3,5; lakukan penetapan


menggunakan 3% zat yang terdispersi dalam air.
Asam 6-aminoheksanoat [60-32-2]
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 15,0%; C6H13NO2 BM 131,17
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam.
Asam Aminokaproat mengandung tidak kurang dari
Kadar abu Tidak lebih dari 4,0%; lakukan Penetapan 98,5% dan tidak lebih dari 101,5% C6H13NO2 dihitung
kadar abu seperti tertera pada Pengambilan Contoh dan terhadap zat anhidrat.
Metode Analisis Simplisia <671>. Pijarkan hati-hati,
lebih kurang 4 g zat yang ditimbang saksama dalam Pemerian Serbuk hablur halus; putih; tidak berbau atau
cawan platina yang sudah ditara hingga residu praktis tidak berbau. Larutannya bereaksi netral terhadap
mengarang sempurna (lebih kurang 5 menit). Kemudian lakmus; melebur pada suhu lebih kurang 205º.
pijarkan di dalam tanur pada suhu 800  25 hingga
semua arang terbakar habis (20-35 menit). Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam asam, dalam
alkali; sukar larut dalam metanol dan dalam etanol;
Arsen <321> Metode II tidak lebih dari 3 bpj. praktis tidak larut dalam kloroform dan dalam eter.

Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; tambahkan 1,0 g Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; lakukan
zat pada 20 ml asam nitrat P dalam labu Erlenmeyer 250 pengeringan pada suhu 105º selama 30 menit sebelum
ml, campur dan panaskan perlahan-lahan hingga larut. digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Lanjutkan pemanasan hingga volume menjadi lebih
kurang 7 ml. Dinginkan cepat hingga suhu ruang, Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dikeringkan pada suhu 105º selama 30 menit dan
dengan air sampai tanda. Pada sejumlah 50,0 ml larutan didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
ini tambahkan 15 ml Larutan Amonium sitrat, 3 ml maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Larutan kalium sianida dan 500 l Larutan seperti pada Asam Aminokaproat BPFI.
hidrosilamina hidroklorida. Setelah ekstraksi pertama
dengan ditizon, cuci kumpulan ekstrak kloroform Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dengan 5 ml air, buang lapisan air dan lanjutkan
penyarian dengan 20 ml asam nitrat 0,2 N. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0.1%.

Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 40 bpj; Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
lakukan penetapan menggunakan krus platina dan
gunakan asam nitrat P sebagai pengganti asam sulfat P.
- 134 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada suhu ruang.
Kromatografi <931>.
Larutan A Timbang lebih kurang 550 mg natrium 1-
heptansulfonat P, masukkan ke dalam labu tentukur TABLET ASAM AMINOKAPROAT
1000-ml, tambahkan air sampai tanda. Aminocaproic acid Tablet
Fase gerak Timbang lebih kurang 10 g kalium fosfat
monobasa P, masukkan ke dalam gelas piala 1000 ml, Tablet Asam Aminokaproat mengandung Asam
larutkan dalam 300 ml Larutan A, tambahkan 250 ml Aminokaproat, C6H13NO2, tidak kurang dari 95,0% dan
metanol P, kemudian tambahkan lagi 300 ml Larutan A tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada
dan campur. Atur pH campuran menjadi 2,2 dengan etiket.
asam fosfat P. Pindahkan campuran ke dalam labu
tentukur 1000-ml, tambahkan Larutan A sampai tanda Baku pembanding Asam Aminokaproat BPFI; lakukan
dan campur. Saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 30 menit sebelum
penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera digunakan.
pada Kromatografi <931> .
Larutan baku internal Buat larutan metionin dalam air Identifikasi Gerus 2 tablet dengan 10 ml air, dan saring
hingga kadar 1,25 mg per ml. ke dalam 100 ml aseton P. Goyang campuran, biarkan
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah selama 15 menit hingga menghablur sempurna. Saring
Asam Aminokaproat BPFI,larutkan dalam air hingga melalui penyaring kaca masir dengan porositas sedang
kadar 12,5 mg per ml. dan cuci hablur dengan 25 ml aseton P. Hilangkan sisa
Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku persediaan ke pelarut dengan hampa udara dan keringkan pada suhu
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 2,0 ml Larutan 105 selama 30 menit, dinginkan, sisa yang diperoleh
baku internal, tambahkan air sampai tanda dan campur. memenuhi Identifikasi seperti tertera dalam Asam
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1,25 g zat, Aminokaproat.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
encerkan dalam air sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini Disolusi <1231>
ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 2,0 ml Media disolusi : 900 ml air
Larutan baku internal, dan tambahkan air sampai tanda, Alat tipe 1: 100 rpm
campur. Waktu : 45 menit
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Dapar borat pH 9,5 Larutkan 6,185 g asam borat P
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dan 7,930 g kalium klorida P dalam lebih kurang 1000
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x ml air, tambahkan 60 ml natrium hidroksida 1,0 N,
15 cm berisi bahan pengisi L1. Pertahankan pada suhu campur. Encerkan dengan air hingga 2000 ml, campur
30º. Laju alir lebih kurang 0,7 ml per menit. Lakukan dan jika perlu atur pH hingga 9,5 ± 0,1 dengan
kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons penambahan natrium hidroksida 1 N.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
asam aminokaproat dan metionin tidak kurang dari 2,0 Aminokaproat BPFI, larutkan dalam air, encerkan secara
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang kuantitatif dengan air hingga kadar lebih kurang 0,5 mg
tidak lebih dari 2,0%. per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Prosedur Pipet ke dalam masing-masing 3 labu
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji tentukur 50-ml, Larutan uji yang telah disaring, 1 ml
ke dalam kromatograf dan biarkan Larutan uji tereluasi Larutan baku dan 1 ml air sebagai blangko. Tambahkan
tidak kurang dari dua kali waktu retensi asam ke dalam masing-masing labu 20,0 ml Dapar borat pH
aminokaproat. Rekam kromatogram dan ukur semua 9,5 dan 3,0 ml larutan segar -naftokuinon 4-natrium
respons puncak. Waktu retensi asam aminokaproat dan sulfonat P (1 dalam 500), goyang hingga tercampur, dan
metionin berturut-turut 0,76 dan 1,0. Hitung jumlah letakkan ketiga labu tentukur di dalam tangas air yang
dalam mg, C6H13NO2, dengan rumus: dipertahankan pada suhu 65 ± 5º selama 45 menit.
Dinginkan, encerkan dengan air sampai tanda. Hitung
R  jumlah, C6H13NO2, yang terlarut dengan mengukur
2 C  U 
 RS  serapan Larutan uji dan Larutan baku pada panjang
gelombang serapan maksimum lebih kurang 460 nm
C adalah kadar Asam Aminokaproat BPFI dalam mg per terhadap larutan blangko.
ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
perbandingan respons puncak asam aminokaproat kurang dari 75% (Q) C6H13NO2, dari jumlah yang tertera
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan pada etiket.
baku.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
- 135 -
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang baik dengan air dan keringkan pada suhu 105° selama 1
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet jam: derivat diasetil ini meleleh antara 191 dan 197.
setara dengan lebih kurang 500 mg asam aminokaproat, C. Kocok 100 mg zat dengan 10 ml air, saring. Pada 5
masukkan ke dalam gelas piala, tambahkan lebih kurang ml filtrat tambahkan 1 tetes besi(III) klorida LP: terjadi
100 ml asam asetat glasial P, panaskan perlahan-lahan warna ungu.
hingga larut dan dinginkan. Tambahkan 10 tetes larutan
kristal violet P dalam klorobenzen P (1 dalam 500), Kejernihan dan warna larutan Timbang 1 g zat,
titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV dalam dioksan P larutkan dalam 10 ml larutan natrium bikarbonat P (1
hingga terjadi warna biru. Lakukan penetapan blangko. dalam 15): diperoleh larutan jernih dan warna larutan
tidak lebih dari warna kuning lemah. Timbang 1 g zat,
Tiap ml asam perklorat 0,1 N larutkan dalam campuran segar 5 ml asam nitrat P dan
setara dengan 13,12 mg C6H13NO2 45 ml air: diperoleh larutan jernih dan hampir tidak
berwarna.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,7; lakukan penetapan
menggunakan larutan jenuh.
ASAM AMINOSALISILAT
Aminosalicylic acid Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.

COOH Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.

Klorida <351> Tidak lebih dari 0,042%; larutkan 500


NH2 OH mg zat dalam campuran 5 ml asam nitrat P dan 15 ml air
dan bandingkan kekeruhan dengan 0,30 ml asam klorida
Asam 4-aminosalisilat [65-49-6] 0,02 N yang diperlakukan sama.
C7H7NO3 BM 153,14
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 30 bpj.
Asam Aminosalisilat mengandung tidak kurang dari
98,5% dan tidak lebih dari 100,5%, C7H7NO3, dihitung m-Aminofenol Tidak lebih dari 0,25%.
terhadap zat anhidrat. Fase gerak Buat larutan seperti tertera pada
Penetapan Kadar.
Pemerian Serbuk ruah; putih atau praktis putih, menjadi Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
gelap bila terkena cahaya dan udara; tidak berbau atau sulfanilamida, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar
sedikit berbau cuka. lebih kurang 5 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah m-
Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam eter; larut Aminofenol BPFI, larutkan dalam fase gerak hingga
dalam etanol; praktis tidak larut dalam benzen. kadar lebih kurang 12 µg per ml. Pipet 10 ml larutan dan
10 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
Baku pembanding Asam Aminosalisilat BPFI; lakukan aktinik rendah 100-ml, encerkan dengan fase gerak
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 50º selama 1 sampai tanda.
jam sebelum digunakan. m-Aminofenol BPFI; tidak Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg
boleh dikeringkan sebelum digunakan. asam aminosalisilat, masukkan ke dalam labu tentukur
aktinik rendah 100-ml, tambahkan 50 ml Fase gerak dan
Identifikasi goyang hingga larut. Tambahkan 10,0 ml Larutan baku
A. Larutkan 250 mg zat dalam 3 ml natrium internal, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
hidroksida 1 N, masukkan ke dalam labu tentukur 500- Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ml, encerkan dengan air sampai tanda. Masukkan 5 ml Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
larutan ke dalam labu tentukur 250-ml berisi 12,5 ml dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x
dapar fosfat pH 7, encerkan dengan air sampai tanda. 25 cm berisi bahan pengisi L1 10 µm. Laju alir lebih
Ukur serapan menggunakan larutan dapar fosfat sebagai kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
blangko; maksimum tercapai pada panjang gelombang Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
265 ± 2 nm dan 299 ± 2 nm. Perbandingan serapan puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
A265/A299 antara 1,50 dan 1,56. puncak m-aminofenol dan sulfanilamida tidak kurang
B. Timbang lebih kurang 1 g zat, masukkan ke dalam dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan
labu beralas bulat kecil dan tambahkan 10 ml asam ulang tidak lebih dari 7%.
asetat anhidrat. Panaskan labu di atas tangas uap selama Prosedur [Catatan setelah digunakan, cuci kolom
30 menit, tambahkan 40 ml air, campur, saring, selam 30 menit dengan campuran metanol P-air-asam
dinginkan dan biarkan hingga terbentuk hablur derivat fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
diasetil. Kumpulkan endapan pada penyaring, cuci baik- diawaudarakan, kemudian cuci selama 30 menit dengan
campuran metanol P-air (50:50) yang telah disaring
- 136 -

dan diawaudarakan]. Suntikkan secara terpisah Prosedur [Catatan setelah digunakan, cuci kolom
sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan selama 30 menit dengan campuran metanol P-air-asam
baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam fosfat P (77:23:0,6) yang telah disaring dan
kromatogram dan ukur respons puncak utama. Waktu diawaudarakan, kemudian cuci selama 30 menit dengan
retensi relatif sulfanilamida dan m-aminofenol masing- campuran metanol P-air (50:50) yang telah disaring
masing adalah lebih kurang 0,66 dan 1,0. Hitung dan diawaudarakan]. Suntikkan secara terpisah
persentase m-aminofenol, terhadap asam aminosalisilat sejumlah volume sama (lebih kurang 20 µl) Larutan
yang digunakan dengan rumus : baku dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
respons puncak utama: waktu retensi relatif
R  asetaminofen dan asam aminosalisilat masing-masing
10  U  adalah lebih kurang 0,83 dan 1,0. Hitung jumlah mg
 RS  asam aminosalisilat, C7H7NO3, dengan rumus:

C adalah kadar m-Aminofenol BPFI dalam µg per ml R 


Larutan baku; W adalah jumlah zat uji yang digunakan 100 C  U 
dalam mg, seperti tertera pada Penetapan kadar: RU dan  RS 
RS berturut-turut adalah perbandingan respons puncak
m-aminofenol dan sulfanilamida dalam Larutan uji dan C adalah kadar Asam Aminosalisilat BPFI dalam mg per
Larutan baku. ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak asam aminosalisilat dan
Hidrogen sulfida, Belerang dioksida dan Amil asetaminofen dalam Larutan uji dan Larutan baku.
alkohol Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 5 ml
natrium hidroksida 1 N, tambahkan 6 ml asam klorida 3 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
N dan aduk kuat-kuat: tidak berbau hidrogen sulfida atau tidak tembus cahaya, pada suhu tidak lebih dari 30.
belerang dioksida dan tidak lebih dari bau lemah amil
alkohol. Sepotong kertas uji yang dilembabkan dengan
timbal asetat yang diletakkan di atas campuran tidak ASAM ASETAT
berubah warnanya. Acetic Acid
Penetapan kadar CH3COOH
Fase gerak buat campuran 425 ml natrium fosfat
dibasa 0,05 M, 425 ml natrium fosfat monobasa 0,05 M
Asam asetat [64-10-7]
dan 150 ml metanol P yang mengandung 1,9 g tetrabutil
C2H4O2 BM 60,05
amonium hidroksida. Saring dan awaudarakan. Jika perlu
lakukan penyesuaian seperti tertera pada Kesesuaian Asam Asetat mengandung tidak kurang dari 36,0% dan
Sistem pada Kromatografi <931>. tidak lebih dari 37,0% b/b C2H4O2.
Larutan baku internal Buat larutan asetaminofen
dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 5 mg per
Pemerian Cairan; jernih tidak berwana; bau khas,
ml.
menusuk; rasa asam yang tajam.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 50 mg
Asam Aminosalisilat BPFI, masukkan ke dalam labu Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol
tentukur aktinik rendah 100-ml, tambahkan 50 ml Fase
dan dengan gliserol.
gerak dan goyang hingga larut. Tambahkan 10,0 ml
Larutan baku internal, encerkan dengan Fase gerak
Identifikasi Menunjukkan reaksi Asetat seperti tertera
sampai tanda.
pada pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Larutan uji Buat seperti tertera pada Larutan baku,
kecuali gunakan asam aminosalisilat sebagai pengganti Klorida <361> Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 10)
Asam Aminosalisilat BPFI.
tambakan 5 tetes perak nitrat LP: tidak terbentuk
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
opalesensi.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Sulfat <361> Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 10)
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5 tambahkan 5 tetes barium klorida LP: tidak terbentuk
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kekeruhan.
baku, ukur respons puncak dari penyuntikan ulang
seperti tertera pada Prosedur, simpangan baku relatif
Sisa penguapan Tidak lebih dari 0,005%; lakukan
dari perbandingan respon puncak asam aminosalisilat
penetapan sebagai berikut: uapkan 20 ml zat dalam
dan respons puncak asetaminofen tidak lebih dari 1,0%
cawan porselen yang telah ditara di atas tangas uap dan
dan resolusi, R, antar asam aminosalisilat dan
keringkan pada suhu 105 selama 1 jam.
asetaminofen tidak kurang dari 1,7.
- 137 -
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Klorida Encerkan 1,0 ml dengan 20 ml air dan
Metode I Memenuhi syarat tambahkan 5 tetes perak nitrat LP: tidak terjadi
Larutan baku dan Larutan uji Buat Larutan uji opalesensi.
dengan kadar 20 mg per ml dan buat Larutan baku
dengan kadar dua kali kadar yang ditetapkan. Sulfat Encerkan 1,0 ml dengan 10 ml air dan tambahkan
1 ml barium klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 10 ml larutan yang dibuat Sisa penguapan Tidak lebih dari 1,0 mg; lakukan
sebagai berikut: pada sisa yang diperoleh dari sisa penetapan dengan menguapkan 20 ml zat dalam cawan
penguapan tambahkan 8 ml asam klorida 0,1 N, yang telah ditara dan keringkan pada suhu 105º selama 1
hangatkan perlahan-lahan sampai larut sempurna, jam.
encerkan dengan air hingga 100 ml.
Logam berat Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan penetapan
Zat mudah teroksidasi Encerkan 4,0 ml zat dengan 20 dengan menguapkan 20 ml larutan zat yang dibuat
ml air dalam labu bersumbat kaca, tambahkan 0,30 ml sebagai berikut: Pada sisa yang diperoleh dari Sisa
kalium permanganat 0,10 N: warna merah muda tidak penguapan tambahkan 8 ml asam klorida 0,1 N,
segera berubah menjadi cokelat dan cairan tidak hangatkan perlahan-lahan sampai larut sempurna,
seluruhnya menjadi cokelat atau tidak menjadi merah encerkan dengan air hingga 100 ml.
muda dalam waktu kurang dari 30 detik.
Zat mudah teroksidasi Encerkan 2,0 ml zat dengan 10
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 6 ml ml air dalam labu bersumbat kaca dan tambahkan 0,10
zat dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara. ml kalium permanganat 0,10 N: warna merah muda
Tambahkan 40 ml air dan titrasi dengan natrium tidak berubah menjadi cokelat dalam waktu 2 jam.
hidroksida 1 N LV menggunakan indikator Fenolftalein
LP. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 ml
zat dalam labu bersumbat kaca yang berisi lebih kurang
Tiap ml natrium hidroksida 1 N 20 ml air yang telah ditara. Tambahkan 20 ml air dan
setara dengan60,05 mg C2H4O2 titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV menggunakan
indikator Fenolftalein LP.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Tiap ml natrium hidroksida 1 N
setara dengan 60,05 mg C2H4O2
ASAM ASETAT GLASIAL
Glacial Acetic Acid Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
O

H3C C
ASAM ASETILSALISILAT
O

H3C C
Asetosal
O
Acetylsalicylic Acid
COOH
Asam Asetat [64-19-7]
C2H4O2 BM 60,05
NH2 OH

Asam Asetat Glasial mengandung tidak kurang dari


99,5% dan tidak lebih dari 100,5% b/b C2H4O2. Asam asetilsalisilat [50-78-2]
C9H8O4 BM 180,16
Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna; bau khas,
menusuk; rasa asam jika diencerkan dengan air. Asam Asetilsalisilat mengandung tidak kurang dari
Mendidih pada suhu ebih kurang 118. Bobot jenis lebih 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4, dihitung
kurang 1,05. terhadap zat yang telah dikeringkan.

Kelarutan Dapat bercampur dengan air, dengan etanol Pemerian Hablur, umumnya seperti jarum atau
dan dengan gliserol. lempengan tersusun, atau serbuk hablur; putih; tidak
berbau atau berbau lemah. Stabil di udara kering; di
Identifikasi Campuran 1 bagian volume dengan 2 dalam udara lembab secara bertahap terhidrolisa menjadi
bagian volume air menunjukkan reaksi Asetat seperti asam salisilat dan asam asetat.
tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
Suhu beku Tidak lebih rendah dari 15,6. etanol; larut dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar
larut dalam eter mutlak.
- 138 -

Baku pembanding Asam asetilsalisilat BPFI; lakukan aseton P, tambahkan 1ml air dan 10 ml hidrogen sulfida
pengeringan diatas silika gel P selama 5 jam, sebelum LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. pembanding yang dibuat dari 25 ml aseton P, 2 ml
Larutan baku timbal dan 10 ml hidrogen sulfida LP.
Identifikasi
A. Panaskan dengan air selama beberapa menit, Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III) klorida dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih tua
LP: terjadi warna merah ungu. dari larutan padanan Q
B. Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan Zat tidak larut dalam natrium karbonat LP Larutkan
maksimum sama seperti pada bilangan gelombang yang 500 mg zat dalam 10 ml larutan natrium karbonat LP
sama seperti pada Asam Asetilsalisilat BPFI. hangat: larutan jernih.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam. Metode IV Memenuhi syarat.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
zat, masukkan ke dalam labu, tambahkan 50,0 ml
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%. Didihkan 1,5 g natrium hidroksida 0,5 N LV, didihkan campuran secara
zat dalam 75 ml air selama 5 menit, dinginkan, perlahan-lahan selama 10 menit. Tambahkan indikator
tambahkan air secukupnya untuk memperoleh volume Fenolftalein LP. Titrasi kelebihan natrium hidroksida
semula dan saring. Sejumlah 25 ml filtrat menunjukkan dengan asam sulfat 0,5 N LV. Lakukan penetapan
klorida tidak lebih keruh dari larutan pembanding yang blangko.
mengandung 0,10 ml asam klorida 0,02 N.
Tiap ml natrium hidroksida 0,5 N
Sulfat Tidak lebih dari 0,04%; lakukan penetapan setara dengan45,04 mg C9H8O4
dengan cara sebagai berikut: larutkan 6,0 g zat dalam 37
ml aseton P, tambahkan 3 ml air. Titrasi secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
potensiometrik dengan timbal(II) perklorat 0,02 M, yang
dibuat dengan cara melarutkan 9,20 g timbal(II)
perklorat P dalam air hingga 1000 ml, gunakan pH TABLET ASAM ASETILSALISILAT
meter yang mempunyai kemampuan reprodusibilitas Tablet Asetosal
minimum 0,1 mV dilengkapi dengan sistem elektrode Acetylsalicylic Acid Tablet
yang terdiri dari elektrode timbal dan elektrode
pembanding kaca perak-perak klorida yang berisi larutan Tablet Asam Asetilsalisilat mengandung Asam
tetraetilamonium perklorat P dalam asam asetat glasial Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 90,0% dan
P (1 dalam 44): digunakan tidak lebih dari 1,25 ml tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
timbal(II) perklorat 0,02 M Catatan Setelah pemakaian, etiket (tablet berukuran lebih besar dari 81 mg tidak
bilas elektrode timbal dengan air, keringkan elektrode mengandung pemanis atau pengaroma lain). [Catatan
pembanding, alirkan air, bilas dengan metanol dan Tablet salut enterik memenuhi syarat Tablet Lepas Tunda
biarkan kering. Asam Asetilsalisilat].

Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Baku Pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan
penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,5 g zat dalam pengeringan di atas silika gel selama 5 jam sebelum
etanol P secukupnya hingga 25,0 ml. Ke dalam sepasang digunakan. Asam Salisilat BPFI; lakukan pengeringan
tabung pembanding warna, masukkan masing-masing 48 diatas silika gel selama 3 jam sebelum digunakan.
ml air dan 1 ml larutan segar besi(III) amonium sulfat LP
yang dibuat dengan cara menambahkan 1 ml asam Identifikasi
klorida 1 N ke dalam 2 ml besi(III) amonium sulfat LP, A.Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air selama 5
encerkan dengan air hingga 100 ml. Ke dalam salah satu menit, dinginkan dan tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III)
tabung , pipet 1 ml larutan baku asam salisilat dalam air klorida LP: terjadi warna lembayung merah.
yang mengandung 0,10 mg per ml. Ke dalam tabung B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara dengan
yang kedua, pipet 1 ml larutan asam asetilsalisilat (1 lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml
dalam 10). Campur isi masing-masing tabung: setelah 30 etanol P selama beberapa menit, sentrifus, tuang
detik warna pada tabung kedua tidak lebih intensif dari beningan yang jernih dan uapkan hingga kering.
tabung yang mengandung asam silisilat. Keringkan residu dalam hampa udara pada suhu 60
selama 1 jam: residu yang diperoleh menunjukkan reaksi
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan Identifikasi B seperti tertera pada Asam Asetilsalisilat.
penetapan dengan melarutkan 2 g zat dalam 25 ml
- 139 -
Disolusi <1231> Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Media disolusi : 500 ml Dapar asetat 0,05 M yang kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat Kromatografi <931>.
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga Fase gerak Larutkan 2g natrium 1-heptansulfonat P
1000 ml dengan pH 4,500,05. dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P dan
Alat tipe 1 : 50 rpm tambahkan Asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
Waktu : 30 menit Larutan pengencer Campuran asetonitril P-asam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H8O4 yang format P (99:1).
terlarut dengan mengukur serapan alikuot yang jika Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Asetilsalisilat BPFI, larutkan dalam Larutan pengencer
larutan baku Asam Asetilsalisilat BPFI dalam media hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
yang sama pada panjang gelombang dari titik isobestik Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
asam asetilsalisilat dan asam salisilat dan pada 265 nm  20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
2 nm [Catatan Buat larutan baku segar. Dapat dengan lebih kurang 100 mg asam asetilsalisilat,
digunakan etanol P tidak lebih dari 1% volume total masukkan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan 20,0
untuk melarutkan baku pembanding sebelum diencerkan ml Larutan Pengencer dan lebih kurang 10 manik kaca;
dengan Media disolusi]. kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak sentrifus (larutan persediaan). Ukur saksama sejumlah
kurang dari 80% (Q) C9H8O4, dari jumlah yang tertera volume Larutan persediaan encerkan secara kuantitatif
pada etiket. dalam 9 volume Larutan pengencer (larutan Uji).
Simpan sisa larutan persediaan untuk uji asam salisilat.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Asam asetilsalisilat bebas Tidak lebih dari 0,3%. Untuk dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
tablet salut tidak lebih dari 3,0%. berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
Fase gerak dan Pengencer Lakukan seperti tertera alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
pada Penetapan Kadar. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam respons puncak seperti tertera pada Prosedur:simpangan
Salisilat BPFI larutkan dalam Larutan baku seperti baku relatif tidak lebih dari 2,0%. Dalam kromatogram
tertera pada Penetapan Kadar, hingga kadar lebih yang sesuai, faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0.
kurang 0,015 mg per ml. Prosedur Suntikan secara terpisah masing-masing
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan lebih kurang 1,0 l Larutan baku dan Larutan uji ke
Kadar. dalam kromatograf dan ukur respons puncak utama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Hitung jumlah dalam mg asam asetil salisilat, C9H8O4,
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi Larutan baku, dalam bagian tablet yang digunakan dengan rumus:
rekam kromatogram dan ukur respons puncak menurut
Prosedur seperti tertera pada Penetapan Kadar. r 
Simpangan baku relatif respons puncak tidak lebih dari 200 C  U 
 rS 
4,0%. Pada kromatogram yang sesuai, resolusi, R, antara
asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak lebih dari 2,0.
C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Prosedur
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dalam Penetapan kadar. Waktu retensi relatif untuk
puncak dari Larutan Uji dan Larutan baku.
asam salisilat dan asam asetil salisilat berturut-turut
lebih kurang 0,7 dan 1,0. Hitung persentase asam
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
salisilat, C7H6O3, dari bagian tablet yang digunakan
tablet berukuran 81 mg atau lebih kecil disimpan dalam
dengan rumus:
wadah berkapasitas tidak lebih dari 36 tablet.
 C   rU 
2000    
 QA   rS  TABLET ASAM ASETILSALISILAT
DIDAPAR
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml Tablet Asetosal Didapar
Larutan baku; QA adalah jumlah asam asetilsalisilat, Acetylsalicylic Acid Tablet Buffered
C9H8O4, dalam tablet yang digunakan seperti tertera
pada Penetapan Kadar; rU dan rS berturut-turut adalah Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar mengandung asam
respons puncak asam salisilat dari Larutan uji dan Asetilsalisilat dan bahan pendapar yang sesuai. Tablet
Larutan baku. mengandung Asam Asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
tertera pada etiket.
- 140 -

Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan Prosedur dalam Penetapan kadar. Resolusi, R antara
pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam sebelum puncak Larutan uji dan Larutan baku tidak kurang dari
digunakan. Asam Salisilat BPFI; lakukan pengeringan di 2,0 dan simpangan baku relatif dari asam salisilat tidak
atas silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan. lebih dari 4,0%.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera
Identifikasi pada Penetapan Kadar. Waktu retensi relatif relatif lebih
A. Gerus 1 tablet, didihkan dengan 50 ml air selama 5 kurang 0,7 untuk asam salisilat dan 1,0 untuk asam
menit, dinginkan, tambahkan 1 atau 2 tetes besi(III) asetilsalisilat. Hitung persentase asam salisilat, C7H6O3,
klorida LP: terjadi warna ungu merah. dalam bagian tablet yang digunakan dengan rumus:
B. Kocok sejumlah serbuk halus tablet setara dengan
lebih kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml  C   rU 
2000    
kloroform P selama beberapa menit, sentrifus. Tuang  QA   rS 
beningan yang jernih dan uapkan hingga kering: sisa
menunjukkan reaksi Identifikasi B seperti tertera pada C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml
Asam Asetilsalisilat. Larutan baku; QA adalah jumlah asam asetilsalisilat,
(C9H8O4) dalam serbuk tablet yang digunakan seperti
Disolusi <1231> yang ditetapkan dalam Penetapan kadar; rU dan rS
Media disolusi : 500 ml Dapar Asetat 0,05 M yang berturut-turut adalah respons puncak asam salisilat yang
dibuat dengan mencampur 2,99 g natrium asetat trihidrat diperoleh dari Larutan uji dan Larutan baku.
dan 1,66 ml asam asetat glasial P dengan air hingga
1000 ml dengan pH 4,500,05. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Alat tipe 2 : 75 rpm. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Waktu : 30 menit. Kromatografi <931>.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asam Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1- heptansulfonat P
asetilsalisilat yang terlarut dengan mengukur serapan dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P,
alikuot yang jika perlu diencerkan dengan Media tambahkan asam asetat glasial P hingga pH 3,4.
disolusi pada panjang gelombang isobestik asam Larutan pengencer Campuran asetonitril P dan asam
asetilsalisilat dan asam salisilat pada 265±2 nm. format P (99:1).
Bandingkan dengan larutan baku Asam Asetilsalisilat Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Asetilsalisilat
BPFI yang telah diketahui kadarnya dalam media yang BPFI yang ditimbang saksama, dengan Larutan
sama. [Catatan Larutan baku dibuat pada saat akan pengencer hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
digunakan. Dapat digunakan metanol tidak melebihi Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang 20
1% dari volume total untuk melarutkan baku tablet, masukkan sejumlah serbuk tablet yang ditimbang
pembanding sebelum diencerkan dengan media saksama setara dengan lebih kurang 100 mg asam
disolusi]. asetilsalisilat ke dalam wadah yang sesuai, tambahkan
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak 20,0 ml Larutan pengencer dan lebih kurang 10 manik
kurang dari 80 % (Q), C9H8O4, dari jumlah yang tertera kaca. Kocok kuat-kuat selama lebih kurang 10 menit dan
pada etiket. sentrifus (Larutan persediaan). Encerkan secara
kuantitatif 1 bagian volume Larutan persediaan yang
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. diukur saksama dengan 9 bagian volume larutan
pengencer (Larutan uji). Simpan sisa larutan persediaan
Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari untuk uji asam salisilat.
1,9 mEq asam diperlukan untuk tiap 325 mg asam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
asetilsalisilat dalam tablet. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%; lakukan berukuran 4,0 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi alir lebih kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi
seperti tertera pada Kromatografi <931>. terhadap Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak dan Larutan pengencer Lakukan seperti respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan
tertera pada Penetapan kadar. baku relatif tidak lebih dari 2,0%. Pada kromatografi
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Salisilat BPFI yang sesuai faktor ikutan tidak lebih besar dari 2,0.
yang ditimbang saksama seperti pada pembuatan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku yang tertera pada Penetapan kadar hingga sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
lebih kurang 0,015 mg per ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Kadar. asetilsalisilat, C9H8O4,dalam bagian tablet yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada digunakan dengan rumus:
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada
- 141 -

r  TABLET LEPAS TUNDA ASAM


200 C  U  ASETILSALISILAT
 rS 
Acetylsalicylic Acid Tablet Delayed-Release
C adalah kadar Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per
Tablet Lepas Tunda Asam Asetilsalisilat mengandung
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
asam asetilsalisilat, C9H8O4, tidak kurang dari 95,0%
puncak yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
baku.
pada etiket.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan
pengeringan di atas silika gel P selama 5 jam sebelum
digunakan. Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan
TABLET EFERVESEN ASAM pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam sebelum
ASETILSALISILAT digunakan.
Acetylsalicylic Acid Tablet Effervescent
Identifikasi
Tablet Efervesen Asam Asetilsalisilat mengandung Asam A. Gerus 1 tablet, didihkan dalam 50 ml air selama 5
Asetilsalisilat dan campuran efervesen asam organik menit, dinginkan dan tambahkan 2 tetes besi(III) klorida
yang sesuai dan logam alkali bikarbonat dan atau LP: terjadi warna merah ungu.
karbonat. Tablet mengandung tidak kurang dari 90,0% B. Kocok sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
dan tidak lebih dari 110,0%, C9H8O4, dari jumlah yang kurang 500 mg asam asetilsalisilat dengan 10 ml etanol
tertera pada etiket. P selama beberapa menit, sentrifus, tuang beningan dan
uapkan hingga kering, keringkan sisa dalam hampa
Baku pembanding Asam Asetilsalisilat BPFI; lakukan udara pada suhu 60º selama 1 jam: sisa menunjukkan
pengeringan diatas silika gel P selama 5 jam sebelum reaksi terhadap Identifikasi B seperti tertera pada Asam
digunakan. Asam Salisilat BPFI; lakukan pengeringan di Asetilsalisilat.
atas silika gel P selama 3 jam sebelum digunakan.
Pelepasan obat <961> Metode B
Identifikasi Alat tipe 1 : 100 rpm.
A. Larutkan 1 tablet dalam lebih kurang 50 ml asam Waktu: 90 menit, untuk Tahap dapar.
klorida 1 N, didihkan selama lebih kurang 5 menit, Larutan pengencer Buat campuran asam klorida 0,1 N
biarkan dingin. Pada 2 ml larutan tambahkan 2 atau 3 dan natrium fosfat tribasa 0,2 M (3:1), jika perlu atur pH
tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna merah ungu. hingga 6,80,05 menggunakan asam klorida 2 N atau
B. Tambahkan lebih kurang setengah tablet pada 50 natrium hidroksida 2 N.
ml air dalam labu, tutup segera dengan sumbat yang Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H8O4 yang
dilengkapi dengan pipa sehingga gas yang terbentuk terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
mengalir ke dalam kalsium hidroksida LP: terbentuk diencerkan dengan asam klorida 0,1 N (untuk Tahap
endapan putih. asam) atau Larutan pengencer (untuk Tahap dapar) dan
dibandingkan dengan serapan larutan baku Asam
Waktu larut Dua tablet larut sempurna dalam 180 ml Asetilsalisilat BPFI dalam media yang sama pada panjang
air pada suhu 17,52,5º dalam waktu 5 menit. gelombang titik isobestik asam asetilsalisilat dan asam
salisilat (lebih kurang 280 nm untuk Tahap asam dan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. lebih kurang 265 nm untuk Tahap dapar).

Kapasitas penetralan asam <451> Tidak kurang dari Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
5,0 mEq asam yang diperlukan untuk 1 tablet.
Asam salisilat bebas Tidak lebih dari 3,0%; lakukan
Salisilat bebas Tidak lebih dari 8,0%; lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
penetapan menurut cara uji Asam salisilat bebas seperti seperti tertera pada Kromatografi <931>.
tertera pada Tablet Asam Asetilsalisilat Didapar. Fase gerak dan Larutan pengencer Lakukan seperti
tertera pada Penetapan kadar.
Penetapan kadar Lakukan seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Penetapan kadar dalam Tablet Asam Asetilsalisilat Salisilat BPFI, larutkan dalam Larutan baku yang dibuat
Didapar. dengan cara seperti tertera pada Penetapan Kadar
hingga kadar lebih kurang 0,015 mg per ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Gunakan Larutan persediaan yang dibuat
dengan cara seperti tertera pada Larutan uji dalam
Penetapan kadar.
- 142 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
Penetapan Kadar, lakukan kromatografi terhadap digunakan dengan rumus:
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur pada Penetapan r 
kadar: Simpangan baku relatif respons puncak asam 200 C  U 
salisilat tidak lebih dari 4,0%; resolusi, R, antara puncak  rS 
asam salisilat dan asam asetilsalisilat tidak kurang dari
2,0. C adalah Asam Asetilsalisilat BPFI dalam mg per ml
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
pada Penetapan Kadar. Waktu retensi relatif asam puncak asam asetilsalisilat dari Larutan uji dan Larutan
salisilat dan asam asetilsalisilat berturut-turut adalah 0,7 baku.
dan 1,0. Hitung persentase asam salisilat, C7H6O3,dalam
serbuk tablet yang digunakan dengan rumus: Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

 C   rU 
2000    
 QA   rS  ASAM ASKORBAT
Vitamin C
C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam mg per ml Ascorbic Acid
Larutan baku; QA adalah jumlah dalam mg asam
HO
asetilsalisilat, C9H8O4, dalam serbuk tablet yang
digunakan, seperti tertera dalam Penetapan kadar; rU HO
O O
dan rS berturut-turut adalah respons puncak asam H

salisilat yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan


baku. HO OH

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara L-Asam askorbat [50-81-7]


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C6H8O6 BM 176,13
Kromatografi <931>.
Fase gerak Larutkan 2 g natrium 1-heptansulfonat P Asam Askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0%
dalam campuran 850 ml air dan 150 ml asetonitril P, dan tidak lebih dari 100,5% C6H8O6.
atur pH hingga 3,4 menggunakan asam asetat glasial P.
Larutan pengencer Campuran asetonitril P dan asam Pemerian Hablur atau serbuk; putih atau agak kuning,
format (99:1). oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi berwarna
Larutan baku Timbang sakasama sejumlah Asam gelap. Dalam keadaan kering, stabil di udara, dalam
Asetilsalisilat BPFI, larutkan dalam Larutan pengencer larutan cepat teroksidasi. Melebur pada suhu lebih
hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. kurang 190.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan Kelarutan mudah larut dalam air; agak sukar larut
lebih kurang 100 mg asam asetilsalisilat, masukkan ke dalam etanol; tidak larut dalam kloroform, dalam eter
dalam wadah yang sesuai. Tambahkan 20,0 ml Larutan dan dalam benzen.
pengencer dan lebih kurang 10 manik kaca, kocok kuat-
kuat selama lebih kurang 10 menit dan sentrifus Baku pembanding Asam Askorbat BPFI.Tidak boleh
(Larutan persediaan). Pipet 1 bagian volume Larutan dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
persediaan, encerkan dengan 9 bagian volume Larutan terlindung cahaya.
pengencer (Larutan uji). Simpan sisa Larutan
persediaan untuk uji Asam salisilat. Identifikasi
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada A. Spektrum serapan inframerah zat yang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm x maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 seperti pada Asam Askorbat BPFI.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan B. Larutan zat (1 dalam 50) mereduksi
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak tembaga(II)tartrat alkali LP secara perlahan-lahan pada
seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif suhu ruang, tetapi lebih cepat bila dipanaskan.
tidak lebih dari 2,0%; faktor ikutan tidak lebih dari 2,0.
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing Rotasi jenis <1081> Antara +20,5 dan +21,5; lakukan
lebih kurang 10 µl Larutan baku dan Larutan uji ke penetapan menggunakan larutan dalam air bebas karbon
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dioksida P dengan kadar 1 g per 10 ml dan diukur segera
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam setelah larutan disiapkan.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


- 143 -
Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
penetapan dengan melarutkan 1 g dalam 25 ml air. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 Fase gerak Larutkan 15,6 g natrium fosfat dibasa P
mg zat, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 25 ml dan 12,2 g kalium fosfat monobasa P dalam 2000 ml air,
asam sulfat 2 N, tambahkan 3 ml Indikator kanji LP. atur pH hingga 2,5+0,05 dengan penambahan asam
Titrasi segera dengan iodium 0,1 N LV. fosfat P. Lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Tiap ml iodum 0,1 N Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
setara dengan 8,806 mg C6H8O6 Askorbat BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. [Catatan Simpan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dalam lemari pendingin dan terlindung cahaya hingga
tidak tembus cahaya. saat digunakan. Larutan stabil selama 24 jam. Suntikkan
dalam waktu 3 jam setelah diambil dari lemari
pendingin].
INJEKSI ASAM ASKORBAT Larutan uji Jika perlu encerkan sejumlah volume
Injeksi Vitamin C injeksi secara bertahap dan kuantitatif dengan Fase
Ascorbic Acid Injection gerak hingga kadar lebih kurang 0,5 mg per ml.
[Catatan Simpan dalam lemari pendingin dan terlindung
cahaya hingga saat digunakan. Larutan stabil selama 24
Injeksi Asam Askorbat adalah larutan steril asam
jam. Suntikkan dalam waktu 3 jam setelah diambil dari
askorbat dalam Air untuk Injeksi, yang dibuat dengan
lemari pendingin].
penambahan natrium hidroksida, natrium karbonat atau
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
natrium bikarbonat; mengandung asam askorbat,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dilengkapi dengan detektor 245 nm dan kolom 6 mm x
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
150 mm, berisi bahan pengisi L39. Laju alir lebih kurang
0,6 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh
Larutan baku,rekam kromatogram dan ukur respons
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
tidak kurang dari 3500 lempeng teoritis, faktor ikutan
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif pada
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
isinya, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
vial yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari
pendingin. sama (lebih kurang 4 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Identifikasi
askorbat, C6H8O6, per ml zat uji dengan rumus:
A.Pada sejumlah volume injeksi setara dengan 40 mg
asam askorbat, tambahkan 4 ml asam klorida 0,1 N
kemudian 4 tetes biru metilen LP, hangatkan hingga suhu r 
CD  U 
40: warna biru tua berubah menjadi lebih muda atau  rS 
hilang dalam waktu 3 menit.
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji sesuai C adalah kadar Asam Askorbat BPFI dalam mg per ml
dengan Larutan baku yang diperoleh pada Penetapan Larutan baku; D adalah faktor pengenceran; rU dan rS
kadar. berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan
C. Memenuhi uji Natrium cara A dan B seperti tertera Larutan baku.
pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tidak tembus
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 1,2 unit cahaya, dosis tunggal, sebaiknya dari kaca Tipe I atau
Endotoksin FI per mg asam askorbat. Tipe II.
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,0.
TABLET ASAM ASKORBAT
Oksalat Encerkan dengan air sejumlah volume injeksi
setara dengan 50 mg asam askorbat hingga 5 ml. Tablet Vitamin C
Tambahkan 0,2 ml asam asetat P dan 0,5 ml kalsium Ascorbic Acid Tablet
klorida LP: tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 1 menit.
Tablet Asam Askorbat mengandung asam askorbat,
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada C6H8O6, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
Injeksi. 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
- 144 -

Baku pembanding Asam Askorbat BPFI; tidak boleh VU dan VB masing-masing adalah volume dalam ml
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, diklorofenol indofenol LV pada titrasi Larutan uji dan
terlindung cahaya. penetapan blangko; E adalah kesetaraan tiap ml
diklorofenol indofenol LV dengan asam askorbat yang
Identifikasi Kocok sejumlah serbuk tablet dengan diperoleh pada pembakuan diklorofenol indofenol LV; V
etanol encer P secukupnya hingga kadar asam askorbat adalah volume Larutan uji yang digunakan pada titrasi;
lebih kurang 2% dari kadar yang tertera pada etiket, n adalah jumlah tablet asam askorbat yang digunakan
saring dan lakukan pengujian sebagai berikut: pada pembuatan Larutan uji.
A. Filtrat memenuhi Identifikasi B seperti tertera pada
Asam Askorbat. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
B. Pada 2 ml filtrat, tambahkan 4 tetes biru metilen tidak tembus cahaya.
LP, hangatkan hingga suhu 40º: warna biru tua menjadi
lebih muda atau hilang dalam waktu 3 menit.
C. Pada 1 ml filtrat tambahkan 15 ml larutan asam ASAM BENZOAT
triklorasetat P (1 dalam 20), tambahkan lebih kurang Benzoate Acid
200 mg arang aktif P, kocok kuat-kuat selama 1 menit.
Saring melalui kertas saring lipat, jika perlu kembalikan COOH

filtrat ke dalam penyaring sampai jernih. Pada 5 ml


filtrat tambahkan 1 tetes pirol P, goyang hati-hati hingga
larut, kemudian panaskan di dalam tangas air pada suhu
50: terjadi warna biru. Asam benzoate [65-85-0]
C7H6O2 BM 122,12
Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel.
Media disolusi : 900 ml air. Asam Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
Alat Tipe 2 : 50 rpm. tidak lebih dari 100,5%, C7H6O2, dihitung terhadap zat
Waktu : 45 menit. anhidrat.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C6H8O6 yang
terlarut, menggunakan Prosedur yang tertera pada Pemerian Hablur bentuk jarum atau sisik; putih; sedikit
Penetapan kadar, lakukan segera tanpa penundaan. Jika berbau, biasanya bau benzaldehida atau benzoin. Agak
perlu lakukan modifikasi. mudah menguap pada suhu hangat. Mudah menguap
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak dalam uap air.
kurang dari 75% (Q) C6H8O6 dari jumlah yang tertera
pada etiket. Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Identifikasi Menunjukkan reaksi Benzoat seperti tertera
Penetapan kadar pada Uji IdentifikasiUmum <291>.
Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 tablet ke
dalam labu tentukur 1000-ml yang berisi 250 ml asam
Jarak lebur <1021>Antara 121 dan 123.
metafosfat asetat LP, sumbat labu, kocok secara mekanik
selama 30 menit hingga tablet hancur sempurna.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,7%; lakukan
Encerkan dengan air sampai tanda. Pindahkan sebagian
penetapan menggunakan pelarut campuran metanol P-
larutan ke dalam tabung sentrifuga, sentrifus hingga
piridin P (1:2).
diperoleh beningan jernih. Jika perlu encerkan beningan
secara kuantitatif beningan dengan air, hingga diperoleh
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.
larutan dengan kadar lebih kurang 500 g per ml.
Prosedur Pipet 4 ml larutan setara dengan lebih Arsen <321> Metode II Tidak lebih dari 3 bpj.
kurang 2 mg asam askorbat, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 50 ml, tambahkan 5 ml asam metafosfat Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
asetat LP, titrasi dengan diklorofenol indofenol LV, penetapan sebagai berikut: Larutkan 2,0 g zat dalam 25
hingga terjadi warna merah muda selama paling sedikit 5 ml aseton P tambahkan 2 ml air dan 10 ml hidrogen
detik. Lakukan penetapan blangko menggunakan sulfida LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari
campuran 5,5 ml asam metafosfat asetat LP dan 15 ml warna yang dihasilkan oleh pembanding yang dibuat
air. Hitung jumlah mg asam askorbat, C6H8O6,dalam tiap dari 25 ml aseton P, 2,0 ml Larutan baku timbal dan 10
tablet dengan rumus: ml hidrogen sulfida LP.
 1000 
V U  V B   E Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat
 Vn  dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih
intensif dari warna Larutan padanan Q.
- 145 -
Zat mudah teroksidasi Tambahkan 1,5 ml asam sulfat Isi minimum <816> Memenuhi syarat.
P pada 100 ml air, panaskan sampai mendidih,
tambahkan kalium permanganat 0,1 N tetes demi tetes Penetapan kadar Pereaksi urea-besi(III) klorida Pada
sampai warna merah muda tidak hilang selama 30 detik. hari penggunaan, larutkan tanpa pemanasan, 18 g urea
Larutkan 1,00 g asam benzoat dalam larutan panas dan dalam campuran 2,5 ml larutan besi(III) klorida P (6
titrasi dengan kalium permanganat 0,1 N LV hingga dalam 10) dan 12,5 ml asam klorida 0,05 N.
warna merah muda tidak hilang selama 15 detik: Kolom A Masukkan sedikit wol kaca di batas
digunakan tidak lebih dari 0,50 ml kalium permanganat penyempitan tabung kromatografi 2,5 cm x 20 cm.
0,10 N. Campur 1 g tanah silika untuk kromatografi P dengan
0,5 ml larutan asam fosfat P (3 dalam 10 ) sampai
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 homogen. Masukkan campuran halus ke dalam tabung
mg zat, larutkan dalam 25 ml etanol encer P yang telah kromatografi, di atas wol kaca, tekan perlahan lahan.
dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N. Dengan cara sama, campur 4 g tanah silika untuk
Tambahkan Fenolftalein LP, titrasi dengan natrium kromatografi P dengan 3 ml Pereaksi urea–besi(III)
hidroksida 0,1 N LV sampai warna merah muda. klorida dan masukkan ke atas lapisan pertama. Tutup
kolom dengan wol kaca.
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N Kolom B Masukkan sedikit wol kaca di atas batas
setara dengan 12,21 mg C7H6O2 penyempitan tabung kromatografi 2,5 cm x 20 cm.
Campur 4 g tanah silika untuk kromatografi P dengan 2
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. ml larutan natrium bikarbonat P (1 dalam 12) sampai
homogen. Masukkan campuran ke atas wol kaca. Tutup
kolom dengan wol kaca.
SALEP ASAM BENZOAT DAN SALISILAT Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
Benzoic and Salicylic Acids Ointment dengan lebih kurang 100 mg asam benzoat dan 50 mg
asam salisilat, masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml,
Salep Asam Benzoat dan Salisilat adalah Asam Benzoat, larutkan dalam lebih kurang 150 ml kloroform P dengan
C7H6O2, dan Asam Salisilat,C7H6O3, dengan penghangatan di atas tangas uap. Dinginkan, encerkan
perbandingan lebih kurang 2 banding 1 dalam dasar dengan kloroform P sampai tanda.
salep yang sesuai. Mengandung asam benzoat, C7H6O2, Prosedur Pasang Kolom A di atas Kolom B, kemudian
dan asam salisilat, C7H6O3, masing-masing tidak kurang pipet 10 ml Larutan uji, masukkan ke dalam Kolom A
dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0%, C7H6O2 dan dan biarkan zat melewati kolom. Cuci kolom dua kali,
C7H6O3 dari jumlah tertera pada etiket. tiap kali dengan 40 ml kloroform P, biarkan bagian
pertama surut sampai mencapai bagian atas setiap kolom
Baku pembanding Asam Benzoat BPFI; lakukan sebelum ditambah bagian kedua. Buang eluat dan
pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam sebelum pisahkan kolom-kolom tersebut.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Asam
Salisilat BPFI; Tidak boleh dikeringkan, simpan dalam Kadar asam salisilat
wadah tertutup rapat. Pelarut Buat campuran asam asetat glasial P dalam
kloroform P (3 dalam 100).
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada Larutan uji 1 Eluasi Kolom A dengan 95 ml Pelarut
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. kumpulkan eluat dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P- dengan Pelarut sampai tanda.
isopropil alkohol P-metanol P-amonium hidroksida P Larutan baku asam salisilat Timbang saksama sejumlah
(30:30:15:15:10). Asam Salisilat BPFI, larutkan dalam Pelarut, encerkan
Pelarut Buat campuran kloroform P-metanol P (1:1). secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pelarut
Larutan baku Larutkan sejumlah Asam Benzoat BPFI hingga kadar lebih kurang 20 µg per ml.
dan Asam Salisilat BPFI dalam Pelarut hingga kadar Prosedur Ukur serapan Larutan uji 1 dan Larutan
masing-masing lebih kurang 2,4 dan 1,2 mg per ml. baku asam salisilat pada panjang gelombang serapan
Larutan uji Larutkan sejumlah salep setara dengan maksimum lebih kurang 311 nm terhadap blangko
lebih kurang 60 mg asam benzoat dan 30 mg asam Pelarut. Hitung jumlah dalam mg asam salisilat,
salisilat dalam 25 ml Pelarut. C7H6O3, dalam salep yang digunakan dengan rumus:
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 μl
Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng A 
kromatografi silika gel P 0,25 mm. Masukkan lempeng ke 2,5C  U 
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. Biarkan  AS 
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering. Amati C adalah kadar Asam Salisilat BPFI dalam µg per ml
bercak di bawah cahaya UV254 nm. Harga Rf dan Larutan baku asam salisilat; AU dan AS berturut-turut
fluoresensi dua bercak utama Larutan uji sesuai dengan adalah serapan dariLarutan uji 1 dan Larutan baku asam
Larutan baku. salisilat.
- 146 -

Kadar Asam benzoat Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh
Larutan uji 2 Eluasi Kolom B dengan 95 ml Pelarut, dikeringkan. Lakukan penetapan kadar air pada saat
kumpulkan eluat dalam labu tentukur 100-ml dan akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
encerkan dengan Pelarut sampai tanda. terlindung cahaya.
Larutan baku asam benzoat Timbang saksama
sejumlah Asam Benzoat BPFI, larutkan dalam Pelarut, Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan zat (1
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dalam 100.000) dalam larutan natrium hidroksida P (1
dengan Pelarut hingga kadar lebih kurang 40 µg per ml. dalam 250) menunjukkan maksimum dan minimum
Prosedur Ukur serapan Larutan uji 2 dan Larutan hanya pada panjang gelombang yang sama seperti pada
baku asam benzoat pada panjang gelombang serapan Asam Folat BPFI. Perbandingan serapan pada
maksimum lebih kurang 275 nm terhadap blangko maksimum 256 dan 365 nm adalah antara 2,80 dan 3,00.
Pelarut. Hitung jumlah dalam mg asam benzoat,
C7H6O2, dalam salep yang digunakan dengan rumus: Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 8,5%; aduk
pelarut metanol P sebelum dan selama penambahan zat
A  uji dan selama titrasi.
2 ,5 C  U 
 AS  Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%.
C adalah kadar Asam Benzoat BPFI dalam µg per ml Kemurnian kromatografi Jumlah semua cemaran tidak
Larutan baku asam benzoat; AU dan AS berturut-turut lebih besar dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
adalah serapan dari Larutan uji 2 dan Larutan baku Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
asam benzoat. Kromatografi <931>.
Asam fosfat 3 N, amonium hidroksida 6 N, Fase
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik gerak, Larutan baku internal, Larutan baku persediaan,
dan hindarkan dari suhu lebih dari 30°. Larutan baku dan Sistem kromatografi. Lakukan seperti
tertera pada Penetapan Kadar.
Penandaan Etiket mencantumkan kadar asam benzoat
Larutan uji gunakan Larutan uji persediaan seperti
dan asam salisilat dan dasar salep berupa larut air atau
tertera pada Penetapan Kadar.
tidak larut air.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke
dalam kromatograf, lakukan kromatografi selama tidak
kurang dari dua kali waktu retensi asam folat. Rekam
ASAM FOLAT kromatogram dan ukur semua respons puncak.
Folic Acid
H
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
H2 N N N Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931> [Catatan Gunakan peralatan kaca
N
N
CH2NH CONH aktinik rendah].
Asam fosfat 3 N Larutkan 9,8 g asam fosfat P ke
HOOCH2CH2C C COOH

H
dalam 100 ml air.
Amonium hidroksida 6 N Encerkan 40 ml amonium
AsamN-[p-[[(2-Amino-4-hidroksi-6-pteridinil) hidroksida P dengan air hingga 100 ml.
metil]amino]-benzoil]-L-glutamat [59-30-3] Fase gerak Timbang 2 g kalium fosfat monobasa P,
C19H19N7O6 BM 441,40 masukkan ke dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan
dengan lebih kurang 650 ml air. Tambahkan berturut-
Asam Folat mengandung tidak kurang dari 97,0% dan turut 15 ml tetrabutil amonium hidroksida 0,5 M dalam
tidak lebih dari 102,0%, C19H19N7O6, dihitung terhadap metanol P; 7 ml Asam fosfat 3 N dan 270 ml metanol P.
zat anhidrat. Dinginkan hingga suhu ruang dan atur pH hingga 5,0
dengan penambahan Asam fosfat 3 N atau Amonium
Pemerian Serbuk hablur kuning, kuning kecokelatan atau hidroksida 6 N, encerkan dengan air sampai tanda dan
jingga kekuningan; tidak berbau. saring. [Catatan Ukur pH sebelum digunakan].
Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang
Kelarutan Segera larut dalam alkali hidroksida dan 50 mg metilparaben, masukkan ke dalam labu tentukur
dalam alkali karbonat encer; larut dalam asam klorida 3 25-ml. Larutkan dengan 1 ml metanol P, encerkan
N panas dan dalam asam sulfat 2 Npanas; larut dalam dengan Fase gerak sampai tanda.
asam klorida 3 N panas dan asam sulfat 2 N panas Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
menghasilkan larutan berwarna kuning pucat; sangat Asam Folat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
sukar larut dalam air; tidak larut dalam etanol, dalam gerak hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. [Catatan
aseton, dalam kloroform dan dalam eter. Gunakan 1 ml amonium hidroksida P 10% untuk
- 147 -
melarutkan asam folat setiap 100 ml larutan baku larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250) dan saring.
persediaan]. Atur pH hingga 3,0 dengan asam klorida P, dinginkan
Larutan baku Pipet 4 ml Larutan baku persediaan ke sampai 5º, saring dan cuci endapan dengan air dingin
dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 4 ml Larutan sampai air cucian terakhir tidak mengandung klorida.
baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai Kemudian cuci dengan aseton P dan keringkan pada
tanda. suhu 80 selama 1 jam; spektrum serapan ultraviolet
Larutan uji persediaan Timbang saksama lebih larutan zat yang telah dikeringkan (1 dalam 100.000)
kurang 100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur dalam larutan natrium hidroksida P (1 dalam 250)
100-ml. Tambahkan lebih kurang 40 ml Fase gerak dan menunjukkan maksimum dan minimum hanya pada
1 ml amonium hidroksida P 10%. Encerkan dengan Fase panjang gelombang yang sama seperti pada Asam Folat
gerak sampai tanda. BPFI. Perbandingan serapan pada maksimum 256 dan
Larutan uji Pipet 4 ml Larutan uji persediaan ke 365 nm adalah antara 2,80 dan 3,00.
dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 4 ml Larutan
baku internal, encerkan dengan Fase gerak sampai Disolusi <1231>
tanda. Media disolusi : 500 ml air.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Alat Tipe 2 : 50 rpm.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu : 45 menit.
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,0 mm x Prosedur Lakukan penetapan jumlah C19H19N7O6 yang
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,2 terlarut, menggunakan Prosedur yang tertera pada
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Penetapan kadar. Jika perlu lakukan modifikasi.
baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
resolusi, R, antara puncak metilparaben dan puncak kurang dari 75% (Q) C19H19N7O6 dari jumlah yang
asam folat tidak kurang dari 3,6; dan simpangan baku tertera pada etiket.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Keseragaman sediaan <911> memenuhi syarat.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, asam Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
folat, C19H19N7O6, dalam zat dengan rumus: Kromatografi <931>.
Fase gerak Timbang saksama sejumlah 35,1 g natrium
R  perklorat P dan1,40 g kalium fosfat monobasa P, masukkan
1250 C  U  ke dalam labu tentukur 1000-ml. Tambahkan 7,0 ml
 RS  kalium hidroksida 1 N dan 40 ml metanol P, encerkan
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 7,2 dengan
C adalah kadar Asam Folat BPFI dalam mg per ml penambahan kalium hidroksida 1 N atau asam fosfat P.
Larutan baku dihitung terhadap zat anhidrat; RU dan RS Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
berturut-turut adalah perbandingan respons puncak asam sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
folat terhadap respons puncak metilparaben dari Larutan Pelarut Buat larutan dalam air yang mengandung 2 ml
uji dan Larutan baku. amonium hidroksida P dan 1 g natrium perklorat P tiap 100
ml.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Larutan kesesuaian sistem Buat larutan yang
tidak tembus cahaya. mengandung Asam Folat BPFI dan Senyawa Sejenis A
Asam Folat BPFI (kalsium formiltetrahidrofolat) masing-
masing lebih kurang 0,2 mg per ml dalam Pelarut. Saring
TABLET ASAM FOLAT dengan penyaring membran dengan porositas 1 m atau
Folic Acid Tablet lebih kecil, sebelum digunakan.
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
Tablet Asam Folat mengandung asam folat, C19H19N7O6, Asam Folat BPFI yang telah dikoreksi terhadap kadar
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari air, larutkan dan encerkan dengan Pelarut hingga kadar
jumlah yang tertera pada etiket. lebih kurang 0,20 mg per ml.
Larutan uji Timbang dan serbuk haluskan tidak
Baku pembanding Asam Folat BPFI; tidak boleh kurang dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk
dikeringkan; lakukan penetapan kadar air pada saat tablet setara dengan lebih kurang 10 mg asam folat,
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml larutkan dengan
terlindung cahaya. Senyawa Sejenis A Asam Folat BPFI Pelarut, kocok kuat-kuat hingga asam folat larut,
(kalsium formiltetrahidrofolat); tidak boleh dikeringkan; encerkan dengan Pelarut sampai tanda. Saring melalui
Simpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya. penyaring kering, buang sejumlah filtrat pertama.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Larutkan sejumlah serbuk tablet setara Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan lebih kurang 100 mg asam folat dalam 100 ml dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
- 148 -

25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1 Sulfat <361> Encerkan zat dengan 90 bagian volume air
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan dan tambahkan 1 ml barium klorida LP: tidak segera
kesesuaian sistem dan Larutan baku,ukur respons terbentuk endapan.
puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
puncak senyawa sejenis A asam folat dan asam folat Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj.
(kalsium formiltetrahidrofolat) tidak kurang dari 3,6;
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Alkali Fosfat Masukkan 1 ml ke dalam gelas ukur,
lebih dari 2%. tambahkan 6 ml eter P dan 2 ml etanol P: tidak terjadi
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kekeruhan.
sama (lebih kurang 25 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 10 bpj.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
folat, C19H19N7O6, dalam serbuk tablet yang digunakan
zat dalam labu bersumbat kaca yang telah ditara,
dengan rumus:
encerkan dengan air hingga lebih kurang 120 ml,
tambahkan 0,5 ml timolftalein LP dan titrasi dengan
 r  natrium hidroksida 1 N LV hingga terjadi warna biru.
CV  U 
 rS  Lakukan penetapan blangko.

C adalah kadar Asam Folat BPFI, dalam mg per ml Tiap ml natrium hidroksida 1 N
Larutan baku; V adalah volume Larutan uji dalam ml, rU setara dengan 49,00 mg H3PO4
dan rs berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji
dan Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.


ASAM FUSIDAT
Fusidic Acid
ASAM FOSFAT H3 C CH3

Phosphate Acid
CO 2H

Asam fosfat [7664-38-2] HO

H3PO4 BM 98,00 CH3 CH3

COOCH3
H CH3

Asam Fosfat mengandung tidak kurang dari 85,0% dan O


H
CH3
tidak lebih dari 88,0% b/b H3PO4. [Perhatian Hindari
kontak langsung dapat merusak jaringan dengan cepat]. Asam (17Z)-16 asetoksi-3,11-dihidroksifusida-
17(20),24-dien-21oat hemihidrat [6990-06-3]
Pemerian Cairan kental seperti sirup; tidak berwarna; C31H48O6.½H2O BM 525,70
tidak berbau. Bobot jenis lebih kurang 1,71.
Asam Fusidat adalah zat antimikroba yang dihasilkan
Kelarutan Dapat bercampur dengan air dan dengan dari Fusidium coccineum (K. Tubaki), mengandung
etanol. tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari 100,5%
C31H48O6, dihitung terhadap zat anhidrat.
Identifikasi Netralkan hati-hati dengan natrium
hidroksida 1 N menggunakan indikator Fenolftalein LP: Pemerian Sebuk hablur; putih.
menunjukkan reaksi Fosfat seperti yang tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 5
bagian etanol, dalam 4 bagian kloroform dan dalam 60
Nitrat Encerkan zat dengan 14 bagian volume air, bagian eter.
campur 5 ml larutan dengan lebih kurang 0,1 ml indigo
karmin LP, kemudian tambahkan 5 ml asam sulfat P: Baku pembanding Asam Fusidat BPFI; Dietanolamin
warna biru tidak hilang dalam waktu 1 menit. Fusidat BPFI; Asam 3-Ketofusidat BPFI.

Asam fosfit atau Asam hipofosfit Encerkan zat dengan Identifikasi


14 bagian volume air. Hangatkan hati-hati 5 ml larutan A.Spektrum serapan inframerah zat yang telah
ini, tambahkan 2 ml perak nitrat LP: campuran tidak didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
menjadi kecokelatan. maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Asam Fusidat BPFI.
- 149 -
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Senyawa Pemerian Cairan tidak berwarna; berasap; bau
sejenis. Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl merangsang. Jika diencerkan dengan 2 bagian volume
larutan dalam etanol P yang mengandung (1) zat uji 0,20 air, asap hilang. Bobot jenis lebih kurang 1,18.
% dan (2) Dietanolamin Fusidat BPFI 0,24%: bercak
utamayang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang Identifikasi Menunjukkan reaksi Klorida cara A,B dan
diperoleh dari larutan (2). C seperti tertera pada uji Identifikasi Umum <291>.

Senyawa sejenis Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 80 bpj; lakukan
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan penetapan menggunakan 20 ml, tambahkan 2 tetes asam
dalam etanol P hingga kadar 2,0%. sulfat P, uapkan hingga kering dan pijarkan sisa tidak
Larutan baku I Timbang saksama sejumlah lebih dari 2 mg.
Dietanolamin Fusidat BPFI, larutkan dalam etanol P
hingga kadar 0,04%. Bromida atau iodida, Brom atau klor bebas, Sulfat
Larutan baku II Timbang saksama sejumlah Asam 3- dan Sulfit Encerkan dengan 2 bagian volume air untuk
Ketofusidat BPFI, larutkan dalam etanol P hingga kadar melakukan uji berikut :
0,04%. Bromida atau iodida Pada 10 ml enceran, tambahkan
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti 1 ml kloroform P, tambahkan dengan hati-hati, tetes
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara demi tetes, klor LP yang telah diencerkan dengan air
terpisah masing-masing 5 µl Larutan uji, Larutan baku I volume sama sambil digoyang kuat-kuat: lapisan
dan Larutan baku II pada lempeng kromatografi silika kloroform tidak berwarna kuning, jingga atau ungu.
gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi Brom atau klor bebas Pada 10 ml enceran tambahkan
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak kloroform P- 1 ml kalium iodida LP, goyang dengan kuat: lapisan
asamasetat glasial P-sikloheksan P-metanol P kloroform P tidak berwarna ungu paling tidak selama 1
(160:20:20:5). Angkat lempeng, biarkan fase gerak menit.
menguap, keringkan pada suhu 110 selama 10 menit. Sulfat Pada campuran 3 ml enceran dan 5 ml air,
Semprot lempeng dengan larutan asam sulfat P 10% tambahkan 5 tetes barium klorida LP: tidak terjadi
dalam etanol P; keringkan pada suhu 110º selama 10 kekeruhan atau endapan dalam waktu 1 jam.
menit dan amati di bawah cahaya ultraviolet 366 nm. Sulfit Pada larutan yang telah digunakan untuk uji
Bercak merah lain selain bercak utama dari Larutan uji Sulfat, tambahkan 2 tetes iodum 0,1 N: tidak terbentuk
tidak lebih intensif dari bercak utama Larutan baku I. kekeruhan atau hilangnya warna iodum.
Bercak kuning dari Larutan uji tidak lebih intensifdari
bercak utama yang diperoleh dari Larutan baku II. Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
Air <1031>Metode I 1,4% hingga 2,0% b/b; lakukan berikut: pada 2,5 ml (3g) zat, tambahkan 2,5 ml asam
penetapan menggunakan 1,5 g zat. klorida P, encerkan dengan air hingga 55ml; larutan
memenuhi Uji batas arsen tanpa penambahan 20 ml
Sisa pemijaran<301> Tidak lebih dari 0,2%. asam sulfat 7 N seperti tertera pada Prosedur.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan
mg zat, larutkan dalam 10 ml etanol P dan titrasi dengan penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
natrium hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator berikut: Uapkan 3,4 ml (4g) zat di atas tangas`uap
Fenolftalein LP. hingga kering, tambahkan 2 ml asam asetat 1 N,
kemudian encerkan dengan air hingga 25 ml.
1ml natrium hidroksida 0,1 N
setara dengan 51,67 mg C31H48O6 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 ml
zat, di dalam labu bersumbat kaca berisi lebih kurang 20
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, ml air, yang telah ditara. Encerkan dengan lebih kurang
terlindung cahaya. 25 ml air, titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV
menggunakan indikator merah metil LP.

ASAM KLORIDA Tiap ml natrium hidroksida 1 N


setara dengan36,46 mg HCl
Hydrochloride Acid
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Asam klorida [7647-01-0]
HCl BM 36,46

Asam Klorida mengandung tidak kurang dari 36,5% b/b


dan tidak lebih dari 38,0% b/b HCl.
- 150 -

ASAM MEFENAMAT ke dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur


Mefenamic acid semua respons puncak. Hitung persentase masing-
masing cemaran dalam zat yang digunakan dengan
COOH rumus:
H
N
C   ri 
100  U   
H3C CH3
 CS   rS 

Asam N-2,3xililantrannilat [61-68-7] CS adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam µg per
C15H15NO2 BM 241,29 ml Larutan baku; CU adalah kadar asam mefenamat
dalam µg per ml Larutan uji; ri adalah respons puncak
Asam Mefenamat mengandung tidak kurang dari 98,0% masing-masing cemaran dari Larutan uji; rS adalah
dan tidak lebih dari 102,0%, C15H15NO2, dihitung respons puncak asam mefenamat dari Larutan baku.
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Serbuk hablur; putih atau hampir putih; Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
melebur pada suhu lebih kurang 230 disertai peruraian. Kromatografi <931>.
Dapar Buat larutan amonium fosfat monobasa 50
Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida; agak mM, atur pH hingga 5,0 dengan penambahan amonium
sukar larut dalam kloroform; sukar larut dalam etanol hidroksida 3 M.
dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam air. Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Dapar-
tetrahidrofuran P (23:20:7), saring dan awaudarakan.
Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak boleh Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, system seperti tertera pada Kromatografi <931>.
terlindung cahaya. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Mefenamat BPFI, larutkan dalam Fase gerak jika perlu
Identifikasi encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah gerak hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml.
dikeringkan dan didispersikan kalium bromida P Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan zat, masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml, larutkan
gelombang yang sama seperti pada Asam Mefenamat dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
BPFI. Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
pada Penetapan kadar. 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; baku, rekam kromatogram dan ukur respons
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam. puncakseperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
tidak kurang dari 8200 lempeng teoritis; faktor ikutan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. tidak lebih dari 1,6 dan simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,0%.
Logam berat<371> Tidak lebih dari 20 bpj. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
tidak lebih dari 0,1%; dan jumlah semua cemaran tidak respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara mefenamat, C15H15NO2, dalam zat dengan rumus:
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. r 
Dapar, Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan 500 C  U 
seperti tertera pada Penetapan Kadar.  rS 
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Mefenamat BPFI, larutkan dengan Fase gerak hingga C adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam mg per ml
kadar lebih kurang 10 µg per ml. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg puncak Larutan uji dan Larutan baku.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml. Larutkan
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume tidak tembus cahaya.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
- 151 -

KAPSUL ASAM MEFENAMAT menit dengan sekali-sekali diaduk. Encerkan dengan


Mefenamic Acid Capsule Fase gerak sampai tanda, campur dan saring.
Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
Kapsul Asam Mefenamat mengandung asam mefenamat, seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Asam
C15H15NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Mefenamat. Hitung jumlah dalam mg asam mefenamat,
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. C15H15NO2, dalam isi kapsul yang digunakan dengan
rumus:
Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat, r 
500 C  U 
terlindung cahaya.  rS 
Identifikasi
C adalah kadar Asam Mefenamat BPFI dalam mg per ml
A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Masukkan isi kapsul setara dengan lebih kurang 250 mg
asam mefenamat ke dalam labu tentukur 250-ml,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
tambahkan lebih kurang 100 ml campuran kloroform P-
metanol P (3:1), kocok kuat-kuat. Encerkan dengan
campuran yang sama sampai tanda, kocok dan saring.
Fase gerak campuran kloroform P-etilasetat P-asam TABLET ASAM MEFENAMAT
asetat glasial P (75:25:1) dan dengan teknik penampak Mefenamic Acid Tablet
bercak nomor 17 seperti tertera pada Cemaran
Umum<481>. Tablet Asam Mefenamat mengandung asam mefenamat,
B. Waktu retensi puncak utama Larutan uji pada C15H15NO2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
Penetapan kadar sesuai dengan Larutan baku. 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Baku pembanding Asam Mefenamat BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
Disolusi <1231> terlindung cahaya.
Dapar tris 0,05 M Larutkan 60,5 g tris-
(hidroksimetil)aminometana P dalam 6000 ml air dan Identifikasi Ekstraksi sejumlah serbuk tablet yang
encerkan dengan air hingga 10.000 ml. Atur pH hingga mengandung 0,25 g asam mefenamat, dua kali, tiap kali
9,0±0,05 dengan penambahan asam fosfat P. Masukkan dengan 30 ml eter P. Cuci kumpulan ekstrak dengan
6000 ml larutan ini ke dalam labu yang lain, tambahkan air,uapkan hingga kering di atas tangas air dan keringkan
100 g natrium lauril sulfat P dan campur untuk residu pada 105º. Larutkan dalam sejumlah minimum
melarutkan. Pindahkan kembali campuran ke dalam etanol mutlak P dan uapkan hingga kering di atas tangas
larutan pertama dan campur. air. Spektrum serapan inframerah, sesuai dengan
Media disolusi : 900 ml Dapar tris 0,05 M spektrum serapan Asam Mefenamat BPFI.
Alat tipe 1 : 100 rpm
Waktu : 45 menit Waktu hancur <1251> 30 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C15H15NO2 yang
terlarut, menggunakan Prosedur seperti tertera pada 2,3-Dimetilanilin Lakukan penetapan dengan cara
Penetapan Kadar. Jika perlu lakukan modifikasi. Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Kromatografi <931>.
kurang dari 75% (Q) C15H15NO2 dari jumlah yang tertera Larutan 1 Kocok sejumlah serbuk tablet yang setara
pada etiket. dengan 0,25 g asam mefenamat dengan 10 mlcampuran
diklorometan P-metanol P (3:1) selama 10 menit.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Sentrifus dan gunakan beningan.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Larutan 2 Buat larutan 2,3-dimetilanilin dalam
Kromatografi <931>. campuran diklorometan P-metanol P (3:1) dengan kadar
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi 2,5 bpj.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 40
Asam Mefenamat. µl Larutan 1 dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi
Larutan uji Keluarkan isi tidak kurang dari 20 kapsul, silika gel G. Masukkan lempeng ke dalam bejana
timbang dan tentukan bobot rata-rata isi kapsul. Timbang kromatografi yang berisi fase gerak campuran amonia
saksama sejumlah isi kapsul yang telah dicampur, setara 18 M - 1,4-dioksan P - toluen P (1:25:90) dan biarkan
dengan lebih kurang 100 mg asam mefenamat, merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
masukkan ke dalam labu tentukur 500-ml. Tambahkan lempeng, keringkan dalam aliran udara hangat, lakukan
10,0 ml tetrahidrofuran P dan sonikasi lebih kurang 5 penampak bercak dengan Metode I. Bercak sesuai
dengan 2,3-dimetilanilin dalam kromatogram yang
- 152 -

diperoleh dari Larutan 1 tidak lebih intensif dari pada Kelarutan Larut dalam kloroform, dalam diklorometan,
bercak yang diperoleh dari Larutan 2 (100 bpj). dalam larutan alkali hidroksida dan dalam karbonat;
sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam metanol
Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi lapis tipis dan dalam toluen; sangat sukar larut dalam eter dan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. dalam air.
Larutan 1 Gunakan beningan yang diperoleh dari uji
2,3-dimetilanilin. Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan
Larutan 2 Encerkan 1 bagian Larutan 1 menjadi 500 pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
bagian dengan campuran diklorometan P-metanol P digunakan.
(3:1).
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 Identifikasi
µl Larutan 1 dan Larutan 2 pada lempeng kromatografi A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
silika gel GF 254. Masukkan lempeng ke dalam bejana dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
kromatografi yang berisi fase gerak campuran asam menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
asetat glasial P-1,4-dioksan P- toluen P (1:25:90) dan gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat
biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi BPFI.
lempeng. Angkat lempeng dan keringkan di udara. B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam natrium
Paparkan dengan uap iodum selama 5 menit dan amati di hidroksida 0,01 N (1 dalam 200.000) menunjukkan
bawah sinar ultraviolet (254 nm). Bercak sekunder maksimum dan minimum hanya pada panjang
dalam kromatogram yang diperoleh dari Larutan (1) gelombang yang sama seperti pada Asam Nalidiksat
tidak lebih intensif daripada bercak yang diperoleh dari BPFI; daya serap masing-masing dihitung terhadap zat
Larutan (2) (0,2%). Abaikan bercak dengan nilai Rf 0,04 yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan
atau kurang. maksimum 258 nm tidak boleh berbeda lebih dari 3,0%.

Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang Jarak lebur <1021> Antara 225 dan 231.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
yang setara dengan lebih kurang 0,5 g asam mefenamat, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
larutkan dalam lebih kurang 80 ml etanol mutlak P lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam.
hangat yang telah dinetralkan terhadap larutan merah
fenol P, lakukan pemanasan atau sonikasi untuk Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
membantu pelarutan. Dinginkan, tambahkan etanol
mutlak P yang telah dinetralkan secukupnya hingga 100 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
ml, campur dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 M
menggunakan larutan merah fenol P sebagai indikator. Kemurnian kromatografi
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 M Nalidiksat BPFI, larutkan dalam kloroform P hingga
setara dengan 24,13 mg C15H15NO2. kadar 1,0 mg per ml.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku dalam kloroform P hingga kadar 0,1; 0,04
dan 0,02 mg per ml setara dengan 0,5; 0,2 dan 0,1%
cemaran uji.
ASAM NALIDIKSAT Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Nalidixic Acid dalam kloroform P hingga kadar 20 mg per ml.
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
C2H3
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
H3C N N
terpisah masing-masing 10 l Enceran larutan baku dan
Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel.
COOH Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
O
telah dijenuhkan dengan fase gerak etanol P-kloroform
P-amonia LP (70:20:10) hingga fase gerak merambat
Asam 1-etil-1,4-dihidro-7-metil-4-okso-1,8-naftiridina-3- lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat
karboksilat [389-08-2] lempeng, biarkan fase gerak menguap dengan aliran
C12H12N2O3 BM 232,24 udara hangat. Amati lempeng di bawah cahaya
ultraviolet 254 nm. Bandingkan setiap bercak lain selain
Asam Nalidiksat mengandung tidak kurang dari 99,0% bercak utama Larutan uji dengan bercak utama Enceran
dan tidak lebih dari 101,0%, C12H12N2O3, dihitung larutan baku:tidak satupun bercak lain lebih intensif dari
terhadap zat yang telah dikeringkan. bercak utama yang diperoleh dari Enceran larutan baku
0,1 g per ml setara dengan cemaran 0,5% dan jumlah
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai kuning sangat
pucat; tidak berbau.
- 153 -
intensitas semua bercak lain selain bercak utama dari heksadesiltrimetilamonium bromida dalam 350 ml
Larutan uji tidak lebih dari 1%. metanol P. Tambahkan 325 ml metanol P, saring dan
awaudarakan. Larutan mempunyai pH lebih kurang 10.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
mg zat, larutkan dalam 30 ml dimetilformamida P yang sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
sebelumnya telah dinetralkan terhadap timolftalein LP. Larutan baku internal Buat larutan Asam sulfanilat P
Titrasi dengan litium metoksida 0,1 N LV menggunakan dalam Fase gerak mengandung lebih kurang 0,8 mg per
pengaduk magnetik dan hindari penyerapan karbon ml.
dioksida dari udara. Larutan baku Buat larutan Asam Nalidiksat BPFI
dalam metanol P dengan kadar lebih kurang 0,18 mg per
Tiap ml litium metoksida 0,1 N ml. Pipet 5 ml larutan ini dan 1,0 ml Larutan baku
setara dengan 23,22 mg C12H12N2O3 internal ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan
metanol P sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk setara
dengan lebih kurang 150 mg asam nalidiksat, masukkan
TABLET ASAM NALIDIKSAT ke dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan lebih kurang
Nalidixic Acid Tablet 400 ml metanol P, sonikasi selama 30 menit. Kocok
secara mekanik selama 30 menit, sonikasi kembali
Tablet Asam Nalidiksat mengandung asam nalidiksat, selama 30 menit, encerkan dengan metanol P sampai
C12H12N2O3, tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih tanda dan saring. Pipet 3 ml filtrat jernih dan 1,0 ml
dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 25-ml,
encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Baku pembanding Asam Nalidiksat BPFI; lakukan Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5
Identifikasi Waktu retensi puncak asam nalidiksat dari ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
pada Penetapan kadar. seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam
sulfanilat lebih kurang 0,7 dan asam nalidiksat 1,0;
Disolusi <1231> resolusi, R, antara puncak asam sulfanilat dan asam
Media disolusi : 900 ml dapar pH 8,60; yang dibuat nalidiksat tidak kurang dari 1, simpangan baku relatif
sebagai berikut: campur 2,3 bagian volume natrium pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
hidroksida 0,2 N; 2,5 bagian volume kalium fosfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
monobasa 0,2 N dan 2,0 bagian volume metanol P. Jika sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
perlu atur pH dengan penambahan natrium hidroksida 1 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
N hingga 8,600,05. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Alat tipe 2 : 60 rpm. nalidiksat, C12H12N2O3, dalam serbuk tablet yang
Waktu : 30 menit digunakan dengan rumus:
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C12H12N2O3,
yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika  12 .500   RU 
perlu encerkan dengan natrium hidroksida 0,01 N dan C  
 3  R S 
serapan larutan baku Asam Nalidiksat BPFI dalam
natrium hidroksida 0,01 N pada panjang gelombang
C adalah kadar Asam Nalidiksat BPFI dalam mg per ml
serapan maksimum 258 nm menggunakan blangko
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
campuran Media disolusi dan natrium hidroksida 0,01 N
dalam perbandingan yang sama seperti larutan uji. perbandingan respons puncak asam nalidiksat dan asam
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak sulfanilat Larutan uji dan Larutan baku.
kurang dari 80% (Q) C12H12N2O3 dari jumlah yang
tertera pada etiket. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


ASAM NITRAT
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Nitrate Acid
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Asam nitrat [7697-37-2]
Fase gerak Buat larutan 784 mg Kalium fosfat dibasa HNO3 BM 63,01
P dalam 325 ml air, tambahkan larutan 2,62 g
- 154 -

Asam Nitrat mengandung tidak kurang dari 69,0% dan tersuspensi dan jika dilihat melalui cahaya transmisi,
tidak lebih dari 71,0% b/b HNO3 tidak menunjukkan perbedaan warna.
[Perhatian Hindari kontak langsung, dapat merusak
jaringan dengan cepat]. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 ml
zat dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca yang telah
Pemerian Cairan berasap; sangat korosif; bau khas, ditara, tambahkan 25 ml air. Titrasi dengan natrium
sangat merangsang. Mendidih pada suhu lebih kurang hidroksida 1 N LV menggunakan indikator merah metil
120; bobot jenis lebih kurang 1,41. Merusak jaringan LP.
hewan menjadi kuning.
Tiap ml natrium hidroksida 1 N
Identifikasi Menunjukkan reaksi nitrat cara A,B dan C setara dengan63,01 mg HNO3
seperti yang tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5 mg (5 bpj);
lakukan penetapan menggunakan 70 ml (100 g) zat
dalam krus yang telah ditara, tambahkan 2 tetes asam ASAM RETINOAT
sulfat P, uapkan hingga kering. Pijarkan selama 15 Tretinoin
menit. Retinoic Acid
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan H3C CH3
CH3 CH3

penetapan menggunakan 35 ml larutan (50 g) zat dan CH3

bandingkan kekeruhan dengan 35 µl asam klorida 0,020


N. CH3

Sulfat <361> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan penetapan Semua trans-asam retinoat [302-79-4]
sebagai berikut: Pada lebih kurang 28 ml, tambahkan 10 C20H28O2 BM 300,44
mg natrium karbonat P. Uapkan hingga kering, larutkan
dalam campuran 4 ml air dan 1 ml larutan asam klorida Asam Retinoat mengandung tidak kurang dari 97,0%
P (1 dalam 20) dan saring jika perlu. Cuci dua kali, tiap dan tidak lebih dari 103,0%, C20H28O2, dihitung terhadap
kali dengan 2 ml air, encerkan dengan air hingga 10 ml, zat yang telah dikeringkan.
tambahkan 1 ml barium klorida LP. Amati 10 menit Pemerian Serbuk hablur; kuning sampai jingga muda.
setelah penambahan larutan barium klorida dan
bandingkan kekeruhan dengan 40 µl asam sulfat 0,020 Kelarutan Tidak larut dalam air; sukar larut dalam
N. etanol dan dalam kloroform.
Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 0,1 bpj; lakukan
Baku pembanding Isotretinoin BPFI; simpan ampul
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang
berikut: masukkan 210 ml (300 g) zat ke dalam gelas
sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
piala 1000 ml, tambahkan 5 ml asam sulfat P, uapkan
dibuka. Asam Retinoat BPFI; simpan ampul pada suhu
hingga terbentuk asap tebal belerang trioksida.
di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang sebelum
Dinginkan hati-hati, tambahkan 500 ml air, uapkan
dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul dibuka.
kembali hingga terbentuk asap tebal sulfur trioksida. Jika
[Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat dan
perlu ulangi pengenceran dan penguapan untuk
gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
menghilangkan semua asam nitrat. Encerkan hati-hati
prosedur berikut ini].
dengan air hingga 35 ml.

Besi <331> Tidak lebih dari 0,2 bpj; lakukan penetapan Identifikasi
menggunakan 35 ml (50 g) zat dan encerkan dengan air A. Spektrum serapan inframerah zat yang didis-
hingga 47 ml. persikan dalam minyak mineral P menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Logam berat <371> Metode I Tidak lebih dari 0,2 bpj; seperti pada Asam Retinoat BPFI.
lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan 70 ml B. Spektrum serapan ultraviolet dari larutan (1 dalam
(100 g) zat dalam gelas piala 250 ml, tambahkan lebih 250.000) dalam isopropil alkohol P yang diasamkan,
kurang 10 mg natrium karbonat P, uapkan di atas tangas yang dibuat dengan mengencerkan 1 ml asam klorida
uap hingga kering, tambahkan 25 ml air. 0,01 N dengan isopropil alkohol P hingga 1000 ml
menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang
Kejernihan larutan Kocok di dalam wadah asli, pipet gelombang yang sama seperti pada larutan Asam
10 ml ke dalam tabung reaksi berukuran 20 mm x 150 Retinoat BPFI; daya serap masing-masing dihitung
mm. Bandingkan dengan air dalam tabung reaksi lain terhadap zat yang telah dikeringkan, pada panjang
berukuran sama; cairan sama jernih dan bebas dari bahan
- 155 -
gelombang maksimum lebih kurang 352 nm berbeda Logam berat <371 >Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
tidak lebih dan 3,0%.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 240
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; mg zat, larutkan dalam 50 ml dimetilformamida P,
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu tambahkan 3 tetes larutan biru timol P dalam
ruang selama 16 jam. dimetilformamida P (1 dalam 100), titrasi dengan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. natrium metoksida 0,1 N LV hingga warna kehijauan.
Lakukan penetapan blangko.
Batas isotretinoin Tidak lebih dari 5,0%; lakukan
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi Tiap ml natrium metoksida 0,1 N
seperti tertera pada Kromatografi <931>. setara dengan30,04 mg C20H28O2
Fase gerak Buat campuran isooktana P - isopropil
alkohol P-asam asetat glasial P (99,65:0,25:0,1) saring Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lebih baik di dałam gas inert, terlindung cahaya.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931> .
Larutan kesesuaian sistem I Timbang saksama GEL ASAM RETINOAT
sejumlah Asam Retinoat BPFI, larutkan dalam sedikit Tretinoin Gel
metilen klorida P, tambahkan sejumlah isooktana P Retinoic Acid Gel
hingga kadar lebih kurang 250 µg per ml.
Larutan baku I Timbang saksama sejumlah Gel Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat,
Isotritinoin BPFI, larutkan dengan sedikit metilen C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
klorida P, tambahkan isooktana P hingga kadar lebih 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
kurang 250 µg per ml.
Larutan kesesuaian sistem II Pipet 5 ml Larutan baku Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan ampul
I ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan Larutan pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang
kesesuaian sistem I sampai tanda. sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
Larutan baku II Pipet 5 ml Larutan baku I ke dalam dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat
labu tentukur 100-ml, tambahkan isooktana P sampai dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
tanda. prosedur berikut ini].
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 25 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan Identifikasi Spektrum serapan yang diperoleh antara
dalam sedikit metilen klorida P, tambahkan isooktana P panjang gelombang 300 dan 450 nm dari Larutan uji
sampai tanda. pada Penetapan kadar menunjukkan maksimum dan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada minimum pada panjang gelombang yang sama seperti
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi pada Asam Retinoat BPFI.
dilengkapi dengan detektor 352 nm dan kolom 4,0 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L3. Laju aliran lebih kurang Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
1 ml per menit. Suntikkan pada kromatograf lebih
Penetapan kadar [Catatan Hindari kontak dengan
kurang 20 µl Larutan kesesuaian sistem II, ukur respons
cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada
puncak. Waktu retensi relatif isotretinoin dan asam
pelaksanaan prosedur berikut ini].
retinoat masing-masing lebih kurang 0,84 dan 1,00.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Simpangan baku relatif dari respons puncak isotretinoin
Retinoat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif,
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% dan
jika perlu secara bertahap dengan kloroform P hingga
resolusi, R, isotretinoin dan asam retinoat tidak kurang
kadar lebih kurang 3,75 µg per ml.
dari 2,0.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dengan lebih kurang 375 µg tretinoin, masukkan ke
sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku II dan Larutan
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam lebih kurang
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
70 ml kloroform P, encerkan dengan kloroform P sampai
respons puncak utama. Hitung persentase isotretinoin
tanda.
dengan rumus:
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
C   rU 
10     kurang 365 nm dalam sel 1-cm, menggunakan kloroform
W   rS  P sebagai blangko. Hitung jumlah dalam µg, asam
retinoat, C20H28O2, dalam gel yang digunakan dengan
C adalah kadar Isotretinoin BPFI dalam µg per ml rumus:
Larutan baku II; W adalah bobot zat uji yang digunakan
dalam mg; ru dan rs berturut-turut adalah respons puncak A 
100 C  U 
isotretinoin dalam Larutan uji dan Larutan baku.  AS 
- 156 -

C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam µg per ml encerkan dengan campuran tetrahidrofuran P-Pengencer
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan (3:2) sampai tanda, campur dan saring.
Larutan uji dan Larutan baku. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, dilengkapi dengan detektor 365 nm dan kolom 3,9 mm x
terlindung cahaya. 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4
µm. Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan
kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
KRIM ASAM RETINOAT kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tretinoin Cream pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
Retinoic Acid Cream ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Krim Asam Retinoat mengandung Asam Retinoat, sama (lebih kurang 25 µl) Larutan baku dan Larutan uji
C20H28O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asam
Baku pembanding Asam Retinoat BPFI; simpan ampul retinoat, C20H28O2, dalam krim yang digunakan dengan
pada suhu di bawah 0°, biarkan mencapai suhu ruang rumus:
sebelum dibuka dan gunakan isi segera setelah ampul
dibuka. [Catatan Hindari kontak dengan cahaya kuat r 
dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada pelaksanaan
250 C  U 
prosedur berikut ini].
 rS 
C adalah kadar Asam Retinoat BPFI dalam µg per ml
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang puncak dari Larutan uji dan Larutan baku.
diperoleh pada Penetapan kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube yang dapat
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. dilipat atau wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.

Penetapan kadar [Catatan Hindari kontak dengan


cahaya kuat dan gunakan alat kaca aktinik rendah pada ASAM SALISILAT
pelaksanaan prosedur berikut ini. Gunakan penstabil Salicylic acid
tetrahidrofuran dalam penyiapan Larutan baku dan
COOH
Larutan uji]. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada OH

Kromatografi <931>.
Asam fosfat encer Encerkan 10 ml asam fosfat P
dengan air hingga100 ml.
Dapar fosfat Larutkan 1,38 mg natrium fosfat Asam salisilat [69-72-7]
monobasa P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,0 C7H6O3 BM 138,12
dengan penambahan Asam fosfat encer. Saring dan
Asam Salisilat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
awadaurakan.
tidak lebih dari 101,0%, C7H6O3, dihitung terhadap zat
Pengencer Campuran air-Asam fosfat encer (9:1).
yang telah dikeringkan.
Fase gerak [Catatan Dapar fosfat dan tetrahidrofuran
disaring dan diawaudarakan secara terpisah sebelum Pemerian Hablur, biasanya berbentuk jarum halus atau
dicampur]. Buat campuran Dapar fosfat–tetrahidrofuran serbuk halus; putih; rasa agak manis, tajam dan stabil di
P (58:42). Jika perlu lakukan penyesuaian menurut udara. Bentuk sintetis warna putih dan tidak berbau. Jika
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna
<931>. kekuningan atau merah muda dan berbau lemah mirip
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam mentol.
Retinoat BPFI, larutkan dalam tetrahidrofuran P hingga
kadar lebih kurang 0,4 mg per ml. Pipet sejumlah Kelarutan Sukar larut dalam air dan dalam benzen,
volume larutan, encerkan secara kuantitatif dan jika mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air
perlu bertahap dengan campuran tetrahidrofuran P- mendidih; agak sukar larut dalam kloroform.
Pengencer (3:2) hingga kadar lebih kurang 4 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara Identifikasi Menunjukkan reaksi salisilat seperti tertera
dengan lebih kurang 1,0 mg asam retinoat, masukkan ke pada Uji Idetifikasi Umum <291>.
dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 20,0 ml
tetrahidrofuran P. Kocok labu, jika perlu encerkan Jarak lebur <1021> Antara 158º dan 161º.
dengan tetrahidrofuran P sampai tanda, saring.
Masukkan 5ml filtrat ke dalam labu tentukur 25-ml,
- 157 -
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; semprotkan dengan larutan besi(III) klorida P (1 dalam
lakukan pengeringan di atas silika gel P selama 3 jam. 60) dan panaskan pada suhu 60º selama 3 menit. Pada
setiap langkah visualisasi, bandingkan intensitas setiap
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%. bercak lain Larutan uji dengan bercak utama Enceran
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,014%; lakukan larutan baku: tidak ada satupun bercak lain yang lebih
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai intensif dari bercak utama Enceran larutan baku dengan
berikut: panaskan 1,5 g zat dalam 75 ml air hingga larut, kadar 0,375 mg per ml dan jumlah intensitas semua
dinginkan, tambahkan air sampai volume semula dan bercak lain Larutan uji tidak lebih dari 2,0%.
saring: 25 ml nitrat tidak lebih keruh dari larutan
blangko yang ditambahkan 0,10 ml asam klorida 0,020 Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
N. mg zat, larutkan dalam 25 ml etanol encer P yang sudah
dinetralkan dengan natrium hidroksida 0,1 N, tambahkan
Sulfat Tidak lebih dari 0,02%; lakukan penetapan fenoftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1
sebagai berikut: larutkan 12,0 g zat dalam 37 ml aseton N LV.
P, tambahkan 3 ml air. Lakukan titrasi secara
potensiometrik dengan timbal perklorat 0,02 M yang Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
dibuat dengan melarutkan 9,20 g timbal perklorat P setara dengan13,81 mg C7H6O3
dalam air hingga 1000 ml. Gunakan pH meter dengan
reproduksibilitas minimum ±0,1 mV seperti yang tertera Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
pada Penetapan pH <1071> yang dilengkapi dengan
elektrode timbal dan elektrode kaca pembanding perak-
perak klorida yang berisi larutan tetraetilamonium ASAM SITRAT
perklorat P dalam asam asetat glasial P (1 dalam 44): Citric Acid
digunakan tidak lebih dari 1,25 ml timbal perklorat
0,020 M.

Logam berat <371> Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan Asam sitrat [77-92-9]
penetapan dengan melarutkan 1 g zat dalam 25 ml C6H8O7 BM 192,13
aseton P, tambahkan 2 ml air dan 10 ml hidrogen sulfida C6H8O7.H2O [5949-29-1] BM 210,13
LP: warna yang terjadi tidak lebih gelap dari larutan
pembanding yang dibuat dari 25 ml aseton P ditambah 2 Asam Sitrat berbentuk anhidrat atau mengandung satu
ml Larutan baku timbal dan 10 ml hidrogen sulfida LP. molekul air hidrat. Mengandung tidak kurang dari 99,5%
dan tidak lebih dari 100,5%, C6H8O7, dihitung terhadap
Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat zat anhidrat.
dalam 5 ml asam sulfat LP: larutan tidak lebih berwarna
dari Larutan padanan C. Pemerian Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk
hablur granul sampai halus; putih; tidak berbau atau
Kemurnian kromatografi praktis tidak berbau; rasa sangat asam. Bentuk hidrat
Pelarut Campuran kloroform P-metanol P (9:1). mekar dalam udara kering.
Fase gerak Campuran sama banyak n-butanol P yang
telah dijenuhkan dengan amonium hidroksida P dan Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
aseton P. dalam etanol; agak sukar larut dalam eter.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Salisilat BPFI, larutkan dalam Pelarut hingga kadar 2,5 Identifikasi Menunjukkan reaksi Sitrat seperti tertera
mg per ml. pada Uji Identifikasi Umum <291>.
Enceran larutan baku Buat satu seri pengenceran
Larutan baku dalam Pelarut hingga diperoleh kadar Air <1031> Metode I Bentuk anhidrat tidak lebih dari
masing-masing 0,375; 0,25 dan 0,05 mg per ml. 0,5% dan bentuk hidrat tidak lebih dari 8,8%.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam Pelarut hingga kadar 50 mg per ml. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,05%.
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipis seperti
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara Oksalat Netralkan 10 ml larutan zat (1 dalam 10)
terpisah masing-masing 20 µl Larutan uji dan Enceran dengan amonium hiroksida 6 N, tambahkan 5 tetes asam
larutan baku pada lempeng kromatografi silika gel klorida 3 N, dinginkan dan tambahkan 2 ml kalsium
setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan .
kromatografi yang berisi Fase gerak hingga merambat
lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng. Angkat Sulfat Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 10) tambahkan 1
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan menguap ml barium klorida LP yang telah ditambahkan 1 tetes
dengan bantuan aliran udara hangat. Amati lempeng di asam klorida P: tidak terbentuk kekeruhan.
bawah cahaya ultraviolet 254 nm dan 366 nm;
- 158 -

Arsen <321> Metode I tidak lebih dari 3 bpj. Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5%.

Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
Zat mudah terarangkan Masukkan 1,0 g zat ke dalam Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250
tabung reaksi dengan ukuran 22 x 175 mm yang telah mg zat, larutkan dalam campuran 50 ml metanol P dan
dibilas dengan 10 ml asam sulfat LP dan tiriskan selama 25 ml air, yang sebelumnya telah dinetralkan dengan
10 menit. Tambahkan 10 ml asam sulfat LP, goyang natrium hidroksida 0,02 N. Tambahkan Fenolftalein LP
sampai larut sempurna dan celupkan dalam tangas air sampai terjadi warna merah muda yang stabil selama
pada suhu 90±1 selama 60±0,5 menit, jaga permukaan tidak kurang dari 30 detik.
asam di bawah permukaan air selama pemanasan.
Dinginkan tabung reaksi dengan air mengalir dan Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
pindahkan larutan asam ke dalam tabung pembanding setara dengan11,21 mg C6H8O2
warna: warna asam tidak lebih tua dari volume sama
Larutan padanan K seperti tertera pada Warna dan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Akromitas <1291> dalam tabung padanan, tabung terlindung cahaya dan hindarkan dari panas berlebih.
diamati vertikal dengan latar belakang putih.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 3 g ASAM SULFAT


zat di dalam labu yang telah ditara. Larutkan dalam 40 Sulfuric Acid
ml air, tambahkan indikator Fenolftalein LP dan titrasi
dengan natrium hidroksida 1 N LV. Asam sulfat [7664-93-9]
H2SO4 BM 98,07
Tiap ml natrium hidroksida 1 N
setara dengan 64,04 mg C6H8O7 Asam Sulfat mengandung tidak kurang dari 95,0% dan
tidak lebih dari 98,0% b/b H2SO4.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. [Perhatian Bila asam sulfat akan dicampur dengan
cairan lain, selalu tambahkan asam kedalam cairan
pengencer dan lakukan dengan sangat hati-hati].
ASAM SORBAT
Sorbic Acid Pemerian Cairan jernih seperti minyak; tidak berwarna;
bau sangat tajam dan korosif, Bobot jenis lebih kurang
H H
1,84.
H3 C C C
C C COOH Kelarutan Bercampur dengan air dan dengan etanol,
dengan menimbulkan panas.
H H

Identifikasi Menunjukkan reaksi Sulfat cara A, B dan C


Asam sorbat [110-44-1]
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>.
C6H8O2 BM 112,13
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,005% lakukan
Asam Sorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% dan
penetapan dengan menguapkan 22 ml (40 g) zat hingga
tidak lebih dari 101,0%, C6H8O2, dihitung terhadap zat
kering dan pijarkan: residu tidak lebih dari 2 mg.
anhidrat.
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,005%; lakukan
Pemerian Serbuk hablur; putih; mengalir bebas; bau
penetapan menggunakan 1,1 ml (2,0 g) zat; encerkan
khas.
dalam air dan bandingkan kekeruhan dengan 0,15 ml
asam klorida 0,020 N.
Kelarutan Sukar larut dalam air; larut dalam etanol dan
dalam eter.
Arsen <321> Tidak lebih dari 1 bpj; lakukan
menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai berikut:
Identifikasi Pada 3 ml asam nitrat P dan 20 ml air, tambahkan 1,6 ml
A. Pada larutan 200 mg zat dalam etanol P,
(3,0 g) zat, uapkan sampai terjadi asap tebal belerang
tambahkan beberapa tetes air brom LP: warna hilang.
trioksida. Dinginkan, cuci larutan hati-hati dengan 50 ml
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
air ke dalam labu generator arsin. Larutan memenuhi Uji
isopropanolol P (1 dalam 400.000) menunjukkan
batas arsen tanpa penambahan 20 ml larutan asam sulfat
maksimum pada panjang gelombang 254 2 nm. P (1 dalam 5) seperti tertera pada Prosedur.
Jarak lebur <1021> Antara 132 dan 135.
- 159 -
Logam berat <371> Tidak lebih dari 5 bpj; lakukan menggunakan larutan yang mengandung 2 g zat per 10
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai ml.
berikut : Pada lebih kurang 10 mg natrium karbonat P
yang dilarutkan dalam 10 ml air, tambahkan 2,2 ml Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
(4,0g) zat. Panaskan hingga hampir kering, tambahkan 1 lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama
ml asam asetat 1 N pada residu dan encerkan dengan air 3 jam.
hingga 25 ml.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Zat pereduksi Encerkan hati-hati 4,4 ml (8,0 g) zat
dengan lebih kurang 50 ml air es, jaga larutan tetap Oksalat Netralkan 10 ml larutan zat (1 dalam 10)
dingin selama penambahan. Tambahkan 0,10 ml kalium dengan amonium hidroksida 6 N dan tambahkan 10 ml
permanganan 0,10 N: larutan tetap berwarna merah kalsium sulfat LP: tidak terbentuk kekeruhan.
muda selama 5 menit.
Sulfat <361> Pada 10 ml larutan zat (1 dalam 100)
Penetapan kadar Timbang saksama labu bersumbat tambahkan 3 tetes asam klorida P dan 1 ml barium
kaca yang berisi 20 ml air, masukkan lebih kurang 1 ml klorida LP: tidak terbentuk kekeruhan.
zat uji, timbang lagi untuk mendapatkan bobot zat uji.
Encerkan dengan lebih kurang 25 ml air, dinginkan dan Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
tambahkan jingga metil LP, titrasi dengan natrium
hidroksida 1 N LV. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g zat
yang sebelumnya telah dikeringkan, masukkan ke dalam
Tiap ml natrium hidroksia 1 N labu Erlenmeyer. Larutkan dalam 40 ml air, tambahkan
setara dengan 49,04 mg H2SO4 Fenolftalein LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 1
N LV.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Tiap ml natrium hidroksida 1 N
setara dengan75,04 mg C4H6O6
ASAM TARTRAT
Tartaric acid Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.

COOH

H C OH
ASAM UNDESILENAT
Undecylenic Acid
HO C H

COOH CH2=CHCH2(CH2)6CH2COOH

Asam tartrat [526-83-0] Asam 10-undesenoat [112-38-9]


L-(+)- Asam tartrat [87-69-4] C11H20O2 BM 184,28
C4H6O6 BM 150,09
Asam Undesilenat mengandung tidak kurang dari 97,0%
Asam Tartrat yang dikeringkan di atas fosfor pentoksida dan tidak lebih dari 100,5%, C11H20O2.
P selama 3 jam, mengandung tidak kurang dari 99,7%
dan tidak lebih dari 100,5%, C4H6O6. Pemerian Cairan jernih; tidak berwarna sampai kuning
pucat; bau khas.
Pemerian Hablur tidak berwarna atau bening atau
serbuk hablur halus sampai granul, warna putih; tidak Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; dapat
berbau; rasa asam dan stabil di udara. bercampur dengan etanol, kloroform, eter, benzen,
minyak lemak dan minyak atsiri.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut
dalam etanol. Identifikasi
A. Pada 1 ml tambahkan Kalium permanganat LP
tetes demi tetes: warna kalium permanganat hilang.
Identifikasi
A. Menunjukkan reaksi Tartrat seperti tertera pada Uji B. Panaskan 3 ml zat uji dengan 3 ml anilin P yang
Identifikasi Umum <291>. baru disuling, dalam tabung reaksi panjang selama 10
B. Jika dipijarkan, perlahan-lahan terurai, bau seperti menit, atur pemanasan hingga cincin kondensasi yang
gula terbakar (perbedaan dari Asam Sitrat). terbentuk tetap di bawah mulut tabung. Dinginkan,
tambahkan 10 ml etanol P dan 10 ml eter P, pindahkan
Rotasi jenis <1081> Antara +12,0º dan +13,0º; dihitung ke dalam corong pisah. Cuci lapisan eter empat kali, tiap
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan kali dengan 20 ml air, buang cairan cucian. Panaskan di
- 160 -

atas tangas uap hingga bau eter tak tercium lagi, Kelarutan Sukar larut dalam air; mudah larut dalam
kemudian tambahkan beberapa mg arang aktif P, campur natrium hidroksida 1 N, dalam metanol, dalam etanol,
dan saring. Uapkan filtrat hingga hampir kering dan dalam aseton, dalam kloroform, dalam benzen, dalam
hablurkan kembali residu dengan etanol P 70%, hablur eter dan dalam n-heptan; sukar larut dalam asam klorida
anilida yang diperoleh melebur pada suhu antara 66º dan 0,1 N.
67,5º.
Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh
Suhu beku <1101> Tidak lebih dari 21º. dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
wadah tertutup rapat; Asam benzoat BPFI, keringkan di
Bobot jenis <981> Antara 0,910 dan 0,913. atas silika gel selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,15%.
Identifikasi
Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. A. Spektrum serapan inframerah zat yang disebarkan
sebagai film tipis di antara lempeng natrium klorida,
Indeks bias <100> Antara 1,447 dan 1,448. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Asam Valproat
Bilangan iodum Antara 131 dan 138; lakukan BPFI.
penetapan seperti tertera pada Lemak dan minyak lemak B Masukkan ke dalam tabung reaksi 0,5 ml larutan
<491>. kalium iodida P (1 dalam 50) dan 0,5 ml larutan kalium
iodat P (1 dalam 25); dan campur. Tambahkan 2 tetes zat
Asam larut dalam air Kocok 5 ml zat dengan 5 ml air dan campur: terjadi warna kuning.
dan saring lapisan air melalui kertas saring basah.
Tambahkan 1 tetes jingga metil LP, titrasi dengan Indeks bias <100> Lebih kurang 1,423 pada suhu 20º.
natrium hidroksida 0,01 N LV: diperlukan tidak lebih dari
1,0 ml natrium hidroksida 0,01 N LV untuk Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,0%.
menyesuaikan warna dengan larutan 1 tetes jingga metil
LP dalam 5 ml air. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 750 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.
mg zat, larutkan dalam 50 ml etanol P, tambahkan 3
tetes Fenolftalein LP, titrasi dengan natrium hidroksida Kemurnian kromatografi
0,1 N LV hingga terbentuk warna merah muda pertama Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi gas
yang bertahan selama tidak kurang dari 30 detik. seperti tertera pada Kromatografi <931>. Kromatograf
Lakukan penetapan blangko. dilengkapi dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 2
mm x 1,8 m berisi 10% fase diam G34 pada partikel
Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N penyangga SIA 80 - 100 mesh. Pertahankan suhu kolom,
setara dengan 18,43 mg C11H20O2 injektor dan detektor berturut turut pada lebih kurang
140º, 225º, 235º. Gunakan helium P kering sebagai gas
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidak pembawa dengan laju alir lebih kurang 50 ml per menit.
tembus cahaya. Lakukan penyuntikan ulang dua kali (lebih kurang 1
µl) Asam Valproat BPFI, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: respons
ASAM VALPROAT puncak dan waktu retensi asam valproat pada
Valproic Acid kromatogram berturut-turut tidak boleh berbeda lebih
dari 1% dan 3%.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 1
µl) zat ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan
ukur respons puncak: perbandingan respon puncak asam
valproat terhadap jumlah semua respons puncak tidak
Asam propilvalerat [99-66-1] kurang dari 0,98.
C8H16O2 BM 144,21
Cemaran senyawa organik mudah menguap
Asam Valproat mengandung tidak kurang dari 98,0% <471>Metode V Memenuhi syarat.
dan tidak lebih dari 102,0%, C8H16O2, dihitung terhadap
zat anhidrat. Pelarut Gunakan dimetil sulfoksida P.

Pemerian Cairan jernih, tidak berwarna hingga kuning Penetapan kadar


pucat; agak kental; bau khas. Larutan pentiter tetrabutilamonium hidroksida
Encerkan 1 bagian volume larutan tetrabutilamonium
- 161 -
hidroksida 1 M dalam metanol P dengan 9 bagian biarkan hingga lapisan memisah. Pindahkan lapisan air
volume klorobenzen P, aliri larutan dengan nitrogen P ke dalam corong pisah kedua, tambahkan 4 ml asam
bebas karbon dioksida selama 10 menit dan kocok. klorida P campur dan ekstraksi dengan 40 ml n-heptan
Simpan dalam wadah terlindung dari karbon dioksida, P. Saring lapisan n-heptan melalui wol kaca ke dalam
kelembaban dan tidak boleh digunakan setelah 60 hari. gelas piala dan uapkan pelarut di atas tangas uap dengan
Tetapkan molaritas larutan pentiter pada hari mengalirkan udara hingga pelarut habis: residu
penggunaan dengan cara sebagai berikut: Timbang menunjukkan reaksi Identifikasi B seperti tertera pada
saksama 125 mg Asam Benzoat BPFI, larutkan dalam Asam Valproat. Pipet 2 tetes residu ke dalam tabung
100 ml aseton P. Titrasi dengan Larutan pentiter reaksi yang berisi 0,5 ml larutan kalium iodida P (1
tetrabutilamonium hidroksida, hindari terjadinya dalam 50) dan 0,5 ml larutan kalium iodat P (1 dalam
penyerapan karbon dioksida dari atmosfer, tetapkan titik 25); terjadi warna kuning.
akhir secara potensiometrik menggunakan elektrode
kaca dan elektrode kalomel yang berisi Disolusi <1231>
tetrabutilamonium klorida 1,0 M seperti tertera pada Media disolusi: 900 ml larutan yang mengandung
Titrimetri <711>. Hitung molaritas larutan pentiter natrium lauril sulfat P 5 mg per ml dalam cairan usus
dengan rumus: buatan LP (dibuat tanpa enzim dan dengan natrium
fosfat monobasa P sebagai pengganti kalium fosfat
W monobasa P), atur pH hingga 7,5 dengan penambahan
122,12V natrium hidroksida 5 M.
Alat Tipe 2: 50 rpm.
Waktu: 60 menit.
W adalah bobot dalam mg Asam benzoat BPFI yang Larutan baku internal dan Sistem kromatografi
digunakan; 122,12 adalah bobot molekul asam benzoat; Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
V adalah volume dalam ml Larutan pentiter tetra Larutan baku Buat larutan Asam Valproat BPFI
butilamonium hidroksida yang digunakan. dengan kadar sama dengan Larutan uji. Pipet 10,0 ml
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 160 mg zat, larutan ke dalam wadah yang sesuai. Tambahkan lebih
larutkan dalam 100 ml aseton P. Titrasi larutan dengan kurang 3,0 g natrium klorida P, campur dengan
Larutan pentiter tetrabutilamonium hidroksida, hati-hati pengaduk vorteks selama 5 menit. Tambahkan lebih
terhadap penyerapan karbon dioksida dari atmosfer. kurang 1 ml asam klorida 6 N dan 5,0 ml Larutan baku
Tetapkan titik akhir secara potensiometrik menggunakan internal. Kocok selama 2 menit. Biarkan fase terpisah,
elektrode kaca dan elektrode kalomel yang berisi ambil lapisan n-heptan dan saring. Buang lapisan air.
tetrabutilamonium klorida 1,0 M seperti tertera pada Larutan uji Pipet 10,0 ml larutan yang diuji pada
Titrimetri <711>. Lakukan penetapan blangko. wadah yang sesuai. Lakukan seperti tertera pada Larutan
baku dimulai dengan kata-kata “Tambahkan lebih
Tiap ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 M kurang 3,0 g”.
setara dengan 14,42 mg C8H16O2 Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Kadar.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah kaca, baja Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
tahan karat atau polietilen, tertutup rapat. kurang dari 85% (Q) C8H16O2 dari jumlah yang tertera
pada etiket.

KAPSUL ASAM VALPROAT Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat;


Valproic Acid Capsule lakukan penetapan seperti tertera pada kapsul lunak
menggunakan kloroform P sebagai pelarut.
Kapsul Asam Valproat mengandung asam valproat,
C8H16O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Penetapan kadar Lakukan Kromatografi gas seperti
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh bifenil P, larutkan dalam n-heptan P hingga kadar lebih
dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam kurang 5 mg per ml.
wadah tertutup rapat. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asam
Valproat BPFI, larutkan dalam n-heptan P hingga kadar
Identifikasi lebih kurang 2,5 mg per ml. Pipet 5 ml ke dalam wadah
A. Perbandingan waktu retensi puncak zat dan baku yang dilengkapi dengan penutup, tambahkan 20 ml
internal yang diperoleh dari Larutan baku dan Larutan Larutan baku internal, campur.
uji seperti tertera pada Penetapan Kadar tidak boleh Larutan uji Masukkan tidak kurang dari 20 kapsul ke
berbeda lebih dari 2,0%. dalam blender atau wadah lain, tambahkan lebih kurang
B. Masukkan sejumlah isi kapsul setara dengan lebih 150 ml diklorometan P, dinginkan dalam campuran
kurang 250 mg asam valproat ke dalam corong pisah. karbon dioksida padat P-aseton P hingga larutan
Tambahkan 20 ml natrium hidroksida 1 N, kocok dan memadat. Jika perlu pindahkan campuran ini ke dalam
- 162 -

blender dan haluskan dengan kecepatan tinggi hingga Identifikasi


seluruh padatan menjadi partikel halus. Pindahkan A. Perbandingan waktu retensi puncak zat dan baku
campuran ke dalam labu tentukur 500-ml, tambahkan n- internal yang diperoleh dari Larutan baku dan Larutan
heptan P hingga tanda, campur dan biarkan padatan uji seperti tertera pada Penetapan Kadar, berbeda tidak
mengendap. Pipet sejumlah volume larutan ini setara lebih dari 2,0%.
dengan lebih kurang 250 mg asam valproat ke dalam B. Masukkan sejumlah volume sirup, setara dengan
labu tentukur 100-ml encerkan dengan n-heptan P lebih kurang 250 mg asam valproat ke dalam corong
hingga tanda. Pipet 5 ml ke dalam wadah yang pisah. Tambahkan 40 ml air dan 2 ml asam klorida P,
dilengkapi dengan penutup, tambahkan 2,0 ml Larutan kocok dan ekstraksi dengan 40 ml n-heptan P. Saring
baku internal, campur. lapisan n-heptan melalui wol kaca ke dalam gelas piala
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dan uapkan pelarut di atas tangas uap dengan
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi mengalirkan udara hingga pelarut habis: residu
dengan detektor ionisasi nyala dan kolom 1,8 m x 2 mm menunjukkan reaksi Identifikasi B seperti tertera pada
berisi bahan pengisi 10% fase diam G34 pada partikel Asam Valproat.
penyangga SIA 80-100 mesh. Pertahankan suhu kolom,
injektor dan detektor berturut-turut pada lebih kurang pH <1071> Antara 7,0 dan 8,0.
150º, 250º dan 250º. Gunakan helium P kering sebagai
gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 40 ml per Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
menit. Lakukan kromatografi Larutan baku, rekam Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
kromatogram dan ukur respons puncak, hitung Rs seperti <931>.
tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif asam Larutan baku internal, Larutan baku dan Sistem
valproat dan bifenil berturut-turut lebih kurang 0,5 dan kromatografi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
1,0.Simpangan baku relatif perbandingan respons Kadar dalam Kapsul Asam Valproat.
puncak pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume sirup
Resolusi, R, antara asam valproat dan bifenil tidak setara dengan lebih kurang 250 mg asam valproat,
kurang dari 3,0. masukkan kedalam corong pisah. Tambahkan 40 ml air
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing dan 2 ml asam klorida P, kocok dan ektraksi hati-hati
lebih kurang 2 µl Larutan baku dan Larutan uji ke dengan 80 ml n-heptan P hingga lapisan air jernih (lebih
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kurang 3 menit). Saring lapisan n-heptan melalui wol
respons puncak asam valproat dan bifenil. Hitung jumlah kaca, kumpulkan filtrat dalam labu tentukur 100-ml.
dalam mg asam valproat, C8H16O2, dalam kapsul yang Bilas corong pisah dan wol kaca beberapa kali, setiap
digunakan dengan rumus: kali dengan sedikit n-heptan P, tambahkan bilasan ke
dalam labu tentukur yang sama dan encerkan dengan n-
heptan P sampai tanda.
R  Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
100 C  U 
 RS  lebih kurang 2 l Larutan baku dan Larutan uji ke
dalam kromatograf. Rekam kromatogram dan ukur
C adalah kadar Asam Valproat BPFI dalam mg per ml respons puncak asam valproat dan bifenil. Hitung jumlah
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah dalam mg asam valproat, C8H16O2, dari sirup yang
perbandingan respons puncak asam valproat dan bifenil digunakan dengan rumus:
dalam Larutan uji dan Larutan baku.
C   RU 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, 100   
pada suhu ruang terkendali. V  R S 

C adalah kadar Asam Valproat BPFI dalam mg per ml


SIRUP ASAM VALPROAT Larutan baku; V adalah volume dalam ml sirup yang
digunakan; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
Valproic Acid Syrup
respons puncak asam valproat dan bifenil dalam Larutan
uji dan Larutan baku.
Sirup Asam Valproat mengandung Asam Valproat,
C8H16O2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Sediaan ini
dibuat dengan bantuan natrium hidroksida.

Baku pembanding Asam Valproat BPFI; tidak boleh


dikeringkan. Sesudah ampul dibuka, simpan dalam
wadah tertutup rapat.
- 163 -

ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA Larutan baku 1 Pipet 3 ml Larutan baku ke dalam


Acebutolol Hydrochloride labu tentukur 100-ml, encerkan dengan metanol P
sampai tanda.
OH
H
Larutan baku 2 Campur 5 ml Larutan baku 1 dan 10
O
O N CH3
ml metanol P.
H3C N
CH3 CH3 Larutan uji 1 Timbang sejumlah zat, larutkan dan
H
O .HCl encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang
10 mg per ml.
(±)-3’-Asetil-4’-[2-hidroksi-3-[(isopropilamino) propoksi]- Larutan uji 2 Encerkan 1 ml Larutan uji 1 dengan
butiranilida monohidroklorida [34381-68-5] metanol P hingga 10 ml.
C18H28N2O4. HCl BM 372,89 Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20
l Larutan baku, Larutan uji 1, Larutan uji 2, Larutan
Asebutolol Hidroklorida mengandung tidak kurang dari baku 1 dan Larutan baku 2 pada lempeng kromatografi
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C18H28N2O4.HCl, silika gel setebal 0,25 mm dan biarkan bercak kering.
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang
berisi Fase gerak dan biarkan merambat hingga tiga per
Pemerian Serbuk hablur; putih atau agak putih. empat tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas
rambat dan biarkan kering. Amati bercak di bawah
Kelarutan Larut dalam etanol dan dalam air; sangat cahaya ultraviolet: harga Rf bercak utama Larutan uji 2
sukar larut dalam aseton dan dalam metilen klorida; sesuai dengan Larutan baku. Tidak terdapat bercak lain
praktis tidak larut dalam eter. selain bercak utama dari Larutan uji 1 yang lebih
intensif dari bercak utama Larutan baku 1 (0,3%), tidak
Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI, lebih dari 2 bercak sekunder dari Larutan uji 1 lebih
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam sebelum intensif dari bercak utama Larutan baku 2 (0,1%) dan
digunakan, simpan dalam wadah tertutup rapat. jumlah semua cemaran dari Larutan uji 1 tidak lebih dari
0,5%.
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan Kromatografi <931>.
gelombang yang sama seperti pada Asebutolol Fase gerak Buat campuran metanol P-larutan natrium
Hidroklorida BPFI. dodesil sulfat 0,3%-asam asetat glasial P (675:325:20),
B. Kromatogram campuran Larutan baku dan Larutan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
uji (1:1) yang diperoleh pada Penetapan kadar, menurut Kesesuaian sistem hingga waktu retensi
menunjukkan satu puncak utama. asebutolol antara 4 dan 7 menit, seperti tertera pada
C. Menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C Kromatografi <931>.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum<291>. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asebutolol
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan air
pH <1031> Antara 4,5 dan 7,0; lakukan penetapan hingga kadar lebih kurang 0,14 mg per ml.
menggunakan larutan zat (1 dalam 100). Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 35 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, larutkan dan
Jarak lebur <1021> Antara 140º dan 144º. encerkan dengan air sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2,0
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
kurang dari 1500 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak
Kemurnian kromatografi Lakukan penetapan dengan lebih dari 2,5 dan simpangan baku relatif pada
cara Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0 %.
Kromatografi <931>. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Fase gerak Buat campuran air-butanol P-asam asetat sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
glasial P (50:40:10), kocok dan biarkan sampai terpisah. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Gunakan lapisan atas. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asebutolol asebutolol hidroklorida, C18H28N2O4.HCl,dalam zat
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan dengan rumus:
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
- 164 -

r  Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg


250 C  U  Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu
 rS  tentukur 50-ml, larutkan dalam 12 ml metanol P, aduk
sampai larut dan encerkan dengan Pengencer sampai
C adalah kadar Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg tanda. Jika perlu encerkan sejumlah larutan ini secara
per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah kuantitatif dan bertahap dengan Pengencer hingga kadar
respons puncak Larutan uji dan Larutan baku. lebih kurang 1,4 μg per ml.
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, kapsul, keluarkan isi semua kapsul dan campur.
pada suhu ruang terkendali. Bersihkan dan timbang saksama cangkang kapsul.
Hitung bobot rata-rata isi kapsul. Timbang saksama
sejumlah isi kapsul setara dengan lebih kurang 250 mg
KAPSUL ASEBUTOLOLHIDROKLORIDA asebutolol hidroklorida, masukkan ke dalam labu
Acebutolol Hydrochloride Capsule tentukur 100-ml, tambahkan 25 ml metanol P, kocok
secara mekanik selama 15 menit dan encerkan dengan
Kapsul Asebutolol Hidroklorida mengandung Pengencer sampai tanda. Sentrifus larutan ini, pipet 10
Asebutolol Hidroklorida, C18H28N2O4.HCl setara dengan ml beningan ke dalam labu tentukur 100-ml dan
Asebutolol, C18H28N2O4,tidak kurang dari 90,0% dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
tidak lebih dari 110,0%, dari jumlah yang tertera pada Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
etiket. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm x
Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI, 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. kromatografi terhadap Larutan baku rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang ulang tidak lebih dari 6,0 %.
diperoleh pada Penetapan kadar. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 35 l) Larutan baku, Larutan uji dan
Disolusi <1231> Pengencer ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi
Media disolusi: 900 ml air. selama dua kali waktu retensi puncak asebutolol, rekam
Alat tipe 2: 50 rpm. kromatogram ukur semua respons puncak dan abaikan
Waktu: 30 menit. semua respons puncak dari Pengencer. Hitung
Prosedur Lakukan penetapan jumlah asebutolol, persentase setiap cemaran yang tereluasi sebelum
C18H28N2O4, yang terlarut dengan mengukur serapan puncak asebutolol dalam serbuk kapsul dengan rumus:
alikuot, jika perlu encerkan dengan Media disolusi dan
serapan larutan baku Asebutolol Hidroklorida BPFI  336 , 44   r 
dalam media yang sama pada panjang gelombang   0 , 4 C  i 
 372 , 89   rS 
serapan maksimum lebih kurang 232 nm.
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
kurang dari 80% (Q) C18H28N2O4,dari jumlah yang 336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot molekul
tertera pada etiket. asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C adalah kadar
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam μgper ml Larutan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. baku; riadalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak asebutolol
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran tidak dari Larutan baku.
lebih dari 0,5%; jumlah semua cemaran dalam Uji 1 dan Uji Uji 2
2 tidak lebih dari 1,0%. Lakukan penetapan dengan cara Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (50:50),
Kromatografi <931>. saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Uji 1 Kromatografi <931>.
Dapar Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (56:44), Asebutolol Hidroklorida BPFI, masukkan ke dalam labu
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian tentukur 50-ml, larutkan dalam lebih kurang 12 ml
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada metanol P, aduk sampai larut dan encerkan dengan Fase
Kromatografi <931>. gerak sampai tanda. Jika perlu encerkan sejumlah
Pengencer Buat campuran Dapar-metanol P (50:50). larutan ini secara kuantitatif dan bertahap dengan Fase
gerak hingga kadar lebih kurang 1,4 μg per ml.
- 165 -
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 lebih kurang 180 ml metanol P, kocok secara mekanik
kapsul, keluarkan semua isi kapsul,bersihkan dan selama lebih kurang 30 menit dan encerkan dengan
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata- metanol P sampai tanda. Pipet 5 ml larutan ini, ke dalam
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul labu tentukur 25-ml dan encerkan dengan metanol P
setara dengan lebih kurang 250 mg asebutolol, sampai tanda.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 25 Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
ml metanol P, kocok secara mekanik selama 15 menit Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Sentrifus dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
larutan ini, pipet 10 ml beningan ke dalam labu tentukur 15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5
100-ml dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
dilengkapi dengan detektor 240 nm dan kolom 3,9 mm x pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 1,5 dan
15 cm berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 4 simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
µm. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Lakukan lebih dari 2,0 %.
kromatografi terhadap Larutan baku rekam Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
kromatogram dan ukur respons puncakseperti tertera sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
ulang tidak lebih dari 6,0 %. respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume asebutolol, C18H28N2O4, dalam serbuk kapsul yang
sama (lebih kurang 70 l) Larutan baku, Larutan uji dan digunakan dengan rumus:
Fase gerak ke dalam kromatograf, lakukan kromatografi
selama dua kali waktu retensi puncak asebutolol, rekam  336 , 44  r 
kromatogram dan ukur semua respons puncak dan   1000 C  U 
abaikan semua respons puncak dari Fase gerak. Hitung  372 ,89   rS 
persentase setiap cemaran yang tereluasi sesudah puncak
asebutolol dalam kapsul dengan rumus: 336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot molekul
asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C adalah kadar
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan
 336 , 44  r 
  0 , 4 C  i  baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
 372 ,89   rS  Larutan uji dan Larutan baku.

336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot molekul Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C adalah kadar pada suhu ruang terkendali.
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam μg per ml Larutan
baku; ri adalah respons puncak masing-masing cemaran
dari Larutan uji dan rS adalah respons puncak asebutolol TABLET ASEBUTOLOL HIDROKLORIDA
dari Larutan baku. Acebutolol Hydrochloride Tablet

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Tablet Asebutolol Hidroklorida mengandung Asebutolol
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Hidroklorida, C18H28N2O4.HCl, setara dengan
Kromatografi <931>. Asebutolol, C18H28N2O4, tidak kurang dari 95,0% dan
Dapar Larutkan lebih kurang 2,4 g natrium 1- tidak lebih dari 105,0%, dari jumlah yang tertera pada
dekanasulfonat P dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,5 etiket.
dengan penambahan asam asetat glasial P.
Fase gerak Buat campuran Dapar-metanol P (40:60), Baku pembanding Asebutolol Hidroklorida BPFI;
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asebutolol Identifikasi Larutkan secara terpisah sejumlah serbuk
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan tablet dan baku pembanding dalam sesedikit mungkin
metanol P hingga kadar lebih kurang 0,22 mg per ml etanol P, saring dan uapkan filtrat di atas tangas air
yang setara dengan asebutolol lebih kurang 0,2 mg per hingga kering. Spektrum serapan inframerah residu yang
ml. didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20 maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
kapsul, keluarkan semua isi kapsul. Bersihkan dan seperti pada Asebutolol Hidroklorida BPFI.
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-
rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
setara dengan lebih kurang 200 mg asebutolol, Kromatografi lapis tipis seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, tambahkan Kromatografi <931>.
- 166 -

Fase gerak Buat campuran asam asetat glasial P- ASETAZOLAMIDA


dimetilformamida P-kloroform P (20:20:60). Acetazolamide
Pelarut Buat campuran metanol P-kloroform P
(50:50).
SO2NH2 S NHCOCH3
Larutan uji 1 Kocok sejumlah serbuk tablet setara
dengan 400 mg asebutolol dalam 20 ml Pelarut selama 2
menit dan sentrifus. Gunakan beningan. N N

Larutan uji 2 Encerkan 3 ml Larutan uji 1 dengan


Pelarut hingga 100 ml. Encerkan 1 ml larutan ini dengan N-(5-Sulfamoil-1,3,4-tiadiazol-2-il)asetamida [59-66-5]
Pelarut hingga 10 ml. C4H6N4O3S2 BM 222,25
Larutan uji 3 Encerkan 1 ml Larutan uji 1 dengan
Pelarut hingga 100 ml. Encerkan 1 ml larutan ini dengan Asetazolamida mengandung tidak kurang dari 98,0%
Pelarut hingga 10 ml. dan tidak lebih dari 102,0%, C4H6N4O3S2, dihitung
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 terhadap zat anhidrat.
l Larutan uji 1, Larutan uji 2dan Larutan uji 3 pada Pemerian Serbuk hablur; putih hingga putih
lempeng kromatografi silika gel 60 F254 dan biarkan kekuningan; tidak berbau.
bercak kering. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan Kelarutan Sangat larut dalam air; agak sukar larut
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat dalam air mendidih; sukar larut dalam etanol.
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering. Amati
bercak di bawah cahaya ultraviolet 254 nm. Semua Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan
bercak sekunder dari Larutan uji 1 yang tidak lebih pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum
intensif dari bercak utama Larutan uji 2 (0,3%), tidak digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
lebih dari 2 bercak dari Larutan uji 1 yang lebih intensif
dari bercak utama Larutan uji 3 (0,1%). Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
setara dengan lebih kurang 400 mg asebutolol, gelombang yang sama seperti pada Asetazolamida BPFI.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 25 B. Larutkan lebih kurang 100 mg zat dalam 5 ml
ml air, kocok dan encerkan dengan air sampai tanda, natrium hidroksida 1 N. Tambahkan 5 ml larutan yang
saring. Pipet 10 ml filtrat, masukkan ke dalam labu dibuat dengan melarutkan 100 mg hidroksilamida
tentukur 250-ml dan encerkan dengan air sampai tanda. hidroklorida P dan 80 mg tembaga(II) sulfat P dalam 10
Pipet 10 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu ml air. Campur dan panaskan larutan berwarna kuning
tentukur 200-ml, tambahkan 20 ml asam klorida 0,1 M pucat yang diperoleh, diatas tangas uap selama 5 menit:
dan encerkan dengan air sampai tanda. Ukur serapan terjadi larutan jernih berwarna kuning cerah; tidak
larutan uji dan larutan baku Asebutolol Hidroklorida terbentuk endapan atau warna cokelat tua setelah
BPFI dengan kadar yang sama pada panjang gelombang pencampuran atau pemanasan.
serapan maksimum lebih kurang 233 nm. Hitung jumlah Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%.
dalam mg zat asebutolol, C18H28N2O4, dalam serbuk
tablet yang digunakan dengan rumus: Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.

Klorida <361>Tidak lebih dari 0,014%; lakukan


 336 , 44   A 
  50000 C  U  penetapan dengan cara sebagai berikut: Ekstraksi 1,5 g
 372 ,89   AS  zat dengan 75 ml air pada suhu lebih kurang 70 selama
5 menit. Dinginkan sampai suhu ruang, saring: 25 ml
336,44 dan 372,89 berturut-turut adalah bobot molekul filtrat menunjukkan klorida tidak lebih dari 0,10 ml
asebutolol dan asebutolol hidroklorida; C adalah kadar asam klorida 0,020 N .
Asebutolol Hidroklorida BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,04%; lakukan penetapan
uji dan Larutan baku. sebagai berikut: 25 ml filtrat yang diperoleh pada Uji
Batas Klorida <361> menunjukkan jumlah sulfat tidak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, lebih dari 0,20 ml asam sulfat 0,020 N.
pada suhu ruang terkendali.
Selenium <391> Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan
penetapan menggunakan 200 mg zat.

Logam berat<371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj.


- 167 -
Zat mereduksi perak Basahkan 5,0 g zat dengan etanol penghisapan: residu memenuhi uji Identifikasi seperti
P. Tambahkan 125 ml air, 10 ml asam nitrat P dan 5,0 tertera pada Asetazolamida.
ml perak nitrat 0,1 N LV. Kocok selama 30 menit,
saring; pada filtrat tambahkan 5 ml besi(III) amonium Disolusi <1231>
sulfat LP dan titrasi dengan amonium tiosianat 0,1 N LV Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,01 N.
sampai berwarna cokelat kemerahan: diperlukan tidak Alat tipe 1:100 rpm.
kurang dari 4,8 ml amonium tiosianat 0,1 N. Waktu: 60 menit.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H6N4O3S2,
Cemaran umum<481> yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, yang
Larutan uji gunakan pelarut campuran aseton P- jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
metanol P (1:1). larutan baku Asetazolamida BPFI dalam media yang
Larutan baku Gunakan pelarut campuran aseton P- sama pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
metanol P (1:1). kurang 265 nm.
Fase gerak Buat campuran n-propanol P-amonium Toleransi Dalam waktu 60 menit harus larut tidak
hidroksida 1 N (88:12). kurang dari 75% (Q) C4H6N4O3S2, dari jumlah yang
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak tertera pada etiket.
nomor 1.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 200
mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
larutkan dan encerkan dengan piridin P sampai tanda. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Dengan cara yang sama larutkan sejumlah Kromatografi <931>.
Asetazolamida BPFI dalam piridin P hingga diperoleh Fase gerak Larutkan 4,1 g natrium asetat anhidrat P
larutan baku dengan kadar lebih kurang 20 mg per ml. dalam 950 ml air, tambahkan 20 ml metanol P dan 30 ml
Ukur serapan kedua larutan dalam sel 0,1 mm pada asetonitril P, campur. Atur pH sampai 4,0  0,05 dengan
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang penambahan asam asetat glasial P, saring dan
7,38 µm, dengan spektrofotometer inframerah, awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
menggunakan piridin P sebagai blangko. Hitung jumlah Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
dalam mg asetazolamida, C4H6N4O3S2, dengan rumus: <931>.
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih
A  kurang 25 mg Asetazolamida BPFI. Masukkan ke dalam
10 C  U  labu tentukur 25-ml, tambahkan 2,5 ml natrium
 AS  hidroksida 0,5 N, kocok hingga larut. Encerkan dengan
air sampai tanda.
C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam µg per ml Larutan baku internal Masukkan lebih kurang 100 mg
Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan sulfadiazin P ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
Larutan uji dan Larutan baku. 10 ml natrium hidroksida 0,5 N, kocok hingga larut.
Encerkan dengan air sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Larutan baku Pipet 10 ml Larutan baku persediaan
pada suhu ruang. dan 10 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
100-ml, tambahkan 10 ml natrium hidroksida 0,5 N,
encerkan dengan air sampai tanda dan campur hingga
TABLET ASETAZOLAMIDA diperoleh kadar asetazolamida lebih kurang 0,1 mg per
Acetazolamide Tablet ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
Tablet Asetazolamida mengandung asetazolamida, 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk yang setara
C4H6N4O3S2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dengan lebih kurang 100 mg asetazolamida, masukkan
dari 105,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml
natrium hidroksida 0,5 N dan sonikasi selama 5 menit.
Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan Dinginkan hingga suhu ruang, encerkan dengan air
pengeringan pada suhu 105 selama 4 jam sebelum sampai tanda dan campur. Saring sebagian larutan,
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. buang 20 ml filtrat pertama. Pipet 10 ml filtrat ke dalam
labu tentukur 100-ml, tambahkan 10 ml Larutan baku
Identifikasi Timbang sejumlah serbuk tablet setara internal dan 10 ml natrium hidroksida 0,5 N, encerkan
dengan lebih kurang 500 mg asetazolamida, ekstraksi dengan air sampai tanda.
dengan 50 ml aseton P. Saring dan tambahkan heksan P Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
secukupnya ke dalam filtrat hingga terbentuk endapan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
berat, putih. Saring endapan melalui penyaring kaca dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
masir dengan porositas sedang, keringkan dengan 25 cm berisi bahan pengisi L1.. Laju alir lebih kurang 2
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
- 168 -

baku. Rekam kromatogram dan ukur respons puncak Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,5 unit
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak Endotoksin FI per mg asetazolamida.
analit dan puncak baku internal tidak kurang dari 2,0 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak pH <1071> Antara 9,0 dan 10,0; lakukan penetapan
lebih dari 1,0%. menggunakan larutan segar (1 dalam 10).
Prosedur Suntikkan secara terpisah masing-masing
lebih kurang 20 µl Larutan baku dan Larutan uji ke Kesempurnaan melarut <901> Larutkan 1,0 g zat
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dalam 10 ml air bebas karbon dioksida P: larutan jernih.
respons puncak utama. Waktu retensi relatif
asetazolamida dan sulfadiazin berturut-turut lebih Larutan terkonstitusi Pada waktu digunakan
kurang 0,7 dan 1,0. Hitung jumlah dalam mg memenuhi syarat Larutan terkonstitusi seperti tertera
asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam serbuk tablet yang pada Injeksi.
digunakan dengan rumus:
Sterilitas <71>, Keseragaman sediaan <911> dan
R  Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada
1000 C  U  Injeksi.
 RS 
Penetapan kadar
C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam mg per ml Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Asetazolamida BPFI dan larutkan dalam larutan natrium
perbandingan respons puncak analit terhadap puncak hidroksida P (1 dalam 100) hingga kadar lebih kurang
baku internal yang diperoleh dari Larutan uji dan 100 µg per ml. Pipet 10 ml larutan ini, masukkan ke
Larutan baku. dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan asam klorida
0,1 N sampai tanda.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Larutan uji Larutkan isi satu wadah dosis tunggal
pada suhu ruang terkendali. dengan sejumlah volume air yang diukur saksama sesuai
dengan jumlah yang tertera pada etiket. Encerkan
sebagian larutan secara kuantitatif dan jika perlu
ASETAZOLAMIDA UNTUK INJEKSI bertahap hingga kadar lebih kurang 500 µg per ml. Pipet
Acetazolamide for Injection 5 ml larutan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
25 ml asam klorida 1 N dan air secukupnya sampai
Asetazolamida untuk Injeksi dibuat dari Asetazolamida tanda.
dengan penambahan natrium hidroksida dan digunakan Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji
untuk sediaan parenteral. Kandungan setiap wadah bila pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
dikonstitusikan seperti dinyatakan pada etiket, kurang 265 nm menggunakan asam klorida 0,1 N
memberikan larutan yang mengandung asetazolamida, sebagai blangko. Hitung jumlah dalam µg,
C4H6N4O3S2, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih asetazolamida, C4H6N4O3S2, dalam 5,0 ml larutan injeksi
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. dengan rumus:

Baku pembanding Asetazolamida BPFI; lakukan A 


25 C  U 
pengeringan pada suhu 105º selama 4 jam sebelum  AS 
digunakan; simpan dalam wadah tertutup rapat.
Endotoksin BPFI [Catatan Bersifat pirogenik, C adalah kadar Asetazolamida BPFI dalam µg per ml
penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Larutan baku; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, dari Larutan uji dan Larutan baku.
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. Wadah dan penyimpanan Dalam Wadah untuk
Padatan Steril seperti tertera pada Injeksi dengan kaca
Identifikasi Tipe III dan simpan pada suhu ruang.
A. Larutkan lebih kurang 500 mg zat dalam 5 ml air,
tambahkan 2 tetes asam klorida P, diamkan selama lebih
kurang 15 menit. Saring melalui penyaring kaca masir ASETILKOLIN KLORIDA
porositas halus, cuci beberapa kali, tiap kali dengan Acetylcholine Chloride
sedikit air, keringkan dalam hampa udara diatas silika
gel P selama 3 jam. Hablur yang diperoleh memenuhi
Identifikasi seperti tertera pada Asetazolamida. O CH3
B. Menunjukkan reaksi Natrium seperti tertera pada CH3
N Cl-
Uji Identifikasi Umum <291>. H3C O CH3
- 169 -
Kolin asetat (ester) klorida [60-31-1] dan titrasi kelebihan alkali dengan asam sulfat 0,1 N LV.
C7H16ClNO2 BM 181,66 Lakukan penetapan blangko seperti yang tertera pada
Titrasi residual dalam Titrimetri <711>.
Asetilkolin Klorida mengandung tidak kurang dari
98,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C7H16ClNO2, Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. setara dengan18,17 mg C7H16ClNO2

Pemerian Hablur atau serbuk hablur; putih atau hampir Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
putih. simpan dalam suhu ruang terkendali.

Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut


dalam etanol; tidak larut dalam eter. Terurai dalam air ASETILSISTEIN
panas dan alkali. Acetylcysteine
Baku pembanding Asetilkolin Klorida BPFI; Lakukan
pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam sebelum O
SH

digunakan; jika telah dibuka, simpan dalam wadah H

O
tertutup rapat dalam desikator. Bahan ini sangat H 3C N
H
higroskopis.
OH

Identifikasi N-Asetil-L-sisteina [616-91-1]


A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah C5H9NO3S BM 163,20
dikeringkan dan didispersikan dalam Kalium bromida P Asetilsistein mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan tidak lebih dari 102,0%, C4H9NO3S, dihitung terhadap
gelombang yang sama seperti pada Asetilkolin Klorida zat yang telah dikeringkan.
BPFI.
B. Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 10), tambahkan 5 Pemerian Serbuk hablur; putih; berbau asetat.
ml perak nitrat LP: terbentuk endapan putih seperti
dadih, yang larut dalam amonium hidroksida P, tetapi Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam etanol;
tidak larut dalam asam nitrat P. praktis tidak larut dalam eter dan dalam kloroform.

Jarak lebur <1021> Metode I Antara 149º dan 152. Baku pembanding Asetilsistein BPFI; lakukan
pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg
Keasaman Larutkan 100 mg zat dalam 10 ml air yang sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
baru dididihkan, tambahkan segera 1 tetes biru L-Fenilalanin BPFI; lakukan pengeringan pada suhu
bromotimol LP: diperlukan tidak lebih dari 0,50 ml 105º selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan dalam
natrium hidroksida 0,010 N untuk mengubah warna wadah tertutup rapat.
larutan.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Susut pengeringan <1121>Tidak lebih dari 1,0%; dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Asetilsistein BPFI.
Sisa pemijaran <301>Tidak lebih dari 0,2%.
Rotasi jenis <1081> Antara +21º dan +27; lakukan
Klorida Tidak kurang dari 19,3% dan tidak lebih dari penetapan sebagai berikut: Dalam labu tentukur 25-ml,
19,8% Cl dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan; campur 1,25 g zat dengan 1 ml larutan dinatrium edetat
lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan lebih P (1 dalam 100), tambahkan 7,5 ml larutan natrium
kurang 280 mg zat yang ditimbang saksama ke dalam hidroksida P (1 dalam 25), campur sampai larut.
cawan porselen, tambahkan 140 ml air dan 1 ml Encerkan sampai tanda dengan dapar pH 7,0 yang dibuat
diklorofluoresein LP. Campur dan titrasi dengan perak dengan mencampur 29,5 ml natrium hidroksida 1 N, 50
nitrat 0,1 N LV sampai perak klorida terflokulasi dan ml kalium fosfat monobasa 1 M dan air secukupnya
campuran berwarna merah muda lemah. hingga 100 ml. Atur pH 7,0  0,1; menggunakan pH
meter, jika perlu dengan penambahan salah satu dari
Tiap ml perak nitrat 0,1 N kedua larutan: rotasi jenis dihitung terhadap zat yang
setara dengan3,545 mg Cl telah dikeringkan, bandingkan dengan blangko yang
dibuat dengan jumlah dan pereaksi yang sama.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400
mg zat, larutkan dalam 15 ml air dalam labu Erlenmeyer pH <1071> Antara 2,0 dan 2,8; lakukan penetapan
bersumbat kaca. Tambahkan 40,0 ml natrium hidroksida menggunakan larutan zat (1 dalam 100).
0,1 N LV dan panaskan di atas tangas uap selama 30
menit. Tutup, biarkan dingin, tambahkan Fenolftalein LP
- 170 -

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
lakukan pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
mmHg pada suhu 70º selama 4 jam. asetilsistein dan L-fenilalanin berturut-turut adalah lebih
kurang 0,5 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%; lakukan asetilsistein dan puncak L-fenilalanin tidak kurang dari 6
pemijaran dengan cara sebagai berikut: Timbang dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
saksama lebih kurang 2 g zat, masukkan ke dalam cawan tidak lebih dari 2,0%.
silika yang telah ditara, panaskan pada lempeng pemanas Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hingga memijar, dinginkan, tambahkan 1 ml asam sulfat sama (lebih kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan uji
P dan panaskan perlahan-lahan hingga tidak keluar asap ke dalam kromatograf; rekam kromatogram dan ukur
lagi. Pijarkan pada suhu 600 hingga karbon terbakar respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
habis. asetilsistein, C5H9NO3S, dalam zat dengan rumus:

Logam berat <371>Metode III tidak lebih dari 10 bpj; R 


lakukan penetapan dengan menambahkan tetes demi 2000 C  U 
tetes 2 ml asam nitrat P untuk membasahi zat dan  RS 
selanjutnya lakukan seperti pada Larutan uji. [Catatan
Hati-hati saat pengerjaan, karena dapat terjadi C adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg per ml
ledakan]. Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak asetilsistein terhadap
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> respons puncak L-fenilalanin dari Larutan uji dan
Metode I Memenuhi syarat. Larutan baku.
Larutan uji Buat larutan dengan kadar 20 mg per ml.
Larutan baku Buat larutan dengan kadar dua kali dari Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
kadar yang tertera pada penetapan. pada suhu ruang terkendali.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada LARUTAN ASETILSISTEIN
Kromatografi <931>. [Catatan Buat larutan natrium Acetylcysteine Solution
metabisulfit P (1 dalam 2000) pada saat akan
digunakan]. Larutan Asetilsistein adalah larutan steril asetilsistein
Fase gerak Larutkan 6,8 g kalium fosfat monobasa P dalam air, dibuat dengan penambahan natrium hidroksida.
dalam 1000 ml air, atur pH hingga 3,0 dengan Mengandung Asetilsistein, C5H9NO3S, tidak kurang dari
penambahan asam fosfat P. Saring melalui penyaring 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang
membran dengan porositas 0,45 µm dan awaudarakan. tertera pada etiket.
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 1 g L-
Fenilalanin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur Baku pembanding Asetilsistein BPFI; Lakukan
200-ml, tambahkan larutan segar natrium metabisulfit P pengeringan pada tekanan lebih kurang 50 mmHg pada
(1 dalam 2000) sampai tanda. suhu 70 selama 4 jam sebelum digunakan; simpan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asetilsistein dalam wadah tertutup rapat. L-Fenilalanin BPFI;
BPFI, larutkan dalam larutan natrium metabisulfit P (1 lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam
dalam 2000) hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml. sebelum digunakan; simpan dalam wadah tertutup rapat.
Pipet 10 ml larutan ini dan 10 ml Larutan baku internal
ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan larutan Identifikasi Masukkan lebih kurang 10 ml larutan zat ke
natrium metabisulfit P (1 dalam 2000) sampai tanda, dalam gelas piala yang sesuai; atur pH hingga lebih
hingga kadar Asetilsistein BPFI lebih kurang 0,5 mg per kurang 2 (menggunakan kertas indikator) dengan
ml. penambahan asam klorida 3 N. Tambahkan sampai 2 g
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1000 mg serbuk halus natrium klorida P, mula-mula dalam 2
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan bagian masing-masing lebih kurang 200 mg dan
dan encerkan dengan larutan natrium metabisulfit P (1 kemudian dalam jumlah yang lebih kecil (lebih kurang
dalam 2000), sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini dan 25 mg), aduk setelah setiap penambahan sampai natrium
10 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur klorida larut dan terbentuk endapan. [Catatan Endapan
200-ml, encerkan dengan larutan natrium metabisulfit P berupa serbuk sangat halus dan larutan menjadi keruh.
(1 dalam 2000) sampai tanda. Jika tidak terbentuk endapan, teteskan kembali asam
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada klorida 3 N dan aduk sampai terbentuk endapan].
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Diamkan pada suhu ruang selama 15 menit dan saring
dilengkapi dengan detektor 214 nm dan kolom 3,9 mm x endapan dengan penghisapan. Lakukan pengeringan
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,5 seperti tertera pada Susut pengeringan dalam
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
- 171 -
Asetilsistein: endapan memenuhi uji Identifikasi seperti Pemerian Serbuk halus; kuning. Melebur pada suhu
tertera pada Asetilsistein. lebih kurang 165 disertai peruraian.

pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5. Kelarutan Larut dalam air; sukar larut dalam aseton dan
dalam etanol.
Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
Baku pembanding Asetofenazin Maleat BPFI; lakukan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pengeringan pada suhu 65 selama 4 jam sebelum
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada digunakan.
Kromatografi <931>. [Catatan selama penetapan, lindungi zat uji bahan baku
Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dan dan larutannya dengan cara melakukan penetapan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada dengan segera, terhindar dari cahaya langsung, atau
Penetapan Kadar dalam Asetilsistein. gunakan alat kaca aktinik rendah].
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume larutan
setara dengan lebih kurang 1000 mg asetilsistein, Identifikasi
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dengan larutan natrium bisulfit P (1 dalam 2000) sampai dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
tanda. Pipet 10 ml larutan ini dan 10 ml Larutan baku maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
internal ke dalam labu tentukur 200-ml, encerkan seperti pada Asetofenazin Maleat BPFI.
dengan larutan natrium bisulfit P (1 dalam 2000) sampai B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
tanda. metanol P (1 dalam 100.000) menunjukkan maksimum
Prosedur Suntikkan sejumlah volume sama (lebih dan minimum pada panjang gelombang yang sama
kurang 5 µl) Larutan baku dan Larutan ujike dalam seperti pada Asetofenazin Maleat BPFI; daya serap
kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons masing-masing dihitung terhadap zat yang telah
puncak utama. Hitung jumlah dalam mg asetilsistein, dikeringkan pada panjang gelombang serapan
C5H9NO3S, dalam tiap ml larutan dengan rumus: maksimum lebih kurang 243 nm berbeda tidak lebih dari
3,0%.
C   RU  C. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
2000  
V   R S  secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. Totolkan
masing-masing 10 l larutan dalam metanol P yang
mengandung (1) zat uji 0,1% dan (2) Asetofenazin
C adalah kadar Asetilsistein BPFI dalam mg per ml
Maleat BPFI 0,1 % pada jarak yang sama, 2,5 cm dari
Larutan baku; V adalah volume dalam ml larutan yang
tepi bawah lempeng kromatografi silika gel setebal 0,25
digunakan; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi
respon puncak asetilsistein terhadap L-fenilalanin dari
yang telah dijenuhkan dengan fase gerak campuran
Larutan uji dan Larutan baku.
aseton P - amonium hidroksida P (95:5) dan biarkan
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap. Amati di
atau dosis ganda, tertutup rapat, yang secara efektif
bawah cahaya ultraviolet 366 nm: Harga Rf bercak utama
mencegah masuknya oksigen dan simpan dalam suhu
yang diperoleh dari larutan (1) sesuai dengan yang
ruang terkendali.
diperoleh dari larutan (2).

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;


ASETOFENAZIN MALEAT lakukan pengeringan pada suhu 65 selama 4 jam.
Acetophenazine Maleate
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
CH2CH2CH2 N N CH2CH2OH
CH COOH Cemaran umum <481>
N 2
COCH3
CH COOH Larutan uji Gunakan pelarut metanol P.
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P.
S
Volume penotolan 40 µl.
Garam 10-[3-[4-(2-Hidroksietil)-1-piperazinil] propil] Fase gerak Buat campuran toluen P-kloroform P-
fenotiazin-2-il metilketon maleat(1:2) [5714-00-1] metanol P-amonium hidroksida P (40:10:10:1).
C23H29N3O2S.2C4H4O4 BM 643,71 Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak
nomor 1.
Asetofenazin Maleat yang telah dikeringkan pada suhu
65selama 4 jam mengandung tidak kurang dari 97,0% Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
dan tidak lebih dari 103,0%, C23H29N3O2S.2C4H4O4 . mg zat yang telah dikeringkan, larutkan dalam 50 ml
asam asetat glasial P hangatkan perlahan-lahan sampai
larut. Dinginkan hingga suhu ruang, tambahkan 10 ml
- 172 -

anhidrida asetat P, biarkan selama 5 menit. Tambahkan secara bertahap 25º per menit hingga 190º. Pertahankan
1 tetes indikator kristal violet LP, titrasi dengan asam suhu injektor dan detektor pada 250º.
perkolat 0,1 N LV hingga berwarna kuning hijau. Prosedur Suntikkan secara terpisah, sejumlah volume
Lakukan penetapan blangko. sama (lebih kurang 1,0 µl) Larutan baku, zat uji dan
isopropanoldehidrat P sebagai blangko ke dalam
Tiap ml asam perklorat 0,1 N kromatograf gas. Rekam kromatogram dan ukur respons
setara dengan 32,19 mg C23H29N3O2S.2C4H4O4 puncak air. Hitung persentase air dalam zat uji
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat berdasarkan waktu retensi relatif air dan isopropanol
tidak tembus cahaya. dehidrat P berturut-turut 1,0 dan 1,9. Respons puncak
air dari zat uji tidak lebih besar dari respons puncak air
Larutan baku setelah dikoreksi terhadap respons puncak
ASETON air dari blangko.
Acetone
Residu yang tidak menguap Tidak lebih 40 bpj;
lakukan penetapan sebagai berikut: Uapkan di atas
tangas uap 50 ml dalam cawan porselen yang telah ditara
dan keringkan pada suhu 105º selama 1 jam: residu tidak
Aseton [67-64-1] lebih dari 2 mg.
C3H6O BM 58,08
Zat mudah teroksidasi Campur 20 ml zat dan 0,10 ml
Aseton mengandung tidak kurang dari 99,0%, C3H6O, kalium permanganat 0,10 N dalam labu bersumbat kaca:
dihitung terhadap zat anhidrat.[Catatan Aseton sangat warna merah muda dari campuran tidak hilang sama
mudah terbakar, tidak boleh ada pada tempat yang ada sekali dalam waktu 15 menit.
percikan api].
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Pemerian Cairan transparan; tidak berwarna; mudah Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
menguap; bau khas. Larutan (1 dalam 2) netral terhadap <931>.
kertas lakmus. Larutan kesesuaian sistem Pipet 1 ml Metanol BPFI
dan 1 ml Aseton BPFI ke dalam labu tentukur 50-ml,
Kelarutan Dapat bercampur dengan air, etanol, eter, larutkan dan encerkan dengan tetrahidrofuran P sampai
kloroform, hampir semua minyak dan minyak mudah tanda.
menguap. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
Baku pembanding Metanol BPFI, Aseton BPFI. dengan detektor ionisasi nyala dan kolom kapiler
leburan silika 0,32 mm x 30 m berisi bahan pengisi G43
Identifikasi dengan lapisan 1,8 µm. Gas pembawa helium P dengan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang di ukur kecepatan linear 35 cm per detik dan perbandingan
dalam sel natrium klorida menunjukkan maksimum “split” 1:400. Pertahankan suhu kolom pada 40° pada 5
hanya pada bilangan gelombang yang sama seperti pada menit pertama, naikkan suhu secara bertahap 20º per
Aseton BPFI. menit hingga 240º. Pertahankan suhu injektor pada 200°
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan dan detektor pada 280°. Lakukan kromatografi terhadap
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh Larutan kesesuaian system, rekam kromatogram dan
pada Penetapan kadar. ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
waktu retensi relatif aseton, metanol dan tetrahidrofuran
Bobot jenis <981>Tidak lebih dari 0,789. berturut-turut adalah 1,0; 0,6 dan 1,9; resolusi, R, antara
puncak metanol dan puncak aseton tidak kurang dari 15.
Air Tidak lebih dari 0,5 %; lakukan penetapan dengan Prosedur Suntikkan lebih kurang 1 µl zat ke dalam
cara Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons
<931>. puncak. Hitung persentase aseton, C3H6O, sebagai
Larutan baku Pipet 0,5 ml air ke dalam labu tentukur anhidrat dalam zat yang digunakan dengan rumus:
100-ml yang kering, encerkan dengan isopropanol
dehidrat P sampai tanda. r 
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 100  U 
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
 rT 
dengan detektor penghantar panas dan kolom kapiler rU adalah respons puncak aseton dari zat; rT jumlah
0,32 mm x 50 m berisi bahan pengisi S2 dengan tebal respons semua puncak. [Catatan Tidak dilakukan koreksi
lapisan 5,0 µm. Gas pembawa helium P, dengan laju alir terhadap kandungan air, karena air tidak memberikan
lebih kurang 11,0 ml per menit, “split rate” 50 ml per respons terhadap detektor ionisasi nyala].
menit. Atur suhu kolom pada 100º dan naikkan suhu
- 173 -
Wadah dan penyimpanan dalam wadah tertutup rapat, Penetapan kadar dan batas guanin Lakukan
jauhkan dari api. penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat larutan asam asetat glasial P dalam
ASIKLOVIR air (1 dalam 1000) saring dan awaudarakan. Jika perlu
Acyclovir lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
tertera pada Kromatografi <931>.
O
Larutan baku guanin Timbang saksama lebih kurang
N 8,75 mg guanin, masukkan ke dalam labu tentukur 500-
NH ml, larutkan dalam 50 ml natrium hidroksida 0,1 N,
encerkan dengan air sampai tanda.
N
NH2 N
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
CH2OCH2CH2OH Asiklovir BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
ml, larutkan dalam 5 ml natrium hidroksida 0,1 N,
9-[(2-Hidroksietoksi)metil]guanina [59277-89-3] encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan
C8H11N5O3 BM 225,21 ini dan 2 ml Larutan baku guanin ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan natrium hidroksida
Asiklovir mengandung tidak kurang dari 98,0% dan 0,01 N sampai tanda, campur hingga diperoleh larutan
tidak lebih dari 101,0%, C8H11N5O3, dihitung terhadap yang mengandung asiklovir 0,1 mg per ml dan guanin
zat anhidrat. 0,7 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg
Pemerian Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; zat, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan
melebur pada suhu lebih dari 250 disertai peruraian. dalam 20 ml natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan
air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam labu
Kelarutan Larut dalam asam klorida encer; sukar larut tentukur 50-ml, encerkan dengan natrium hidroksida
dalam air; tidak larut dalam etanol. 0,01 N sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dikeringkan. Tetapkan kadar air secara titrimetri pada dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,2 mm x
waktu akan digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan 30 cm berisi pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3 ml per
dalam wadah tertutup rapat. menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Identifikasi tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
A. Spektrum inframerah zat yang didispersikan dalam asiklovir dan guanin tidak kurang dari 2,0; faktor ikutan
kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada untuk puncak analit tidak lebih dari 2 dan simpangan
bilangan gelombang yang sama seperti baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
pada Asiklovir BPFI. 2,0%.
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti tertera sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku, Larutan baku
pada Penetapan Kadar dan batas guanin. guanin dan Larutan uji ke dalam kromatograf, ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam µg guanin, dengan
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 6,0%. rumus:

Cemaran umum <481> Tidak lebih dari 1%. Lakukan r 


penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti 1000 C  U 
tertera pada Kromatografi <931>.  rS 
Larutan uji Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P.
Larutan baku Gunakan pelarut dimetil sulfoksida P. C adalah kadar guanin dalam µg per ml Larutan baku
Fase gerak Buat campuran kloroform P-metanol P- guanin; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
amonium hidroksida P (80:20:2). guanin dalam Larutan uji dan Larutan baku guanin:
Volume penotolan 5 l. kandungan guanin tidak lebih dari 0,7%. Hitung jumlah,
Penampak bercak Gunakan teknik penampak bercak dalam mg asiklovir, C8H11N5O3, dengan rumus:
nomor 1.
r 
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> 1000 C  U 
Metode V Memenuhi syarat.  rS 
Pelarut gunakan dimetil sulfoksida P.
C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
asiklovir dalam Larutan uji dan Larutan baku.
- 174 -

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Bercak sekunder yang diperoleh dari Larutan (1) tidak
pada suhu ruang, terlindung cahaya dan lembab. lebih intensif dari bercak Larutan (4) (1,0%). Abaikan
bercak lain yang muncul tepat di bawah batas rambat
fase gerak.
KRIM ASIKLOVIR Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah krim
Acyclovir Cream setara dengan 7,5 mg asiklovir, masukkan ke dalam
corong pisah yang sesuai, tambahkan 50 ml asam sulfat
Krim Asiklovir adalah asiklovir dalam dasar krim yang 0,5 M dan 50 ml etil asetat P, kocok, biarkan memisah
sesuai. Mengandung asiklovir, C8H11N5O3, tidak kurang dan kumpulkan lapisan air bagian bawah yang jernih.
dari 95,0% dan tidak lebih dari105,0% dari jumlah yang Cuci lapisan organik dengan 20 ml asam sulfat 0,5 M,
tertera pada etiket. encerkan campuran cucian dan lapisan air dengan asam
sulfat 0,5 M hingga 100,0 ml. Campur dan saring dengan
Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh kertas Whatman GF/F, buang filtrat pertama dan pipet
dikeringkan. Tetapkan kadar air pada waktu akan 10 ml filtrat ke dalam labu tentukur 50-ml tambahkan air
digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan dalam sampai tanda. Ukur serapan pada panjang gelombang
wadah tertutup rapat. serapan maksimum lebih kurang 255 nm. Hitung jumlah
dalam mg asiklovir, C8H11N5O3, dalam krim yang
Identifikasi digunakan dengan rumus:
A. Spektrum serapan ultravioletLarutan uji pada
panjang gelombang 230 - 350 nm menunjukkan  AU 
  5000
maksimum pada 255 nm sesuai dengan Larutan baku A 
yang diperoleh pada Penetapan kadar.
 1 %, 1 cm  
B. Waktu retensi puncak utama pada kromatogram
Larutan (2) sesuai dengan Larutan (3) seperti tertera AU adalah serapan larutan uji; A(1%,1 cm) adalah serapan
pada Batas guanin. jenis asiklovir dalam air pada panjang gelombang 255
nm yang nilainya 562.
Guanin Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi
lapis tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>. Wadah dan penyimpanan Simpan pada suhu tidak
Larutan (1) Masukkan sejumlah krim yang telah lebih dari 25.
dicampur homogen setara dengan lebih kurang 30 mg
asiklovir ke dalam 10 ml tabung sentrifuga berskala dan
bertutup, tambah 3 ml natrium hiroksida 0,1 M dan SALEP ASIKLOVIR
kocok hingga krim terdispersi. Tambah 5 ml campuran Acyclovir Ointment
kloroform P- 1-propanol P (1:2), kocok, sentrifus dan
pindahkan lapisan atas ke dalam tabung sentrifuga yang Salep Asiklovir mengandung Asiklovir, C8H11N5O3, tidak
berbeda, encerkan dengan natrium hiroksida 0,1 M kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
hingga 5 ml. Campur, sentrifus dan gunakan lapisan air jumlah yang tertera pada etiket, dalam dasar salep yang
bagian atas. sesuai.
Larutan (2) Encerkan Larutan (1) dengan natrium
hidroksida 0,1 M (1:10). Baku pembanding Asiklovir BPFI, tidak boleh
Larutan (3) Timbang saksama lebih kurang 6 mg dikeringkan. Lakukan penetapan kadar air secara
Asiklovir BPFI, larutkan dalam 10 ml natrium titrimetri pada waktu akan digunakan untuk analisis
hidroksida 0,1 M. kuantitatif. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan (4) Timbang saksama lebih kurang 6 mg
guanin, larutkan dalam 100 ml natrium hidroksida 0,1 Identifikasi Waktu retensi puncak utama dari Larutan
M. uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
Prosedur Lakukan Kromatografi lapis tipisseperti pada Penetapan kadar.
tertera pada Kromatografi <931>. Totolkan secara
terpisah masing-masing 10 ml Larutan (1), Larutan Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung
(2),Larutan (3) dan Larutan (4) pada lempeng Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
kromatografi yang dilapisi selulosa F254. Masukkan
lempeng ke dalam bejana yang berisi etil asetat P dan Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
biarkan pelarut merambat hingga bagian atas lempeng.
Angkat lempeng, keringkan dalam aliran udara dan ulangi Guanin Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan
pengembangan dengan arah yang sama menggunakan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti
campuran1-propanol P-amonia 13,5 M-amonium sulfat tertera pada Kromatografi <931>.
5% b/v (10:30:60), biarkan pelarut merambat 8 cm di Fase gerak, Larutan uji dan Sistem kromatografi
atas garis penotolan. Angkat lempeng, biarkan kering di lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
udara dan amati di bawah sinar ultraviolet 254 nm.
- 175 -
Larutan baku Timbang saksama sejumlah guanin, baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, jika perlu 2,0%.
encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan natrium Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 μg per ml. sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur asiklovir, C8H11N5O3, dalam salep yang digunakan
respons puncak. dengan rumus:
Hitung persentase guanin dengan rumus:
r 
100 C  U 
C   rU 
 rS 
100    
D   rS 
C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan
C adalah kadar guanin dalam mg per ml Larutan baku; baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
D adalah kadar asiklovir dalam mg per ml Larutan uji; Larutan uji dan Larutan baku.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak guanin
dari Larutan uji dan Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
pada suhu antara 15 dan 25 di tempat kering.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. TABLET ASIKLOVIR
Fase gerak Buat larutan asam asetat 0,02 M, saring Acyclovir Tablet
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian system seperti tertera pada Tablet Asiklovir mengandung asiklovir, C8H11N5O3,
Kromatografi <931>. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang sejumlah jumlah yang tertera pada etiket.
Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam natrium
hidroksida 0,1 N; jika perlu encerkan secara kuantitatif Baku pembanding Asiklovir BPFI; tidak boleh
dan bertahap dengan natrium hidroksida 0,1 N hingga dikeringkan. Tetapkan kadar air secara titrimetri pada
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml. waktu akan digunakan untuk analisis kuantitatif. Simpan
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang sejumlah dalam wadah tertutup rapat.
guanin, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 2 µg Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh
per ml. pada Penetapan kadar.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir
BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N; jika Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat
perlu encerkan secara kuantitatif dan bertahap dengan Keragaman bobot.
natrium hidroksida 0,1 N hingga kadar lebih kurang 0,1
mg per ml. Disolusi <1231>
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N
dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan ke Alat tipe 2: 50 rpm
dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan Waktu: 45 menit
dengan natrium hidroksida 0,1 N sampai tanda. Prosedur Lakukan penetapan jumlah C8H11N5O3 yang
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada terlarut dengan mengukur alikuot yang telah diencerkan
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan asam klorida 0,1 N dan serapan Larutan baku
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x Asiklovir BPFI dalam media yang sama pada panjang
25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 3,0 gelombang serapan maksimum lebih kurang 254 nm.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kesesuaian sistem 1, rekam kromatogram dan ukur kurang dari 80% (Q) C8H11N5O3 dari jumlah yang tertera
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu pada etiket.
retensi relatif guanin dan asiklovir berturut-turut adalah
lebih kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R antara puncak Senyawa sejenis tidak lebih dari 2,0%, kandungan
guanin dan puncak asiklovir tidak kurang dari 2,0 dan cemaran guanin dan kandungan cemaran lain tidak lebih
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara Kromatogafi
lebih dari 2,0%. Lakukan kromatografi terhadap Larutan cair kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi
kesesuaian sistem 2, rekam kromatogram dan ukur <931>.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar.
- 176 -

Larutan uji Gunakan Larutan uji seperti tertera pada ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Penetapan Kadar. respons puncak. Hitung jumlah dalam mg asiklovir,
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang C8H11N5O3, dalam serbuk tablet yang digunakan dengan
20 l) Larutan uji ke dalam kromatograf. Hitung rumus:
persentase masing-masing cemaran pada serbuk tablet
yang digunakan dengan rumus: r 
100 C  U 
 rS 
r 
100  i 
 rS  C adalah kadar Asiklovir BPFI dalam mg per ml Larutan
baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS Larutan uji dan Larutan baku.
adalah jumlah respons semua puncak.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara antara suhu 15 dan 25. Terlindung cahaya dan lembab.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fase gerak Asam asetat 0,02 M, saring dan ASTEMIZOL
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Astemizole
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Larutan kesesuaian sistem 1 Timbang saksama
sejumlah Asiklovir BPFI dan guanin, larutkan dalam
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan secara kuantitatif
dan jika perlu bertahap dengan air hingga diperoleh
kadar masing-masing lebih kurang 0,1 mg per ml.
Larutan kesesuaian sistem 2 Timbang saksama 1-(p-Fluorobenzil)-2-[[1-(p-metoksifenetil)-4-
sejumlah guanin larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 piperidil]amino]-benzimidazol [68844-77-9]
N, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap C28H31FN4O BM 458,58
dengan air hingga diperoleh kadar 2,0 µg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Asiklovir Astemizol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
BPFI, larutkan dalam natrium hidroksida 0,1 N, larutkan tidak lebih dari 102,0%, C28H31FN4O, dihitung terhadap
dan encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap zat yang telah dikeringkan.
dengan air hingga diperoleh larutan dengan kadar lebih
kurang 0,1 mg per ml. Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
10 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, mudah larut
setara dengan lebih kurang 10 mg asiklovir, masukkan dalam metilen klorida dan dalam metanol, larut dalam
ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dalam 10 ml etanol.
natrium hidroksida 0,1 N, encerkan dengan air sampai
tanda dan saring. Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
rapat.
25 cm berisi bahan pengisi L1, pertahankan suhu kolom
pada 400. Laju alir lebih kurang 1,5 ml per menit. Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
sistem 1, rekam kromatogram dan ukur respons puncak maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
asiklovir seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
seperti pada Astemizol BPFI.
relatif guanin dan asiklovir berturut-turut adalah lebih
kurang 0,6 dan 1,0; resolusi, R, antara guanin dan
Jarak lebur <1021> Antara 175 dan 178.
asiklovir tidak kurang dari 2,0; dan simpangan baku
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%;
Lakukan kromatografi pada Larutan kesesuaian sistem 2,
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105
selama 4 jam.
tertera pada Prosedur: simpangan baku relatif pada
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj.
- 177 -
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,25% untuk Pnetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
masing-masing cemaran dan tidak lebih dari 0,5% untuk Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi <931>.
Kromatografi cair kinerja tinggiseperti tertera pada Fase gerak Buat campuran metanol P-amonium asetat
Kromatografi <931>. 0,13 M-asetonitril P-dietilamin P (470:300:230:1), atur
Larutan A Buat larutan dalam air yang mengandung pH hingga 7,5 dengan asam asetat glasial P. Jika perlu
17 g tetrabutilamonium hidrogen sulfat P per liter, saring lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian tertera pada Kromatografi <931>.
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol
Kromatografi <931>. BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan secara
Larutan B Gunakan asetonitril P, saring dan kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Fase gerak
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut hingga kadar lebih kurang 1,0 mg per ml.
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat,
<931>. masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Astemizol Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
BPFI, larutkan dalam metanol P, encerkan secara dilengkapi dengan detektor 220 nm dan kolom 4,6 mm x
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan metanol P 25 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2
hingga kadar lebih kurang 25 g per ml. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Astemizol BPFI dan ketokonazol, larutkan dalam seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak
metanol P, encerkan secara kuantitatif dan jika perlu kurang dari 4000 lempeng teoritis, faktor ikutan tidak
bertahap dengan metanol P hingga kadar berturut-turut lebih dari 1,8 dan simpangan baku relatif pada
lebih kurang 25 dan 250 g per ml. penyuntikan ulang tidak lebih dari 1,5%.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
100 mg zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
larutkan dan encerkan dengan metanol P sampai tanda. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi astemizol, C28H31FN4O, dalam zat uji dengan rumus:
dilengkapi dengan detektor 278 nm dan kolom 4,6 mm x
10 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi dengan r 
50 C  U 
basa dengan ukuran partikel 3 m. Laju alir lebih kurang  rS 
1 ml per menit. Buat keseimbangan sistem dengan
asetonitril P dan kemudian dengan 95% Larutan A dan C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per ml
5% Larutan B, pertahankan komposisi ini selama 5 Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
menit sebelum penyuntikan. Setelah penyuntikan puncak Larutan uji dan Larutan baku.
lakukan perubahan komposisi secara berangsur menjadi
80% Larutan A dan 20% Larutan B dalam waktu 15 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
menit dan pertahankan komposisi ini selama 3 menit.
Bilas kolom dengan 100% Larutan B selama 5 menit,
kemudian buat keseimbangan sistem ke komposisi awal
TABLET ASTEMIZOL
selama 5 menit sebelum penyuntikan berikutnya.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam Astemizole Tablet
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak astemizol dan Tablet Astemizol mengandung astemizol, C28H31FN4O,
ketokonazol tidak kurang dari 1,5. tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume jumlah yang tertera pada etiket.
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Baku pembanding Astemizol BPFI; lakukan
seluruh respons puncak. Hitung persentase masing- pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
masing cemaran dengan rumus: 4 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
rapat.
r  Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
0 , 25  i 
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
 rS 
Larutan uji Pindahkan sejumlah serbuk tablet setara
dengan lebih kurang 100 mg astemizol ke dalam labu
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
tentukur 100-ml, tambahkan metanol P sampai tanda dan
adalah respons puncak Larutan baku. saring.
- 178 -

Larutan baku Buat larutan Astemizol BPFI dalam setara dengan lebih kurang 50 mg astemizol, masukkan
metanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml. ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 25 ml Fase
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 gerak, kocok selama 30 menit, encerkan dengan Fase
l Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng gerak sampai tanda, sentrifus. Gunakan cairan beningan
kromatografi silika gel dengan tebal silika gel 0,25 mm. sebagai Larutan uji.
Masukkan lempeng ke dalam bejana kromatografi yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
berisi campuran fase gerak toluen P–dioksan P-metanol sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
P-amonium hidroksida P (60:30:10:1) dan biarkan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
lempeng, tandai batas pelarut, keringkan di udara dan astemizol, C28H31FN4O dalam serbuk tablet yang
amati di bawah sinar ultraviolet 254 nm: harga Rf bercak digunakan dengan rumus:
utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
r 
Disolusi <1231> 50 C  U 
Media disolusi: 800 ml cairan lambung buatan LP  rS 
(tanpa enzim).
Alat tipe 2:100 rpm. C adalah kadar Astemizol BPFI dalam mg per ml
Waktu: 45 menit. Larutan baku; rU dan rs berturut-turut adalah respons
Prosedur Lakukan penetapan jumlah astemizol, puncak Larutan uji dan Larutan baku.
C28H31FN4O terlarut dengan mengukur serapan alikuot,
jika perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
larutan baku Astemizol BPFI dalam media yang sama
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
kurang 285 nm. ATENOLOL
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak Atenolol
kurang dari 80% (Q) C28H31FN4O dari jumlah yang
OH
tertera pada etiket. H
O N CH3
O
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
CH3
H2N

Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,25% untuk


cemaran tunggal dan tidak lebih dari 1,0% untuk 2-[p-[2-Hidroksi-3-
cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara (isopropilamino)propoksi]fenil]asetamida [29122-68-7]
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada C14H22N2O3 BM 266,34
Kromatografi <931>.
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi Atenolol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak
Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar dalam lebih dari 102,0%, C14H22N2O3,, dihitung terhadap zat
Astemizol. yang telah dikeringkan.
Larutan uji Gunakan Larutan uji pada Penetapan
kadar. Pemerian Serbuk putihatau hampir putih, tidak berbau.
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang Suhu lebur 146° -148, kristal dari etil asetat.
10 l) Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam
kromatogram dan ukur seluruh respons puncak. Hitung Kelarutan Mudah larut dalam metanol; agak sukar larut
persentase masing-masing cemaran dengan rumus: dalam etanol; sukar larut dalam air dan isopropanol.

 r  Baku pembanding Atenolol BPFI; lakukan pengeringan


100  i 
 rS 
pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
dalam wadah tertutup rapat.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran; rs
Identifikasi
adalah jumlah seluruh respons puncak. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P,
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada gelombang yang sama seperti pada Atenolol BPFI.
Kromatografi <931>.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan 50 g per ml
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi dalam metanol P menunjukkan maksimum dan minimum
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam pada panjang gelombang yang sama seperti pada Atenolol
Astemizol. BPFI.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
- 179 -
Jarak lebur <1021> Metode 1 Antara 152- 156,5. tambahkan 50 ml Fase gerak dan sonikasi selama 5
menit. Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5% 5 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml dan
lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
larutan ke dalam labu tentukur 50-ml kedua dan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
penetapan sebagai berikut; larutan 1,0 g zat dalam 100 dilengkapi dengan detektor 226 nm dan kolom 3,9 mm x
ml asam nitrat 0,15 N dengan 1 ml perak nitrat LP tidak 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
lebih keruh dibandingkan dengan larutan 1,4 ml asam 0,6 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
klorida 0,020 N dalam 100 ml asam nitrat 0,15 N yang Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
ditambah 1 ml perak nitrat LP. puncak seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom
tidak kurang dari 5000 lempeng teoritis, faktor ikutan
Kemurnian kromatografi Tidak lebih dari 0,25% untuk tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
cemaran tunggal dan tidak lebih dari 0,5% untuk penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
cemaran total. Lakukan penetapan dengan cara Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Kromatografi <931>. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Fase gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg,
tertera pada Penetapan Kadar. atenolol, C14H22N2O3, dengan rumus:
Larutan uji Masukkan lebih kurang 10 mg ke dalam
labu tentukur 100-ml, larutkan dan encerkan dengan r 
10 . 000 C  U 
Fase gerak sampai tanda.  rS 
Enceran larutan uji Pipet 0,50 ml Larutan uji ke
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per ml Larutan
gerak sampai tanda. baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji dan Larutan baku.
sama (lebih kurang 50 l) Larutan uji dan Enceran Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram pada suhu ruang.
dan ukur respons seluruh puncak.[Catatan Lakukan
kromatografi terhadap Larutan uji dengan periode 6 kali
waktu retensi puncak atenolol]. Hitung persentase
TABLET ATENOLOL
masing-masing cemaran dengan rumus:
Atenolol Tablet
r  Tablet Atenolol mengandung atenolol, C14H22N2O3, tidak
0 ,5  i 
 rA  kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
jumlah yang tertera pada etiket.
ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dalam
kromatogram Larutan uji; rA adalah respons puncak Baku pembanding Atenolol BPFI; lakukan pengeringan
utama atenolol pada kromatogram Enceran Larutan uji. pada suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Identifikasi
Kromatografi <931>. A. Panaskan sejumlah serbuk tablet setara dengan
Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-heptansulfonat P lebih kurang 100 mg atenolol dalam 15 ml metanol P
dan 0,71 g natrium fosfat dibasa anhidrat P dalam 700 hingga suhu 50, kocok selama 5 menit, saring dan
ml air. Tambahkan 2 ml dibutilamina P dan atur pH uapkan filtrat di atas tangas air hingga kering.
hingga 3,0 dengan asam fosfat 0,8 M. Tambahkan 300 Tambahkan 10 ml asam klorida 0,1 N pada residu,
ml metanol P, campur dan saring melalui penyaring hangatkan, kocok dan saring. Tambahkan natrium
membran dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil. hidroksida 1 N pada filtrat hingga basa, ekstraksi dengan
Awaudarakan larutan ini sebelum digunakan. Jika perlu 10 ml kloroform P. Keringkan ekstrak kloroform dengan
lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti natrium sulfat anhidrat P. Saring dan uapkan filtrat di
tertera pada Kromatografi <931>. atas tangas air hingga kering dan panaskan residu pada
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atenolol suhu 105 selama 1 jam. Spektrum serapan infamerah
BPFI, larutkan dalam Fase gerak hingga kadar lebih residu hasil pemurnian yang telah didispersikan dalam
kurang 0,01 mg per ml. kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya pada
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg bilangan gelombang yang sama seperti pada Atenolol
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, BPFI.
- 180 -

B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan  L  r 


uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh pada C    U 
 D   rS 
Penetapan kadar.

Disolusi <1231> C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per ml Larutan


Media disolusi: 900 ml dapar asetat 0,1 N pH 4,6 baku; L adalah jumlah atenolol dalam mg, pada tiap
yang dibuat dengan mencampur 44,9 bagian (v/v) tablet seperti yang tertera pada etiket; D adalah kadar
natrium asetat 0,1 N dengan 55,1 bagian (v/v) asam atenolol dalam mg per ml Larutan uji berdasarkan
asetat 0,1 N. jumlah yang tertera pada etiket dan faktor pengenceran;
Alat tipe 2: 50 rpm. rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Waktu: 30 menit. uji dan Larutan baku.
Lakukan penetapan jumlah atenolol terlarut
menggunakan cara berikut: Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
Fase gerak, dan Sistem kromatografi lakukan seperti tertutup baik.
tertera pada Penetapan Kadar dalam Atenolol.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atenolol
BPFI ke dalam labu tentukur yang sesuai, larutkan dan ATRAKURIUM BESILAT
encerkan dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang Atracurium Besylate
0,01 g per ml.
Larutan uji Encerkan sejumlah alikuot dengan +N
CH3
O O
H3 C
N+

Fase gerak hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per H3CO


O O
OCH3

ml. H3CO
OCH3 H3CO
OCH3

Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan OCH3 H3CO


O O
Kadar. Hitung jumlah dalam mg atenolol, C14H22N2O3, S
O-
terlarut dengan rumus:
2

r  Ester 2-(2-karboksietil)-1,2,3,4-tetrahidro-6,7-dimetoksi-2-
900 CD  U 
 rS  metil-1-veratrilisokuinolinium benzensulfonat, penta
metilen [64228-81-5]
C adalah kadar Atenolol BPFI dalam mg per ml Larutan C65H82N2O18S2 BM 1243,48
baku; D adalah faktor pengenceran Larutan uji; rU dan
rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan uji dan Atrakurium Besilat mengandung tidak kurang dari
Larutan baku. 96,0% dan tidak lebih dari 102,0%, C65H82N2O18S2,
Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
kurang dari 80% (Q) C14H22N2O3 dari jumlah zat yang Mengandung isomer trans-trans tidak kurang dari 5,0%
tertera pada etiket. dan tidak lebih dari 6,5%, isomer cis-trans tidak kurang
dari 34,5% dan tidak lebih dari 38,5%, isomer cis-cis
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. tidak kurang dari 55,0% dan tidak lebih dari 60,0%.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
Kromatografi <931>. titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi tertutup rapat dan tempat dingin.
Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
Atenolol. Pemerian Padatan putih sampai hampir putih.
Larutan uji Masukkan 10 tablet ke dalam labu
tentukur 1000-ml. Tambahkan 500 ml Fase gerak dan Identifikasi
sonikasi selama 15 menit untuk menghancurkan tablet. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Sentrifus, dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
encerkan sejumlah volume cairan beningan yang telah menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
diukur saksama dengan Fase gerak hingga kadar gelombang yang sama dengan Atrakurium Besilat BPFI.
atenolol lebih kurang 0,01 mg per ml. B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji pada Penetapan kadar.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg atenolol, Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
C14H22N2O3, dalam zat uji dengan rumus:
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%.
- 181 -
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 20 bpj. dengan detektor ionisasi nyala, kolom 0,53 mm x 30 m
terbuat dari leburan silika berisi bahan pengisi G27 yang
Metil benzensulfonat Tidak lebih dari 0,01%. Lakukan terikat secara kimia setebal 5 µm dan kolom pelindung
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada 0,53 mm x 5 m dideaktivasi dengan fenil metil siloksan.
Kromatografi <931>. Gas pembawa helium P dipertahankan pada laju alir
Dapar, Larutan A, Larutan B dan Fase gerak Lakukan lebih kurang 35 cm per detik. [Catatan Jika digunakan
seperti tertera pada Penetapan Kadar. gas lain, gunakan gas nitrogen]. Suhu injektor dan
Larutan baku Buat larutan metil benzensulfonat dalam detektor dipertahankan berturut-turut pada 70º dan 260º.
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Suhu kolom diprogram sebagai berikut: suhu
Pipet sejumlah volume larutan, encerkan dengan dipertahankan pada 35º selama 5 menit, kemudian diatur
Larutan A hingga kadar lebih kurang 1 µg per ml. kecepatan kenaikan suhu lebih kurang 8º per menit
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg sampai 175º, diikuti kecepatan kenaikan suhu 35º per
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan menit - 260º dan pertahankan suhu tersebut tidak kurang
dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. Pipet 1 ml selama 16 menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan uji dan 5 ml larutan yang mengandung metil Larutan baku dan ukur respons puncak utama seperti
benzensulfonat dalam asetonitril 0,2 mg per ml ke dalam tertera pada Prosedur: Simpangan baku relatif pada
labu tentukur 100-ml, encerkan dengan larutan A sampai penyuntikan ulang tidak lebih dari 15%.
tanda. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada sama (lebih kurang 1 µl) Larutan baku dan Larutan uji
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
dilengkapi dengan detektor 217 nm dan kolom 4,6 respons puncak utama: respons puncak toluen dari
mm x 25 cm yang berisi bahan pengisi L1 yang Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
dideaktivasi. Laju alir lebih kurang 1ml per menit.
Kromatograf diprogram sebagai berikut: Kemurnian Kromatografi Laudanosin Tidak lebih dari
0,5%; masing-masing cemaran lain tidak lebih dari 1,0%
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi dan jumlah semua cemaran tidak lebih dari 3,5%.
(menit) (%) (%) Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera
0 80 20 Kesetimbangan pada Kromatografi <931>.
0-5 80 20 Isokratik Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Larutan
5-15 80→75 20→25 Gradien Linier uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar.
15-25 75 25 Isokratik
25-30 75→55 25→45 Gradien Linier
Larutan baku Pipet 1 ml Larutan baku yang diperoleh
30-38 55→0 45→100 Gradien Linier dari Penetapan kadar, masukkan ke dalam labu tentukur
38-45 0 100 Isokratik 100-ml, encerkan dengan Larutan A sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak isomer trans- puncak utama seperti tertera pada Prosedur: Respons
trans dan metil benzensulfonat tidak kurang dari 12,0. puncak isomer cis-cis dari sekurang-kurangnya dua kali
Lakukan dua kali kromatografi Larutan baku dan ukur penyuntikan berbeda tidak lebih dari 10%.
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: perbedaan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
respons dari dua kali kromatografi tidak boleh lebih dari sama (lebih kurang 20 µl) Larutan baku dan Larutan uji
12%. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume semua respons puncak kecuali tiga puncak utama
sama (lebih kurang 100μl) Larutan baku dan Larutan uji isomerik. Hitung persentase setiap cemaran terhadap
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur atrakurium besilat dengan rumus:
respons puncak metil benzensulfonat; respon puncak
yang diperoleh dalam Larutan uji tidak lebih besar dari  1  C   r 
yang diperoleh dalam Larutan baku. 10 . 000      i 
 F   W   rS 
Toluen Tidak lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan
dengan cara Kromatografi gas seperti tertera pada F adalah faktor respons puncak relatif cemaran yaitu 1,9
Kromatografi <931>. untuk laudanosin dan 1,0 untuk cemaran lain yang tidak
Larutan baku Buat larutan toluen dalam air bebas teridentifikasi; C adalah kadar dalam mg per ml isomer
senyawa organik hingga kadar lebih kurang 100 µg per cis-cis dari Larutan baku; W adalah bobot dalam mg
ml. atrakurium besilat dari Larutan uji; ri adalah respons
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan puncak setiap cemaran dari Larutan uji dan rs adalah
dalam air bebas senyawa organik hingga kadar lebih respons puncak isomer cis-cis dalam Larutan baku.
kurang 20 mg per ml. [Catatan Untuk identifikasi waktu retensi relatif
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada laudanosin lebih kurang 0,3].
Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
- 182 -

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada dan terlindung cahaya, dalam lemari pendingin.
Kromatografi <931>. [Catatan Atrakurium besilat tidak stabil dalam suhu
Dapar Larutkan 10,2 g kalium fosfat monobasa P ruang]
dalam lebih kurang 950 ml air dalam labu tentukur
1000-ml. Sambil diaduk, atur pH hingga 3,1 dengan
penambahan asam fosfat P, encerkan dengan air hingga INJEKSI ATRAKURIUM BESILAT
1000 ml. Atrakurium Besylate Injection
Larutan A Buat campuran Dapar-asetonitril P-
metanol P (75:20:5). Saring dan awaudarakan. Injeksi Atrakurium Besilat adalah larutan steril yang
Larutan B Buat campuran Dapar-asetonitril P- mengandung Atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, tidak
metanol P (50:30:20). Saring dan awaudarakan. kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 115,0% dari
Fase gerak Buat variasi campuran Larutan A dan jumlah yang tertera pada etiket. Mengandung isomer
Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika trans-trans tidak kurang dari 5,0% dan tidak lebih dari
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem 6,5% dari jumlah atrakurium besilat yang tertera pada
seperti tertera pada Kromatografi <931>. etiket, mengandung isomer cis-trans tidak kurang dari
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atrakurium 34,5% dan tidak lebih dari 38,5% dari jumlah atrakurium
besilat BPFI, larutkan dalam Larutan A hingga kadar besilat yang tertera pada etiket, mengandung isomer cis-
lebih kurang 1,0 mg per ml. cis tidak kurang dari 55,0% dan tidak lebih dari 60,0%
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 100 mg dari jumlah atrakurium besilat yang tertera pada etiket.
zat, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan [Catatan Injeksi tidak stabil pada suhu ruang. Simpan
dan encerkan dengan Larutan A sampai tanda. semua sampel dalam lemari pendingin. Penyiapan untuk
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada semua analisis sesegera mungkin atau gunakan injektor
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi dengan pendingin].
dilengkapi dengan detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x
25 cm berisi bahan pengisi L1 yang dideaktivasi. Laju Baku pembanding Atrakurium Besilat BPFI; tidak
alir lebih kurang 1,6 ml per menit. Kromatograf boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara
diprogram sebagai berikut: titrimetri pada saat digunakan. Simpan dalam wadah
tertutup rapat dan tempat dingin. Endotoksin BPFI;
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
(menit) (%) (%)
[Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isinya
0 80 20 Kesetimbangan harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi].
0-5 80 20 Isokratik Rekonstitusi seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu
5-15 80 → 40 20 → 60 Gradien Linier 14 hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan,
15-25 40 60 Isokratik
dalam lemari pendingin.
25-30 40 → 0 60 →100 Gradien Linier

Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
pada Prosedur: resolusi, R, antara isomer trans-trans diperoleh pada Penetapan kadar.
dengan isomercis-trans dan antara isomer cis-trans
Endotoksin bakteri <201>Tidak lebih dari 5,56 Unit
dengan isomer cis-cis tidak kurang dari 1,1 dan
simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak Endotoksin FI per mg atrakurium besilat.
lebih dari 2,0%. [Catatan Untuk identifikasi, waktu
retensi relatif isomer trans-trans, cis-trans dan cis-cis Sterilitas <71> Memenuhi syarat jika diuji seperti yang
berturut-turut adalah 0,8; 0,9 dan 1,0]. tertera pada Penyaringan membran dalam Uji Sterilitas
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dari produk yang di uji.
sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
pH <1071> Antara 3,0 dan 3,65.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak tiga isomer. Hitung jumlah dalam mg
Senyawa sejenis Senyawa asam tidak lebih dari 6,0%,
atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, dalam zat yang
senyawa basa isomer cis dan trans tidak lebih dari 6,0%,
digunakan dengan rumus:
laudanosin tidak lebih dari 3,0%, kombinasi monoakrilat
r  isomer cis dan trans tidak lebih dari 3,0%; cemaran
100 C  U  sintesis lain yang diketahui tidak lebih dari 2,0%;
 rS  cemaran lain yang tidak diketahui tidak lebih dari 0,1%
dan total cemaran tidak lebih dari 15,0%. Lakukan
C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
ml dalam Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah Kromatografi <931>.
respons puncak isomer trans-trans, trans-cis dan cis-cis
dari Larutan uji dan Larutan baku.
- 183 -
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak, Larutan kurang 1 ml per menit. Kromatograf di program sebagai
baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada berikut:
Penetapan kadar. d
Larutan kesesuaian sistem Panaskan sebagian Larutan Waktu Larutan A Larutan B Eluasi
baku pada suhu 90º selama 30 menit, kemudian (menit) (%) (%)
dinginkan segera hingga suhu 5º. 0 80 20 Kesetimbangan
Enceran larutan baku Ukur saksama sejumlah volume 0-5 80 20 Isokratik
Larutan baku; encerkan secara kuantitatif dan jika perlu 5-15 80→40 20→60 Gradien Gradien
Linier
bertahap dengan Larutan A hingga kadar lebih kurang 15-25 40 60 Isokratik
0,02 mg per ml. 25-30 40→0 60→100 Gradien Gradien
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Linier
Penetapan Kadar. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem dan Enceran Larutan baku Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
rekam kromatogram dan ukur respons puncak hasil kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
degradasi dengan membandingkan respons puncak pada Prosedur:waktu retensi relatif isomer trans-trans,
Larutan kesesuaian sistem terhadap Enceran Larutan isomer cis-trans dan isomer cis-cis berturut-turut adalah
baku seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif lebih kurang 0,8; 0,9 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak
atrakurium besilat isomer cis-cis lebih kurang 0,22 untuk isomer trans-trans, isomer cis-trans, antara puncak
senyawa asam; 0,29 untuk laudanosin; 0,44 dan 0,50 isomer cis-trans dan isomer cis-cis tidak kurang dari 2,0.
berturut-turut untuk isomer trans dan cis senyawa Simpangan baku relatif penyuntikan ulang tidak lebih
hidroksi; dan lebih kurang 1,28 dan 1,33 berturut-turut dari 2,0%.
untuk isomer trans dan cis monoakrilat. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume sama (lebih kurang 20μl) Larutan baku dan Larutan uji
sama (lebih kurang 20 l) Enceran Larutan baku dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram respons puncak tiga isomer. Hitung jumlah dalam mg
dan ukur respons puncak kecuali respons puncak asam atrakurium besilat, C65H82N2O18S2, dalam tiap ml injeksi
benzensulfonat dengan waktu retensi relatif lebih kurang dengan rumus:
0,08 terhadap isomer cis-cis atrakurium besilat. Hitung
persentase setiap cemaran pada Larutan uji dengan  C   rU 
rumus: 50    
 V   rS 
 C   ri  C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per
100  
 M   rS  ml Larutan baku; V adalah volume injeksi dalam ml
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut-
C adalah kadar Atrakurium besilat BPFI dalam mg per turut adalah jumlah respons puncak isomer trans-trans,
ml Enceran Larutan baku; M adalah kadar atrakurium isomer trans-cis dan isomer cic-cis dari Larutan uji dan
besilat dalam mg per ml Larutan uji; ri adalah respons Larutan baku.
puncak setiap cemaran dalam Larutan uji; rS adalah
jumlah semua respons puncak Enceran Larutan baku. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca tipe 1, dalam
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada lemari pendingin, hindarkan pembekuan dan terlindung
Injeksi. cahaya.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada ATROPIN SULFAT
Kromatografi <931>. Atropine Sulfate
Dapar, Larutan A, Larutan B, Fase gerak dan Larutan
baku. Lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar Garam Sulfat (2.1)monohidrat 1αH,5αH-tropan-3-α-
dalam Atrakurium besilat. ol(±)-tropat(ester) [5908-99-6]
Larutan uji persediaan Pipet sejumlah volume injeksi (C17 H23NO3)2.H2SO4.H2O BM 694,83
setara dengan lebih kurang 50 mg atrakurium besilat, Anhidrat [55-48-1] BM 676,83
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan dan
encerkan dengan Larutan A sampai tanda. Atropin Sulfat mengandung tidak kurang dari 98,5% dan
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair tidak lebih dari 101,0%, (C17H23NO3)2.H2SO4, dihitung
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. terhadap zat anhidrat.
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan [Perhatian Atropin Sulfat perlu penanganan khusus
detektor 280 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm yang berisi karena sangat beracun].
bahan pengisi L1yang dideaktivasi. Laju alir lebih
- 184 -

Pemerian Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur; dengan asam perklorat 0,1 NLV, tetapkan titik akhir
putih; tidak berbau; mengembang di udara kering: secara potensiometrik. Lakukan penetapan blangko.
perlahan-lahan terpengaruh oleh cahaya.
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air; mudah larut setara dengan 67,68 mg (C17 H23NO3)2.H2SO4
dalam etanol, terlebih dalam etanol mendidih; mudah
larut dalam gliserin. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI, tidak boleh


dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara INJEKSI ATROPIN SULFAT
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam Atropine Sulfate Injection
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. Injeksi Atropin Sulfat adalah larutan steril Atropin Sulfat
dalam Air untuk Injeksi. Mengandung Atropin Sulfat,
Identifikasi (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 93,0% dan
A. Spektrum serapan inframerah zat yang tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
didispersikan dalam Kalium bromida P menunjukkan etiket.
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
seperti pada Atropin Sulfat BPFI. Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; Tidak boleh
B. Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi dikeringkan, tetapkan kadar air dengan titrimetri pada
Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji saat akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
Identifikasi Umum <291>. rapat, terlindung cahaya. Endotoksin BPFI; [Catatan
Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-
Suhu lebur <1021> Metode III tidak lebih rendah dari hati untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi
187º; lakukan penetapan setelah dikeringkan pada suhu seluruh isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari.
120º selama 4 jam. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
[Catatan Atropin Sulfat anhidrat bersifat higroskopis, lemari pendingin.
setelah dikeringkan segera masukkan ke dalam pipa
kapiler dan segera lakukan penetapan suhu lebur]. Identifikasi Lakukan penetapan seperti yang tertera
pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis
Rotasi optik <1081> Antara -0,60º dan + 0,05º (batas <281>.
hiosiamin); lakukan penetapan sebagai berikut: Timbang Penjerap Campuran silika gel P.
saksama 1 g zat, larutkan dalam air pada suhu 25º, Fase gerak Campuran kloroform P- dietilamin P(9:1).
hingga 20 ml. Tetapkan rotasi optik menggunakan Larutan uji Gunakan 15 µl injeksi tanpa pengenceran.
tabung polarimeter yang sesuai pada suhu 25º. Hasil Penampak bercak Kalium iodoplatinat LP.
pembacaan rotasi dalam derajat, dikalikan 200 dan
dibagi panjang tabung polarimeter dalam mm Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 55,6 unit
merupakan rotasi optik. Endotoksin FI per mg atropin sulfat.

Keasaman Larutkan 1,0 g zat dalam 20 ml air, tambahkan pH<1071> Antara 3,0 dan 6,5.
1 tetes merah metil LP dan titrasi dengan natrium
hidroksida 0,020 N LV hingga warna kuning: diperlukan Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
tidak lebih dari 0,30 ml. Injeksi.

Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 4,0%. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%. Kromatografi <931>.
Dapar asetat Buat larutan dalam air yang
Alkaloida lain Larutkan 150 mg zat dalam 10 ml air. mengandung 6,8 g natrium asetat P dan 2,9 ml asam
Pada 5 ml larutan tambahkan beberapa tetes platina(IV) asetat glasial P per liter.
klorida LP: tidak terbentuk endapan. Pada 5 ml sisa Fase gerak Masukkan 5,1 g tetrabutilamonium
larutan, tambahkan 2 ml amonium hidroksida 6 N, kocok hidrogen sulfat P ke dalam labu tentukur 1000-ml,
kuat-kuat: dapat terjadi opalesensi lemah tetapi tidak tambahkan 50 ml asetonitril P, encerkan dengan Dapar
terjadi kekeruhan. asetat sampai tanda. Atur pH hingga 5,5 ± 0,1 dengan
penambahan natrium hidroksida 5 N.
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471> Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin
Metode I Memenuhi syarat. Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan dengan air hingga
kadar lebih kurang 80 µg per ml.
Penetapan kadar Timbang sakasama lebih kurang 1 g Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
zat, larutkan dalam 50 ml asam asetatglasial P, titrasi setara dengan lebih kurang 2 mg atropin sulfat,
- 185 -
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan kloroform, uapkan hingga kering: sisa memenuhi syarat
dengan air sampai tanda. seperti yang tertera pada Identifikasi Basa Nitrogen
Larutan resolusi Buat larutan asam p-hidroksibenzoat Organik <261>.
dalam air hingga kadar lebih kurang 2,5 µg per ml. B. Filtrat dari larutan tablet menunjukkan reaksi
Encerkan 1 bagian volume larutan dengan 4 bagian terhadap Sulfat cara A, B, dan C seperti tertera pada Uji
volume Larutan baku. identifikasi umum <291>.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Waktu hancur <1251> Tidak lebih dari 15 menit.
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9
mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, ukur respons puncak seperti tertera pada Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi
ulang tidak lebih dari 1,5%. Lakukan kromatografi <931>.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Dapar pH 9,0; Larutan baku internal dan Sistem
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu kromatografi lakukan seperti tertera pada Penetapan
retensi relatif asam p-hidroksibenzoat terhadap atropin Kadar dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat.
lebih kurang 1,6, dan resolusi, R, antara puncak asam p- Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin
hidroksibenzoat dan atropin tidak kurang dari 2,2. Sulfat BPFI, larutkan dan jika perlu encerkan secara
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume kuantitatif dan bertahap hingga kadar lebih kurang 0,1
sama (lebih kurang 100 µl) Larutan baku dan Larutan mg per ml. Pipet 10 ml larutan ke dalam corong pisah,
uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur lakukan sesuai Larutan uji seperti tertera pada
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg, atropin Penetapan Kadar dalam Larutan Tetes mata Atropin
sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O dalam tiap ml injeksi Sulfat mulai dari “tambahkan 2,0 ml Larutan baku
dengan rumus: internal ”.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
 694 ,83   25 C   rU 
 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
  
 676 ,83   V   rS  setara dengan lebih kurang 1 mg atropin sulfat,
masukkan ke dalam corong pisah, selanjutnya lakukan
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul sesuai Larutan uji seperti tertera pada Penetapan Kadar
atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; C dalam Larutan Tetes Mata Atropin Sulfat mulai dari
adalah kadar Atropin Sulfat BPFI dalam mg per ml “tambahkan 2,0 ml Larutan baku internal”.
Larutan baku;V adalah volume injeksi yang digunakan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dalam ml; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Kadar dalam Tetes Mata Atropin Sulfat. Hitung jumlah
dari Larutan uji dan Larutan baku. dalam mg atropin sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O,
dalam serbuk tablet yang digunakan, dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.  694 ,83   W  RU 
    
 676 ,83   10  RS 
TABLET ATROPIN SULFAT
Atropine Sulfate Tablet 694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul
atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; W
Tablet Atropin Sulfat mengandung atropin sulfat adalah bobot Atropin Sulfat BPFI dalam mg yang
(C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 90,0% dan digunakan dalam Larutan baku; RU dan RS berturut-turut
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada adalah perbandingan respons puncak atropin sulfat
etiket. terhadap respons puncak homatropin hidrobromida dari
Larutan uji dan Larutan baku.
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; tidak boleh
dikeringkan, lakukan penetapan kadar air secara Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
titrimetri pada waktu akan digunakan. Simpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya.
TETES MATA ATROPIN SULFAT
Identifikasi Atropine Sulfate Ophthalmic Solution
A. Gerus sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih
kurang 5 mg atropin sulfat dengan 10 ml air selama Tetes Mata Atropin Sulfat adalah larutan steril dari
beberapa menit, saring ke dalam corong pisah kecil. Atropin Sulfat dalam air. Mengandung Atropin Sulfat
Basakan larutan dengan amonium hidroksida 6 N dan (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, tidak kurang dari 93,0% dan
ekstraksi dengan 50 ml kloroform P. Saring lapisan tidak lebih dari 107,0% dari jumlah yang tertera pada
- 186 -

etiket. Dapat mengandung bahan stabilisator dan anti penambahan natrium hidroksida 1 N. Ekstraksi dua kali,
mikroba yang sesuai. tiap kali dengan 10 ml metilen klorida P, saring ekstrak
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; Tidak boleh metilen klorida melalui 1 g natrium sulfat anhidrat P ke
dikeringkan, tetapkan kadar air dengan titrimetri pada dalam gelas piala 50 ml. Uapkan filtrat dengan aliran
saat akan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup nitrogen P hingga hampir kering, larutkan residu dalam
rapat, terlindung cahaya. 2,0 ml metilen klorida P.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Identifikasi Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
A. Larutan uji Uapkan sejumlah volume larutan tetes dengan detektor ionisasi nyala, kolom kaca 2 mm x 1,8
mata setara dengan lebih kurang 36 mg atropin sulfat m berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
hingga kering. Masukkan residu dalam corong pisah, penyangga S1AB. Pertahankan suhu kolom pada 225º,
larutkan dengan 5 ml air. suhu injektor dan detektor pada 250, gunakan nitrogen
Larutan baku Timbang saksama 36 mg Atropin Sulfat P sebagai gas pembawa dengan laju alir lebih kurang 25
BPFI, masukkan dalam corong pisah, larutkan dengan 5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
ml air. baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
Perlakukan Larutan uji dan Larutan baku dengan cara seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, tidak kurang
yang sama sebagai berikut: Tambahkan 1,5 ml natrium dari 4,0; faktor ikutan puncak tidak lebih dari 2,0 dan
hidroksida 1 N dan 10 ml kloroform P. Kocok selama 1 simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang tidak
menit, diamkan sampai terpisah, saring ekstrak lebih dari 2,0%.
kloroform melalui natrium sulfat anhidrat P yang Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
diletakkan pada wol kaca. Ekstraksi lapisan air dua kali, sama (lebih kurang 1 µl) Larutan uji dan Larutan baku
tiap kali dengan 10 ml kloroform P, saring dan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
kumpulkan ekstrak kloroform. Uapkan ekstrak respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg atropin
kloroform dengan pengurangan tekanan hingga kering. sulfat, (C17H23NO3)2.H2SO4.H2O, dalam tiap ml tetes
Larutkan masing-masing residu dengan 10 ml karbon mata yang digunakan dengan rumus:
disulfida P. Spektrum serapan inframerah larutan dalam
sel 1 mm menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
 694 ,83   W  RU 

gelombang yang sama seperti pada Atropin Sulfat BPFI.   
B. Larutan tetes mata menunjukkan reaksi Sulfat cara  676 ,83   V  R S 
A seperti tertera pada Uji identifikasi umum <291>.
694,83 dan 676,83 berturut-turut adalah bobot molekul
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. atropin sulfat monohidrat dan atropin sulfat anhidrat; W
adalah bobot dalam mg Atropin Sulfat BPFI untuk
pH <1071> Antara 3,5 dan 6,0. membuat Larutan baku; V adalah volume larutan tetes
mata yang digunakan dalam ml; RU dan RS berturut-turut
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara adalah perbandingan respons puncak atropin sulfat
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi terhadap homatropin hidrobromida dari Larutan uji dan
<931>. Larutan baku.
Dapar pH 9,0 Larutkan 34,8 g kalium fosfat dibasa P
dalam 900 ml air, atur pH hingga 9,0 dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
penambahan asamklorida 3 N atau natrium hidroksida 1
N.
Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang AZATADIN MALEAT
25 mg homatropin hidrobromida, masukkan ke dalam Azatadine Maleate
labu tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan air
sampai tanda. Buat larutan segar setiap hari.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Atropin H

Sulfat BPFI, larutkan dan encerkan secara kuantitatif dan H3C N

jika perlu bertahap dengan air hingga kadar lebih kurang OOC

0,1 mg per ml. Pipet 10 ml larutan ini ke dalam corong CH3


pisah dan lakukan seperti yang tertera pada Larutan uji OOC
N H
mulai dengan “tambahkan 2,0 ml Larutan baku internal”
CH3
.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah larutan tetes mata 6,11-Dihidro-11-(1-metil-4-piperidilidena)-5H-benzo [5,6]-
setara dengan lebih kurang 10 mg atropin sulfat, siklohepta[1,2-b]piridin maleat (1:2) [3978-86-7]
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan C20H22N2.2C4H4O4 BM 522,55
dengan air sampai tanda. Pipet 10 ml larutan ke dalam Azatadin Maleat mengandung tidak kurang dari 98,0%
corong pisah, tambahkan 2,0 ml Larutan baku internal dan tidak lebih dari 102,0%, C20H22N2.2C4H4O4,
dan 5,0 ml Dapar pH 9,0 dan atur pH hingga 9,0 dengan dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
- 187 -
Pemerian Serbuk; putih sampai krem muda; tidak bersih dari lempeng sebagai blangko. Hitung kemurnian
berbau. Melebur pada lebih kurang 153º. kromatografi dengan rumus:

Kelarutan Mudah larut dalam air, dalam etanol, dalam A   CS 


kloroform dan dalam metanol; praktis tidak larut dalam 100  U  
 A C 
benzen dan eter.  S  U 

AU dan AS berturut-turut adalah serapan dari Larutan uji


Baku pembanding Azatadin Maleat BPFI; tidak boleh
dan Larutan baku; CS dan CU berturut-turut adalah kadar
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
dalam mg per ml Larutan baku dan Larutan uji.
Identifikasi Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 650
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah mg zat, larutkan dalam 50 ml asamasetat glasial P.
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P Tambahkan 2 tetes kristal violet LP. Titrasi dengan asam
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan perklorat 0,1N LV. Lakukan penetapan blangko.
gelombang yang sama seperti pada Azatadin Maleat
BPFI. Tiap ml asam perklorat 0,1 N
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan (40 µg per ml) setara dengan 26,13 mg C20H22N2.2C4H4O4
dalam asam klorida-metanol LP 0,25 N menunjukkan
maksimum hanya pada panjang gelombang yang sama Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
seperti pada Azatadin Maleat BPFI.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;


lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 60º AZATIOPRIN
selama 3 jam. Azathioprine
NO2
N
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
N
Kemurnian kromatografi Tidak kurang dari 98,0%. H3C
S

Lakukan penetapan menggunakan Kromatografi lapis N


H
N

tipis seperti tertera pada Kromatografi <931>.


Fase gerak Buat campuran toluen P-isopropanol P- N
N

dietilamin P (10:10:1).
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. 6-[(1-Metil-4-nitroimidazol-5-il)tio]purina [446-86-6]
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatadin C9H7N7O2S BM 277,26
Maleat BPFI larutkan dalam campuran toluen P-metanol
Azatioprin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
P (1:1) hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
tidak lebih dari 101,5% C9H7N7O2S, dihitung terhadap
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
zat yang telah dikeringkan.
dalam campuran toluen P-metanol P (1:1) hingga kadar
lebih kurang 7 mg per ml.
Pemerian Serbuk; kuning pucat; tidak berbau.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 100
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng
Kelarutan Larut dalam larutan alkali hidroksida encer;
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana
agak sukar larut dalam asam mineral encer; sangat sukar
kromatografi yang berisi Fase gerak hingga Fase gerak
larut dalam etanol dan dalam kloroform;tidak larut
merambat lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
dalam air.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan Fase
gerak menguap. Amati di bawah cahaya UV 254 nm dan
Baku pembanding Azatioprin BPFI; lakukan
tandai bercak utama. Kerok bercak utama dari setiap
pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama
lintasan titik penotolan. Masukkan secara terpisah ke
5 jam sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup
dalam tabung sentrifuga bersumbat kaca. [Catatan
rapat, terlindung cahaya. Merkaptopurin BPFI; tidak
Lakukan hati-hati untuk memisahkan bercak utama dari
boleh dikeringkan; tetapkan kadar air secara titrimetri
bercak lain yang berdekatan.] Dengan cara yang sama
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kerok sejumlah yang sama silika gel pada bagian yang
bersih dan sejajar dengan bercak, masukkan ke dalam Identifikasi
tabung sentrifuga yang lain. Ke dalam masing-masing . A Spektrum serapan inframerah zat yang telah
tabung tambahkan 15,0 ml campuran metanol P-asam dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
klorida 0,5 N (4:1), kocok kuat-kuat selama lebih kurang menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
15 menit dan sentrifus. Ukur serapan beningan yang gelombang yang sama seperti pada Azatioprin BPFI.
didapat dari Larutan uji dan Larutan baku pada panjang B. Harga Rf bercak utama yang diperoleh pada Uji
gelombang serapan maksimum lebih kurang 284 nm, batas merkaptopurin sesuai dengan yang diperoleh dari
menggunakan larutan yang diperoleh dari bagian yang larutan Azatioprin BPFI.
- 188 -

Keasaman atau kebasaan Kocok 2,0 g zat dengan 100


ml air selama 15 menit, saring: untuk menetralkan 20,0 Baku pembanding Azatioprin BPFI; lakukan
ml filtrat, diperlukan tidak lebih dari 0,10 ml asam pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º selama
klorida 0,020 N atau tidak lebih dari 0,10 ml natrium 5 jam sebelum digunakan.
hidroksida 0,020 N, menggunakan merah metil LP
sebagai indikator. Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%; Fase gerak Butanol P yang telah dijenuhkan dengan
lakukan pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105º amonium hidroksida 6 N.
selama 5 jam. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatioprin
BPFI larutkan dalam amonium hidroksida 6 N hingga
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. kadar 200 µg per ml.
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Batas Merkaptopurin Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan dalam amonium hidroksida 6 N hingga kadar 20 mg per
penetapan dengan cara Kromatografi lapis tipis seperti ml.
tertera pada Kromatografi <931>. Prosedur Totolkan masing-masing 5 µl Larutan baku
Fase gerak Butanol P yang telah dijenuhkan dengan dan Larutan uji pada lempeng kromatograf selulosa
amonium hidroksida 6 N. mikrokristal setebal 0,25 mm. Masukkan lempeng ke
Penjerap Selulosa mikrokristal setebal 0,25 mm. dalam bejana berisi Fase gerak dan biarkan merambat
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azatioprin hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat lempeng,
BPFI, larutkan dan encerkan dengan amonium tandai batas rambat dan keringkan lempeng: harga Rf
hidroksida 6 N hingga kadar lebih kurang 20 mg per ml. bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan dengan Larutan baku.
dan encerkan dengan amonium hidroksida 6 N hingga
kadar lebih kurang 20 mg per ml. Disolusi <1231>
Larutan merkaptopurin Timbang saksama sejumlah Media disolusi: 900 ml air.
Merkaptopurin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Alat tipe 2: 50 rpm.
amonium hidroksida 6 N hingga kadar lebih kurang 200 Waktu: 30 menit.
µg per ml, dihitung sebagai zat anhidrat. Prosedur Lakukan penetapan jumlah C9H7N7O2S,
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 µl yang terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika
Larutan baku, Larutan uji dan Larutan merkaptopurin perlu diencerkan dengan Media disolusi dan serapan
pada lempeng kromatografi. Masukkan lempeng ke larutan baku Azatioprin BPFI dalam media yang sama
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Biarkan merambat sampai lebih kurang 15 cm dari titik kurang 280 nm.
penotolan. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
biarkan kering. Amati bercak di bawah cahaya UV 254 kurang dari 75%(Q) C9H7N7O2S, dari jumlah yang
dan 366 nm: bercak lain selain bercak utama Larutan uji tertera pada etiket.
tidak lebih intensif dari bercak Larutan merkaptopurin.
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
mg zat, larutkan dalam 80 ml dimetilformamida P. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Tambahkan 5 tetes biru timol P dalam dimetilformamida Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
P (1 dalam 100) dan titrasi dengan tetrabutilamonium Kromatografi <931>.
hidroksida 0,1 N LV, menggunakan pengaduk magnetik Fase gerak Larutkan 1,1 g natrium 1-heptansulfonat P
dan cegah terjadinya penyerapan karbon dioksida dari dalam 700 ml air, tambahkan 300 ml metanol P dan
udara. Lakukan penetapan blangko. campur. Atur pH hingga 3,5 dengan asam klorida 1 N,
saring melalui membran 0,8 µm yang sesuai dan
Tiap ml tetrabutilamonium hidroksida 0,1 N awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian sistem
setara dengan 27,73 mg C9H7N7O2S menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 25 mg
tidak tembus cahaya.
Azatioprin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
ml. Tambahkan lebih kurang 15 ml metanol P dan 0,5 ml
TABLET AZATIOPRIN amonium hidroksida P, goyang dan sonikasi selama 2
menit. Encerkan dengan metanol P sampai tanda.
Azathioprine Tablet
Masukkan 10,0 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-
Tablet Azatioprin mengandung azatioprin C9H7N7O2S, ml, encerkan dengan air sampai tanda.
tidak kurang dari 93,0% dan tidak lebih dari 107,0% dari Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
jumlah yang tertera pada etiket. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
- 189 -
setara dengan lebih kurang 50 mg azatioprin, masukkan
ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 25 ml Pemerian Serbuk; hablur; putih.
metanol P dan 1,0 ml amonium hidroksida P, goyang
dan sonikasi selama 2 menit. Encerkan dengan metanol Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI, tidak boleh
P sampai tanda, biarkan bahan pembantu memisah. dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Masukkan 10,0 ml beningan ke dalam labu tentukur 50- Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan. Simpan
ml, encerkan dengan air sampai tanda. dalam wadah tertutup rapat di lemari pembeku. Identitas
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Azitromisin BPFI. Azitromisin-N-Oksida BPFI. N-
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Demetillazitromisin BPFI. Desoaminilazitromisin BPFI,
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2,0 rapat di lemari pendingin.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak Identifikasi
seperti tertera pada Prosedur: efisiensi kolom tidak A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
kurang dari 800 lempeng teoritis, faktor ikutan puncak didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan
azatioprin tidak lebih dari 1,5 dan simpangan baku maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. seperti pada Azitromisin BPFI.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume B. Waktu retensi puncak utama dari Larutan uji sesuai
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji dengan Larutan baku seperti yang diperoleh pada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Penetapan kadar.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
azatioprin, C9H7N7O2S, dalam serbuk tablet yang Rotasi jenis <1081> Antara -45dan -49; lakukan
digunakan dengan rumus: penetapan pada 20 menggunakan larutan zat 20 mg per
ml dalam etanol mutlak P.
r 
500 C  U  Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
 rS 
pH <1071> Antara 9,0 dan 11,0; lakukan penetapan
C adalah kadar Azatioprin BPFI dalam mg per ml menggunakan larutan zat 2 mg per ml dalam campuran
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons metanol P-air (1:1).
puncak azatioprin pada Larutan uji dan Larutan baku.
Air <1031> Metode I Antara 4,0 dan 5,0%; jika pada
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah terlindung etiket tertera dihidrat. Antara 1,8 dan 4,0%; jika pada
cahaya. etiket tertera monohidrat kecuali jika memenuhi syarat
Susut pengeringan antara 4,0 dan 6,5%.

AZITROMISIN Susut pengeringan Jika pada etiket dinyatakan sebagai


Azithromycin azitromisin monohidrat dengan kadar air antara 4,0 dan
6,5%; lakukan penetapan dengan cara Analisis termal
H3C

N
<741> [Catatan Jumlah zat yang digunakan untuk
H3C
CH3
penetapan dapat disesuaikan dengan kepekaan alat].
HO OH

. x H2O
Tetapkan persentase zat mudah menguap dengan alat
H3C OH CH3

H3C O
analisis termogravimetri yang sesuai dan yang telah
O
N(CH3)2
dikalibrasi menggunakan lebih kurang 10 mg zat yang
CH3
O
O
O CH3 HO ditimbang saksama. Panaskan hingga 150 dengan
OCH3
CH3
O HO
kenaikan suhu 10 per menit dengan aliran gas nitrogen
CH3
P 35 ml per menit. Dari termogram yang diperoleh
CH3 tetapkan titik infleksi dari dua tahap kehilangan bobot
pada 70 dan 130: antara suhu ruang dan titik infleksi
9-Deokso-9a-aza-9a-metil-9a-homoeritromisin A pada 70 kehilangan bobot tidak lebih dari 4,5% dan
Anhidrat [83905-01-5] BM 749,02 antara titik infleksi antara 70 dan 130 kehilangan
Monohidrat [121479-24-4] BM 767,02 bobot antara 1,8 dan 2,6%.
Dihidrat [117772-70-0] BM 785,02
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%; lakukan
C38H72N2O12.xH2O penetapan dengan melembabkan residu dengan 2 ml
asam nitrat P dan 5 tetes asam sulfat P.
Azitromisin mengandung satu atau dua molekul air
hidrat. Azitromisin mengandung tidak kurang dari 945 Logam berat <371> Metode III Tidak lebih dari 25 bpj.
µg per mg dan tidak lebih dari 1030 µg per mg,
C38H72N2O12, dihitung terhadap zat anhidrat.
- 190 -

Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara [Catatan Waktu retensi relatif desosaminil azitromisin,
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada demetilazitromisin dan azitromisin berturut-turut lebih
Kromatografi <931>. [Catatan Lakukan Uji 1 atau Uji 2 kurang 0,38; 0,54 dan 1,0].
tergantung proses produksi yang digunakan]. Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji
Uji 1 ke dalam kromatograf. Lakukan kromatografi selama
Masing-masing untuk desosaminil azitromisin, n- 3,tiga kali waktu eluasi puncak azitromisin dari Larutan
demetilazitromisin dan senyawa sejenis lain berturut- baku, rekam kromatogram dan ukur respons semua
turut tidak lebih dari 0,3%; 0,7% dan 1,0%; jumlah puncak. Hitung persentase desosaminilazitromisin dan n-
semua senyawa sejenis tidak lebih dari 3,0%. [Catatan demetilazitromisin dengan rumus:
Gunakan air dengan tahanan tidak kurang dari 18
 CP   ri 

Mohm-cm]. 0 ,1 
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan W   rS 
Kadar.
Dapar kalium fosfat pH 7,5 Timbang 2,7 g kalium C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam g per ml
fosfat monobasa P, masukkan ke dalam labu tentukur Larutan baku; P adalah kandungan azitromisin dalam
1000-ml, encerkan dengan air sampai tanda. Atur pH persen tertera pada Azitromisin BPFI; W adalah bobot
hingga 7,5 ± 0,1 dengan penambahan kalium hidroksida zat dalam mg yang digunakan dalam Larutan uji; ri dan
10 N. rS berturut-turut adalah respons puncak masing-masing
Pengencer Buat campuran Dapar kalium fospat- senyawa sejenis yang sesuai dari Larutan uji dan
asetonitril P (750:250). Larutan baku. Hitung persentase senyawa sejenis lain
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah dengan rumus:
Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin BPFI  CP  ri 
dan Azitromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril P 0 ,01  
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 45 µg per ml, W  rS 
105 µg per ml dan 160 µg per ml.
Larutan baku Pipet 4 ml Larutan baku persediaan ke C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam g per ml
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan Larutan baku; P adalah kandungan azitromisin dalam
Pengencer sampai tanda. Larutan ini mengandung persen Azitromisin BPFI; W adalah bobot zat dalam mg
Desosaminilazitromisin BPFI, Demetilazitromisin BPFI yang digunakan dalam Larutan uji; ri adalah respons
dan Azitromisin BPFI berturut-turut lebih kurang 0,9 µg puncak untuk masing-masing senyawa sejenis dari
per ml; 2,1 µg per ml dan 3,2 µg per ml. Larutan uji; rS adalah respons puncak azitromisin dari
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 33 mg zat Larutan baku.
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 5
ml asetonitril P, sonikasi lebih kurang 20 detik. Uji 2
Encerkan dengan Pengencer sampai tanda. [Catatan Larutan dapar fosfat Larutkan lebih kurang 8,7 g
Gunakan larutan dalam waktu 6 jam]. kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air, atur pH
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada hingga 8,2 dengan penambahan asam fosfat 20 %.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Fase gerak Buat campuran asetonitril P-Larutan
dilengkapi dengan detektor elektrokimia amperometrik dapar fosfat (6:4), saring dan awaudarakan. Jika perlu
dengan elektroda ganda karbon seperti kaca dengan cara lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti
elektroda satu yang diatur pada +0,70 ± 0,05 V dan tertera pada Kromatografi <931>.
elektroda dua yang diatur pada +0,85 ± 0,05 V dengan Larutan baku 1 Timbang saksama sejumlah
latar belakang arus optimal 95 ± 25 nanoamper dan Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm berisi bahan pengisi gerak hingga kadar lebih kurang 35 g per ml.
L29 dengan ukuran partikel 5 m dan kolom 4,6 mm x Larutan baku 2 Timbang saksama sejumlah Identitas
15 cm berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
m atau L49 dengan ukuran partikel 3 m tanpa kolom gerak hingga kadar lebih kurang 7 mg per ml.
pelindung. [Catatan Pada umumnya, pertahankan Larutan baku 3 Timbang saksama sejumlah
elektroda satu pada 0,12 V lebih rendah dari elektroda Azitromisin–N-Oksida BPFI, larutkan dan encerkan
dua dan pertahankan elektroda pada suhu tetap lebih dengan Fase gerak hingga kadar lebih kurang 14 g per
kurang 26]. Laju alir lebih kurang 0,4 ml per menit. ml.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku rekam Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg zat,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera masukkan ke dalam labu tentukur 10-ml, larutkan dan
pada Prosedur: efisiensi kolom untuk puncak encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
azitromisin tidak kurang dari 1500 lempeng teoritis; Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah
faktor ikutan masing-masing komponen tidak lebih dari Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI, larutkan
1,5; simpangan baku relatif untuk masing-masing dan encerkan dengan Fase gerak hingga kadar berturut-
komponen pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5% turut lebih kurang 0,07 dan 7 mg per ml.
- 191 -

Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Larutan baku 3 dan ukur respons puncak. Hitung
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
dilengkapi dengan detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x
15 cm yang berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran  CP   1   ri 
    
partikel 5 m. Laju alir lebih kurang 0,9 ml per menit.  W  F   rS 
Pertahankan suhu kolom 30. Lakukan kromatografi
terhadap Larutan kesesuaian system, rekam C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Larutan baku 1; P adalah kemurnian Azitromisin dalam
pada Prosedur: resolusi, R, antara azaeritromisin A dan g per mg Azitromisin BPFI; F adalah faktor respons
puncak azitromisin tidak kurang dari 8,0; dan faktor relatif seperti yang tertera pada Tabel; ri dan rS berturut-
ikutan puncak azitromisin tidak lebih dari 2,5. [Catatan turut adalah respons puncak masing-masing; W adalah
Waktu retensi relatif azaeritromisin A lebih kurang 0,47 bobot zat dalam mg yang digunakandalam Larutan uji,
dan azitromisin 1,00]. cemaran dari Larutan uji dan respons puncak azitromisin
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dari Larutan baku 1. Masing-masing cemaran dan
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku 1, Larutan baku jumlah semua cemaran tidak lebih dari batas yang tertera
2, Larutan baku 3, Larutan uji dan Fase gerak ke dalam pada Tabel sebagai berikut:
kromatograf, rekam kromatogram, tetapkan puncak
kromatogram Larutan uji dengan membandingkan
kromatogram yang diperoleh dari Larutan baku 2 dan

Tabel
Waktu Retensi Faktor Respons Batas
Komponen
Relatif Relatif (w/w,%)
Azitromisin-N-oksida 0,20 0,45 0,40
3’-(N,N-didemetil)-3’-N-formilazitromisin 0,26 1,8 0,30
3’-N-demetil-3’-N-formilazitromisin (rotamer 1) 0,34 4,1 0,15
3’-N-demetil-3’-N-formilazitromisin (rotamer 2) 0,37 4,1 0,15
6-Demetilazitromisin (azaeritromisin A) 0,47 0,67 0,50
3’-De(dimetilamino)-3’-oksoazitromisin 0,80 1,9 0,25
2-Desetil-2-propilazitromisin 1,52 1,0 0,50
3-Deoksiazitromisin (azitromisin B) 1,60 1,0 0,50
3’-N-demetil-3’-N-[(4-metilfenil)sulfonil]azitromisin 2,14 7,0 0,50
Cemaran yang tidak diketahui - 1,0 0,20
Jumlah cemaran - - 2,0

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara tambahkan 10 ml asetonitril P dan larutkan dengan
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada menggoyang dan menggunakan sonikasi secara singkat.
Kromatografi <931>.[Gunakan air dengan tahanan Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Pipet 2 ml
tidak kurang dari 18 Mohm-cm]. larutan ini ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Fase gerak Larutkan 5,8 g kalium fosfat monobasa P dengan Fase gerak sampai tanda.
dalam 2130 ml air, tambahkan 870 ml asetonitril P. Atur Larutan resolusi Timbang lebih kurang 8 mg
pH hingga 11,0 ± 0,1, dengan penambahan lebih kurang Azaeritromisin A BPFI, masukkan ke dalam labu
6 ml kalium hidroksida 10 N, saring melalui penyaring tentukur 50-ml, tambahkan 5 ml asetonitril P larutkan
dengan porositas 0,5 m atau lebih kecil dan dengan menggoyang dan menggunakan bantuan sonikasi
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut secara singkat. Encerkan dengan Fase gerak sampai
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi tanda. Pipet 2 ml larutan ini dan 2 ml Larutan baku
<931>. persediaan ke dalam labu tentukur 100-ml, encerkan
Larutan baku persediaan Timbang saksama lebih dengan Fase gerak sampai tanda.
kurang 16,5 mg Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
labu tentukur 100-ml. Tambahkan 10 ml asetonitril P, Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
larutkan dengan bantuan pengadukan dan sonikasi secara dilengkapi dengan detektor elektrokimia amferometer
singkat. Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. dengan elektroda ganda karbon seperti kaca dengan cara
Larutan baku Pipet 2 ml Larutan baku persediaan ke elektroda satu yang diatur pada +0,70 ± 0,05 V dan
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan Fase elektroda dua yang diatur pada +0,82 ± 0,05 V dengan
gerak sampai tanda hingga kadar Azitromisin BPFI lebih latar belakang arus optimal 85 ± 15 nanoamper dan
kurang 0,0033 mg per ml. kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm yang berisi bahan
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 16,5 mg pengisi L29 dengan ukuran partikel 5-m dan kolom
zat masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, analitik 4,6 mm x 15 cm yang berisi bahan pengisi L29
- 191 -

dengan ukuran partikel 5-m atau L49 dengan ukuran Disolusi <1231>[Catatan Gunakan air dengan tahanan
partikel 3-m tanpa kolom pelindung. Laju alir lebih tidak kurang dari 18 Mohm–cm].
kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Dapar natrium fosfat pH 6,0 Buat sejumlah 6000 ml
Larutan resolusi dan ukur respons puncak seperti tertera natrium fosfat dibasa 0,1 M, atur pH hingga 6,0 + 0,05
pada Prosedur: waktu retensi relatif pada kolom L29 dengan penambahan lebih kurang 40 ml asam klorida P,
berturut-turut lebih kurang 0,7 dan 1,0 untuk tambahkan 600 mg tripsin P.
azaeritromisin A dan azitromisin. Pada kolom L49 lebih Media disolusi: 900 ml Dapar natrium fosfat pH 6,0.
kurang 0,8 dan 1,0; dan resolusi, R, antara puncak Alat tipe 2: 100 rpm.
azaeritromisin A dan puncak azitromisin tidak kurang Waktu: 45 menit.
dari 2,5. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
dan ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur: kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
faktor ikutan puncak azitromisin tidak kurang 0,9 dan Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti
tidak lebih 1,5; efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 tertera pada Penetapan Kadar.
lempeng teoritis; simpangan baku relatif pada Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 15 mg
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 50-
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ml. Tambahkan 25 ml Media disolusi dan sonikasi
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji hingga larut. Encerkan dengan Media disolusi sampai
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur tanda.Pipet 2 ml larutan ke dalam labu tentukur 25-ml,
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam g encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml
azitromisin, C38H72N2O12 dalam tiap mg zat dengan larutan ke dalam labu tentukur 25-ml kedua, encerkan
rumus: dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji Saring sejumlah alikuot melalui penyaring
dengan porositas 0,5 µm atau lebih kecil. Pipet 2 ml
 WP  rU 
 filtrat ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan
 
 w  rS 
Fase gerak sampai tanda. Pipet 4 ml larutan ke dalam
labu tentukur 25-ml kedua, encerkan dengan Fase gerak
sampai tanda.
W adalah jumlah Azitromisin BPFI dalam mg Larutan Prosedur Lakukan penetapan jumlah azitromisin,
baku; P adalah potensi azitromisin dalam g per mg C38H72N2O12, yang terlarut seperti tertera pada Prosedur
Azitromisin BPFI; w adalah bobot azitromisin dalam mg dalam Penetapan kadar. Hitung jumlah dalam mg
yang digunakan dalam Larutan uji; rU dan rS berturut- azitromisin, C38H72N2O12 yang terlarut dengan rumus:
turut adalah respons puncak Larutan uji dan Larutan
baku. r 
70 ,31(CP ) U 
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.  rS 

Penandaan Pada etiket nyatakan monohidrat atau C adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml
dihidrat. Jika pada etiket sediaan dinyatakan Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg
mengandung azitromisin, yang dimaksud adalah Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah respons
azitromisin anhidrat, C38H72N2O12. Batas senyawa puncak azitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku.
sejenis dicantumkan pada etiket jika digunakan selain Uji 1. Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) C38H72N2O12, dari jumlah yang
tertera pada etiket.
KAPSUL AZITROMISIN
Azithromycin Capsule Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 5,0%.
Kapsul Azitromisin mengandung Azitromisin,
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Baku pembanding Azitromisin BPFI,tidak boleh Fase gerak, Larutan baku persediaan, Larutan baku,
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat dan Larutan resolusi dan Sistem kromatografi lakukan
simpan dalam lemari pembeku. Azaeritromisin A BPFI, seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.
tidak boleh dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup Larutan uji Timbang saksama tidak kurang dari 20
rapat. kapsul, keluarkan isi semua kapsul. Bersihkan dan
timbang saksama cangkang kapsul. Hitung bobot rata-
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram rata isi kapsul. Timbang saksama sejumlah isi kapsul
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang setara dengan lebih kurang 250 mg azitromisin anhidrat,
diperoleh pada Penetapan kadar. masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan
lebih kurang 175 ml asetonitril P, kocok secara mekanik
- 192 -
selama 30 menit, encerkan dengan asetonitril P sampai mg per ml, dimana L adalah jumlah mg dalam tablet
tanda. Masukkan lebih kurang 40 ml suspensi tersebut yang tertera pada etiket.
ke dalam tabung sentrifuga dan sentrifus. Pipet 2 ml Larutan uji Lewatkan sejumlah tertentu larutan pada
beningan ke dalam labu tentukur 50-ml, encerkan filter 0,45μm. Encerkan filtrat dengan Pengencer hingga
dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 2 ml larutan ke diperoleh larutan dengan konsentrasi L/2000 mg per ml,
dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan Fase gerak L adalah jumlah mg dalam tablet yang tertera pada etiket
sampai tanda. diasumsikan terlarut sempurna.
Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin. Hitung kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
jumlah dalam mg azitromisin anhidrat, C38H72N2O12, Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi detektor 210
dalam isi kapsul yang digunakan dengan rumus: nm dan kolom berukuran 4,6 mm x 15 cm berisi bahan
pengisi L1 dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih
 CP  rU  kurang 1,5 ml per menit. Suhu kolom dipertahankan
312 ,5   pada 50°. Lakukan kromatografi Larutan baku dan ukur
 4   rS  respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ikutan dari Azitromisin tidak lebih dari 2,0; efisiensi
C adalah kadarAzitromisin BPFI dalam mg per ml kolom dari puncak Azitromisin tidak kurang dari 1000
Larutan baku; P adalah potensi dalam µg per mg lempeng teoritis; dan simpangan baku relatif dari puncak
Azitromisin BPFI; rU dan rS berturut-turut adalah respons Azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari
puncak Larutan uji dan Larutan baku. 2,0%.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Hitung persentase dari azitromisin,
TABLET AZITROMISIN C38H72N2O12, yang terlarut dengan rumus:
Azithromycin Tablet
C  rU 
100
Tablet Azitromisin mengandung Azitromisin, 900  S 
C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih  L  rS 
dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak Larutan
Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI; tidak boleh uji dan Larutan baku; CS adalah kadar dalam mg per mL
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat. Larutan baku; 900 adalah volume Media disolusi dalam
Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan, simpan ml; 100 adalah faktor konversi ke persen; dan L adalah
dalam wadah tertutup rapat dalam lemari pembeku. jumlah azitromisin dalam mg tablet yang tertera pada
etiket.
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram Toleransi Dalam waktu 30 menit harus larut tidak
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku yang diperoleh kurang dari 80% (Q)C38H72N2O12 dari jumlah yang
pada Penetapan kadar. tertera pada etiket.

Disolusi Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


Media disolusi: 900 ml Dapar fosfat pH 6,0. Senyawa sejenis Lakukan Kromatografi cair kinerja
Alat tipe 2: 75 rpm. tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. [Catatan
Waktu: 30 menit. Gunakan alat gelas aktinik rendah. Dinginkan Larutan
Lakukan penetapan jumlah azitromisin yang terlarut baku dan Larutan uji segera setelah pembuatan dan
dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti selama analisa, gunakan autosampler yang telah
tertera pada Kromatografi <931>. didinginkan diatur pada suhu 4°. Larutan harus
Dapar oktansulfonat dan Fase gerak Lakukan seperti dianalisa tidak lebih dari 24 jam setelah disiapkan].
tertera pada Penetapan Kadar. Dapar Amonium fosfat pH 10, Pengencer A dan
Pengencer Masukkan 17,5 g kalium fosfat dibasa P ke Larutan resolusi Lakukan seperti tertera pada Penetapan
dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan encerkan Kadar.
dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8,0 dengan Larutan A Masukkan 1,8 g natrium fosfat dibasa P ke
penambahan asam fosfat P. Buat campuran larutan ini- dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dengan air
asetonitril P (80:20). sampai tanda. Saring melalui penyaring dengan porositas
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azitromisin 0,45 μm dan awaudarakan.
BPFI, larutkan dalam Media disolusi hingga kadar Larutan B Buat campuran asetonitril P dan metanol P
L/1000 mg per ml dimana L adalah jumlah mg dalam (75:25) saring dan awaudarakan.
tablet yang tertera pada etiket. Encerkan larutan ini Fasa gerak Gunakan variasi campuran antara Larutan
dengan Pengencer hingga diperoleh konsentrasi L/2000 A dan Larutan B seperti tertera pada Sistem
- 193 -

kromatografi. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi puncak seperti tertera pada Prosedur: simpangan baku
<931>. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 10,0%.
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- fosfat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). sama (lebih kurang 100 μl) Blangko dan Larutan uji ke
Pengencer B Buat campuran dapar amonium fosfat dalam kromatograf dan ukur respons semua puncak.
pH 10 dan metanol P (1:1). Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis
Blangko Gunakan Pengencer A. dalam serbuk tablet yang digunakan dengan rumus:
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
Azitromisin BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur C   ri  P  1 
yang sesuai, tambahkan Pengencer A hingga 75% dari 100  S      
volume labu tentukur, lakukan sonikasi hingga larut dan  CU   rS   1000   F 
encerkan dengan Pengencer A hingga kadar azitromisin
lebih kurang 4 mg per ml. CS adalah kadar Azitromisin dalam mg per ml Larutan
Larutan baku Pipet sejumlah volume Larutan baku baku; CU adalah kadar Azitromisin dalam mg per ml
persediaan, encerkan dengan Pengencer A hingga kadar Larutan uji;ri adalah respons puncak dari masing-masing
lebih kurang 0,02 mg per ml. cemaran yang diperoleh dalam Larutan uji; rS adalah
Larutan sensitivitas sistem Encerkan Larutan baku respons puncak untuk Azitromisin yang diperoleh dari
secara kuantitatif dengan Pengencer A, hingga kadar Larutan baku; (P/1000) adalah potensi dari Azitromisin,
lebih kurang 0,004 mg per ml. dikonversi dari μg per mg menjadi mg per mg
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari Azitromisin BPFI; dan F adalah faktor respons relatif
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang seperti yang tertera pada Tabel. Cemaran spesifik dan
setara dengan 1335 mg Azitromisin, masukkan ke dalam yang tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada
labu tentukur 100-ml. Tambahkan 75 mL asetonitril P Tabel. Abaikan respons puncak yang sesuai dengan
dan sonikasi selama lebih kurang 15 menit. Kocok kuat puncak Blangko.
selama tidak kurang dari 15 menit. Biarkan dingin
hingga suhu ruang, encerkan dengan asetonitril P Tabel
sampai tanda, campur. Sentrifus selama 15 menit. Pipet Waktu Faktor
Batas
Komponen Retensi Respons
3 ml beningan ke dalam labu tentukur 10-ml, encerkan Relatif Relatif
(%)
dengan Pengencer B sampai tanda. Larutan mengandung Azitromisin 3’-N-oksida 0,28 0,45 0,5
lebih kurang 4 mg azitromisin per ml. Saring melalui
3’-(N,N-didemetil)-3’-N-
penyaring dengan porositas 0,45 μm. formilazitromisin
0,38 1,9 1,0
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair 3’-(N,N-didemetil)azitromisin
0,40 0,52 0,5
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>. (aminoazitromisin)
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi detektor 210 Desosaminilazitromisin 0,47 1,1 0,5
Senyawa sejenis Azitromisin F1 0,53 4,8 0,5
nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi bahan pengisi L1
3’-N-Demetilazitromisin 0,57 0,53 0,7
dengan ukuran partikel 5μm. Laju alir lebih kurang 0,8 3’-De(dimetilamino)-3’-
ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada 60° dan 0,78 1,6 0,5
oksoazitromisin
suhu “autosampler” pada 4°. Kromatograf diprogram 6-Demetilazitromisin
0,82 - -
(azaeritromisin A)2
sebagai berikut: Azitromisin 1,0 - -
3-Deoksiazitromisin
Waktu Larutan A Larutan B Eluasi 1,3 - -
(azitromisin B)2
(menit) (%) (%)
3’-N-demetil-3’-N-[(4-
1,4 - -
0-25 50 50 Isokratik metilfenil)sulfonil]azitromisi2
25-30 50→45 50→55 Gradien Linier Cemaran yang tidak spesifik - 1,0 0,2
30-40 45→40 55→60 Gradien Linier Total cemaran - - 3,0
1
40-55 40→35 60→65 Gradien Linier 3’-(N-demetil)-3’-N-formilazitromisin
2
55-60 35 65 Isokratik Senyawa ini merupakan cemaran proses sintesis Azitromisin. Dapat
dikontrol dalam zat obat dan hanya dimasukkan sebagai informasi.
60-61 35→50 65→50 Gradien Linier Jumlah total cemaran tidak memasukkan cemaran ini.
61-70 50 50 Kesetimbangan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Lakukan kromatografi terhadap Larutan sensitivitas system, Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti Kromatografi <931>.
tertera pada Prosedur: perbandingan “signaltonoise” Dapar oktanasulfonat Masukkan 4,4 g kalium fosfat
untuk puncak azitromisin tidak kurang dari 10. Lakukan dibasa P dan 500 mg natrium 1-oktanasulfonat P ke
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam dalam labu tentukur 1000-ml, larutkan dan encerkan
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera dengan air sampai tanda. Atur pH hingga 8,20 dengan
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak azaeritromisin penambahan asam fosfat P.
A dan azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan
- 194 -
Fase gerak Buat campuran asetonitril P - Dapar respons puncak utama. Hitung persentase azitromisin,
oktanasulfonat - metanol P (45:40:15), saring dan C38H72N2O12, dengan rumus:
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi C  rU  P 
<931>. 100  S   
Dapar amonium fosfat pH 10 Masukkan 1,7 g  CU  rS  1000 
amonium fosfat monobasa P ke dalam labu tentukur
1000-ml, larutkan dengan air sampai tanda. Atur pH P/1000 adalah potensi azitromisin dikonversikan dari μg
hingga 10,0 dengan penambahan amonium hidroksida P, per mg menjadi mg per mg dalam Azitromisin BPFI; CS
campur. adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan
Pengencer A Buat campuran Dapar amonium- fosfat baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml
pH 10- metanol P -asetonitril P (35:35:30). Larutan uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azitromisin azitromisin yang diperoleh dari Larutan uji dan Larutan
BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai, baku.
tambahkan Pengencer A hingga 75% dari volume labu
tentukur, lakukan sonikasi hingga larut dan encerkan Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
dengan Pengencer A hingga kadar azitromisin lebih tertutup rapat pada suhu ruang terkendali.
kurang 4 mg per ml.
Larutan Azaeritromisin A persediaan Timbang
saksama sejumlah Azaeritromisin A BPFI, larutkan AZITROMISIN UNTUK INJEKSI
dengan asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,2 mg Azithromycin for Injection
per ml, dengan sonikasi.
Larutan resolusi Masukkan sejumlah volume Larutan Azitromisin Untuk Injeksi adalah campuran steril serbuk
Azaeritromisin A persediaan dan Larutan baku ke dalam kering Azitromisin dan zat penstabil yang sesuai.
labu tentukur yang sesuai, encerkan secara kuantitatif Azitromisin untuk injeksi mengandung Azitromisin,
dengan Pengencer A hingga kadar masing-masing lebih C38H72N2O12, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
kurang 0,02 mg per ml. dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
Baku pembanding Azaeritromisin A BPFI tidak boleh
20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet yang
dikeringkan, simpan dalam wadah tertutup rapat;
setara dengan 667 mg Azitromisin, masukkan ke dalam
Azitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan, simpan
labu tentukur 200-ml. Tambahkan 75 ml Pengencer A,
dalam wadah tertutup rapat dalam lemari pembeku;
lakukan sonikasi selama tidak kurang 15 menit. Kocok
Azitromisin N-Oksid BPFI; N-Demetil-azitromisin BPFI;
kuat selama tidak kurang 15 menit. Diamkan larutan
Desosaminilazitromisin BPFI, tidak boleh dikeringkan.
hingga pada suhu ruang, tambahkan Pengencer A sampai
Simpan dalam wadah tertutup rapat dalam lemari
tanda, campur. Pipet 6 ml larutan, masukkan ke dalam
pendingin; Endotoksin BPFI, [Catatan: Bersifat
labu tentukur 50-ml, tambahkan Pengencer A sampai
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
tanda. Larutan ini mengandung lebih kurang 0,4 mg per
untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh
ml. Saring melalui penyaring dengan porositas 0,45 m. isi, gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial
Sistem kromatografi Lakukan Kromatografi cair
yang belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatograf cair kinerja tinggi dilengkapi dengan
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
detektor 210 nm dan kolom 4,6 mm x 25 cm berisi
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
bahan pengisi L1dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir
diperoleh pada Penetapan kadar.
lebih kurang 1,5 ml per menit. Pertahankan suhu kolom
pada 50°. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 0,7 unit
resolusi, rekam kromatogram dan ukur respons puncak endotoksin FI per mg azitromisin.
seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif
puncak azaeritromisin A dan azitromisin berturut-turut Sterilitas <71> Memenuhi syarat; lakukan penetapan
adalah 0,64 dan 1,0; resolusi, R, antara puncak dengan prosedur uji menggunakan Penyaringan
azaeritromisin A dan azitromisin tidak kurang dari 2,5. membran seperti tertera pada Uji sterilitas.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
pada Prosedur: faktor ikutan tidak lebih dari 2,0;
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 2,0%.
dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
tidak lebih dari 2,0%. Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
sama (lebih kurang 50 μl) Larutan baku dan Larutan uji Azitromisin N-oksid Tidak lebih dari 1,0%. Lakukan
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
- 195 -

Dapar kalium fosfat 0,02 M dan Larutan uji Lakukan Larutan uji; dan rS adalah respons puncak azitromisin dari
seperti tertera pada Senyawa sejenis. Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran antara Dapar kalium fosfat Senyawa sejenis Masing-masing cemaran spesifik,
0,02 M-asetonitril P (76,5: 23,5). Atur pH hingga 11,0 cemaran tidak spesifik dan jumlah seluruh cemaran tidak
dengan penambahan kalium hidroksida P 5 N, saring dan melebihi batas yang tertera pada Tabel. Lakukan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
<931>. Dapar kalium fosfat 0,02 Larutkan 3,48 g Kalium
Pengencer Buat campuran Dapar kalium fosfat 0,02 fosfat dibasa P dalam air hingga 1000 ml, saring melalui
M-asetonitril P (76,5:23,5). Atur pH hingga 8,0 dengan penyaring dengan porositas 0,45 μm.
penambahan asam fosfat encer P. Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat 0,02
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah M -asetonitril P (54:46). Atur pH hingga 11,0 dengan
Azitromisin BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan
kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan, secara Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan Pengencer <931>.
hingga kadar lebih kurang 0,006 mg per ml. Pengencer Buat campuran air-asetonitril P (54:46).
Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah Blangko Gunakan Pengencer.
Azitromisin N-oksid BPFI, larutkan dalam Larutan baku Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah
hingga kadar azitromisin N-oksid dan azitromisin Desosaminilazitromisin BPFI, N-Demetil-azitromisin
berturut-turut lebih kurang 0,0015 dan 0,45 mg per ml. BPFI, Azitromisin BPFI, larutkan dan encerkan dengan
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetonitril P hingga kadar berturut-turut lebih kurang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 0,09; 0,21 dan 0,30 mg per ml.
dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik Larutan baku Encerkan Larutan baku persediaan
menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda Pengencer hingga kadar Desosaminilazitromisin BPFI, N-
pertama yang diatur pada +0,70  0,05 V dan elektroda Demetilazitromisin BPFI, Azitromisin BPFI berturut-turut
kedua yang diatur pada +0,82  0,05 V dan arus latar lebih kurang 1,8; 4,2 dan 0,6 µg per ml.
belakang dioptimasi hingga 95  25 nA; dan kolom 4,6 Larutan uji Secara terpisah rekonstitusi 3 vial, seperti
mm x 15 cm berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari semua vial
partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 5 cm yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan terkonstitusi
berisi bahan pengisi L29 dengan ukuran partikel 5 μm. dan jika perlu secara bertahap dengan Pengencer hingga
Laju alir lebih kurang 0,4 ml per menit. Pertahankan kadar azitromisin 0,6 mg per ml, berdasarkan yang
suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan kromatografi tertera pada etiket. Larutan ini harus segera disuntikkan.
terhadap Larutan resolusi, rekam kromatogram dan ukur Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
retensi relatif azitromisin N-oksid dan azitromisin dilengkapi detektor elektrokimia amperometrik
berturut-turut lebih kurang 0,38 dan 1,0. Lakukan menggunakan sepasang elektroda karbon kaca yang
kromatografi Larutan baku, rekam kromatogram dan dioperasikan dalam sistem oksidatif, dengan elektroda
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur, pertama yang diatur pada +0,70  0,05 V dan elektroda
efisiensi kolom tidak kurang dari 1000 lempeng teoritis; kedua yang diatur pada +0,82  0,05 V dan arus latar
faktor ikutan tidak kurang dari 0,9 dan tidak lebih dari belakang dioptimasi hingga 95  25 nA; dan kolom 4,6
1,5; simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang mm x 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran
tidak lebih dari 5%. partikel 5 μm, serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm.
sama (lebih kurang 25 μl) Larutan baku dan Larutan uji Laju alir lebih kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur kolom pada 40°, suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan
respons semua puncak. Hitung persentase azitromisin N- kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
oksid dalam Injeksi Azitromisin dengan rumus: puncak seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi
relatif seperti ditunjukkan pada Tabel; resolusi, R, antara
puncak desosaminilazitromisin dan N-demetilazitromisin
 P   C S   ri 
  
100  tidak lebih dari 1,5; faktor ikutan untuk puncak
 1000   CU   rs  desosaminilazitromisin, N-demetilazitromisin dan
azitromisin tidak lebih dari 1,5; efisiensi kolom tidak
P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari μg kurang dari 1500 lempeng teoritis untuk puncak
per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS adalah azitromisin; dan simpangan baku relatif untuk puncak
kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; desosaminilazitromisin, N-demetilazitromisin dan
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan azitromisin pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 5%.
uji; ri adalah respons puncak azitromisin N-oksid dari
- 196 -
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume 3’-De(dimetilamino)-3’- 0,72 1,0
sama (lebih kurang 25 μL) Larutan baku, Blangko dan oksoazitromisin
Azitromisin 1,00 -
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram
Cemaran yang tidak diketahui - 0,20
dan ukur semua respons puncak. Hitung persentase dari
Total cemaran - 3,0
Desosaminilazitromisin dalam Injeksi Azitromisin
dengan rumus:
Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada
Injeksi.
C  ri 
100 P  S  
 CU  rS  Lakukan penetapan dengan cara Kromatografi cair
kinerja tinggi seperti tertera pada Kromatografi <931>.
P adalah potensi, dalam mg per mg, Dapar kalium fosfat Larutkan lebih kurang 6,7 g
Desosaminilazitromisin BPFI; CS adalah kadar Kalium fosfat dibasa P dalam 1000 ml air. Saring
Desosaminilazitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan melalui penyaring dengan porositas 0,45μm.
baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Fase gerak Buat campuran Dapar kalium fosfat -
Larutan uji; ri dan rS berturut-turut adalah respons asetonitril P (52:48), atur pH hingga 11,0 dengan
puncak desosaminilazitromisin Larutan uji dan Larutan penambahan kalium hidroksida 10 N. Saring dan
baku. Hitung persentase dari N-demetilazitromisin awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
dalam injeksi azitromisin dengan rumus: Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (52:48).
C  ri  Larutan resolusi Timbang saksama sejumlah
100 P  S  
 CU  rS  Azaeritromisin A BPFI dan Azitromisin BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur yang sesuai. Larutkan dalam
asetonitril P hingga 52% volume labu dan encerkan
P adalah potensi N-Demetilazitromisin BPFI dalam mg dengan air hingga kadar masing-masing lebih kurang 1
per mg; CS adalah kadar N-Demetilazitromisin BPFI mg per ml.
dalam mg per ml Larutan baku; CU adalah kadar Larutan baku Timbang saksama sejumlah Azitromisin
azitromisin dalam mg per ml Larutan uji; ri dan rS BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur yang sesuai.
berturut-turut adalah respons puncak N- Larutkan dalam asetonitril P hingga 52% volume labu
demetilazitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku. danencerkan hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Hitung persentase masing-masing senyawa sejenis lain, Larutan uji Rekonstitusi 3 vial secara terpisah, seperti
termasuk cemaran yang tidak diketahui dalam injeksi yang tertera pada etiket. Campurkan isi dari semua vial
azitromisin dengan rumus: yang telah direkonstitusi. Encerkan larutan terkonstitusi
secara kuantitatif jika perlu bertahap dengan Pengencer
 P  C S   ri
 


hingga diperoleh larutan dengan kadar azitromisin lebih
100   kurang 1 mg per ml, sesuai yang tertera pada etiket.
 1000   CU   rS  Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
P/1000 adalah potensi Azitromisin BPFI dikonversikan dilengkapi dengan detektor 215 nm dan kolom 4,6 mm x
dari μg per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS 15 cm berisi bahan pengisi L67 dengan ukuran partikel 5
adalah kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan μm serta kolom pelindung 4,6 mm x 1 cm berisi bahan
baku; CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml pengisi L67 dengan ukuran partikel 5 μm. Laju alir lebih
Larutan uji; ri adalah respons puncak masing-masing kurang 1 ml per menit. Pertahankan suhu kolom pada
cemaran dari Larutan uji; dan rS adalah respons puncak
40° dan suhu “autosampler” pada 15°. Lakukan
azitromisin dari Larutan baku. Cemaran spesifik dan
kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam
yang tidak diketahui memenuhi batas yang tertera pada
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
Tabel. Abaikan setiap puncak yang setara dengan puncak
pada Prosedur: waktu retensi puncak azaeritromisin A
Blangko.
dan azitromisin berturut-turut lebih kurang 0,68 dan 1,0;
resolusi, R, antara puncak azaeritromisin A dan
Tabel
Waktu
azitromisin tidak kurang dari 2,5. Lakukan kromatografi
Batas terhadap Larutan baku dan ukur respons puncak seperti
Komponen Retensi
(%)
Relatif tertera pada Prosedur; efisiensi kolom tidak kurang dari
3’-(N,N-didemetil)azitromisin 0,25 1,0 1500 lempeng teoritis; faktor ikutan tidak kurang dari
(aminoazitromisin)+3’-(N,N-
didemetil)-3’-N-formilazitromisin
0,9 dan tidak lebih dari 1,5; simpangan baku relatif pada
Desosaminilazitromisin 0,31 0,3 penyuntikan ulang tidak lebih dari 2%.
3’-N-demetil-3’-N- 0,32 1,0 Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
formilazitromisin sama (lebih kurang 15 μl) Larutan baku dan Larutan uji
N-Demetilazitromisin 0,35 1,0 ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung persentase azitromisin,
- 197 -

C38H72N2O12, dari jumlah yang tertera pada etiket dalam Fase gerak, Larutan baku persediaan, Larutan baku,
injeksi azitromisin dengan rumus: Larutan resolusi dan Sistem kromatografi lakukan
seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.
 P  C S  rU  Pelarut Larutkan 2,2 g kalium fosfat monobasa P
100      dalam 1590 ml air, tambahkan berturut-turut 600 ml
 1000  CU  rS  isopropil alkohol P, 480 ml etanol P dan 330 ml
asetonitril P. Atur pH hingga 8,4  0,1 dengan
P/1000 adalah potensi azitromisin, dikonversikan dari μg penambahan kalium hidroksida 10 N dan kocok secara
per mg menjadi mg per mg Azitromisin BPFI; CS adalah mekanik selama 30 menit.
kadar Azitromisin BPFI dalam mg per ml Larutan baku; Larutan uji 1 (bila dikemas dalam wadah dosis
CU adalah kadar azitromisin dalam mg per ml Larutan tunggal) Masukkan isi wadah azitromisin untuk suspensi
uji; rU dan rS berturut-turut adalah respons puncak oral ke dalam labu tentukur yang sesuai (V). Tambahkan
azitromisin dari Larutan uji dan Larutan baku. sejumlah volume Pelarut hingga lebih kurang 70%
volume labu tentukur dan kocok secara mekanik selama
Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah untuk 30 menit. Encerkan dengan Pelarut sampai tanda.
padatan steril seperti tertera pada Injeksi dan simpan Larutan ini mengandung azitromisin lebih kurang 2 mg
pada suhu ruang terkendali. per ml. Masukkan 40 ml suspensi tersebut ke dalam
tabung sentrifuga bersumbat dan sentrifus selama lebih
Penandaan Memenuhi syarat seperti tertera pada kurang 20 menit. Pipet 2 ml beningan ke dalam labu
Injeksi. tentukur 50-ml, encerkan dengan Fase gerak sampai
tanda. Pipet 2 ml larutan ini ke dalam labu tentukur 50-
ml kedua, encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
AZITROMISIN UNTUK SUSPENSI ORAL Larutan uji 2 (bila dikemas dalam wadah dosis ganda)
Azithromycin for Oral Suspension Konstitusikan azitromisin untuk suspensi oral seperti
yang tertera pada etiket. Pipet 5 ml suspensi segar dan
Azitromisin untuk Suspensi Oral adalah campuran bebas gelembung udara ke dalam labu tentukur yang
kering dari Azitromisin dan satu atau lebih dapar, sesuai (Vm). Tambahkan sejumlah volume Pelarut
pemanis, pengencer, zat anti kempal dan perisa. hingga lebih kurang 70% volume labu tentukur dan
Azitromisin untuk Suspensi Oral mengandung kocok secara mekanik selama 30 menit, encerkan
azitromisin, C38H72N2O12, tidak kurang 90,0% dan tidak dengan Pelarut sampai tanda. Larutan mengandung
lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. azitromisin lebih kurang 0,4 mg per ml. Masukkan lebih
kurang 40 ml suspensi ke dalam tabung sentrifuga
Baku pembanding Azitromisin BPFI; tidak boleh bersumbat dan sentrifus selama lebih kurang 20 menit.
dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah Pipet 5 ml beningan ke dalam labu tentukur 50-ml,
tertutup rapat di lemari pembeku. encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 5 ml
larutan ini ke dalam labu tentukur 50-ml kedua,
Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang Prosedur Lakukan sesuai Prosedur seperti tertera
diperoleh pada Penetapan kadar. pada Penetapan Kadar dalam Azitromisin.Hitung jumlah
dalam mg azitromisin, C38H72N2O12, dalam kemasan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. dosis tunggal azitromisin untuk suspensi oral dengan
Untuk sediaan padat dalam wadah dosis tunggal. rumus:
 125 V  r 
Volume terpindahkan <1261>Memenuhi syarat.   CP  U 
 200   rS 
pH <1071>Antara 9,0 dan 11,0 untuk sediaan padat
yang dikemas dalam wadah dosis tunggal: lakukan rU adalah respons puncak Larutan uji 1; C, P dan rS
penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi seperti berturut-turut adalah seperti tertera pada Azitromisin.
yang tertera pada etiket; antara 8,5 dan 11,0 untuk Hitung jumlah dalam mg azitromisin, C38H72N2O12,
sediaan padat yang dikemas dalam wadah dosis ganda: dalam tiap 5 ml suspensi yang diambil dari kemasan
lakukan penetapan menggunakan suspensi terkonstitusi dosis ganda azitromisin untuk suspensi oral dengan
seperti yang tertera pada etiket. rumus:
 Vm  r 
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 1,5%.   CP  U 
 10   rS 
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada rU adalah respons puncak Larutan uji 2; C, P dan rS
Kromatografi <931>. [Catatan Gunakan air dengan berturut-turut adalah seperti tertera pada Azitromisin.
tahanan tidak kurang dari 18 Mohm-cm].
- 198 -
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. di atas tangas uap hingga kering. Keringkan residu pada
suhu 105º selama 1 jam, timbang: bobot tidak lebih dari
15 mg.
BARIUM SULFAT
Barium Sulfate Garam barium larut Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
penetapan sebagai berikut: Pada residu yang diperoleh
Barium sulfat (1:1) [7727-43-7] dari Zat larut dalam asam, tambahkan 10 ml air, saring
BaSO4 BM 233,39 melalui kertas saring yang telah dicuci dengan 100 ml
asam klorida 0,3 N, tambahkkan 0,5 ml asam sulfat 2 N:
Barium Sulfat mengandung tidak kurang dari 97,5% dan kekeruhan yang terjadi dalam waktu 30 menit tidak lebih
tidak lebih dari 100,5% BaSO4. keruh dari pembanding yang terdiri dari 10 ml air yang
mengandung 50 µg barium dan 0,5 ml asam sulfat 2 N
Pemerian Serbuk ruah halus, tidak mengandung butiran; yang diperlakukan dengan cara sama.
putih; tidak berbau; tidak berasa.
Logam berat <371> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam pelarut penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai
organik, dalam larutan asam dan dalam larutan alkali. berikut: Didihkan 4,0 g zat dalam campuran 2 ml asam
Identifikasi asetat glasial P dan 48 ml air selama 10 menit. Encerkan
A. Campur 500 mg zat dengan 2 g natrium karbonat dengan air hingga 50 ml, saring. Gunakan 25 ml filtrat.
anhidrat P dan 2 g kalium karbonat anhidrat P,
panaskan dalam krus hingga zat melebur sempurna, Penetapan kadar Timbang saksama tidak kurang dari
tambahkan air panas dan saring: filtrat yang telah 580 mg zat dan tidak lebih dari 620 mg zat di dalam krus
diasamkan dengan asam klorida P menunjukkan reaksi platina yang telah ditara, tambahkan 10 g natrium
Sulfat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji karbonat anhidrat P, campur dengan memutar krus.
Identifikasi Umum<291>. Lebur di atas api besar hingga leburan jernih, lanjutkan
B.Larutkan sebagian residu yang telah dicuci yang pemanasan selama 30 menit. Dinginkan, letakkan krus
diperoleh dari Identifikasi A dalam asam asetat 6 N: dalam gelas piala 400 ml, tambahkan 250 ml air, aduk
larutan menunjukkan reaksi Barium seperti tertera pada dengan batang pengaduk kaca, panaskan hingga leburan
Uji Identifikasi Umum<291>. melepas. Angkat krus dari gelas piala, cuci dengan air,
kumpulkan cairan cucian di dalam gelas piala. Bilas
pH <1071> Antara 3,5 dan 10,0. Lakukan penetapan bagian dalam krus dengan 2 ml asam asetat 6 N
menggunakan suspensi 10% dalam air. kemudian dengan air, kumpulkan cairan cucian di dalam
gelas piala, lanjutkan pemanasan dan pengadukan
Sulfida Tidak lebih dari 0,5 bpj; lakukan penetapan hingga leburan hancur. Dinginkan gelas piala dalam
sebagai berikut: Masukkan 10 g zat ke dalam labu tangas es hingga endapan mengendap, tuangkan
Erlenmeyer 500 ml tambahkan 100 ml asam klorida 0,3 beningan hati-hati melalui kertas saring Whatman nomor
N. Tutup mulut labu dengan kertas saring yang telah 40 atau yang setara, jaga sesedikit mungkin adanya
dibasahi dengan 0,15 ml timbal(II) asetat LP, ikat rapat endapan masuk ke dalam kertas saring. Cuci endapan
kertas saring sepanjang leher labu. Didihkan campuran dua kali dengan cara enaptuang sebagai berikut: Cuci
perlahan-lahan selama 10 menit, jaga agar larutan tidak bagian dalam gelas piala dengan lebih kurang 10 ml
memercik pada kertas: warna gelap yang terjadi pada larutan natrium karbonat P (1 dalam 50) dingin sambil
kertas tidak lebih gelap dari warna yang ditimbulkan digoyang, biarkan endapan mengendap, tuang beningan
oleh pembanding yang diperlakukan dengan cara yang melalui kertas saring yang sama, dengan sesedikit
sama terdiri dari 100 ml asam klorida 0,3 N mungkin adanya endapan masuk ke dalam kertas saring.
Letakkan gelas piala berisi endapan barium karbonat di
mengandung 0,5 g sulfida (S).
bawah corong, cuci kertas saring lima kali, tiap kali
dengan 1 ml asam klorida 3 N, kemudian cuci dengan
Zat larut dalam asam Tidak lebih dari 0,3%; lakukan
air. [Catatan Larutan mungkin agak berkabut].
penetapan sebagai berikut: Dinginkan campuran yang
Tambahkan 100 ml air; 5,0 ml asam klorida P; 10,0 ml
diperoleh dari pengujian Sulfida, tambahkan air sampai
larutan amonium asetat P (2 dalam 5); 25 ml larutan
lebih kurang volume semula. Saring melalui kertas
kalium bikromat P (1 dalam 10) dan 10,0 g urea P.
saring yang telah dicuci dengan campuran 10 ml asam
Tutup gelas piala dengan kaca arloji, digesti pada suhu
klorida 3 N dan 90 ml air, jika perlu masukkan kembali
filtrat pertama untuk memperoleh filtrat jernih. Uapkan 80- 85 selama tidak kurang dari 16 jam. Saring selagi
50 ml filtrat di atas tangas uap hingga kering, tambahkan panas melalui krus penyaring kaca masir berpori halus
2 tetes asam klorida P dan 10 ml air panas. Saring yang telah ditara dan pindahkan semua endapan dengan
melalui kertas saring yang telah dicuci dengan asam, pertolongan pengaduk berujung karet. Cuci endapan
yang disiapkan dengan cara seperti di atas, cuci dengan larutan kalium bikromat P (1 dalam 200) dan
penyaring dengan 10 ml air panas. Uapkan kumpulan akhirnya dengan lebih kurang 20 ml air. Keringkan pada
filtrat dan cairan cucian dalam cawan yang telah ditara suhu 105 selama 2 jam, dinginkan, timbang: bobot
- 199 -

barium kromat yang diperoleh dikalikan dengan 0,9213 Catatan 2 Jika sampel mengandung silikat, lakukan
menunjukkan bobot BaSO4. penetapan tanpa penambahan asam fluorida P dan asam
sulfat P.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. Pada residu dalam krus platina, baik yang diperlakukan
dengan asam sulfat P dan asam fluorida P atau tidak,
tambahkan 10 g natrium karbonat anhidrat P, lebur di
BARIUM SULFAT UNTUK SUSPENSI atas suhu tinggi hingga diperoleh leburan jernih,
Barium Sulfate for Suspension lanjutkan pemanasan selama 30 menit. Lanjutkan
penetapan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
Barium Sulfat untuk Suspensi adalah campuran kering Barium Sulfat, mulai dari ”Dinginkan, letakkan krus
dari Barium Sulfat dengan satu atau lebih bahan dalam gelas piala 400 ml”.
pendispersi yang sesuai dan atau lebih bahan pendispersi
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
yang sesuai dan atau bahan pensuspensi, mengandung
tidak kurang dari 90,0% BaSO4. Dapat mengandung satu
atau lebih bahan pewarna, penyedap, pengencer dan
pengawet yang sesuai. BASITRASIN
Bacitracin
Identifikasi Pijarkan 1 g zat hingga bobot tetap, sisa
pemijaran memenuhi Identifikasi A dan B seperti tertera
pada Barium Sulfat.

pH <1071> Antara 4,0 dan 10,0; lakukan penetapan


menggunakan suspensi 60% b/b dalam air.

Susut pengeringan<1121> Tidak lebih dari 1,0%;


lakukan pengeringan ada suhu 105 selama 4 jam.

Logam berat <371>Metode V Tidak lebih dari 10 bpj;


lakukan penetapan sebagai berikut: Didihkan 2,0 g
dengan campuran 1 ml asam asetat glasial P dan 24 ml Basitrasin [1405-87-4]
air selama 10 menit. Saring selagi panas melalui
penyaringan membran dengan porositas 0,45 m, cuci Basitrasin adalah campuran polipeptida yang dihasilkan
dengan sedikit air panas, kumpulkan filtrat dan cairan dari pertumbuhan organisme kelompok Licheniformis
cucian, tambahkan setengah dari campuran 8 ml asam dari Bacillus subtilis (Familia Bacillaceae). Komponen
sulfat P dan 10 ml asam nitrat P. Hangatkan hati-hati, utama terdiri dari basitrasin A, basitrasin B1, basitrasin
lanjutkan penetapan seperti tertera pada Larutan uji. B2 dan basitrasin B3. Potensi tidak kurang dari 65 unit
Bila zat berupa padatan mulai dari ”tambahkan sejumlah per mg, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
sama campuran asam”.
Pemerian Serbuk putih hingga kekuningan; tidak berbau
Syarat lain Memenuhi syarat uji Sulfida dan Arsen atau berbau lemah; higroskopis; larutan terurai dengan
seperti tertera pada Barium Sulfat. cepat pada suhu ruang; mengendap dan tidak aktif oleh
garam dari beberapa logam berat.
Penetapan kadar Timbang saksama sejumlah suspensi Kelarutan Mudah larut dalam air; larut dalam etanol,
setara dengan lebih kurang 600 mg BaSO4 dalam krus larut dalam metanol dan larut dalam asam asetat glasial;
platina yang telah ditara, panaskan dengan nyala api larutan dalam pelarut organik biasanya menunjukkan
kecil hingga mengarang sempurna. Dinginkan, sisa yang tidak larut; tidak larut dalam aseton, tidak larut
tambahkan hati-hati 0,5 ml asam nitrat P dan 0,5 ml dalam kloroform dan tidak larut dalam eter.
asam sulfat P. Lanjutkan pemanasan dengan nyala api
kecil hingga sisa berwarna abu-abu, kemudian pijarkan Baku pembanding Basitrasin zink BPFI; lakukan
dengan suhu tinggi, biarkan dingin hingga suhu ruang. pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg,
Catatan 1 Jika sampel mengandung silikat seperti
pada suhu 60 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
bentonit, lanjutkan penetapan sebagai berikut: dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
Tambahkan10 ml air dan 1 ml asam sulfat P pada sisa di
tempat yang sejuk.Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
dalam krus, campur, tambahkan 10 ml asam fluorida P.
pirogenik, penanganan vial dan isinya harus hati-hati
Panaskan hati-hati di atas nyala api kecil hingga timbul untuk menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
asap belerang trioksida. Tambahkan lagi 5 ml asam gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
fluorida P, panaskan dengan nyala api kecil hingga belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
timbul asap tebal, kemudian lanjutkan pemanasan
hingga asam sulfat menguap sempurna, biarkan dingin.
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
- 200 -
Fase gerak Buat campuran metanol P-isopropil Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
alkohol P-metilen klorida P-amonium klorida P-air sejumlah Basitrasin Zink BPFI, larutkan dalam Larutan
(4:2:2:2:1,5). dinatrium edetat hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
Larutan baku Timbang sejumlah Basitrasin zink Panaskan di atas tangas air mendidih selama 30 menit.
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asam klorida 0,1 N Diamkan hingga suhu ruang.
hingga kadar lebih kurang 500 unit basitrasin per ml. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan dalam Fase gerak hingga kadar lebih kurang 2 mg per
encerkan dengan asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih ml.
kurang 500 unit basitrasin per ml. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
l Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng dilengkapi dengan detektor panjang gelombang
kromatografi Campuran silika gel P 0,25 mm. Masukkan bervariasi dan kolom “end-capped” 4,6 mm x 25 cm
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak berisi bahan pengisi L1 dengan ukuran partikel 5 µm.
dan biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi Laju alir lebih kurang 1,0 ml per menit. Atur panjang
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat, gelombang detektor pada 300 nm. Suntikkan sejumlah
keringkan pada suhu 105º selama lebih kurang 10 menit volume (lebih kurang 100 µl) Larutan identifikasi
dan semprot lempeng dengan larutan ninhidrin P 0,2% puncak, untuk identifikasi letak puncak basitrasin F yang
dalam butil alkohol P. Panaskan lempeng pada suhu merupakan cemaran. Gunakan waktu retensi relatif yang
lebih kurang 105 selama lebih kurang 5 menit: harga Rf tertera pada Tabel. Ubah panjang gelombang pada 254
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai nm. Lakukan kromatografi terhadap Larutan kesesuaian
dengan Larutan baku. sistem, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
seperti tertera pada Prosedur: lakukan identifikasi
pH <1071> Antara 5,5 dan 7,5; lakukan penetapan puncak komponen aktif basitrasin (basitrasin A,
menggunakan larutan yang mengandung 10.000 unit per basitrasin B1, basitrasin B2 dan basitrasin B3), puncak
ml. senyawa peptida yang tereluasi awal dan basitrasin F,
menggunakan waktu retensi relatif pada Tabel. Hitung
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; perbandingan puncak terhadap lembah dengan rumus:
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg, pada suhu 60  HP 
 
selama 3 jam, menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
 HL 
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,5%. HP adalah tinggi dari garis dasar ke puncak basitrasin
B1dan HL adalah tinggi dari garis dasar ke titik terendah
Komposisi Basitrasin A, basitrasin aktif (basitrasin A, dari kromatogram yang memisahkan puncak basitrasin
B1, B2, B3), senyawa peptida yang tereluasi sebelum B1 dan basitrasin B2. Perbandingan puncak terhadap
basitrasin B1 dan untuk basitrasin F berturut-turut tidak lembah tidak kurang dari 1,2.
lebih dari 40,0%; 70,0%; 20,0% dan 6,0%; lakukan Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi sama (lebih kurang 100 µl) Fase gerak, Larutan uji dan
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Larutan ambang pelaporan ke dalam kromatograf,
Larutan kalium fosfat monobasa Timbang lebih lakukan kromatografi selama lebih kurang tiga kali
kurang 27,2 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan waktu retensi basitrasin A, rekam kromatogram dan ukur
encerkan dengan air hingga 1000 ml. respons semua puncak dari Larutan uji. Lakukan
Dapar Larutkan lebih kurang 34,8 g kalium fosfat identifikasi puncak berdasarkan waktu retensi relatif
dibasa P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 6,0 dengan seperti pada Tabel. [Catatan Abaikan respons puncak
penambahan Larutan kalium fosfat monobasa. pada Larutan uji yang lebih kecil dari respons puncak
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-Dapar- basitrasin A dari Larutan ambang pelaporan; dan
asetonitril P (26:15:5:2), saring dan awaudarakan. Jika abaikan puncak yang terdapat pada Fase gerak].
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Kromatografi <931>. Tabel
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah Nama Komponen
Waktu Retensi Relatif
Basitrasin Zink BPFI, larutkan dalam air, tambahkan (perkiraan)
asam klorida encer LP lebih kurang 2% dari volume Basitrasin C1 0,5
akhir dan encerkan dengan air hingga kadar lebih kurang Basitrasin C2 0,6
2 mg per ml. Basitrasin C3 0,6
Basitrasin B1 0,7
Larutan ambang pelaporan Encerkan secara Basitrasin B2 0,7
kuantitatif Larutan kesesuaian sistem dengan Fase gerak Basitrasin B3 0,8
hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml. Basitrasin A 1,0
Larutan dinatrium edetat Buat larutan dinatrium Basitrasin F 2,4
edetat P dengan kadar 40 mg per ml. Atur pH hingga 7,0
dengan penambahan larutan natrium hidroksida P encer.
- 201 -

Hitung persentase basitrasin A dengan rumus: mengandung tidak kurang dari 4,0% dan tidak lebih dari
6,0% Zn, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
 rA 
 100 Pemerian Serbuk putih hingga cokelat muda; tidak
 rT  berbau atau berbau lemah; higroskopis.

rT adalah jumlah semua respons puncak dari Larutan uji; Kelarutan Agak sukar larut dalam air.
rA adalah respons puncak basitrasin A. Baku pembanding Basitrasin Zink BPFI; lakukan
Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, pengeringan pada tekanan tidak lebih dari 5 mmHg,
basitrasin B1, basitrasin B2 dan basitrasin B3) dengan pada suhu 60 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
rumus: dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, pada
tempat yang sejuk.
 rA  rB 1  rB 2  rB 3 
 100 Identifikasi
 rT  A. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
rA, rB1, rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak Fase gerak Buat campuran metanol P-isopropil
basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji. alkohol P-metilen klorida P-amonium hidroksida P-air
Hitung persentase semua puncak yang tereluasi sebelum (4:2:2:2:1,5).
puncak basitrasin B1 dengan rumus: Larutan baku Timbang sejumlah Basitrasin zink
BPFI, larutkan dan encerkan dengan asam klorida 0,1 N
 r preB 1  hingga kadar lebih kurang 500 unit basitrasin FI per ml.
 100 Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan
 rT  encerkan dengan asam klorida 0,1 N hingga kadar lebih
kurang 500 unit basitrasin FI per ml.
rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang tereluasi Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10
sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan uji. Hitung
l Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
persentase basitrasin F dengan rumus: kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan
lempeng ke dalam bejana kromatografi berisi Fase gerak
 rF  dan biarkan merambat hingga tiga per empat tinggi
 100
lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat dan
 rA 
keringkan pada suhu 105º selama lebih kurang 10
menit,semprot lempeng dengan larutan ninhidrin P 0,2%
rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak basitrasin dalam butil alkohol P. Panaskan lempeng pada suhu
F dan basitrasin A dari Larutan uji.
lebih kurang 105 selama lebih kurang 5 menit: harga Rf
bercak utama yang diperoleh dari Larutan uji sesuai
Penetapan potensi lakukan penetapan seperti tertera
dengan Larutan baku.
pada penetapan seperti tertera pada Penetapan Potensi
B. Memenuhi syarat uji Komposisi.
Antibiotik secara Mikrobiologi <131>.
pH <1071> Antara 6,0 dan 7,5; lakukan penetapan
Syarat lain Jika pada etiket tertera basitrasin steril,
menggunakan larutan jenuh yang mengandung lebih
memenuhi syarat Uji Sterilitas <71> dan Endotoksin
kurang 100 mg per ml.
bakteri <201> seperti tertera pada Basitrasin untuk
Injeksi. Jika pada etiket tertera basitrasin harus diproses
Susut pengeringan <1112> Tidak lebih dari 5,0%;
lebih lanjut untuk pembuatan sediaan injeksi, memenuhi
lakukan pengeringan dalam botol bersumbat kapiler
syarat Endotoksin bakteri <201> seperti tertera pada
Basitrasin untuk Injeksi. dalam hampa udara pada suhu 60 selama 3 jam,
menggunakan lebih kurang 100 mg zat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Sterilitas <71> Memenuhi syarat. Lakukan penetapan
dan di tempat sejuk.
dengan Penyaringan membran seperti tertera pada Uji
Sterilitas dari produk yang diuji, kecuali menggunakan
Cairan A untuk tiap liter ditambahkan 20 g dinatrium
BASITRASIN ZINK edetat P; jika pada etiket dinyatakan steril.
Bacitracin Zinc
Komposisi Basitrasin A, basitrasin aktif (basitrasin A,
Kompleks basitrasinzink [1405-89-6] B1, B2, B3), senyawa peptida yang tereluasi sebelum
basitrasin B1 dan untuk basitrasin F berturut-turut tidak
Basitrasin Zink adalah kompleks basitrasin zink, dengan lebih dari 40,0%; 70,0%; 20,0% dan 6,0%; lakukan
komponen utama terdiri dari basitrasin A, B1, B2 dan
B3. Potensi tidak kurang dari 65 unit basitrasin per mg,
- 202 -
penetapan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi basitrasin A. Rekam kromatogram dan ukur respons
seperti tertera pada Kromatografi <931>. semua puncak Larutan uji. Lakukan identifikasi puncak
Larutan kalium fosfat monobasa Timbang lebih berdasarkan waktu retensi relatif seperti pada Tabel.
kurang 27,2 g kalium fosfat monobasa P, larutkan dan [Catatan Abaikan respons puncak pada Larutan uji
encerkan dengan air hingga 1000 ml. yang lebih kecil dari respons puncak basitrasin A dari
Dapar Larutkan lebih kurang 34,8 g kalium fosfat Larutan ambang; dan abaikan puncak yang terdapat
dibasa P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga 6,0 dengan pada Fase gerak].
penambahan larutan kalium fosfat monobasa P 27,2 g Hitung persentase basitrasin A dengan rumus:
per liter.
Fase gerak Buat campuran metanol P-air-Dapar-  rA 
asetonitril P (26:15:5:2), campur dan awaudarakan.  100
Pengencer Larutkan 40 g natrium edetat P dalam  rT 
1000 ml air. Atur pH hingga 7,0 dengan penambahan
larutan natrium hidroksida P encer. rA adalah respons puncak basitrasin A; rT adalah jumlah
Larutan kesesuaian sistem Timbang sejumlah semua respons puncak dari Larutan uji.
Basitrasin zink BPFI, larutkan dan encerkan dengan Hitung persentase basitrasin aktif (basitrasin A, B1, B2
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml. dan B3) dengan rumus:
Larutan ambang pelaporan Encerkan secara
kuantitatif sejumlah Larutan kesesuaian sistem dengan  rA  rB1  rB 2  rB 3 
air hingga kadar lebih kurang 0,01 mg per ml.
 100
 rT 
Larutan identifikasi puncak Timbang saksama
sejumlah Basitrasin zink BPFI, larutkan dalam
rA,rB1,rB2 dan rB3 berturut-turut adalah respons puncak
Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
basitrasin A, B1, B2 dan B3 dari Larutan uji.
Panaskan diatas tangas uap yang mendidih selama 30
Hitung persentase semua puncak yang tereluasi sebelum
menit. Diamkan hingga suhu ruang.
puncak basitrasin B1 dengan rumus:
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
dalam Pengencer hingga kadar lebih kurang 2 mg per
ml.  r preB 1 
 100
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada  rT 
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor panjang gelombang rpreB1 adalah jumlah semua respons puncak yang tereluasi
bervariasi dan kolom “end-capped”4,6 mm x 25 cm sebelum puncak basitrasin B1 dari Larutan uji.
berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,0 ml per Hitung persentase basitrasin F dengan rumus:
menit. Atur panjang gelombang detektor pada 300 nm.
Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 100 µl)
 rF 
Larutan identifikasi puncak, untuk identifikasi letak  100
puncak basitrasin F yang merupakan cemaran. Gunakan  rA 
waktu retensi relatif yang tertera pada Tabel. Atur
panjang gelombang pada 254 nm. Lakukan kromatografi rF dan rA berturut-turut adalah respons puncak basitrasin
terhadap Larutan kesesuaian sistem, ukur respons F dan A dari Larutan uji.
puncak seperti tertera pada Prosedur: lakukan
identifikasi puncak komponen aktif basitrasin (basitrasin Tabel
A, B1, B2 dan B3); puncak senyawa peptida yang Nama Komponen Waktu Retensi Relatif
tereluasi awal dan cemaran basitrasin F menggunakan Basitrasin C1 0,5
waktu retensi relatif yang tertera pada Tabel. Hitung Basitrasin C2 0,6
perbandingan puncak terhadap lembah dengan rumus: Basitrasin C3 0,6
Basitrasin B1 0,7
Basitrasin B2 0,7
 HP 
  Basitrasin B3 0,8
 HL  Basitrasin A 1,0
Basitrasin F 2,4
HP adalah tinggi dari garis dasar ke puncak basitrasin B1
dan HL adalah tinggi dari garis dasar ke titik terendah Kandungan zink [Catatan Larutan baku dan Larutan
dari kromatogram yang merupakan titik awal puncak uji diencerkan secara kuantitatif dengan asam klorida
basitrasin B2. Perbandingan puncak terhadap lembah 0,001 N, jika perlu buat kadar larutan hingga diperoleh
tidak kurang dari 1,2. kurva linier. Lakukan penetapan secara Spektrofotometri
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume dan Hamburan Cahaya <1191> sesuai dengan batas
sama (lebih kurang 100 µl) Pengencer, Larutan uji dan kerja alat.]
Larutan ambang pelaporan ke dalam kromatograf, Larutan baku Timbang saksama 3,11 g zink oksida
lakukan kromatografi selama tiga kali waktu retensi masukkan ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan 80
ml asam klorida 1 N, hangatkan hingga larut, dinginkan,
- 203 -

encerkan dengan air sampai tanda. Larutan ini Beklometason Dipropionat berbentuk anhidrat atau
mengandung 10 mg zink per ml. Buat satu seri mengandung satu molekul air. Mengandung tidak kurang
pengeceran Larutan baku dalam asam klorida 0,001 N dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,C28H37ClO7,
hingga kadar 0,5; 1,5 dan 2,5 g zink per ml. dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 200 mg
zat uji, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, Pemerian Serbuk; putih sampai putih krem; tidak
larutkan dalam asam klorida 0,01 N dan encerkan berbau.
dengan pelarut yang sama sampai tanda. Pipet 2 ml
larutan ke dalam labu tentukur 200-ml dan encerkan Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; sangat mudah
dengan asam klorida 0,001 N sampai tanda. larut dalam kloroform; mudah larut dalam aseton dan
Prosedur Ukur serapan Larutan baku dan Larutan uji mudah larut dalam etanol.
pada panjang gelombang 213,8 nm, menggunakan
spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi lampu Baku pembanding Beklometason Dipropionat BPFI;
tabung katode dan nyala udara asetilen P, gunakan asam lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 3 jam
klorida 0,001 N sebagai blangko. Buat kurva serapan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
larutan baku terhadap kadar zink dalam g per ml, tarik Testosteron Propionat BPFI; lakukan pengeringan dalam
garis lurus yang paling baik melalui ketiga titik larutan hampa udara di atas silika gel P selama 4 jam sebelum
baku tersebut. Dari kurva yang diperoleh tentukan kadar digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat,
zink dalam Larutan uji. Hitung jumlah zink dalam terlindung cahaya.
persen, dengan rumus:
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
C 
1000   menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
W  gelombang yang sama seperti pada Beklometason
Dipropionat BPFI.
C adalah kadar zink dalam g per ml Larutan uji; W Rotasi jenis <1081> Antara +88 dan +94, dihitung
adalah bobot zat uji dalam mg. terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan
menggunakan larutan dalam dioksan P yang
Penetapan potensi Lakukan penetapan seperti tertera mengandung 10 mg per ml.
pada Penetapan Potensi Antibiotik secara Mikrobiologi
<131>. Susut pengeringan <1121> Bentuk anhidrat, tidak lebih
dari 0,5%. Bentuk monohidrat, antara 2,8% dan 3,8%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam.
dan di tempat sejuk.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
Penandaan Cantumkan keterangan yang menunjukkan
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
hanya digunakan untuk obat nonparenteral. Jika dikemas
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
untuk pemakaian resep, tidak steril dan potensi tidak
Kromatografi <931>.
dijamin lebih dari 60 hari setelah dibuka, cantumkan
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (3:2),
jumlah basitrasin dalam unit per mg. Jika digunakan
saring dan awaudarakan.
untuk sediaan steril, pada etiket dinyatakan steril atau
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
memerlukan proses lebih lanjut untuk penggunaan
Testosteron Propionat BPFI, larutkan dan encerkan
sediaan steril.
dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 1,2 mg per
ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
BEKLOMETASON DIPROPIONAT Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dan encerkan
Beclomethasone Dipropionate denganmetanol P hingga kadar lebih kurang 1,4 mg per
O
ml. Masukkan 4,0 ml larutan ini ke dalam vial yang
H3C O
sesuai dan tambahkan 4,0 ml Larutan baku internal
HO
H CH3
O
O
hingga kadar beklometason dipropionat 0,7 mg per ml
H
CH3
dan kadar testosteron propionat 0,6 mg per ml.
CH3 H
CH3 O Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 70 mg zat,
Cl H
H2O masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan dan
O
encerkan dengan metanol P sampai tanda. Masukkan 4,0
ml larutan ini ke dalam vial yang sesuai dan tambahkan
9-Kloro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4- 4,0 ml Larutan baku internal.
diena-3,20-dion 17,21-dipropionat [5534-09-8] Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
C28H37ClO7 BM 521,04 Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
C28H37ClO7.H2O BM 539,07 dilengkapi dengan detektor 254 nm, kolom 4 mm x 30
- 204 -
cm berisi bahan pengisi L1 dan pompa yang dapat labu tentukur 10-ml, larutkan dengan larutan asam sulfat
dijalankan pada tekanan kolom hingga 3500 psi. P (1 dalam 350) dan encerkan dengan asam yang sama
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam sampai tanda (Larutan A). Timbang saksama lebih
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera kurang 20 mg Atropin Sulfat BPFI, masukkan ke dalam
pada Prosedur: atur jumlah contoh yang disuntikkan dan labu tentukur 50-ml, larutkan dengan lebih kurang 25 ml
parameter lainnya hingga puncak baku internal yang larutan asam sulfat P (1 dalam 350), tambahkan 2,0 ml
diperoleh lebih kurang 0,6 - 0,9 dari skala penuh. Waktu Larutan A, campur. Tambahkan larutan asam sulfat P (1
retensi beklometason dipropionat lebih kurang 6 menit dalam 350) sampai tanda. Larutan ini dibuat segar.
dan testosteron propionat lebih kurang 10 menit; Blangko ekstraksi Masukkan lebih kurang 10 ml
simpangan baku relatif pada lima kali penyuntikan ulang larutan asam sulfat P (1 dalam 350) ke dalam corong
tidak lebih dari 3,0%. pisah 60 ml. Lanjutkan menurut cara tertera pada
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji dimulai dengan ”Kemudian tambahkan 15
sama (antara 5 dan 25l) Larutan uji dan Larutan baku ml kloroform P”. Pada kromatogram blangko tidak ada
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur gangguan atropin, skopolamin atau homatropin.
respons puncak. Hitung jumlah dalam mg beklometason Larutan uji Timbang saksama sejumlah lebih kurang
dipropionat, C28H37ClO7, dalam zat yang digunakan 500 mg zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml
dengan rumus: dan tambahkan 40 ml larutan asam sulfat P (1 dalam
350). Panaskan pada suhu tidak lebih dari 45o dan aduk
R  untuk mempercepat kelarutan. Saring melalui kertas
100 C  U 
R  saring ke dalam labu tentukur 100-ml. Cuci labu dan
 S  kertas saring dua kali, tiap kali dengan 20 ml larutan
C adalah kadar Beklometason Dipropionat BPFI dalam asam sulfat P (1 dalam 350) hangat dan kumpulkan cairan
mg per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah cucian dalam labu tentukur 100-ml. Tambahkan larutan
perbandingan respons puncak beklometason dipropionat asam sulfat P (1 dalam 350) sampai tanda. Pipet 10 ml
terhadap testosteron propionat dari Larutan uji dan larutan ini ke dalam corong pisah 60 ml, tambahkan 1,0
Larutan baku. ml Larutan baku internal, kemudian tambahkan 15 ml
kloroform P, kocok kuat-kuat, biarkan memisah, buang
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. lapisan kloroform. (Jika terbentuk emulsi, kloroform P
diganti dengan campuran kloroform P-isopropanol P
(10:3) pada seluruh prosedur ekstraksi). Tambahkan 15 ml
EKSTRAK BELADONA kloroform P, ekstraksi lagi dan buang lapisan kloroform.
Belladonna Extract Tambahkan 15 ml Dapar fosfat pH 9,5 dan natrium
hidroksida 1 N secukupnya hingga pH antara 9,0 dan 9,5.
Ekstrak Beladona mengandung tidak kurang dari 1,15 g Tambahkan 15 ml kloroform P, kocok kuat-kuat dan
dan tidak lebih dari 1,35 g alkaloid Herba Beladona biarkan lapisan memisah. Saring fase organik melalui 10 g
dalam setiap 100 g ekstrak. natrium sulfat anhidrat P (lihat Kesesuaian untuk
Penetapan kadar alkaloid seperti tertera pada natrium
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI. [Perhatian sulfat anhidrat P), yang sebelumnya telah dicuci dengan
Hindari kontak.] Lakukan pengeringan pada suhu 120o kloroform P dan ditempatkan pada corong berisi wol kaca
selama 4 jam sebelum digunakan. Homatropin ke dalam wadah yang sesuai. Ekstraksi dua kali, tiap kali
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu dengan 15 ml kloroform P, kumpulkan fase organik, cuci
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin natrium sulfat dan ujung corong dengan 5 ml kloroform P.
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu Uapkan kumpulan fase organik pada tekanan rendah, pada
105° selama 3 jam sebelum digunakan. suhu dibawah 45, tambahkan 1 ml kloroform P dan
campur hingga melarutkan alkaloid dan hati-hati saat
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara membasahi bagian dalam dinding wadah.
Kromatografi gas seperti tertera pada Kromatografi Kurva baku Buat tiga Larutan baku kurva dengan cara
<931>. sebagai berikut: Pipet ke dalam tiga corong pisah 60 ml
Dapar fosfat pH 9,5 Larutkan 34,8 g kalium fosfat yang berbeda masing-masing 1,0; 2,0 dan 3,0 ml
dibasa P dalam 900 ml air dan atur pH hingga 9,5 secara Larutan baku dan tambahkan masing-masing 9,0; 8,0
elektrometrik dengan penambahan asam klorida 3 N atau dan 7,0 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350).
natrium hidroksida 3 N. Lanjutkan menurut cara tertera pada Larutan uji, dimulai
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah dengan “tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal”.
lebih kurang 40 mg Homatropin Hidrobromida BPFI, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, larutkan Kromatografi <931>. Kromatograf gas dilengkapi
dengan lebih kurang 25 ml larutan asam sulfat P (1 detektor ionisasi nyala dan kolom kaca 4 mm x 1,2 m
dalam 350) dan encerkan dengan asam yang sama berisi bahan pengisi 3% fase diam G3 pada partikel
sampai tanda. Larutan ini dibuat segar. penyangga S1AB. Kondisikan kolom dengan cara seperti
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 10 mg tertera pada Kromatografi gas dalam Kromatografi
Skopolamin Hidrobromida BPFI, masukkan ke dalam <931>. Pertahankan suhu injektor, detektor dan kolom
- 205 -

masing-masing pada lebih kurang 240, 240 dan 215. Identifikasi Maserasi sejumlah serbuk tablet setara
Gunakan helium P kering sebagai gas pembawa dengan dengan lebih kurang 5 mg alkaloid ekstrak Beladona,
laju alir lebih kurang 65 ml per menit. dengan 20 ml air dan masukkan kedalam corong pisah.
Kesesuaian sistem Suntikkan 6 - 10 kali larutan ke Basakan larutan dengan amonium hidroksida 6 N dan
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur luas ekstrasi dengan 50 ml kloroform P. Saring lapisan
puncak seperti tertera pada Prosedur. Sistem analitik kloroform dan bagi dua sama banyak filtrat yang
dinyatakan sesuai untuk Penetapan kadar jika diperoleh, uapkan filtrat hingga kering.Lakukan
simpangan baku relatif untuk perbandingan, RA, dihitung pengujian sebagai berikut:
dengan rumus: A. Pada sebagian residu kering, tambahkan 2 tetes
asam nitrat P, uapkan di atas tangas air hingga kering
 Simpangan baku  dan tambahkan beberapa tetes kalium hidroksida-etanol
100 
 perbandingan rata  rata  LP: terjadi warna lembayung.
B. Pada sebagain residu yang lain, larutan dalam 1 ml
tidak lebih dari 2,0%; resolusi, R antara aH dan aA tidak
larutan asam klorida P (1 dalam 120) dan tambahkan
kurang dari 3 dan faktor ikutan diukur pada 5% tinggi
emas(III) klorida LP tetes demi tetes sambil dikocok,
puncak aA : tidak lebih dari 2,0.
hingga terbentuk endapan. Panaskan perlahan-lahan
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang 5
hingga endapan larut, biarkan dingin: terbentuk endapan
µl) Larutan baku kurva. Ukur luas puncak aA, aH dan aS
tidak mengkilat.
dari atropin (A), homatropin (H) dan skopolamin (S)
secara berurutan, pada masing-masing kromatogram;
dan hitung AA dan AS dengan rumus : Waktu hancur <1251>Tidak lebih dari 30 menit.

 aA    Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.


  dan  a S 
a  a 
 H   H 
Penetapan kadar
Gambar kurva baku dari harga RA dan RS terhadap Larutan baku internal,larutan baku, Blangko
jumlah dalam mg atropin dan skopolamin dalam larutan. ekstraksi, kurva baku, Sistem kromatografi dan
(Perbandingan bobot molekul atropin dengan atropin Kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
sulfat anhidrat adalah 0,8551 dan perbandingan bobot Penetapan Kadar dalam Ekstrak Beladona.
molekul skopolamin dan skopolamin hidrobromida Larutan Uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
anhidrat adalah 0,7894). Suntikkan sejumlah volume 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram setara dengan lebih kurang 600 µg atropin dan 600 µg
dan ukur luas puncak dan hitung perbandingan luas skopolamin, masukkan kedalam corong pisah 60 ml,
seperti pada Larutan baku kurva. Hitung dari Kurva tambahkan 10,0 ml larutan asam sulfat P (1 dalam 350)
baku jumlah dalam mg atropin dan skopolamin dalam dan sonikasi hingga larut sebanyak mungkin. Lanjutkan
volume yang digunakan. Jumlahkan atropin dan menurut Larutan uji seperti tertera pada Penetapan
skopolamin, dalam mg dan kalikan dengan angka 10, kadar dalam Herba Beladona, dimulai dengan
akan diperoleh bobot alkaloid dalam mg, dalam ekstrak ”tambahkan 1,0 ml Larutan internal”.
yang digunakan. Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
seperti tertera pada Penetapan kadar dalam Ekstrak
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Beladona. Hitung jumlah dalam mg atropin dan
pada suhu tidak lebih dari 30°. skopolamin dalam serbuk tablet yang digunakan dengan
menggunakan Kurva baku.

TABLET EKSTRAK BELADONA Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
Belladonna Extract Tablet tidak tembus cahaya.
Tablet Ekstrak Beladona mengandung tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 110,0% alkaloid Herba
Beladona dari jumlah yang tertera pada etiket.
HERBA BELADONA
Belladonna Herbs
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; simpan dalam
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. [Perhatian Herba Beladona adalah daun dan pucuk berbunga atau
Hindari kontak]. Lakukan pengeringan pada suhu 100 pucuk berbuah yang dikeringkan dari tanaman Atropa
hingga bobot tetap; sebelum digunakan. Homatropin belladonna Linne’, atau varietas Acuminata Royle ex
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu Linddley (Famila Solanaceae). Mengandung tidak kurang
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin dari 0,35% alkaloid.
Hidrobromida BPFI; simpan dalam wadah tertutup rapat
Pemerian Jika dibasahi, sedikit berbau seperti
terlindung cahaya; lakukan pengeringan pada suhu 105
tembakau; rasa pahit dan pedas.
selama 3 jam sebelum digunakan .
- 206 -
Baku pembanding Atropin Sulfat BPFI; simpan dalam terdapat 3 alur dan deretan noktah berseling dengan
wadah tertutup rapat dan terlindung cahaya. [Perhatian rusuk. Buah: epikarpium, sel epidermis poligonal.
Hindari kontak.] Lakukan pengeringan pada suhu 100 Dengan kutikula bergaris dan stomata; mesokarpium
hingga bobot tetap, sebelum digunakan. Homatropin mengandung sel besar berisi kumpulan hablur kalsium
Hidrobromida BPFI; lakukan pengeringan pada suhu oksalat berbentuk roset. Biji: khas dengan epidermis
105 selama 2 jam sebelum digunakan. Skopolamin besar, dinding sel berombak, menonjol pada dinding
Hidrobromida BPFI; simpan dalam wadah tertutup antiklinal.
rapat, terlindung cahaya. Lakukan pengeringan pada
suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Abu tidak larut dalam asam Tidak lebih dari 3,0%;
lakukan penetapan seperti tertera pada Pengambilan
Makroskopis Daun: Campuran potongan atau gumpalan Contoh dan Metode Analisis Simplisia <671>.
daun, ranting kecil, bunga dan buah. Daun tipis dan
rapuh, warna hijau muda hingga hijaupudar. Helai daun Batang Batang dengan diameter lebih besar dari 10 mm:
umumnya mempunyai panjang 5 - 25 cm dan lebar 4 - tidak lebih dari 3,0%.
12 cm, berbentuk bulat telur sampai bulat telur melebar,
ujung meruncing, bagian tepi rata dan permukaannya Penetapan kadar
sedikit berambut yang semakin lebat sepanjang urat Larutan baku internal, Larutan baku, Blangko
daun; pada bekas patahan melintang terdapat bintik- ekstraksi, Kurva baku, Sistem kromatografi dan
bintik berwarna terang (sel hablur), yang terlihat dengan Kesesuaian sistem Lakukan seperti tertera pada
lensa. Tangkai daun pipih dan umumnya panjang hingga Penetapan Kadar dalam Ekstrak Beladona.
4 cm. Bunga: Berbentuk lonceng memiliki 5 daun Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 10 g
mahkota kecil, berbentuk cuping, warna keunguan, serbuk yang sebelumnya diserbukkan sampai agak halus,
hingga ungu kekuningan, memudar hingga cokelat atau basahi dengan campuran 8 ml amonium hidroksida P, 10
kuning kehitaman atau kuning; daun kelopak hijau ml etanol P dan 20 ml eter P dan ekstraksi dengan salah
berbentuk cuping. Benang sari: 5 epipetal dan indung satu dari dua metode berikut ini. Bila perlu pekatkan
telur menonjol, beruang ganda dengan sejumlah bakal ekstrak hingga 100 ml dengan cara diuapkan di atas
biji. Buah: Hampir bulat, warna kuning gelap hingga tangas uap.
cokelat kekuningan hingga merah kehitaman atau hitam; Metode I Masukkan serbuk yang telah dibasahi ke
lebar hingga lebih kurang 12 mm, kadang-kadang dalam selongsong ekstraksi dan maserasi selama satu
berlekatan dengan kelopak berisi sejumlah biji malam dalam alat Soxhlet, kemudian ekstraksi dengan
berbentuk ginjal, pipih dengan lebar hingga lebih kurang eter P selama 3 jam atau lebih, jika perlu hingga semua
2 mm. Tangkai tumbuh menjadi lebih, atau kurang rata, alkaloid terekstraksi sempurna.
berlubang sewaktu muda berambut halus. Metode II Masukkan bahan yang telah dibasahi ke
dalam perkolator kecil dan maserasi selama semalam.
Mikroskopis Daun: Sel epidermis dinding antiklinal, agak Perkolasi pelan-pelan dengan campuran eter P-
berombak dan kutikula bergaris jelas. Stomata lebih kloroform P (3:1). Lanjutkan perkolasi hingga residu 3-4
banyak terdapat pada sel epidermis bawah dan ml perkolat terakhir, bila dilarutkan dalam larutan asam
dikelilingi 3 atau 4 sel tetangga, satu lebih kecil dari sulfat P (1 dalam 70) dan ditambah dengan raksa(II)
yang lain. Rambut penutup berupa sederet sel terdiri dari iodida LP tidak menunjukkan kekeruhan yang lemah.
1 - 6 sel. Rambut kelenjar pendek dengan 1 sel tangkai Masukkan perkolat ke dalam corong pisah dengan
dan banyak sel kepala. Rambut kelenjar panjang terdiri bantuan eter P. Ekstraksi 5 kali, tiap kali dengan 15 ml
satu deret sel tangkai dan satu sel kepala, terdapat pada larutan asam sulfat P (1 dalam 70), saring masing-
kedua epidermis. Mesofil terdiri dari lapisan palisade masing ekstrak dan masukkan ke dalam labu tentukur
parenkhim tunggal terdapat di bawah parenkhim bunga 100-ml. Cuci penyaring dengan larutan asam sulfat P (1
karang, dengan sel menyebar berisi hablur bentuk pasir. dalam 70) dan masukkan cairan cucian ke dalam labu
Tulang tengah daun: Terdapat berkas pengikat tentukur. Tambahkan larutan asam sulfat P (1 dalam 70)
bikolateral, kolenkhim di bawah sel epidermis atas dan sampai tanda. Encerkan 20,0 ml larutan ini dengan
sel-sel parenkhim tersebar dengan hablur bentuk pasir. larutan asam sulfat P (1 dalam 70), hingga 100,0 ml.
Tangkai daun: Epidermis dengan kutikula bergaris dan Pipet 10 ml larutan ini ke dalam corong pisah 60 ml,
beberapa rambut, endodermis jelas, serabut perisikel tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal, dan 15 ml
berupa berkas memanjang, dinding tipis, sedikit berkayu kloroform P, kocok kuat-kuat, biarkan lapisan memisah
dan berkas pengangkut bikolateral berbentuk bulat, dan buang lapisan kloroform.(Jika terbentuk emulsi,
parenkhim korteks dan empulur diselingi dengan sel kloroform diganti campuran kloroform P-isopropanol P
hablur. Bunga: daun kelopak memiliki banyakrambut (10:3) pada seluruh proses ekstraksi). Tambahkan 15 ml
kelenjar, tangkai terdiri dari 1 deret sel dengan 1-3 sel dapar fosfat pH 9,5 dan natrium hidroksida 1 N
kepala. Mahkota: epidermis dalam berpapil, epidermis secukupnya hingga diperoleh pH antara 9,0 dan 9,5.
luar dengan rambut kelenjar seperti pada kelopak. Tambahkan 15 ml kloroform P, kocok kuat-kuat dan
Serbuk sari: dalam larutan kloral hidrat P, bentuk hampir biarkan lapisan memisah. Saring fase organik ke dalam
bulat, diameter lebih kurang 40 m, trikolpat; pada eksin wadah yang sesuai, melalui corong bersumbat wol kaca,
berisi 10 g natrium sulfat anhidrat P (seperti tertera pada
- 207 -

Kesesuaian untuk penetapan kadar alkaloid dalam ml dan campuran 10 ml air dan 5,0 ml hidrogen
natrium sulfat anhidrat P) yang sebelumnya telah dicuci peroksida LP sebagai cairan penyerap. Jika pembakaran
dengan kloroform P. Ekstraksi lagi dua kali, tiap kali telah sempurna isi labu dengan air, longgarkan sumbat
dengan 15 ml kloroform P dan kumpulkan fase organik dan bilas sumbat, pemegang contoh dan dinding labu
yang jernih. Cuci natrium sulfat dan ujung corong dengan air dan buka sumbat. Panaskan labu sampai
dengan 5 ml kloroform P. Uapkan kumpulan fase mendidih dan didihkan selama lebih kurang 2 menit.
organik pada tekanan rendah pada suhu di bawah 45, Dinginkan sampai suhu ruang dan titrasi dengan natrium
tambahkan 1 ml kloroform P dan campur untuk hidroksida 0,1 N LV menggunakan indikator Fenolftalein
melarutkan alkaloid dan membasahi dinding bagian LP. Lakukan penetapan blangko.
dalam.
Prosedur Lakukan menurut Prosedur seperti tertera Tiap ml natrium hidroksida 0,1 N
pada Penetapan Kadar dalam Ekstrak Beladona sampai setara dengan 1,603 mg S
kalimat “Hitung dari Kurva baku jumlah dalam mg Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
atropin dan skopolamin dalam volume yang digunakan”.
Jumlahkan atropin dan skopolamin, dalam mg, kalikan
dengan 50 hingga diperoleh bobot alkaloid dalam mg, BENANG BEDAH TERABSORPSI
dalam Herba Beladona yang digunakan. Absorbable Surgical Suture
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, Benang Bedah Terabsorpsi adalah benang lentur, steril,
hindarkan dari cahaya matahari langsung dalam waktu terbuat dari kolagen mamalia sehat atau dari polimer
lama. Simpan serbuk Herba Beladona dalamwadah tidak sintetik. Benang yang dibuat dari polimer sintetik dapat
tembus cahaya. berbentuk monofilamen atau multifilamen. Dapat
diserap oleh jaringan mamalia hidup, tetapi dapat dibuat
untuk memodifikasi resistensinya terhadap absorpsi.
BELERANG ENDAP Diameter dan daya regang sesuai yang tertera pada
Sulfur Precipitated etiket. Dapat dimodifikasi sesuai tubuh dan teksturnya.
Dapat diimpregnasi atau diperlakukan dengan pelapisan,
Sulfur [7704-34-9] zat pelembut atau zat antimikroba yang sesuai dan dapat
S BA 32,06 diberi warna dengan warna yang diizinkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Benang kolagen dapat berupa
Belerang Endap mengandung tidak kurang dari 99,5% benang biasa atau benang krom. Kedua tipe ini terdiri
dan tidak lebih dari 100,5%, dihitung terhadap zat dari helaian kolagen yang diproses, tetapi benang krom
anhidrat. diproses secara kimia atau fisika sedemikian rupa
sehingga memberikan resistensi yang besar terhadap
Pemerian Serbuk amorf atau serbuk hablur renik; sangat absorpsi dalam jaringan mamalia hidup.
halus; warna kuning pucat; tidak berbau dan tidak
berasa. Panjang Tidak kurang dari 95,0% dari panjang yang
tertera pada etiket. Ukur panjang benang tanpa ditarik.
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; sangat mudah
larut dalam karbon disulfida; sukar larut dalam minyak Diameter Lakukan penetapan menggunakan 10 benang
zaitun; praktis tidak larut dalam etanol. seperti tertera dalam Diameter Benang Bedah <801>.
Benang kolagen Diameter rata-rata pengukuran 10
Identifikasi Terbakar diudara membentuk belerang benang, tidak kurang 20 dari 30 pengukuran, berada
dioksida, yang dapat dikenal dari bau yang khas. dalam batas diameter rata-rata yang tertera pada Tabel 1
untuk masing-masing ukuran. Tidak ada yang lebih kecil
Keasamaan-kebasaan Kocok kuat-kuat 2,0 g zat dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari
dengan 10 ml air, saring; filtrat bereaksi netral terhadap nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik tengah
lakmus P. rentang ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya.
Benang sintetik Diameter rata-rata benang yang
Air <1031> Metode I Tidak lebih dari 0,5 %. diukur dengan toleransi seperti tertera pada Tabel 2
untuk masing-masing ukuran. Tidak ada yang lebih kecil
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,3%.
dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari
nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik tengah
Bentuk belerang lain Kocok 1,0 g zat dengan 5 ml rentang ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya.
karbon disulfida P: larut dengan cepat, kecuali sejumlah
kecil zat yang tidak larut yang biasanya ada.
Daya regang Lakukan penetapan menggunakan tidak
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 60 mg kurang dari 10 benang, seperti tertera pada uji Daya
zat, lakukan penetapan seperti tertera pada Pembakaran Regang Benang Bedah <781>.
dengan Labu Oksigen <501> menggunakan labu 1000
- 208 -
Benang Kolagen Daya regang, ditetapkan sebagai etanol P (1 dalam 100) dan 2 ml asam sulfat 2 N: warna
daya minimum untuk tiap benang dan hitung daya yang terjadi tidak lebih intensif dari larutan baku.
regang rata-rata dari tiap satu lot, seperti tertera pada
Tabel 1. Jika tidak lebih dari satu benang tidak Tabel 2 Benang sintetik
memenuhi batas syarat masing-masing benang, ulangi Batas Diameter Daya regang
pengujian menggunakan tidak kurang dari 20 benang Rata-rata (mm) Tarikan Simpul
Ukura Nomor (Kgf) (kecuali
lainnya; persyaratan uji dipenuhi jika tidak satupun dari n FI Ukuran dinyatakan
benang lainnya berada di bawah batas masing-masing Min Maks
lain)* Batas rata-
benang dan jika daya rata-rata semua benang yang diuji rata Min.
tidak lebih kecil dari batas yang tertera pada Tabel 1. 12-0 0,01 0,001 0,009 -
11-0 0,1 0,010 0,019 -
Benang sintetik Daya regang minimum untuk tiap 10-0 0,2 0,020 0,029 0,025*
ukuran benang sintetik, dihitung sebagai daya regang 9-0 0,3 0,030 0,039 0,050*
rata-rata dari setiap lot, seperti tertera pada Tabel 2. 8-0 0,4 0,040 0,049 0,07
7-0 0,5 0,050 0,069 0,14
6-0 0,7 0,070 0,099 0,25
Tabel 1 Benang Kolagen 5-0 1 0,10 0,149 0,68
Batas diameter Daya regang 4-0 1,5 0,15 0,199 0,95
Rata-rata (mm) tarikan simpul 3-0 2 0,20 0,249 1,77
(Kgf) 2-0 3 0,30 0,339 2,68
Ukuran Nomor Batas Batas 0 3,5 0,35 0,399 3,90
FI Ukuran Rata- masing- 1 4 0,40 0,499 5,08
Min maks rata masing 2 5 0,50 0,599 6,35
Min benang 3 dan 6 0,60 0,699 7,29
Min 4
9-0 0,4 0,040 0,049 - - 5 7 0,70 0,799 -
8-0 0,5 0,050 0,069 0,045 0,025 * Daya regang yang dinyatakan pada ukuran FI diukur pada
7-0 0,7 0,070 0,099 0,07 0,055
regangan maksimum
6-0 1 0,10 0,149 0,18 0,10
5-0 1,5 0,15 0,199 0,38 0,20
4-0 2 0,20 0,249 0,77 0,40 Tabel 3 Larutan Padanan
3-0 3 0,30 0,339 1,25 0,68
2-0 3,5 0,35 0,399 2,00 1,04 Tiap bagian per 10 bagian volume
0 4 0,40 0,499 2,77 1,45 Warna benang (warna jumlah
1 5 0,50 0,599 3,80 1,95 yang dapat Kobalt(II) Besi(III) Tembaga
2 6 0,60 0,699 4,51 2,40 terekstraksi) klorida klorida (II) sulfat
3 7 0,70 0,799 5,90 2,99 LK LK LK
4 8 0,80 0,899 7,00 3,49 Kuning cokelat 0,2 1,2 -
Merah muda-merah 1,0 - -
Daya kait jarum benang bedah <780> Memenuhi Hijau biru - - 2,0
syarat. Ungu 1,6 - 8,4

Wadah dan penyimpanan Dalam keadaan kering atau


Sterilitas <71> Memenuhi syarat. dalam cairan, disimpan menggunakan wadah yang dapat
mempertahankan sterilitas sampai kemasan dibuka.
Zat warna yang dapat terekstraksi (bila benang Sejumlah wadah dapat ditempatkan dalam satu kotak.
berwarna) Buat larutan padanan yang sesuai zat warna [Catatan jika benang dikemas menggunakan cairan,
yang dapat terektraksi dari benang dengan lakukan pengukuran dari keempat cara pengujian
mencampurkan larutan kolorimetri seperti tertera pada pertama seperti tersebut di atas dalam 2 menit setelah
Tabel 3 dan jika perlu, tambahkan air untuk memperoleh dikeluarkan dari cairan].
10,0 bagian.
Timbang sejumlah benang setara dengan tidak kurang
dari 250 mg, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang BENANG BEDAH TIDAK TERABSORPSI
berisi 1,0 ml air untuk tiap 10 mg contoh. Tutup labu dan Non Absorbable Surgical Suture
biarkan pada suhu 370,5 selama 24 jam. Dinginkan,
enaptuangkan air dari benang dan bandingkan dengan Benang Bedah Tidak Terabsorpsi adalah benang lentur
Larutan padanan: warna larutan yang diperoleh tidak dari bahan dengan resistensi yang sesuai terhadap
lebih intensif dari Larutan padanan. jaringan hidup binatang menyusui. Bentuk benang dapat
monofilamen atau multifilamen. Jika benang
Senyawa kromium yang larut Tidak lebih dari 1 multifilamen tiap filamen digabung dengan cara
bpj; lakukan penetapan sebagai berikut: Masukkan 5,0 memintal, memilin, menganyam atau merupakan
ml larutan yang digunakan pada Zat warna yang dapat gabungan semuanya dan dapat steril atau tidak steril.
terektraksi, ke dalam tabung kecil. Masukkan ke dalam Diameter dan daya regang sesuai dengan ukuran yang
tabung serupa yang lain 5,0 ml larutan baku kalium tertera pada etiket, dalam batas-batas tertentu. Dapat
bikromat dengan kadar 2,83 g per ml. Pada kedua dimodifikasi tergantung dari bentuk dan tekstur, atau
tabung tambahkan 2 ml larutan difenilkarbasida P dalam untuk mengurangi kapilaritas dan dapat dikelantang
- 209 -

dengan diberi pemutih yang sesuai, diimpregnasi atau dilapis, diberi pelembut atau antimikroba. Bila diberi warna harus
menggunakan zat warna yang diperbolehkan.
Benang bedah tidak terabsorpsi dikelompokkan sebagai berikut: Kelompok I, benang sutra atau sintetik monofilamen
dipilin atau dianyam, lapisan tidak mempengaruhi ketebalan (misal: sutera dianyam, polyester atau nilon; monofilamen
nilon atau polipropilen). Kelompok II, benang dari katun atau linen atau benang sintetik, lapisan mempengaruhi ketebalan,
tetapi tidak menambah kekuatan (misal: benang sutera asli). Kelompok III, benang terdiri dari kawat logam monofilamen
atau multifilamen.

Ukuran FI Batas diamater rata-rata Batas daya regang rata-rata tarikan simpul dalam Kgf (kecuali
Nomor (mm) dinyatakan lain)*
ukuran Min. Maks. Kelompok I Min. Kelompok II Min Kelompok III Min
12-0 0,01 0,001 0,009 0,001+ - 0,002+
11-0 0,1 0,010 0,019 0,006+ 0,005+ 0,02+
10-0 0,2 0,020 0,029 0,019+ 0,014+ 0,06+
9-0 0,3 0,030 0,039 0,043+ 0,029+ 0,07+
8-0 0,4 0,040 0,049 0,06 0,04 0,11
7-0 0,5 0,050 0,069 0,11 0,06 0,16
6-0 0,7 0,070 0,099 0,20 0,11 0,27
5-0 1 0,10 0,149 0,40 0,23 0,54
4-0 1,5 0,15 0,199 0,60 0,46 0,82
3-0 2 0,20 0,249 0,96 0,66 1,36
2-0 3 0,30 0,339 1,44 1,02 1,80
0 3,5 0,35 0,399 2,16 1,45 3,40+
1 4 0,40 0,499 2,72 1,81 4,76+
2 5 0,50 0,599 2,52 2,54 5,90+
3 dan 4 6 0,60 0,699 4,88 3,68 9,11+
5 7 0,70 0,799 6,16 - 11,4+
6 8 0,80 0,899 7,28 - 13,6+
7 9 0,90 0,999 9,04 - 15,9+
8 10 1,00 1,099 - - 18,2+
9 11 1,10 1,199 - - 20,5+
10 12 1,20 1,299 - - 22,8 +

* Batas daya regang pada tarikan simpul digunakan untuk Daya regang Lakukan penetapan menggunakan tidak
Benang bedah tidak terabsorpsi yang telah disterilkan. Untuk kurang dari 10 benang seperti tertera pada Daya Regang
benang bedah Kelompok I dan II yang tidak steril batasannya Benang bedah <781>. Daya regang rata-rata tidak
25% lebih tinggi.
+ Daya regang untuk ukuran lebih kecil dari ukuran FI 8-0
kurang dari batas pada tabel berikut untuk kelompok dan
(nomor ukuran 0,4) diukur dengan menarik lurus. Daya regang ukuran yang tertera pada etiket
untuk ukuran lebih besar dari ukuran FI 2-0 (nomor ukuran
0,3) dari monofilamen Benang bedah Tidak Terabsorpsi Daya kait jarum Benang bedah <780> Memenuhi
Kelompok III diukur dengan menarik lurus. syarat.
Daya regang kawat perak memenuhi syarat Benang bedah
Kelompok I, diuji dengan cara yang sama dengan Benang Sterilitas <71> Memenuhi syarat.
bedah Kelompok II.
Zat warna yang dapat terekstraksi (bila benang
Panjang Tidak kurang dari 95,0% dari panjang yang berwarna) Lakukan seperti tertera pada Zat warna yang
tertera pada etiket. Ukur panjang benang pada dapat terekstraksi pada Benang bedah terabsorpsi, tetapi
permukaan rata tanpa ditarik. biarkan pada suhu 37° ± 0,5º selama 24 jam, tutup labu
dengan corong pendek, panaskan isi labu pada titik didih
Diameter Lakukan penetapan menggunakan 10 benang selama 15 menit, dinginkan dan jika perlu volume yang
seperti tertera pada Diameter Benang bedah<801>. hilang karena penguapan diganti dengan penambahan
Diameter rata-rata benang yang diukur berada dalam air.
toleransi tertentu, tercantum dalam tabel untuk ukuran
yang tertera pada etiket. Dalam hal benang dianyam atau Wadah dan penyimpanan Benang tidak steril disimpan
dipilin, diameter yang diamati, tidak ada yang lebih kecil dalam wadah tertutup rapat. Benang steril disimpan
dari titik tengah rentang ukuran yang lebih kecil dari dalam keadaan kering atau dalam cairan menggunakan
nomor sebelumnya atau lebih besar dari titik rentang wadah yang dapat mempertahankan sterilitas sampai
ukuran yang lebih besar dari nomor berikutnya. kemasan dibuka. Sejumlah wadah dapat ditempatkan
dalam satu kotak.
- 210 -
[Catatan Jika benang dikemas menggunakan cairan, panas, kumpulkan cucian ke dalam labu tentukur.
lakukan pengukuran dari keempat cara pengujian Dinginkan kumpulan filtrat hingga suhu ruang,
pertama seperti di atas dalam 2 menit setelah tambahkan larutan asam klorida P (1 dalam 25) sampai
dikeluarkan dari cairan]. tanda.
Prosedur Gunakan 25 ml alikuot. Serapan yang
disebabkan oleh setiap warna merah dari Larutan uji
BENTONIT tidak lebih dari serapan yang dihasilkan oleh 5,0 ml
Bentonite Larutan baku (5 g As) yang diperlakukan dengan
pereaksi dan cara yang sama.
Bentonit [1302-78-9]
Timbal <401> Tidak lebih dari 40 bpj.
Bentonit adalah koloidal alam dari aluminium silikat [Catatan Jika perlu Larutan baku dan Larutan uji dapat
terhidrasi. dimodifikasi untuk memperoleh larutan dengan kadar
yang sesuai dengan linearitas dan rentang kerja alat.]
Pemerian Serbuk sangat halus bebas dari butiran kasar, Larutan baku Pada saat digunakan, encerkan 3,0 ml
warna kekuningan pucat sampai krem atau keabu-abuan; Larutan persediaan timbal(II) nitrat seperti tertera pada
tidak berbau; rasa agak seperti tanah; higroskopis. Uji Batas Logam Berat <371> dengan air hingga 100
ml. Tiap ml Larutan baku mengandung setara dengan 3
Kelarutan Tidak larut dalam air, tetapi mengembang g timbal.
sampai hampir dua belas kali volume jika ditambah air; Larutan uji Masukkan 3,75 g zat ke dalam gelas piala
tidak larut dan tidak mengembang dalam pelarut 250 ml yang mengandung 100 ml larutan asam klorida P
organik. (1 dalam 25), aduk, tutup dengan kaca arloji dan
didihkan selama 15 menit. Dinginkan hingga suhu
Identifikasi Tambahkan sedikit demi sedikit 2 g serbuk ruang, saring melalui kertas saring aliran cepat ke dalam
ke dalam 100 ml air sambil dikocok kuat. Biarkan gelas piala 400 ml. Cuci penyaring empat kali, tiap kali
selama 12 jam agar terhidrasi sempurna. Masukkan 2 ml dengan 25 ml air panas, kumpulkan ekstrak dengan
campuran yang diperoleh di atas kaca objek yang sesuai, pendidihan perlahan-lahan hingga mendekati 20 ml.
biarkan mengering pada suhu ruang sampai terbentuk Jika timbul endapan, tambahkan 2 - 3 tetes asam nitrat
selaput. Letakkan kaca objek di atas etilen glikol P, panaskan hingga mendidih dan dinginkan hingga suhu
dengan permukaan bebas di dalam desikator vakum. ruang. Saring ekstrak pekat melalui kertas saring aliran
Vakumkan desikator dan tutup kran sehingga desikator cepat ke dalam labu tentukur 50-ml. Masukkan sisa isi
jenuh etilen glikol. Biarkan selama 12 jam, catat pola dari gelas piala ke dalam labu tentukur melalui kertas
difraksi sinar-X seperti tertera pada Difraksi Sinar- saring dengan bantuan air sampai tanda.
X<811> dan hitung harga d: puncak terbesar sesuai Prosedur Ukur serapan Larutan uji dan Larutan baku
dengan harga d antara 15,0 - 17,2 satuan Angstrom. pada panjang gelombang 284 nm dengan
Siapkan secara acakserbuk bentonit, catat pola difraksi spektrofotometer serapan atom yang dilengkapi dengan
sinar-X dan tetapkan harga d pada rentang antara 1,48 lampu timbal tabung katode deuterium dengan koreksi
dan 1,54 satuan Angstrom: puncak terletak antara 1,492 latar belakang dan pembakar bercelah tunggal
dan 1,504 satuan Angstrom. menggunakan nyala pengoksidasi udara dan asetilen.
Serapan Larutan uji tidak lebih besar dari Larutan baku.
Batas mikroba <51> Tidak mengandung
Escherichiacoli. Pembentukan gel Campur 6 g zat dengan 300 mg
magnesium oksida P. Masukkan campuran ini sedikit
pH <1071> Antara 9,5 dan 10,5; lakukan penetapan demi sedikit ke dalam 200 ml air di dalam blender
dengan mendispersikan 4,0 g zat dalam 200 ml air dengan kapasitas 500 ml. Campur selama 5 menit pada
sambil dikocok kuat untuk memudahkan pembasahan. kecepatan tinggi, pindahkan 100 ml campuran ke dalam
gelas ukur 100 ml dan biarkan tanpa diganggu selama 24
Susut pengeringan <1121> Antara 5,0% dan 8,0%; jam: tidak lebih dari 2 ml beningan timbul pada
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. permukaan.

Arsen <321> Tidak lebih dari 5 bpj. Daya mengembang Ke dalam 100 ml air di dalam gelas
Larutan uji Masukkan 8,0 g zat ke dalam gelas piala ukur bersumbat dengan kapasitas 100 ml, tambahkan 2 g
250 ml yang mengandung 100 ml larutan asam klorida P zat sedikit demi sedikit ke permukaan air dan biarkan
(1 dalam 25), campur dengan kaca arloji dan didihkan tiap bagian mengendap sebelum penambahan
dengan hati-hati selama 15 menit, dengan sekali diaduk, berikutnya. Massa pada dasar perlahan-lahan
untuk mencegah terbentuknya busa yang berlebihan. mengembang hingga pada akhir periode 2 jam, volume
Saring beningan panas melalui kertas saring aliran cepat tidak kurang dari 24 ml.
ke dalam labu tentukur 200-ml, cuci empat kali, tiap kali Derajat halus serbuk Taburkan 2 g zat di atas 20 ml air
dengan 25 ml larutan asam klorida P (1 dalam 25) di dalam lumpang. Biarkan mengembang, dispersikan
dengan alu dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
- 211 -

Tuang suspensi melalui pengayak baku nomor 200 dan


cuci pengayak dengan air. Tidak ada butiran kasar yang Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 15,0%.
jatuh pada saat jari-jari digosokkan pada kawat
pengayak. Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 2,0%.

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. Zat tidak larut dalam air Larutan zat (1 dalam 10)
tidak menunjukkan kekeruhan dan zat tak larut.

BENZALKONIUM KLORIDA Amina asing Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 50)


Benzalkonium Chloride tambahkan 3 ml natrium hidroksida 1 N: tidak terbentuk
endapan. Panaskan hingga mendidih: tidak terbentuk uap
Alkilbenzildimetilamonium klorida [8001-54-5] amina.

Benzalkonium Klorida adalah campuran alkilbenzil


dimetil amonium klorida dengan rumus umum: Perbandingan komponen alkil
Fase gerak Buat campuran natrium asetat 0,1 M
[C6H5CH2N(CH3)2R]C1 dengan asam asetat glasial P, atur pH hingga 5,0.
Campur 55 bagian larutan ini dengan 45 bagian asetanol
R adalah campuran alkil, termasuk semua atau beberapa nitril P, saring dan awaudarakan. Kadar asetonitril
gugus dimulai dengan n-C8H17 sampai ke homolog lebih bervariasi antara 40 - 60 bagian hingga memenuhi
tinggi, dengan bagian utama n-C12H25, n-C14H29 dan n- Kesesuaian sistem.
C16H33. Pada zat anhidrat, kadar homolog n-C12H25 tidak Larutan baku Timbang saksama sejumlah
kurang dari 40,0% dan kadar dari homolog n-C14H29 Benzalkonium Klorida BPFI, larutkan dalam air hingga
tidak kurang dari 20,0%, dari kandungan total kadar lebih kurang 4 mg per ml.
alkilbenzildimetilamonium klorida. Jumlah komponen Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
homolog n-C12H25, n-C14H29 tidak kurang dari 70,0%, masukkan dalam labu tertukur 50-ml, larutkan dan
dari kandungan total alkilbenzildimetilamonium klorida. encerkan dengan air sampai tanda. Pipet 5,0 ml larutan
Kandungan total alkilbenzildimetilamonium klorida sisa ini ke dalam labu tentukur 25-ml, encerkan dengan air
pemijaran, tidak kurang dari 97,0% dan tidak lebih sampai tanda.
103,0%, [C6H5CH2N(CH3)2R]C1, bobot molekul rata- Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
rata 360. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom berisi
Pemerian Gel kental atau potongan seperti gelatin; putih bahan pengisi L10. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit.
atau kekuningan. Biasanya berbau aromatik lemah. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan dalam air berasa pahit, jika dikocok sangat kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
berbusa dan biasanya sedikit alkali. pada Prosedur; jumlah lempeng teoritis puncak C12 tidak
kurang dari 1000, resolusi antara puncak C12 dan C14
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam tidak kurang dari 1,5 dan simpangan baku relatif pada
etanol; bentuk anhidrat mudah larut dalam benzen dan penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0% untuk puncak
agak sukar larut dalam eter. C12.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Baku pembanding Benzalkonium klorida BPFI; setelah sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
ampul dibuka, simpan dalam wadah tertutup rapat. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak. Puncak-puncak homolog dapat
Identifikasi diketahui dengan membandingkan waktu retensi. Hitung
A. Pada larutan zat (1 dalam 100) tambahkan asam persentase amonium kuarterner homolog dengan rumus:
nitrat 2 N atau raksa(II) klorida LP: terbentuk endapan
putih yang larut dalam etanol P.  A
100  
B. Larutkan lebih kurang 200 mg zat dalam 1 ml asam B
sulfat P, tambahkan 100 mg natrium nitrat P, panaskan
di atas tangas air hingga 10 ml, tambahkan 500 mg A adalah hasil perkalian luas homolog C10,C12,C14 dan
serbuk zink P dan hangatkan di atas tangas uap selama 5 C16 berturut-turut adalah 312, 340, 368 dan 396.
menit. Pada 2 ml beningan tambahkan 1 ml larutan Penetapan kadar alkibenzildimetilamonium klorida
natrium nitrit P (1 dalam 20), dinginkan dalam air es, total Timbang saksama setara dengan lebih kurang 500
kemudian tambahkan 3 ml larutan 2-naftol P dalam 10 mg benzalkonium klorida anhidrat dan masukkan
ml amonium hidroksida 6 N: terjadi warna merah jingga. dengan bantuan 35 ml air ke dalam corong pisah 250 ml
C. Larutan dalam campuran air dan etanol P volume bersumbat kaca yang berisi 25 ml kloroform P.
sama, menunjukkan reaksi Klorida cara A, B dan C Tambahkan 10,0 ml larutan kalium iodida P (1 dalam
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. 20) yang dibuat segar, kocok dan biarkan memisah,
- 212 -
buang lapisan kloroform. Cuci lapisan air tiga kali, tiap nm antara 85,0% dan 110,0% dari Benzatin
kali dengan 10 ml kloroform P dan buang lapisan Benzilpenisilin BPFI.
kloroform. Masukkan lapisan air ke dalam labu
Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca dan bilas corong Sifat hablur <1091> Memenuhi syarat.
pisah tiga kali, tiap kali dengan 5 ml air. Tambahkan 40
ml asam klorida P dingin ke dalam labu, campur dan pH <1071> Antara 4,0 dan 6,5; lakukan penetapan
titrasi dengan kalium iodat 0,05 M LV hingga larutan menggunakan larutan yang dibuat dengan melarutkan 50
berwarna cokelat muda. Tambahkan 5 ml kloroform P ke mg zat dalam 50 ml etanol mutlak P dan tambahkan 50
dalam labu dan kocok kuat. Lanjutkan titrasi tetes demi ml air.
tetes, kocok tiap kali penambahan hingga lapisan
kloroform menjadi tidak berwarna dan lapisan air Air <1031>Metode I Antara 5,0% dan 8,0%.
menjadi kuning terang. Lakukan penetapan blangko, Kandungan benzilpenisilin Antara 61,3% dan 71,6%,
menggunakan 20 ml air. Perbedaan antara dua titrasi C16H18N2O4S; lakukan penetapan seperti tertera pada
menyatakan jumlah kalium iodat yang setara bobot Penetapan Penisilin G <661>. Timbang saksama lebih
benzalkonium klorida yang digunakan. kurang 40 mg Kalium Benzilpenisilin BPFI, masukkan
ke dalam labu tentukur 50-ml, yang berisi 10 ml
Tiap ml kalium iodat 0,05 M asetonitril P, kemudian tambahkan 5 ml metanol P untuk
setara dengan 36,0 mg benzalkonium klorida melarutkan. Segera encerkan dengan dapar fosfat 0,05 M
pH 6 sampai tanda (Larutan baku). Larutan uji dibuat
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. dengan cara yang sama menggunakan 53 mg zat yang
ditimbang saksama.

BENZATIN BENZILPENISILIN Kandungan benzatin Antara 24,0% dan 27,0%,


Benzatin Penisilin G dihitung terhadap zat anhidat; lakukan penetapan sebagai
Benzilpenicillin Benzathine berikut: Timbang saksama lebih kurang 1 g zat,
tambahkan 30 ml larutan jenuh natrium klorida P dan 10
ml natrium hidroksida 5 N , ekstraksi 4 kali, tiap kali
COOH

O
H
CH3
dengan 50 ml eter P. Cuci kumpulan ekstrak eter tiga
N
CH3 4H2O
kali, tiap kali dengan 10 ml air. Ekstraksi kumpulan air
CH2CONH S CH2 CH2 cucian dengan 25 ml eter P dan tambahkan ke dalam
H H
NHCH3 NHCH3 ekstrak eter yang telah dicuci dengan air. Uapkan hingga
2
volume lebih kurang 5 ml, tambahkan 2 ml etanol
Asam (2S,5R,6R)-3,3-dimetil-7-okso-6-(2- mutlak P dan uapkan hingga kering. Larutan residu
fenilasetamido)-4-tia-1-azabisiklo[3.2.0]heptan-2- dalam 50 ml asam asetat glasial P, tambahkan 1 ml p-
karboksilat senyawa dengan N,N’-dibenziletilendiamina naftolbenzein LP dan titrasi dengan asam perklorat 0,1
(2:1), tetrahidrat [41372-02-5] N LV hingga titik akhir warna hijau. Lakukan penetapan
blangko.
C48H56N6O8S2.4H2O BM 981,19
Tiap ml asam perklorat 0,1 N
Anhidrat [1538-09-6] BM 909,13
setara dengan 12,02 mg benzatin (C16H20N2)
Benzatin Benzilpenisilin mempunyai potensi tidak Penetapan kadar
kurang dari 1090 unit Benzilpenisilin dan tidak lebih Larutan baku Buat Larutan bakuseperti tertera pada
dari 1272 unit Benzilpenisilin per mg. Penetapan Kadar Antibiotik secara Iodometri <521>
menggunakan Kalium Benzilpenisilin BPFI.
Pemerian Serbuk hablur; putih; tidak barbau. Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat uji,
larutkan dalam natrium hidroksida 1 N hingga kadar
Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut lebih kurang 2000 unit Benzilpenisilin per ml. Pipet 2 ml
dalam etanol. larutan ini, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml
bersumbat kaca.
Baku pembanding Kalium Benzilpenisilin BPFI; tidak Larutan blangko Timbang saksama sejumlah Benzatin
boleh dikeringkan sebelum digunakan. Benzatin Benzilpenisilin BPFI. Suspensikan dalam Dapar nomor
Benzilpenisilin BPFI; tidak boleh dikeringkan, sebelum 1 hingga kadar lebih kurang 2000 unit Benzilpenisilin
digunakan. per ml. Pipet 2 ml larutan ini, masukkan ke dalam labu
Erlenmeyer 125 ml bersumbat kaca.
Identifikasi Spektrum serapan ultraviolet larutan 0,05% Prosedur Lakukan penetapan menurut Prosedur
dalam metanol P menunjukkan maksimum dan seperti tertera pada Penetapan KadarAntibiotik secara
minimum pada panjang gelombang yang sama seperti Iodometri <521>, hilangkan penambahan natrium
pada Benzatin Benzilpenisilin BPFI; daya serap pada hidroksida 1,0 N pada Larutan Uji pada waktu
panjang gelombang serapan maksimum lebih kurang 263 melakukan inaktivasi dan titrasi dan gunakan larutan
- 213 -

blangko sebagai ganti Larutan Uji pada penetapan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
blangko. Hitung potensi dalam unit Benzilpenisilin per
mg dengan rumus: Senyawa amonium Pada 5 ml larutan zat (1 dalam 50)
tambahkan 3 ml natrium hidroksida 1 N, panaskan
 F  sampai mendidih: tidak tercium bau amoniak.
  B  I 
 2D  Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300
mg zat, larutkan dalam 75 ml air dalam labu bersumbat
D adalah kadar Larutan uji dalam mg per ml, dihitung kaca 250 ml, tambahkan 0,4 ml larutan biru bromofenol
terhadap bobot Benzatin Benzilpenisilin yang digunakan P (1 dalam 2000), 10 ml kloroform P dan 1,0 ml natrium
dan memperhitungkan pengencerannya. hidroksida1 N. Titrasi dengan natrium tetrafenilboron
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat. 0,02 M LV hingga warna biru hilang dari lapisan
kloroform. Mendekati titik akhir lanjutkan titrasi tetes
demi tetes, kocok kuat tiap kali penambahan titran.
BENZETONIUM KLORIDA
Benzethonium Chloride Tiap ml natrium tetrafenilboron 0,02 M
setara dengan8,962 mg C27H42ClNO2
CH3

(H3C)3CH2CC OCH2CH2OCH2CH2 Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,


CH3 N+(CH3)2 Cl- tidak tembus cahaya.
CH2

BENZIL ALKOHOL
Benzildimetil[2-[2-[p-(1,1,3,3- Benzyl Alcohol
tetrametilbutil)fenoksi]etoksi]etil]amonium klorida
[121-54-0] Benzil alkohol [100-51-6]
C27H42ClNO2 BM 448,09 C7H8O BM 108,14
Benzil Alkohol mengandung tidak kurang dari 97,0%
Benzetonium Klorida mengandung tidak kurang dari dan tidak lebih dari 100,5% C7H8O.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%,C27H42ClNO2,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian Cairan tidak berwarna; bau aromatik lemah;
rasa membakar tajam. Mendidih pada suhu 206º tanpa
Pemerian Hablur; putih; bau lemah; larutan (1 dalam peruraian. Netral terhadap lakmus.
100) bereaksi agak basa terhadap lakmus P.
Kelarutan Agak sukar larut dalam air; mudah larut
Kelarutan Larut dalam air, dalam etanol dan dalam dalam etanol 50%; bercampur dengan etanol, dengan
kloroform; sukar larut dalam eter. eter dan dengan kloroform.

Baku pembanding Benzetonium Klorida BPFI. Identifikasi Tambahkan 2 atau 3 tetes zat ke dalam 5 ml
larutan kalium permanganat P (1 dalam 20) dan
Identifikasi asamkan dengan asam sulfat 2 N; tercium bau
A. Pada 1 ml larutan zat (1 dalam 100) tambahkan 2 benzaldehida.
ml etanol P; 0,5 ml asam nitrat 2 N dan 1 ml perak
nitrat LP: terbentuk endapan putih, yang tidak larut Bobot jenis <981> Antara 1,042 dan 1,047.
dalam asam nitrat 2 N, tetapi larut dalam amonium
hidroksida 6 N. Indeks bias <1001> Antara 1,539 dan 1,541; lakukan
penetapan pada suhu 20º.
B. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P, Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan penetapan sebagai berikut: uapkan 25 ml dalam krus
gelombang yang sama seperti pada Benzetonium Klorida yang sesuai dan pijarkan hingga bobot tetap.
BPFI.
Keasaman Netralkan 50 ml etanol P yang mengandung
Jarak lebur <1021> Antara 158° dan 163°; lakukan 1 ml Fenolftalein LP dengan natrium hidroksida 0,1 N.
penetapan menggunakan zat yang telah dikeringkan. Larutkan 10 ml zat dalam 10 ml etanol P yang telah
dinetralkan dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 N;
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 5,0%; tidak lebih dari 1,0 ml.
lakukan pengeringan pada suhu 105° selama 4 jam.
- 214 -
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 1 mg zat; Larutan baku Pipet 5 ml Larutan baku induk dan 5 ml
lakukan penetapan sebagai berikut: uapkan 2,0 g zat Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 50-ml.
sampai kering di atas tangas air dan keringkan residu Tambahkan asetonitril P sampai tanda.
pada suhu 105° selama 1 jam. Dinginkan dalam Larutan uji Pipet 2 ml zat uji dan 10 ml Larutan baku
desikator dan timbang. internal ke dalam labu tentukur 100 ml, encerkan
dengan asetonitril P sampai tanda.
Senyawa terhalogenisasidan halida Tidak lebih dari Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
0,03% sebagai Cl. [Catatan Semua alat kaca yang Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
digunakan pada prosedur ini harus bebas klorida dilengkapi dengan detektor 282 nm dan kolom 4,6 mm x
dengan merendam semalam dalam campuran air dan 25 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1,0
asam nitrat (1:1), bilas dengan air dan simpan dalam ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
keadaan penuh air]. uji, rekam kromatogram dan ukur respons puncak seperti
Larutan baku Timbang saksama natrium klorida P, tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak benzil
larutkan dalam dan encerkan secara kuantitatif, jika alkohol dan metilparaben tidak kurang dari 2,0. Lakukan
perlu secara bertahap hingga kadar 0,0132 mg per ml. kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Larutan uji Larutkan 6,7 g zat dalam 50 ml etanol P, kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
encerkan dengan air hingga 100,0 ml. Pada 10,0 ml pada Prosedur: simpangan baku relatif dari
larutan ini tambahkan 7,5 ml natrium hidroksida 2 N dan perbandingan respons puncak pada penyuntikan ulang
0,125 g nikel aluminium katalis P dan panaskan tidak lebih dari 2,0%.
campuran dalam labu Erlenmeyer di atas tangas air Prosedur Suntikan secara terpisah sejumlah volume
selama 10 menit. Biarkan dingin hingga suhu ruang, sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
saring, kumpulkan filtrat dalam labu tentukur 25- ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Cuci tiga kali, tiap kali dengan 2 ml etanol P, encerkan respons puncak utama. Waktu retensi relatif benzil
kumpulan filtrat dan cucian dengan air sampai tanda. alkohol, metilparaben dan benzaldehida berturut-turut
Larutan blangko Buat seperti tertera pada Larutan uji, lebih kurang 0,6; 0,7 dan 1,0. Hitung persentase
tanpa penambahan benzil alkohol. benzaldehida dengan rumus:
Larutan besi(III) amonium sulfat Kocok 30,0 g
besi(III) amonium sulfat P dengan 40 ml asam nitrat P, R 
encerkan dengan air hingga 100 ml. Sentrifus atau saring 0,1 U 
jika perlu hingga diperoleh larutan jernih.  RS 
Prosedur Pipet secara terpisah ke dalam 4 labu
RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan respons
tentukur 25-ml masing-masing 10,0 ml Larutan uji; 10,0
benzaldehida terhadap metilparaben yang diperoleh dari
ml Larutan baku; 10,0 ml Larutan blangko dan 10,0 ml
Larutan uji dan Larutan baku.
air. Pada tiap labu tambahkan 5,0 ml Larutan besi(III)
amonium sulfat, campur dan tambahkan tetes demi tetes
Cemaran senyawa organik mudah menguap <471>
sambil digoyang 2 ml asam nitrat P dan 5,0 ml larutan
Metode I Memenuhi syarat.
raksa(II) tiosianat P dalam etanol mutlak P (0,3 dalam
100). Kocok, encerkan isi tiap wadah dengan air sampai
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 900
tanda dan biarkan larutan dalam tangas es pada suhu 20
mg zat, tambahkan 15,0 ml campuran piridin P-
selama 15 menit. Ukur serapan larutan yang dibuat dari
anhidrida asetat P (7:1) dan refluks di atas tangas air
Larutan uji terhadap larutan yang dibuat dari Larutan
selama 30 menit. Dinginkan, tambahkan 25 ml air, 5
blangko dan ukur serapan larutan yang dibuat dari
tetes larutan Fenolftalein P dalam piridin P (1 dalam
larutan baku terhadap larutan yang dibuat dari air
100) dan titrasi dengan natrium hidroksida 1 N LV.
masing-masing pada panjang gelombang 460 nm.
Lakukan penetapan blangko. Hitung persentase C7H8O
Serapan Larutan uji tidak boleh lebih besar dari Larutan
dengan rumus:
baku.
 V  VU 
Benzaldehida Tidak lebih dari 0,20%. Lakukan 10 ,81 N  B 
penetapan sebagai berikut:  W 
Fase gerak Buat campuran air-asetonitril P (62:38)
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian VU dan VB berturut-turut adalah jumlah ml natrium
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada hidroksida 1 N LV yang digunakan untuk titrasi zat dan
Kromatografi <931>. blangko; W adalah bobot dalam g zat yang digunakan.
Larutan baku internal Buat larutan dalam asetonitril
P yang mengandung lebih kurang 0,2 mg metilparaben Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
per ml. terlindung cahaya.
Larutan baku induk Buat larutan dalam asetonitril P
mengandung 0,200 mg benzaldehida per ml.
- 215 -

BENZIL BENZOAT Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 2 g


Benzyl Benzoate zat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer yang
dilengkapi dengan pendingin refluks, tambahkan 50,0 ml
O
kalium hidroksidaetanol 0,5 N LV dan refluks selama 1
H2
C O C jam. Dinginkan, tambahkan Fenolftalein LP, titrasi
dengan asam klorida 0,5 N LV. Lakukan penetapan
blangko seperti tertera pada Titrasi residual dalam
Benzil benzoat [120-51-4] Titrimetri <711>.

C14H12O2 BM 212,24 Tiap ml kalium hidroksidaetanol 0,5 N


setara dengan 106,1 mg C14H12O2
Benzil Benzoat mengandung tidak kurang dari 99,0%
dan tidak lebih dari 100,5%, C14H12O2. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
tidak tembus cahaya, terisi penuh dan hindarkan dari
Pemerian Cairan seperti minyak, jernih; tidak berwarna; panas berlebih.
bau sedikit aromatis; menimbulkan rasa tajam membakar
lidah.
GEL BENZOIL PEROKSIDA
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam Benzoyl Peroxide Gel
gliserol; bercampur dengan etanol, dengan kloroform
dan dengan eter. Gel Benzoil Peroksida adalah benzoil peroksida dalam
dasar gel yang sesuai. Mengandung benzoil peroksida,
Baku pembanding Benzil Benzoat BPFI; tidak boleh C14H10O4,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
dikeringkan, ampul yang telah dibuka disimpan dalam 125,0%, dari jumlah yang tertera pada etiket.
wadah tertutup rapat, terlindung cahaya.
Pemerian gel; putih; lunak; bau khas.
Identifikasi Spektrum serapan inframerah zat yang
didispersikan dalam minyak mineral P menunjukkan Identifikasi Waktu retensi puncak utama kromatogram
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang
seperti pada Benzil Benzoat BPFI. diperoleh pada Penetapan kadar.
Bobot jenis <981> Antara 1,116 dan 1,120. pH <1071> Antara 2,8 dan 6,6.
Suhu beku <1101> Tidak lebih rendah dari 18,0. Senyawa sejenis Lakukan penetapan dengan cara
Pembekuan dapat dipicu dengan penambahan sedikit Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
fragmen benzil benzoat yang telah dibekukan, bila suhu Kromatografi <931>.
telah mencapai suhu beku yang diperkirakan. Larutan A Buat campuran asetonitril P-asam asetat
glasial P (1000:1), saring dan awaudarakan.
Indeks bias <1001> Antara 1,568 dan 1,570; lakukan Larutan B Buat campuran air-asam asetat glasial P
penetapan pada suhu 20. (1000:1), saring dan awaudarakan.
Fase gerak Gunakan variasi campuran Larutan A dan
Aldehida Tidak lebih dari 0,05% dihitung sebagai Larutan B seperti tertera pada Sistem kromatografi. Jika
benzaldehida; lakukan penetapan sebagai berikut: perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
masukkan 10,0 g zat ke dalam labu Erlenmeyer 125 ml sistemseperti tertera pada Kromatografi <931>.
yang berisi 50 ml etanol P dan 5 ml larutan Larutan baku 1 Buat larutan asam benzoat P dalam
hidroksilamin hidroklorida P (3,5 dalam 100) campur, asetonitril P hingga kadar lebih kurang 500 g per ml.
diamkan selama 10 menit. Tambahkan 1 ml biru Larutan baku 2 Buat larutan etil benzoat P dalam
bromfenol LP dan titrasi dengan natrium hidroksida 0,1 asetonitril P hingga kadar lebih kurang 20 g per ml.
N LV hingga titik akhir hijau muda. Lakukan penetapan Larutan baku 3 Buat larutan benzaldehid P dalam
blangko: volume natrium hidroksida 0,1 N LV yang
asetonitril P hingga kadar lebih kurang20 g per ml.
diperlukan tidak lebih dari 0,50 ml.
Larutan baku 4 Buat larutan benzoil peroksida hidrat
P dalam asetonitril P hingga kadar setara dengan lebih
Keasaman Tambahkan 2 tetes Fenolftalein LP pada 25
kurang 40 g benzoil peroksida anhidrat per ml.
ml etanol Pdan tambahkan natrium hidroksida 0,020 N
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat setara
hingga terjadi warna merah muda. Kemudian tambahkan
dengan lebih kurang 100 mg benzoil peroksida,
5,0 g zat, campur. Titrasi dengan natrium hidroksida
masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml, tambahkan 25
0,020 N LV: diperlukan tidak lebih dari 1,5 ml untuk
ml asetonitril P, kocok kuat hingga terdispersi, sonikasi
terjadi warna merah muda kembali.
selama 5 menit, encerkan dengan asetonitril P sampai
tanda dan saring.
- 216 -
Larutan resolusi Buat larutan dalam asetonitril P yang Larutan uji Timbang saksama sejumlah gel setara
mengandung lebih kurang 100 g asam benzoat P dan dengan lebih kurang 40 mg benzoil peroksida, masukkan
60 g metilparaben P per ml. ke dalam labu tentukur 50-ml. Tambahkan 40 ml
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada asetonitril P, kocok hingga zat terdispersi sempurna.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Sonikasi campuran selama 5 menit, encerkan dengan
dilengkapi dengan detektor 235 nm dan kolom 4,6 mm x asetonitril P sampai tanda dan saring. Pipet 10 ml filtrat
25 cm berisi bahan pengisi L1.Laju alir lebih kurang 1,2 dan 5 ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur
ml per menit. Kromatograf diprogram sebagai berikut: 25-ml, encerkan dengan asetonitril P sampai tanda.
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Waktu Larutan A Larutan B dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom baja
Eluasi
(menit) (%) (%) tahan karat 4 mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju
0 18 82 Kesetimbangan alir lebih kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi
0-20 18→60 82→40 Gradien Linier dengan tiga kali penyuntikan Larutan baku, rekam
20-30 60 40 Isokratik kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
pada Prosedur: perbandingan respons puncak terendah
Lakukan kromatografi terhadap Larutan resolusi, rekam dan tertinggi (RS) tidak lebih dari 2,0%; resolusi, R,
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera antara puncak etil benzoat dan benzoil peroksida tidak
pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak asam benzoat kurang dari 2,0; dan faktor ikutan puncak etil benzoat
dan metilparaben tidak kurang dari 2,0 dan faktor ikutan dan benzoil peroksida tidak lebih dari 2,0.
puncak asam benzoat dan metilparaben tidak lebih dari Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
2,0. sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
sama (lebih kurang 10 l) semua Larutan baku dan respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg benzoil
Larutan uji ke dalam kromatograf, rekam kromatogram peroksida, C14H10O4, dalam gel yang digunakan dengan
dan ukur respons puncak utama. Setiap respons puncak rumus:
dari Larutan uji yang sesuai dengan asam benzoat, etil
benzoat dan benzaldehid tidak lebih besar dari respons R 
puncak utama yang diperoleh dari Larutan baku 1 125C  U 
(25%), Larutan baku 2 (1%), dan Larutan baku 3 (1%). R 
 S 
Respons puncak lain selain puncak utama benzoil
peroksida, asam benzoat, etil benzoat, benzaldehida, C adalah kadar benzoil peroksida dalam mg per ml
metilparaben, propilparaben dan puncak pelarut yang Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
diperoleh dari Larutan uji, tidak lebih besar dari Larutan perbandingan respons puncak benzoil peroksida
baku 4 (2%); jumlah respons puncak dari semua terhadap etil benzoat dari Larutan uji dan Larutan baku.
cemaran selain asam benzoat, etil benzoat dan
benzaldehid tidak lebih besar dari Larutan baku 4 (2%). Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada BENZOIL PEROKSIDA HIDRAT
Kromatografi <931>. Hydrous Benzoyl Peroxide
Fase gerak Buat campuran asetonitril P dan air (lebih
kurang 5 dalam 10), hingga waktu retensi etil benzoat O

dan benzoil peroksida berturut-turut lebih kurang 7 dan O

14 menit. O

Larutan bakuinternal Larutkan etil benzoat dalam O

asetonitril P hingga kadar lebih kurang 3,6 mg per ml.


Larutan baku Masukkan sejumlah benzoil peroksida Benzoil peroksida [94-36-0]
hidrat yang baru ditetapkan kadarnya seperti tertera pada C14H10O4 BM 242,23
Penetapan Kadar dalam Benzoil Peroksida Hidrat ke
dalam Erlenmeyer bersumbat kaca yang telah ditimbang Benzoil Peroksida Hidrat mengandung tidak kurang dari
saksama dan timbang kembali untuk mendapatkan bobot 65,0% dan tidak lebih dari 82,0%, C14H10O4.
benzoil peroksida hidrat. Larutkan secara kuantitatif Mengandung lebih kurang 26% air untuk mengurangi
dalam asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,8 mg sifat mudah menyala dan kepekaan terhadap goncangan.
benzoil peroksida per ml. Pipet 10 ml larutan ini dan 5 [Perhatian Benzoil peroksida hidrat dapat meledak pada
ml Larutan baku internal ke dalam labu tentukur 25-ml, suhu lebih dari 60º atau menyala dengan adanya
encerkan dengan asetonitril P sampai tanda. Larutan ini reduktor. Simpan dalam wadah asli, lakukan
mengandung benzoil peroksida lebih kurang 0,32 mg per pengurangan muatan statik].
ml.
Pemerian Serbuk granul; putih; berbau khas.
- 217 -

Kelarutan Agak sukar larut dalam air dan dalam etanol; titrasi hingga warna biru hilang. Lakukan penetapan
larut dalam aseton, dalam kloroform dan dalam eter. blangko.

Identifikasi Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N


A.Lakukan kromatografi lapis tipis seperti tertera setara dengan 12,11 mg C14H10O4
pada Kromatografi <931>.
Fase gerak Buat campuran toluen P-diklorometan P- Wadah dan penyimpanan Dalam wadah asli, pada
asam asetat glasial P (50:2:1). suhu ruang. [Catatan Jangan simpan benzoil peroksida
Penjerap Campuran silika gel P setebal 0,25 mm. hidrat dalam wadah logam atau kaca dengan penutup
Larutan baku Timbang sejumlah Benzoil Peroksida yang dapat bergeser. Jangan mengembalikan zat yang
Hidrat BPFI, larutkan dan encerkan dengan metanol P tidak terpakai ke wadah asli, tetapi musnahkan dengan
hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml. Larutan dibuat larutan natrium hidroksida P (1 dalam 10) hingga dengan
segar pada saat akan digunakan. penambahan hablur kalium iodida P tidak melepaskan
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dengan iodum].
metanol P hingga kadar lebih kurang 10 mg per ml.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 5 l
Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng BENZOKAIN
kromatografi. Masukkan lempeng ke dalam bejana Benzocaine
kromatografi yang berisi Fase gerak dan biarkan
merambat hingga tiga per empat tinggi lempeng. Angkat O

lempeng, tandai batas rambat dan biarkan kering pada


O CH3
suhu ruang. Amati bercak di bawah cahaya
ultraviolet254 nm. Harga Rf bercak utama Larutan uji H2N
sesuai dengan Larutan baku.
B. Lakukan Kromatografi cair kinerja tinggi seperti Etil p– aminobenzoat94-09-7
tertera pada Kromatografi <931>. C9H11NO2 BM 165,19
Fase gerak, Larutan kesesuaian sistem dan Sistem
kromatografi Lakukan seperti tertera pada uji Senyawa Benzokain mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
sejenis dalam Gel Benzoil Peroksida. tidak lebih dari 102,0%, C9H11NO2, dihitung terhadap
Larutan baku Timbang sejumlah Benzoil Peroksida zat yang telah dikeringkan di atas fosfor pentoksida P
Hidrat BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga kadar selama 3 jam.
lebih kurang 0,32 mg per ml. Buat segar.
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dalam Pemerian Hablur halus atau serbuk hablur; putih. Tidak
asetonitril P hingga kadar lebih kurang 0,32 mg per ml. berbau; stabil di udara dan memberikan anestetik lokal
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume di lidah.
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; mudah larut dalam
respons puncak. Waktu retensi puncak utama Larutan uji alkohol, dalam kloroform dan dalam eter; agak sukar larut
sesuai dengan Larutan baku. dalam minyak zaitun; larut dalam asam encer.

Kemurnian kromatografi Hitung persentase respons Baku pembanding Benzokain BPFI; Keringkan di atas
tiap puncak dalam kromatogram Larutan uji, seperti fosfor pentoksida P selama 3 jam sebelum digunakan.
yang diperoleh padacara B dalam Identifikasi: jumlah Simpan dalam wadah tertutup rapat.
respons semua puncak selain puncak utama tidak lebih
dari 2,0% dan respons masing-masing puncak selain Identifikasi
puncak utama tidak lebih dari 1,5%. A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
dikeringkan di atas fosfor pentoksida P selama 3 jam dan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 300 didispersikan dalam kalium bromida P menunjukkan
mg zat yang telah dicampur homogen, masukkan ke maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
dalam labu Erlenmeyer bersumbat kaca, yang telah seperti pada Benzokain BPFI.
ditimbang saksama dan timbang kembali untuk B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam
mendapatkan bobot zat uji. Tambahkan 30 ml asam kloroform P (1 dalam 200.000) menunjukkan maksimum
asetat glasial P, yang dialiri dengan karbon dioksida dan minimum pada panjang gelombang yang sama
selama tidak kurang dari 2 menit sebelum digunakan, seperti pada Benzokain BPFI; serapan jenis masing-
goyang labu perlahan-lahan hingga larut. Tambahkan 5 masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan
ml larutan kalium iodida P (1 dalam 2) dan campur. pada panjang gelombang serapan maksimum lebih
Diamkan selama 1 menit. Titrasi iodum bebas dengan kurang 278 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%.
natrium tiosulfat 0,1 N LV. Mendekati titik akhir C. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 10 ml air
tambahkan 1 tetes pasta kanji-iodida LP dan lanjutkan dengan bantuan beberapa tetes asam klorida 3 N dan
tambahkan 5 tetes larutan natrium nitrit P (1 dalam 10),
- 218 -
kemudian tambahkan 2 ml larutan 100 mg 2-naftol P Sistem Kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dalam 5 ml natrium hidroksida 1 N: terbentuk endapan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
merah jingga. dilengkapi dengan detektor 285 nm dan kolom 2,0 mm x
15 cm berisi bahan pengisi L11 dengan ukuran partikel 5
Jarak lebur <1021>Metode I: Antara 88º dan 92º, m. Laju alir lebih kurang 0,2 ml per menit. Lakukan
rentang antara awal dan akhir melebur tidak lebih dari 2º. kromatografi terhadap Larutan baku, ukur respons
puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan
Reaksi Larutkan 1,0 g zat dalam 10 ml etanol netral P: puncak benzokain tidak lebih dari 2,0; simpangan baku
terbentuk larutan jernih. Encerkan larutan ini dengan 10 relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
ml air, tambahkan 2 tetes Fenolftalein LP dan 1 tetes Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
natrium hidroksida 0,1 N: terjadi warna merah. sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1%. respons puncak benzokain. Hitung jumlah dalam mg,
Lakukan pengeringan di atas fosfor pentoksida P selama benzokain, C9H11NO2, dalam zat yang digunakan dengan
3 jam. rumus:

Zat mudah terarangkan <411> Larutkan 500 mg zat r 


dalam 5 ml asam sulfat LP: warna larutan tidak lebih 1000 C  U 
dari Larutan Padanan A seperti yang tertera pada Warna  rS 
dan Akromisitas <1291>.
C adalah kadar Benzokain BPFI dalam mg per ml
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
puncak Larutan uji dan Larutan baku; 1000 adalah
Klorida Ke dalam larutan 200 mg zat dalam 5 ml etanol faktor pengenceran Larutan uji.
P, yang telah diasamkan dengan beberapa tetes asam
nitrat encer P, tambahkan beberapa tetes perak nitrat Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
LP: tidak segera terbentuk kekeruhan. tertutup baik.

Logam berat <371> Metode III. Tidak lebih dari 10 bpj.


INJEKSI BESI(II)59 SITRAT
Cemaran umum <481>Total cemaran umum tidak lebih Ferrous 59 Citrate Injection
dari 1%.
Larutan baku Gunakan etanol mutlak P sebagai CH 2COO
pelarut. HO C COO Fe 3
Larutan uji Gunakan etanol mutlak P sebagai pelarut.
CH 2COO
Volume penotolan: 10 l 2

Fase gerak Kloroform P yang mengandung 0,75%


etanol mutlak P sebagai pengawet, dalam bejana tanpa Besi(II) 59sitrat (3:2) [64521-35-3]
penjenuhan.
Penampak bercak Gunakan penampak bercak nomor C12H1059Fe3O14
1. Injeksi Besi(II)59 Sitrat adalah larutan steril mengandung
besi59 radioaktif dalam bentuk besi(II) dan kompleks
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara dengan ion sitrat dalam Air untuk Injeksi. Dapat
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada mengandung natrium klorida yang cukup untuk
Kromatografi <931>. membuat larutan isotonis dan zat bakteriostatik. Fe59
Larutan dalam air Ke dalam 980 ml air tambahkan 20 dihasilkan dengan penembakan neutron pada Fe58.
ml asam asetat P dan 1 ml trietilamin P. Atur pH antara Mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih
2,95 dan 3,0. dari 110,0% Fe59 yang tertera pada etiket, dinyatakan
Fase gerak Buat campuran Larutan dalam air- dalam MBq (Ci atau mCi) per ml pada saat dan tanggal
metanol P (60:40). kalibrasi dilakukan. Aktivitas jenis tidak kurang dari 185
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Benzokain MBq (5 mCi) per mg besi(II) sitrat pada tanggal
BPFI, larutkan dalam Fase gerak, encerkan secara pembuatan.
kuantitatif, jika perlu bertahap dengan Fase gerak
hingga kadar lebih kurang 0,024 mg per ml. Baku pembanding Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 24 mg zat, pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi semua isi,
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. Pipet 10 ml gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
larutan, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml dan belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
- 219 -

Identifikasi radionuklida Lakukan seperti tertera pada Kelarutan Sukar larut dalam air; sangat sukar larut
Radioaktivitas <1171>. Spektrum sinar gamma dalam etanol. Kelarutan dalam asam klorida encer
menunjukkan puncak energi utama 1,095 MeV dan terbatas karena memisahnya asam fumarat.
1,292 MeV sama dengan Fe59 yang digunakan sebagai [Catatan Bersifat pirogenik, penanganan vial dan isi
baku dengan kemurnian diketahui. harus hati-hati untuk menghindari kontaminasi]
Rekonstitusi semua isi, gunakan larutan dalam waktu 14
Endotoksin bakteri <201> Memenuhi syarat. Batas hari. Simpan vial yang belum dibuka dan larutan, dalam
kandungan endotoksin tidak lebih dari 175/V unit lemari pendingin.
endotoksin FI per ml injeksi, dibandingkan dengan
Endotoksin BPFI; V adalah jumlah dosis maksimum Baku Pembanding Asam Fumarat BPFI.
yang dianjurkan, dalam ml, pada waktu atau tanggal
kadaluarsa. Identifikasi
A. Pada 1,5 g zat tambahkan 25 ml asam klorida P (1
pH <1071> Antara 5,0 dan 7,0. dalam 2). Encerkan dengan air hingga 50 ml, panaskan
hingga larut sempurna, dinginkan. Saring dengan
Syarat lain Memenuhi syarat Injeksi; kecuali jika tidak penyaring kaca masir halus, cuci endapan dengan larutan
harus memenuhi anjuran seperti tertera pada Penetapan asam klorida P (3 dalam 100), simpan filtrat untuk
Volume Injeksi dalam Wadah <1131>. Identifikasi B. Keringkan endapan pada suhu 105º;
spektrum serapan inframerah endapan yang telah
Penetapan radioaktivitas Lakukan penetapan dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
radioaktivitas dalam MBq (Ci atau mCi) per ml Injeksi menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
Besi(II)59 sitrat menggunakan alat pencacah yang sesuai gelombang yang sama seperti pada Asam Fumarat BPFI.
seperti tertera pada Pemilihan alat pencacah dan sistem B. Filtrat yang diperoleh dari Identifikasi A
terkalibrasi dalam Radioaktivitas <1171>. menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>.
Penandaan Kecuali pernyataan seperti tertera pada
Penandaan dalam Injeksi pada etiket harus juga tertera: Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,5%;
(1) Waktu dan tanggal kalibrasi, (2) Jumlah Besi(II) lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 16 jam.
sitrat dinyatakan dalam g Fe per ml; jumlah Fe59
sebagai Besi(II)59 sitrat dinyatakan dalam MBq (Ci Sulfat Tidak lebih dari 0,2%; lakukan penetapan dengan
atau mCi) per ml pada saat kalibrasi, (3) Tanggal cara sebagai berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam gelas
kadaluarsa, (4) Pernyataan” Awas bahan radioaktif”, (5) piala 250 ml, tambahkan 100 ml air, panaskan di atas
Dalam perhitungan dosis, lakukan koreksi terhadap tangas uap, tambahkan asam klorida P tetes demi tetes
peluruhan radioaktif, (6) Waktu paro Fe59 adalah 44,6 hingga larut sempurna (diperlukan lebih kurang 2 ml
hari. asam). Saring dan jika perlu encerkan filtrat dengan air
hingga 100 ml. Panaskan hingga mendidih, tambahkan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal 10 ml barium klorida LP, hangatkan di atas tangas uap
atau dosis ganda. selama 2 jam, tutup dan biarkan selama 16 jam. (Jika
hablur besi(II) fumarat terbentuk, hangatkan di atas
tangas uap hingga larut). Saring melalui kertas saring,
BESI(II) FUMARAT cuci sisa dengan air panas, pindahkan kertas saring yang
Ferrous Fumarate berisi sisa ke dalam krus yang telah ditara. Arangkan
kertas saring tanpa terbakar, pijarkan pada suhu 600º
HC C O hingga bobot tetap: tiap mg residu setara dengan 0,412
CH O
mg SO4.
O

O Fe Arsen <321> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan


penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
Besi(2+) fumarat [141-01-5] berikut: Masukkan 2,0 g zat ke dalam gelas piala,
C4H2FeO4 BM 169,90 tambahkan 10 ml air dan 10 ml asam sulfat P.
Hangatkan hingga terjadi endapan sempurna asam
Besi(II) Fumarat mengandung tidak kurang dari 97,0% fumarat, dinginkan, tambahkan 30 ml air, saring ke
dan tidak lebih dari 101,0% C4H2FeO4, dihitung dalam labu tentukur 100-ml. Cuci endapan dengan air
terhadap zat yang telah dikeringkan. sampai tanda. Masukkan 50,0 ml larutan ke dalam labu
generator arsen, encerkan dengan air hingga 55 ml.
Pemerian Serbuk jingga kemerahan hingga cokelat Larutan memenuhi Uji Batas Arsen tanpa penambahan
merah; tidak berbau. Dapat mengandung gumpalan 20 ml asam sulfat 7 N, seperti tertera pada Prosedur.
lunak yang membentuk kepingan kuning bila digerus.
Ion besi(III) Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan
dengan cara sebagai berikut: Timbang saksama 2,0 g zat
- 220 -
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat ke dalam labu tentukur 50-ml menggunakan kurang
kaca, tambahkan 25 ml air dan 4 ml asam klorida P. lebih 10 ml air. Tambahkan 20 ml Larutan asam
Panaskan di atas lempeng pemanas hingga larut askorbat-natrium iodida dan 5,0 ml Larutan
sempurna. Tutup labu, dinginkan hingga suhu ruang. trioktilfosfin oksida, kocok selama 30 detik, biarkan
Tambahkan 3 g kalium iodida P, tutup labu, goyang, memisah. Tambahkan air hingga lapisan organik
diamkan di tempat gelap selama 5 menit. Buka sumbat mencapai leher labu, kocok, biarkan memisah. Lapisan
labu, tambahkan 75 ml air. Titrasi dengan natrium pelarut organik merupakan Larutan uji.
tiosulfat 0,1 N LV menggunakan indikator 3 ml kanji LP: Prosedur Tetapkan serapan Blangko, Larutan baku
digunakan tidak lebih dari 7,16 ml natrium tiosulfat 0,1 dan Larutan uji pada pita emisi timbal 283,3 nm
N. menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
sesuai seperti yang tertera pada Spektrofotometri dan
Timbal Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan Hamburan Cahaya <1191> yang dilengkapi dengan
sebagai berikut [Catatan Untuk pembuatan semua lampu tabung katode timbal dan nyala udara-asetilen.
larutan dalam air dan pembilas alat kaca sebelum Untuk mengatur posisi nol gunakan 4-metil-2-pentanon
digunakan, gunakan air yang telah dilewatkan resin P. Pada analisis yang sesuai, serapan Blangko tidak lebih
penukar ion, asam kuat, basa kuat. Pilih pereaksi dari 20% perbedaan antara serapan Larutan baku dan
dengan sesedikit mungkin kandungan timbal, simpan Blangko: serapan Larutan uji tidak lebih dari serapan
semua larutan pereaksi dalam wadah kaca borosilikat. Larutan baku.
Sebelum digunakan, rendam alat kaca bersih dalam
asam nitrat 8 N hangat selama 30 menit, kemudian cuci Raksa <381> Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
dengan air demineralisata P]. penetapan dengan cara sebagai berikut: [Catatan
Larutan asam askorbat-natrium iodida Larutan 20 g Lakukan penetapan di bawah cahaya lemah, karena
asam askorbat P dan 38,5 g natrium iodida P dalam air raksa(II) ditizonat peka terhadap cahaya. Lakukan
di dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan air penyiapan larutan seperti yang tertera pada Uji Batas
sampai tanda. Raksa].Timbang saksama lebih kurang 1 g zat, larutkan
Larutan trioktilfosfin oksida [Perhatian Larutan ini dalam 30 ml larutan asam nitrat P (1 dalam 10), di atas
menyebabkan iritasi. Hindari kontak dengan mata, kulit tangas uap. Dinginkan segera dengan merendam di
dan pakaian. Lakukan pembuangan larutan yang dalam tangas es, saring melalui penyaring yang telah
mengandung pereaksi ini dengan hati-hati]. Larutkan dibasahi dengan larutan asam nitrat P (1 dalam 10) dan
5,0 g trioktilfosfin oksida P dalam 4-metil-2-pentanon P air. Pada filtrat tambahkan 20 ml larutan natrium sitrat P
dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan pelarut (1 dalam 4) dan 1 ml Larutan hidroksilamin hidroklorida.
yang sama sampai tanda. Larutan pembanding Buat larutan yang mengandung
Larutan baku dan Blangko Masukkan 5,0 ml Larutan 3,0 ml Larutan baku raksa, 30 ml larutan asam nitrat P
persediaan timbal(II) nitrat yang dibuat seperti tertera (1 dalam 10), 5 ml larutan natrium sitrat P, 5 ml larutan
pada Uji Batas Logam Berat <371>, ke dalam labu natrium sitrat P (1 dalam 4) dan 1 ml Larutan
tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda. hidroksilamina hidroklorida.
Masukkan 2,0 ml ke dalam gelas piala 50 ml. Ke dalam Prosedur Lakukan terhadap Larutan uji dan Larutan
gelas piala tersebut dan gelas piala kosong lainnya yang pembanding secara bersamaan sebagai berikut: Atur pH
digunakan sebagai Blangko, tambahkan 6 ml asam nitrat hingga 1,8 menggunakan amonium hidroksida P,
P dan 10 ml asam perklorat P, uapkan dalam lemari tetapkan secara potensiometrik dan masukkan ke dalam
asam hingga kering. [Perhatian Gunakan asam corong pisah. Ekstraksi dua kali, tiap kali dengan 5 ml
perklorat dalam lemari asam dengan ventilasi yang Larutan pengekstraksi ditizon dan 5 ml kloroform P,
baik, secara hati-hati.] Dinginkan, larutkan masing- kumpulkan ekstrak kloroform dalam corong pisah ke
masing sisa dalam 10 ml asam klorida 9 N, masukkan dua. Tambahkan 10 ml larutan asam klorida P (1 dalam
secara terpisah ke dalam labu tentukur 50-ml 2) kocok, biarkan lapisan memisah, buang lapisan
menggunakan lebih kurang 10 ml air. Pada masing- kloroform. Cuci ekstrak asam dengan 3 ml kloroform P,
masing labu tambahkan 20 ml Larutan asam askorbat- buang cairan pencuci. Tambahkan 0,1 ml larutan
natrium iodida dan 5,0 ml Larutan trioktilfosfin oksida, dinatrium edetat P (1 dalam 50) dan 2 ml asam asetat 6
kocok selama 30 detik, biarkan memisah. Tambahkan air N, campur dan tambahkan 5 ml amonium hidroksida P
hingga lapisan pelarut organik mencapai leher labu, secara perlahan-lahan. Tutup corong pisah, dinginkan di
kocok lagi, biarkan memisah. Lapisan pelarut organik bawah air mengalir yang dingin, keringkan permukaan luar
yang merupakan Blangko dan Larutan baku berturut- corong pisah. Buka sumbat, tuang isi ke dalam gelas
turut mengandung 0,0 dan 2,0 µg timbal per ml. piala. Atur pH hingga 1,8 dengan cara yang sama seperti
Larutan uji Masukkan 1,0 g zat ke dalam gelas piala tersebut di atas, tuang kembali larutan kedalam corong
50-ml, tambahkan 6 ml asam nitrat P dan 10 ml asam pisah. Tambahkan 5,0 ml Larutan pengekstraksi ditizon
perklorat P. [Perhatian Gunakan asam perklorat di encer, kocok kuat-kuat, biarkan lapisan memisah.
dalam lemari asam dengan ventilasi yang baik, secara Bandingkan warna larutan yang terjadi dalam lapisan
hati-hati]. Tutup dengan kaca arloji bercelah, panaskan kloroform yang diperoleh dari kedua larutan: warna
dalam lemari asam hingga kering sempurna. Dinginkan, yang terjadi dalam Larutan uji tidak lebih intensif dari
larutkan sisa dalam 10 ml asam klorida 9 N, masukkan warna yang terjadi dalam Larutan pembanding.
- 221 -

Penetapan kadar Timbang saksama 500 mg zat, ml air, 25 ml asam nitrat P dan 7,5 ml asam perklorat P.
masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500 ml, tambahkan Tutup dengan kaca arloji bercelah, panaskan hingga
25 ml larutan asam klorida P (2 dalam 5). Panaskan terjadi asap tebal. Dinginkan, bilas kaca arloji dan gelas
hingga mendidih, tambahkan larutan timah(II) klorida P piala dengan air, uapkan dalam lemari asam hingga
5,6 g dalam 50 ml larutan asam klorida P (3 dalam 10) hampir kering. Cuci kaca arloji dan gelas piala dengan 2
tetes demi tetes hingga warna kuning hilang, kemudian ml asam klorida P, kemudian dengan sejumlah kecil air.
tambahkan 2 tetes berlebih. Dinginkan larutan di dalam Larutkan residu, jika perlu hangatkan. Masukkan ke
tangas es hingga suhu ruang. Tambahkan 200 ml air, 25 dalam labu Erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, ulangi
ml larutan asam sulfat P (1 dalam 2), dan 4 ml asam pencucian dengan 2 ml asam klorida P, masukkan ke
fosfat P, kemudian tambahkan 2 tetes ortofenantrolin labu menggunakan tidak lebih dari 20 sampai 25 ml air.
LP. Titrasi dengan serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan Tambahkan 4 g kalium iodida P, tutup, biarkan di dalam
penetapan blangko. gelap selama 5 menit. Tambahkan 75 ml air, titrasi
dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV, mendekati titik akhir
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N tambahkan 3 ml kanji LP.
setara dengan16,99 mg C4H2FeO4
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik. setara dengan16,99 mg C4H2FeO4

Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.


TABLET BESI(II) FUMARAT
Ferrous Fumarate Tablet
BESI(II) GLUKONAT
Tablet Besi(II) Fumarat mengandung besi(II) fumarat, Ferrous Gluconate
C4H2FeO4, tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. H H OH H
O

Baku pembanding Asam Fumarat BPFI; tidak boleh HOH2C C C C C C O Fe 2H2O


dikeringkan sebelum digunakan. Simpan dalam wadah OH OH H OH
tertutup rapat. 2

Identifikasi Pada serbuk tablet setara dengan 1 g besi(II) Besi(2+) glukonat (1:2) dihidrat [12389-15-0]
fumarat, tambahkan 25 ml larutan asam klorida P (1
dalam 2), campur, tambahkan 25 ml air. Didihkan C12H22FeO14.2H2O BM 482,17
selama beberapa menit, dinginkan dan saring: filtrat Anhidrat [299-29-6] BM 446,14
menunjukkan reaksi Besi seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Besi(II) Glukonat mengandung tidak kurang dari 97,0%
dan tidak lebih dari 102,0% C12H22FeO14, dihitung
Disolusi <1231> terhadap zat yang telah dikeringkan.
Media disolusi: 900 ml asam klorida 0,1 N dalam
natrium lauril sulfat P 0,5 %. Pemerian Serbuk halus atau granul; abu-abu
Alat tipe 2: 75 rpm. kekuningan atau kuning kehijauan pucat; bau lemah
Waktu: 45 menit. seperti caramel. Larutan zat (1 dalam 20) bereaksi asam
Prosedur Lakukan penetapan jumlah C4H2FeO4 yang terhadap lakmus.
terlarut dengan mengukur serapan alikuot, jika perlu
encerkan dengan Media disolusi dan bandingkan dengan Kelarutan Larut dalam air dengan sedikit pemanasan;
serapan Larutan baku mengandung besi yang sudah praktis tidak larut dalam etanol.
diketahui kadarnya, dalam media yang sama
menggunakan spektrofotometer serapan atom pada Baku pembanding Kalium Glukonat BPFI; lakukan
panjang gelombang lebih kurang 248,3 nm. pengeringan dalam hampa udara pada suhu 105 selama
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 4 jam sebelum digunakan.
kurang dari 75 % (Q) C4H2FeO4 dari jumlah yang tertera
pada etiket. Identifikasi
A. Memenuhi Identifikasi B seperti tertera pada
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. Kalsium Glukonat.
B. Larutan zat (1 dalam 200) menghasilkan endapan
Penetapan kadar Timbang dan serbukkan tidak kurang biru tua dengan kalium heksasianoferat(III) LP.
dari 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
setara dengan lebih kurang 500 mg besi(II) fumarat, Susut pengeringan <1121> Antara 6,5% dan 10,0%;
masukkan ke dalam gelas piala 250 ml. Tambahkan 25 lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 16 jam.
- 222 -
Klorida <361> Tidak lebih dari 0,07%; lakukan pereaksi ini agar dilakukan dengan hati-hati.] Larutkan
penetapan menggunakan 1,0 g zat dan bandingkan 5,0 g trioktilfosfin oksida P dalam 4-metil-2-pentanon P
kekeruhan dengan 1,0 ml asam klorida 0,020 N. dalam labu tentukur 100-ml, encerkan dengan pelarut
yang sama sampai tanda.
Sulfat <361> Tidak lebih dari 0,1%; lakukan penetapan Larutan baku dan Blangko Masukkan 5,0 ml Larutan
menggunakan 1,0 g zat dan bandingkan kekeruhan persediaan timbal(II) nitrat yang dibuat seperti tertera
dengan 1,0 ml asam sulfat 0,020 N. pada Uji Batas Logam Berat <371> ke dalam labu
tentukur 100-ml, encerkan dengan air sampai tanda.
Asam oksalat Larutkan 1,0 g zat dalam 10 ml air, Masukkan 2,0 ml larutan ke dalam labu tentukur 50-ml.
tambahkan 2 ml asam klorida P, masukkan ke dalam Pada labu tentukur tersebut dan labu tentukur 50-ml
corong pisah. Ekstraksi berturut-turut dengan 50 dan 20 yang lain sebagai Blangko, tambahkan 10 ml asam
ml eter P. Kumpulkan ekstrak eter, tambahkan 10 ml air, klorida 9 N dan lebih kurang 10 ml air. Ke dalam
uapkan eter di atas tangas uap. Tambahkan 1 tetes asam masing-masing labu tambahkan 20 ml Larutan asam
asetat 6 N dan 1 ml larutan kalsium asetat P (1 dalam askorbat-natrium iodida dan 5,0 ml Larutan
20): tidak terjadi kekeruhan dalam waktu 5 menit. trioktilfosfin oksida, kocok selama 30 detik, biarkan
memisah. Tambahkan air hingga lapisan pelarut organik
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan mencapai leher labu, kocok dan biarkan memisah.
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai Lapisan pelarut organik yang merupakan Blangko dan
berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat Larutan baku, berturut-turut mengandung 0,0 dan 2,0 µg
100-ml dengan sambungan asah berukuran 24/40. timbal per ml.
Tambahkan 40 ml asam sulfat 9 N dan 2 ml larutan Larutan uji Ke dalam labu tentukur 50-ml tambahkan
kalium bromida P (3 dalam 10). Hubungkan segera labu 1,0 g zat, 10 ml asam klorida 9 N, lebih kurang 10 ml
dengan alat destilasi yang sesuai dilengkapi pencadang air, 20 ml Larutan asam askorbat-natrium iodida dan
dengan mantel air yang didinginkan dengan sirkulasi air 5,0 ml Larutan trioktilfosfin oksida, kocok selama 30
es dan panaskan labu hingga zat melarut. Lakukan detik, biarkan memisah. Tambahkan air hingga pelarut
destilasi, kumpulkan 25 ml destilat dan masukkan organik mencapai leher labu, kocok dan biarkan
destilat ke dalam labu generator arsen. Cuci pendingin memisah. Lapisan organik merupakan Larutan uji.
dan penampung dengan sedikit air beberapa kali, Prosedur Tetapkan serapan Blangko, Larutan baku
tambahkan brom LP hingga larutan agak kuning, dan Larutan uji pada pita emisi timbal pada 283,3 nm
encerkan dengan air hingga 35 ml. Lanjutkan seperti menggunakan spektrofotometer serapan atom yang
tertera pada Prosedur. dilengkapi dengan lampu tabung katode timbal dan
nyala api udara-asetilen; untuk mengatur posisi nol
Ion besi(III) Tidak lebih dari 2,0%; lakukan penetapan gunakan 4-metil-2-pentanon P. Pada analisis yang
sebagai berikut: Timbang saksama lebih kurang 5 g zat, sesuai, serapan Blangko tidak lebih dari 20% dari
larutkan dalam campuran 100 ml air dan 10 ml asam perbedaan serapan Larutan baku dan Blangko: serapan
klorida P, tambahkan 3 g kalium iodida P. Kocok, Larutan uji tidak lebih dari serapan Larutan baku.
biarkan di tempat gelap selama 5 menit. Titrasi iodum
bebas dengan natrium tiosulfat 0,1 N LV menggunakan Raksa <381> Tidak lebih dari 3 bpj.
indikator 3 ml kanji LP. Lakukan penetapan blangko.
Gula mereduksi Larutkan 500 mg zat dalam 10 ml air,
Tiap ml natrium tiosulfat 0,1 N hangatkan, basakan dengan 1 ml ammonium hidroksida
setara dengan5,585 mg ion besi(III) 6 N. Alirkan gas hidrogen sulfida P ke dalam larutan
untuk mengendapkan besi, biarkan larutan selama 30
Timbal Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan penetapan menit untuk mengkoagulasikan endapan. Saring, cuci
sebagai berikut: [Catatan Untuk pembuatan larutan endapan dua kali berturut-turut dengan 5 ml air.
dalam air dan pembilas alat kaca sebelum digunakan, Asamkan kumpulan filtrat dan cairan pencuci dengan
gunakan air yang telah dilewatkan melalui resin asam klorida P, tambahkan 2 ml asam klorida 3 N
penukar ion, asam kuat, basa kuat. Pilih pereaksi berlebih. Didihkan larutan hingga uap tidak lagi
dengan sesedikit mungkin kandungan timbal dan simpan menghitamkan kertastimbal(II) asetat P, jika perlu
semua larutan pereaksi dalam wadah kaca borosilikat. lanjutkan pendidihan hingga lebih kurang 10 ml.
Sebelum digunakan rendam alat kaca bersih dalam Dinginkan, tambahkan 5 ml natrium karbonat LP dan 20
asam nitrat 8 N hangat selama 30 menit kemudian cuci ml air, saring dan atur volume filtrat hingga 100 ml.
dengan air demineralisata]. Pada 5 ml filtrat tambahkan 2 ml tembaga(II) tartrat
Larutan asam askorbat-natrium iodida Larutkan 20 g alkali LP, didihkan selama 1 menit: tidak terbentuk
asam askorbat P dan 38,5 g natrium iodida P dalam air, endapan merah dalam waktu 1 menit.
dalam labu tentukur 200-ml, encerkan dengan air sampai
tanda. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1,5 g
Larutan trioktilfosfin oksida [Perhatian Larutan ini zat, larutkan dalam campuran 75 ml air dan 15 ml asam
menyebabkan iritasi, hindari kontak dengan mata, kulit sulfat 2 N dalam labu Erlenmeyer 300 ml. Tambahkan
dan pakaian. Pembuangan larutan yang mengandung 250 mg serbuk zink, tutup labu dengan sumbat yang
- 223 -

dilengkapi dengan katup Bunsen, biarkan pada suhu Raksa <381>Metode I Memenuhi syarat uji Raksa
ruang selama 20 menit atau sampai larutan menjadi tidak seperti tertera pada Besi(II)Fumarat.
berwarna. Saring larutan melalui krus penyaring berisi
asbes dengan lapisan tipis serbuk zink, cuci krus dengan Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
10 ml asam sulfat 2 N dan 10 ml air [Catatan Lakukan zat, larutkan dalam campuran 25 ml asam sulfat 2 N dan
penyiapan dan penyaringan dengan krus dalam lemari 25 ml air bebas karbon dioksida P. Tambahkan
asam berventilasi baik]. Tambahkan ortofenantrolin LP, ortofenantrolin LP, segera titrasi dengan serium(IV)
titrasi segera filtrat dalam labu penghisap dengan sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko.
serium(IV) sulfat 0,1 N LV. Lakukan penetapan blangko.
Tiap ml serium(IV) sulfat
Tiap ml serium(IV) sulfat 0,1 N setara dengan15,19 mg FeSO4
setara dengan44,61 mg C12H22FeO14 Atau dengan 27,80 mg FeSO4.7H2O
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.

BETAHISTIN HIDROKLORIDA
BESI(II) SULFAT Betahistine Hydrochloride
Ferrous Sulfate
H
N N
Besi(2+) sulfat (1:1) heptahidrat [7782-63-0] CH3

FeSO4.7H2O BM 278,01 . 2HCl

Anhidrat BM 151,90
2-[2-(Metilamino)etil]piridin dihidroklorida [5579-84-0]
C8H12N2.2HCl BM 209,12
Besi(II) Sulfat mengandung tidak kurang dari 99,5% dan
tidak lebih dari 104,5%, FeSO4.7H2O. Betahistin Hidroklorida mengandung tidak kurang dari
99,0% dan tidak lebih dari 101,0%, C8H12N2.2HCl,
Pemerian Hablur atau granul warna hijau kebiruan, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
pucat; tidak berbau dan rasa seperti garam.Merekah di
udara kering. Segera teroksidasi dalam udara lembab, Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir kuning;
berbentuk besi(III) sulfat berwarna kuning kecokelatan. sangat higroskopis. Melebur antara 151º dan 154º.
Larutan zat (1 dalam 10) bereaksi asam terhadap lakmus
P. pH lebih kurang 3,7. Kelarutan Sangat larut dalam air; mudah larut dalam
alkohol; praktis tidak larut dalam isopropil alkohol.
Kelarutan Mudah larut dalam air; tidak larut dalam
etanol; sangat mudah larut dalam air mendidih. Baku pembanding Betahistin Hidroklorida BPFI;
keringkan pada suhu 100° sampai 105° selama 4 jam
Identifikasi Menunjukkan reaksi Besi(II) dan Sulfat sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
seperti tertera pada Uji Identifikasi Umum <291>. Sangat higroskopis. Terlindung cahaya.
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 3 bpj; lakukan
Identifikasi
penetapan menggunakan larutan yang dibuat sebagai
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
berikut: Masukkan 1,0 g zat ke dalam labu alas bulat 100
dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
ml dengan sambungan asah, tambahkan 40 ml asam
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
sulfat 9 N dan 2 ml larutan kalium bromida P (3 dalam
gelombang yang sama seperti Betahistin Hidroklorida
10), segera hubungkan labu dengan pendingin yang
BPFI.
sesuai dan penampung labu yang dilengkapi dengan
B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
mantel air yang didinginkan dengan air es. Panaskan
uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
labu perlahan-lahan di atas api kecil hingga zat padat
pada Penetapan kadar.
larut, kemudian lakukan destilasi sehingga diperoleh 25
ml kumpulan destilat. Pindahkan destilat ke dalam labu
pH <1071> Antara 2,0 dan 3,0; lakukan penetapan
generator arsin, cuci pendingin dan penampung beberapa
menggunakan larutan 1 dalam 10.
kali, setiap kali dengan sedikit air, tambahkan kumpulan
air pencuci ke dalam labu generator. Goyangkan labu,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
tambahkan brom LP hingga warna larutan sedikit
lakukan pengeringan pada suhu 100° sampai 105°
kuning, encerkan dengan air hingga 35,0 ml.
hingga bobot tetap.
Timbal <401> Tidak lebih dari 10 bpj; lakukan
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.
penetapan seperti tertera pada Besi(II) Glukonat.
- 224 -
Senyawa Sejenis Lakukan penetapan dengan cara 15 cm, berisi bahan pengisi L1. Pertahankan suhu kolom
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada 40°. Laju alir lebih kurang 0,5 ml per menit.
Kromatografi <931>. Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam
Fase Gerak dan Sistem kromatografi lakukan seperti kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera
tertera pada Penetapan Kadar. pada Prosedur: efisiensi kolom tidak kurang dari 5000
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg zat, lempeng teoritis; faktor ikutan puncak betahistin tidak
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan lebih dari 2,0; dan simpangan baku relatif pada
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda. penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 l Larutan uji ke Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
respons puncak. Hitung persentase masing-masing ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
cemaran, dengan rumus: respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg betahistin hidroklorida,
r  C8H12N2.2HCl, dalam zat yang digunakan dengan
100 F  i 
rumus:
 rS 
r 
F adalah faktor respons relatif dari cemaran yang tertera 100 C  U 
 rS 
pada Tabel; ri adalah respons puncak masing-masing
cemaran; dan rS adalah jumlah semua respons puncak,
C adalah kadar Betahistin Hidroklorida BPFI dalam mg
dengan memperhitungkan faktor respons relatif: Masing-
per ml Larutan baku, dihitung terhadap zat yang telah
masing cemaran dan jumlah semua cemaran tidak lebih
dikeringkan; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dari batas yang tertera pada Tabel sebagai berikut :
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Tabel
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
Faktor
Waktu
Respons Batas
Cemaran Retensi BETAMETASON
Relatif (%)
Relatif
(F) Betamethasone
2-(2-Hidroksi-etil)
0,3 0,5 0,2
piridin CH2OH

2-Vinilpiridin 0,4 0,4 0,2 C O

N-Metil-N,N-bis(2- HO OH

2,4 1,4 0,2 CH3

piridin-2-il-etil)amin
masing- F
Cemaran lain - 1,0 masing
O
0,1
Jumlah semua 9-Fluoro-11ß,17,21-trihidroksi-16ß-metilpregna-1,4-
- - 0,5
cemaran
diena-3,20-dion [378-44-9]
C22H29FO5 BM 392,46
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Betametason mengandung tidak kurang dari 97,0% dan
Kromatografi <931>.
tidak lebih dari 103,0%, C22H29FO5, dihitung terhadap
Dapar amonium asetat Larutkan lebih kurang 0,69 g
zat yang telah dikeringkan.
amonium asetat P dalam 1000 ml air. Atur pH hingga
4,7 dengan penambahan asam asetat glasial P.
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih;
Fase gerak Buat campuran 350 ml asetonitril P dan
tidak berbau. Melebur pada suhu lebih kurang 240º
650 ml Dapar amonium asetat yang mengandung 2,88 g
disertai sedikit peruraian.
natrium lauril sulfat P. Saring dan awaudarakan. Jika
perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
Kelarutan Tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam
seperti tertera pada Kromatografi <931>.
aseton, dalam etanol, dalam dioksan dan dalam metanol;
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Betahistin
sangat sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.
Hidroklorida BPFI, larutkan dan encerkan dengan Fase
Baku pembanding Betametason BPFI; tidak boleh
gerak hingga kadar lebih kurang 0,38 mg per ml.
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 38 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, larutkan dan
Identifikasi
encerkan dengan Fase gerak sampai tanda.
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,0 mm x
gelombang yang sama seperti pada Betametason BPFI.
- 225 -

B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 80 mg zat,
Kromatografi lapis tipis <281>. lakukan seperti tertera pada Larutan baku.
Fase gerak Buat campuran kloroform P- dietilamin P Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
(2:1). Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason BPFI, dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
larutkan dan encerkan dengan etanol mutlak P hingga 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
encerkan dalam etanol mutlak P hingga kadar lebih seperti tertera pada Prosedur: waktu retensi relatif untuk
kurang 0,5 mg per ml. betametason dan propilparaben berturut-turut lebih
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 kurang 1,0 dan 1,4; resolusi, R antara puncak
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng betametason dan propilparaben tidak kurang dari 3,0;
kromatografi silika gel P 0,25 mm. Masukkan lempeng ke dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak. tidak lebih dari 2,0%.
Biarkan merambat hingga lebih kurang tiga perempat Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
dan biarkan sampai kering.Semprot lempeng dengan ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
larutan asam sulfat P (1 dalam 2) dan panaskan di atas respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg
lempeng pemanas ataudi bawah lampu hingga bercak betametason, C22H29FO5, dalam zat yang digunakan
tampak: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai dengan dengan rumus:
Larutan baku.
 RU 
Rotasi jenis <1081> Antara +118º dan +126º, dihitung 800 C  
 RS 
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan  
menggunakan larutan dalam metanol P yang
mengandung 5 mg per ml. C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per ml
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%; perbandingan respons puncak betametason terhadap
lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam. propilparaben dari Larutan uji dan Larutan baku.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
penetapan menggunakan krus platina. simpan pada suhu antara 2 dan 30.

Cemaran umum <481>


Larutan uji Gunakan pelarut metanol P. TABLET BETAMETASON
Larutan baku Gunakan pelarut metanol P. Bethamethasone Tablet
Volume penotolan 10 µl.
Fase gerak Buat campuran toluen P- aseton P-metil Tablet Betametason mengandung betametason,
etil keton P-asam format P (55:20:20:5) dalam bejana C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
tanpa penjenuhan. 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.
Penampak bercak Gunakan penampak bercak nomor
5. Baku pembanding Betametason BPFI; tidak boleh
dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada Identifikasi Uapkan 50 ml Larutan uji seperti tertera
Kromatografi <931>. pada Penetapan kadar, diatas tangas air hingga hampir
Fase gerak Buat campuran air - asetonitril P (63:37), kering, larutkan residu dalam 1 ml kloroform P, lakukan
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian seperti tertera pada Identifikasi cara B dalam
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada Betametason dimulai dengan “ambil 10 ml larutan”.
Kromatografi <931>. Disolusi <1231> Prosedur untuk gabungan sampel
Larutan baku internal Timbang sejumlah Media disolusi: 900 ml air tambahkan 1,0 ml Larutan
propilparaben, larutkan dalam etanol P hingga kadar baku internal pada masing-masing bejana disolusi.
lebih kurang 0,25 mg per ml. Alat tipe 2:50 rpm
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Waktu: 45 menit.
Betametason BPFI, larutkan dalam etanol P hingga Lakukan penetapan C22H29FO5 yang terlarut dengan
kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Masukkan 10,0 ml cara Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
larutan ini ke dalam vial yang sesuai, tambahkan 10,0 ml Kromatografi <931>.
Larutan baku internal hingga kadar betametason lebih Fase gerak Buat campuran metanol P-air (60:40),
kurang 0,1 mg per ml dan kadar propilparaben lebih saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
kurang 0,125 mg per ml.
- 226 -
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada jumlah per tablet yang tertera pada etiket dan faktor
Kromatografi <931>. pengenceran; AU dan AS berturut-turut adalah serapan
Larutan baku internal Timbang sejumlah testosteron, dari Larutan uji dan Larutan baku.
larutkan dalam metanol P hingga kadar lebih kurang 0,5
mg per ml. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Betametason BPFI, larutkan dalammetanol P hingga Kromatografi <931>.
kadar lebih kurang 0,5 mg per ml. Pipet 1,0 ml larutan Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (1:2),
ini,tambahkan 1,0 ml Larutan baku internal, encerkan saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
dengan air hingga 900,0 ml. menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi Larutan baku internal Timbang lebih kurang 25 mg
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x beklometason, masukkan ke dalam labu tentukur 200-
30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 2 ml, tambahkan metanol P sampai tanda dan kocok.
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan Larutan baku Timbang saksama sejumlah
baku,rekam kromatogram dan ukur respons puncak Betametason BPFI, larutkan dalam metanol P, encerkan
seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak secara kuantitatif dan jika perlu bertahap dengan
betametason dan testosteron tidak kurang dari 1,5; waktu metanol P hingga kadar lebih kurang 0,1 mg per ml.
retensi relatif betametason dan testosteron masing- Campur sejumlah volume sama larutan ini dan Larutan
masing lebih kurang 0,5 dan 1,0 dan simpangan baku baku internal yang diukur saksama hingga kadar lebih
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 3,0%. kurang 0,05 mg per ml.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Larutan uji Timbang dan serbukan tidak kurang dari
sama (lebih kurang 200 µl) Larutan baku dan alikuot ke 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur dengan lebih kurang 0,5 mg betametason, masukkan ke
respons puncak utama. Hitung jumlah, C22H29O5, yang dalam corong pisah 125 ml, tambahkan 25 ml air dan
terlarut. kocok dengan pengocok mekanik selama lebih kurang
Toleransi Dalam waktu 45 menit harus larut tidak 15 menit. Tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal.
kurang dari 75% (Q) C22H29FO5 dari jumlah yang tertera Ekstraksi empat kali, tiap kali dengan 25 ml kloroform
pada etiket. P. Saring ekstrak kloroform melalui lebih kurang 4 g
natrium sulfat anhidrat P yang telah dicuci dengan
Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat. kloroform P. Kumpulkan ekstrak dalam gelas piala 150
Prosedur keseragaman kandungan. ml. Uapkan ekstrak di atas tangas uap dengan
Larutan baku Lakukan seperti tertera pada Penetapan mengalirkan nitrogen P hingga kering, hindarkan
kadar steroid <631> menggunakan Betametason BPFI pemanasan berlebih. Larutkan residu dalam 2 ml
dengan kadar lebih kurang 12 µg per ml. metanol P dan pindahkan ke dalam labu tentukur 10-ml.
Larutan uji Timbang dan serbukkan 1 tablet. Bilas gelas piala dengan sedikit metanol P, pindahkan
Masukkan ke dalam corong pisah 125 ml, tambahkan 20 bilasan ke dalam labu tentukur yang sama. Encerkan
ml air dan kocok. Ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan 15 dengan metanol P sampai tanda.
ml kloroform P. Saring melalui kapas yang telah dicuci Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
dengan kloroform P ke dalam labu tentukur 50- Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
ml.Encerkan dengan kloroform P sampai tanda. Pipet 20 dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm x
ml larutan ini ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml 30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang 1,2
bersumbat kaca, uapkan di atas tangas uap hingga ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
hampir kering, dinginkan, larutkan residu dalam 20,0 ml baku, rekam kromatogram dan ukur respons puncak
etanol P. seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
Prosedur Lakukan penetapan seperti tertera pada analit dan baku internal tidak kurang dari 1,7; waktu
Penetapan kadarsteroid <631> kecuali meletakkan labu retensi relatif beklometason dan betametason berturut-
dalam tangas bersuhu 45° ± 1º selama 90 menit, turut lebih kurang 1,4 dan 1,0 dan simpangan baku
tambahkan 1,0 ml asam asetat glasial P dan dinginkan. relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
Hitung jumlah dalam mg betametason, C22H29FO5, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
dalam tablet dengan rumus: sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
 TC   A
U


   betametason, C22H29FO5, dalam serbuk tablet yang
 D  A
S  digunakan dengan rumus:

T adalah jumlah betametason dalam mg per tablet seperti R 


yang tertera pada etiket; C adalah kadar Betametason 10 C  U 
BPFI dalam µg per ml Larutan baku; D adalah kadar  R 
 S 
betametason dalam µg per ml Larutan uji berdasarkan
- 227 -

C adalah kadar Betametason BPFI dalam mg per ml Rotasi jenis <1081> Antara +63º dan +70º; lakukan
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10
perbandingan respons puncak betametason terhadap mg per ml dalam dioksan P.
beklometason dari Larutan uji dan Larutan baku.
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, lakukan pengeringan pada suhu 105º selama 3 jam.
simpan pada suhu antara 2 dan 25, penyimpanan
diperbolehkan antara 15 dan 30 [Catatan Kemasan Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan
tablet terlindung cahaya dan dari kelembaban berlebih]. penetapan menggunakan krus platina.

Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran


BETAMETASON DIPROPIONAT tidak lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak
Betamethasone Dipropionate lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Fasa gerak Buat campuran asetonitril P - air (65:35)
saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
Kromatografi <931>.
Larutan kesesuaian sistem Timbang saksama
sejumlah Betametason Dipropionat BPFI dan
Betametason Valerat BPFI, larutkan dalam Fase gerak
9-Fluoro-11ß,17,21-trihidroksi-16β-metilpregna-1,4-
hingga kadar masing-masing lebih kurang 0,05 mg per
diena-3,20-dion17,21-dipropionat[5593-20-4]
ml.
C28H37FO7 BM 504,60
Larutan uji Timbang saksama 3 mg zat, masukkan ke
dalam labu yang sesuai. Tambahkan 10 ml Fase gerak.
Betametason Dipropionat mengandung tidak kurang dari
Kocok hingga larut.
97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C28H37FO7, dihitung
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
terhadap zat yang telah dikeringkan.
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6 mm x
Pemerian Serbuk; putih sampai putih krem; tidak
15 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
berbau.
kurang 1 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan kesesuaian sistem, rekam kromatogram dan
Kelarutan Tidak larut dalam air; mudah larut dalam
ukur respons puncak seperti tertera pada Prosedur:
aseton dan dalam kloroform; agak sukar larut dalam
resolusi, R, antara betametason valerat dan betametason
etanol.
dipropionat tidak kurang dari 4,0 dan efisiensi kolom
tidak kurang dari 8000 lempeng teoritis.
Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI;
Prosedur Suntikkan sejumlah volume (lebih kurang
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam
10 μl) Larutan uji, ke dalam kromatograf, rekam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kromatogram dan ukur respons semua puncak. Hitung
Beklometason Dipropinat BPFI; lakukan pengeringan
persentase masing-masing cemaran dengan rumus:
pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Betametason
Valerat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Simpan dalam r 
100  i 
wadah tertutup rapat. r 
 s 
Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah ri adalah respons puncak masing-masing cemaran dan rS
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P, adalah jumlah semua respons puncak.
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan
gelombang yang sama seperti pada Betametason Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Dipropionat BPFI. Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
B. Lakukan seperti tertera pada Identifikasi secara Kromatografi <931>.
kromatografi lapis tipis <281>. Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (lebih
Fase gerak Buat campuran kloroform P-aseton P kurang 1 dalam 2), hingga diperoleh waktu retensi
(7:1). betametason dipropionat dan beklometason dipropionat
Larutan uji Timbang sejumlah zat, larutkan dan berturut-turut lebih kurang 14 dan 18 menit. Saring dan
encerkan dengan kloroform P hingga kadar lebih kurang awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
1 mg per ml. Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
- 228 -
Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah Beklometason Dipropionat BPFI; lakukan pengeringan
Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dalam asam pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan.
asetat P - metanol P (1 dalam 1000) hingga kadar lebih Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kurang 0,9 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
Betametason Dipropionat BPFI, larutkan dalam secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
campuran asam asetat P-metanol P (1 dalam 1000) Fase gerak Buat campuran kloroform P - aseton P
hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. Masukkan 5,0 (7:1).
ml larutan kedalam vial yang sesuai, tambahkan 5,0 ml Larutan baku Timbang sejumlah Betametason
Larutan baku internal hingga kadar betametason Dipropionat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
dipropionat dan beklometason dipropionat berturut-turut kloroform P hingga kadar lebih kurang 150 µg per ml.
lebih kurang 0,3 dan 0,45 mg per ml. Larutan uji Masukkan lebih kurang 1,5 g krim ke
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg zat, dalam tabung sentrifuga 50 ml bersumbat kaca.
encerkan secara kuantitatif dan jika perlu bertahap Tambahkan 15 ml campuran 1 bagian volume larutan
dengan campuran asam asetat P-metanol P (1 dalam asam klorida P (1 dalam 120) dengan 4 bagian volume
1000) hingga kadar lebih kurang 0,6 mg per ml. metanol P. Kocok sampai homogen. Tambahkan 30ml
Masukkan 5,0 ml larutan ini kedalam vial yang sesuai, heksan P, kocok selama 10 menit dan sentrifus.
tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal. Pindahkan lapisan air ke dalam tabung sentrifuga kedua
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada menggunakan alat suntik, tambahkan lebih kurang 20 ml
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi air dan campur. Ekstraksi campuran ini dengan
dilengkapi dengan detektor 254 atau 240 nm, kolom kloroform P, dengan mengocok dan sentrifus. Pindahkan
4mm x 30 cm berisi bahan pengisi L1dan pompa yang lapisan kloroform dengan alat suntik. Uapkan kloroform
dapat mengatur tekanan dalam kolom hingga 3500 psi. di atas tangas uap dengan aliran nitrogen P sampai
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, rekam kering, dinginkan dan larutkan residu dalam kloroform P
kromatogram dan ukur respons puncak seperti tertera hingga kadar betametason dipropionat lebih kurang 150
pada Prosedur: simpangan baku relatif pada tiga kali µg per ml.
penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 40
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng
sama (antara5 dan 25l) Larutan baku dan Larutan uji kromatografi silika gel P 0,25 mm. Masukkan lempeng
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur ke dalam bejana kromatografi yang berisi Fase gerak.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Biarkan merambat hingga lebih kurang tiga perempat
betametason dipropionat, C28H37FO7, dalam zat yang tinggi lempeng. Angkat lempeng, tandai batas rambat
digunakan dengan rumus: dan biarkan sampai kering pada suhu ruang. Amati
bercak dibawah cahaya ultraviolet 254 nm: harga Rf
R  bercak utama Larutan uji sesuai dengan Larutan baku.
200 C  U 
R 
 S  Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
C adalah kadar Betametason Dipropionat BPFI dalam Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
mg per ml Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
perbandingan respons puncak betametason dipropionat Kromatografi <931>.
terhadap beklometason dipropionat dari Larutan uji dan Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Larutan baku. kadar dalam Betametason Dipropionat.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, Larutan baku internal Timbang saksama sejumlah
simpan pada suhu 25, penyimpanan diperbolehkan Beklometason Dipropionat BPFI, larutkan dalam
antara 15 dan 30. campuran asam asetat P - metanol P (1 dalam 1000)
hingga kadar lebih kurang 0,45 mg per ml.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
KRIM BETAMETASON DIPROPIONAT Betametason Dipropionat BPFI. Larutkan dalam
Betamethasone Dipropionate Cream campuran asam asetat P-metanol P (1 dalam 1000)
hingga kadar lebih kurang 0,2 mg per ml. Pipet 10 ml
Krim Betametason Dipropionat mengandung larutan ini ke dalam vial yang sesuai dan tambahkan 5,0
betametason dipropionat, C28H37FO7, setara dengan ml Larutan baku internal hingga kadar betametason
betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan dipropionat dan beklometason dipropionat berturut-turut
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada lebih kurang 0,133 dan 0,15 mg per ml.
etiket dalam dasar krim yang sesuai. Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
dengan lebih kurang 2 mg betametason dipropionat.
Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI; Masukkan ke dalam tabung sentrifuga 50 ml bertutup.
lakukan pengeringan 105o selama 3 jam sebelum Tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal dan 10,0 ml
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. campuran asam asetat P-metanol P (1 dalam 1000).
- 229 -

Panaskan di dalam tangas air pada suhu 60 sambil Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara
sesekali dikocok hingga melebur. Pindahkan dari tangas dengan 2 mg betametason dipropionat, masukkan secara
air dan kocok kuat hingga zat memadat kembali. Ulangi kuantitatif ke dalam tabung sentrifuga 50 ml bertutup.
pemanasan dan pengocokan. Bekukan dalam tangas Tambahkan 5,0 ml Larutan baku internal dan 10,0 ml
metanol-es selama lebih kurang 15 menit dan sentrifus campuran asam asetat P-etanol P (1 dalam 1000).
pada 2500 rpm selama lebih kurang 5 menit. Pindahkan Panaskan dalam tangas air pada suhu 70 sambil sesekali
beningan ke dalam vial yang sesuai. dikocok hingga melebur. Pindahkan dari tangas dan
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan kocok kuat hingga zat memadat kembali. Ulangi
Kadar dalam Betametason Dipropionat. Hitung jumlah pemanasan dan pengocokan. Lakukan seperti tertera
dalam mg betametason, C22H29FO5, dalam krim yang pada Penetapan Kadar dalam Krim Betametason
digunakan dengan rumus: Dipropionat mulai dari ”Bekukan dalam tangas metanol-
es”.
 RU  Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
 392 , 46   
  15 C R 
Kadar dalam Krim Betametason Dipropionat.
 504 , 60   S 
Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah
392,46 dan 504,60 berturut-turut adalah bobot molekul tertutup rapat. Simpan pada suhu 25, penyimpanan
betametason dan betametason dipropionat; C adalah diperbolehkan antara 15 dan 30. Lindungi dari
kadar Betametason Dipropionat BPFI dalam mg per ml pembekuan.
Larutan baku; RU dan RS berturut-turut adalah
perbandingan respons puncak betametason dipropionat
terhadap baku internal dari Larutan uji dan Larutan BETAMETASON NATRIUM FOSFAT
baku. BetamethasoneSodium Phosphate

Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau wadah 9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-


tertutup rapat. Simpan pada suhu 25, penyimpanan diena-3,20-dion 21-(dinatrium fosfat) [151-73-5]
diperbolehkan antara 15 dan 30. Lindungi dari C22H28FNa2O8P BM 516,40
pembekuan.
Betametason Natrium Fosfat mengandung tidak kurang
dari 97,0% dan tidak lebih dari 103,0%, C22H28FNa2O8P,
dihitung terhadap zat anhidrat.
SALEP BETAMETASON DIPROPIONAT
Betamethasone Dipropionate Ointment Pemerian Serbuk; putih hingga praktis putih; tidak
berbau; higroskopis.
Salep Betametason Dipropionat mengandung
betametason dipropionat, C28H37FO7, setara dengan Kelarutan Mudah larut dalam air dan dalam metanol;
Betametason, C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan praktis tidak larut dalam aseton dan dalam kloroform.
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada
etiket dalam dasar salep yang sesuai. Baku pembanding Betametason Natrium Fosfat BPFI;
Baku pembanding Betametason Dipropionat BPFI; tidak boleh dikeringkan. Lakukan Penetapan kadar air
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam <1031>Metode I sebelum digunakan, simpan dalam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. wadah tertutup rapat di tempat kering. Bahan ini bersifat
Beklometason Dipropionat BPFI; lakukan pengeringan higroskopis.
pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Identifikasi
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam dan
dalam Krim Betametason Dipropionat.
didispersikan dalam minyak mineral P, menunjukkan
maksimum hanya pada bilangan gelombang yang sama
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.
seperti pada Betametason Natrium Fosfat BPFI.
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Fase gerak Butanol P jenuh dengan larutan asam
Kromatografi <931>.
klorida P (1 dalam 12).
Fase gerak Lakukan seperti tertera pada Penetapan
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Kadar dalam Betametason Dipropionat.
Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam
Larutan baku internal dan Larutan baku Lakukan
metanol P hingga kadar 1 mg per ml.
seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam Krim
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat, larutkan
Betametason Dipropionat kecuali gunakan campuran
dalam metanol P hingga kadar 1 mg per ml.
asam asetat P-etanol P (1 dalam 1000) sebagai pelarut.
- 230 -
Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan baku blangko. Hitung jumlah dalam mg betametason bebas
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P dengan rumus:
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan merambat 3,125 A
hingga lebih kurang tiga perempat tinggi lempeng.
Angkat lempeng, tandai batas rambat, biarkan fase gerak Batas tidak lebih dari 250 µg.
menguap, semprot lempeng dengan campuran asam
sulfat P-metanol P-asam nitrat P (10:10:1), panaskan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada suhu 105 selama 10 menit: harga Rf bercak utama Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji sesuai dengan Larutan baku. Kromatografi <931>.
C. Pijarkan pada suhu 800; lakukan seperti tertera Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat
pada Penetapan Sisa Pemijaran <301>: sisa monobasa 0,07 M (3:2). Saring dan awaudarakan. Jika
menunjukkan reaksi Natrium dan Fosfat cara A dan B perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem
seperti tertera pada Uji identifikasi umum<291>. seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Rotasi jenis <1081> Antara +99 dan +105, dihitung Betametason Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam
terhadap zat anhidrat. Lakukan penetapan menggunakan campuran metanol P-air (3:2) dan jika perlu encerkan
larutan 100 mg per 10 ml air. secara kuantitatif dan bertahap dengan pelarut yang
sama hingga kadar lebih kurang 0,17 mg per ml.
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 10,0%. Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 34 mg zat,
masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml, larutkan dan
Ion fosfat Tidak lebih dari 1,0%. encerkan dengan campuran metanol P-air (3:2) sampai
Larutan baku fosfat dan Pereaksi fosfat A Lakukan tanda.
seperti pada Fosfat dalam pereaksi tertera pada Pereaksi, Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Indikator dan Larutan. Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Pereaksi fosfat B Larutkan 350 mg p-metilaminofenol dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
sulfat P dalam 50 ml air, tambahkan 20 g natrium 30 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
bisulfit P, campur hingga larut dan encerkan dengan air kurang 1,5 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
hingga 100 ml. Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
Prosedur Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat, puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml dan larutkan lebih dari 2 dan simpangan baku relatif pada 5 kali
dalam campuran 10 ml air dan 5 ml asam sulfat 2 N, bila penyuntikan tidak lebih dari 3,0%.
perlu hangatkan. Tambahkan masing-masing 1 ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Pereaksi fosfat A dan Pereaksi fosfat B, encerkan dengan sama (lebih kurang 20 l), Larutan uji dan Larutan baku
air hingga 25,0 ml dan campur, diamkan pada suhu ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
ruang selama 30 menit. Dengan cara yang sama buat respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Larutan baku menggunakan 5,0 ml Larutan baku fosfat betametason natrium fosfat, C22H28FNa2O8P, dalam zat
sebagai pengganti 50 mg zat uji. Dengan cara yang yang digunakan dengan rumus:
sama, ukur serapan kedua larutan pada sel 1-cm
menggunakan spektrofotometer yang sesuai dan air
r 
sebagai blangko pada panjang gelombang serapan 200C  U 
maksimum lebih kurang 730 nm. Serapan larutan zat uji  rS 
tidak lebih dari serapan Larutan baku.
C adalah kadar Betametason Natrium Fosfat BPFI,
Batas betametason bebas Tidak lebih dari 1,0%. dalam mg per ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut
Larutan uji Larutkan 25,0 mg zat dalam air hingga adalah respons puncak betametason natrium fosfat dalam
diperoleh larutan 25,0 ml. Pindahkan 5,0 ml larutan ke Larutan uji dan Larutan baku.
dalam corong pisah, ekstraksi tiga kali, tiap kali dengan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
25 ml kloroform P, saring melalui kapas yang telah
dijenuhkan dengan kloroform P dan kumpulkan ekstrak
dalam labu Erlenmeyer. Uapkan kloroform di atas tangas INJEKSI BETAMETASON NATRIUM FOSFAT
uap dengan aliran udara hingga kering dan larutan residu
Betamethasone Sodium Phosphate Injection
dalam metanol P hingga 25,0 ml.
Larutan blangko Pindahkan 5,0 ml air ke dalam
Injeksi Betametason Natrium Fosfat adalah larutan steril
corong pisah, selanjutnya lakukan seperti yang tertera
betametason natrium fosfat dalam Air untuk
pada Larutan uji.
Injeksi.Mengandung betametason natrium fosfat,
Prosedur Ukur serapan Larutan uji (A) pada panjang
C22H28FNa2O8P, setara dengan betametason, C22H29FO5,
gelombang serapan maksimum lebih kurang 239 nm
tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari
menggunakan spektrofotometer yang sesuai dan Larutan
jumlah yang tertera pada etiket.
- 231 -

tentukur 25-ml, tambahkan 5,0 ml Larutan baku


Baku pembanding Betametason Natrium Fosfat internal, encerkan dengan air sampai tanda, campur.
BPFI;tidak boleh dikeringkan, lakukan penetapan kadar Larutan mengandung betametason natrium fosfat lebih
air secara titrimetri sebelum digunakan. Simpan dalam kurang 0,5 mg per ml.
wadah tertutup rapat, di tempat kering. Bahan ini sangat Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
higroskopis. Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat setara dengan lebih kurang 9 mg betametason.
pirogenik, penanganan vial dan isi harus hati-hati untuk Masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml, tambahkan 5,0
menghindari kontaminasi.] Rekonstitusi semua isi, ml Larutan baku internal,encerkan dengan air sampai
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang tanda.
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 3,9 mm x
Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>. 30 cm yang berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
Fase gerak Buat campuran n-butanol P yang telah kurang 2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dikocok dengan asam klorida 1 N. Larutan baku dan rekam kromatogram dan ukur respons
Penampak bercak Buat campuran asam sulfat P- puncak seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara
metanol P- asam nitrat P (10:10:1). puncak analit dan baku internal tidak kurang dari
Larutan baku Timbang sejumlah Betametason 5;waktu retensi relatif butilparaben dan betametason
Dipropionat Natrium Fosfat BPFI, larutkan dan natrium fosfat berturut-turut lebih kurang 2,4 dan 1,0;
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 2 dan simpangan baku relatif pada penyuntikan ulang
mg per ml. tidak lebih dari 2,0%.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi, Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
encerkan dengan metanol P hingga kadar lebih kurang 2 sama (lebih kurang 20 l) Larutan baku dan Larutan uji
mg per ml. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 10 respons puncak utama. Hitung jumlah, dalam mg
µl Larutan baku dan Larutan uji pada lempeng betametason, C22H29FO5, dalam tiap ml injeksi dengan
kromatografi silika gel P 0,25 mm. Masukkan lempeng rumus:
ke dalam bejana kromatografi yang telah dijenuhkan
dengan Fase gerak. Biarkan merambat hingga lebih
 392,47   25 C   RU 

kurang tiga perempat tinggi lempeng. Angkat lempeng,    
tandai batas rambat dan biarkan sampai kering pada suhu  516,41   V   RS 

ruang. Semprot lempeng dengan Penampak bercak.
Panaskan lempeng pada suhu 105o selama 10 menit. 392,47 dan 516,41 berturut-turut adalah bobot molekul
Amati bercak: harga Rf bercak utama Larutan uji sesuai betametason dan betametason natrium fosfat; C adalah
dengan Larutan baku. kadar Betametason Natrium Fosfat BPFI dalam mg per
ml Larutan baku; V adalah volume injeksi yang
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 29,2 unit digunakan dalam ml; RU dan RS berturut-turut adalah
Endotoksin FI per mg betametason. perbandingan respons puncak betametason natrium
fosfat terhadap butilparaben dari Larutan uji dan
pH <1071> Antara 8,0 dan 9,0. Larutan baku.

Bahan partikulat <751> Memenuhi syarat seperti Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal
tertera pada Injeksi volume kecil. atau dosis ganda, sebaiknya dari kaca Tipe I.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


Injeksi. BETAMETASON VALERAT
Betamethasone Valerate
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada CH2OH

Kromatografi <931>. C O
H CH3
Fase gerak Buat campuran metanol P-kalium fosfat HO OCOCH2CH2CH2CH3
CH3
monobasa 0,05 M (1:1), saring dan awaudarakan. Jika CH3 H H

perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian sistem


seperti tertera pada Kromatografi <931>. F H

Larutan baku internal Timbang lebih kurang 100 mg O

butilparaben, masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml,


tambahkan metanol P sampai tanda, kocok. 9-Fluoro-11,17,21-trihidroksi-16-metilpregna-1,4-
Larutan baku Timbang saksama sejumlah Betametason diena-3,20-dion 17-valerat [2152-44-5]
Natrium Fosfat BPFI, larutkan dalam air hingga kadar 4 C27H37FO6 BM 476,59
mg per ml. Masukkan 3,0 ml larutan ini ke dalam labu
- 232 -
Betametason Valerat mengandung tidak kurang dari Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air-asam
97,0% dan tidak lebih dari 103,0% C27H37FO6, dihitung asetat glasial P (550:450:1), saring dan awaudarakan.
terhadap zat yang telah dikeringkan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>.
Pemerian Serbuk; putih sampai praktis putih; tidak Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 4 mg zat,
berbau; melebur pada suhu lebih kurang 190 disertai masukkan ke dalam labu yang sesuai. Tambahkan 10 ml
penguraian. Fase gerak, kocok hingga larut.
Sistem kromatografi Lakukan penetapan seperti tertera
Kelarutan Mudah larut dalam aseton dan dalam pada Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja
kloroform; larut dalam etanol; sukar larut dalam benzen; tinggi dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4,6
praktis tidak larut dalam air. mm x 15 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih
kurang 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Baku pembanding Betametason Valerat BPFI; tidak Larutan uji dan ukur respons puncak seperti tertera pada
boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Prosedur: resolusi, R, antara puncak betametason valerat
Beklometason Dipropionat BPFI; lakukan pengeringan dan puncak cemaran lain tidak kurang dari 1,5; dan
pada suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan. efisiensi kolom tidak kurang dari 9000 lempeng teoritis.
Simpan dalam wadah tertutup rapat. Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur semua
Identifikasi respons puncak. Hitung persentase masing-masing
A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah cemaran dalam zat dengan rumus:
dikeringkan dan didispersikan dalam minyak mineral P,
menunjukkan maksimum hanya pada bilangan  r 
 
gelombang yang sama seperti pada Betametason Valerat 100  i 
BPFI.  rT 
 
B. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi
secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
ri adalah respons puncak untuk masing-masing cemaran;
Fase gerak Campuran toluen P-etil asetat P (1:1).
dan rT adalah jumlah semua respons puncak.
Larutan baku Timbang saksama sejumlah
Betametason Valerat BPFI, larutkan dalam etanol P
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
hingga kadar 1 mg per ml.
kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah zat,larutkan
Kromatografi <931>.
dalam etanol P hingga kadar 1 mg per ml.
Fase gerak Buat campuran asetonitril P-air (3:2),
Prosedur Totolkan masing-masing 10 µl Larutan baku
saring dan awaudarakan, jika perlu lakukan penyesuaian
dan Larutan uji pada lempeng kromatografi silika gel P
menurut Kesesuaian sistem seperti tertera pada
0,25 mm. Masukkan lempeng ke dalam bejana
Kromatografi <931>.
kromatografi berisi Fase gerak dan biarkan merambat
Larutan baku internal Timbang saksama lebih kurang
hingga lebih kurang tiga per empat tinggi lempeng.
40 mg Beklometason dipropionat BPFI, masukkan ke
Angkat lempeng, biarkan fase gerak menguap. Semprot
dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan larutan asam
lempeng dengan campuran asam sulfat P-metanol P-
asetat glasial P - metanol P (1 dalam 1000) sampai
asam nitrat P (10:10:1) dan panaskan pada suhu 105
tanda.
selama 15 menit: harga Rf bercak utama Larutan uji
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg
sesuai dengan Larutan baku.
Betametason Valerat BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, encerkan dengan larutan asam asetat
Rotasi jenis <1081> Antara +75 dan +82, dihitung glasial P-metanol P (1 dalam 1000), sampai tanda.
terhadap zat yang telah dikeringkan; lakukan penetapan Campur 5,0 ml larutan ini dan 10,0 ml Larutan baku
menggunakan larutan dalam dioksan P yang internal dalam vial bersumbat yang sesuai hingga kadar
mengandung 100 mg per 10 ml. betametason valerat lebih kurang 0,2 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 60 mg zat,
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%; masukkan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. larutan asam asetat glasial P-metanol P (1 dalam 1000)
sampai tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ini ke dalam vial
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,2%; lakukan bersumbat yang sesuai, tambahkan 10,0 ml Larutan
penetapan menggunakan krus platina. baku internal.
Kemurnian kromatografi Masing-masing cemaran Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
tidak lebih dari 1,0% dan jumlah semua cemaran tidak Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
lebih dari 2,0%. Lakukan penetapan dengan cara dilengkapi dengan detektor 254 nm dan kolom 4 mm
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada x30 cm berisi bahan pengisi L1. Laju alir lebih kurang
Kromatografi <931>. 1,2 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
Larutan baku, rekam kromatogram dan ukur respons
- 233 -

puncakseperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
puncak betametason valerat dan beklometason Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
dipropionat tidak kurang dari 4,5 dan simpangan baku Kromatografi <931>.
relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Fase gerak, Larutan baku internal, Larutan baku dan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji Penetapan Kadar dalam Betametason Valerat.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Larutan uji Timbang saksama sejumlah krim setara
respons puncak utama. Waktu retensi relatif dengan lebih kurang 2,5 mg betametason, masukkan ke
beklometason dipropionat dan betametason valerat dalam tabung sentrifuga 50 ml bersumbat. Tambahkan
berturut-turut lebih kurang 1,7 dan 1,0. Hitung jumlah 10,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml campuran
dalam mg betametason valerat, C27H37FO6, dengan asam asetat glasial P-metanol P (1 dalam 1000).
rumus: Sumbat tabung sentrifuga dan masukkan ke dalam
tangas air pada suhu 60 hingga krim melebur. Angkat
R  dan kocok kuat hingga memadat kembali.Ulangi
300C  U  pemanasan dan pengocokan dua kali. Masukkan tabung
 RS  sentrifuga dalam tangas metanol-es selama 20 menit,
sentrifus hingga terjadi pemisahan. Enaptuangkan
C adalah kadar Betametason Valerat BPFI dalam mg beningan ke dalam labu bersumbat yang sesuai, diamkan
per ml Larutan baku; Ru dan Rs berturut-turut adalah hingga suhu ruang.
perbandingan respons puncak betametason valerat dan Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan
beklometason dipropionat dalam Larutan uji dan Kadardalam Betametason Valerat. Hitung jumlah dalam
Larutan baku. mg betametason, C22H29FO5, dalam krim yang
digunakan, dengan rumus:
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat.
 
 392 , 46   RU 
15 C   
KRIM BETAMETASON VALERAT  476 ,59   RS 
Bethamethasone Valerate Cream  

Krim Betametason Valerat mengandung betametason 392,46 dan 476,59 berturut-turut adalah bobot molekul
valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason, betametason dan betametason valerat; C adalah kadar
C22H29FO5, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Betametason Valerat BPFI dalam mg per ml Larutan
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dalam dasar baku; RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan
krim yang sesuai. respons puncak betametason valerat terhadap
beklometason dipropionat dari Larutan uji dan Larutan
Baku pembanding Beklometason Dipropinat BPFI; baku.
lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam
sebelum digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
Betametason Valerat BPFI; tidak boleh dikeringkan. wadah tertutup rapat.
Simpan dalam wadah tertutup rapat.

Identifikasi Masukkan sejumlah krim setara dengan SALEP BETAMETASON VALERAT


lebih kurang 2 mg betametason ke dalam corong pisah, Betamethasone Valerate Ointment
tambahkan 20 ml air dan 2 ml larutan asam klorida P(1
dalam 120) dan kocok. Ekstraksi empat kali, tiap kali Salep Betametason Valerat mengandung betametason
dengan 50 ml kloroform P dan kumpulkan ekstrak. valerat, C27H37FO6, setara dengan betametason,
Saring ekstrak melalui kapas yang dilapisi natrium sulfat C22H29FO5,tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
anhidrat P. Uapkan filtrat di atas tangas uaphingga 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket dalam dasar
kering dengan bantuan aliran nitrogen P. Larutkan residu salep yang sesuai.
dalam etanol P hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Lakukan seperti yang tertera pada uji Identifikasi cara B Baku pembanding Betametason Valerat BPFI; tidak
dalam Betametason Valerat dimulai dari “totolkan secara boleh dikeringkan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
terpisah masing-masing 10 µl”. Beklometason Dipropinat BPFI; lakukan pengeringan
pada suhu 105o selama 3 jam sebelum digunakan.
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Identifikasi Lakukan seperti tertera pada Identifikasi
Isi minimum <861> Memenuhi syarat. dalam Krim Betametason Valerat.
- 234 -
Batas mikroba <51> Tidak boleh mengandung BIPERIDEN
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Biperiden
Isi minimum <861> Memenuhi syarat.

Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara


Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada OH

Kromatografi <931>. N

Fase gerak dan Sistem kromatografi Lakukan seperti


tertera pada Penetapan kadar dalam Betametason
Valerat. α-5-Norbornen-2-il-α-fenil-1-piperidinpropanol [514-65-8]
Larutan baku internal Timbang lebih kurang 20 mg C21H29NO BM 311,46
Beklometason Dipropionat BPFI, masukkan ke dalam
labu tentukur 50-ml, tambahkan campuran asam asetat Biperiden mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
glasial P-etanol P (1 dalam 1000) sampai tanda, kocok. tidak lebih dari 101,0%, C21H29NO, dihitung terhadap
Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 30 mg zat yang telah dikeringkan.
Betametason Valerat BPFI, masukkan ke dalam labu
tentukur 50-ml, larutkan dan encerkan dengan campuran Pemerian Serbuk; hablur; putih; praktis tidak berbau.
asam asetat glasial P-etanol P (1 dalam 1000) sampai
tanda. Masukkan 5,0 ml larutan ini ke dalam vial Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; mudah larut
bersumbat yang sesuai, tambahkan 10,0 ml Larutan dalam kloroform; agak sukar larut dalam etanol.
baku internal hingga kadar betametason valerat lebih
kurang 0,2 mg per ml. Baku pembanding Biperiden BPFI; keringkan pada
Larutan uji Timbang saksama sejumlah salep setara suhu 105 selama 3 jam sebelum digunakan. Simpan
dengan lebih kurang 2,5 mg betametason, masukkan ke dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya.
dalam tabung sentrifuga 50 ml bersumbat. Tambahkan
10,0 ml Larutan baku internal dan 5,0 ml campuran Identifikasi
asam asetat glasial P-etanol P (1 dalam 1000). Sumbat A. Spektrum serapan inframerah zat yang telah
tabung dan masukkan dalam tangas air pada suhu 70 dikeringkan dan didispersikan dalam kalium bromida P
hingga melebur. Angkat dan kocok kuat hingga memadat menunjukkan maksimum hanya pada bilangan gelombang
kembali. Ulangi pemanasan dan pengocokan dua kali. yang sama seperti pada Biperiden BPFI.
Letakkan tabung sentrifuga dalam tangas metanol-es B. Timbang saksama 180 mg zat yang telah
selama 20 menit, kemudian sentrifus hingga terjadi dikeringkan, masukkan ke dalam labu tentukur 200-ml,
pemisahan. Enaptuangkan beningan ke dalam labu tambahkan 1 ml asam laktat P, encerkan dengan air
bersumbat yang sesuai, biarkan hangat hingga suhu sampai tanda, campur. Spektrum serapan ultraviolet
ruang. larutan menunjukkan maksimum dan minimum pada
Prosedur Lakukan seperti tertera pada Penetapan panjang gelombang yang sama seperti Biperiden BPFI;
Kadar dalam Betametason Valerat. Hitung jumlah dalam serapan jenis masing-masing dihitung terhadap zat yang
mg betametason, C22H29FO5, dalam salep yang telah dikeringkan pada panjang gelombang serapan
digunakan dengan rumus: maksimum lebih kurang 257 nm berbeda tidak lebih dari
3,0%.
C. Larutkan lebih kurang 20 mg zat dalam 5 ml asam
 392, 46   RU

 fosfat P: terjadi larutan berwarna hijau.
15 C  
 476,59   RS 
 D. Larutkan 200 mg zat dalam 80 ml air dengan
bantuan 0,5 ml asam klorida 3 N, jika perlu hangatkan
392,46 dan 476,59 berturut-turut adalah bobot molekul untuk membantu kelarutan dan kemudian dinginkan. Ke
betametasondanbetametason valerat;C adalah kadar dalam 5 ml larutan tambahkan 1 tetes asam klorida P
Betametason Valerat BPFI dalam mg per ml Larutan dan beberapa tetes raksa (II) klorida LP: terbentuk
baku;RU dan RS berturut-turut adalah perbandingan endapan putih. Ke dalam 5 ml larutan yang kedua
respons puncak betametason valerat terhadap tambahkan tetesan brom LP: terbentuk endapan
beklometason dipropionat dariLarutan uji dan Larutan berwarna kuning yang dapat larut kembali dengan
baku. pengocokan, penambahan brom LP selanjutnya:
terbentuk endapan tetap.
Wadah dan penyimpanan Dalam tube atau dalam
wadah tertutup rapat, hindarkan dari panas berlebih. Jarak lebur <1021> Antara 112° dan 116°.

Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,1%;


lakukan pengeringan pada suhu 105o selama 3 jam.

Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%.


- 235 -

Cemaran umum <481> Penetapan kadar


Larutan uji Gunakan Metanol P sebagai pelarut. Dapar fosfat-bromkresol ungu Larutkan 38 g natrium
Larutan bakuGunakan Metanol P sebagai pelarut. fosfat monobasa P dan 2 g natrium fosfat dibasa
Fase gerak Buat campuran metanol P - amonium anhidrat P dalam 1000 ml air. Jika perlu atur pH hingga
hidroksida P (100:1,5). 5,3 ± 0,1 (Larutan A). Larutkan 400 mg bromkresol ungu
Penampak bercak Gunakan penampak bercak nomor dalam 30 ml air, tambahkan 6,3 ml natrium hidroksida
17. 0,1 N encerkan dengan air hingga 500 ml (Larutan B).
Campur volume sama Larutan A, Larutan B dan
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500 kloroform P dalam corong pisah, kocok dan buang
mg zat, larutkan dalam 20 ml benzen P, tambahkan 2 lapisan kloroform. Jika terdapat warna dalam ekstrak
tetes kristal violet LP dan titrasi dengan asam perklorat kloroform ulangi ekstraksi sampai ekstrak kloroform
0,1 N LV sampai terjadi warna biru. Lakukan penetapan tidak berwarna.
blangko jika perlu lakukan koreksi. Larutan baku Timbang saksama lebih kurang 80 mg
Biperiden BPFI, masukkan ke dalam labu tentukur 100-
Tiap ml asam perklorat 0,1 N ml, tambahkan metanol P sampai tanda, campur. Pipet
setara dengan 31,15 mg C21H29NO 5ml larutan ke dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan
25 ml air, encerkan dengan metanol P sampai tanda dan
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, campur untuk memperoleh Larutan baku dengan kadar
terlindung cahaya. lebih kurang 40 µg per ml.
Larutan uji Ukur saksama sejumlah volume injeksi
yang setara dengan 5 mg biperiden laktat, masukkan ke
INJEKSI BIPERIDEN LAKTAT dalam labu tentukur 100-ml, tambahkan 25 ml air,
Biperiden Lactate Injection encerkan dengan metanol P sampai tanda, campur.
Blangko Buat campuran metanol P - air (3:1).
α-5-Norbornen-2-il-α-fenil-1-piperidin-propanol laktat Prosedur Pipet masing-masing 5 ml Larutan baku,
[7085-45-2]. Larutan uji dan Blangko ke dalam corong pisah berbeda
C21H29NO.C3H6O3 BM 401,54 yang berisi 10,0 ml Dapar fosfat-bromkresol ungu.
Ekstraksi masing-masing larutan dengan 20,0 ml
Injeksi Biperiden Laktat adalah larutan steril biperiden kloroform P selama 2 menit. Saring lapisan kloroform
laktat, C21H29NO.C3H6O3, dalam air untuk injeksi,dibuat dengan kertas saring ke dalam masing-masing labu
dari biperiden dengan bantuan asam laktat. Mengandung tentukur 50-ml bersumbat kaca. Ulangi ekstraksi dengan
biperiden laktat, C21H29NO.C3H6O3, tidak kurang dari masing-masing 20 ml kloroform P, saring dengan kertas
95,0% dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang saring yang sama kemudian cuci kertas saring dengan 8
tertera pada etiket. ml kloroform P, masukkan ekstrak dan kloroform cucian
ke dalam labu tentukur 50-ml yang telah berisi ekstrak
Baku pembanding Biperiden BPFI; keringkan pada pertama, tambahkan kloroform P, sampai tanda, campur.
suhu 105° selama 3 jam sebelum digunakan, simpan Ukur serapan masing-masing larutan pada panjang
dalam wadah tertutup rapat terlindung cahaya. gelombang serapan maksimum lebih kurang 408 nm.
Endotoksin BPFI; [Catatan Bersifat pirogenik, Hitung jumlah dalam mg biperiden laktat,
penanganan vial dan isinya harus hati- hati untuk C21H29NO.C3H6O3, per ml injeksi yang digunakan dengan
menghindari kontaminasi]. Rekonstitusi seluruh isi, rumus:
gunakan larutan dalam waktu 14 hari. Simpan vial yang
belum dibuka dan larutan, dalam lemari pendingin.  401,55  0,1C  AU 
   
 311,47  V  AS 
Identifikasi Gunakan sejumlah volume injeksi yang
setara dengan lebih kurang 50 mg biperiden laktat dan
gunakan larutan dari 50 mg Biperiden BPFI dalam 25 ml 401,55 dan 311,47 adalah bobot molekul biperiden laktat
asam klorida 0,01 N, lakukan seperti tertera pada dan biperiden; C adalah kadar Biperiden BPFI dalam µg
Identifikasi Basa Nitrogen Organik <261>, dimulai per ml Larutan baku; V adalah volume injeksi dalam ml;
AU dan AS berturut-turut adalah serapan Larutan uji dan
dengan “Pindahkan larutan ke dalam corong pisah”:
Larutan baku.
injeksi memenuhi persyaratan uji.
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah dosis tunggal,
Endotoksin bakteri <201> Tidak lebih dari 83,3 unit menggunakan kaca tipe I, terlindung cahaya.
endotoksin FI per mg biperiden laktat.

pH <1071> Antara 4,8 dan 5,8.

Syarat lain Memenuhi syarat seperti tertera pada


Injeksi.
- 236 -

BISAKODIL setara dengan36,14 mgC22H19NO4


Bisacodyl
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
H3C O O CH3

O O

SUPOSITORIA BISAKODIL
N Bisacodyl Suppositories

Supositoria Bisakodil mengandung bisakodil,


4,4’-(2-Piridilmetilen)difenol diasetat (ester) [603-50-9] C22H19NO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari
C22H19NO4 BM 361,39 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Bisakodil mengandung tidak kurang dari 98,0% dan Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan
tidak lebih dari 101,0% C22H19NO4, dihitung terhadap zat pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum
yang telah dikeringkan.[Catatan Hindari inhalasi dan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
kontak dengan mata, kulit serta selaput lendir].
Identifikasi
Pemerian Serbuk hablur; putih sampai hampir putih; A. Masukkan sejumlah supositoria setara dengan lebih
terutama terdiri dari partikel dengan diameter terpanjang kurang 150 mg bisakodil ke dalam labu Erlenmeyer 500
lebih kecil dari 50 m. ml, tambahkan 75 ml heksan P, panaskan di atas tangas
uap sampai melebur. Saring larutan melalui penyaring
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air; larut dalam kaca masir dengan porositas sedang, menggunakan
kloroform dan dalam benzen; agak sukar larut dalam pompa hisap udara. Cuci residu dengan lebih kurang 100
etanol dan dalam metanol; sukar larut dalam eter. ml heksan P hangat hingga bebas lemak, lanjutkan
penghisapan hingga residu kering. Larutkan residu
Baku pembanding Bisakodil BPFI; Lakukan dengan membilas saringan dengan lebih kurang 50 ml
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum aseton P hangat, kumpulkan filtrat dalam gelas piala 150
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat. ml, uapkan di atas tangas uap sampai lebih kurang 5 ml.
Pada cairan residu tambahkan lebih kurang 75 ml air,
panaskan di atas tangas uap selama 15 menit, dinginkan.
Identifikasi
A.Spektrum serapan inframerah larutan zat yang telah Gores dinding bagian dalam gelas piala untuk
dikeringkan dalam kloroform P (1 dalam 200) dalam sel mempercepat penghabluran, saring hablur dan keringkan
setebal 1,0 mm menunjukkan maksimum hanya pada pada suhu 100 selama lebih kurang 15 menit: hablur
bilangan gelombang yang sama seperti pada Bisakodil melebur pada suhu antara 129 dan 135 dan memenuhi
BPFI. uji Identifikasi A pada Bisakodil.
B. Spektrum serapan ultraviolet larutan dalam asam B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
klorida 0,05 N (1 dalam 50.000) menunjukkan uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
maksimum dan minimum pada panjang gelombang yang pada Penetapan kadar.
sama seperti pada Bisakodil BPFI; serapan masing-
masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
pada panjang gelombang serapan maksimum lebih Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
kurang 263 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0%. Kromatografi <931>.

Jarak lebur <1021> Antara 131 dan 135.


Fase gerak Buat campuran natrium asetat 0,074 M
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 0,5%. dalam air (atur pH hingga 7,4 dengan penambahan asam
Lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. asetat P 2,5%) dengan asetonitril P (55:45), saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi
<931>.
Logam berat <371>Metode III Tidak lebih dari 10 bpj. Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisakodil
BPFI, larutkan dalam asetonitril P hingga kadar lebih
Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 250 kurang 0,5 mg per ml.
mg zat, larutkan dalam 70 ml asam asetat glasial P. Larutan uji Timbang saksama sejumlah supositoria
Titrasi dengan asam perklorat 0,1 N LV menggunakan 3 setara dengan lebih kurang 100 mg bisakodil, masukkan
tetes indikator p-naftolbenzein LP. Lakukan penetapan ke dalam corong pisah 500 ml, tambahkan 150 ml n-
blangko. heksan P, kocok hingga supositoria larut. Tambahkan 50
ml asetonitril P, kocok selama 1 menit dan biarkan
Tiap ml asam perklorat 0,1 N memisah. Alirkan lapisan bagian bawah ke dalam labu
- 237 -

tentukur 200-ml, ekstraksi lapisan n-heksan yang tersisa B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
dalam corong pisah dua kali, tiap kali dengan 50 ml uji sesuai dengan Larutan baku, seperti yang diperoleh
asetonitril P, kumpulkan lapisan bawah ke dalam labu pada Penetapan kadar.
tentukur di atas. Encerkan kumpulan ekstrak dalam labu
tentukur dengan asetonitril P sampai tanda, kocok dan Waktu hancur <1251> Lakukan penetapan seperti
saring. tertera pada Tablet Lepas Lambat: tablet tidak hancur
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada setelah 1 jam dalam Cairan lambung buatan LP, tetapi
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi larut dalam waktu 45 menit dalam Cairan usus buatan
dilengkapi dengan detektor 265 nm, kolom 3,9 mm x 30 LP.
cm berisi bahan pengisi L1 dan kolom pelindung berisi
bahan pengisi L2. Laju alir lebih kurang 2 ml per menit. Keseragaman sediaan <911> Memenuhi syarat.
Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku, ukur
respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
ikutan tidak lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%. Kromatografi <931>.
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume Fase gerak, Larutan baku dan Sistem kromatografi
sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji Lakukan seperti tertera pada Penetapan Kadar dalam
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Supositoria Bisakodil.
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
bisakodil, C22H19NO4, dalam supositoria yang digunakan 20 tablet.Timbang saksama sejumlah serbuk tablet setara
dengan rumus: dengan lebih kurang 100 mg bisakodil, masukkan ke
dalam labu tentukur200-ml, tambahkan 25 ml air, kocok
r  secara mekanik selama 15 menit dan sonikasi selama 15
200 C  U  menit. Tambahkan 100 ml asetonitril P, kocok secara
 rS  mekanik selama 15 menit dan sonikasi selama 15 menit.
Encerkan dengan asetonitril P sampai tanda, saring.
C adalah kadar Bisakodil BPFI dalam mg per ml Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
puncak Larutan uji dan Larutan baku. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama. Hitung jumlah dalam mg
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik, bisakodil, C22H19NO4, dalam serbuk tablet yang
pada suhu tidak lebih dari 30. digunakan dengan rumus:

r 
TABLET LEPAS TUNDA BISAKODIL 200 C  U 
Bisacodyl Delayed-Release Tablet  rS 

Tablet Lepas Tunda Bisakodil mengandung bisakodil, C adalah kadar Bisakodil BPFI dalam mg per ml
C22H19NO4, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. puncak Larutan uji dan Larutan baku.

Baku pembanding Bisakodil BPFI; lakukan Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik,
pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam sebelum pada suhu tidak lebih dari 30.
digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat.
Identifikasi Penandaan Pada etiket tertera tablet salut enterik.
A. Maserasi sejumlah serbuk tablet setara dengan
lebih kurang 300 mg bisakodil dengan 100 ml aseton P.
Panaskan di atas tangas uap hingga mendidih, saring dan BISMUT SUBGALAT
uapkan hingga lebih kurang 20 ml. Tambahkan 200 ml Bismuth Subgallate
air, hangatkan di atas tangas uap, alirkan gas nitrogen P OH
di atas permukaan untuk menguapkan aseton. Setelah 30
menit, dinginkan, saring melalui penyaring kaca masir. O
Buang filtrat, larutkan hablur dalam 50 ml aseton P, BiOH
uapkan hingga lebih kurang 15 ml. Tambahkan lebih HO
O
kurang 75 ml air, panaskan di atas tangas uap selama 15
menit, dinginkan. Gores dinding bagian dalam gelas O
piala untuk mempercepat penghabluran. Saring hablur
dan keringkan pada suhu 100 selama 15 menit. Hablur Garam basa bismut asam galat [99-26-3]
memenuhi uji Identifikasi A pada Bisakodil. C7H5BiO6 BM 394,09
- 238 -
Bismut Subgalat adalah garam basa yang jika ml air, saring, uapkan filtrat di atas tangas uap hingga 20
dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam mengandung ml, saring dan bagi filtrat menjadi beberapa bagian
tidak kurang dari 52,0% dan tidak lebih dari 57,0% masing-masing 5 ml. Gunakan sebagai larutan uji untuk
Bi2O3. Tembaga, Timbal dan Perak lakukan seperti tertera pada
Bismut Subnitrat.
Pemerian Serbuk amorf, kuning terang; tidak berbau;
tidak berasa; stabil di udara tetapi dipengaruhi oleh Asam galat bebas Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
cahaya. penetapan sebagai berikut: Kocok 1,0 g zat dengan 20
ml etanol P selama 1 menit, saring dan uapkan filtrat
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol, hingga kering di atas tangas uap, keringkan residu pada
dalam kloroform dan dalam eter;mudah larut dalam suhu 105 selama 1 jam: bobot residu tidak lebih dari 5
asam klorida encer hangat, dalam asam nitrat hangat mg.
atau dalam asam sulfat hangat disertai dengan peruraian;
mudah larut dalam larutan alkali hidroksida, membentuk Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 1 g
larutan jernih warna kuning yang cepat berubah menjadi zat yang telah dikeringkan pada suhu 105 selama 3 jam,
merah gelap; tidak larut dalam asam mineral sangat pijarkan dalam krus porselen. Biarkan dingin,
encer. tambahkan asam nitrat P tetes demi tetes, sambil
dihangatkan hingga larut. Uapkan hingga kering dan
Identifikasi pijarkan hati-hati hingga bobot tetap. Dari bobot residu
A. Jika dipanaskan sampai merah: mula-mula yang diperoleh, hitung persentase, Bi2O3, dalam contoh
mengarang, kemudian meninggalkan residu berwarna yang digunakan.
kuning. Residu menunjukkan reaksi Bismut cara A
seperti tertera pada Uji IndentifikasiUmum <291>. Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
B. Kocok lebih kurang 100 mg zat dengan hidrogen tidak tembus cahaya.
sulfida LP berlebih, saring dan didihkan untuk
membebaskan gas terlarut. Dinginkan dan tambahkan 1
tetes besi(III) klorida LP: terjadi warna biru lembayung. BISMUT SUBKARBONAT
Bismuth Subcarbonate
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 7,0%;
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 3 jam. Bismut Subkarbonat mengandung tidak kurang dari
97,6% dan tidak lebih dari 100,7% (BiO)2CO3 dihitung
Nitrat Campur lebih kurang 100 mg zat dengan 5 ml terhadap zat yang telah dikeringkan.
asam sulfat 2 N dan 5 ml besi(II)sulfat LP, saring dan
tuangkan filtrat hati-hati melalui dinding tabung reaksi Pemerian Serbuk putih atau hampir putih.
pada 5 ml asam sulfat P: tidak terjadi warna cokelat
kemerahan pada bidang batas kedua cairan. Kelarutan Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol
dan dalam eter; larut dalam asam encer, membentuk
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5%; lakukan gelembung gas.
penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan 20 Identifikasi Menunjukkan reaksi Bismut cara A dan B
ml campuran asam asetat 6 N dan air volume sama, dan Karbonat cara A dan B seperti tertera pada Uji
dinginkan dan saring. Endapkan bismut dari filtrat Identifikasi Umum <291>.
dengan mengalirkan hidrogen sulfida P, didihkan dan
saring. Tambahkan 5 tetes asam sulfat P pada filtrat, Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 1,0%;
uapkan hingga kering, pijarkan hingga bobot tetap. lakukan pengeringan pada suhu 105 hingga bobot tetap.
Bobot residu tidak lebih dari 5 mg.
Klorida <361>Tidak lebih dari 0,05% lakukan
Arsen <321> Tidak lebih dari 7,5 bpj; lakukan penetapan sebagai berikut:
penetapan menggunakan larutan uji yang dibuat sebagai Larutan persediaan Campur 5,0 g zat dengan 10 ml
berikut: Gerus 400 mg zat dengan kalsium hidroksida P air, tambahkan 20 ml asam nitrat P, hangatkan hingga
bobot sama, pijarkan. Larutkan residu dalam 5 ml asam larut, dinginkan dan encerkan dengan air hingga 100 ml.
klorida 3 N: tanpa perlakuan lebih lanjut, larutan Larutan uji Tambahkan 4 ml asam nitrat P pada 6,6
memenuhi Uji Batas Arsen. ml Larutan persediaan dan encerkan dengan air hingga 50
ml. Sejumlah 15,0 ml Larutan uji tidak lebih keruh dari
Tembaga, Timbal, Perak Pijarkan 3 g zat dalam krus 70 µl asam klorida 0,020 N,yang diperlakukan sama.
porselen, dinginkan dan tambahkan hati-hati tetes demi
tetes asam nitrat P secukupnya sambil dihangatkan Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 10 mg (1,0%);
hingga larut. Uapkan larutan hingga kering, pijarkan dan lakukan penetapan sebagai berikut: didihkan 1,0 g zat
dinginkan. Larutkan residu hati-hati dalam asam nitrat P dengan 20 ml campuran asam asetat P-air (1:1). Setelah
secukupnya dengan pemanasan hati-hati, pekatkan 2 menit, dinginkan dan saring. Kumpulkan filtrat, cuci
larutan hingga lebih kurang 4 ml. Tuang ke dalam 100
- 239 -

residu dengan 20 ml air dan tambahkan air cucian ke Larutan baku dan Larutan uji: warna Larutan uji tidak
dalam filtrat. Tambahkan 2 ml asam klorida 2 N dan 20 lebih intensif dari Larutan baku.
ml air pada larutan ini. Panaskan hingga mendidih dan
tambahkan hidrogen sulfida P ke dalam larutan hingga Timbal Tidak lebih dari 20 bpj; lakukan penetapan
terbentuk endapan. Dinginkan campuran dan saring. sebagai berikut:
Kumpulkan filtrat, cuci residu dengan air dan tambahkan Pengencer Gunakan Asam nitrat 6 N bebas timbal.
air cucian ke dalam filtrat. Uapkan larutan hingga kering Larutan baku Buat larutan tembaga nitrat dalam
di atas tangas air. Tambahkan 0,5 ml asam sulfat P pada Pengencer dengan kadar 0,1598 mg per ml. Larutan ini
residu, keringkan perlahan, dinginkan dan timbang. mengandung timbal 100 μg per ml. Encerkan bertahap
sejumlah volume larutan yang telah diukur saksama,
Nitrat Tidak lebih dari 0,4%; lakukan penetapan sebagai dengan Pengencer hingga diperoleh larutan yang
berikut: mengandung timbal 1,0; 2,0 dan 3,0 μg per ml.
Titran indigo karmin Larutkan 4 g indigo karmin P Larutan uji Larutkan 12,5 g bismut subkarbonat
dalam 900 ml air, tambahkan 2 ml asam sulfat P dan dalam 75 ml Pengencer. Panaskan hingga mendidih
encerkan dengan air hingga 1000 ml. selama 1 menit, dinginkan dan encerkan dengan air
Larutan baku Buat larutan kalium nitrat P dalam air hingga 100 ml.
yang mengandung 0,0815 mg per ml (setara dengan 0,05 Prosedur Lakukan penetapan dengan cara
mg nitrat per ml). Pipet 20 ml larutan ini ke dalam labu Spektrofotometer serapan atomseperti tertera pada
Erlenmeyer 125 ml. Spektrofotometri dan Hamburan Cahaya <1191>.Ukur
Larutan uji Tambahkan 20,0 ml air ke dalam labu serapan Larutan baku dan Larutan uji pada garis emisi
Erlenmeyer 125 ml yang berisi 250 mg bismut timbal 283,3 nm, menggunakan spektrofotometer
subkarbonat, goyang hingga tersuspensi. serapan atom; yang dilengkapi dengan lampu “hollow
Prosedur Tambahkan 0,05 ml Titran indigo karmin ke cathode” timbal dan nyala udara asetilen menggunakan
dalam Larutan baku dan Larutan uji. Tambahkan 30 ml Pengencer 1 : 5 sebagai blangko. Buat kurva serapan
asam sulfat P secara hati-hati dan segera titrasi dengan Larutan baku terhadap kadar timbal dalam μg per ml.
Titran indigo karmin, sampai terbentuk warna biru stabil. Hitung kadar timbal, C,μg per ml dalam Larutan uji.
Volume Titran indigo karmin yang digunakan untuk Hitung persentase timbal (Pb) dalam zat uji, dengan
Larutan uji tidak lebih banyak dari Larutan baku. rumus:

Perak Tidak lebih dari 25 bpj; Lakukan penetapan C


sebagai berikut: tambahkan 1 ml air dan 4 ml asam 12.500
nitrat P pada 2,0 g zat, panaskan perlahan hingga larut
dan encerkan dengan air hingga diperoleh 11 ml larutan, Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 500
dinginkan. Tambahkan 2 ml asam klorida 1 N, biarkan di mg zat, larutkan dalam 3 ml asam nitrat P, encerkan
tempat gelap selama 5 menit: tidak lebih keruh dari dengan air hingga 250 ml, tambahkan 0,3 ml jingga
campuran 10 ml larutan yang mengandung perak nitrat xilenol LP dan titrasi dengan dinatrium edetat 0,05 M LV
7,87 μg per ml, 1 ml asam nitrat P dan 2 ml asam klorida hingga warna kuning.
1 N yang diperlakukan sama.
Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
Arsen <321>Metode I Tidak lebih dari 50 bpj. Lakukan setara dengan12,75 mg (BiO)2 CO3.
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai
berikut: larutkan 600 mg zat dalam 35 ml asam klorida 3 Wadah dan penyimpanan Simpan dalam wadah
N. tertutup baik dan terlindung cahaya.
Tembaga Tidak lebih dari 50 bpj; lakukan penetapan
sebagai berikut:
BISMUT SUBNITRAT
Larutan baku Masukkan 1,34 g tembaga(II) klorida P,
10 g amonium klorida P dan 3 ml larutan natrium Bismuth Subnitrate
metabisulfit P (275 mg per ml) ke dalam labu tentukur
100-ml. Encerkan dengan air sampai tanda. Larutan Bismut hidroksida nitrat oksida [1304-85-4]
sediaan ini setara dengan 5 mg per ml tembaga. Bi5O(OH)9(NO3)4 BM 1461,99
Encerkan secara bertahap dan kuantitatif sejumlah
volume larutan yang telah diukur saksama dengan asam Bismut Subnitrat adalah garam basa mengandung setara
nitrat 2 N hingga kadar setara dengan 10 μg per ml tidak kurang dari 79,0% Bi2O3 dihitung terhadap zat
tembaga. Campur 0,25 ml larutan ini dengan 9,75 ml air. yang telah dikeringkan.
Larutan uji Tambahkan 2 ml amonium hidroksida 6 N
ke dalam 5 ml larutan sediaan yang diperoleh dari Uji Pemerian Serbuk; putih; agak higroskopis.
Klorida,encerkan dengan air hingga 50 ml dan saring.
Prosedur Tambahkan 1 ml larutan natrium
dietilditiokarbamat P (1 dalam 1000) ke dalam 10 ml
- 240 -
Kelarutan Praktis tidak larut dalam air dan dalam Perak Pada 5ml larutan zat yang diperoleh dari uji
etanol; mudah larut dalam asam klorida dan dalam asam Karbonat tambahkanasam klorida P tetes demi tetes:
nitrat. tidak terbentuk endapan yang tidak larut dalam asam
klorida P sedikit berlebih, tetapi larut dalam amonium
Identifikasi Menunjukkan reaksi Bismut cara A dan hidroksida 6 N.
Nitrat cara A, B dan C seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum <291>. Penetapan kadar Timbang saksama lebih kurang 400 mg
zat, masukkan ke dalam gelas piala 250 ml, tambahkan 5
Susut pengeringan <1121> Tidak lebih dari 3,0%; ml air dan 2 ml asam nitrat P, jika perlu hangatkan agar
lakukan pengeringan pada suhu 105 selama 2 jam. larut. Encerkan dengan air hingga 100 ml, tambahkan 0,3
ml indikator jingga xilenol LP. Titrasi dengan dinatrium
Karbonat Tambahkan 3 g zat pada 3 ml asam nitrat P edetat 0,05 M LV hingga warna kuning.
hangat; tidak terjadi gelembung gas. Tuang larutan ke
dalam 100 ml air; terbentuk endapan putih, saring, Tiap ml dinatrium edetat 0,05 M
uapkan filtrat di atas tangas uap hingga 30 ml dan saring. setara dengan11,65 mg Bi2O3
Bagi filtrat menjadi beberapa bagian masing-masing 5
ml, gunakan untuk pengujian Klorida, Sulfat, Tembaga,
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup baik.
Timbal dan Perak.

Klorida <361> Tidak lebih dari 0,035%; lakukan


penetapan menggunakan 10 ml larutan yang diperoleh BISOPROLOL FUMARAT
dari uji Karbonat: larutan yang diperoleh tidak lebih Bisoprolol Fumarate
keruh dari 0,50 ml asam klorida 0,020 N.
OH COOH
Sulfat <361> Pada 5 ml larutan yang diperoleh dari uji H
O N CH3
Karbonat tambahkan 5 tetes barium nitrat LP: tidak CH3
segera terjadi kekeruhan.
O CH3 HOOC
H3C O 2
Alkali dan alkali tanah Tidak lebih dari 0,5%; lakukan
penetapan sebagai berikut: Didihkan 1,0 g zat dengan 20
ml campuran asam asetat 6 N dan air volume sama, (±)-1-[[α-(2-isopropoksietoksi)-p-tolil]oksi]-3-
dinginkan dan saring. Tambahkan 2 ml asam klorida 3 (isopropilamino)-2-propanol fumarat (2:1)
N, endapkan bismut dengan mengalirkan hidrogen (garam)[104344-23-2]
sulfida P, didihkan dan saring. Pada filtrat tambahkan 5 (C18H31NO4)2.C4H4O4 BM 766,96
tetes asam sulfat P, uapkan hingga kering dan pijarkan
hingga bobot tetap: bobot residu tidak lebih dari 5 mg. Bisoprolol Fumarat mengandung tidak kurang dari 97,5%
dan tidak lebih dari 102,0% (C18H31NO4)2.C4H4O4,
dihitung terhadap zat anhidrat.
Garam amonium Didihkan lebih kurang 100 mg zat
dengan 5ml natrium hidroksida 1 N: uap yang terjadi
Pemerian Serbuk kristal; putih.
tidak mengubah warna kertas lakmus merah P lembab
menjadi biru.
Kelarutan Sangat mudah larut dalam air dan dalam
metanol; mudah larut dalam kloroform, dalam asam asetat
Arsen<321>Metode I Tidak lebih dari 8 bpj; lakukan glasial dan dalam alkohol; sukar larut dalam aseton dan
penetapan menggunakan Larutan uji yang dibuat sebagai dalam etil asetat.
berikut: Campur 375 mg zat dengan 5 ml air, tambahkan
2 ml asam sulfat P dengan hati-hati dan panaskan sampai Baku pembanding Bisoprolol Fumarat BPFI, lakukan
terjadi asap belerang trioksida dalam jumlah banyak. pengeringan pada suhu 60selama 3 jam sebelum
Dinginkan, tambahkan dengan hati-hati 10 ml air, uapkan digunakan. Simpan dalam wadah tertutup rapat dan
lagi sampai terjadi asap kuat; ulangi jika perlu untuk terlindung cahaya.
menghilangkan sisa asam nitrat.
Identifikasi
Tembaga Pada 5ml larutan zat yang diperoleh dari uji A.Spektrum serapan inframerah zat yang didispersikan
Karbonat tambahkan amonium hidroksida 6 N sedikit dalam kalium bromida P menunjukkan maksimum hanya
berlebih: tidak terjadi warna kebiruan. pada bilangan gelombang yang sama seperti Bisoprolol
Fumarat BPFI.
Timbal Pada 5 ml larutan zat yang diperoleh dari uji B. Waktu retensi puncak utama kromatogram Larutan
Karbonat, tambahkan 5 ml asam sulfat 2 N: larutan tidak uji sesuai dengan Larutan baku seperti yang diperoleh
berkabut. pada Penetapan kadar.
- 241 -

Rotasi jenis <1081> Antara -2 dan +2; lakukan Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisoprolol
penetapan menggunakan larutan yang mengandung 10 mg Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan dengan Pengencer
per ml dalam metanol P. hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 50 mg zat
Air <1031>Metode I Tidak lebih dari 0,5%. dan masukkan ke dalam labu tentukur 50-ml. Larutkan
dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda.
Sisa pemijaran <301> Tidak lebih dari 0,1%. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
Logam berat <371>Metode I Tidak lebih dari 20 bpj. dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm x
12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
Kemurnian kromatografi Jumlah semua cemaran tidak 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan
lebih dari 0,5%. Lakukan penetapan dengan cara kesesuaian sistem dan ukur respons puncak seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak bisoprolol dan
Kromatografi <931>. puncak propanolol tidak kurang dari 7,0. Lakukan
Pengencer, Fase gerak, Larutan baku, Larutan uji, kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur respons
Larutan kesesuaian sistem dan Sistem kromatografi puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor ikutan tidak
lakukan seperti tertera pada Penetapan kadar. lebih dari 2,0 dan simpangan baku relatif pada
Prosedur Suntikkan lebih kurang 10 µl Larutan uji ke penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0%.
dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur respons Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
puncak. Hitung persentase jumlah semua cemaran dalam sama (lebih kurang 10 µl) Larutan baku dan Larutan uji
zat dengan rumus: ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
respons puncak utama.
Hitung jumlah dalam mg bisoprolol fumarat,
r 
100  i  (C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam zat yang digunakan dengan
 rS  rumus:

ri adalah jumlah semua respons puncak, tidak termasuk r 


50 C  U 
respons puncak asam fumarat dan bisoprolol; rS adalah
 rS 
jumlah semua respons puncak.
C adalah kadar Bisoprolol Fumarat BPFI dalam mg per
Asam fumarat Tidak kurang dari 14,8% dan tidak lebih
ml Larutan baku; rU dan rS berturut-turut adalah respons
dari 15,4% asam fumarat, dihitung terhadap zat anhidrat.
puncak Larutan uji dan Larutan baku.
Timbang saksama sejumlah lebih kurang 500 mg zat,
masukkan ke dalam gelas piala dan larutkan dalam 70 ml
Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat,
etanol mutlak P. Tambahkan 8 ml tetrabutil amonium
tidak tembus cahaya, pada suhu ruang.
hidroksida 0,1 N LV dan aduk selama 2 menit. Titrasi
dengan tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N LV, tetapkan
titik akhir secara potensiometri menggunakan elektroda
gelas-kalomel. Jika perlu lakukan penetapan blangko dan TABLET BISOPROLOL FUMARAT
koreksi. Bisoprolol Fumarate Tablet

Tiap ml tetrabutil amonium hidroksida 0,1 N Tablet Bisoprolol Fumarat mengandung bisoprolol
setara dengan 5,804 mg asam fumarat fumarat (C18H31NO4)2.C4H4O4 tidak kurang dari 90,0%
dan tidak lebih dari 105,0% dari jumlah yang tertera
Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara pada etiket.
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Kromatografi <931>. Baku pembanding Bisoprolol Fumarat BPFI, lakukan
Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65). pengeringan pada 60selama 3 jam sebelum digunakan.
Fase gerak Tambahkan 5 ml asam heptafluorobutirat Simpan dalam wadah tertutup rapat dan terlindung
P, 5 ml dietilamin P dan 2,5 ml asam format P ke dalam cahaya.
labu yang berisi 1000 ml Pengencer. Campur, saring dan
awaudarakan. Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Identifikasi Lakukan penetapan seperti tertera pada
Kesesuaian sistem seperti tertera pada Kromatografi Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis <281>.
<931>. Fase gerak Buat campuran diklormetan P - metanol P
Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propanolol - amonia P (70:10:0,8).
hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer Larutan baku Timbang sejumlah Bisoprolol Fumarat
hingga kadar berturut-turut lebih kurang 0,5 dan 1 mg per BPFI, larutkan dalam campuran diklormetan P-metanol
ml. P (70:30) hingga kadar lebih kurang 2 mg per ml.
- 242 -
Larutan uji Serbukkan tidak kurang dari 5 tablet dan Uji 2
timbang sejumlah serbuk tablet setara dengan lebih Jika produk memenuhi uji ini, penandaan
kurang 40 mg bisoprolol fumarat, masukkan ke dalam mencantumkan memenuhi Uji 2 Disolusi.
labu 50 ml. Tambahkan lebih kurang 20 ml campuran
diklormetana P-metanol P (70:30), kocok selama 30 Media disolusi: 900 ml natrium klorida 0,5 M.
menit, sentrifus dan gunakan beningan. Alat tipe 2: 75 rpm.
Prosedur Totolkan secara terpisah masing-masing 20 Waktu: 20 menit.
µl Larutan uji dan Larutan baku pada lempeng Prosedur Lakukan penetapan jumlah
kromatografi silika gel P setebal 0,25 mm. Masukkan (C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut seperti yang tertera
lempeng ke dalam bejana kromatografi yang telah pada Uji 1.
dijenuhkan dengan Fase gerak dan biarkan merambat Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak
lebih kurang dua per tiga tinggi lempeng. Angkat kurang dari 80% (Q) (C18H31 NO4)2.C4H4O4, dari jumlah
lempeng, tandai batas rambat dan biarkan Fase gerak yang tertera pada etiket.
menguap, keringkan dengan dialiri udara dingin. Amati
bercak di bawah cahaya ultraviolet pada panjang Keseragaman sediaan <911>Memenuhi syarat.
gelombang 254 nm. Harga Rf bercak utama Larutan uji
sesuai dengan yang diperoleh dari Larutan baku. Penetapan kadar Lakukan penetapan dengan cara
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada
Disolusi <1231> Kromatografi <931>.
Uji 1 Pengencer Buat campuran asetonitril P-air (35:65).
Media disolusi: 900 mlair. Fase gerak Tambahkan berturut-turut 5 ml asam
Alat tipe 2: 75 rpm. heptafluorobutirat P, 5 ml dietilamin P dan 2,5 ml asam
Waktu: 20 menit. format P ke dalam labu yang berisi 1000 ml Pengencer.
Prosedur Lakukan penetapan jumlah Campur, saring dan awaudarakan. Jika perlu lakukan
(C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut dengan cara penyesuaian menurut Kesesuaian sistem seperti tertera
Kromatografi cair kinerja tinggi seperti tertera pada pada Kromatografi <931>.
Kromatografi <931>. Larutan kesesuaian sistem Buat larutan propranolol
Pengencer Buat campuran metanol P-air- trietilamin hidroklorida dan bisoprolol fumarat dalam Pengencer
P-asam fosfat P (160:35:5:2,5). hingga kadar masing-masing 0,5 dan 1 mg per ml.
Fase gerak Buat campuran trietilamin P-air-metanol P Larutan baku Timbang saksama sejumlah Bisoprolol
(2:100:68), atur pH hingga 4,0  0,1 dengan Fumarat BPFI, larutkan dan encerkan dengan
penambahan asam fosfat P. Saring dan awaudarakan. Pengencer hingga kadar lebih kurang 1 mg per ml.
Jika perlu lakukan penyesuaian menurut Kesesuaian Larutan uji Timbang dan serbukkan tidak kurang dari
sistem seperti tertera pada Kromatografi <931>. 20 tablet. Timbang saksama sejumlah serbuk tablet
Larutan baku persediaan Timbang saksama sejumlah setara dengan lebih kurang 25 mg bisoprolol fumarat,
Bisoprolol Fumarat BPFI, larutkan dalam air hingga masukkan ke dalam labu tentukur 25-ml. Tambahkan 10
kadar dua kali kadar bisoprolol fumarat dalam Larutan ml Pengencer dan sonikasi selama 10 menit. Dinginkan
uji. dan encerkan dengan Pengencer sampai tanda. Sentrifus
Larutan baku Campur sejumlah volume sama Larutan selama 20 menit dan gunakan beningan.
baku persediaan dengan Pengencer. Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada
Larutan uji Gunakan sejumlah alikuot dan encerkan Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi
dengan volume sama, menggunakan Pengencer. dilengkapi dengan detektor 273 nm dan kolom 4,6 mm x
Sistem kromatografi Lakukan seperti tertera pada 12,5 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang
Kromatografi <931>. Kromatograf cair kinerja tinggi 1,0 ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap
dilengkapi dengan detektor 227 nm dan kolom 4,6 mm x Larutan kesesuaian sistem dan ukur respons puncak
33 cm berisi bahan pengisi L7. Laju alir lebih kurang 1 seperti tertera pada Prosedur: resolusi, R, antara puncak
ml per menit. Lakukan kromatografi terhadap Larutan bisoprolol dan puncak propranolol tidak kurang dari 7,0.
baku dan ukur respons puncak seperti tertera pada Lakukan kromatografi terhadap Larutan baku dan ukur
Prosedur: simpangan baku relatif pada penyuntikan respons puncak seperti tertera pada Prosedur: faktor
ulang tidak lebih dari 2,0%. ikutan puncak analit tidak lebih dari 2,0; dan simpangan
Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume baku relatif pada penyuntikan ulang tidak lebih dari 2,0
sama (lebih kurang 50 l) Larutan baku dan Larutan uji %.
ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur Prosedur Suntikkan secara terpisah sejumlah volume
respons puncak bisoprolol. Hitung jumlah dalam mg sama (lebih kurang 10 l) Larutan baku dan Larutan uji
bisoprolol fumarat, (C18H31NO4)2.C4H4O4 yang terlarut. ke dalam kromatograf, rekam kromatogram dan ukur
Toleransi Dalam waktu 20 menit harus larut tidak respons puncak utama.
kurang dari 80% (Q) (C18H31NO4)2.C4H4O4, dari jumlah Hitung jumlah, dalam mg bisoprolol fumarat,
yang tertera pada etiket. (C18H31NO4)2.C4H4O4, dalam serbuk tablet yang
digunakan dengan rumus :

Anda mungkin juga menyukai