Anda di halaman 1dari 5

Nama : Afifa Lutfiah Rahmawati

NRM : 1302618009

Prodi : Pendidikan Fisika A 2018

UJIAN AKHIR SEMESTER 110

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

1. Apa yang anda ketahui dari tokoh-tokoh di bawah ini dan jelaskan teori-teori yang
diusung oleh masing-masing tokoh tersebut
a. Piaget

Jean Piaget, seorang psikolog Swiss yang hidup tahun 1896-1980. Teori


perkembangan kognitif nya memberikan banyak konsep utama dalam
lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep
kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih tepat
merepresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam representasi konsep
yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya dan
diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini digolongkan ke
dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori nativisme (yang
menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan pengetahuan dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan
kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya terhadap
lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus Prize.
Piaget membagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya melalui
empat periode utama yang berkorelasi dengan dan semakin canggih seiring
pertambahan usia:
 Periode sensorimotor (usia 0–2 tahun)
 Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)
 Periode operasional konkrit (usia 7–11 tahun)
 Periode operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

b. Vygotsky
Lev Vygotsky (17 November [K.J. : 5 November] 1896 – 11 Juni, 1934) adalah
seorang psikolog asal Rusia yang dikenal atas kontribusinya dalam teori
perkembangan anak. Salah satu hasil kerjanya yang dikenal di bidang psikologi anak
adalah merumuskan konsep "zone of proximal development". Konsep ini
menerangkan bahwa dalam proses pembelajaran seorang anak ada sebuah area di
mana anak tersebut harus diberikan bantuan eksternal untuk dapat belajar hal yang
baru sedangkan ada area lain di mana anak tersebut dapat belajar mandiri tanpa
dibantu.

c. Gordon Willard Allport


Gordon Willard Allport adalah seorang psikolog Amerika yang mengadakan
spesialisasi dalam studi tentang kepribadian.[1] Dia lahir
di Montezuma, Indiana pada tanggal 11 November 1897 dan meninggal
di Cambridge saat 7 [[Oktober 1967Belajar di Universitas Harvard, Berlin, Hamburg,
da Cambridge, kemudian kembali mengajar Social Relations (1924-1930- Social
Ethics; 1930-1966: Psychology). Selama 12 tahun sebagai editor di Journal of
Abnormal and Social Psycology. Juga menyibukkan diri dengan mempelajari
psikodiagnostik dan aspek psikologis daripada prasangka (Inggris:prejudice). Dalam
karya utamanya mengenai personality: A Psychological Inerpretation (1937) dan
Becoming (1955), menekankan pada individualitas, dunia individual dan keunikan
dari kepribadian serta menampilkan suatu gambar dari orang yang tidak didominasi
oleh pleasurepain-principle, maupun oleh skema stimulus-response. Pada saat yang
sama Allport juga menemukan pentingnya biologi dan mempelajari traits (Inggris).
Teori tentang functional autonomy menekankan pentingnya saat kini dan tidak
pentingnya (secara relatif) sifat bawaan dari tingkah laku. Mengenai keunikan dan
motif pada orang dewasa, dia menekankan tentang pentingnya nluri dan sebagainya
dari mana hal itu berasal. Membedakan antara individual trait, interindividual trait
atau common rait. Dan yang paling penting adalah perjuangan dari individual self-the
propium- ke ideal self – realization., dan kategori dari kematangan, organisasi, hal
yang baru, perkembangan, dan self-dynamic activity.

d. Carl Gustav Jung

Carl Gustav Jung (IPA: [ˈkarl ˈgʊstaf ˈjʊŋ]) (Kesswil, 26 Juli 1875 - Küsnacht, 6


Juni 1961) adalah psikiater Swiss dan perintis psikologi analitik.

Pendekatan Jung terhadap psikologi yang unik dan berpengaruh luas ditekankan pada
pemahaman "psyche" melalui eksplorasi
dunia mimpi, seni, mitologi, agama serta filsafat. Bagi Jung, kepribadian merupakan
kombinasi yang mencakup perasaan dan tingkah laku, baik sadar maupun tidak sadar.
Meskipun ia adalah seorang psikolog teoretis dan praktis dalam sebagian besar masa
hidupnya, kebanyakan karyanya mengeksplorasi bidang lain, seperti filsafat Timur vs
Barat, alkimia, astrologi, sosiologi, juga sastra dan seni. Jung juga menekankan
pentingya keseimbangan dan harmoni. Ia memperingatkan bahwa manusia modern
terlalu banyak mengandalkan sains dan logika dan akan mendapat manfaat dari
pengitegrasian spiritualitas serta apresiasi terhadap dunia bawah sadar.

2. Apa implikasi dari perkembangan kepribadian pada masa remaja terhadap pembelajaran
sains di sekolah?

Kepribadian memiliki sifat yang dinamis, dimana ia akan berubah sesuai dengan kondisi
yang dialami individu sebagai pelaku pembentuk kepribadian. Kepribadian akan
melakukan penyesuaian diri dan berkembang bersama dengan lingkungannya.
Penyesuaian yang dilakukan oleh kepribadian akan berbeda antara satu individu dengan
individu lainnya karena pengalaman tiap individu yang berbeda.

Perkembangan kepribadian pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang
dimaksud dengan pencarian identitas diri ialah proses menjadi seseorang yang unik
dengan peran yang penting dalam hidup.
Pengaruh perkembangan kepribadian pada masa remaja terhadap pembelajaran sains di
sekolah dapat dilihat dari kegiatan penelitian yang dilakukan seperti bagaimana mereka
mengidentifikasi masalah, mengolah informasi, serta melakukan pengambilan keputusan
tentang suatu tindakan yang diperlukan selama penelitian maupun pada saat penarikan
kesimpulan. System yang digunakan pada kegiatan penelitian akan membuat kita
mengetahui seperti apa perkembangan kepribadian remaja tersebut karena kepribadian
didasarkan pada informasi dari pengalaman yang telah dimiliki oleh remaja tentang
komponen yang memiliki keterkaitan dengan permasalahan yang tengah diteliti. Hal ini
membuat setiap identifikasi, pengolahan informasi, serta pengambilan keputusan antara
remaja satu dengan remaja lainnya akan berbeda.

Remaja yang kepribadiannya berkembang dengan baik akan memilki banyak inovasi dan
juga kreasi hasil dari pengalaman dan wawasannya yang luas. Hal tersebut akan
membantu remaja dalam menyelesaikan kegiatan penelitian.

3. Apa implikasi dari perkembangan moral pada masa remaja terhadap pembelajaran sains
di sekolah ?

Tahap perkembangan moral menurut Piaget adalah otonomi, realisme dan resiprositas
moral (dalam tahap perkembangan kognitif formal operasional) yang mana memiliki ciri
khas mempertimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral, menyadari bahwa aturan moral
adalah kesepakatan tradisi yang dapat berubah. Sedangkan menurut Kohlberg bahwa
perkembangan moral terbagi dalam moral konvensional dan pascakonvensional karena
remaja berada di dua titik ini. Dimana menurut kohlberg remaja akan berperilaku sesuai
dengan aturan dan patokan moral agar memperoleh persetujuan orang dewasa bukan
untuk menghindari hukuman. Perbuatan baik dan buruk dinilai berdasarkan tujuannya,
jadi ada perkembangan kesadaran terhadap perlunya aturan.

Pengaruh perkembangan moral pada masa remaja terhadap pembelajaran sains di sekolah
dapat kita lihat ketika mereka diminta untuk melakukan pengukuran pada saat praktikum.
Remaja sebagai peserta didik disini harus melakukan pengukuran pada saat praktikum
untuk memperoleh data dan mencantumkan data hasil pengukuran yang diperoleh dengan
tidak mengubah sedikitpun datanya. Disini moral tentang pentingnya sikap jujur
diterapkan pada remaja sebagai peserta didik. Dimana peraturan dan patokan moral agar
memperoleh persetujuan orang dewasa dapat diperoleh remaja.

4. Apa implikasi dari perkembangan social emosi pada masa remaja terhadap pembelajaran
sains di sekolah ?

IQ dianggap menjadi hal utama yang berpengaruh pada keberhasilan belajar. Namun
yang perlu disadari, IQ hanya pengukur secara kuantitas tentang tingkat intelegensi yang
bisa diukur dan bersifat konkret.

Emosi dalam psikologi yang positif bisa mempercepat proses belajar dan mencapai hasil
belajar yang lebih baik. Sebaliknya, emosi yang negatif bisa menghambat belajar dan
bahkan bisa menghentikannya. Untuk itu pembelajaran yang berhasil harus dimulai
dengan menciptakan emosi yang positif pada diri remaja sebagai peserta didik.

Untuk cara meningkatkan kecerdasan emosional yang positif pada siswa bisa dilakukan
dengan banyak cara seperti menciptakan lingkungan belajar atau lingkungan sosial yang
menyenangkan serta menciptakan kesenangan belajar. Kecerdasan emosi adalah
kemampuan seseorang dalam mengelola emosi secara sehat khususnya ketika
berhubungan dengan orang lain.

Selain kecerdasan emosi interaksi antar pelajar, lingkungan sekolah juga berpengaruh
pada proses belajar. Jika hubungan interaksi yang baik antara pelakar dengan lingkungan
sosial, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan keluarga serta emosi pelajar bisa
disesuaikan dengan lingkungan, maka proses belajar dan pelajar akan berjalan dengan
baik.

Dalam hal ini perkembangan social emosi pada masa remaja terhadap pembelajaran sains
di sekolah dapat dilihat dari bagaimana remaja aktif dalam sebuah diskusi kelompok yang
melibatkan interaksi sosialnya dengan teman sebayanya dan interaksi emosi untuk
berusaha berpikir positif terhadap perbedaan pendapat yang akan membuat remaja lebih
mudah menemukan ide baru dari buah hasil pemikiran bersama teman-temannya.

Anda mungkin juga menyukai