Anda di halaman 1dari 3

Trauma Ginjal derajat 2

Trauma derajat 2 termasuk perinephric / perirenal hematoma tidak meluas yang terbatas pada
retroperitoneum, dan juga laserasi kortikal superfisial berukuran kurang dari 1 cm tanpa
mempengaruhi sistem tubulus kolektivus [1]. Hematoma perirenal atau perinefrik biasanya
tidak ditampilkan dengan baik, tampilan hiperattenuasi (45–90 HU) terbatas di antara ginjal
dan fasia Gerota [1,9,16,23,24]. Penebalan fascia laterokonal, perpindahan ginjal dan
kompresi kolon juga diamati [16]. Laserasi parenkim ginjal menunjukkan hypoattenuasi,
bentuk wedging atau defek linear [1,7,14,16,24], (Gambar 4). Pada kasus di mana laserasi
terisi dengan bekuan darah, tampilan menjadi hiperdens dibandingkan dengan parenkim
ginjal pada CT scan unenhanced.

Gambar 4. Seorang wanita 30 tahun dengan trauma tumpul abdomen. Laserasi korteks
minimal. CT: laserasi pada bagian interpolar ginjal kanan (panah) dengan hematoma
perinephric minimal (panah kecil)
Trauma Ginjal derajat 3
Trauma ginjal derajat 3 termasuk laserasi ginjal >1 cm tanpa keterlibatan sistem kolektivus
[1], (Gambar 5 dan 6).

Gambar 5. Seorang laki-laki 16 tahun kecelakaan lalu lintas. Laserasi besar pada ginjal
melintasi korteks ginjal sampai ke medulla tanpa keterlibatan sistem kolektivus. CT:
hematoma subcapsular besar dengan laserasi kortikomedulari ginjal kanan (panah), cairan
subhepar dan kontusio hepar segmen VI (panah kecil).
Gambar 6. (A,B) Seorang laki-laki 32 tahun dengan
kecelakaan lalu lintas. Laserasi ginjal mayor melintasi
korteks ginjal sampai ke medulla tanpa keterlibatan
sistem kolektivus. CT: hematoma subkapsular besar,
laserasi komplit ginjal kanan (panah).

Trauma Ginjal Derajat 4


Trauma Ginjal Derajat 4 meliputi laserasi parenkim dalam yang meluas melalui korteks ginjal
dan medula ke dalam sistem kolektivus (Gambar 7A-7E), trauma yang melibatkan arteri
renalis atau vena renalis yang disertai perdarahan (Gambar 8A, 8B) dan infark segmental
tanpa disertai laserasi terkait [1 ]. Trombosis arteri renalis adalah cedera vaskular yang paling
signifikan setelah terjadinya trauma tumpul [26,27]. Deselerasi menyebabkan peregangan
dan sobekan pada tunika intima arteri, yang kurang elastis dibandingkan tunika media dan
adventitia [28]. Flap intimal yang dihasilkan memicu trombosis, yang dengan cepat menyebar
ke distal [28]. Infark komplit lebih jarang terjadi daripada infark segmental atau
subsegmental pada pasien yang mengalami trauma tumpul [7]. Ginjal non-visualisasi
konsisten berhubungan dengan trombosis arteri renalis [7]. Cortical rim sign disebabkan
enhancement kapsular atau subkapsular yang tipis sebagai hasil sirkulasi kolateral melalui
pembuluh kapsular, peripelvic, dan periuretrik [29]. Cortical rim sign biasanya muncul 8 jam
hingga beberapa hari setelah cedera [29,30]. Deselerasi yang sama dapat menyebabkan
pembentukan aneurisma diseksi arteri renalis, stenosis arteri renalis atau cabangnya, yang
dapat mengakibatkan perkembangan hipertensi renovaskuler pasca-trauma [31]. Ketika
laserasi meluas ke sistem kolektivus ginjal, ekstravasasi kontras dapat terlihat selama pase
pielografi CT baik robekanterjadi di dalam ataupun di sekitar ginjal [7,9,13,16]. Scanning
yang dilambatkan sekitar 10-15 menit setelah injeksi kontras intravena dapat berguna pada
pasien tertentu untuk menampilkan derajat keparahan ekstravasasi urin.
Gambar 7. Seorang pria 12 tahun, jatuh dari tangga. Laserasi parenkim ginjal dalam dengan
keterlibatan sistem kolektivus. (A,B)- CT unenhanced dan post kontras : hematoma
subkapsular besar, hematoma intrarenal dan laserasi kortikomedullar ginjal kanan dengan
hiperdens darah pada CT unenhanced (A) dan hipodens pada CT post kontras (B), (panah).
(C)- CT : filling defect pada vesika urinaria karena gumpalan darah. (D)-urography: filling
defect pada pelvis ginjal kanan karena gumpalan darah (panah).

Gambar 8. Seorang laki-laki 22 tahun, kecelakaan lalu lintas. Oklusi traumatik arteri renalis
utama. (A)- CT: cedera arteri renalis dengan trombosis dan infark, kurangnya perfusi ginjal
kiri (panah kecil). (B)-CT: follow up setelah 5 bulan kemudian : atrofi post infark ginjal kiri
(panah).

Anda mungkin juga menyukai