Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Indonesia memiliki kekayaan fauna yang beragam. Sederet rekor dan
catatan kekayaan dimiliki oleh negeri ini. Namun indonesia juga merupakan
salah satu penyumbang kepunahan fauna di dunia (wariyanto 2006). hal ini
disebabkan karena masih banyaknya perburuan-perburuan liar dan
perdagangan ilegal yang dilakukan di indonesia. Makin lama, semakin
panjang daftar jenis fauna indonesia yang masuk dalam kategori terncam
kepunahan. Sayangnya, kesadaran untuk menjaga populasi fauna masih
kurang. Masih banyaknya pengrusakan habitat fauna-fauna ini. Padahal
penting keberadaan fauna di muka bumi ini. Fauna mempunyai fungsi untuk
menyeimbangkan ekosistem alam. Tidak terbayangkan jika salah satu jenis
fauna ini mengalami kepunahan, maka rantai makanan disekitarnya pun
menjadi terputus dan kemungkinan juga bisa mengalami kepunahan.
Pengrusakan lingkungan hidup yang dilakukan manusia terhadap satwa
dengan cara merusak habitat alami., perburuan liar atau menangkap, dan
perdagangan ilegal semakin menyudutkan keberadaan satwa terkecuali
satwa langka. Berbagai satwa endemik yang langka di Indonesia seperti
harimau sumatra, badak bercula satu, elang jawa, komodo, burung
cendrawasih dan satwa-satwa lainnya yang hidup di daratan, di peraitan dan
diudara yang keberadaanya yang terancam punah. Hal ini sudah barang tentu
bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya.
Maraknya perdagangan yang dilakukan secara ilgeal terhadap satwa
disebabkan oleh tingginya permintaan pasar akan ketersediaan satwa
diantaranya sebagai bahan produk-produk yang menggunakan bahan hewan
atau bulu hewan, serta sebagai hewan peliharaan dan lain-lain, sebab satwa
langka memiliki potensi ekonomis dan nilai jual yang tinggi. Setiap tahunnya
keberadaan satwa-satwa tersebut semakin menurun jumlah populasinya dan
sulit ditemui di habitat aslinya. Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka
kelangkaan dan kepunahan satwa langka dilindungi tidak dapat terelakkan
sehingga satwa di indonesia hanya akan menjadi cerita bagi anak cucu kita

1
serta mengganggu ekosistem alami yang nantinya berdampak negatif bagi
kehidupan manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian perburuan liar?
2. Apa tujuan perburuan satwa langka?
3. Apa dampak-dampak perburuan liar satwa langka?
4. Apa sajakah undang-undang mengenai perburuan satwa langka?
5. Bagaimana cara mennggulangi perburuan satwa langka?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perburuan liar.
2. Untuk mengetahui tujuan perburuan satwa langka.
3. Untuk mnegetahui dampak- dampak perburuan liar satwa langka.
4. Untuk mengetahui undang-undang perburuan satwa langka.
5. Untuk mengetahui bagaimana cara menanggulangi perburuan satwa
langka.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Perburuan Liar


Perburuan liar adalah pengambilan hewan dan tanaman liar secara ilegal
dan bertentangan dengan peraturan konservasi serta manejemen kehidupan
liar. Perburuan liar merupakan pelanggaran terhadap peraturan dan hukum
perburuan.
Suatu pernburuan bisa menjadi ilegal karena sebab-sebab berikut:
a. Perburuan tidak dilakukan pada musimnya, biasanya musim kawin
dinyatakan sebagai musim tertutup ketika kehidupan liar dilindungi oleh
hukum.
b. Pemburu tidak memiliki izin yang sah
c. Pemburu secara ilegal menjual hewan, bagian tubuh hewan atau tanman
untuk memperoleh keuntungan
d. Perburuan dlakukan diluar waktu yang diperbolehkan
e. Hewan atau tanaman yang diburu dilindungi oleh hukum atau termasuk
spesies terancam punah
f. Hewan atau tanman yang diburu telah ditandai untuk penelitian
2.2 Tujuan Perburuan Satwa Langka
 Perdagangan satwa liar/satwa langka
 Pembalakan hutan
 Kebakaran hutan
 Pembanguna pemukiman
 Satwa liar dianggap sebagai hama
 Pemabalakan liar (ilegal logging)
 Penambangan liar (ilgeal mining)
 Perburuan ilegal
 Perdagangan ilegal
2.3 Dampak-Dampak Perburuan Liar Satwa Langka
a. Musnahnya spesies yang dilindungi
Banyak spesies yang punah karena adanya perburuan liar. Burung dodo
yang punah pada tahun 1880-an, karena diburu oleh para pemburu.
b. Terganggunya keseimbangan alam

3
Punahnya salah satu spesies pasti menyebabkan terganggunya
keseimbangan alam. Rantai makanan akan terputus bila dalam satu dari
anggota rantai makanan musnah.
c. Pada generasi selanjutnya tidak akan mengetahui berbagai macam satwa
langka tersebut.
d. Rusaknya rantai makanan yang akan mengakibatkan konsumen tingkat 1
atau 2 punah kalau tidak mencari mangsa baru.

Dalam hal penegakan hukum terhadap penyelamatan dan perlindungan


satwa yang dilindungi khususnya propinsi riau dengan mengacu dan atau
berpedoman kepada:
Pasal 5 ayat (2) dan pasal 33 (30 UUD 1945
 UU No.5 Tahun 1967 tentang ketentuan-ketentuan (Lembaran Negara
Tahun 1967 No. 8. Tambahan Lembaran Negara No.2823).
 UU No. 9 Tahun 1985 tentang Perikanan (Lembaran Negara Tahun 1985
No. 46, Tambahan Lembaran Negara No. 3299).
 UU RI No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Tahun 1990 No. 49, Tambahan
Lembaran Negara No. 3419).
 UU No.12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Tahun 1992 No. 46, Tambahan Lembaran Negara No. 3419).
 UU No. 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan
(Lembaran Negara Tahun 1992 No. 56, Tambahan Lembaran Negara No
3482).
 UU No. 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan Konvensi Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengenai Kenaekaragaman Hayati (Lembaran Negara
Tahun 1994 No. 41, Tambahan Lem baran Negara No. 3556).
 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara Tahun 1997 No. 68, Tambahan Lembaran Negara No.
3699).
 Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1994 tentang peburuan Satwa Buru
(Lembaran Negara Tahun 1994 No. 19, Tambahan Lembaran Negara No.
3544).
 Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam

4
dan Kawasan Pelestarian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 No. 132,
Tambahan Lembaran Negara No. 3776).
 Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa (Lenbaran Negara Tahun 1999 No. 14).
2.4 Undang-Undang Tentang Perburuan Satwa Langka
Berikut ini adalah UU RI yang dibuat untuk melindungi satwa langka tersebut
terhadap pelaku tindak pidana Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya diatur pada UU RI No. 5 Tahun 1990 pasal 40 ayat;
1) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (1) dan pasal 33
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda
paling banyak Rp. 200.000.000;
2) Barangsiapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)
serta pasal 33 ayat (3) di pidana penjara paling lama 5 athun dan denda
paling banyak Rp.100.000.000;
3) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelangaran terhadap
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasa 19 ayat (1) dan pasal 33
ayat (1) di pidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun dan
denda paling banyak Rp.100.000.000;
4) Barangsiapa karena kelalaiannya melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam pasa 21 ayat (1) dan ayat
(2) serta pasal 33 ayat (3) di pidana dengan pidana kurungan paling lama
1 tahun dan denda paling banyak Rp.50.000.000;
5) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah
kejahatan dan tindakan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
ayat (4) adalah pelanggaran.
2.5 Cara Menanggulangi Perburuan Satwa Langka
 Menciptakan regulasi yang mengatur tentang perburuan dan
perdagangan hewan langka yang sudah dikategorikan nyaris punah
tersebut.
 Mengadakan razia kepada individu yang dicurigai memiliki dan
memelihara hewan langka tersebut secara illegal dan tidak merawat
hewan langka tersebut sebagaimana mestinya.

5
 Memperketat jalur perdagangan ke luar negeri. Hal ini mengingat hewan-
hewan langka tersebut biaanya dipasarkan dengan harga yang sangat
mahal.
 Menjaga kelestarian ekosistem dan lingkungan, sehingga hewan-hewan
langka tersebut mampu hidup di habitat alami mereka sehingga lebih
mudah berkembang biak.
 Membuat habitat buatan sebagai upaya menciptakan keseimbangan
alami seta menjaga hewan langka tersebut dari pihak yang kurang
bertanggungjawab.
 Membangun suaka margasatwa yang berfungsi sebagai perlindungan
yang diberikan kepada hewan/binatang yang hampir punah.
Contoh:harimau, komodo, tapir, prangutan, dan lain sebaginya contoh
suaka margasatwa Muara Angke.

6
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Upaya Pemerintahan Melindungi Satwa Langka Yang Dlindungi di


Indonesia
Suatu jenis satwa dapat digolongkan sebagai satwa yang dilindungi
apabila telah memenuhi tiga kriteria yaitu pertama memenuhi populasi yang
kecil, kedua adanya penurunan yang tajam pada individu di alam dan ketiga
daerah penyeabarannya terbatas (endemik) hal ini sesuai dengan ketentuan
Pasal 5 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang
Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini penting untuk diketahui
untuk mempermudah dalam menentukan jenis satwa langka dilindungi.
Kepunahan satwa langka ini dapat dicegah dengan ditetapkan perlindungan
hukum dan konservasi terhadap satwa langka. Secara hukum upaya
pemerintahan dalam melindungi satwa langka dari ancaman kepunahan
dilakukan dengan dikeluarkannya perauran perundangan-undangan yaitu
Undang-UNdang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya selajuntnya diikuti dengan diteatpkannya Peraturan
Pemerintah Nomer 18 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa Buru, Peraturan
Pemerintah Nomer 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam, dan Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999
tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa, serta Perauran
Pemerintah Nomer 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan
Satwa. Dengan adanya aturan yang jelas penegakan hukum dapat berjalan
lebih efektif untuk melindungi satwa khususnya satwa langka.
Sedangkan untuk melundungi satwa langka maka dilakukan upaya
konservasi, berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Pasal 1 ayat (2)
menyebutkan bahwa “konservasi sumber daya alam hayati adalah
pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatan diulakukan secara
bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediannya dengan tetap
memelihara dan meningkatakan kualitas keanekaragaman dan nilainya”.
Konservasi ini dilakukan melalui tiga kegiatan yaitu:
a. perlindungan sistem penyangga kehidupan.

7
b. pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
c. pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya
(Pasal 5 UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya).
Untuk mendukung upaya pemerintah ini diharapkan kesadran
masyarakat untuk melindungi dan melestarikan satwa lngka serta habitat
alaminya sehingga keupanahan satwa langka tidak terjadi.
3.2 Sanksi Bagi Pelaku Yang Melakukan Perdagangan Ilegal Terhadap
Satwa Langka
Penerapan sanksi terhadap seseorang tidak bisa dilakukan begitu saja,
melainkan apabila terjadi pelanggaran terhadap kaidah hukum barulah sanksi
dapat diterapkan. Terkait permasalahan yang dijelaskan diatas berdasarkan
ketentuan Pasal 21 ayat (2) huruf a dan b Undang-Undang No. 5 Tahun 1990
tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, di
dalamnya telah menyebutkan bahwa, setiap orang dilarang untuk:
a. Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, memngangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan hidup.
b. Menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan
memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan mati.
Lebih lanjut bagi pelaku yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan
di atas akan di kenakan sanksi pidana dengan pidana penjara paling lama 5
Tahun dan denda paling banyk Rp. 100.000.000; sesuai dengan ketentuan
Pasal 40 ayat (2) Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

8
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Perburuan satwa langka ini sebagian besar diakibatkan oleh faktor
ekonomi yang menyebabkan terjadinya perburuan liar selain diakibatkan
oleh faktor ekonomi hal ini juga diakibatkan oleh kepercayaan bahwa
organ-organ satwa langka itu dapat menyebabkan populasi hewan-hewan
liar itu diburu, tanpa memikirkan akibatnya yang pada akhirnya akan
merugikan diri sendiri. Telah banyak undang-undang tersebut sehingga
masih banyak perburuan liar yang terjadi, serta banyak juga didirikan
suaka margasatwa atau cagar alam yang didirikan untuk melindungi
satwa-satwa langka tersebut yang jumlah populasinya dapat dikatakan
tinggal sedikit.
2. Upaya pemerintah dalam melindungi satwa langka di wilayah indonesia
dengan telah dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dimana
peraturan tersebut mengatur semua jenis satwa langka yang dilindungi
oleh negara dan paya pelestarian dengan konservasi satwa langka.
Selain itu Menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki,
memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi
baik keadaan hidup maupun mati akan dikenakan sanksi pidana penjara
paling lama 5 Tahun dan denda paling banyk Rp. 100.000.000;.
berdasarkan penejlasan diatas diharapkan peraturan tersebut dapat
diketahui dan dipahami sehingga kesadaran masayarakat untuk menjaga
dan melestarikan satwa langka akan meningkat.

9
DAFTAR PUSTAKA

Erwin, Muhamad, 2008, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Kebijaksaan


Pembangunan Lingkungan Hidup, Refika Aditama, Bandung.
Soekanto, Soerjono, 2013, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tijauan Singkat,
Cet. Ke-15, Rajawali Pers, Jakarta.
Rahmadi, Takdir, 2001. Hukum Lingkungan di Indonesia, PT Raja Gravindo
Persada, Jakarta.
Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistemnya.
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa.
Undanf-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

10

Anda mungkin juga menyukai