Kegawatdaruratan Psikiatri
Kegawatdaruratan Psikiatri
KELOMPOK 3
SALMIAH
MUSLIMIN
SRI MAHARDIKA
SYAHRA RAMADHANI
BAB I
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengertian
Skizofrenia berasal dari dua kata, yaitu “ Skizo “ yang artinya retak atau
pecah (split), dan “ frenia “ yang artinya jiwa. Dengan demikian seseorang yang
menderita skizofrenia adalah seseorang yang mengalami keretakan jiwa atau
keretakan kepribadian.
Schizofrenia merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat
melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),
pembicaraan, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional tentang dirinya atau isi
pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas, seperti bahwa
orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya (Raboch, 2007).
B. Etiologi
1. Teori somatogenik
a. Keturunan
Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi
saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan
salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur
2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ).
b. Endokrin
Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya
Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan
waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.
c. Metabolisme
Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat,
tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan
berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik
konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam pembuktian
dengan pemberian obat halusinogenik.
C. Patofisiologi
beberapa faktor antara lain: faktor genetik, faktor lingkungan dan faktor
keperawatan isolasi sosial menarik diri dan jika tidak diatasi dapat
pada penderita schizophrenia tidak saja disebabkan oleh perilaku isolasi sosial
tetapi juga dapat disebabkan oleh gangguan konsep diri harga diri rendah.
Dampak dari halusinasi yang timbul akibat schizophrenia ini sangat tergantung
menimbulkan perilaku kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri, orang lain,
nyaman pada diri penderita, hal ini karena kondisi katatonik ini berdampak
menjadi tidak efektif yang dapat berlanjut pada gangguan konsep diri harga diri
perawatan diri dan kemampuan dalam berhubungan sosial dengan orang lain.
adanya gejala negatif ambivalensi ini, sering kali dijumpai cara berpakaian dan
berpenampilan yang tidak sesuai dengan realita seperti rambut tidak rapi, kuku
singkat.
D. Klasifikasi
Pembagian Skizofrenia yang dikutip dari Maramis (2005) dalam buku
Prabowo (2014), antara lain
1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada
jenis simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan,
gangguan proses berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang
sekali terdapat.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada
masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada heberfenia.Waham dan
halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan
5. Skizofrenia akut
6. Skizofrenia Residual
E. Manifestasi Klinis
Menurut Keltner et al, gejala-gejala ini dapat dikelompokkan menjadi 4
kategori :
1. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Adalah pengalaman sensori yang terjadi tanpa stimulus dari
luas. Menurut Moller dan Murphy dalam Stuart dan Sundeen tingkatan
halusinasi dibagi menjadi 4 tingkatan yaitu :
1) Tahap 1 Comforting
Tingkat cemas sedang, halusinasi secara umum adalah
sesuatu yang menyenangkan.Pengalaman halusinasi karena emosi
yang meningkat seperti cemas, kesepian, rasa bersalah, takut serta
mencoba untuk berfokus pada pikiran yang nyaman untuk
melepaskan cemas. Individu mengenal bahwa pikiran dan
pengalaman sensori dalam kontrol kesadaran jika cemas dapat
dikelola. Tingkah laku yang dapat diobservasi:
a) Meringis atau tertawa pada tempat yang tidak tepat.
b) Menggerakkan bibir tanpa mengeluarkan suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal pelan seperti jika sedang asyik.
e) Diam dan tampak asyik.
2) Tahap II
Pengalaman sensori dari beberapa identifikasi indera terhadap hal
yang menjijikkan dan menakutkan. Halusinator mulai kehilangan control
dan ada usaha untuk menjauhkan diri dari sumber stimulus yang diterima .
Individu mungkin merasa malu dengan adanya pengalaman sensori dan
menarik diri dari orang lain. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Meningkatnya system syaraf otonom, tanda dan gejala dari cemas
seperti meningkatnya nadi, pernafasan dan tekanan darah.
b) Lapang perhatian menjadi sempit
c) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi atau realitas.
3) Tahap III
Controlling tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori menjadi
hal yang menguasai. Halusinator mencoba memberi perintah , isi
halusinasi mungkin menjadi sangat menarik bagi individu. Individu
mungkin mengalami kesepian, jika sensori yang diberikan berhenti.
Psychotic. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
a) Perintah langsung oleh halusinasi dapat diikuti.
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
c) Lapang perhatian hanya beberapa detik atau menit.
d) Gejala fisik dan cemas berat seperti berkeringat, tremor,
ketidakmampuan mengikuti perintah.
4) Tahap IV
Conquering, tingkat cemas, panik, umumnya halusinasi menjadi
terperinci dan khayalan tampak seperti kenyataan. Pengalaman sensori
mungkin mengancam jika individu tidak mengikuti perintah. Halusinasi
mungkin memburuk dalam 4 jam atau sehari atau sehari jika tidak ada
intervensi terapeutik. Tingkah laku yang dapat diobservasi :
b. Delusi
Delusi adalah gejala yang merupakan keyakinan palsu yang timbul
tanpa stimulus luar yang cukup dan mempunyai ciri-ciri realistic, tidak
logis, menetap, egosentris, diyakini kebenarannya oleh pasien sebagai hal
yang nyata, pasien hidup dalam wahamnya, keadaan atau hal yang diyakini
itu bukan merupakan bagian dari sosiokultural setempat. Macam-macam
waham:
1) Waham rendah pikir, pasien percaya bahwa pikirannya, perasaannya,
ingkah lakunya dikendalikan dari luar.
2) Waham kebesaran, suatu kepercayaan bahwa penderita adalah orang
yang penting dan berpengaruh dan mungkin mempunyai kelebihan
kekuatan yan terpendam atau benar-benar merakanfiur orang kuat
sepanjang sejarah.
3) Waham diancam, suatu keyakinan bahwa dirinya selalu diancam, diikti
atau ada sekelompok orang yang memenuhinya.
4) Waham tersangkut, adana kepercayaan bahwa seala sesatu yang terjadi
di sekelilngnya mempai hubungan pribadi seperti perinah atau pesan
khusus.
5) Waham bizarre, pasien sering memperlihakan adanya waham soatik
msalnya pasien percaya adanya benda ang begerak-gerak di dalam
ususnya. Yang termasuk waham ini adalah waham sedot pikir, waham
sisip pikir, waham siar pikir, waham kendali pikir.
F. Komplikasi
Menurut Keliat, dampak gangguan jiwa skizofrenia antara lain :
1. Aktifitas hidup sehari-hari
Klien tidak mampu melakukan fungsi dasar secara mandiri,
misalnya kebersihan diri, penampila dan sosialisasi.
2. Hubungan interpersonal
Klien digambarkan sebagai individu yang apatis, menarik diri,
terisolasi dari teman-teman dan keluarga. Keadaan ini merupakan proses
adaptasi klien terhadap lingkungan kehidupan yang kaku dan stimulus
yang kurang.
3. Sumber koping
Isolasi social, kurangnya system pendukung dan adanya gangguan
fungsi pada klien, menyebabkan kurangnya kesempatan menggunakan
koping untuk menghadapi stress.
4. Harga diri rendah
Klien menganggap dirinya tidak mampu untuk mengatasi
kekurangannya, tidak ingin melakukan sesuatu untuk menghindari
kegagalan (takut gagal) dan tidak berani mencapai sukses.
5. Kekuatan
Kekuatan adalah kemampuan, ketrampilan aatau interes yang
dimiliki dan pernah digunakan klien pada waktu yang lalu.
6. Motivasi
Klien mempunyai pengalaman gagal yang berulang.
G. Penatalaksanaan
1. Medis
Obat antipsikotik digunakan untuk mengatasi gejala psikotik
(misalnya perubahan perilaku, agitasi, agresif, sulit tidur, halusinasi,
waham, proses piker kacau). Obat-obatan untuk pasien skizophrenia yang
umum diunakan adalah sebaga berikut :
a. Pengobatan pada fase akut
1) Dalam keadaan akut yang disertai agitasi dan hiperaktif diberikan
injeksi :
a) Haloperidol 3x5 mg (tiap 8 jam) intra muscular.
b) Clorpromazin 25-50 mg diberikan intra muscular setiap 6-8
jam sampai keadaan akut teratasi.
c) Kombinsi haloperidol 5 mg intra muscular kemudian diazepam
10 mg intra muscular dengan interval waktu 1-2 menit.
2) Dalam keadaan agitasi dan hiperaktif diberikan tablet :
a) Haloperidol 2x1,5 – 2,5 mg per hari.
b) Klorpromazin 2x100 mg per hari
c) Triheksifenidil 2x2 mg per hari
b. Pengobaan fase kronis
Diberikan dalam bentuk tablet :
1) Haloperidol 2x 0,5 – 1 mg perhari
2) Klorpromazin 1 x 50 mg sehari (malam)
3) Triheksifenidil 1- 2x 2 mg sehari
a) Tingkatkan perlahan-lahan, beri kesempatan obat untuk
bekerja, disamping itu melakukan tindakan perawatan dan
pendidikan kesehatan.
b) Dosis maksimal. Haloperidol: 40 mg sehari (tablet) dan
klorpromazin 600 mg sehari (tablet).
c) Efek dan efek samping terapi
1) Klorpromazine
Efek : mengurangi hiperaktif, agresif, agitasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,
sedasi, hipotensi ortostatik.
2) Haloperidol
Efek : mengurangi halusinasi
Efek samping : mulut kering, pandangan kabur, konstipasi,
sedasi, hipotensi ortostatik.
2. Tindakan keperawatan efek samping obat
a. Klorpromazine
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit
dan membersihkan mulut secara teratur.
2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang
membutuhkan ketajaman penglihatan.
3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat
4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang
berbahaya.
5) Hipoensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring
atau duduk.
b. Haloperidol
1) Mulut kering : berikan permen, es, minum air sedikit-sedikit
dan membersihkan mulut secara teratur.
2) Pandangan kabur : berikan bantuan untuk tugas yang
membutuhkan ketajaman penglihatan.
3) Konstipasi : makan makanan tinggi serat.
4) Sedasi : tidak menyetir atau mengoperasikan peralatan ang
berbahaya.
5) Hipotensi ortostatik : perlahan-lahan bangkit dari posisi baring
atau duduk.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
sumber koping dan kemampuan koping yang dimiliki klien. Cara pengkajian
lain berfokus pada 5 (lima) dimensi : fisik, emosional, intelektual, sosial dan
1. Identitas klien
3. Faktor predisposisi
5. Dimensi psikososial
6. Status mental
sebut data obyektif, sedangkan data yang disampaikan secara lisan oleh klien
pohon masalah Agar penentuan pohon masalah dapat di pahami dengan jelas,
(kausa), masalah utama (core problem) dan effect (akibat). Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien.
Umumnya masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan
utama. Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
menyebabkan masalah utama. Akibat adalah salah satu dari beberapa masalah
klien yang merupakan efek / akibat dari masalah utama. Pohon masalah ini
keperawatan.
Masalah keperawatan yang sering muncul pada klien waham
menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) adalah:
1. Gangguan proses pikir: waham.
2. Kerusakan komunikasi verbal.
3. Harga diri rendah kronik.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah interpretasi ilmiah dari data pengkajian yang
Pohon Masalah
C. Intervensi
a. Tujuan
b. Tindakan keperawatan
percaya, yaitu:
b) Berjabat tangan
d) Membuat kontrak topic, waktu, dan tempat setiap kali bertemu klien
membicarakannya.
realitas.
marah.
b) Meningkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional klien.
a. Tujuan keperawatan
secara optimal
b. Tindakan keperawatan
di rumah
penghentian obat)