Anda di halaman 1dari 29

KEPERAWATAN KOMUNITAS

DISUSUN OLEH :

YUNIARTA ELISA SIHOMBING

17.1120

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

AKADEMI KEPERAWATAN RSPAD GATOT SOEBROTO

JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta

bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan

komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan,

promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,

keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan

komunitas.

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan  profesional yang

ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya

pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan

kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan

keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).

B.     Tujuan

Setelah melihat latar belakang di atas maka muncullah permasalahan sebagai berikut

1. agar mahasiswa mengetahui konsep dasar keperawatan komunita

2.  agar mahasiswa mengetahui Perbedaan Keperawatan Di Rumah Sakit dan

Komunitas

3. Agar mahasiswa mengetahui konsep kelompok khusus dan kelompok resiko tinggi di

komunitas

4. Agar mahasiswa mengetahui tentang Primary Health Care

5. Agar mahasiswa mengetahui tentang konsep puskesmas


BAB II

TINJAUN TEORI

1. KONSEP DASAR KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengertian

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang


ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987).

B. Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas


 Pencegahan penyakit & peningkatan kesehatan komunitas melalui:
 Pelayanan keperawatan langsung (direct care) terhadap individu & keluarga dalam
konteks komunitas
 Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh komunitas & mempertimbangkan
bagaimana masalah/issue kesehatan komunitas mempengaruhi individu, keluarga dan
kelompok

C. Sasaran
Sasaran keperawatan komunitas termasuk individu, keluarga & kelompok berisiko
tinggi (kelompok penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi, & daerah yang tidak
terjangkau) termasuk kelompok bayi, kelompok balita, ibu hamil dan menyusui.

D. Asumsi Dan Keyakinan Keperawatan Kesehatan Komunitas


ANA, (1980) menyatakan asumsi & keyakinan sbb:
1. Asumsi dasar
• Sistem pelayanan kesehatan adalah kompleks
• Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tertier merupakan komponen dari sistem
pelayanan kesehatan
• Keperawatan sebagai sub sistem pelayanan kesehatan merupakan hasil produk
pendidikan dan riset yang dilandasi praktik
• Fokus utama praktik keperawatan kesehatan komunitas adalah PHC
• Keperawatan kesehatan komunitas terutama terjadi ditantanan pelayanan
kesehatan utama.
2. pandangan dan keyakinan
 Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima oleh
semua orang
 Penyusunan kebijaksanaan kesehatan seharusnya melibatkan penerima pelayanan
kesehatan
 Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan kesehatan
dapat membentuk hubungan kerjasama untuk mendorong dan mempengaruhi
peruabahan dalam kebijakan dan pelayanan kesehatan.
 Lingkungan ber[pengaruh terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat
 Pencegahan penyakit sangat diperlukan untuk peningkatan kesehatan
 Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap individu
 Klien merupakan anggota tetap tim kesehatan
 Individual didalam komunitas bertanggung jawab untuk kesehatannya sendiri dan
harus didorong serta dididik untuk berperan dalam pelayanan kesehatan.

E. Falsafah dan Filosofi Keperawatan Kesehatan Komunitas


Stanhope & Lancaster (1990), mengemukakan falsafah keperawatan keperawatan komunitas,
yaitu pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh faktor lingkungan (fisik, biologis,
psikologis, sosial, & kultural) terhadap kesehatan komunitas & memberi prioritas pada strategi
pencegahan & pemeliharaan kesehatan.

Filosofi tersebut diatas membedakan keperawatan kesehatan komunitas, dengan cabang ilmu
keperawatan lain, dimana fokus utamanya adalah komunitas. Sedangkan pelayanan keperawatan
diberikan langsung kepada individu & keluarga dalam konteks komunitas.
F. Paradigma Keperawatan dalam Keperawatan Kesehatan Komunitas
individu

keluarga
komunitas

MANUSIA kelompok

KEPERAWATAN KESEHATAN

(3 LEVEL PENCEGAHAN) (SEHAT SAKIT)

Lingkungan

(Fisik, biologis, psikologis, sosial,


spiritual, & kultural)

Logan & Dawkins, (1987)

1. Manusia
Manusia sebagai klien secara umum ada 3 kategori yaitu Individu sebagai klien,
Keluarga sebagai klien, Komunitas sebagai klien
2. Lingkungan
Semua kondisi lingkungan yang mempengaruhi perkembangan komunitas yg
termasuk di dlmnya a/ dia sendiri juga bgn dari lingkungan. Mencakup lingkungan
fisik, biologis, psikologis, sosial, spiritual, & kultural yng secara langsung & tidak
langsung
3. keperawatan
Keperawatan merupakan profesi yang unik, memandang komunits sebagai sesuatu
yang holistik, berkontribusi terhadap komunitas melalui pengkajian komunitas,
identifikasi & perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan untuk
menyelesaikan masalah, melaksanakan intervensi & evaluasi terhadap status
kesehatan komunitas. Keperawatan dipandang dari tipe, kualitas, ketersediaannya,
mudah dicapai, adekuat, efektif & efisien serta berfokus pada 3 level pencegahan
yaitu prevensi primer, sekunder dan tertier serta mengutamakan prevensi primer.
4. Kesehatan
Menurut pandangan keperawatan kesehatan komunitas, kesehatan dilihat dari
pandangan model:
 Endaimonistic artinya pencapaian jati diri a/ pemenuhan & pengembangan
potensi secara sempurna.
 Adaptif artinya keadaan dimana terjadi efektifitas interaksi fisik & lingkungan
sosial.
 Penampilan peran artinya kemampuan penampilan peran secara efektif
 Klinik artinya terhindar dari tanda & gejala penyakit atau ketidakmampuan

Pender mengemukakan bahwa prevensi primer mencakup: Health promotion, Health


protection, Preventif health
1. Health Promotion : kombinasi pendidikan kesehatan yang berkaitan dengan
lingkungan, situasi ekonomi yang mempengaruhi perilaku yang menunjang
kesehatan. Contohnya Kesehatan & merokok, Pemakaian obat-obatan beralkohol
yang salah, Nutrisi, Physicall fitness & exercise, Kontrol terhadap stres & perilaku
marah
2. Health protection adalah perlindungan pada lingkungan misalnya pabrik, industri
dll, yang melindungi masyarakat dari bahaya. Contohnya Kontrol terhadap bahan-
bahan beracun, Kesehatan & keselamatan kerja, Pencegahan kecelakaan,
Flourdation & dental health
3. Preventif health adalah pelayanan yang dilakukan petugas kesehatan kepada
masyarakat.contohnya Kontrol tekanan darah, Keluarga berencana, KIA,
Imunisasi, Mencegah penularan penyakit.
G. Perbedaan Keperawatan Di Rumah Sakit dan Komunitas
Variabel Rumah Sakit Komunitas

Fokus Perawatan pasien di RS Keluarga, komunitas & kel (termasuk


kelompok risiko)
Memberi Bersifat kejadian kasus Terdistribusi (distributive)
pelayanan (episodic)
keperawatan
Bekerja : Pasien pada unit spesialisasi Pd semua kondisi sehat - sakit pd berbagai
T3. Pada satu RS atau tatanan yan kes dg semua intitusi yg terkait
institusi dg komunitas & fasilitas kesehatan
(Agency)
Koordinasi Dg institusi a/ agency lain Berbagai tenaga komunitas "Agences" baik
keperawatan pd tatanan RS untuk medik maupun non medik
perncanaan
Merencanaka Bersifat individual Berfokus pada keluarga
n & mem-beri
yankep
Otonomi Dibatasi dg lingku-ngan RS Didorong& kontrol keluarga kecuali untuk
kasus penyakit menular.
Observasi Terbatas pd interaksi Berbagai faktor yang mempengaruhi
keluarga & indikator kesehatan
kesehatan lain
Hubungan  Formil yg  Intim dengan klien dan
mencip-takan tidak ketat
lingkungan  Memfasilitas hubungan
terbatas untuk
pasien dengan
pakaian RS.
 Terbatasnya
hubungan

H. Peran dan fungsi keperawatan komunitas


1. Pemberi pelayanan kesehatan (provider)
2. Pendidik (edukator)
3. Pengelola (Manajer)
4. Konselor (Konsultan)
5. Memberikan konseling / bimbingan kpd kader
6. Pembela klien (advocade)
7. Melindungi & memfasilitasi keluarga
8. Peneliti

2. KONSEP KELOMPOK KHUSUS DAN KELOMPOK RESIKO TINGGI DI


KOMUNITAS
A. Sasaran perawatan komunitas
1. Tingkat Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu mempunyai
masalah kesehatan/ keperawatan, karena ketidakmampuan merawat diri sendiri
oleh suatu sebab -> dapat mempengaruhi anggota keluarga lain (Fisik, mental, dan
social)
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil di masyarakat terdiri atas Kepala Keluarga,
Anggota keluarga yang berkumpul dan tinggal falam suatu rumah tangga karena
pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adobsi, saling tergantung dan
berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/
keperawatan -> berpangurh terhadap anggota keluarga lain
3. Kelompok Khusus
Merupakan kumpulan individu yang mempunyai kesamaan (jenis kelamin, Umur,
permasalahan), kegiatan yang terorganisir yang sangat rawan terhadapa maslah
kesehatan, termasuk
 Kelompok khusu dengan kebutuhan kesehatan khusu sebagai akibat akibat
pertumbuhan dan perkembangan seperti Ibu Hamil, Bayi, Balita, Pra
sekolah, Usila
 Kelompok dengan kesehatan khusu yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta askep sepeti
o Penderita penyakit menular (TBC,AIDS, dll)
o Penderita penyakit tidak menular (DM, Penyakit Jantung Koroner,
Gangguan mental
o Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit (WTS,
Narkoba)
o Lembaga social dan rehabilitasi (panti Werdha,Panti Asuhan,
penitipan Balita, dll)

B. Ruang lingkup pelayanan keperawatan komunitas pada kelompok khusus dan


resiko tinggi
1. Promotif (peningkataan kesehatan
Penyuluhan kesehatan,peningkatan gizi, pemeliharan kesehatan individu,
pemeliharan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, rekreasi, pendidikan
seks dan resko seks bebas
2. Preventif (mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan) melalui
Imunisasi (Bayi,Balita Dan Ibu Hamil), pemeriksaan kesehatan berkala, screening,
pemberian vitamin A, yodium dan pemeriksan dan pemeliharan kehamilan,nifas
dan menyusui
3. Kuratif (merawat dan mengobati)
Home Nursing, Kunjungan ke lokalisasi/panti rehabilitasi, perawatan lanjutan dari
rumah sakit, perawatan Ibu Hamil,Ibu menyusui dan Nifas dengan kondisi
patologis, perawatan buah dada, perawatan tali pusat bayi baru lahir
4. Rehabilitative (pemulihan Kesehatan) melalui kegiatan
Latihan fisik dan fisioterapi
5. Resosialitatif
Upaya mengembalikan individu keluarga, kelompok kedalam pergaulan
masyarakat misalanya Kelompk yang diasingkan oleh masyrakat (Kusta, Aids,
WTS dll)
C. Bentuk kegiatan perawat komunitas pada kelompok khusu dan resiko tinggi
 Askep langsung (Dirumah, Disekolah, Panti Asuhan, Perusahaan,
Posyandu,Polindes)
 Pendikan kesehatan
 Konsultasi/ pemecahan masalah
 Bimbingan dan pembinaan
 Melaksanakan rujukan
 Penemuan kasus
 Penghubung antara masyrakat dengan unit pelayanan kesehatan
 Melaksalahn askep komunitas melalui pengenalan masalah kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian hasil kegiatan-
> menggunakan proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah
keperawatan, mengadakan koordinasi diberbagai kegiatan, kerja sama lintas
program dan lintas sektoral, roll model,

3. PRIMARY HEALTH CARE (PHC)


A. Pengertian
PHC yg dirumuskan dlm kongres Alma ATA 1978 Primary health care ad/ yankes esensial
yg berdasarkan pd metode praktis, sec ilmiah dapat dibenarkan dapat diterima masy serta
teknologinya sec umum sesuai dengan individu dan klg2 dlm masy melalui partisipasi penuh
mereka dengan biaya yg terjangkau oleh masy dan negara untuk memelihara setiap tahap
pembangunan mereka dlm usaha mandiri dan menentukan nasib sendiri. hal ini merupakan
suatu bgn yg tdk terpisahkan baik dr tim kes negara yg merupakan fungsi pusat utama dr
pemb sosial, ekonomi masy sec keseluruhan. Hal ini merupakan konsep nasional, yg
membawa yankes sedekat mungkin dengan masy, dimana mereka tinggal dan bekerja, serta
merupakan jalur pertama dr suatu proses yankes yg berlanjutan.
B. Prinsip PHC
 Pemerataan upaya kesehatan
 Penekanan pd upaya pencegahan
 Penggunaan teknologi tepat guna
 Peran serta masy dlm semangat kemandirian
 Kerja sama lintas sektoral dlm membangun kes
 3 unsur utama :
o Upaya dasar kes
o Peran serta masyarakat
o Kerjasama lintas sektoral
C. Ruang lingkup PHC 

• Penyuluhan ttg mas kes utama dan cara penanggulangannya


• Penyediaan makanan dan peningkatan gizi
• Pembinaan kes ibu dan anak termasuk KB
• Penyediaan sanitasi dasar dan air bersih
• Imunisasi terhadap peny menular
• Pencegahan dan pemberantasan peny endemik
• Pengobatan peny umum dan cedera
• Penyediaan obat esensial

D. Elemen-elemen PHC 

• Perencanaan
• Pengorganisasian
• Pemberian asuhan kes
• Tetapi juga : pendidikan dr mereka yg memberikan asuhan Latihan perawat untuk
PHC
• Memberi asuhan promotif preventif, kuratif, rehabilitatif
• Memperluas PHC kesemua bag komunitas
• Melatih dan mengawasi petugas kes dlm PHC pd tk komunitas
• Bekerja secara efektif dengan tim kesehatan
• Kolaborasi dengan sektor lain

E. Tanggung jawab perawat

• Mendorong partisipasi kom dlm pengembangan & prog pend kes


• Kerjasama dengan indivu, kelg dan kom
• Mengajar konsep kes dasar dan tehnik asuhan diri sendiri pd kom Kemampuan yg
harus dimiliki perawat
• Mengkaji status kes indiv dan kelg
• Mengkoordinasi dan memebri yankes pd klien
• Memberikan pendidikan dan konseling pd indv dan kelg pd suatu area
• Kolaborasi dengan tim kes lain dan lembaga yg berhubungan
• Memberi asuhan keperawatan pd klien segala usia dan dlm berbagai kondisi sesuai
dengan kebutuhanimplementasi yankes

F. Konsep PHC 

• Pemberi pelayanan kesehatan: tim Yankes dari berbagai profesi kesehatan


• Sasaran ditekankan kepada: komunitas, individu, keluarga
• Focus intervensi : promotif, preventif, kuratif, rehabilitative, educational,
reveral dan health planning
• Tujuan : untuk menjamin pelayanan keses yang esensial
• Status kesehatan yang ingin dicapai” keadaan sejahtera” fisik,mental dan social

Hubungan konsep PHC dan komunitas : konsep PHC dimasyarakat ->


meningkatkan status kesehatan masyarakat

G. Karakteristik perawat dlm yan askes kom dlm kerangka 

1. focus pada kebutuhan, masyarakat kesehatan, sumber komunitas

• analisa periodic
• memperbaharui fungsi-fungsi perawat
• merencanakan dan review perawatan basic dan post basic

2. perlu pengkajian PHC

• identifikasi kelompok dan daerah -> apakah askes tersedia pada tingkat
dasar
• perluasan pelayan perawatan -> meningkatkan pencegahan, follow up,
monitor, pengawasan.

H. Tingkat system askes dimana perawat berfungsi

• tingkat previer

kontak pertama antara individu dalam komunitas dan system askes. Fasilitas
kesehatan pada tingkat ini meliputi : puskesmas dan sub puskesmas

• tingkat intermediate

fasilitas yang menyakut masyarakat. Kesehatan yang lebih kompleks dan


member asuhan yang lebih spesialisasi dukungan logistic kesehatan dan
rujukan. Fasilitas kesehatan pada tingkat ini meliputi RS tingkat provinsi dan
kabupaten

• tingkat tertier

RS yang memberikan pelayan spesialisasi dan pusat penelitian untuk mas-mas


kesehatan yang sangat kompleks demikian pula dalam hal pelayanan terapeutik
dan diagnostic

• tingkat nasional

meliputi perencanaan menyeliruh dan pembuatan kebijakan untuk program-


program kesehatan dan proses managerial

I. Perkembangan Konsep PHC

• Awal tahun 1950an

Berbagai Negara berkembang memusatkan upaya kesehatan pada kampanye


masal untuk pemberantasan penyakit Frambusia dan cacar berhasil sedangkan
TBC, Campak,Diare tidak berdaya menanggulanginya

• Tahun 1960an

Dihadapi kenyataan bahwa teknologi kuratif dan preventif hanya akan


bermanfaat bila didayagunakan sampai kegaris depasn (grass Root)
• Tahun 1972/1973

Studi yang dilakukan WHO- ketifakpuasan banyak Negara dalam hal


pemerataan kesehatan

J. Tenaga perawat dalam PHC

• Mereka mempunyai dedikasi yang kuat dan komitmen terhadap masyarakat


social dan menerima serta siapa terhadap adanya perubahan
• Hakekat pekerjaanya memberi keuntungan besar
• Mereka member askep pada semua tingkatam dan disemuan tatana pelayanan
yang memungkinkan mereka mengadakan kontak langsung dengan penduduk
• Mereka meruupakan mata rantai antara individu, keluarga dengan system
kesehatan dan merupakan bagian terbesar dari ketenagaan kesehatan
• Mereka mempunyai tanggung jawab terhadap perubahan /pembaharuan
• Mereka perlu mengidentifikasi strategi dan tindakan yang tepat yang
diperlukan untuk melatih kemampuan kepemimpinannya
• Mereka perlu memahami secara lebih mendalam mengenai falsafah PHC dan
komitmen terhadap nilai-nilau serta tujuannya

3. KONSEP PUSKESMAS
A. PENGERTIAN
Puskesmas adalah Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang
bertanggung jawab menyelenggarakan pembanggunan kesehatan disuatu wilayah
kerja (Kepmenkes No 128 /Menkes/SK/II/2004)

B. VISI
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh pusesmas adalah
tercapainya kecamatan sehata menuju terwujudnya Indonesia sehat
Indikator: Lingkungan sehat,Perilaku sehat, Cangkupan pelayan kesehatan yang
bermutu, derajat kesehatan penduduk kecamatan
C. MISI
1. Menggerakan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja
2. Mendorong kemandirian sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat
D. FUNGSI
 Sebagai Pusat pembangunan berwawasan kesehatan
 Membina peran serta masyarakat dalam rangka meninggkatkan
kemampuan untuk hidup sehaat
 Memberiakan pelayana kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
E. KEGIATAN POKOK PUSKESMAS
 Upaya kesehatan ibu dan anak
 Upaya keluarga berencana
 Upaya peningkatan gizi
 Upaya kesehatan lingkungan
 Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular
 Upaya pengobatan
 Upaya penyuluhan kesehatan
 Upaya kesehatan olahraga
 Upaya perawatan kesehatan masyarakat
 Upaya kesehatan kerja
 Upaya kesehtan gigi dan mulut
 Upaya kesehatan jiwa
 Upaya kesehatan mata
 Upaya laboratorium kesehatan
 Upaya pencatatan dan pelaporan (system informasi kesehatan)
 Upaya kesehatan usia lanjut
 Upaya pembinaan pengobataan tradisional
F. KATEGORI PUSKESMAS
Tingkatan layanan kesehatan di setiap tingkatan wilayah  didasarkan pada
kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kategori Puskesmas dapat dinilai berdasarkan
karakteristik wilayah.

Adapun karakteristik dimaksud adalah Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, bahwa Kategori
Puskesmas berdasarkan karakteristik wilayah kerja adalah sebagai berikut:

1) Puskesmas kawasan perkotaan.

Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling


sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan sebagai berikut:

a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non
agraris, terutama industri, perdagangan dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km,
pasar radius 2 km, memiliki rumah sakit radius kurang dari 5 km,
bioskop, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik;
dan/atau
d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan
sebagaimana dimaksud pada huruf b.

2) Puskesmas kawasan pedesaan.

Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan yang memenuhi paling


sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan sebagai berikut:

a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor
agraris;
b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan
perkotaan radius lebih dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak
memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh
persen; dan
d. Terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud
pada huruf b.
3. Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil.

merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik


sebagai
berikut:

a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus
pulau, atau pesisir;
b. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang
pergi dari ibukota kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan
transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat terhalang iklim atau cuaca; dan
c. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang
tidak stabil.

G. KEDUDUKAN DAN ORGANISASI

1. Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas. Syarat kepala


puskesmas merupakan seorang Tenaga Kesehatan dengan kriteria sebagai
berikut:

 tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi


manajemen kesehatan masyarakat;
 masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
 telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.

2. Organisasi Puskesmas sebagaimana dimaksud paling sedikit terdiri atas:

a. kepala Puskesmas;
b. kepala sub bagian tata usaha;
c. penanggung jawab UKM dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat;
d. penanggung jawab UKP, kefarmasian dan Laboratorium; dan
e. penanggungjawab jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan.
A. KONSEP KEMITRAAN DALAM KEPERAWATAN KOMUNITAS
1. Pengertian
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang
merupakan sektor yang paling depan dalam bertanggung jawab (leading sector), namun
dalam mengimplementasikan kebijakan dan program, intervensi harus bersama-sama
dengan sektor lain, baik pemerintah maupun swasta. Dengan kata lain sektor kesehatan
merupakan pemrakarsa dalam menjalin kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan
sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut
Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Onlinemengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).

2. Unsur-unsur kemitraan adalah :


a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,


b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

3. Prinsip-prinsip kemitraan adalah:


a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.

Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap


yaitu

a. Tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan


sendiri,
b. Tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
c. Tahap ketiga adalah membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas
sektor.

Lintas bidang dan lintas organisasi yang mencakup :


a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.

Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan
kesehatan perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu

a. Policy-makers (pengambil kebijakan)


b. Health managers (menejer kesehatan)
c. Health professionals (ahli kesehatan)
d. Academic institutions (institusi akademik)
e. Communities institutions (lembaga masyarakat)

Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka


pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

4. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan


a. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
b. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan,
ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
c. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
d. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak
swasta diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas
SDM dan meningkatkan produktivitas.
e. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
f. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga
didasari dengan kesetaraan.

5. Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan.


Tujuan umum :Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan
dan upaya pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
1. Meningkatkan saling pengertian
2. Meningkatkan saling percaya
3. Meningkatkan saling memerlukan
4. Meningkatkan rasa kedekatan
5. Membuka peluang untuk saling membantu
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
7. Meningkatkan rasa saling menghargai

Hasil yang diharapkan :

Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

6. Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga
Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain,
khususnya swasta.
7. Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
 3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan
vertikal), tetapi sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling
menguntungkan.
 7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan
struktur); saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas
unit/organisasi); saling menghubungi secara proaktif (linkage); saling
mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan (empati,
proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu
(opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling
menghargai kenyataan masing-masing (reward).
 6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran,
komunikasi intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan &
penilaian.

8. Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan


Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan
potensi setempat adalah :
 Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia Sehat.
 Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan,
kegiatan bersama, dll.
 Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan
dapat berjalan lancar.
 Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
 Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
 Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
 Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan,
masalah dan potensi yang ada.

9. Indikator Keberhasilan
 Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
 Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah
pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang
dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang
dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

B. ISSUE DAN KECENDERUNGAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian
Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak
terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum,
pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.
Secara sederhana isu dapat diartikan sebagai sebuah persoalan, atau isu dapat juga
dikatakan sebagai sebuah masalah, sesuatu yang sedang menjadi perhatian, yang terlintas,
desas desus atau banyak lagi peristilahan lain. Isu berarti sebuah pokok persoalan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 1997, isu adalah “masalah
yang     dikedepankan”. Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tahun 1993, isu
adalah :
a. Masalah yang dikedepankan untuk ditangani
b. Kabar angin yang tidak jelas asal usulnya dan tidak terjamin kebenarannya
c. Kabar, desas-desus.

Dalam praktiknya, aktual memiliki beberapa makna antara lain: benar terjadi
atau   akan terjadi, sedang menjadi perhatian orang banyak dan merupakan berita hangat.
Jadi, isu keperawatan komunitas adalah suatu masalah yang dikedepankan untuk
ditangani atau desas - desus dalam ruang lingkup keperawatan komunitas.

Perkembangan Keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan
oleh:

a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga


informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi
dengan cepat diketahui oleh masyarakat,
b. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia
harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah
berkembang,
c. Sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut
pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat
ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau.

2. Tren dan isu yang sedang dibicarakan dalam keperawatan komunitas


a. Pengaruh politik terhadap keperawatan professional
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada
beberapa nama seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia
Dock telah mempengaruhi dalam pembuatan di berbagai bidang nampaknya
perawat kurang di hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita telah memberikan
inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.

b. Pengaruh perawat dalam aturan dan praktik keperawatan


Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin
berkembang dan dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah.
Peran perawat kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai
masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang karena mengikuti
perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh
pada peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat
diberbagai tingkat pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian,
ketidaktahuan, ketidakmauan, dan ketidakmampuan individu,keluarga,
kelompok, dan masyarakat.

c. Puskesmas Idaman
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan bermutu yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan serta memberi pelayanan yang
sesuai dengan standart operating procedure (SOP) pelayanan kesehatan.
“Puskesmas Idaman” sebagai pelayanan masyarakat, akan berusaha untuk selalu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan
pelanggan, oleh karena itu Puskesmas Idaman juga merubah paradigma dari “
Puskesmas yang mengatur Masyarakat” menjadi “Puskesmas yang memenuhi
harapan Masyarakat”.

3. Masalah bidang kesehatan di Indonesia


Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus
dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
a. Masih cukup tingginya perbedaan status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama
antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat
kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum
diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya
kedudukan dan peranan perempuan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan;
masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum
membudayanya olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga. Berbagai
permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program
pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah
diamanatkan dalam GBHN 1999–2004.
Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan
budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha;
pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga;
penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi antarsektor dan
antarlembaga. Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah
kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas. Faktor – faktor
kemasyarakatan tersebut antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi
kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat akan tercipta perilaku
dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan upaya kesehatan.
Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila
budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun
pengembangan sosial dan budaya, yang justru berpengaruh pada sikap dan perilaku
hidup sehat.

b. Mobilitas penduduk yang cukup tinggi.


Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui
gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan
perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk
yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk
wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100 orang
wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif
akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit –
penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif
lainnya yang biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih
mahal pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular.
Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih
cenderung bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua.
Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang
banyak dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula
berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin
besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang kondisi
kesehatan lingkungan masih rendah;  Pencemaran lingkungan dewasa ini selain
terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya
juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan
industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena
kenderaan bermotor. Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena
hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan tambahan, pemakaian
pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan yang
makin tercemar.
Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati
rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri
sendiri dan lingkungan.

c. Perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah


Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan
adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta
lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi :
1) Tidak merokok
Merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam
penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-
olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa
merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kitatelah
merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita.
2) Tidak minum-minuman keras dan narkoba
Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan
bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1%
penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan
minuman keras ini.
3) Istirahat cukup
Dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian
lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan,
sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan.
4) Mengendalikan stres
Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi
kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti
diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang.
stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak
menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau
mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif. 

Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak
berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan
lingkungan, dan sebagainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya
untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur
komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina
suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai
suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya
sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat
dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.

d. Keterbatasan pelayanan kesehatan


Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan
masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat
Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai
sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu.
Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum
memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau daerah
terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes untuk
membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa
bisa terjangkau.
Upaya pelayanan kesehatan yang menyeluruh dan terpadu hanya mungkin
diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana
dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis
teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik
pemerintah maupun swasta.

e. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata


Masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya,
masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta
pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian besar
tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga medis
merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu
pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan
paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh
dari memuaskan.
Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan
latihannya masih perlu dimantapkan. Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang
baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan
berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan meningkatnya kecepatan
pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan nsional, kiranya
masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu
masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka
pendek maupun menengah dan jangka panjang.

f. Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal


Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau
sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku
ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita
penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati
sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri. Fasilitas
kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah
dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi
rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan
rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan
rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas.
Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium, kantor,
perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula
ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal,
hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas
dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis.
Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan pada
sebagain masyarakat di pedesaan.

g. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan
transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan
terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan
kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan
waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di
desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis
darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan
petugas kesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.

h. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal


Diantara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan
antara lain adalah kerja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah
kerja sama berbagai sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan
masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama
lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi
teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja
bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara
luas Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut
tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara
komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran
yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan
mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.

BAB III

PENUTUP

A.          Kesimpulan

Setelah membaca isi dari pembahasan makalah diatas maka kami menarik suatu

kesimpulan :

1.      Keperawatan komunitas adalah suatu bidang perawatan khusus yang merupakan gabungan

keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan merupakan bantuan sosial,

sebagai bagian dari program kesehatan masyarakat secara keseluruhan dalam meningkatkan

dedrajat kesehatan, penyempumaan kondisi sosial, perbaikan lingkungan fisik, rehabilitasi,

pencegahan penyakit dan bahaya yang lebih besar, dan ditujukan kepada individu, keluarga,

yang mempunyai masalah dimana hal itu mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan.

2.      Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok risiko tinggi, antara lain:

orang yang tinggal di daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh, dll.

B.           Saran

1.      Institusi Pendidikan
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang baru bagi yang mempelajari ilmu

keperawatan

2.      Bagi Mahasiswa

Semoga dengan makalah ini agar bisa memahami dan mempelajari lebih dalam lagi tentang

keperawatan komunitas.

Anda mungkin juga menyukai