Anda di halaman 1dari 21

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR DALAM

PENINGKATAN AKSES PENDIDIKAN


PADA SMKN 1 RAMAN UTARA

OLEH
MUHLISUN
NPM. 19720042

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2019
ii

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM INDONESIA PINTAR DALAM


PENINGKATAN AKSES PENDIDIKAN
PADA SMKN 1 RAMAN UTARA

PROPOSAL TESIS
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah Metodologi Penelitian

MUHLISUN
NPM. 19720042

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2019
iii

KATA PENGANTAR

Alkhamdulillah puji syukur senantiasa dipanjatkan kepada Allah SWT

yang senantiasa melimpahkan taufiq dan hidayahnya sehingga prosoal tesis ini

dapat diselesaikan. Kemudian sholawat teriring salam semoga senantiasa

tercurahkan kepada nabi akhir zaman rasulullah Muhammad SAW sebagai

pembawa ilmu pengetahuan yang cahaya ilmunya selalu kita rasakan hingga

detik ini.

Proposal tesis ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas

mata kuliah Metodologi Penelitian pada program Pasca Sarjana Universitas

Muhammadiyah Metro program studi Administrasi Pendidikan semester satu

tahun 2019.

Ada banyak sekali manfaat yang penulis dapatkan baik ketika proses

pembuatan hingga setelah tersusunnya proposal tesis ini. Tentu apa yang

penulis susun dalam proposal tesis ini masih jauh dari kata sempurna.

Karenanya penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan memotivasi

agar lebih baik kedepannya.

Tak lupa penulis sampaikan ucapan terimakasih sedalam-dalamnya

kepada pihak-pihak yang telah membantu baik langsung maupun tak langsung

selesainya penyusunan proposal tesis ini. Penulis juga menyampaikan

terimakasih kepada pembimbing yang dengan tulus memberikan ilmu dan


iv

arahanya dalam penyelesaian proposal tesis ini. Secara khusus penulis ingin

menyampaikan rasa terimaksih kepada :

1. Drs. Jazim Ahmad, M. Pd. Rektor UM Metro.

2. Dr. Agus Sutanto, M.Si Direktur Pasca Sarjana Administrasi

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Metro.

3. Prof. Dr. Marzuki Noor, MS sebagai pembimbing tesis.

4. Drs.Hi.Suparman, M.M sebagai Kepala Sekolah SMKN 1 Raman

Utara

Penulis berharap semoga proposal ini menjadi modal awal untuk dapat

segera menyelesaikan Tesis yang bisa memberikan sumbangsih kepada orang

lain serta di instansi tempat penulis melaksanakan tugas utama.

Metro, 11 Januari 2020

Penulis
v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 6
C. Tujuan Penelitian 6
D. Lokasi Penelitian 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Evaluasi 8
B. Pelaksanaan 10
C. Program Indonesia Pintar 12

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian 14
B. Data dan Sumber Data 14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu sumber daya manusia (sdm) dapat ditempuh dengan

melalui upaya pendidikan. Karena sampai saat ini, pendidikan dianggap telah

berhasil menciptakan manusia yang produktif dalam meningkatkan dan

memajukan suatu bangsa. Peningkatan pendidikan dianggap penting karena

mampu berkontribusi secara signifikan dalam upaya memajukan bangsa

diberbagai aspek kehidupan. Karenanya pendidikan menjadi hal yang urgent

bagi manusia dan harus selalu diutamakan terlebih dalam menghadapi

persaingan di era globalisasi. Hal ini mengacu pada pemikiran Santoso, Sarjono

dan Wafroturrohmah (2014: 3) bahwa pendidikan merupakan faktor penting

dalam kehidupan maka arah pendidikan masa depan harus mampu memberikan

jalan pemecahan masalah bagi pembangunan yakni tersedianya sumber daya

insan yang berkualitas sehingga mampu mengantisipasi setiap perubahan

yang terjadi secara cepat.

Peningkatan kualitas SDM yang adil melalui peningkatan akses

pendidikan yang berkualitas di semua jenjang pendidikan khususnya bagi

masyarakat miskin dan daerah tertinggal (Rencana Strategis Kemendikbud

2015-2019, 2015) merupakan salah satu dari kebijakan umum pembagunan

nasional 2015-2019. Munculnya kesadaran akan pentingnya pendidikan,

memacu pemerintah untuk terus berupaya memenuhi hak seluruh warga negara

dalam memperoleh layanan pendidikan agar tercipta peningkatan kualitas hidup


2

bangsa Indonesia. Terlebih lagi, hal ini sudah diamanatkan dalam pasal 31

Undang-Undang Dasar 1945 bahwa: “Pemerintah mengusahakan dan

menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan

keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang” (ayat 3).

Mengacu dari ketentuan tersebut, bisa dipahami bahwa upaya

pemerintah untuk mewujudkan janji kemerdekaaan dan kesungguhan

melaksanakan amanat konstitusi terkait pendidikan secara konstitusional

didukung oleh Undang-Undang. Visi pendidikan pun semakin jelas, sebagaimana

yang dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 bahwa

terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

yang berkualitas, sehingga mampu melewati tantangan zaman yang selalu

berubah. Oleh karena itu setiap orang berhak mengembangkan diri melalui

pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak memperoleh pendidikan dan manfaat

dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan

kualitas hidupnya dalam rangka menjadi masyarakat sejahtera. Pendidikan yang

layak harus dapat diakses oleh setiap orang dengan tidak dibatasi oleh usia,

tempat dan waktu, dengan menjamin keberpihakan kepada peserta didik yang

memiliki hambatan fisik, mental, ekonomi, sosial, ataupun geografis. Pemerintah

telah berupaya meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia, melalui

peningkatan kualitas pendidikan dengan Program Indonesia Pintar (PIP). Kepala

Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang (Kapuspendik Balitbang) mengatakan

secara konsisten terjadi peningkatan cakupan sampling peserta didik Indonesia


3

yaitu sebanyak 46 persen di tahun 2003 menjadi 53 persen di tahun 2006.

Selanjutnya, angka tersebut naik ke 63,4 persen di tahun 2012, dan menjadi 68,2

persen di tahun 2015. Peningkatan cakupan sampling ini merupakan bukti

capaian wajib belajar 9 tahun dan ekspansi menuju wajar 12 Tahun dalam

pendidikan membuahkan hasil (Kemendikbud, 2016). Meskipun demikian,

kualitas layanan pendidikan masih rendah karena dukungan fasilitas dan tenaga

pendidik yang belum memadai di seluruh wilayah Indonesia, khususnya bagi

daerah terpencil. Hal itu mengakibatkan jumlah siswa putus sekolah pada jenjang

SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA masih banyak. Pada tahun yang sama cukup banyak

siswa SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke

jenjang selanjutnya. Masalah putus sekolah menjadi masalah yang serius yang

dihadapi oleh anak bangsa yang kurang mampu dan dapat mempengaruhi

keberhasilan penuntasan Program Indonesia Pintar dalam meningkatkan akses

pendidikan.

Berdasarkan data BPS Kabupaten Lampung Timur, pada bulan

September 2018, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Lampung mencapai 1.091,60 ribu

orang (13,01 persen), berkurang sebesar 5.45 ribu orang dibandingkan dengan

kondisi Maret 2018 yang sebesar 1.097,05 ribu orang (13,14 persen).

Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2018 sebesar 9,27

persen turun menjadi 9,06 persen pada September 2018. Sementara persentase

penduduk miskin di daerah perdesaan pada Maret 2018 sebesar 14,76 persen

turun menjadi 14,73 persen pada September 2018


4

Untuk mengurangi angka putus sekolah dan menarik anak yang putus

sekolah, Pemerintah memberikan kesempatan seluasluasnya kepada

masyarakat agar memperoleh layanan pendidikan, salah satunya melalui PIP.

Hal ini sejalan dengan pendapat Astuti (2016) bahwa PIP memiliki peran yang

sangat penting bagi dunia pendidikan. Pertama sebagai aksebilitas pendidikan

membantu pemerataan dalam mengakses pendidikan sehingga peserta didik

yang berasal dari keluarga yang kurang mampu dapat mengakses pendidikan.

Pada hakikatnya PIP merupakan penyempurnaan dari program Bantuan Siswa

Miskin (BSM). Permendikbud Nomor 12 Tahun 2015 menjelaskan bahwa

Program Indonesia Pintar merupakan pemberian bantuan tunai pendidikan bagi

anak usia sekolah dari keluarga pemegang Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), atau

yang memenuhi kriteria sebagaimana ditetapkan sebelumnya yang ditandai

dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) kepada anak usia sekolah dari

keluarga kurang mampu pemilik KKS. Penerima KIP adalah anak usia 6 - 21

tahun yang bersekolah maupun tidak bersekolah, yang berasal dari keluarga

penerima KKS atau yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN 2015-

2019) mendukung pencapaian agenda prioritas pembangunan kelima

(Nawacita: 5) dengan meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat

Indonesia, melalui PIP dengan sasaran di antaranya, (a) meningkatkan angka

partisipasi pendidikan dasar dan pendidikan menengah, (b) menurunnya

kesenjangan partisipasi pendidikan antar kelompok masyarakat terutama antara

penduduk kaya dan miskin, antara penduduk laki-laki dan perempuan, (c)

meningkatkan angka keberlanjutan pendidikan yang ditandai dengan


5

menurunnya angka putus sekolah dan angka melanjutkan, (d) meningkatkan

kesiapan siswa pendidikan menengah untuk memasuki pasar kerja atau

melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Dalam peningkatan kualitas

pendidikan, akses pendidikan harus terus ditingkatkan agar semua kalangan

dapat menikmati pendidikan menuju masyarakat yang sejahtera. Meskipun

kebijakan desentralisasi dan otonomi pendidikan telah dilaksanakan, manajemen

layanan pendidikan belum sepenuhnya efektif dan efisien. Oleh karena itu

sasaran kebijakan dalam hal akses pendidikan, sangat perlu untuk ditingkatkan

karena belum semua siswa yang kurang mampu dapat memperoleh pendidikan

yang layak sebagaimana seharusnya yang diperoleh.

Kabupaten Lampung Timur adalah salah satu Kabupaten di Provinsi

Lampung yang melaksanakan PIP. Berdasarkan studi pendahuluan yang

dilakukan peneliti, diperoleh informasi bahwa SMK Negeri 1 Raman Utara

merupakan Sekolah Menengah Kejuruan yang sudah menerima dan

melaksanakan PIP sejak tahun 2015. Berdasarkan wawancara dengan kepala

sekolah SMK Negeri 1 Raman Utara, diketahui bahwa PIP merupakan program

pemerintah yang dilaksanakan di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, sangat

penting untuk diteliti sebagai acuan dalam mengoptimalkan pelaksanaan PIP

disetiap sekolah yang ada di Indonesia khususnya di SMKN 1 Raman Utara.

Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan evaluasi terhadap PIP yang

sudah berjalan sekitar 4 (empat) tahun.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penelitian ini bertujuan

untuk mengevaluasi Pelaksanaan Program Indonesia Pintar (PIP) dalam


6

Peningkatan Akses Pendidikan di SMKN 1 Raman Utara Kabupaten Lampung

Timur Provinsi Lampung.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran perencaaan Program Indonesia Pintar pada

SMKN 1 Raman Utara?

2. Bagaimanakah gambaran proses pelaksanaan Program Indonesia

Pintar pada SMKN 1 Raman Utara?

3. Bagaimanakah pemanfaatan Program Indonesia Pintar pada SMKN 1

Raman Utara?

4. Bagaimana peranan sekolah dalam menghadapi hambatan

pelaksanaan Program Indonesia Pintar pada SMKN 1 Raman Utara?

C. Tujuan Penelitian

Ada beberapa tujuan yang ingin dihasilkan dari penelitian ini. Adapun

tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran perencanaan Program Indonesia Pintar

pada SMKN 1 Raman Utara.

2. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Program Indonesia Pintar

pada SMKN 1 Raman Utara.


7

3. Untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan Program Indonesia

Pintar pada SMKN 1 Raman Utara.

4. Untuk mengetahui peranan sekolah dalam mengetahui hambatan

pelaksanaan Program Indonesia Pintar pada SMKN 1 Raman Utara.

D. Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan model yang hendak digunakan di atas, maka penelitian

ini hendak mengevaluasi kesenjangan pada tahap desain, instalasi, proses,

produk, dan analisis manfaat-biaya PIP di SMKN 1 Raman Utara. Hasil

penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoritis terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan manajemen pendidikan dan secara praktis

bagi sekolah, orangtua, Dinas Pendidikan BAPPENAS, Kemenkeu, dan

Kemendikbud.

E. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri

(SMKN) 1 Raman Utara yang berada di Desa Raman Endra Kecamatan Raman

Utara kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Berjarak kurang lebih 35

kilometer dari pusat kota tempat pengambilan dana Program Indonesia Pintar.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Menurut Suchman yang dikutip oleh Arikunto, Jabar, & Abdul

(2010, hal. 56), evaluasi dipandang sebagai sebuah proses menentukan

hasil yang telah dicapai dalam beberapa kegiatan yang direncanakan

untuk mendukung tercapainya tujuan. Definisi lain seperti dikemukakan

oleh Stutflebeam yang dikutip oleh Arikunto, Jabar, & Abdul (2010, hal.

57), menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses penggambaran,

pencarian dan pemberian informasi yang sangat bermanfaat bagi

pengambil keputusan dalam menentukan alternatif keputusan.

Menurut Dimyati & Mudjiono (2006, hal. 19), pengertian evaluasi

dipertegas lagi sebagai proses memberikan atau menentukan nilai

kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Menurut Arifin

& Zainal (2010, hal. 45), mengatakan bahwa evaluasi adalah suatu

proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan

evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai

atau arti, sedangkan kegiatan untuk sampai pada pemberian nilai dan arti

itu adalah evaluasi. Hal yang sama juga disampaikan oleh Purwanto &

Ngalim (2010, hal. 57).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan

evaluasi merupakan proses yang sistematis. Evaluasi merupakan


9

kegiatan yang terencana dan dilakukan secara berkesinambungan.

Evaluasi bukan hanya merupakan kegiatan akhir atau penutup dari suatu

program tertentu, melainkan merupakan kegiatan yang dilakukan pada

permulaan, selama program berlangsung dan pada akhir program setelah

program itu selesai.

2. Prosedur Evaluasi

Menurut Umar (2005, hal. 78), evaluasi pada umumnya memiliki

tahapan-tahapannya sendiri. Berikut penjelasan salah satu tahapan

evaluasi yang umumnya digunakan :

a) Menentukan apa yang akan dievaluasi.

Dalam dunia bisnis, apa saja yang dapat dievaluasi, mengacu

pada program kerja perusahaan. Dalam program kerja perusahaan

banyak terdapat aspek-aspek yang dapat dan perlu dievaluasi. Tetapi

biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang

menjadi key-succeess factornya.

b) Merancang (desain) kegiatan evalusi.

Sebelum evaluasi dilakukan, sebaiknya ditentukan terlebih dahulu

desain evaluasinya agar data apa saja yang dibutuhkan, tahapan-

tahapan kerja yang dilalui, siapa saja yang akan dilibatkan, serta apa

saja yang akan dihasilkan menjadi jelas.

c) Pengumpulan data.

Berdasarkan desain yang telah disiapkan, pengumpulan data

dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-
10

kaidah ilmiah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuan.

d) Pengolahan dan analisis data.

Setelah data terkumpul, data tersebut kemudian diolah untuk

dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat

analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat

dipercaya. Selanjutnya, dibandingkan antara fakta dan

harapan/rencana untuk menghasilkan gap. Besar gap akan sesuai

dengan tolok ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.

e) Pelaporan hasil evalusi.

Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, hendaknya hasil evalusi didokumentasikan secara

tertulis dan diinformasikan baik secara lisan maupun tulisan.

f) Tindak lanjut evaluasi.

Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen.

Oleh karena itu, hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh

manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi

masalah manajemen baik di tingkat strategi maupun di tingkat

implementasi strategi.

B. Pengertian Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah

rencana yangsudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara


11

sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Majone dan Wildavsky

mengemukakan pelaksanaan sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky

mengemukakan bahwa Pelaksanaan adalah perluasan aktivitas yang saling

menyesuaikan.

Pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata pelaksanaan

bermuarapada aktivitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu sistem.

Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa pelaksanaan bukan sekedar

aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-

sungguh berdasarkan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Pelaksanaan merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan

untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirimuskan

dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan,

siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan

bagaimana cara yang harus dilaksanakan, suatu proses rangkaian kegiatan

tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas

pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun operasional atau

kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang

ditetapkan semula.

Dari pengertian yang dikemukakan di atas dapatlah ditarik suatu

kesimpulan bahwa pada dasarnya pelaksanaan suatu program yang telah

ditetapkan oleh pemerintah harus sejalan dengan kondisi yang ada, baik itu di

lapangan maupun di luar lapangan. Yang mana dalam kegiatannya melibatkan

beberapa unsur disertai dengan usaha-usaha dan didukung oleh alat-alat

penujang.
12

Faktor-faktor yang dapat menunjang program pelaksanaan adalah

sebagai berikut:

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan

dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut

proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi

informasi yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan dalam pelaksanaan;

c. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap

program khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program

khususnya dari mereka yang menjadi implementer program;

d. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operating Procedures), yang

mengatur tata aliran dalam pelaksanaan program. Jika hal ini tidak sulit

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus

tanpa pola yang baku.

C. Program Indonesia Pintar

Program Indonesia Pintar adalah pemberian bantuan tunai dari

pemerintah kepada anak usia sekolah dari keluarga kurang mampu yang

ditandai dengan pemberian Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebagai kelanjutan dari

Program Bantuan Siswa Miskin. Kartu Indonesia Pintar kepada anak usia
13

sekolah dari keluarga kurang mampu yang memiliki Kartu Keluarga Sejahtera

(KKS) dengan tujuan menjamin seluruh anak usia sekolah dapat menempuh

pendidikan.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun Program Indonesi Pintar yang selanjutnya disebut

PIP adalah bantuan berupa uang tunai dari pemerintah yang diberikan kepada

peserta didik yang orang tuannya tidak atau kurang mampu membiayai

pendidikannya, sebagai kelanjutan dan perluasan sasaran dari Program Bantuan

Siswa Miskin (BSM). Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada

jalur, jenjang, jenis dan pendidikan tertentu. Kartu Indonesia Pintar, yang

selanjutnya disebut KIP adalah kartu yang diberikan kepada anak dari keluarga

pemegang Kartu Perlindungan Sosial (KPS) atau Kartu Keluarga Sejahtera

(KKS) sebagai penanda atau Identitas untuk mendapat manfaat PIP.


14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yaitu data yang

dikumpulkan berbentuk kata-kata, gambar, bukan angka-angka. Menurut Bogdan

dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, penelitian kualitatif

adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Sementara itu,

penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alamiah maupun rekayasa manusia. Adapun tujuan dari penelitian

deskriptif adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual, dan

akurat mengenai fakta dan sifat populasi atau daerah tertentu.

B. Data dan Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland sebagaimana yang telah dikutip oleh Lexy.

J. Moleong dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian Kualitatif,

mengemukakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah

kata-kata dan tindakan, selebihnya berupa data tambahan seperti dokumen dan

lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jelas datanya dibagi ke dalam

kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistic. Sedangkan yang

dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subyek dari mana data dapat
15

diperoleh. Apabila menggunakan wawancara dalam mengumpulkan datanya

maka sumber datanya disebut informan, yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan baik secara tertulis maupun lisan. Apabila

menggunakan observasi maka sumber datanya adalah berupa benda, gerak,

atau proses sesuatu. Apabila menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau

catatanlah yang menjadi sumber datanya. Dalam penelitian ini sumber data

primer berupa katakata diperoleh dari wawancara dengan para informan yang

telah ditentukan yang meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan Evaluasi

Pelaksanaan Program Indonesia Pintar pada SMKN 1 Raman Utara.

Anda mungkin juga menyukai