Anda di halaman 1dari 29

Laporan Praktikum Daya Pada Rangkaian

AC

Judul : Daya Pada Rangkaian AC

Disusun oleh : Rizki Akbar Prasetya (1217100163)


Anggota :-Abiyyu Ghifari M
-M. Adrian
-M. Diaz Amelza
-Reza Ardyanto
Kelas : 2G
Jurusan : Teknik Mesin (Konsentrasi Perawatan Rangka
dan Mesin Pesawat (GMF))
Tanggal praktikum : 5 Mei 2018
Tanggal penyerahan laporan : 8 Juni 2018

Politeknik Negeri Jakarta


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Pada rangkaian AC, daya yang dihasilkan akan berbeda-beda, hal tersebut dapat
dipengaruhi banyak faktor antara lain beban yang digunakan, sumber yang digunkan,
dan cara mengarakai rangkaian itu sendiri. Pada percobaan kali ini praktikkan ingin
mengetahui karakteristik dari beban yang digunakan antara lain beban yang bersifat
kapasitif,induktif, dan resistif. Selain itu praktikkan ingin mengetahui perbedaan daya
pada 1 phasa dan 3 phasa. Untuk rangkaian 3 phasa praktikan ingin mengetahui
pengaruh perbedaan cara merangkai dan pengaruh jika beban setimbang dan tidak
setimbang

1.2. Tujuan percobaan

Pada akhir percobaan, praktikan diharapkan dapat:

- Mengukur daya aktif dan daya semu dari suatu beban resistif (R), induktif (L), kapasitif (C),
campuran resistif-induktif (R-L), resistif-kapasitif (R-C), resisitif-induktif-kapasitif (R-L-C) baik
satu fasa maupun tiga fasa.
- Menentukan factor daya dari suatu beban
- Menggambarkan ketiga kompobeb daya atau segitiga daya
- Menggambarkan vector arus dan tegangan untuk berbagai variasi jenis beban

1
BAB II

DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori

SISTEM SATU FASA


Bila sebuah kumparan diputar pada medan magnet tetap, maka pada kumparan akan
diinduksikan tegangan. Jika medan magnet merupakan pasangan kutub U-S, dengan kumparan terletak
diantara kutub magnet seperti pada gambar 1.2.2, maka pada kumparan akan diinduksikan
tegangan bentuk sinusoida dengan nilai tegangan sesaat dinyatakan dengan persamaan :

V t =V m sin ωt (volt) ........................................... (1.2.1)

2
Dengan : V t = Nilai maksimum
𝞈 = 2𝞹f = Putaran kecil

Gambar 1.2.1 Tegangan sinusoida diinduksi oleh sepasang magnet yang terdapat

BEBAN SISTEM
Beban sistem mempunyai sifat resistif, induktif, dan kapasitif. Sifat beban akan menentukan
besar daya aktif dan reaktif yang diserap beban.

BEBAN RESISTIF
Beban resistif adalah suatu beban yang mempunyai sifat dimana vektor arus dan
tegangan sefasa. Pada beban resistif jika tegangan bentuk sinusoida diberikan maka arus
yang mengalir juga bentuk sinusoida. Pada gambar 1.2.3, sebuah beban resistor R diberi sumber
V tegangan AC bolak-balik maka arus I mengalir pada rangkaian yang besarnya adalah
I m sin ωt (ampere). Dari osiloskop bentuk gelombang arus dan tegangan terlihat seperti
gambar 1.2.3 (b)

Bentuk gelombang dan vector dibawah ini disebut sephasa terhadap V :

V
R Vm

Im
w
Vs
I =Im sin ?t Im

Vm
?
(a). Beban resistor pada sebuah (b). Arus dan tegangan pada R bentuk
rangkaian sinusoida

Gambar 1.2.2 Sebuah rangkaian dengan beban R diberi tegangan AC bolak balik

Nilai sesaat arus dan tegangan pada R dinyatakan oleh persamaan :

3
V =V m sin ωt (volt) ........................................... (1.2.4)
I =I m sin ωt (ampere) ........................................... (1.2.5)

BEBAN INDUKTIF
Beban induktif adalah jenis beban yang mempunyai sifat apabila diberi tegangan
sinusoida pada suatu beban sehingga arus tertinggal dari tegangan. Sebuah rangkaian yang
diberi beban induktif L seperti gambar 1.2.6 (a) kemudian diberi tegangan sinusoida, maka arus
akan tertinggal dari tegangan seperti terlihat pada gambar 1.2.6 (b). Pada beban induktif, jika
sebuah sumber tegangan AC bolak-balik V diberi pada sebuah beban induktor L (henry), yang
mempunyai hambatan induktansi X L (Ω) maka arus I sebesar I m sin(ω t−ɵ) akan mengalir pada
kumparan L. Dari osiloskop terlihat, bentuk tegangan dan arus ditunjukkan seperti gambar
1.2.3(b). Gambar bentuk gelombang dan vektor seperti gambar 1.2.6 disebut I lagging
(ketinggalan) terhadap V.

L V Vm
Im
w
I =Im sin ?t Im Vs

? (a).
Vm

Sebuah rangkaian dengan beban


(b). Bentuk tegangan dan arus pada L
Induktif L oleh oskiloskop

Gambar 1.2.6 Sebuah rangkaian dengan beban L dan bentuk tegangan dan

Nilai sesaat arus dan tegangan pada R dinyatakan oleh persamaan :

V =V m sin ωt (volt) .................................................................. (1.2.7)


I =I m sin¿ ¿ ) (ampere) ................................................. (1.2.8)

Sementara besar induktansi induktor adalah :

X L = 𝞈L - 2𝞹f L ........................................................................ (1.2.9)

BEBAN KAPASITIF
Beban Kapasitif adalah beban yang mempunyai sifat apabila diberi tegangan AC sinusoida pada
suatu beban sehingga arus mendahului tegangan. Sebuah rangkaian dengan beban kapasitor
X
C yang mempunyai kapasitansi C (ohm) seperti gambar 1.2.10 (a) kemudian diberi tegangan

4
sumber AC bolak balik V maka arus (I) mengalir yang besarnya adalah I =I m sin¿ ¿ ) (ampere).
Dari osiloskop terlihat bahwa arus (I) akan mendahului V seperti gambar 1.2.10 disebut I
leading (mendahului) terhadap V.

C V Vm

Im
w
I =Im sin ?t Im Vs

? Vm

(a). Rangkaian dengan beban C (b). Arus&Tegangan pada C dalam vector

Gambar 1.2.10 Sebuah rangkaian dengan beban C dan bentuk tegangan


Besar tegangan dan arus sesaat pada C dinyatakan dalam persamaan :

V =V m sin ωt (volt) .............................................................. (1.2.11)


I =I m sin¿ ¿ ) (ampere) ........................................... (1.2.11)

Sementara besar kapasitansi kapasitor C adalah :

1 1
X L= = ...................................................................... (1.2.11)
ωC 2 πC

Dengan C = Kapasitas kapasitor C (Fahrrad)

SEGITIGA IMPEDANSI
Jika pada suatu rangkaian diberi beban R, L, dan C seri atau parallel maka segitiga
impedansi dari rangkaian diperlihatkan seperti gambar 1.2.12. Besar dan arah dari
hambatan R (Ω) ada pada arah sumbu x positif sedangkan reaktansi induktif X L (Ω) ada
pada arah sumbu imajiner y positif dan reaktansi X C (Ω) ada pada sumbu imajiner y negatif.

jXL
Besar impedansi total adalah :
Z
Z = √ R2 +¿ ¿ ............ (1.2.13)
R
I
jXc

Gambar 1.2.12 Vektor impedansi pada rangkaian RLC

5
Jatuh tegangan pada masing-masing reaktansi adalah V R pada tahanan R, V Lpada
reaktansi induktif X L dan V C pad reaktansi kapasitif X C . Hubungan antara V R ,V L , V C
dinyatakan dalam persamaan :

V R = i.R ............................................... (1.2.14)


V L = i. X L .............................................. (1.2.15)
V C = i. X C ............................................. (1.2.16)
Besar dan arah dalam sistem koordinat kartensian ditunjukan seperti pada gambar
1.2.17

VL

Vtot

VR
I
Gambar 1.2.17 Vektor tegangan pada beban R, L dan
C. Vc

Dari gambar 1.2.17 resultansi tegangan pada beban


:

Z = V r2 +¿ ¿ ................. (1.2.18)

Besar arus yang mengalir pada rangkaian dinyatakan dalam persamaan :

V V
i= = 2 ................... (1.2.19)
Z √ R +¿ ¿ ¿
DAYA
Daya pada rangkaian satu phasa arus AC bolak balik ada 3 macam yakni daya nyata P daya
reaktif Q dan daya semu S. segitiga daya dan rumus-rumus yang berlaku dapat dilihat pada
gambar dibawah ini. Tidak semua daya ini diserap oleh beban. Ini tergantung pada jenis beban.
Namun pada umumnya beban yang menyerap ketiga jenis daya kecuali beban resistif. Letak
dan hubungan antara ketiga daya ini pada sistem koordinat kartesius ditunjukkan pada gambar
1.2.20. Sementara hubungan dalam matematis ditunjukkan oleh persamaan :

P = VI Cos Ø = I 2 Z Cos Ø (watt) ........... (1.2.21)


2 2
Q = VI Sin Ø = I X L = I X C (VAR) ........ (1.2.22)
S = VI = I 2 Z = P ± JQ = √ P2+ Q 2 ....... (1.2.23)

6
P Watt
Faktor Daya = Pf = Cos Ø = ( ) ....... (1.2.24)
S VA

Qc

P
I
QL

PERBAIKAN FAKTOR DAYA


Salah satu cara untuk memperbaiki faktor daya adalah dengan memasang kompensasi kapasitif
menggunakan kapasitor pada jaringan tersebut. Kapasitor adalah komponen rangkaian listrik
yang justru menghasilkan daya reaktif pada jaringan dimana dia tersambung. Tinjau sebuah
jaringan yang bersifat induktif dengan segitiga daya seperti ditunjukkan pada Gambar 1.2.25.
Apabila kapasitor dipasang maka daya reaktif yang disediakan oleh sumber akan berkurang
sebesar Q_koreksi (yang merupakan daya reaktif berasal dari kapasitor).

Karena daya aktif tidak berubah sedangakan daya reaktif berkurang sebesar Q_koreksi, maka
dari sudut pandang sumber, segitiga daya yang baru diperoleh seperti ditunjukkan pada
Gambar yang diperlihatkan oleh garis orange. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sudut Ø
mengecil menjadi Ø ’ akibat pemasangan kapasitor tersebut akibatnya faktor daya jaringan akan
naik. Dengan demikian faktor daya cos Ø menjadi bertambah besar dengan kata lain faktor daya
diperbaiki.

Gambar 1.2.25 Segitiga daya dengan perbaikan faktor daya

7
Q n (Q ¿ ¿ L−Q C )
Q koreksi = tg Ø = = ¿ ...... (1.2.26)
P P

Sistim Tiga Fasa


Generator/altenator tiga phasa dapat dibayangkan sebagai berikut:

Gambar Tegangan yang dibangkitkan generator tiga fase berbeda fase 120° satu dengan lainnya
Gambar 9. Generator 3 phasa dan gelombang tegangan tiga phasa

Sumber tegangan tiga fase seimbang hubungan “Y”


Sistem 4 kawat

Gambar Sumher tegangan tiga fase dengan hubungan Y empat kawat

Sistem 3 Kawat

8
Gambar 9. sumber tegangan tiga tase dengan hubungan Y tiga kawat

Gambar Urutan fase abc


Gambar 10 Tengan phasa -netral, dan phasa-phasa untuk sistem 3 kawat dan 4 kawat.

Pada system tiga fase yang seimbang ini berlaku:


Van+Vbn+Vcn = 0 atau ΙVanI = IVbnI = IVcnI

Urutan fase adalah urutan dari harga maksimum yang dicapai setiap gelombang tegangan
tersebut, misalnya dikatakan urutan abc ini berarti bahwa harga maksimum gelombang a lebih
dahulu tarcapai baru diikuti harga maksimum gelombang b dan gelomuang c

Gambar 11. vektor tegangan dan aliran arus pada sistem 4 kawat.

Sumber tegangan tiga tase seimbang hubungan delta

9
Gambar Sumber tiga fase hubungan delta (Δ)
Pada hubungan delta ini yang ada hanyalah tegangan line, yaitu Vab dan Vca dimana tegangan
ini juga barbeda phasa satu sama lainnya dengan sudut 120°.

Hubungan Gambar Y-Δ seimbang

Gambar 11 sistem hubungan delta (segitiga)

Bila diasumskan urutan sistem abc maka tegangan-tegangan fase adalah:

Daya Pada sistem Tiga Fasa Seimbang


Harga sesaat dan daya pada sistem lasa tidak berubah tenadap waku seperti daya sesaat per fasa-
nya:

10
Pada beban hubungan Y:

Pada beban hubungan Δ:

Sehingga untuk rumus daya pada beban Y dan Δ seimbang adalah sama.
Total daya komplek pada system tiga fasa seimbang adalah:

BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Alat dan bahan :

A. System 1 phasa
 Variac (autotrafo) 0-220 Volt 1 buah
 Beban resistif berups lampu pijar 100 Watt 20 Volt 1 buah.
 Beban induktif terdiri dari ballast 220 Volt, 65 Watt 1 buah
 Tingkat kapasitif dengan kapasitor 3,25u f 4,5u f 1 buah

11
 Ampermeter AC 1 buah
 Voltmeter satu buah
 Wattmeter HIOKI 1 buah
 Switch 220 v 1 buah
 Kabel penghubung secukupnya.
 Multi taster satu buah
B. System 3 phasa
 Variac (autotrafo) 3 fasa 1 buah
 Amperemeter 4 buah
 Volt meter 3 buah
 Watmeter HIOKI 1 buah
 Lampu pijar 100 W 3 buah

3.2 Langkah Kerja

A. System 1 phasa
1. Buat rangkaian seperti pada gambar 12. Hilang adalah resistif R (lampu pijar 100 W),
lakukan pengukuran secara merata dengan memvariasi dari 20 V tegangan nominal
220 volt seperti pada tabel l dan isikan hasil pengukuran pada tabel tersebut.
2. Ganti beban dengan beban induktif L (ballast kemudian melakukan pengukuran
degan memvariasi tingkat seperti pada Tabel 2. Hasil pengukuran dilakukan pada
tabel tersebut.
3. Ganti beban dengan beban kapasitif C, lakukan langkah-langkah seperti di atas dan
hasil pengukuran pada tabel 3
4. Ulangi percobaan untuk beban campuran R//L, R//C, L//C dan R // L//C secara
bergantian, isikan pada Tabel 4 hingga Tabel 6.

B. Langkah kerja system 3 phasa


Langkah kerja sistem 3 phasa adalah sebagai berikut
A. Beban terhubung bintang / star
B. Beban terhubung Delta/Segitiga
1. Rangkai seperti gambar 13 dengan beban setimbang dimana lampu
diserikan masing-masing 65 W / 220V kemudian atur tegangan sumber
sebagai berikut 0,100,220,380v. Catat garis tegangan, tegangan phasa,
arusline, arus phasa, arus netral dan daya total.
2. Rangkai seperti gambar 13 dengan beban tidak setimbang mana mana
lampu diserikan masing 100/65 W / 220V. Untuk lampu 1 dan lampu 2 seri
100 W dan lampu 3 dimatikan, lalu lampu 1 berdaya 100W dan lampu 2 dan

12
lampu 3 dimatikan mulai dari 0,100,220,380 V lalu catat garis tegangan,
tegangan phasa, arusline, arus phasa, arus netral dan daya tiga fasa.
3. Rangkai seperti gambar 14 dengan beban setimbang dimana lampu
diserikan masing-masing 65 W / 220V. Kemudian atur tegangan mulai dari 0,
100, 220 hingga 380 V Kemudian catat tegangan line, tegangan phasa, arus
line, arus phasa dan daya tiga fasa.
Rangkai seperti gambar 14 untuk beban tidak diatur dimana lampu diserikan
masing 100/65 W / 220V untuk lampu 1 dan lampu , sementara Lampu 3
dimatikan. Lalu lampu 1 dengan daya 100 watt dan lampu 2 dan lampu 3
dimatikan . Atur tegangan sumber mulai dari 0,100,220 hingga 380 V
Kemudian tegangan baris, tegangan phasa, arusline, arusphasa dan daya
tiga phasa

BAB IV

DATA DAN ANALISA

4.1. Data
Sistem 1 phasa

Tabel 1. Beban resesif (lampu pijar 100W)

13
Q
V (volt) I(A) S (VA) P (W) CosØ R Sifat Jenis Ket
(Var)
No
Digita Digita
Digital Analog Analog Analog
l l
1 20 15.6 0.13 0.15 3 3 20 0 1 153
2 50 45 0.2 0.18 10 10 30 0 1 250
Resistif
3 100 93 0.28 0.28 28 28 50 0 1 357 R LAG
4 150 144 0.35 0.36 53 53 65 0 1 428
5 220 214.5 0.43 0.44 94 94 150 0 1 501

Tabel 2. Beban Induktif (Ballast)

V (volt) I(A) S (VA) P (W) Q CosØ


No Digital Analog Digital Analo Digital Analo (Var) XL Sifat Jenis Ket
g g
1 20 15 0 0 0 0 0 0 0 0
2 50 43.5 0.11 0.10 5 0 20 5 0.11 454
3
3 100 93 0.22 0.20 22 2 20 22 0.10 454
6 Induktif L LAG
4 150 144 0.34 0.35 51 5 20 51 0.10 441
2
5 220 216 0.57 0.59 125 13 20 124 0.10 385
5

Tabel 3. Beban Kapasitif (kapasitor)

Q Jenis
V (volt) I(A) S (VA) P (W) CosØ XC Sifat Ket
(Var)
No
Digita Analo Digita Analo
Digital Analog
l g l g
1 20 15 0 0 0 0 0 0 0 0
0.00
2 50 45 0.13 0.10 0 0 0 7 384
3
0.00
3 100 93 0.26 0.225 26 0 0 26 384 Kapasiti
5 L LEAD
f
0.00
4 150 144 0.39 0.41 59 0 0 58 384
6
0.00
5 220 216 0.56 0.61 124 0 0 123 392
7

14
Tabel 4. Beban Resesif-Induktif

V (volt) I(A) P (W) Q


N Jeni
o Digita Analo Digita Analo S (VA)
Digital Analog
(Var CosØ Z Sifat
s √ R2 + XL2
l g l g )
1 20 16.5 0 0 0 0 10 0 0 0 153
0.66 Indukti
2 150 144 0.26 0.25 39 26 30 29 576 R//L 614
2 f
0.75
3 220 219 0.35 0.35 78 59 60 51 628 639
2

Tabel 5. Beban Resesif-Kapasitif

V (volt) I(A) P (W) Q


N Jeni
o Digita Analo Digita Analo S (VA)
Digital Analog
(Var CosØ Z Sifat
s √ R2 + XC 2
l g l g )
1 20 15 0 0 0 0 10 0 0 ∞ 153
0,68
2 150 144 0.28 0.29 43 29 30 31 535 Kapsitif R//C 575
8
0,76
3 220 216 0.37 0.37 81 62 65 52 534 644
5

Tabel 6. Beban Induktif-Kapasitif

V (volt) I(A) P (W) Q


N Sifa Jeni
Digita Analo Digita Analo S (VA) (Var CosØ Z √¿ ¿
o Digital Analog t s
l g l g )
0.62
1 20 15 0.31 0.32 6 4 10 5 64 153
3
0.23
2 150 144 1.12 1.05 167 40 50 163 133 L//C 614
2
0.20
3 220 216 1.37 1.28 299 61 70 292 160 639
2

Tabel 7.Beban Resesif-Induktif-Kapasitif

V (volt) I(A) S P (W) Q


N Sifa
o Digita Analo Digita Analo (VA Digita Analo (Var CosØ Z
t
Jenis √ R2 +( Xc . Xl)2
l g l g ) l g )
0.94 16.
1 20 18 1.2 1.5 3 3 10 0 153
6 6
0.99 R//L//
2 50 144 0.33 0.34 50 50 60 3 454 C 431
8
3 220 216 0.41 0.43 90 90 100 3 1 536 511

15
Sistem 3 phasa

Tabel 8. Beban hubung bintang untuk beban setimbang

Vs Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
110 63.5 63.5 63.5 0.29 0.29 0.27 0.29 0.29 0.27 0 55.29
220 127 127 127 0.42 0.43 0.42 0.43 0.42 0.42 0 160.04

Tabel 9. Beban hubung bintang untuk tidak setimbang (Satu Lampu Mati)

Vs Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
110 63.5 63.5 63.5 0.29 0 0.28 0.29 0 0.28 0.28 35.56
220 127 127 127 0.42 0 0.42 0.42 0 0.42 0.42 106.6

Tabel 10. Beban hubung bintang untuk tidak setimbang (Dua Lampu Mati)

Vs Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
110 63.5 63.5 63.5 0 0 0.27 0 0 0.27 0.28 17.14
220 127 127 127 0 0 0.42 0 0 0.42 0.41 53.34

Tabel 11. Beban terhubung Delta untuk beban setimbang

VS Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0
110 110 110 110 0.2 0.2 0.2 0.36 0.35 0.34 - 64.77
220 220 220 220 0.3 0.29 0.29 0.51 0.5 0.5 - 190.52
380 380 380 380 0.39 0.38 0.39 0.68 0.67 0.67 - 447.56

Tabel 12. Beban terhubung Delta untuk beban tidak setimbang (Satu Lampu Mati)

VS Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0
110 110 110 110 0.2 0 0.12 0.35 0.2 0.2 - 47.63

16
220 220 220 220 0.3 0 0.29 0.51 0.29 0.29 - 138.44
380 380 380 380 0.39 0 0.39 0.70 0.39 0.38 - 324.70

Tabel 13. Beban terhubung Delta untuk beban tidak setimbang (Dua Lampu Mati)

VS Vp1 Vp2 Vp3 Ip1 Ip2 Ip3 I1 I2 I3 In P


0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - 0
110 110 110 110 0 0 0.2 0.35 0 0.2 - 34.92
220 220 220 220 0 0 0.29 0.29 0 0.29 - 73.66
380 380 380 380 0 0 0.39 0.39 0 0.39 - 171.12

17
4.2 Analisa Data

Sistem Satu Phasa

Analisis data dari tabel diatas sebagai berikut :

𝐐 = 𝐕 𝐱 𝐈 𝐱 𝐬𝐢𝐧 Ø

Ket :
Q = Debit Aliran listrik
V = Tegangan supply yang mengalir pada rangkaian
I = Arus yang mengalir pada rangkaian
Sin Ø = sudut penyalaan

Dari rumus di atas dapat di simpulkan bahwa Debit aliran listrik berbanding lurus dengan tegangan
supply, arus listrik dan sudut penyalaan. Berdasarkan rumus diatas untuk mencari sin Ø, maka Ø = arc
cos Ø.

Tabel Beban Resistif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0.13 1 0o 0 0
50 0.2 1 0o 0 0
100 0.28 1 0o 0 0
150 0.35 1 0o 0 0
220 0.43 1 0o 0 0

Pada percobaan kali ini praktikkan ingin mengetahui pengaruh beban resistif terhadap daya buta. Dari
seluruh praktikum pada saat beban yang digunakan adalah beban resistif maka tidak ada daya buta yang
dihasilkan dikarenakan hasil pengukuran nilai sin Ø adalah 0. Dari tabel daa terlihat bahwa besar nilai S
sama dengan nilai P, hal ini menunjukan beban resistif bersifat sefasa

Tabel Beban Induktif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0 0 90 o 1 0
50 0.11 0.113 83.5 o 0.993 5.416

18
100 0.22 0.106 83.9 o 0.994 21.868
150 0.34 0.102 84.1 o 0.994 50.694
220 0.57 0.105 83.9 o 0.994 124.647

Pada percobaan kali ini praktikkan berusaha mengukur daya buta pada beban yang bersifat induktif. Dari
tabel diatas dibuktikan pada saat beban yang digunakan adalah beban induktif maka sudut diantara
tegangan dan arus mendekati 90o dan berkisar 84o dengan sifat lagging, secara teori seharusnya nilai
sudut antara tegangan dan arus adalah 90 o,namun dikarenakan adanya hambatan dalam maka sudut
yang dibentuk tidak lagi 90o karena dipengaruhi beban resistif dan nilai beban induktif yang tidak terlalu
besar sehingga selisih antara sudut yang dibentuk antara arus dan tegangan secara teori dan secara
praktikum mencapai 6o. Pada saat tegangan 20V tidak adanya arus yang mengalir dikarenakan tegangan
sumber tidak memenuhi tegangan kerja inductor

Tabel Beban Kapasitif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0 0 90 o 1 0
50 0.13 0.003 89.8 o 0.999 6.493
100 0.26 0.005 89.7 o 0.999 25.974
150 0.39 0.006 89.6 o 0.999 58.441
220 0.56 0.007 89.6 o 0.999 123.076

Pada percobaan kali ini praktikkan berusaha mengukur daya buta pada beban yang bersifat kapasitif.
Dari tabel diatas dibuktikan pada saat beban yang digunakan adalah beban kapasitif maka sudut
diantara tegangan dan arus mendekati 90 o dan berkisar 89o dengan sifat leading, secara teori
seharusnya nilai sudut antara tegangan dan arus adalah 90 o,namun dikarenakan adanya hambatan
dalam maka sudut yang dibentuk tidak lagi 90 o karena dipengaruhi beban resistif, namun dikarenakan
nilai beban kapasitif yang besar maka selisih antara sudut yang dibentuk antara arus dan tegangan
secara teori dan secara praktikum tidak terlalu besar. Pada saat tegangan 20V tidak adanya arus yang
mengalir dikarenakan tegangan sumber tidak memenuhi tegangan kerja kapasitor

Tabel Beban Resistif-Induktif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0 0 90 o 1 0
50 0.26 0.662 48.5 o 0.748 20.944
100 0.35 0.752 41.2 o 0.658 23.03

Pada percobaan kali ini praktikan beusaha mengukur daya buta pada rangkaian dengan beban yang
digunakan adalah beban resistif-induktif. Pada percobaan kali ini nilai aroc cos Ø berkisar 40 o-50o yang
menandakan bahwa nilai beban induktif berimbang dengan nilai beban resistif. Berubahnya nilai arc cos
Ø dikarenakan nilai induktansi berubah-ubah seiring dengan perbedaan tegangan sumber. Pada saat

19
tegangan 20V tidak adanya arus yang mengalir dikarenakan tegangan sumber tidak memenuhi tegangan
kerja inductor.

Tabel Beban Resistif-Kapasitif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0 0 90 o 1 0
50 0.28 0,688 48 o 0.743 10.402
100 0.37 0,765 40 o 0.642 23.754

Pada percobaan kali ini praktikan beusaha mengukur daya buta pada rangkaian dengan beban yang
digunakan adalah beban resistif-kapasitif. Pada percobaan kali ini nilai arc cos Ø berkisar 40 o-50o yang
menandakan bahwa nilai beban kapasitif berimbang dengan nilai beban resistif. Berubahnya nilai arc cos
Ø dikarenakan nilai kapsitif berubah-ubah seiring dengan perbedaan tegangan sumber. Pada saat
tegangan 20V tidak adanya arus yang mengalir dikarenakan tegangan sumber tidak memenuhi tegangan
kerja kapasitor.

Tabel Beban Induktif-Kapasitif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 0.31 0.623 51.4 o 0.781 4.842
50 1.12 0.232 76.6 o 0.972 54.432
100 1.37 0.202 78.3 o 0.979 134.123

Pada percobaan kali ini praktikkan berusaha mengukur daya byta pada rangkaian dengan beban
kombinasi yaitu beban induktif dan beban kapasitif. Pada percobaan kali ini nilai arc cos Ø berkisar
antara 50o-80o, secara teori nilai arc cos Ø yang seharusnya adalah 0 o .Hal ini terjadi karena nilai antara
kapasitor dengan inductor memiliki tegangan kerja yang berbeda-beda sehingga nilai beban induktif dan
beban kapasitif menjadi tidak berimbang

Tabel Beban Resistif-Induktif-Kapasitif

Tegangan Arus cos Ø arc cos Ø sin Ø Q = V x I x sin Ø


20 1.2 0.946 18.9 o 0.323 7.752
50 0.33 0.998 3.62 o 0.063 1.0395
100 0.41 1 0o 0 0

20
Pada percobaan kali ini praktikan berusaha mengukur daya buta pada rangkaian dengan beban
kombinasi dengan beban yang digunakan adalah beban resistif, induktif, dan kapasitif. Dari percobaan
diketahui bahwa sudut antara arus dan tegangan berkisar dari 20 o-0o, secara teori sudut antara arus dan
tegangan adalah 0o. Pada tegangan 20 V sudut antara arus dan tegangan adalah 18,9 o dikarenakan pada
inductor dan kapsitor memiliki tegangan awal kerja yang berbeda-beda.

Sistem Tiga Phasa

Grafik Daya Terhadap V Line


500
450
400
350 Bintang 3 Lampu
300 Bintang 2 Lampu
Bintang 1 Lampu
Daya

250
Delta 3 Lampu
200 Delta 2 Lampu
150 Delta 1 Lampu
100
50
0
0 110 220 380
V Line

Dalam percobaan ini, praktikan mebanding daya dalam rangkaian AC tiga fasa terhubung dengan delta
atau bintang, dengan beban yang seimbang atau tidak seimbang. Dari tabel di atas Anda dapat melihat
bahwa jika beban tidak seimbang, daya yang mengalir pada rangkaian akan lebih rendah. Pada
rangkaian bintang, daya yang tidak digunakan dikarenaklan saklar dimatikan akan dialirkan melalui
kabel netral, sementara di rangkaian delta ketika saklar dimatikan, daya yang tidak digunakan akan
berputar di rangkaian, jika dua saklar dimatikan, arus dari salah satu line tidak akan mengalir karena
rangkaian yang menhubungkan line tersebut akan terbuka. Jika membandingkan daya yang mengalir
dalam rangkaian AC tiga fase yang digabungkan dengan segitiga dan bintang, ternyata rangkaian yang
digabungkan ke delta mampu mengalirkan lebih banyak daya, karena dalam rangkaian delta perbedaan
potensial antara line lebih besar daripada perbedaan potensi di rangkaian bintang.

21
4.3 Masalah

Pertanyaan :

Sistem 1 Phasa

1. Analisa hasil percobaan untuk langkah 1,2 dan 3


2. Untuk beban campuran L//C bagaimana sifat beban dan mengapa demikian, jelaskan!
3. Buatlah segitiga daya berdasarkan data R//L, R//C, L//C dan R//L//C dan beri penjelasan
4. Gambarkan vector tegangan dan arus unutuk langkah kerja 1 saat 220V langkah 2,3 dan 4
masing-masing contoh
5. Buat kesimpulan untuk setiap percobaan

Sistem 3 Phasa

1. Bagaimana daya pada beban setimbang bintang dan delta


2. Bagaimana daya tidak setimbang bintang dan delta.
3. Bagaimana daya pada beban setimbang bintang dan tidak setimbang bintang
4. Bagaimana daya pada beban setimbang delta dan tidak setimbang delta

Jawaban

Sistem 1 Phasa

1.Terdapat pada sub bab 4.2 analisis data


2.Terdapat pada sub bab 4.2 analisis data
3.Hubungan R//L
V = 150V

S = 29
48o

22
P = 39
Q =26
V = 220V

S= 59
41o

Q = 51 P = 78

Hubungan R//C

V = 150V

QC (Var)
P = 43

31

48o

P (Watt)
29

QL (Var)
V = 220V
Q = 52
P = 81

23

46o
Hubungan L//C

V = 150V

S = 40

P = 167

Q = 163

V = 220 V

S = 70

P = 299

Q = 292

24

P = 50
Q=3
Hubungan R//L//C
V = 20V

V = 110V

V = 220V

Q=3
P = 90

0o
S = 90

4. Langkah 1

Langkah 2

25
Langkah 3

Langkah 4(tabel 4)

26
Langkah 4 (tabel 5)

5.Terdapat pada bab 5 kesimpulan

27
Sistem 3 phasa

1.Karena perbedaan potensial tegangan rangkaian delta lebih besar daripada rangkaian bintang,
daya rangkaian delta lebih besar daripada rangkaian bintang karena rangkaian delta memiliki
daya beban seimbang yang lebih besar daripada rangkaian bintang
2. Jika beban tidak seimbang pada rangkaian delta maka daya yang tidak terpakai akan berputar
dalam loop rangkaian delta, sedangkan pada rangkaian buntang daya yang tidak terpakai akan
mengalir melalui kabel netral
3. Perbedaan daya pada beban yang seimbang dan perbedaan beban tidak seimbang ke
rangkaian bintang adalah daya yang tidak digunakan akan mengalir ke kabel netral
4. Perbedaan daya antara beban seimbang dan beban tidak seimbang untuk rangkaian delta
adalah daya yang hilang oleh sumber yang digunakan sepenuhnya oleh beban dan ada daya
terbuang yang berputar di loop delta pada beban yang tidak seimbang

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dalam prakteknya, satu fasa dapat menyimpulkan bahwa dalam satu sirkuit fase, ketika beban kapasitor
digunakan, maka output daya menjadi daya buta dengan faktor utama 0 bersifat leading, sedangkan
ketika beban induktor digunakan, maka aliran daya menjadi buta dengan faktor daya 0 dengan sifat
lagging, tetapi jika beban adalah resistor, maka aliran energi adalah daya yang sebenarnya dengan faktor
daya 1. Ketika menggunakan kombinasi beban, faktor daya berubah tergantung pada kapasitansi,
induktansi, dan nilai resistansi.

Dalam praktik tiga fase, praktisi dapat menyimpulkan bahwa dalam aliran delta energi akan lebih besar
daripada daya yang mengalir dalam rangkaian bintang, karena perubahan potensial yang lebih besar
dalam rangkaian delta. Selain itu, daya yang mengalir dalam beban ekuilibrium lebih besar daripada
beban yang tidak seimbang, karena beban tidak seimbang, ada rangkaian terbuka, sehingga ada arus
tambahan yang tidak mengalir di rangkaian.

28

Anda mungkin juga menyukai