Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID

DISUSUN OLEH:

NI LUH PUTU TANASYA PUTRI


P07120218 020
SEMESTER IV/S.Tr KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
I. KONSEP DASAR PENYAKIT THYPOID
A. Pengertian
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan penyakit
infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai
gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran
(T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995). Penularan penyakit ini hampir selalu
terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi. Typhoid adalah
penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella.( Bruner and
Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella Thypi (Arief Maeyer, 1999).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit
ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis,
( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga
paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis
(.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid
adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A.
B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang
terkontaminasi.
B. Etiologi
             Demam tyfhoid disebabkan oleh jenis salmonella tertentu yaitu s. Typhi,
s. Paratyphi A, dan S. Paratyphi B dan kadang-kadang jenis salmonella yang lain.
Demam yang disebabkan oleh s. Typhi cendrung untuk menjadi lebih berat
daripada bentuk infeksi salmonella yang lain.
     Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil,
tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan
glukosa, manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak
meragikan laktosa dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan
mampu tumbuh secara anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap
agen fisik namun dapat dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4º C (130º F)
selama 1 jam atau 60 º C (140 º F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup
pada suhu ruang dan suhu yang rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan
hidup selama berminggu-minggu dalam sampah, bahan makannan kering, agfen
farmakeutika an bahan tinja.
    Salmonella memiliki antigen somatik O dan antigen flagella HH. Antigen O
adalah komponen lipopolisakarida dinding sel yang stabil terhadap panas
sedangkan antigen H adalah protein labil panas.

C. Tanda dan Gejala


Gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala serup dengan
penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu: demam, nyeri kepala, pusing, nyeri
otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut,
batuk dan epitakis. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu tubuh
meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandinkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari. Setela
masa inkubasi maka ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan tidak enak
badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat. Kemudian menyusul
gejala klinis yang biasa ditemukan, yaitu:
a. Demam
Pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu. Bersifat
febris remiten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu pertama,
suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari, biasanya menurun
pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam
minggu kedua, pernderita terus dalam keadaan demam. Dalam minggu
ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal kembalu pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah (ragaden). Lidah ditutupi selaput putih kotor (coated tongue), ujung
dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin
ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan limpa
membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan konstipasi,
akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesdaran
Umumnya kesadarn penderita menurun walaupun tidak berapa dalam,
yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi spoor, koma atau gelisah.

Masa tunas typhoid 10 - 20 hari


1. Minggu I 
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan
malam hari. Dengankeluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anorexia dan mual, batuk,epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak
di perut.
2. Minggu II 

Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,


lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya
hiperemi),hepatomegali, meteorismus, penurunankesadaran.

D. Manifestasi Klinik
1. Masa tunas demam thypoid berlangsung 10-14 hari.
2. Minggu I  :  Keluhan dan gejala-gejala dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya demam, nyerikepala, pusing, nyeriotot, anoreksia, mual,m
untah, konstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epistaksis, pada pemeriksaan hanya didapatkan peningkatan suhu badan.
3. Minggu II  :  Gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam,bradikardi
relatif,lidah khas (kotor di tengah,tepi dan ujung merah dan
tremor),hepatomegali,splenomegali,gangguan mental berupa
samnolen,strupor,koma,delirion/psikos.

E. Patofisiologi
         Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna
(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S. typhi
masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.
Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang
kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu
mengontaminasi makanan, minuman, sayuran, maupun buah-buahan segar. Saat
kuman masuk ke saluran pencernaan manusia, sebagian kuman mati oleh asam
lambung dan sebagian kuman masuk ke usus halus.
                Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa ” menjebol” usus halus.
Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah bening, ke
pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati, empedu, dan
lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita bisa
mengandung kuman S. typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui
makanan atau pun minuman yang dicemari.
        Pada penderita yang tergolong carrier (pengidap kuman ini namun tidak
menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella bisa ada terus menerus di kotoran
dan air seni sampai bertahun-tahun. S. thypi hanya berumah di dalam tubuh
manusia. Oleh kerana itu, demam tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana
penduduknya kurang mengamalkan membasuh tangan manakala airnya mungkin
tercemar dengan sisa kumbahan.
         Sekali bakteria S. thypi dimakan atau diminum, ia akan membahagi dan
merebak ke dalam saluran darah dan badan akan bertindak balas dengan
menunjukkan beberapa gejala seperti demam. Pembuangan najis di merata-rata
tempat dan hinggapan lalat (lipas dan tikus) yang akan menyebabkan demam
tifoid.

F. Pohon Masalah
G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
1. Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
klien yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella
thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
 Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
 Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
 Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari
simpai kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan
titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien
menderita typhoid.
2. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
1. SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
8.Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah
pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
a.Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid
terdapat leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya
leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam
typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas
normal bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah
leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b.Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c.Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid,
tetapi bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi
demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari
beberapa faktor :
1)Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2)Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada
waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3)Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan
bakteremia sehingga biakan darah negatif.
4)Pengobatan dengan obat anti mikroba.
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil
biakan mungkin negatif.
d.Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah
divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari
uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien
yang disangka menderita typhoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi,
klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
1)Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh
kuman).
2)Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel
kuman).
3)Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman)
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar
klien menderita typhoid.
Faktor – faktor yang mempengaruhi uji widal :
a. Faktor yang berhubungan dengan klien :
1.Keadaan umum : gizi buruk dapat menghambat pembentukan antibodi.
2.Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit: aglutinin baru dijumpai dalam
darah setelah klien sakit 1 minggu dan mencapai puncaknya pada minggu
ke-5 atau ke-6.
3.Penyakit – penyakit tertentu : ada beberapa penyakit yang dapat menyertai
demam typhoid yang tidak dapat menimbulkan antibodi seperti
agamaglobulinemia, leukemia dan karsinoma lanjut.
4.Pengobatan dini dengan antibiotika : pengobatan dini dengan obat anti
mikroba dapat menghambat pembentukan antibodi.
5.Obat-obatan imunosupresif atau kortikosteroid : obat-obat tersebut dapat
menghambat terjadinya pembentukan antibodi karena supresi sistem
retikuloendotelial.
6.Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan
kotipa atau tipa, titer aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O
biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan titer
aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu
titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai
nilai diagnostik.
7.Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan
ini dapat mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil
titer yang rendah.
8.Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin
terhadap salmonella thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang
bukan typhoid pada seseorang yang pernah tertular salmonella di masa
lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1.Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen
O dan H yang sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat
menimbulkan reaksi aglutinasi pada spesies yang lain.
2.Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji
widal.
3.Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian
yang berpendapat bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain
salmonella setempat lebih baik dari suspensi dari strain lain.

H. PenatalaksanaanMedik

A. Perawatan

Pasien thypoid perlu dirawat di Rumah Sakit untuk mendapatkan perawatan, observasi dan diberikan

pengobatan yakni :
 Isolasipasien.

 Desinfeksipakaian.

 Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi, mengingat sakit yang lama, lemah, anoreksia

dan lain-lain.
 Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu setelah suhu normal kembali (istirahat total),

kemudian boleh duduk jika tidak panas lagi, boleh berdiri kemudian berjalan diruangan.

B. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh

mengandung banyak serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas, susu 2 gelas sehari, bila

kesadaran pasien menurun diberikan makanan cair melalui sonde lambung. Jika kesadaran dan nafsu makan

anak baik dapat juga diberikan makanan biasa.

C. Obat

Obat anti mikroba yang sering digunakan :

a. Cloramphenicol

Cloramphenicol masih merupakan obat utama untuk pengobatan thypoid. Dosis untuk anak : 50 –

100 mg/kg BB/dibagi dalam 4 dosis sampai 3 hari bebas panas/minimal 14 hari.

b. Kotrimaksasol
Dosis untuk anak : 8 – 20 mg/kg BB/hari dalam 2 dosis sampai 5 hari bebas panas/minimal 10

hari.

c. Bilaterjadiikterusdan hepatomegali:selainCloramphenicoljugaditerapidengan ampicillin 100 mg/kg

BB/hariselama 14 haridibagidalam 4 dosis.

II. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID


A. PENGKAJIAN
Pengkajian dengan pasien Demam Thypoid, meliputi :
1.  Identitas
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur,
agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin,
status perkawinan, dan penanggung biaya.
2.  Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran cerna seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
3. Riwayat penyakit saat ini
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau
terkontaminasi dengan minuman.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita
demam tifoid dan menularkan kepada  janin melalui darah. Umumnya
bersifat fatal.
6. Pemeriksaan Fisik ( ROS : Review of System )
A. Keadaan Umum
Pada fase awal penyakit biasanya tidak didapatkan adanya
perubahan. Pada fase lanjut, secara umum pasien terlihat sakit
berat dan sering didapatkan penurunan tingkat kesadaran (apatis,
delirium).
B. Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik :
Kepala – kaki, nadi, respirasi, temperatur yang merupakan tolak
ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk
pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan
menggunakanprinsip-prinsip inspeksi, auskultasi, palpasi,
perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui
adanya penurunan BB karena peningakatan gangguan nutrisi yang
terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi
yang dibutuhkan.
1. Pernafasan B1 (breath)
- Bentuk dada : simetris
- Pola nafas : teratur
- Suara nafas : tidak ada bunyi nafas tambahan
- Sesak nafas : tidak ada sesak nafas
- Retraksi otot bantu nafas: tidak ada
- Alat bantu pernafasan : tidak ada alat bantu pernafasan.
2. Kardiovaskuler B2 (blood)
- Penurunan tekanan darah
- Keringat dingin
- Diaforesis sering didapatkan pada minggu pertama.
- Kulit pucat
3. Persyarafan B3 (brain):
- Penglihatan (mata) : Gerakan bola mata dan kelopak
mata simetris, konjungtiva tampak anemis, sklera putih,
pupil bereaksi terhadap cahaya, produksi air mata (+),
tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
- Pendengaran (telinga) : Bentuk D/S simetris, mukosa
lubang hidung merah muda, tidak ada cairan dan
serumen, tidak menggunakan alat bantu, dapat merespon
setiap pertanyaan yang diajukan dengan tepat.
- Penciuman (hidung) : Penciuman dapat membedakan
bau-bauan, mukosa hidung merah muda, sekret tidak
ada, tidak ada terlihat pembesaran mukosa atau polip.
- Kesadaran : kompos mentis
4. Perkemihan B4 (bladder)
- Kebersiahan : bersih
- Bentuk alat kelamin : normal
- Uretra : normal
- Produksi urin : normal, BAK tidak menentu, rata-rata4-6
X sehari, tidak pernah ada keluhan batu atau nyeri.
5.  Pencernaan B5 (bowel)
- Nafsu makan : anoreksia
- Porsi makan : ¼ porsi
- Mulut : Bibir tampak kering, lidah tampak
kotor (keputihan), gigi lengkap, tidak ada
pembengkakan gusi, tidak teerlihatpembesaran tonsil.
- Mukosa : pucat.
6. Musculoskeletal/integument B6 (bone)
- Kemampuan pergerakan sendi : normal
- Kondisi tubuh : kelelahan, malaise.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM


TIFOID
1. Bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
2. Hipertermia b.d proses penyakit
3. Deficit nutrisi b.d faktor psikologis

C. INTERVENSI

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


1 Bersihan jalan nafas tidak SLKI SIKI :
efektif Setelah dilakukan tindakan Latihan batuk efektif
keperawatan selama ... x 24 observasi
jam. Maka bersihan jalan  Identifikasi kemampuan
nafas meningkat dengan: batuk
Kriteria Hasil  Monitor adanya retensi
 Mampu batuk efektif sputum
 Produksi sputum  Monitor tanda dan gejala
menurun infeksi saluran nafas
 Mengi menurun  Monitor input dan output
 Wheezing menurun cairan(mis:jumlah dan
 Mekonium menurun karakteristik)
 Dyspnea menurun terapiutik
 Ortopnea menurun  Atur posisi semi fowler atau
 Sulit bicara menurun fowler
 Sianosis menurun  Pasang perlak dan bengkok
 Gelisah menurun di pangkuan pasien
 Frekuensi nafas
 Buang secret pada tempat
membaik
sputum
 Pola nafas membaik
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
batuk efektif
 Anjurkan Tarik nafas dalam
melalui hidung selama 4
detik,ditahan selama 2 detik
kemudian keluarkan dari
mulut dengan bibir mencucu
(dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi Tarik
nafas dalam hingga 3 kali
 Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah Tarik nafas
dalam yang ke 3
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
mukolitik atau ekspeteron
jkp.

2 Deficit nutrisi SLKI SIKI


Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
keperawatan selama ... x 24 Observsi
jam diharapkan status nutrisi  Identifikasi status nutrisi
membaik dengan  Identifikasi alergi dan
Kriteria Hasil : intoleransi makanan
 Porsi makanan yang  Identifikasi makanan yg
dihabiskan meningkat disukai
 Kekuatan otot  Identifikasi kebutuhan kalori
mengunyah meningkat dan jenis nutrient
 Kekuatan otot menelan  Identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
 Serum albumin nasogastric
meningkat  Monitor asupan makanan
 Verbalisasi keinginan  Monitor berat badan
untuk meningkatkan  Monitor hasil pemeriksaan
nutrisi meningkat laboratorium
 Pengetahuan tentang Terapiutik
pilihan makanan sehat  Lakukan oral hygiene
meningkat sebelum makan jkp
 Pengetahuan tentang  Fasilitasi menentukan
pilihan minuman sehat pedoman diet (mis:piramida
meningkat makanan )
 Pengetahuan tentang  Sajikan makanan secara
standar asupan nutrisi menarik dan suhu yang
yang tepat sesuai
 Penyiapan dan  Berikan makanan tinggi
penyimpanan makanan serat untuk mencegah
minuman dan yang aman konstipasi
 Sikap terhadap  Berikan makanan tinggi
makanan / minuman kalori dan tinggi protein
sesuai dengan tujuan  Berikan suplemen makanan
kesehatan meningkat jkp
 Perasaan cepat kenyang  Hentikan pemberian
menurun makanan melalui selang
 Nyeri abdomen menurun nasogastric jika asupan oral
 Sariawan menurun dapat ditoleransi
 Rambut rontok menurun Edukasi
 Diare menurun  Anjurkan posisi duduk jkp
 Berat badan membaik  Ajarkan diet yg
 Indeks massa tubuh diprogramkan
membaik Kolaborasi
 Frekuensi makan  Kolaborasi pemberian
membaik medikasi sebelum makan
 Nafsu makan membaik (mis:pereda nyeri ,
 Bising usus membaik antimetik)jkp
 Tebal lipatan kulit trisep  Kolaborasi dengan ahli gizi
membaik untuk menentukan jumlah
 Membrane mukosa kalori dan jenis nutrient yg
membaik dibutuhkan

3 Hipertermia SLKI SIKI


Setelah dilakukan tindakan Manajemen hipertermia
keperawatan selama ... x 24 observasi
jam suhu pasien membaik  Identifikasi penyebab
dengan: hipertermia (mis:
Kriteria Hasil : dehidrasi,terpapar lingkungan
 Menggigil menrun panas,penggunaan incubator)
 Kulit merah menurun  Monitor suhu tubuh
 Kejang menurun
 Akrosianosis menurun  Monitor kadar elektrolit
 Konsumsi oksigen  Monitor haluaran urin
menrun  Monitor komplikasi akibat
 Piloereksi menurun hipertermia
 Vasokonstriksi perifer terapiutik
menurun  Sediakan lingkungan yang
 Kutis memorata menurun dingin
 Pucat menurun  Longgarkan atau lepaskan
 Takikardi menurun pakaian
 Takipnea menurun
 Basahi dan kipasi permukaan
 Brakikardi menurun
tubuh
 Dasar kuku sianolik
 Berikan cairan oral
menurun
 Ganti linen setiap hari atau
 Hipoksia menurun
lebih sering jika mengalami
 Suhu tubuh membaik
hyperhidrosis (keringat
 Suhu kulit membaik
berlebi)
 Kadar glukosa darah
 Lakukan pendinginan
membaik
eksternal(mis:selimut
 Pengisian kapiler
hipotermia atau komprea
membaik
dingin pada
 Ventilasi membaik
dahi,leher,dada,abdomen,aksil
 Tekanan darah membaik
a).
 Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
 Berikan oksigen jkp
DAFTAR PUSTAKA

Anonym. 2014. Tinjauan Pustaka Demam Tyhpoid. (Online). Available:


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28625/4/Chapter
%20II.pdf (6 Oktober 2015)
Arif Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Penerbit Media Aeusculapius
FK-UI, Jakarta
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogjakarta :
Mediaction

Anda mungkin juga menyukai