PEMBAHASAN
A. DEFENISI
Hepatitis atau radang hati, satu jenis penyakit hati yang paling sering dijumpai di antara
penyakit – panyakit lain yang menyerang hati. Penyakit ini terutama disebabkan oleh virus
dan ditandai oleh perubahan warna kulit dan bagian putih mata (sclera) menjadi kekuningan.
Warna kuning tersebut timbul karena adanya pengendapan pigmen bilirubin, yang bersal dari
cairan empedu. Warna air kencing penderita pun menjadi kuning atau bahkan kecoklatan
seperti air teh. (Ensiklopedi)
Hepatitis B kronik adalah suatu penyakit infeksi ditandai oleh peradangan hati berlanjut,
lebih lama dari masa penyembuhan infeksi hepatitis akut, yaitu lebih dari 6 bulan.
Infeksi VHB pada masa anak – anak mempunyai resiko menjadi kronis, terutama pada
anak yang mendapat infeksi perinatal. Data yang menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi
VHB sebelum usia 1 tahun mempumyai resiko kronisitas sampai 90 %, sedangkan bila
infeksi VHB terjadi pada usia antara 2 – 5 tahun resikonya menjadi 50 %, bahkan bila terjadi
infeksi pada anak usia di atas 5 tahun, hanya beresiko 5 – 10 tahun untuk terjadinya
kronisitas.
Istilah “hepatitis” dipakai untuk semua jenis peradangan pada hati (liver). Penyebabnya
berbagai macam, mulai dari virus sampai dengan obat - obatan. Virus hepatitis juga ada
beberapa jenis, hepatitis A, hepatitis B, C, D, E, F dan G. Manifestasi penyakit hepatitis
akibat virus bisa akut (hepatitis A), bisa kronik (hepatitis B dan C) dan bisa juga kemudian
menjadi kanker hati (hepatitis B dan C).
Pada wanita hamil kemungkinan untuk terjangkit hepatitis virus adalah sama dengan
wanita tidak hamil pada umur yang sama. Kelainan hepar yang mempunyai hubungan
langsung dengan peristiwa kehamilan, ialah : Acute fatty liver of pregnancy (Obstetric acute
yellow-atrophy). Infeksi hepatitis virus pada kehamilan tidak berhubungan langsung dengan
peristiwa kehamilan, namun tetap memerlukan penanganan khusus, mengingat penyulit-
penyulit yang mungkin timbul baik untuk ibu maupun janin. Hepatitis virus sering
menimbulakan jaundice pada kehamilan, dengan kemajuan pengobatan saat ini, asam
ursodeoxychalic dapat mengurangi kerusakan hati, baik akut maupun kronik.
B. ETIOLOGI
b. Lamivudin
Lamivudin adalah antivirus jenis nukleotida yang menghambat enzim reverse
transcriptase yang dibutuhkan dalam pembentukan DNA. Lamivudin diberikan
pada penderita hepatitis B kronis dengan replikasi virus aktif dan peradangan hati.
Pemberian lamivudin dapat meredakan peradangan hati, menormalkan kadar
enzim ALT dan mengurangi jumlah virus hepatitis B pada penderita.
Terapi lamivudin untuk jangka panjang menunjukkan menurunnya resiko
fibrosis, sirosis dan kanker hati. Namun lamivudin memiliki kelemahan yang
cukup vital yaitu dapat menimbulkan resistensi virus.
Efek samping yang mungkin muncul dari pemberian lamivudin antara lain:
1. rasa lemah
2. mudah lelah
3. gangguan saluran pencernaan
4. mual, muntah
5. nyeri otot
6. nyeri sendi
7. sakit kepala
8. demam, serta kemerahan.
Efek samping yang berbahya lainnya adalah radang pankreas,
meningkatnya kadar asam laktat, dan pembesaran hati. Namun umumnya
efek samping tersebut dapat ditolerir oleh pasien. Terapi lamivudin ini tidak
boleh diberikan pada ibu hamil..
c. Adepovir dipivoksil :
Adepovir dipivoksil berfungsi sebagai penghenti proses penggandaan untai
DNA (DNA chain terminator), meningkatkan jumlah sel yang berperan dalam
sistem imun (sel NK) dan merangsang produksi interferon dalam tubuh.
Kelebihan adepovir dipivoksil dibandingkan dengan lamivudin adalah jarang
menimbulkan resistensi virus.
1. Efek samping yang ditimbulkan adepovir dipivoksil antara lain:
a. nyeri pada otot
b. punggung
c. persendian dan kepala.
Selain itu terdapat juga gangguan pada saluran pencernaan seperti mual atau
diare, gejala flu, radang tenggorokan, batuk dan peningkatan kadar alanin
aminotransfrase. Gangguan fungsi ginjal juga dapat terjadi pada dosis berlebih.
d. Entecavir
Entecavir berfungsi untuk menghambat enzim polymerase yang dibutuhkan
dalam sintesis DNA virus. Kelebihan entecavir adalah jarang menimbulkan
resistensi virus setelah terapi jangka panjang.
Sedangkan efek samping yang dapat ditimbulkannya adalah :
1. nyeri kepala
2. pusing
3. mengantuk
4. diare
5. mual
6. nyeri pada ulu hati dan insomnia
e. Telbivudin
Telbivudin adalah jenis antivirus yang relatif baru. Terapi telbivudin diberikan
pada pasien hepatitis B dengan replikasi virus dan peradangan hati yang aktif.
Telbivudin berfungsi menghambat enzim DNA polymerase yang membantu
proses pencetakan material genetic (DNA) virus saat bereplikasi. Meski belum
didukung data yang cukup bahwa telbivudin aman bagi ibu hamil, sebaiknya
terapi telbivudin tidak diberikan pada ibu hamil mupun menyusui.
Efek samping dari terapi telbivudin antara lain :
a. mudah lelah
b. sakit kepala
c. pusing
d. batuk
e. diare
f. mual
g. nyeri otot, dan rasa malas.
Vitamin K dapat diberikan pada kasus dengan kecenderungan pendarahan.
Bila pasien dalam keadaan prekoma atau koma, penagannn seperti pada koma
hepatik.
G. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorum akan didapatkan gambaran kerusakan parenkin hati.
Bilirubin serum meningkat, demikian pula transaminase serum. HBV – Diagnosis dan tes
lain, bila SGPT/SGOT tinggi, diagnosis HBV dilakukan dengan tes darah. Tes ini jauh
lebih rumit daripada tes HIV: tes HBV mencari antigen (pecahan virus hepatitis B)
tertentu dan antibodi (yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh sebagai reaksi terhadap
HBV). Tes darah awal untuk diagnosis infeksi HBV mencari satu antigen – HbsAg
(antigen permukaan, atau surface, hepatitis B) dan dua antibodi – anti-HBs (antibodi
terhadap antigen permukaan HBV) dan anti-HBc (antibodi terhadap antigen bagian inti,
atau core, HBV). Sebetulnya ada dua tipe antibodi anti-HBc yang dibuat: antibodi IgM
dan antibodi IgG.Tes darah yang dipakai untuk diagnosis infeksi HBV dapat
membingungkan, karena ada berbagai kombinasi antigen dan antibodi yang berbeda, dan
masing-masing kombinasi mempunyai artinya sendiri. Berikut adalah arti dari kombinasi
yang mungkin terjadi :
H. PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
Pemeriksaan histopatologi menunjukkan nekrosis sel hati sentribuler, infiltrasi sel
radang disegitiga portal, sedangkan kerang karetikulin masih baik.Sayangnya, tes darah
tidak dapat memberikan semua informasi tentang keadaan hati seseorang. Mengukur viral
load HBV, tingkat enzim hati, dan AFP dalam darah tidak dapat menentukan apakah ada
kerusakan, dan bila ada, tingkat kerusakan. Untuk ini, dibutuhkan biopsi hati. Biopsi hati
hanya diusulkan untuk pasien dengan viral load HBV yang tinggi (di atas 100.000 kopi)
dan tingkat enzim hati yang tinggi.