Anda di halaman 1dari 19

PEMERIKSAAN PERKARA DAN KETIDAK HADIRAN PARA PIHAK

DALAM PERSIDANGAN
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Hukum Acara Perdata
Dosen Pengampu : Muhammad Ulil Abshor, M.

Disusun oleh:

M. Imam Mas’ud (33030170009)

Chofifah Puti Parawansa (33030170011)

Diana Safitri Hidayah (33030170135)

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2020
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. atas semua rahmat, taufiq
dan hidayah serta inayah-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa adanya halangan yang melanda. Tak lupa sholawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. yang telah menyelamatkan kita dari jalan
yang gelap menuju jalan yang terang. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah
satu Tugas Mata Kuliah Hukum Acara Perdata. Dalam makalah ini akan dibahas
mengenai “Pemeriksaan Pekara Dan Ketidak Hadiran Para Pihak Dalam
Persidangan”
Makalah ini diharapkan dapat membantu para mahasiswa pada umumnya
sebagai penambah pengetahuan dan pemahaman tentang beberapa konsep awal
pengajaran.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah


mendukung dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
makalah ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami
mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 7 Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER .......................................................................................................................

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Perkara Perdata ......................................................................... 2


B. Proses Pemeriksaan Perkara Perdata ........................................................... 2
C. Ketidah Hadiran Salah Satu pihak ............................................................... 7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam menyelesaikan suatu perkara, para pihak dapat menggunakan upaya
yang diberikan oleh hukum untuk mencapai suatu tujuan (upaya hukum).
Salah satu upaya hukum yang dapat dipergunakan oleh tergugat dalam sidang
pemeriksaan perkara yaitu upaya melawan gugatan yang berupa eksepsi
(bantahan) dan rekonveksi (gugat balik/ gugatan balasan oleh tergugat),
disamping jawaban atas pokok erkaranya (verweer ten prinsipaal). Penggugat
juga diberikan hak untuk membantah atass jawaban terguagat dalam bentuk
replik (jawaban penuntut /jaksa atas bantahan terdakwa atau pegacaranya).
Sebagaimana tergugat juga berkesempatan mengajukan duplik (jawaban atas
replik dari terdakwa/pembela) atas jawaban yang disampaikan oleh
penggugat. Replik-duplik ini bisa terjadi berulang kali selama itu diperlukan.
Faktor lain yang menyebabkan persidangan menjadi lama adalah addanya
intervensi (campur tangan) dari pihak lain yang sering disebut pihak ketiga.
Pihak ketiga ini bisa saja mendukung penggugat untukmemenangkan
tuntutannya atau berphak kepadatergugat agar lepas dari segala tuntutan,
bahkan, pihak ketiga boleh mengajukan dirinya sendiri untuk masuk dalam
proses acara persidangan tanpa membela siapapun.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu perkara perdata?
2. Bagaimana proses pemeriksaan perkara perdata?
3. Bagaimana pemeriksaan ketidak hadiran salah satu pihak?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian perkara perdata.
2. Untuk mengetahui proses pemeriksaan perkara perdata.
3. Untuk mengetahui pemeriksaan ketidak hadiran salah satu pihak.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perkara Perdata
Perkara perdata dalam arti yang sempt adaah perkara-perkara perdata yang
didalamnya sudah dapat dipastikan mengandung sengketa. Sedangkan dalam
arti yang luas pengertian perkara perdata termasuk perkara-perkara perdata
yang baik mengandung sengketa maupun yang tidak mengandung sengketa.
Profesor Dr. Sudikno Mertokusumo, S.H., dalam bukunya Hukum Acara
Perdata Indonesia menyatakan bahwa pengertian perkara perdata adalah
meliputi perkara yang mengandung sengketa (contentius) dan yang tidak
mengandung sengketa (voluntair)1.
B. Proses Pemeriksaan Perkara Perdata
Proses pemeriksaan perkara perdata dilakukan melalui tahap-tahap dala
hukum. Adapun tahap-tahap pemeriksaan tersebut yaitu:
1. Pencabutan dan Perubahan Gugatan
Gugatan yang telah diajukan oleh penggugat setelah dipanggil oleh
jurusita, maka pada tanggal yang telah ditentukan para pihak datang ke
pengadilan. Di ruang pengadilan, maka salah satu pertanyaan yang
dikemukakan oleh hakim terhadap pihak penggugat adalah “apakah
gugatan sudah tidak ada perubahan lagi?”. Jika penggugat menjawab
bahwa gugatan sudah tidak ada perubahan, maka tergugat diberi
kesempatan untuk menjawab gugatan tersebut.2
Akan tetapi jika penggugat menyatakan bahwa gugatan tersebut
terdapat perubahan, maka ada beberapa hal yang diperkenankan dalam
masalah perubahan gugatan.
a. Perubahan Gugatan
Perubahan gugatan tidak diatur dalam HIR/RBg. Yang mengarur
adalah RV. Pasal 127 RV ditentukan bahwa perubahan gugatan
sepanjang pemerikasaan diperbolehkan asal tidak mengubah dan

1
Sarwono, Hukum Acara Perdata, Teori, dan Praktik (Jakarta: Sinar Grafik, 2012).
2
M. Taufik Makarao, Pokok-pokok Hukum Acara Perdata (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009), hlm.52.

2
menambah petitum(surat gugat)-tuntutan pokok (onderwerp van den
eis) akan tetap di dalam praktek pengertian onderwerp van den eis
meliputi juga dasar dari tuntutan (posita), ermasuk peristiwa-
peristiwa yang menjadi dasar tuntutan.3 Sehubungan dengan itu,
terdapat beberapa batassan perubahan gugatan yang bersumber dari
praktik peradilan:4
1. Tidak boleh mengubah materi pokok acara
2. Perubahan gugatan yang tidak prisipil dapat dibenarkan
3. Perubahan nomor surat keputusan.
4. Tidak mengubah posisi gugatan.
5. Pengurangan gugatan tidak boleh merugikan tergugat.
b. Penambahan Gugatan
Penambahan gugatan misalnya,
1) Karena semula tidak semua ahli waris tidak diikutsertakan, lalu
ditambah agar mereka yang belum diikutsertakan ditarik pula
sebagai tegugat/ turut tergugat.
2) Dalam hal lupa dimohonkan/ dicantumkan dalam
petitum(tuntutan pokok) menyatakan sah dan bberharga suatu
sita jaminan kemudian dimohonkan agar petitum ditambahkan,
diperkenankan.
3) Apabila mohon agar gugatan ditambah dengan
petitum(tuntutan pokok) agar putusan dapat dilaksanakan
terlebih dahulu (uitvoerbaar bij vooraad), dapat diluluskan.
c. Pengurangan gugatan
Pengurangan gugatan senantiasa akan diperkenankan hakim.
Misalnya semula digugat untuk menyerahkan 4 bidang sawah,
kemudian penggugat merasa keliru bahwa sesungguhnya sawah yang
dikuasa oleh tergugat itu bukan 4 bidang, akan tetapi 2 bidang saja,

3
Ibid. hlm 52.
4
M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan
Putusan Pengadilan) (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hlm. 81.

3
maka ia diperkenankan untuk mengurangi gugatan dan hanya
menggugat sawah 2 bidang yang dikuasai tergugat itu.
d. Pencabutan Gugatan
Pecabutan guatan tidak diatur dalam HIR/RBg, namun diatur
dalam pasal 271 RV yang menentukan bahwa gugatan boleh dicabut
oleh penggugat sebelum tergugat memberikan jawaban. Bilamana
tergugat sudah memerikan jawaban sudah memberikan jawaban,
maka gugatan tidak boleh dicabut atau ditarik kembali kecuali
disetujui oleh tegugat.5
2. Perdamaian
Penyelesaian sengketaa melalui jalur perdamaian meupakan cara
penyelesaian yang palng efektif dan efisien. Pasal 130 HIR maupun pasal
154 RBg mengenal dan mengendaki penyelesaian sengketa melalui cara
damai. Maka hakim mempunyai peranan aktif mengusahakan
penyelesaian dengan cara perdamaian terhadap peristiwa perdata yang
diperiksa.
Apabila tercapai perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara,
maka hasil tersebut kemudian disampaikan kepada hakim dipersidangan
yang biasanya dituangkan dalam bentuk perjanjian dibawah tangan.
Selanjutnya hakim menjatuhkan putusan (acte van verelijk). Yang isinya
menghukum pihak-pihak yang berperkara untuk melaksanakan perjanjian
perdamaian tersebut.6 Putusan yang tidak didasarkan pada penyelesaian
perdamaian, bukan sebagai hasil pertimbangan dan penerapan hukum
positif yang dilakukan oleh hakim. Oleh karena itu apabila perjanjian
perdamaian tersebut dipertanggungjawabkan sendri oleh pihak-pihak
yang berperkara. Dengan demikian hasil putusan dari kedua belah pihak
tidak dapat dimintakan pemeriksaan banding (Pasal 130 ayat 3 HIR/Pasal
154 ayat 3 RBg).7

5
M. Taufik Makarao. Op.cit, hlm 54-56.
6
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia (Yogyakarta: Liberty, 1988), hlm. 83.
7
Riduan Syahrani, Materi Dasar Hukum Acara Perdata (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,
2000),hlm 67.

4
3. Pembacaan Gugatan
Mengenai pembacaan surat gugatan daitur dalam Pasal 131 HIR/
155 RBg Pasal 1 yabng berbunyi “jika kedua belah pihak hadir, akan
tetapi mereka tidak dapat diperdamaikan (hal ini harus disebutkan dalam
berita acara) maka surat gugatan dibaca dan jika salah satu pihak tidak
mengerti bahasa yang dipakai dalam surat itu, maka surat tersebut
diterjemahkan kedalam bahasa yang dimengerti oleh juru bahasa yang
ditunjuk oleh ketua.8
4. Jawaban Gugatan
Sebagaimana penggugat diperkenankan mengajukan gugatan
secara tertulis maupun lisan, maka tergugat pun diperkenankan untuk
mengajukan jawaban secara tertulis maupun lisan. Jawaban tergugat
dapat terdiri dari tiga macam yaitu:9
1) Eksepsi atau tangkisan yaitu jawaban yang tidak langsung mengenai
pokok perkara.
2) Jawaban tergugat mengenai pokok perkara (verweer ten principale)
3) Rekonvensi yaitu gugat balik atau gugat balas yang diajukan tergugat
kepada penggugat.
Perkara perdata menyangkut kepentingan pribadi para pihak
berperkara, maka dalam Undang-Undang tidak ditentukan mengenai
kewajiban tergugat untuk menjawab gugatan penggugat. Dalam pasal
121 ayat 2 HIR hanya menentukan bahwa tergugat dapat menjawab baik
secara lisan maupun tertulis.
5. Tahapan Replik-Duplik
Setelah tergugat mengajukan jawaban, maka tahapan pemeriksaan
perkara di pengadilan selanjutnya adalah replik, yaitu jawaban penggugat
terhadap jawaban tergugat atas gugatannya. Replik diajukan oleh
penggugat untuk meneguhkan gugatannya dengan mematahkan alasan-
alasan penolakan yang dikemukakan tergugat dalam jawabannya.
8
M. Fauzan, Pokok-Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syariah di Indonesia
(Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 31.
9
M. Taufik Makarao. Op.cit. hlm. 63.

5
Setelah penggugat mengajukan Replik, tahapan pemeriksaan
selanjutnya ialah Duplik , yaitu jawaban tergugat terhadap Replik yang
diajukan penggugat. Duplik diajukan tergugat untuk meneguhkan
jawabannya yang lazimnya berisi penolakan terhadap gugatan
penggugat.10
Hal-hal yang perlu diingat dalam proses Replik- Duplik ialah
sebagai berikut:
a. Tergugat selalu mempunyai hak bicara terakhir
b. Pertanyaan hakim kepada kedua belah pihak hendaklah terarah,
hanya menanyakan yang berkaitan dengan hukum, begitupula
Replik-Duplik yang diajukan oleh penggugat dan tergugat.
c. Semua jawaban atau pertanyaan dari kedua belah pihak atau dari
hakim harus melalui izin dari ketua majlis.
d. Pertanyaan dari hakim kepada penggugat dan terguggat yang
bersifat umum selalu oleh ketua majlis.
6. Gugatan Balik (Gugat Rekovensi)
Dalam Pasal 132 a dan b HIR memberi pengertian bahwa gugatan
rekovensi ialah gugatan balasan atas gugatan penggugat kepadanya pada
saat proses pemeriksaan gugatan.
Di sini perlu digaris bawahi bahwa gugatan rekonvensi ini hanya
berlaku dalam perkara yang terdiri dari dua pihak yang berlawanan, oleh
karena itu dalam permohonan (voluntria) penuh tidak berlaku gugat balik
(rekonvensi).
7. Tahap Konklusi
Sebelum hakim melakukan musyawarah kemudian dilanjutkan
dengan pengucapan keputusan akhir, masing-masing dari kedua belah
pihak diperkenankan untuk menyampaikan konklusi atau kesimpulan-
kesimpulan dari sidang menurut pihak yang bersangkutan. Karena
konklusi ini sifatnya hanya untuk membantu hakim dalam memutuskan
perkara, maka pada dasarnya hakim boleh meniadakan konklusi.

10
Ibid. hlm 68.

6
C. Ketidak Hadiran Salah Satu Pihak
1) Ketidak Hadiran Penggugat
Pada pasal 148 RBg/ 124 HIR memuat ketentuan “Bila penggugat
yang telah dipanggil dengan sepatutnya tidak datang menghadap dan juga
tidak menyuruh orang mewakilinya, maka gugatannya dinyatakan gugur
dan peggugat dihukum untuk membayar biayanya., dengan tidak
mengurangi haknya untuk mengajukan gugatan lagi setelah melunasi biaya
tersebut”. Namun Ps. 150 RBg/ Ps. 126 HIR masih memberi kelonggaran
kepada Majelis Hakim untuk tidak menjatuhkan putusan pada persidangan
pertama, dan untuk memerintah juru sita untuk memanggil penggugat
sekali lagi untuk hadir dan juga memanggil pihak yang sebelumnya telah
hadir (tergugat) untuk menghadap lagi pada hari persidangan berikutnya
yang telah ditetapkan untuk itu.11
Setelah penggugat dipanggil kedua kalinya., dan ternyata penggugat
tidak hadir pula pada persidangan yang telah ditetapkan tersebut, hakim
akan menjatuhkan putusan menggugurkan gugatan penggugat dan
menghukum tergugat membayar biaya perkara. Dalam putusan yang
menggugurkan gugatan penggugat, pokok perkaranya tidak
diperimbangkan oleh majelis hakim, karena memang pemeriksaan perkara
sesungguhnya belum dilakukan. Sebagai catatan perlu diperhatikan, bahwa
apabila penggugat hadir dalam persidanga pertama namun tidak hadir
dalam persidangan-persidangan berkutnya, maka perkaranya akan dperiksa
dan dipuuskan secara contradictoir.12
2) Putusan Verstek (Ketidak Hadiran tergugat)
Verstek adalah kewenangan hakim untuk memeriksa dan memutuskan
suatu perkara meskipun tergugat dalam perkara tersebut tidak hadir
dipersidangaan pada tanggal yang telh ditentukan-menjatuhkan putusan
tanpa adanya tergugat.

11
Nyoman A. Martana, S.H., MH, Hukum Acara dan PraktekPeradilan Perdata , (Denpasar: Buku
Ajar, 2016) Fakultas Hukum Universitas Udayana. Hlm 15
12
Ibid. hlm 15

7
1. Dasar Hukum Putusan Verstek
Berkaitan dengan putusan verstek, dalam pasal 149 ayat (1) RBg
menyebutkan bahwa:
Bila pada hari yang telah ditentukan tergugat tidak datang meskipun
sudah dipanggil dengan sepatutnya, dan juga tidak mengirimkan
wakilnya, maka gugatan dikabulkan tanpa kehadirannya (Verstek)
kecuali bila ternyata menurut pengadilan negeri itu, bahwa
gugatannya tidak mempunyai dasar hukum atau tidak beralasan.
Dengan dasar ini jelas bahwa bila Tergugat/Termohon pada hari
yang telah ditentukan tidak hadir, meskipun ia telah dipanggil dengan
sepatutnya tetapi ia tetap tidak hadir dan tidak pula mengirimkan
wakilnya, maka Hakim dapat menyelesaikan perkara tersebut dengan
putusan verstek. Hal ini dapat dikecualikan apabila ternyata menurut
Pengadilan bahwa gugatan tidak mempunyai dasar hukum atau alasan,
meskipun Tergugat/Termohon tidak hadir, maka Hakim dapat
menjatuhkan putusan gugatannya tidak dapat dikabulkan. Selanjutnya
dijelaskan pula pada pasal 125 ayat (1) HIR yang menyebutkan
bahwa:
Apabila pada hari yang telah ditentukan, tegugat tidak hadir dan
pula ia tidak menyuruh orang lain untuk hadir sebagai wakilnya,
padahal ia telah dipanggil dengan patut maka gugatan itu diterima
dengan putusan tak hadir (verstek), kecuali kalau ternyata bagi
Pengadilan bahwa gugatan tersebut melawan hak atau tidak
beralasan.13
2. Syarat-Syarat Dijatuhkannya Putusan Verstek
Dalam perkara perdata, kedudukan Hakim adalah sebagai
penengah di antara pihak yang berperkara, ia perlu meriksa
mendengarkan dengan teliti pihak-pihak yang berselisih itu. Itulah

13
Darmawati dan Asriadi Zainuddin, Penerapan Keputusan Verstek Di Pengadilan Agama ,
Fakultas Hukum Unisan Gorontalo; Fakultas Syariah IAIN Sultan Amai, 2015. Hlm 92

8
sebabnya pihak-pihak pada prinsipnya harus hadir semua di muka
sidang,maka di dalam HIR misalnya diperkenankan memanggil yang
kedua kalinya (dalam sidang pertama), sebelum memutus verstek atau
digugurkan, karena pihak-pihak mungkin ada yang membangkang,
maka demi kepastian hukum cara-cara pemanggilan sidang diatur
kongkrit,sehingga jika terjadi penyimpangan dari prinsip, perkara
tetap diselesaikan.
Ada beberapa syarat dijatuhkan putusan verstek oleh Hakim dalam
memutuskan perkara, antara lain:
1) Tergugat tidak hadir
Tergugat yang telah dipanggil dengan dengan patut, ia atau
kuasah sahnya tidak datang menghadap maka perkaranya akan
diputus verstek, yaitu penggugat dianggap menang dan tergugat
dianggap kalah.Boleh tidaknya memutus verstek berkaitan
langsung dengan pemanggilan yang patut. Artinya sebelum
pemanggilan yang patut dilakukan tidak bisa memutus dengan
verstek. Karena sebelum pengadilan memutus dengan verstek,
pengadilan dapat (tidak imperatif) memanggil sekali lagi tergugat,
dan kalau ada kuasa sahnya tidak juga datang maka ia diputus
verstek.
2) Putusan di luar hadir
Sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya bahwa jatuhnya
putusan verstek sebagai akabat dari ketidakhadiran tergugat pada
persidangan yang telah ditentukan. Namum adakalanya tergugat
tidak datang, tetapi mengirim surat jawaban yang mengemukakan
tangkisan (epsepsi), bahwa Pengadilan Negeri tidak berkuasa
memeriksa perkaranya. Dalam hal ini sekalipun ia adalah
wakilnya tidak datang, Hakim wajib memutuskan tentang epsepsi
itu setelah penggugat didengar. Bila Hakim menganggap dirinya
berwewenang untuk memeriksa perkara yang bersangkutan, maka

9
epsepsi tersebut ditolak dan dijatuhkan putusan tentang pokok
perkara.
Putusan verstek atau di luar hadir tergugat ini dijatuhkan
kalau tergugat pada hari sidang pertama. Kalau tergugat pada hari
sidang pertama datang kemudian tidak datang, maka perkaranya
diperiksa secara contradictoir. Jika terdapat beberapa orang
tergugat, sedangkan salah seorang atau lebih diantaranya tidak
datang atau tidak menyuruh wakilnya menghadap meskipun telah
dipanggil dengan patut, perkara diperiksa secara contradictoir.
Bagaimana kalau kedua belah pihak, baik penggugat maupun
tergugat tidak datang pada hari sidang yang telah ditentukan,
meskipun kedua-duanya telah dipanggil dengan patut, tentang hal
ini tidak ada ketentuannya. Tetapi demi kewibawaan pengadilan
serta agar jangan sampai ada perkara yang berlarut-larut tidak
berketentuan, dalam hal ini gugatan perlu dicoret dari daftar dan
dianggap tidak pernah ada.Tetapi dalam praktek Peradilan
Agama, jika demikian (kedua belah pihak) tidak hadir setelah
dipanggil secara patut, maka terjadi putusan gugur. 14
3. Proses Putusan Verstek
Sebagai awal bagi seorang yang berperkara, maka pertama-tama
adalah surat gugatan atau permohonan yang telah dibuat dan ditanda
tangani diajukan ke Kepaniteraan Pengadilan. Surat gugatan diajukan
pada Sub Kepaniteraan Gugatan, sedang surat permohonan diajukan
pada Sub Kepaniteraan Permohonan.
Calon Penggugat/Pemohon kemudian mengahadap kepada Kasir
dengan menyerahkan surat gugatan/permohonan tersebut dan SKUM
selanjutnya Penggugat/Pemohon tersebut membayar panjar biaya
perkara sesuai dengan yang tertera pada SKUM. Kemudian Kasir:
a) Menerima uang tersebut dan mencatat dalam jurnal biaya perkara.

14
Ibid. hlm 95

10
b) Menanda tangani dan memberi nomor perkara serta tanda lunas
pada SKUM.
c) Mengembalikan surat gugat/permohonan dan SKUM kepada
calon Penggugat/Pemohon.
d) Menyerahkan uang panjar tersebut kepada Bendaharawan
Perkara.
Selanjutnya Penggugat/Pemohon menghadap pada Meja II
dengan menyerahkan surat gugat/permohonan dan SKUM yang telah
dibayar tersebut. Kemudian Meja I:
1. Memberi nomor pada surat gugatan/permohonan sesuai dengan
nomor yang diberikan oleh kasir. Sebagai tanda telah terdaftar,
maka petugas Meja II membubuhkan paraf.
2. Menyerahkan satu lembar syrat gugatan/permohonan yang telah
terdaftar bersama satu helai SKUM kepada Penggugat/Pemohon.
3. Mencacat surat gugatan/permohonan tersebut pada Buku Register
Induk Perkara gugatan/permohonan sesuai dengan jenis
perkaranya.
4. Memasukkan surat gugatan/permohonan tersebut dalam map
berkas perkara dan menyerahkan Wakil Panitera untuk
disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui Panitera.
Setelah surat gugatan/permohonan terdaftar, maka dalam waktu
selambat-lambatnya 7 hari, Ketua menunjuk Majelis Hakim untuk
memeriksa dan mengadili perkara dalam sebuah penetapan Majelis
Hakim. Apabila Jurusita/Jurusita Pengganti telah memanggil kepada
Tergugat/Termohon dengan resmi dan patut, namun
Tergugat/Termohon tidak datang menghadap ataupun menyuruh
orang lain untuk menghadap sebagai wakilnya pada hari, tanggal dan
jam yang telah ditetapkan tersebut, maka Hakim dapat menjatuhkan
putusan verstek. Dalam pasal 149 RBg menyebutkan bahwa:
1. Bila pada hari yang telah ditentukan tergugat tidak datang
menghadap dan juda tidak menyuruh orang mewakilinya, maka

11
gugatannya dikabulkan tanpa kehadirannya (verstek) kecuali bila
ternyata menurut pengadilan negeri itu, bahwa gugatannya tidak
mempunyai dasar hukum atau tidak beralasan.
2. Bila tergugat dalam surat jawabannya seperti dimaksud dalam
pasal 145 mengajukan sanngahan tentang kewenangan Pengadilan
Negeri itu, maka Pengadilan Negeri meskipun tergugat tidak
hadir dan setelah mendengar penggugat, harus mengambil
kepetusan tentang sanggahan itu, tidak dibenarkan mengambil
keputusan tentang pokok perkaranya.
3. Dalam hal gugatan dikabulkan, maka Keputusan Pengadilan
Negeri itu atas perintah Ketua Pengadilan Negeri diberitahukan
kepada pihak Tergugat yang tidak hadir sekaligus diingatkan
tentang haknya untuk mengajukan perlawanan dalam waktu serta
dengan cara seperti ditentukan dalam pasal 153 kepada
Pengadilan Negeri yang sama.
4. Oleh Panitera, dibagian bawah surat keputusan Pengadilan Negeri
tersebut dibubuhkan catatan tentang siapa yang ditugaskan untuk
memberitahukan keputusan tersebut dan apa yang telah
dilaporkannya baik secara tertulis maupun secara lisan.
Dalam kejadian-kejadian seperti dalam dua pasal terdahulu
sebelum mengambil sesuatu keputusan, maka Ketua Pengadilan
Negeri dapat memerintahkan untuk mengambil sekali lagi pihak yang
tidak hadir agar datang menghadap pada hari yang ditentukan.
Maka apabila dalam sidang pertama, Penggugat hadir sedang
Tergugat tidak hadir, maka Hakim dapat:
a. Menunda persidangan untuk memanggil Tergugat sekali lagi; atau
b. Menjatuhkan putusan verstek, karena dipanggil lagi untuk kedua
kalinya atau lebih dan tetap tidak hadir maka dapat dijatuhkan
putusan verstek.
Putusan verstek dapat dijatuhkan apabila:
1. Tergugat telah dipanggil dengan patut dan resmi;

12
2. Tergugat tidak hadir dalam sidang dan tidak menyuruh orang lain
untuk hadir sebagai wakilnya serta tidak ternyata bahwa ketidak
hadirannya itu disebabkan oleh sesuatu halangan/alasan yang sah;
3. Penggugat hadir dalam sidang dan mohon putusan.
Apabila berkas perkara yang telah diputus tersebut telah selesai
diminutasikan maka tanggal minutasi dicatat dalam Register yang
bersangkutan. 15
4. Upaya Hukum Terhadap Putusan Verstek
Dalam hal ini dijatuhkan putusan verstek maka Pihak Tergugat/
Termohon dapat mengajukan verzet (perlawanan) terhadap putusan
verzet tersebut. Apabila Tergugat/Termohon mengajukan verzet, maka
pemeriksaan akan dilanjutkan dengan memanggil kembali para pihak
ke Persidangan.
a) Tenggang Waktu Verzet
Tenggang waktu verzet diatur dalam pasal 129 HIR sebagai
berikut:
1. Apabila pemberitahuan isi putusan verstek itu dapat
disampaikan langsung kepada Tergugat, maka Tenggang
Waktu verzet ialah 14 hari sejak setelah hari pemberitahuan.
2. Apabila pemberitahuan isi keputusan itu ternyata tidak dapat
disampaikan langsung kepada Tergugat (tidak bertemu
langsung) tetapi disampaikan lewat Kepala Desa, dan tergugat
ternyata tidak melaksanakan putusan dengan sukarela
kemudian Ketua Pengadilan Agama akan memanggil Tergugat
supaya datang di Kantor Pengadilan Agama untuk mendapat
teguran, kemudian apabila Tergugat datang dan telah
menerima teguran tersebut, maka tenggang waktu verzet
adalah 8 hari setelah Tergugat mendapat Teguran tersebut.
3. Apabila terjadi seperti tersebut pada bagian diatas, dan ternyata
pada waktu dipanggil untuk di Tegur tergugat tidak datang

15
Ibid, hlm 97

13
menghadap, kemudian Ketua Pengadilan Agama
mengeluarkan perintah eksekusi. Dalam hal ini maka batas
waktu verzet ialah 8 hari setelah hari tanggal eksekusi (Pasal
197 HIR).
b) Verzet yang Dimohonkan Banding
Apabila telah dijatuhkan putusan verstek dan ternyata
Penggugat mengajukan banding maka Tergugat tidak dapat
mengajukan verzet, melainkan ia boleh juga mengajukan banding
maka Tergugat tidak boleh mengajukan banding melainkan hanya
mengajukan verzet. Apabila telah diajukan verzet dan Hakim telah
menjatuhkan putusan akhir sedang Tergugat merasa belum puas
dengan putusan tersebut maka ia dapat mengajukan banding.
c) Tatacara Verzet (Perlawanan)
Tuntutan verzet dimasukkan di Kepaniteraan gugutan pada
Meja I tanpa membayar panjar biaya perkara. Meja I membuat
SKUM yang nilainya nihil dan diserahkan kepada Kasir. Oleh kasir
diberi nomor perkara yang sama dengan nomor perkara yang
dilawan tersebut dicatat dalam register Induk perkara yang
bersangkutan kemudian surat perlawanan tersebut diserahkan
kepada wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua
Pemgadilan Agama melalui Panitera. Tuntutan verzet
berkedudukan sebagai jawaban atas gugatan Penggugat.
Dengan demikian, pemeriksaan perkara dilanjutkan dengan
tetap mengacu pada gugatan Penggugat. Apabila para pihak telah
dipanggil dan ternyata Tergugat tidak hadir lagi dalam sidang
maka tuntutan verzet dapat diputus tanpa hadirnya Tergugat
terhadap putusan verzet tersebut tidak dapat diajukan perlawanan
baru.16

16
Ibid hlm 99

14
BAB III
KESIMPULAN
Perkara perdata adalah meliputi perkara yang mengandung sengketa
(contentius) dan yang tidak mengandung sengketa(voluntair).
Proses pemeriksaan perkara perdata dilakukan melalui tahap-tahap dalam
hukum. Adapun tahap-tahap pemeriksaan tersebut yaitu:
1. Pencabutan dan perubahan gugatan
2. Perdamaian
3. Pembacaan gugatan
4. Jawaban gugatan
5. Tahapan Replik-Duplik
6. Gugatan Balik (Gugat Rekonvensi)
7. Tahap Konklusi
Selanjutnya, Ketidak Hadiran Salah Satu Pihak
a. Ketidak Hadiran Penggugat
Pada pasal 148 RBg/ 124 HIR mengatur bahwa apabila penggugat
yang telah dipanggil tidak hadir dan juga tidak menyuruh orang
mewakilinya, maka gugatannya dinyatakan gugur dan peggugat dihukum
untuk membayar biayanya., dengan tidak mengurangi haknya untuk
mengajukan gugatan lagi setelah melunasi biaya tersebut”. Namun Ps. 150
RBg/ Ps. 126 HIR masih memberi kelonggaran kepada Majelis Hakim
untuk tidak menjatuhkan putusan pada persidangan pertama, dan untuk
memerintah juru sita untuk memanggil penggugat sekali lagi untuk hadir
dan juga memanggil pihak yang sebelumnya telah hadir (tergugat) untuk
menghadap lagi pada hari persidangan berikutnya yang telah ditetapkan
untuk itu.
b. Ketidak Hadiran Tergugat
Ketika tergugat tidak hadir maka dijatuhi Putusan Verstek yaitu
kewenangan hakim untuk memeriksa dan memutuskan suatu perkara
meskipun tergugat dalam perkara tersebut tidak hadir dipersidangaan pada
tanggal yang telh ditentukan-menjatuhkan putusan tanpa adanya tergugat.

15
DAFTAR PUSTAKA
Darmawati dan Asriadi Zainuddin, Penerapan Keputusan Verstek Di Pengadilan
Agama , Fakultas Hukum Unisan Gorontalo; Fakultas Syariah IAIN
Sultan Amai.
Fauzan, M., Pokok-Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah
Syariah di Indonesia. Prenada Media, Jakarta, 2005.
Harahap, M.Yahya, Hukum Acara Perdata (Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan), Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Makarao, M. Taufik Pokok-pokok Hukum Acara Perdata, PT Rineka Cipta,
Jakarta 2009.
Martana, Nyoman A., S.H., MH, Buku Ajar Hukum Acara dan PraktekPeradilan
Perdata, Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar, 2016.
Mertokusumo, Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,
1988.
Sarwono, Hukum Acara Perdata, Teori, dan Praktik, Sinar Grafik, Jakarta, 2012.
Syahrani, Riduan, Materi Dasar Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2000.

16

Anda mungkin juga menyukai