Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ILMU DASAR KEPERAWATAN II

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Disusun Oleh:

ARIZON ALFATH 19330775

Dosen pembimbing :Ns.Yossi Suryaliningsih,M.Kep,Sp.Kep.MB

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2019 / 2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kita hadiahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata
kuliah ILMU DASAR KEPERAWATAN II tentang PEMERIKSAAN PENUNJANG sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam
pembuatan makalah ini.

Penulis berharap dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan para
pembaca. Penulis juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan
makalah ini.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Rontgent

Pengertian Rontgen adalah tindakan menggunakan radiasi untuk mengambil


gambar bagian dalam dari tubuh seseorang.

Tujuan Pemeriksaan untuk mendapatkan gambaran dan mengetahui kelainan anatomis


tubuh

Indikasi  kondisi kelainan tulang dan sendi (seperti patah tulang dan
osteoporosis),
 infeksi, gangguan pencernaan,
 pembengkakan jantung,
 dan tumor payudara.

Kontra Indikasi  Bayi dan anak-anak


 Wanita hamil

Persiapan Pasien 1. Pasien Memakai pakaian yg longgar yg mudah dilepas


2. Pasien disuruh Melepas Semua aksesoris (cincin, gelang, kalung,
anting dll)

Prosedur Pemeriksaan 1. Salam terapeutik


2. Perkenalkan nama,dan tujuan anda
3. Cek data Pasien (nama, umur, dll)
4. Bawa Pasien Keruang Rontgent
5. Minta pasien berbaring atau berdiri
6. Atur posisi tertentu untuk memudahkan pengambilan
gambar.
7. Tahan napas dan jangan bergerak selama pemeriksaan agar
gambar tidak blur, kecuali diminta untuk berpindah posisi.
8. Setelah pemeriksaan disarankan pasien untuk minumair putih
untuk menghilangkan zat kontras

Peran Perawat Untuk Peran perawat mencakup pemantauan klien dan peralatan
Pemeriksaan Foto yang di gunakan
Rontgen selama prosedur dan selalu waspada terhadap komplikasi yang
berhubungan dengan possisi klien dan lamanya prosedur.
Pemeriksaan foto Rontgen di tempat lainnya juga diperlukan jika
terdapat kelainan pada pemeriksaan fisik, seperti adanya masalah
pada asistem pernapasan yang memerlukan pemeriksaan rontgen
torax atau jika ada trauma pada ekstremitas, pemeriksaan foto
rontgen di lokasi tempat trauma harus dilakukan. Pelayanan yang
bersifat medis khususnya di pelayanan keperawatan mengalami
perkembangan teknologi informasi yang sangat membantu dalam
proses keperawatan, memudahkan pengkajian selanjutnya, intervensi
apa yang sesuai dengan diagnosis yang sudah ditegakkan
sebelumnya, hingga hasil keluaran apa yang diharapkan oleh perawat
setelah klien menerima asuhan keperawatan, dan semua proses
tersebut tentunya harus sesuai dengan NANDA, NIC, dan NOC.
Namun ada hal yang perlu kembali dipahami oleh semua tenaga
kesehatan yang menggunakan teknologi rontgen  yaitu semua
teknologi yang berkembang dengan pesat ini hanyalah sebuah alat
bantu yang tidak ada gunanya tanpa intelektualitas dari penggunanya
dalam hal ini adalah perawat dengan segala pengetahuannya tentang
ilmu keperawatan. Sistem ini mempermudah perawat memonitor
klien dan segera dapat memasukkan data terkini dan intervensi apa
yang telah dilakukan ke dalam komputer yang sudah tersedia di
setiap bangsal sehingga akan mengurangi kesalahan dalam
dokumentasi dan evaluasi hasil tindakan keperawatan yang sudah
dilakukan.
Jenis Jenis Film Rontgent

1. Di Lihat Dari Lapisan Emulsi

A. Double emulsi (emulsi ganda)

Yaitu film roentgen yang memiliki dua lapisan emulsi yang sama tebalnya di kedua permukaan
dasar film. Film ini dapat digunakan secara bolak balik.

Keuntungan :

- sensitifitas lebih tinggi shg nilai

eksposi lebih rendah – shg dosis juga

dapat ditekan.

- waktu eksposi lebih singkat.

Pergerakan pasien bisa

diminimalisasi.

- Kontras radiograf semakin baik

- Dapat mengurangi kerusakan film

pada bentuk film lengkung.

Kerugian :

- larutan pembangkit cepat lemah

- harga lebih mahal

- efek paralak bila radiograf tidak dilihat secara tegak lurus.

Contoh : utk pemeriksaan radiografi secara umum (kepala, abdomen dll).

B. Single emulsion (emulsi tunggal)

Film yang mempunyai lepisan emulsi hanya pada satu permukaan.

Perak lebih sedikit karena hanya satu emulsi dan cairan pembangkit awet.

Hanya utk pemotretan tertentu, tidak bisa digunakan bolak-balik


Contoh : film MCS, film mammografi,

Film gigi dll.

2. Ditinjau Dari Penggunaan Screen

A. Screen Film

- Dalam pemakaiannya selalu digunakan screen

Eksposi rendah, dengan gambar yg baik.

- Dalam penggunaanya selalu menggunakan kaset ( agar terlindung dari cahaya)

- Radiasi thd penderita dapat ditekan sekecil mungkin

- Akan tetapi resolusi lebih rendah karena kristal peraknya lebih kasar dari single emulsi

- Dapat timbul bayangan kurang tajam bila kontak screen-film kurang sempurna.

B. Non-Screen Film

Film yang dalam penggunaanya tanpa

menggunakan screen. Ciri-cirinya adalah :

- digunakan tanpa screen. Dosis radiasi lebih tinggi (5-25 kali lebih tinggi).

- Emulsinya lebih tebal (2-3 x)

- Detail yg dihasilkan lebih tinggi. Karena butir-butir peraknya lebih halus.

- Gambaran yg dihasilkan 100% dari sinar X

3. Dari Segi Kecepatan Film

a. High Speed : film dengan kecepatan tinggi

adalah jenis film yang memiliki kristal perak

halide yang relative kasar, sehingga film ini

menghasilkan kontras yg relative

rendah/kurang baik, tetapi memerlukan jumlah


penyinaran yg relative kecil.

b. Medium Speed/Paar speed/jenis universal:

Butiran sedang, ekpose sedang, kontras

sedang.

c. Low speed: kristal perak halus/kecil, kontras ,tinggi, resolusi baik, dan kecepatan rendah.

Hubungan speed dan kontras berbanding terbalik.

Cara Membaca Foto Rontgent

Melalukan Pemeriksaan

1. Pastikan nama yang tertera pada hasil tes rontgen sama dengan pasien yang Anda periksa

2. Pastikan Anda sudah mempelajari semua informasi terkait tentang pasien. Termasuk riwayat
medisnya

3. Bandingkan hasil tes rontgen dengan hasil yang sebelumnya jika ada. Perhatikan tanggal tes
pada hasil rontgen tersebut. 

Menilai Kualitas Film

1. Pastikan film tersebut diambil saat pernapasan penuh.

2. Pastikan hasil rontgen dada mendapatkan cahaya yang cukup sehingga dapat membedakan
tulang belakang tubuh dengan ruang antar tulang belakang.

3. Cari tanda-tanda rotasi jika pasien tidak pas bersandar pada alat rontgen. Jika terjadi rotasi
maka bagian mediastinum dapat terlihat tidak normal. Rotasi dapat ditemukan dengan melihat
bagian kepala clavicular. 

Mengidentifikasi dan Mengatur Posisi Hasil Rontgen

1. Periksalah petunjuk Posisi yang tercetak pada film. "L" berarti kiri, "R" berarti kanan, "PA"
berarti bagian depan, "AP" bagian belakang. Perhatikan juga posisi tubuh pasien: supine
(telentang), upright (berdiri tegak), lateral (menyamping), decubitus (bersandar). 

2. Atur posisi rontgen bagian belakang dan bagian samping

3. Memahami posisi rontgen bagian belakang (AP)


4. Tentukan apakah film diambil dari posisi berbaring menyamping

5. Sejajarkan hasil rontgen kiri dan kanan  

Analisis Gambar

1. Melihar gambaran umum terlebih dahulu. Biasanya dimulai menggunakan metode ABCDE. A
(airway) yaitu memeriksa saluran napas. B (bones) memeriksa tulang. C (cardiag shillouette). D
(diaphragm) yaitu memeriksa dan segala sesuaitu yang lainnya. Lalu yang terakhir E (Everythih
else). 

2. Periksallah apakah ada selang, jalur invus intravena, petunjuk EKG, klip bedah, alat pacu
jantungm atau saluran pengeluaran cairan

3. Periksa saluran napas apakah sudah terlihat jelas atau samar-samar.

4.  Periksa tulang-tulang apakah ada tanda-tanda fraktur, luka, atau cacat. 

5. Amati tanda siluet jantung. Lihatlah ukuran bayangan jantung. Siluet jantung normal
menempati kurang dari setengah lebar dada.

6. Cari diafragma yang mendatar atau menonjol. Diafragma mendatar merupakan indikasi
empisema. Diafragma yang  menonjol merupakan indikasi area konsolidasi ruang udara yang
mengakibatkan paru-paru bagian bawah berbeda dalam hal kepadatan jaringan jika dibandingkan
dengan bagian perut.

7. Periksa tepi jantung, harusnya terlihat tajam. Amatilah jika terlihat bagian yang terang yang
mengaburkan garis tepi jantung, di lobus tengah kanan dan kiri pada lingula pneumonia. Periksa
juga jaringan lunak eksternal untuk jika ada kelainan. 

8. Periksa ruang paru-paru, periksa simetri dan temukan keregangan atau kepadatan yang
abnormal. Periksa vaskularisasi dan keberadaan massa atau modul. 

B. EKG

Pengertian Pemeriksaan Elektrokardiogram adalah pemeriksaan jantung untuk


mendeteksi kelainan dengan mengukur aktivitas listrik yang
dihasilkan oleh jantung, sebagaimana jantung berkontraksi

Tujuan Pemeriksaan Pemeriksaan Jantung EKG dapat membantu mendiagnosis berbagai


kondisi penyakit jantung

Indikasi  Pasien yang dicurigai sindroma koroner akut.


 Pasien dengan aritmia.
 Pasien dengan gangguan konduksi jantung.
 Pasien dengan gangguan elektrolit, terutama kalium.
 Pasien dengan kecurigaan keracunan obat.
 Evaluasi pasien yang terpasang implan defibrillator dan pacu
jantung
 Sebagai monitoring pada sindroma koroner akut, aritmia dan
gangguan elektrolit paska terapi

Kontra Indikasi
Tidak ada kontraindikasi absolut pada tindakan pemeriksaan EKG. Satu-
satunya alasan untuk tidak melakukan pemeriksaan EKG adalah bila pasien
menolak.

Persiapan Pasien 1. Pasien Memakai pakaian yg longgar yg mudah dilepas


2. Pasien disuruh Melepas Semua aksesoris (cincin, gelang,
kalung, anting dll)

Prosedur Pemeriksaan 1. Salam terapeutik


2. Perkenalkan nama,dan tujuan anda
3. Cek data Pasien (nama, umur, dll)
4. Bawa Pasien Keruang EKG
5. Minta pasien berbaring
6. Kalo diperlukan buka baju pasien
7. Pasang elektroda
8. Suruh pasien menahan dan menarik nafas
9. hasil pemeriksaan jantung ini akan dianalisis oleh dokter
spesialis jantung
10. Setelah cek EKG jantung, pasien diizinkan untuk
melakukan aktivitas dengan normal, tentu dengan
mengingat penyakit jantung yang mungkin diidap pasien

Peran Perawat Untuk


Memantau alat dan tempat EKG dan juga membantu pasien dalam
Pemeriksaan Foto
setiap tindakan EKG dan juga mengatur aktifitas pasien dan jika
Rontgen
diperlukan .  Jika hasil periksa EKG tidak memuaskan dan memiliki
indikasi penyakit jantung, maka mungkin dokter jantung akan
meminta pasien melakukan pemeriksaan lanjutan.
C. USG
Pengertian Ultrasonografi (USG) adalah pemeriksaan dalam bidang penunjang
diagnostik yang memanfaatkan gelombang ultrasonik dengan
frekuensi yang tinggi dalam menghasilkan imajing, tanpa
menggunakan radiasi, tidak menimbulkan rasa sakit (non traumatic),
tidak menimbulkan efek samping (non invasif).

Tujuan Pemeriksaan digunakan untuk melihat ke dalam tubuh pasien dan mengevaluasi
bagian dalam seperti pembuluh darah, sendi, tendon, organ, dan
otot, lebih dikenal sebagai alat pemeriksa janin

Indikasi  Memantau kondisi pada mata, tiroid, kandung kemi,


kandung empedu, limpa, ginjal, pankreas, testis, hati,
pembuluh darah, dan Rahim seorang pasien
 Ibu hamil
 untuk memantau dan membimbing ketelitian dan
keamanan gerakan.

Kontra Indikasi
1. pasien yang memiliki riwayat alergi, baik terhadap gel yang akan
dioleskan pada permukaan kulit sebelum tindakan USG eksternal,
maupun alergi terhadap obat penenang yang diberikan sebelum
prosedur USG endoskopi

2. USG kepala tidak dapat dilakukan pada anak-anak yang ubun-


ubunnya sudah menutup (usia di atas 18 bulan).

Persiapan Pasien 1. Mengonsumsi setidaknya 6 gelas air putih 2 jam sebelum


tindakan dan menahan untuk buang air kecil untuk USG
daerah panggul, karena kandung kemih harus penuh.
2. Terkadang pasien dapat diminta untuk berpuasa 8 hingga 12
jam sebelum tindakan USG perut, agar tidak ada sisa
makanan di lambung dan usus yang dapat menghalangi
gelombang suara. Atau dapat dianjurkan untuk tidak makan
lemak sejak sore hari sebelum pemeriksaan untuk USG perut
bila ingin melihat empedu, hati, pankreas, dan limpa
3. Tidak makan atau minum 6-12 jam sebelum USG perut,
khususnya bila ingin melihat gambaran kandung empedu
yang lebih jelas.
4. Menghindari pemakaian kosmetik, seperti bedak atau losion
pada payudara sebelum USG mammae, karena dapat
mempengaruhi hasil akhir.
5. Untuk USG transvaginal, pasien akan diminta untuk
mengosongkan kandung kemih terlebih dahulu
6. Pasien diharapkan melepas semua perhiasan
7. Pasien memakai baju khusus sebelum diperiksa

Prosedur Pemeriksaan 1. Salam terapeutik


2. Perkenalkan nama,dan tujuan anda
3. Cek data Pasien (nama, umur, dll)
4. Bawa Pasien Keruang USG
5. Atur posisi sesuai USG yang diperlukan

Cara mengoperasikan USG melalui beberapa tahapan, diantaranya


1. Tekan tombol power pada mesin USG, tunggu beberapa
waktu.
2. Selanjutnya untuk penamaan data, tekan tombol “pasien”,
gunakan track ball dan keyboard untuk mengisi data pada
bagian sheet pasien
3. Sebelum menggunakan USG, pastikan probe transducer
terpasang dengan baik, dan pastikan knop terpasang dengan
benar.
4. Setelah yakin transduser terpasang dengan benar, pilih “probe
menu”, pilih tipe liner jika ingin mendapatkan hasil resolusi
yang tinggi, ataupun tipe konveks/curve untuk pemeriksaan
struktur yang lebih dalam
5. Untuk melakukan pemeriksaan pada pasien, oleskan gel pada
pasien dan gunakan probe yang telah dipilih
6. Pilih tombol 2D jika ingin melakukan pemeriksaan dua
dimensi, dan tekan tombol 3D untuk tiga dimensi
7. Pada awal pemeriksaan setting “depyh” dan “zoom” dengan
menggunakan tombol “depth&zoom”
8. Untuk mengatur TGC (time gain compensation) geser knop
ke kanan atau ke kiri, knop teratas untuk titik yang teratas
(kurang dalam) dan semakin kebawah knop semakin dalam.
9. Jika sudah mendapatkan visualisasi hasil USG lalu tekan
tombol freeze. Gunakan tombol store jika ingin menyimpan
gambar.
10. Pada hasil scan yang sudah di freeze, kita dapat memberi
label pada hasil scan dengan cara menekan tombol penamaan,
(ABC button), lalu beri penamaan dengan keyboard
11. Jika ingin menggunakan pengukuran pada objek yang di scan,
gunakan tombol “measure”, gunakan track ball dan tombol
“set” untuk menentukan tanda agar dapat dilakukan
pengukuran panjang atau lebar objek.
12. Untuk melakukan pengukuran volume lakukan pengukuran
seperti biasa, hanya diperlukan tiga tipe pengukuran yaitu
panjang, lebar, tinggi (kedalaman)
13. Setelah selesai melakukan pengamatan, matikan alat USG
dengan cara menekan OFF tombol power.

14. Secara umum, pasien diperbolehkan pulang dan beraktivitas


sesudah USG. Namun bagi yang diberikan obat penenang,
pasien tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang
membutuhkan konsentrasi, seperti mengendarai kendaraan,
selama 24 jam pertama. Pasien disarankan untuk
menghubungi keluarga atau kerabat guna menemani dan
mengantarkannya pulang.

Peran Perawat
1. Memantau alat dan tempat USG dan juga membantu pasien
dalam setiap tindakan USG melakukan pengkajian awal
kondisi pasien sebelum melakukan pemeriksaan USG;
2. memberikan informasi yang cukup mengenai pemeriksaan
USG yang akan dijalani oleh pasien;
3. menjelaskan secara benar mengenai pengertian USG, bahwa
USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh
janin atau organ kandungan, hali ini untuk menghindarkan
kesalahan harapan dari pasien. usg hanyalah salah satu alat
bantu diagnostic didalam bidang kesehatan;
4. memposisikan pasien ditempat yang digunakan untuk
pemeriksaan USG;
5. menunggu pasien yang sedang dilakukan pemeriksaan USG;
6. membantu radiologis dalam pemeriksaan USG;
7. membantu klien kembali ke ruang perawatan;
8. memberikan hasil pemeriksaan USG ke klien;
9. memberikan hasil kejelasan hasil pemeriksaan USG apabila
klien belum mengerti hasil USG tersebut.
10. memberikan informasi untuk istirahat cuku
D. CT SCAN

Pengertian CT (computed tomography) scan adalah prosedur yang


menggabungkan serangkaian gambar X-ray yang diambil dari
berbagai sisi di sekitar tubuh seseorang. Pemeriksaan ini
menggunakan komputer untuk membuat gambar cross-sectional
tulang, pembuluh darah, dan jaringan lunak yang ada di dalam
tubuh orang tersebut. Prosedur ini menunjukkan gambar yang
lebih detail daripada X-ray biasa.

Tujuan Pemeriksaan  Mendiagnosis gangguan tulang, seperti tumor tulang dan


fraktur.
 Menentukan lokasi tumor, infeksi, atau gumpalan darah.
 Sebagai bagian dari prosedur, seperti operasi, biopsi, dan
terapi radiasi.
 Mendeteksi dan memantau kondisi penyakit seperti
kanker, penyakit jantung, nodul paru, dan massa hati.
 Memantau efektivitas perawatan tertentu, seperti
pengobatan kanker.
 Mendeteksi cedera internal atau pendarahan internal

Indikasi  Dada, untuk melihat adanya infeksi, emboli paru, kanker


paru, penyebaran kanker dari organ lain ke daerah dada,
atau masalah pada jantung, kerongkongan (esofagus), dan
pembuluh darah besar (aorta).
 Perut, untuk mendeteksi terjadinya infeksi, kista, abses,
tumor, perdarahan, aneurisma, benda asing, dan
pembesaran kelenjar getah bening, atau melihat
adanya divertikulitis serta radang usus buntu.
 Saluran kemih, untuk mendeteksi adanya infeksi di
dalam saluran kemih, batu ginjal, batu kandung kemih,
penyakit terkait lainnya.
 Panggul, untuk mendeteksi adanya gangguan pada rahim,
indung telur, saluran tuba, atau kelenjar prostat.
 Tungkai atau lengan, misalnya untuk melihat kondisi
lengan, bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, paha,
tungkai, lutut, pergelangan kaki, atau kaki.
 Kepala, untuk melihat tumor dan infeksi, atau perdarahan
dan keretakan tulang tengkorak setelah cedera kepala.
 Tulang belakang, untuk melihat struktur dan celah tulang
belakang, serta melihat keadaan saraf tulang belakang.

Kontra Indikasi
 pasien dengan gangguan fungsi ginjal dan alergi terhadap
kontras.
 Ibu hamil

Persiapan Pasien  peserta akan diminta untuk menanggalkan beberapa atau semua
pakaian dan mengenakan pakaian khusus untuk pemeriksaan.
 Perhiasan, peralatan gigi, kacamata, dan benda logam juga perlu
dilepaskan.
 Dan pasien diminta untuk berpuasa beberapa jam sebelum CT scan,
tetapi hanya untuk pemeriksaan tertentu.

Prosedur Pemeriksaan
1. pasien akan direbahkan di atas tempat tidur datar yang
dilengkapi dengan bantal, sabuk, dan penahan kepala
untuk menghindari tubuh bergerak selama prosedur
berlangsung.
2. Ruangan CT scan hanya diperkenankan untuk pasien,
dan ahli radiologi akan mengoperasikan mesin dari
ruangan lain sambil memantau dan berkomunikasi
dengan pasien melalui interkom yang tersambung di
kedua ruangan.
3. Selanjutnya pasien akan dimasukkan ke dalam mesin
CT scan berbentuk seperti kue donat dengan tabung
Rontgen yang terletak pada mesin CT scan tersebut.
4. Mesin akan berputar saat pencitraan berlangsung.
Setiap putaran akan menangkap gambar tubuh dalam
bentuk potongan demi potongan.
5. Terkadang, ahli radiologi akan meminta pasien untuk
menarik, menahan, dan membuang napas guna
mendapatkan hasil gambar yang jelas. Jika tidak
terdapat aba-aba, pasien dapat bernapas secara
normal.
6. Tempat tidur pasien juga akan digerakkan untuk
memperlancar proses pencitraan, namun pasien tidak
diperkenankan untuk bergerak selama proses tersebut
karena dapat merusak hasil gambar.
7. Saat pengerjaan, tidak ada rasa sakit yang dirasakan.
Mungkin pasien hanya akan merasa tidak nyaman
akibat kerasnya tempat tidur dan dinginnya ruangan.
Pasien juga dapat mendengar suara bising seperti
berdetak atau berdengung selama mesin berjalan.
8. Saat mesin berjalan, umumnya hanya membutuhkan
waktu beberapa detik. Namun, secara keseluruhan dari
persiapan hingga selesai,
9. CT scan memerlukan waktu sekitar 30-60 menit.
Hasil dari CT scan dapat diterima pasien dalam waktu
1 hingga 2 hari.

Peran Perawat

E. MRI

Pengertian Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan pemeriksaan organ


tubuh yang dilakukan dengan menggunakan teknologi magnet dan
gelombang radio.

Tujuan Pemeriksaan MRI merupakan prosedur non-invasif yang dilakukan untuk


memeriksa kondisi organ, jaringan, dan kerangka tubuh pasien.
sehingga dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit.

Indikasi  Otak dan saraf tulang belakang, untuk mendeteksi cedera


kepala, kanker, stroke, kerusakan pembuluh darah pada otak,
cedera saraf tulang belakang, tumor, kelainan pada mata atau
telinga bagian dalam, serta multiple sclerosis.
 Jantung dan pembuluh darah, untuk mendeteksi gangguan
aliran darah atau peradangan pada pembuluh darah, penyakit
jantung, kerusakan jantung pasca serangan jantung, kelainan
struktur aorta seperti diseksi atau aneurisma aorta, serta
kelainan struktur organ jantung yang meliputi ukuran dan
fungsi bilik jantung, ketebalan dan pergerakan dinding
jantung.
 Tulang dan sendi, untuk mendeteksi infeksi tulang, kanker
tulang, dan cedera sendi.

Selain organ tersebut, MRI juga bisa dilakukan pada organ tubuh
lainnya, seperti payudara, rahim dan indung telur, hati, saluran
empedu, limpa, ginjal, pankreas, atau prostat.

Untuk kasus tertentu, seperti penyakit epilepsi, tumor otak, dan


stroke, dapat dilakukan tes bernama functional magnetic resonance
imaging (fMRI), yaitu melihat gambaran keadaan otak dan aliran
darah otak saat penderita melakukan kegiatan.
Kontra Indikasi  Katup jantung buatan.
 Alat pacu jantung.
 Implantable Cardioverter-Defibrillator (ICD).
 Protesa lutut atau sendi lainnya.
 Alat bantu dengar yang dipasang dalam telinga (implant
koklea).
 Tambalan gigi.
 KB spiral dan KB susuk.
 Tato, karena beberapa jenis tinta berpotensi mengandung
logam.
 Tindikan di tubuh.

Persiapan Pasien 1. Cek kesehatan pasien sebelum tindakan mri . Termasuk


operasi-operasi yang telah Anda jalani, alergi, atau
kemungkinan Anda untuk hamil kepada dokter radiologi
2.  Dokter spesialis radiologi mungkin memberikan aturan
makan dan minum sebelum pemeriksaan MRI dilaksanakan.
3. Selain itu mungkin ada rekomendasi obat-obatan yang perlu
dihentikan untuk sementara,
4. Tanya seluruh obat-obatan rutin yang pasien konsumsi
kepada dokter radiologi Anda.
5. Jangan kenakan perhiasan pada saat pemeriksaan MRI
6. dan gunakan pakaian yang nyaman,
7. Jika Anda memiliki kegelisahan atau trauma terhadap ruang
sempit, sampaikan kepada dokter radiologi Anda.

Prosedur Pemeriksaan 1. Pasien akan diposisikan pada meja pemeriksaan yang dapat
dipindahkan.
2. Akan dipasang strap pada tubuh pasien sebagai pengaman
agar membantu pasien tetap diam saat bagian tubuh tertentu
sedang diperiksa.
3. Pada beberapa kasus, pasien mungkin akan diberikan cairan
kontras dengan suntikan/infus pada tangan antau lengan.
4. Selesai pemeriksaan, tim radiologi pasien akan meminta
pasien untuk menunggu saat tim radiologi melihat hasil MRI
dan memastikan tidak ada lagi gambar radiologi yang
dibutuhkan. Lama pemeriksaan bergantung pada jenis dan
tujuan pemeriksaan MRI, namun
5. umumnya memakan waktu 30-50 menit.
Peran Perawat

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/mri-ini-yang-harus-anda-ketahui

http://awalbros.com/technology/pemeriksaan-mri/

https://www.halodoc.com/kesehatan/ct-scan

https://afandwianwar44.wordpress.com/2015/05/06/pemanfaatan-ultrasonography-usg-dalam-
keperawatan/

https://www.alodokter.com/usg-ini-yang-harus-anda-ketahui

aplikasi M3

Anda mungkin juga menyukai