Anda di halaman 1dari 26

Mata Kuliah : Keperawatan Gawat Darurat

Dosen Pembimbing : Wahyu Hidayat,S.,Kep.,Ns.,M.Kep

ASKEP STROKE

Oleh : Kelompok II

HASLINDAH : K.17.01.003

HERMAWATI IKHSAN : K.17.01.004

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
(STIKES) MEGA BUANA
PALOPO 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya,yang telah
melimpahkan rahmat,hidayah dan inayah-Nya kepada kami,sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Askep Stroke ini dengan baik.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu,kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat untuk teman-teman.

Palopo, 03 April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................. 2

A. Konsep dasar medis Stroke ................................................................... 2


B. Konsep dasar keperawatan Stroke ........................................................ 2

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................ 13

BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 21

A. Kesimpulan .......................................................................................... 21
B. Saran .................................................................................................... 21

Daftar Pustaka

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Stroke disebabkan oleh
trombosis, embolisme serebral, iskemia dan hemoragik serebral. Penderita
stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan hampir
semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf.
Angka kejadian stroke di dunia diperkirakan 200 per 100.000
penduduk dalam setahun. Bila ditinjau dari segi usia terjadi perubahan di
mana stroke bukan hanya menyerang usia tua tapi juga menyerang usia muda
yang masih produktif. Mengingat kecacatan yang ditimbulkan stroke
permanen, maka sangatlah penting bagi usia muda untuk mengetahui
informasi mengenai penyakit stroke, sehingga mereka dapat melaksanakan
pola gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit stroke.
Di indonesia diperkirakan setiap tahun terjadi 500.00 penduduk
terkena serangan stroke dan 25% meninggal dan sisanya mengalami cacat
ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit
mematikan setelah penyakit jantung dan kanker.

B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan konsep dasar medis penyakit stroke !
2. Menjelaskan konsep dasar keperawatan penyakit stroke !

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar medis penyakit stroke
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan penyakit stroke

1
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Medis


1. Definisi
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang
berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal atau global dengan
gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang
menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain
vaskuler.
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragik
sirkulasi saraf otak.
2. Etiologi
Menurut Smeltzer dan Bare stroke biasanya diakibatkan dari salah
satu dari empat kejadian yaitu:
a. Thrombosis yaitu bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau
leher
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa
ke otak dari bagian tubuh yang lain
c. Iskemia yaitu penurunan aliran darah ke area otak
d. Hemoragi serebral yaitu pecahnya pembuluh darah serebral dengan
perdarahan ke dalam jaringanotak atau ruang sekitar otak.
Akibat dari keempat kejadian diatas maka terjadipenghentian suplai
darah ke otak, yan menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi.

2
3. Manifestasi klinis
a. Kesadaran menurun
b. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan anggota gerak
c. Bicara pelo atau cedel
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
4. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari stroke yaitu:
a. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah suatu gangguan peredaran darah otak
yang ditandai dengan adanya perdarahan intra serebral atau perdarahan
subarkhnoid. Tanda yang terjadi adalah penururnan kesadaran,
pernapasan cepat, nadi cepat, hemiplegia.
Stroke hemoragik terbagi 2 yaitu:
1) Hemoragik intraserebral merupakan pendarahan yang terjadi di
dalam jaringan otak
2) Hemoragik subaraknoid merupakan pendarahan yang terjadi pada
ruang subaraknoid (ruang sempit antara permukaan otak dan lapisan
jaringan yang menutupi otak.
b. Stroke iskemik ( non hemoragik)
Stroke non hemoragik merupakan tersumbatnya pembuluh
darah yang menyebabkan aliran arah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti.
Stroke iskemik terbagi 3 yaitu:
1) Stroke trombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
penggumpalan.
2) Stroke embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.

3
3) Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
5. Patofisiologi
Otak kita sangat sensitif terhadap kondisi penurunan atau hilangnya
suplai darah. Hipoksia dapat menyebabkan iskemik serebral karena tidak
seperti jaringan pada bagian tubuh lain, misalnya otot, otak tidak bisa
menggunakan metabolisme anaerobik jika terjadi kekurangan oksigen atau
glukosa. Otak diperfusi dengan jumlah yang cukup banyak dibanding
organ lain yang kurang vital untuk mempertahankan metabolisme serebral.
Iskemik jangka pendek dapat mengarah kepada penurunan sistem
neurologis sementara. Jika aliran darah tidak diperbaiki, terjadi kerusakan
yang tidak dapat diperbaiki pada jaringan otak atau infark dalam hitungan
menit. Luasnya infark bergantung pada lokasi dan ukuran arteri yang
tersumbat dan kekuatan sirkulasi kolateral ke area yang disuplai.
Iskemia dengan cepat bisa mengganggu metabolisme. Kematian sel
dan perubahan yang permanen dapat terjadi dalam waktu 3-10 menit.
Tingkat oksigen dasar klien dan kemampuan mengompensasi menentukan
seberapa cepat perubahan. Perubahan yang tidak bisa diperbaiki akan
terjadi. Aliran darah dapat terganggu oleh masalah perfusi local, seperti
pada stroke atau gangguan perfusi secara umum, misalnya pada hipotensi
atau henti jantung, tekanan perfusi serebral harus turun dua pertiga di
bawah nilai normal (nilai tengah tekanan arterial sebanyak 50 mm Hg atau
dibawahnya dianggap nilai normal) sebelum otak tidak menerima aliran
darah yang adekuat. Dalam waktu yang singkat, klien yang sudah
kehilangan kompensasi autoregulasi akan mengalami manifestasi dari
gangguan neurologis
Penurunan fungsi serebral biasanya disebabkan oleh sumbatan di
arteri serebral atau perdarahan intraserebral. Sumbatan yang terjadi
mengakibatkan iskemik pada jaringan otak yang mendapatkan suplai dari
arteri yang terganggu dan karena adanya pembengkakan di jaringan

4
sekelilingnya sel-sel di bagian tengah atau utama pada lokasi stroke akan
mati dengan segera setelah kejadian stroke terjadi. Hal ini dikenal dengan
istilah cedera sel-sel saraf primer. Daerah yang mengalami hipoperfungsi
juga terjadi disekitar bagian utama yang mati. Bagian ini disebut
penumbra. Ukuran dari bagian ini bergantung pada jumlah sirkulasi
kolateral yang ada. Sirkulasi kolateral merupakan gambaran pembuluh
darah yang memperbesar sirkulasi pembuluh darah utama dari otak.
Perbedaan dalam ukuran dan jumlah pembuluh darah kolateral dapat
menjelaskan berbagai macam tingkat keparahan manifestasi stroke yang
dialami oleh klien di daerah anatomis yang sama.
Beberapa proses reaksi biokimia akan terjadi dalam hitungan menit
pada kondisi iskemik serebral. Reaksi-reaksi tersebut seperti neurotoksin,
oksigen radikal bebas, nitro oksida dan glumatat akan dilepaskan.
Asidosis local juga akan terbentuk depolarisasi membran juga akan
terjadi. Sebagai hasilnya akan terjadi edema sitotoksikdan kematian sel.
Hal ini dikenal dengan perlukaan sel-sel saraf sekunder. Bagian neuron
penumbra paling dicurigai terjadi sebagai akibat dari iskemik serebral.
Bagian yang membengkak setelah iskemik bisa mengarah kepada
penurunan fungsi saraf sementara. Edema bisa berkurang dalam beberapa
jam atau hari.

5
6. Penyimpangan KDM

STROKE

Stroke Hemoragik
Stroke Iskemik (non hemoragik)

Peningkatan tekanan
sistemik Trombus/emboli di cerebral

Aneurisma
Suplai darah ke jaringan
serebral tidak adekuat
Perdarahan arakhnoid /
ventrikel

Hematoma serebral Ketidakefektifan Perfusi


Jaringan Serebral

PTIK/ herniasi serebral

Vasospasme serebral
Penurunan kesadaran

Penekanan saluran Iscemik/ infark


pernafasan
Area broca
Defisit neurologi

Pola Nafas Tidak Efektif Kerusakan fungsi


Nervus
Hambatan Mobilitas
Fisik
Resiko Trauma
Hambatan Komunikasi
Verbal

Resiko Jatuh

6
7. Komplikasi
a. Komplikasi dini (0-48 jam pertama)
1) Edema serebri : defisit neurologis cenderung memberat, dapat
mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial, herniasi, dan
akhirnya menimbulkan kematian
2) Infark miokard : penyebab kematian mendadak pada stadium awal
b. Komplikasi jangka pendek (1-14 hari pertama)
1) Penumonia : akibat immobilisasi lama
2) Emboli paru : cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali
pada saat penderita mulai mobilisasi.
3) Stroke rekuren : dapat terjadi setiap saat
c. Komplikasi jangka panjang : gangguan vaskular lain (penyakit
vaskular periver).
8. Prognosis
Prognosis stroke, dapat dilihat dari 6 aspek yakni, death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction dan destitution. Keenam aspek
prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk
mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan
umum, fungsi otak, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh.
Prognosis stroke dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan yang
terjadi pada penderita stroke. Yang dipakai sebagai tolok ukur diantaranya
outcome fungsional, seperti kelemahan motorik, disabilitas serta
mortalitas.
9. Penatalaksanaan
a. Diuretik perlu diresepkan untuk kasus stroke dengan komplikasi
hidrosefalus atau penumpukan cairan di otak
b. Antikoagulan dapat diberikan kepada penderita stroke untuk mencegah
terjadinya penumbatan pembuluh darah ulang.

7
c. Memberikan obat penghancur pembekuan untuk melancarkan kembali
peredaran darah merupakan salah satu tindakan yang patut
dipertimbangkan. Dengan menghancurkan sumbatan diharapkan
fungsi organ yang mengalami kelumpuhan segera pulih. Contohnya
obat gravistro untuk penyumbatan.
d. Respirator atau alat bantu nafas diberikan jika psien mengalami
kesulitan mempertahankan kestabilan nafasnya.
e. Terapi psikis atau obat-obatan juga harus diberikan pada pasien setelah
sembuh dari stroke. Ini digunakan untuk megurangi stress dan depresi
pada pasien dengan penyakit stroke.
10. Pemeriksaan diagnostik
a. Angiografi serebri : membantu menentukan penyebab dari stroke
secara spesifik seperti pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan
untuk mencari perdarahan seperti anuerisma atau malformasi
vaskuler.
b. CT-Scan : memperhatikan adanya edema, hematoma, iskemia dan
adanya infrak
c. Pungsi lumbal : menunjukkan adanya tekanan normal dan biasanya
ada thrombosis, emboli serebral dan TIA (Transeint Ischaemia Attack)
atau serangan iskemia otak sepintas. Tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukkan adanya hemoragik
subarachnoid atau pendarahan intra kranial. Kadar protein total
meningkat pada kasus thrombosis sehubungan dengan adanya proses
inflamasi.
d. MRI (Magnetic Resonance Imaging) : menunjukkan daerah yang
mengalami infark, hemoragik dan malformasi arteriovena.
e. EEG (Electroencephalography) : mengidentifikasi penyakit didasarkan
pada gelombang otak dan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
f. USG doppler : mengidentifikasi penyakit arteriovena

8
g. Sinar X : menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah
yang berlawanan dari massa yang meluas.

B. Konsep Dasar Keperawatan


1. Pengkajian
a. Pengkajian primer
1) Airway : Penilaian akan kepatenan jalan napas, Meliputi
pemeriksaan mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda
asing. Pada klien yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas
bersih. Dilakukan pula pengkajian adanya suara napas tambahan
seperti snoring dan lan-lain.
2) Breathing : Frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu
pernafasan, retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi
pengembangan paru, auskultasi suara napas, kaji adanya suara
napas tambahan seperti ronchi, wheezing, dan kaji adanya trauma
pada dada.
3) Circulation : Dilakukan pengkajian tentang volume darah dan
cardiac output serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi
status hemodinamik, warna kulit, nadi.
4) Disability : Nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Penurunan kesadaran
dapat disebabkan penurunan oksigenasi atau penurunan perfusi ke
otak atau di sebabkan trauma langsung pada otak. Penurunan
kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi terhadap keadaan
oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
5) Exposure : Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh
agar dapat diketahui kelainan atau cedera yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin di alami oleh klien.

9
b. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi :
1) Anamnesis meliputi :
a) Biodata klien
b) Alasan masuk RS
c) Keluhan utama
d) Riwayat kesehatan (sekarang dan sebelumnya)
e) Riwayat kesehatan keluarga
f) Riwayat bio-psiko-sosial-spiritual
2) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum klien
b) Vital sign
c) Pengkajian head to toe
3) Pemeriksaan diagnostik
4) Penatalaksanaan medis/terapi
2. Diagnosa
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
b. Pola nafas tidak efektif
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Hambatan komunikasi verbal
e. Resiko trauma
f. Resiko jatuh

10
3. Intervensi
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
1) Kaji keadaan umum dan TTV
2) Berikan posisi semi fowler
3) Anjurkan pasien bed rest total
4) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
5) Kolaborasi dengan dokter pemberian obat
b. Pola nafas tidak efektif
1) Kaji karakteristik pola nafas (frekuensi, kedalaman, irama)
2) Kaji adanya pengguanaan otot batu pernapasan
3) Berikan posisi semi fowler
4) Ajarkan relaksasi nafas dalam
5) Kolaborasi dengan dokter pemberian O2
c. Hambatan mobilitas fisik
1) Kaji kemampuan pasien terhadap pergerakan
2) Ubah posisi pasien tiap 2 jam
3) Ajarkan pasien melakukan ROM aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit/lemah dan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit/lemah
4) Pasang side riil di kanan kiri tempat tidur pasien.
d. Hambatan komunikasi verbal
1) Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
2) Beri satu kalimat simple setiap bertemu jika diperlukan
3) Berikan pujian kepada klien
e. Resiko trauma
1) Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
2) Anjurkan keluarga untuk memahami pasien
3) Batasi pengunjung
4) Kontrol lingkungan dari kebisingan

11
f. Resiko jatuh
1) Monitor TTV
2) Kaji kemampuan mobilisasi pasien
3) Bantu pasien dalam berjalan atau mobilisasi
4) Ciptakan lingkuangan yang aman bagi pasien
5) Libatkan keluarga dalam membantupasien mobilisasi
4. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan. Jika hasil evaluasi menunjukkan tercapainya tujuan dan
kriteria hasil, klien bisa keluar dari siklus proses keperawatan jika
sebalinya klien akan masuk kembali dalam siklus tersebut mulai dari
pengkajian ulang.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh Kasus
Ny.G, usia: 63 tahun, pekerjaan IRT, datang ke IGD Rumah Sakit
Sawerigading Palopo dengan keluhan mengalami penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak sebelah kiri, pasien tidak dapat berkomunikasi.
Keluarga mengatakan 1 jam yang lalu pasien jatuh di kamar mandi. Hasil
pemeriksaan fisik TD: 160/100 mmHg, nadi 92 x/menit, respirasi 32x/menit,
suhu 36,4 oC. Kesadaran somnolen, GCS : E2,V2,M4, nafas pendek dan
cepat, suara nafas ronkhi, irama nafas tidak teratur, tampak adanya otot bantu
pernapasan. Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat hipertensi.
Keluarga juga mengatakan ada salah satu keluarga yang pernah menderita
penyakit stroke.
A. Pengkajian
1. Pengkajian primer
a. Airway : tidak ada sumbatan jalan nafas, lidah tidak jatuh ke belakang,
pasien kesulitan bernapas, suara nafas ronkhi.
b. Breathing : terlihat pengembangan dada, teraba hembusan nafas, pasien
kesulitan saat bernapas, RR 28x/menit, irama nafas tidak teratur tampak
adanya penggunaan otot bantu rongga dada dalam pernapasan, nafas
cepat dan pendek.
c. Circulation : TD: 160/100 mmHg, nadi 92x/menit, terdengar suara
jantung S1 dan S2 reguler, tidak ada bunyi jantung tambahan, cappilary
refille < 3 detik, akral hangat.
d. Dissability : kesadaran pasien somnolen dengan GCS (E2,V2, M4).
Keadaan umum lemah, pasien mengalami penurunan kesadaran, saat di
rumah bicara pasien pelo.
e. Exposure : rambut dan kulit kepala tampak bersih tidak terdapat
hematoma, tidak terdapat luka pada tubuh pasien.

13
2. Pengkajian sekunder
a. Anamnesis meliputi :
1) Biodata klien
Nama : Ny.G
Umur : 63 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : IRT
Bahasa yang digunakan : Indonesia
Alamat : Jl. Belimbing
2) Alasan masuk RS : keluarga mengatakan 1 jam yang lalu pasien jatuh
di kamar mandi.
3) Keluhan utama : mengalami penurunan kesadaran, kelemahan
anggota gerak sebelah kiri, pasien tidak dapat berkomunikasi.
4) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang : mengalami penurunan kesadaran,
kelemahan anggota gerak sebelah kiri, pasien tidak dapat
berkomunikasi, nafas pendek dan cepat, terdapat secret, suara nafas
ronkhi, irama nafas tidak teratur, tampak adanya otot bantu
pernapasan.
Riwayat kesehatan sebelumnya : keluarga mengatakan pasien
memiliki riwayat hipertensi.
Riwayat kesehatan keluarga : keluarga mengatakan ada salah satu
keluarga yang pernah menderita penyakit stroke.
5) Riwayat bio-psiko,sosial, spiritual : keluarga mengatakan pasien
memilki hubungan yang baik dengan keluarga, selama di rawat klien
jarang beribadah.

14
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien : pasien nampak lemah, pasien mengalami
penurunan kesadaran.
2) Vital sign : TD: 160/100 mmHg, nadi 92 x/menit, respirasi
28x/menit, suhu 36,4 oC
3) Pengkajian head to toe :
a) Kepala : bentuk mesochepal, tidak ada lesi, terdapat gangguan
pada nervus VII, IX, X dan XI.
Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Wajah : bentuk wajah simetris, tidak ada pembengkakan pada
wajah
Mata : mata simetris kanan kiri, pupil isokor, konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
Hidung : terpasang NGT, ada nafas cuping hidung, suara nafas
ronkhi, terpasang oksigen.
Telinga: tidak ada sekret, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan
mulut : Mukosa mulut lembab, terdapat sekret, bibir tidak
sianosis, tidak terdapat ulkus
b) Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, terjadi kaku
kuduk
c) Thoraks
Paru
Inspeksi : jejas (-), simetris, frekuensi nafas 26x/menit, jenis
pernapasan torakoabdominal
Palpasi : fremitusvocal (+),
Perkusi : sonor (+) pada kedua lapang paru
Auskultasi : suara nafas ronkhi

15
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus cordis teraba
Perkusi : batas jantung normal
Auskultasi : tidak ada murmur dan gallop
Dada
Inspeksi : ada pengembangan dada
Palpasi : teraba hembusan nafas
Auskultasi : irama nafas tidak teratur
Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada asites
Palpasi : tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : terdapat suara tympani
Auskultasi : bising usus pasien tidak terdengar
Ektremitas : cappilary refille < 3 detik, akral hangat

16
DS/DO Etiologi Diagnosa
DS : Keluarga klien mengatakan pasien Suplai darah ke jaringan Ketidakefektifan
mengalami penurunan kesadaran serebral tidak adekuat Perfusi Jaringan
DO: Kesadaran klien somnolen Serebral
TTV : TD: 160/100
Nadi :92x/menit
RR : 32x/menit
Suhu : 36,4 oC
DS: Keluarga klien mengatakan pasien Penekanan saluran nafas Pola Nafas Tidak
sesak sebelum ke RS Efektif

DO : Klien nampak sesak


Suara nafas ronchi
RR : 32x/menit

DS : Keluarga mengatakan ada kelemahan Defisit neurologi Hambatan Mobilitas


pada anggota gerak sebelah kiri Fisik

DO : Klien nampak tidak mampu


menggerakkan ekstremitas seblah kiri
Klien nampak berbaring

DS : Keluarga klien mengatakan pasien Kerusakan fungsi nervus Hambata Komunikasi


tidak bicara verbal
DO : Klien nampak tidak berbicara.

17
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI


HASIL
Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji keadaan umum dan TTV
Serebral keperawatan 1x15 menit, 2. Berikan posisi semi fowler
perfusi jaringan otak dapat 3. Anjurkan pasien bed rest total
tercapai secara optimal 4. Ciptakan lingkungan yang
dengan kriteria hasil : nyaman ( tidak bising) dan
-TTV dalam batas normal batasi pengunjung
-Kesadaran composmentis 5. Kolaborasi dengan dokter
-GCS normal E4V5M6 pemberian obat (antikoagulan)

Pola Nafas Tidak Efektif Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji karakteristik pola nafas
keperawatan 1x15 menit, (frekuensi, kedalaman, irama)
perfusi jaringan otak dapat 2. Kaji adanya pengguanaan otot
tercapai secara optimal batu pernapasan
dengan kriteria hasil : 3. Berikan posisi semi fowler
- RR dalam batas normal (16- 4. Ajarkan relaksasi nafas dalam
24xmenit) 5. Kolaborasi dengan dokter
-Irama nafas teratur pemberian O2

Hambatan Mobilitas Fisik Setelah dilakukan tidakan 1. Kaji kemampuan pasien


keperawatan 1x15 menit, terhadap pergerakan
perfusi jaringan otak dapat 2. Ubah posisi pasien tiap 2 jam
tercapai secara optimal 3. Ajarkan pasien melakukan
dengan kriteria hasil : ROM aktif pada ekstremitas
-Tidak terjadi atropi otot yang tidak sakit/lemah dan
-Sendi tidak kaku ROM pasif pada ekstremitas

18
yang sakit/lemah
4. Pasang side riil di kanan kiri
tempat tidur pasien

Hambatan Komunikasi Verbal Setelah dilakukan tidakan 1. Dorong pasien untuk


keperawatan 1x15 menit, berkomunikasi secara perlahan
perfusi jaringan otak dapat dan untuk mengulangi
tercapai secara optimal permintaan
dengan kriteria hasil : 2. Beri satu kalimat simple setiap
- Dapat berkomunikasi secara bertemu jika diperlukan
normal. 3. Berikan pujian kepada klien
-Pengolahan informasi: pasien
mampu untuk memperoleh,
mengatur dan menggunakan
informasi.

19
C. Implementasi
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
a. Mengkaji keadaan umum dan TTV
b. Memberikan posisi semi fowler
c. Menganjurkan pasien bed rest total
d. Menciptakan lingkungan yang nyaman (tidak bising) dan batasi
pengunjung
e. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat (antikoagulan)
2. Pola nafas tidak efektif
a. Mengkaji karakteristik pola nafas (frekuensi, kedalaman, irama)
b. Mengkaji adanya pengguanaan otot batu pernapasan
c. Memberikan posisi semi fowler
d. Mengajarkan relaksasi nafas dalam
e. Mengkolaborasikan dengan dokter pemberian O2
3. Hambatan mobilitas fisik
a. Mengkaji kemampuan pasien terhadap pergerakan
b. Mengubah posisi pasien tiap 2 jam
c. Mengajarkan pasien melakukan ROM aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit/lemah dan ROM pasif pada ekstremitas yang sakit/lemah
d. Memasang side riil di tempat tidur pasien
4. Hambatan komunikasi verbal
a. Dorong pasien untuk berkomunikasi secara perlahan dan untuk
mengulangi permintaan
b. Beri satu kalimat simple setiap bertemu jika diperlukan
c. Berikan pujian kepada klien
D. Evaluasi
1. Perfusi jaringan menjadi efektif
2. Pola nafas kembali normal
3. Tidak terjadi hambatan mobilitas fisik
4. Tidak terjadi hambatan komunikasi verbal

20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah kebagian otak. Stroke disebabkan oleh
trombosis, embolisme serebral, iskemia dan hemoragik serebral. Penderita
stroke saat ini menjadi penghuni terbanyak di bangsal atau ruangan hampir
semua pelayanan rawat inap penderita penyakit saraf.

B. Saran
Untuk para pembaca disarankan menjaga kesehatan dengan pola hidup
yang sehat, rutin memeriksakan tekanan darah, rajin berolahraga untuk
menghindari terjadinya serangan stroke.

21
DAFTAR PUSTAKA
Hardi, Amin. 2015. Aplikasi Asuhan Keperwatan Berdasarkan NANDA NIC-
NOC. Jogjakarta: Mediaction
Black Joyce, M. 2014. Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Klinis Untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapura: Elsevier
Mufattichah, F. U. 2012. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Pada Pasien Ny.G
Dengan Stroke Hemoragik Di Instalasi Gawat Darurat RSUD Sragen. 5-7.
Indriyani, D. 2019. Upaya Peningkatan Mobilitas Fisik Melalui Terapi Rom
Pada Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Non Hemoragik. 1.
Handayani, D. (2018). Gambaran Drug Related Problems (DRP’s) pada Penatalaksanaan
Pasien Stroke Hemoragik dan Stroke Non Hemoragik di RSUD Dr M Yunus
Bengkulu. Jurnasl Farmasi Dan Ilmu Kefarmasian Indonesia Vol.5 No. 1 Juli 2018
, 36.

Anda mungkin juga menyukai