Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi, Promosi Kesehatan, Epidemiologi
(KPE)
Disusun oleh :
Andhika Mahardhika (P13374341180
Monita Teviningrum (P13374341180
Titan Melinia Putri (P1337434118051)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Epidemiologi” Makalah ini disusun guna memenuhi
tugas mata kuliah Komunikasi, Promosi Kesehatan, Epidemiologi (KPE).
Penyusun menyadari, makalah ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan
usaha penyusun sendiri tetapi juga bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Penyusun juga
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat
penulis harapkan. Akhirnya, harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu unsur pokok penting dalam epidemiologi adalah pengukuran kejadian
penyakit. Terdapat beberapa ukuran yang dipakai dalam mengukur kejadian penyakit dan ukuran
yang dipakai tergantung tujuan dari pengukuran. Pengukuran kejadian penyakit dapat dilakukan
dari hasil penemuan masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Secara umum, tujuan
pengukuran kejadian penyakit digunakan untuk menilai keadaan kesehatan, mengetahui potensi-
potensi untuk menanggulangi masalah kesehatan, dan mendeteksi kelompok mana yang berisiko
terkena penyakit. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengukuran kejadian penyakit antara
lain: ketepatan pengukuran, sensitivitas, spesivitas, dan isu etika (Hasmi, 2011).
B. Tujuan:
1. Mengetahui ukuran dasar epidemiologi
2. Mengetahui ukuran frekuensi epidemiologi
3. Mengetahui ukuran kekuatan hubungan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Rate
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Rate (Rr) adalah angka yang menyatakan hubungan
(relasio). Jumlah berapa kali (frekuensi) suatu kejadian (penyakit) tertentu itu terjadi di antara
sejumlah orang yang mempunyai peluang terekpos dalam suatu waktu tertentu.
Rr =
Perbandingan suatu peristiwa dengan populasi yang mempunyai risiko berkaitan dengan
peristiwa dimaksud. Hal-hal yang termasuk dalam kelompok rate adalah sebagai berikut:
P=
Keterangan:
Contoh: pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dan 12
diantaranya adalah anak-anak maka proporsi anak terhadap orang dewasa adalah = 0,375
3. Rasio
Rasio merupakan tipe ukuran lainnya yang secara spesifik harus mencakup konsep waktu di
dalam ukuran. Rasio menggambarkan jumlah kasus yang terjadi dibagi dengan populasi berisiko
(Magnus, 2007).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Rasio (R) adalah jumlah orang (dengan sifat kualitatif
tertentu) dibandingkan dengan sejumlah orang lain (dengan sifat kualitatif lain pula).
R=
Keterangan:
b. harus merupakan bilangan yang lebih kecil atau sama dengan satu
c. tidak dinyatakan dalam prosentasi, melainkan sebagai suatu pecahan di mana y harus lebih
besar daripada x (suatu angka pecahan) atau sama.
Contoh: pada suatu kejadian luar biasa keracunan makanan terdapat 32 orang penderita dan 12
diantaranya adalah anak-anak maka rasio anak terhadap orang dewasa adalah = 0,6
Perbandingan pengertian Rasio, Proporsi dan Rate menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) adalah
sebagai berikut:
Tabel 2.1 Perbandingan Pengertian Rasio, Proporsi dan Rate
Tidak dinyatakan dalam Bisa/ boleh dinyatakan dalam Dinyatakan dalam persentase,
persentase persentase permil, atau per 100 ribu
populasi
1. Insidensi
Insidensi adalah kejadian atau kasus penyakit yang baru saja memasuki fase klinik dalam riwayat
alamiah penyakit. Ukuran frekuensi insidensi penyakit dapat dibedakan menjadi insidensi
kumulatif dan laju insidensi (Murti, 2013).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Insidens (Incidence Rate) adalah indicator yang paling
banyak digunakan di dalam epidemiologi bila dikaitkan dengan penderita baru dalam kurun
waktu tertentu. Insidens dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
IR=
Angka insidens dapat digunakan untuk penyakit akut menular berjangka pendek. Di samping
untuk memantau penyakit akut, dapat juga untuk penyakit-penyakit kronis berjangka panjang.
Menurut Rajab (2009) Cumulative Incidence (CI) adalah probabilitas dari seseorang yang tidak
sakit selama periode waktu tertentu, dengan syarat orang tersebut tidak mati oleh karena
penyebab lain. Risiko ini biasanya digunakan untuk mengukur serangan penyakit yang pertama
pada orang sehat tersebut.
CI =
Baik pembilang maupun penyebut dalam perhitungan ini adalah individu yang tidak sakit pada
permulaan periode pengamatan, sehingga mempunyai risiko untuk terserang. Ciri
dari cumulative incidence ini adalah:
1) Berbentuk proporsi
1) Sebagai ukuran alternative laju insidensi (ID) dalam mempelajari etiologi penyakit,
Incidence density adalah jumlah penderita baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu
jangka waktu tertentu (umumnya satu tahun) dibandingkan dengan jumlah penduduk yang
mungkin terkena penyakit baru tersebut pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan
dalam persen atau permil (Saepudin, 2011).
Menurut Lapau (2009) yang diukur incidence density adalah jumlah individu yang bergerak dari
bebas penyakit menjadi status penyakit selama periode waktu tertentu, sebagai hasil dari 3
faktor:
1) Besar populasi
Menurut Rajab (2009) Incidence Density (ID) adalah potensi perubahan status penyakit per
satuan waktu relative terhadap besarnya populasi individu yang sehat pada waktu itu.
ID=
Jumlah orang-waktu merupakan jumlah dari waktu saat individu masih belum terserang
penyakit.
2. Prevalens
Noor (2008) menyatakan bahwa Prevalens merupakan angka kejadian penyakit pada populasi
tertentu dalam jangka waktu tertentu pula. Perbedaannya adalah pada pembilangnya yang
meliputi jumah semua orang yang baru sakit dan juga orang telah sakit sebelum masa jeda
tersebut dan masih sakit (kasus lama). Perbedaan yang lain pada penyebutnya meliputi seluruh
populasi tempat kejadian/ penyakit tetapi tidak hanya terbatas pada mereka yang terancam.
Budiarto dan Anggraeni (2003) menyatakan bahwa terdapat dua ukuran dalam prevalens,
yaitu point of prevence (prevalens sesaat) dan periode prevalence (prevalens periode). Magnus
(2007) menyatakan Denominator pada kedua prevalens tersebut adalah jumlah orang di dalam
populasi selama periode waktu yang sama.
a. Point of prevalence
Point of prevalence adalah jumlah penderita lama dan baru pada suatu saat dibagi dengan jumlah
penduduk pada saat itu dalam persen atau permil (Saepudin, 2011).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada point of prevalence, denominatornya adalah jumlah
penduduk total yang diperiksa/diteliti saat itu, dengan rumus sebagai berikut:
Point of Prevalens =
b. Periode of prevalence
Prevalensi periode merupakan perpaduan prevalensi titik dan insidensi. Prevalensi periode
adalah probabilitas individu dari populasi untuk terkena penyakit pada saat dimulainya
pengamatan, atau selama jangka waktu pengamatan (Murti, 2013).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Pada period prevalence, denominatornya adalah seluruh
penduduk selama kurun waktu tertentu, dengan rumus sebagai berikut:
PP=
Menurut Budiarto dan Anggraeni (2003) ukuran prevalensi suatu penyakit dapat digunakan
untuk:
P=IxD
Keterangan:
P = prevalensi
I = insidensi
D = lamanya sakit
Insidens Prevalens
3. Attack Rate
Attack Rate =
4. Mortalitas
Bustan (2006) menyatakan bahwa angka kematian adalah suatu ukuran frekuensi terjadinya
kematian dalam suatu populasi tertentu selama suatu waktu tertentu. Angka mortalitas sering
digunakan sebagai salah satu indikator dari tingkat keparahan dan kesakitan (Smink, 2012).
Status derajat kesehatan masyarakat dapat tercermin dari angka kematian, kesakitan, dan status
gizi. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih cukup
tinggi (Tazkiah dkk, 2013).
Menurut Noor (2008) Beberapa angka kematian yang sering digunakan adalah:
Angka kematian bayi Jumlah kematian bayi (umur<1 Jumlah kelahiran hidup pada
(AKB/IMR) tahun) dalam 1 tahun tahun yang sama
Angka kematian Jumlah kematian perinatal (janin Jumlah seluruh kelahiran pada
perinatal (PMR) dalam kandungan usia 28 minggu tahun yang sama
sampai bayi usia 1 minggu) dalam 1
tahun
Angka kematian ibu Jumlah kematian ibu karena proses Jumlah kelahiran hidup tahun
(AKI/MMR) reproduksi dalam 1 tahun yang sama
Angka kematian sebab Jumlah kematian karena satu sebab Jumlah penduduk pertengahan
khusus (SCDR) tertentu dalam satu tahun tahun
Angka kematian pada Jumlah kematian karena penyakit Jumlah penderita penyakit
penyakit tertentu tertentu tersebut pada periode yang
(CFR) sama
1. Relative risk
Salah satu kegunaan epidemiologi adalah mencari penyebab kejadian yang berkaitan dengan
kesehatan suatu populasi. Hubungan sebab akibat tidak hanya membutuhkan adanya hubungan
statistik, namun mempunyai beberapa persyaratan yang salah satunya adalah bukti tentang
keeratan hubungan antara faktor yang dicurigai sebagai akibat faktor tersebut. Keeratan ini
tercermin dari besarnya incidence (risiko) orang-orang yang terpapar dengan faktor itu
dibandingkan dengan incidence di kalangan orang yang tidak terpapar (Saepudin, 2011).
Relative Risk (RR) sesungguhnya adalah rumus asosiasi antara atribut/ karakteristik kelompok
(atau populasi) dengan penyakit tertentu. Relative Risk adalah rasio angka insidensi penyakit
karena pajanan dibandingkan dengan angka insidensi penyakit yang sama tanpa pajanan, dengan
rumus sebagai berikut:
Relative Risk=
Relative risk digunakan hanya sebagai pengukur peluang (probabilitas). Dengan probabilitas ini
dapat dipertanyakan berapa probabilitas sebagian kelompok menjadi sakit kalau mereka terpajan
dan berapa probabilitas yang tidak kena sakit kalau tidak terpajan (Ryadi dan Wijayanti, 2014).
Suatu bahan cat tertentu bila digunakan dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan kanker
kulit. Untuk mewaspadai sifat karsinogenik kini diadakan studi Kohort. Pada penelitian diambil
sampel 1.000 pegawai di perusahaan cat tersebut yang sehari-harinya mengalami kontak
langsung terhadap bahan yang dicurigai sebagai kelompok terpapar. Sebagai kelompok control
adalah mereka yang dianggap tidak terpapar, diambil 2.000 pegawai perusahaan (yang sehari-
harinya tidak mengalami kontak dnegan bahan cat tersebut). Dari kelompok terpapar ternyata
100 di antaranya setelah 10 tahun mengalami kanker kulit. Sebaliknya dalam jangka waktu yang
sama pada kelompok tidak terpapar hanya terdapat 25 orang yang mengalami tanda-tanda kanker
kulit.
(+) (-)
(+) 100 25 125
c. RR= = 8 kali
d. Hal ini berarti bahwa mereka yang mengalami kontak langsung dengan bahan cat tersebut
cenderung memiliki peluang 8 kali lebih besar untuk mendapatkan kanker kulit daripada yang
tidak mengalami kontak
2. Odds ratio
Odds ratio adalah ukuran yang digunakan untuk menjelaskan asosiasi yang didapatkan dalam
penelitian kasus-kontrol. Ukuran ini menggunakan table 2x2 dengan notasi yang sama untuk
menjelaskannya (Magnus, 2007).
Menurut Ryadi dan Wijayanti (2014) Dalam penelitian case-control study, apabila tidak terdapat
data insidensi, melainkan data prevalensi, maka rumus RR yang digunakan adalah rumus RR
yang disebut Odds Ratio (OR) sebagai nama sesungguhnya pada case control study.
OR=
Di suatu RW terjadi wabah demam berdarah yang ditandai dengan panas tinggi 3-5 hari. Diduga
kuat bahwa penyebab DHF ini dimungkinkan karena adanya container di rumah-rumah
penduduk yang tidak higienis. Peristiwa ini baru satu bulan kemudian sempat dilaporkan kepada
Dinas Kesehatan Tingkat II. Untuk ini Dinas Kesehatan mengadakan penelitian dengan
mengambil sampel di lapangan. Dari 240 soma yang anggotanya pernah menderita panas
ternyata 200 soma yang memiliki container yang berserakan. Sebaliknya pada 220 soma yang
tidak mengalami keluhan pada anggota keluarganya ternyata hanya 20 soma yang memiliki
container yang tidak dikuras.
Pemilikan Kontainer dalam Penyakit DHF (keluhan panas 3-5 hari) Total
Soma (+) (-)
a. Terekspos =
b. Non terekspos =
d. Dengan diketemukan ODDS 50 kali berarti bahwa rumah tangga (soma) yang memelihara
container mempunyai kesempatan 50 kali untuk dijangkiti DHF pada anggota keluarganya
Bila suatu faktor menjadi penyebab penyakit, pasti ada penderita yang dapat dihindarkan bila
faktor tersebut dihilangkan dari populasi. Proporsi penderita yang dapat dihilangkan adalah
sebesar (incidence yang terpapar-incidence tak terpapar) atau attribute
risk dibagi incidence terpapar, atau dapat dituliskan:
Attribute fraction exposed =
Ukuran ini sangat berguna dalam menentukan prioritas masalah dalam program kesehatan
masyarakat, maka faktor attribute fraction yang besar yang mendapat prioritas lebih tinggi dalam
penanggulangan (Saepudin, 2011).
Tabel 2.6 Hubungan merokok dengan insiden stroke pada penelitian Kohort terhadap 118.530
wanita
=
=
= x 100%
= 53%
4) Kesimpulannya adalah kurang lebih 53% dari semua kasus stroke di dalam masyarakat
dapat dicegah bila perokok (eksposur) dihentikan seluruhnya
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil dari data yang telah diolah menggunakan ukuran dalam epidemiologi seharusnya
digunakan oleh pemerintah dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
oleh masyarakat. Petugas kesehatan bersama pemerintah sebaiknya juga mengevaluasi program
kesehatan yang sudah berjalan dan merencanakan progam berkelanjutan untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pengambilan data yang akurat memerlukan kerjasama dari semua
pihak baik masyarakat, petugas kesehatan, maupun pemerintah.
DAFTAR PUSTAKA
Djaja, Sarimawar. 2012.”Transisi Epidemiologi di Indonesia dalam Dua Dekade Terakhir dan
Implikasi Pemeliharaan Kesehatan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga, Suskernas,
Riskesdas (1986-2007)”.Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat. Nomor 142.
Lapau, Buchari. 2009. Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Rajab, Wahyudin. 2009. Buku ajar Epidemiologi untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: EGC
Ryadi, A.L. Slamet dan Wijayanti, T. 2014. Dasar-dasar Epidemiologi. Jakarta: Salemba Medika
Smink, Frederique R.E, Daphne van Hoeken, dan Hans W. Hoek. 2012. “Epidemiology of
Eating Disorders: Incidence, Prevalens and Mortality Rates. Springer Current Psychiatry. Nomor
14(4): 406-414.
Tazkiah, dkk. 2013. “Determinan Epidemiologi Kejadian BBLR pada Daerah Endemis Malaria
di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan”. Epidemiological Determinants Low