Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBUANGAN LIMBAH B3 DI SUNGAI CITARUM

3.1 Sumber Pencemar Limbah Berbahaya Industri di Sungai Citarum

Sejumlah penelitian telah dilakukan sebagai bentuk perhatian yang


diberikan untuk Sungai Citarum. Peran sungai ini sangat penting dalam
pembangunan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Tidak hanya masyarakat
yang tinggal di sekitar sungai, tetapi juga masyarakat yang tinggal ribuan
kilometer jauhnya dari Sungai Citarum (Provinsi Jawa Barat dan Kota Jakarta).

Hasil penelitian terdahulu menunjukan bahwa Sungai Citarum (termasuk


waduk-waduk yang dibendung dari aliran Sungai Citarum) menghadapi
masalah pencemaran dan penurunan daya dukung lingkungan. Sektor industri
memberikan kontribusi terbesar bagi pembangunan di Jawa Barat yang
mengakibatkan gangguan system hidrologi. Fakta menunjukan adanya
kontaminasi limbah berbahaya industri telah dibuktikan oleh sejumlah studi
eksperimental.

Jenis-jenis industri yang berada di daerah Sungai Citarum antara lain


industri tekstil, industri makanan, dan industri elektroplating. Hal ini
menyebabkan masuknya bahan kimia dari aktivitas industri ke badan sungai,
seperti logam berat. Logam berat merupakan zat yang sulit terdegradasi dan
dapat masuk ke dalam makhluk hidup melalui rantai makanan, dengan efek
jangka panjang yang merugikan makhluk hidup.

Sedangkan dalam konteks bahan kimia beracun, kontaminan utama yang


mempengaruhi kualitas air Sungai Citarum adalah limbah yang berasal dari
kegiatan industri (logam dan non-logam), pertanian (pupuk sintesis dan
pestisida), jasa (minyak dan logam), dan domestik (deterjen, logam, plastik).

Jumlah konsentrasi logam berat yang cukup besar ditemukan pada


beberapa anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum, diantaranya Sungai
Citarik, Sungai Cikijing, Sungai Cicalengka, dan Sungai Cimande. Di sekitar anak
sungai itu terdapat 42 pabrik tekstil yang beroperasi. Sebenarnya, pabrik-pabrik
ini telah memiliki fasilitas pengolahan air limbah sebelum dibuang ke sungai,
sayangnya hasil analisis menunjukan tingginya konsentrasi logam berat yang
ada di badan sungai. Unsur berat itu antara lain, Zn, Pb, Cd, Co, Ni, dan Cr.

3.2 Upaya Pemerintah Dalam Memperbaiki Kondisi Lingkungan Sungai


Citarum.

Kementerian Lingkungan Hidup menggalakan suatu program yang


diberi nama PROKASIH (Program Kali Bersih). Indikator keberhasilan yang
digunakan adalah peningkatan kualitas air atau penurunan tingkat pencemaran.
PROKASIH mengatakan bahwa program ini telah mengurangi tingkat
pencemaran dari pembuangan limbah industri, tapi nyatanya kualitas air belum
menunjukan peningkatan yang signifikan, bahkan cenderung memburuk.
Kualitas air Sungai Citarum dari tahun 1989 sampai saat ini belum pernah
mencapai standar kualitas air yang ditetapkan oleh pemerintah setempat.

Sadar bahwa PROKASIH belum bisa menghasilkan hasil yang diingkan,


pada tahun 2007 Pemerintah Indonesia membuat sebuah program pemulihan
terpadu yang disusun di dalam suatu roadmap. Perencanaan roadmap ini
dikoordiniri oleh Bappenas dan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, sector
swasta, dan organisasi masyarakat sipil. Roadmap ini bernama ICWRMIP
(Integrated Citarum Water Resources Management Investment Program) yang artinya
Program Investasi Manajemen Sumber Daya Air Citarum Terpadu. Program ini
masih aktif sampai saat ini, meskipun hasilnya menunjukkan kondisi yang
memprihatinkan, kondisi badan air Citarum semakin buruk dari waktu ke
waktu.

3.3 Karakteristik Bahan Pencemar Dari Kegiatan Industri di Sungai Citarum.

Setiap sektor industri berkontribusi pada jenis limbah yang berbeda


tergantung pada proses produksi yang diadopsi oleh industri tersebut. Limbah
padat atau cair yang sering dihasilkan. Secara umum limbah yang dihasilkan
dapat berupa limbah organik atau anorganik, berbahaya atau tidak berbahaya,
beracun dan tidak beracun, logam berat, dsb. Sebagai contoh, beberapa proses
pada industry tekstil menghasilkan baik limbah organic ataupun limbah B3
(Bahan Berbahaya dan Beracun) dalam bentuk limbah cair. Limbah organik yang
dihasilkan industry tekstil mampu merubah nilai ph, atau meningkatkan kadar
BOD dan COD dalam badan air. Kebanyakan industri tekstil juga menghasilkan
limbah logam berat yang termasuk dalam kategori berbahaya. Macam-macam
logam berat yang dihasilkan dari proses produksi tekstil diantaranya, Arsen,
Cadmium, Krom, Timbal, Tembaga, dan Seng. Berikut tabel distribusi industri di
Sungai Citarum :

Berbeda dengan industri tekstil, industry pelapisan logam


(elektroplating) menghasilkan limbah cair dengan karakteristik yang berbeda.
Proses yang terjadi pada industri jenis ini adalah proses pembersihan lemak,
proses pengemasan, proses pembersihan dengan elektrik, dan proses pelapisan
logam. Limbah cair yang dihasilkan dari proses-proses ini umumnya
mengandung cairan silene, tetrakloro-etilene, metilen klorida, aseton, keton,
padatan tersuspensi, lemak, sabun, larutan alkali, dan sianida.

3.4 Solusi Produksi Bersih Untuk Mengeliminasi Bahan Kimia Berbahaya dan
Beracun.
Produksi Bersih adalah usaha berkelanjutan pada seluruh siklus hidup
produk, proses produksi dan servis untuk mengurangi resiko terhadap manusia
dan lingkungan serta meningkatkan efisiensi. Produksi Bersih bukan sekedar
mengandalkan system pengolahan limbah akhir saja, karena meliputi siklus yang
luas. Produksi Bersih menjadi tanggung jawab seluruh organisasi, bukan hanya
para ahli yang menanganinya. Produksi Bersih juga mencakup penghematan dan
penggunaan energi ramah lingkungan, pemanfaatan kembali materi dalam
siklus produksi, dan sistem daur ulang.

Konsep Produksi Bersih ini didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai


berikut :

1. Prinsip Kehati-hatian (Precautionary Principle)


Tindakan harus diambil untuk menghilangkan kemungkinan-
kemungkinan terjadinya kerusakan lingkungan dan bukan menunggu
hingga ada peraturan atau menunggu kerusakan terlanjur terjadi.
2. Prinsip Pencegahan (Preventive Principle)
Restorasi kerusakan lingkungan memerlukan biaya tinggi, pencegahan
selalu menjadi pilihan yang lebih baik. Pencegahan termasuk melakukan
substitusi ke materi yang lebih aman. Apabila materi berbahaya terpaksa
masih digunakan, maka lakukan tindakan maksimal untuk memastikan
materi tersebut tidak terlepas ke lingkungan.
3. Prinsip Holistik atau Menyeluruh (Holistic Principle)
Produksi Bersih merupakan pendekatan terintegrasi yang meliputi
seluruh siklus hidup produk. Hal ini menjadi penting karena mengingat
instalasi pengolahan limbah tidak selalu dapat menangani semua bahan
kimia berbahaya.
4. Prinsip Partisipasi Publik (the Public Participation Principle)
Korporasi akan lebih cepat mengadopsi Produksi Bersih apabila ada
desakan public. Kami percaya bahwa ada hubungan antara pengawasan
public dengan penurunan jumlah polutan. Masyarakat memerlukan akses
data resiko yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.
Penerapan Produksi Bersih di Indonesia sendiri sudah aktif sejak tahun
2003, pemerintah Indonesia mencanangkan Kebijakan Nasional Produksi Bersih.
Kebijakan tersebut harusnya dapat menjadi dasar bagi pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah untuk mengawasi dan membina program Produksi
Bersih. Kebijakan tersebut memperkenalkan prinsip pokok yang disebut dengan
5R (Re-think, Re-use, Reduction, Recovery, dan Recycling).

Anda mungkin juga menyukai