Anda di halaman 1dari 5

Kemarin (30/9), Webinar Kolaborasi Indonesia Daring melangsungkan rangkaian hari terakhir

dengan mengusung tema "Pancasila Sebagai Nilai Inti". Pemahaman Pancasila, khususnya kaum
millennial, tengah menjadi sorotan. Bagaimana kaum muda memaknai Pancasila dalam
kehidupan mereka sehari-hari?
Masalah perkembangan Pancasila saat ini adalah belum sepenuhnya mampu menerjemahkan
nilai atau prinsip Pancasila menjadi sesuatu yang lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Hal
ini terlihat dari cara hidup masyarakat dalam menghargai perbedaan.
"Pancasila sudah dianggap menjadi darah daging dan DNA bangsa. Dalam pandangan generasi
penerus saat ini, apakah mereka masih melihat Pancasila sebagai masa depan atau hanya sejarah?
Itulah yang masih kita cari," kata Natalia Soebagjo, salah satu fasilitator yang mengikuti webinar
daring dari Prancis.
Natalia melihat, tanpa sadar generasi millennial sedang melaksanakan nilai-nilai Pancasila
melalui cara yang mereka inginkan, yaitu implementasi melalui karya dan pemanfaatan
teknologi. Pengiriman pesan Pancasila dengan memanfaatkan teknologi dinilai dapat lebih
meningkatkan kepekaan nilai-nilai Pancasila bagi anak muda.
"Harus menggunakan teknologi. Yang terpenting, pesan yang ingin disampaikan dapat dipahami
oleh anak muda. Karena makna Pancasila bisa diinterpretasikan dengan konsep mereka masing-
masing. Yang sulit adalah mengemas pesannya," tambah Natalia.
Yasraf Piliang, dosen ITB dan fasilitator mengatakan, tantangan anak muda saat ini adalah
bagaimana Pancasila tetap hadir dalam bentuk yang kreatif, salah satunya dengan memanfaatkan
teknologi.
Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
"Teknologi hadir untuk menghimpun orang dan menggunakan shortcut dengan media, misal
film, komik, games dan lain-lain. Sekarang zaman serba cepat, terpaksa kita memanfaatkan
teknologi. Saya rasa generasi muda lebih efektif dengan adanya pemanfaatan teknologi
dibandingkan (metode) ceramah," kata Yasraf di Balai Kartini, Jakarta, Sabtu (30/9).
Namun Natalia dan Yasraf menyayangkan, Pemerintah kurang berperan menghadirkan wadah
kreatif bagi anak muda untuk menanamkan nilai demokrasi dan Pancasila.
"Kalau Pemerintah ingin berperan menanamkan nilai Pancasila, bangunlah ruang publik.
Teknologi dan informasi tidak dapat dilepaskan melalui power. Peran pemerintah sangat
penting," ujar Natalia.
Sebelum forum berakhir, H.S. Dillon mengatakan moral capitalism sangat penting untuk
memberikan ruang kreasi bagi anak muda dalam upaya memahami Pancasila. Ia pun mengajak
anak muda untuk bergabung bersama generasi tua dalam menghadirkan kebaruan dalam
pemaknaan Pancasila.
Para peserta Webinar Kolaborasi Indonesia. (Foto: Nabilla Fatiara/kumparan)
Fasilitator yang hadir pada hari ketiga Webinar Kolaborasi Indonesia Daring adalah Yasraf Amir
Piliang (Dosen ITB), H.S. Dillon (Mantan Kepala Badan Koordinasi Penanggulangan
Kemiskinan), dan Natalia Soebagjo (Mantan Brand Chairman Tranparansi Indonesia). M.
Rahmat Yananda (CEO Makna Informasi) berkesempatan menjadi moderator pada webinar kali
ini.
Webinar Kolaborasi Indonesia Daring merupakan inisiasi dari Kolaborasi Indonesia yang
bertujuan mengumpulkan opini publik, menawarkan gagasan, ide dan pemikiran untuk kemajuan
bangsa Indonesia. Diskusi daring ini berlangsung selama tiga hari, mulai hari Kamis (28/9) dan
berakhir pada Sabtu (30/9).
Webinar dapat diakses melalui sebuah fitur belajar online interaktif, Classmiles. Layanan
pembelajaran online ini menyediakan banyak ruang kelas virtual dan memungkinkan komunikasi
interaktif antara guru dan siswa serta antar siswa.

Anda mungkin juga menyukai