Pendekatan Scientific Dan Contoh Penerap
Pendekatan Scientific Dan Contoh Penerap
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-
Nya serta nikmat kesehatan yang tak terhingga sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini dengan
baik.
Ucapan terima kasih kami hantarkan kepada dosen mata kuliah PPP, serta kepada teman-
teman yang telah memberikan motivasi dan inspirasi sehingga pembuatan paper ini akhirnya
terselesaikan.
Tujuan penulisan paper ini adalah agar kita semua lebih mendalami pendekatan scientific dan
contoh penerapannya di lapangan. Kami menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan paper ini.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan paper kami.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih dan paper ini dapat bermanfaat, Amin.
Penulis
Pendekatan Saintifik adalah konsep dasar yang mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari
pemikiran tentang bagaimana metode pembelajaran diterapkan berdasarkan teori tertentu.
Kemendikbud (2013) memberikan konsepsi tersendiri bahwa pendekatan ilmiah (scientific appoach)
dalam pembelajaran didalamnya mencakup komponen: mengamati, menanya, menalar, mencoba /
mencipta, menyajikan / mengkomunikasikan. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi
atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi
dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method
of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur
dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat
serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau
data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis yang dipalikasikan dalam
pembelajaran di kelas lewat langkah-langkah mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan
menyimpulkan.
Banyak para ahli yang meyakini bahwa melalui pendekatan saintifik/ilmiah, selain dapat
menjadikan peserta didik lebih aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya, juga
dapat mendorong peserta didik untuk melakukan penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu
fenomena atau kejadian (Sudrajat, 2013). Peserta didik dilatih untuk mampu berpikir logis, runut, dan
sistematis.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat ditarik simpulan awal bahwa pembelajaran berbasis
pendekatan saintifik/ilmiah lebih efektif hasilnya dibandingan dengan pembelajaran tradisional. Pada
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik/ilmiah, retensi informasi dari guru lebih besar.
Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik
yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
yang terintegrasi. Perhatikan diagram berikut.
Adapun penjelasan dari diagram pendekatan pembelajaran scientific (pendekatan ilmiah)
dengan menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
mengapa”.
2. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”.
3. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
apa.”
Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi
manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran,
yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran
1. Mengamati fakta
Mengamati fakta yang ada dapat dibagi dalam dua keadaan:
a. pengamatan nyata fenomena alam atau lingkungan
b. pengamatan obyek langsung.
2. Menanya
Kecenderungan yang ada sekarang adalah siswa gagal menyelesaikan suatu masalah yang
ada hubungannya dengan pengetahuan sosial, jika konteksnya diubah sedikit saja. Ini terjadi karena
siswa cenderung menghafal fakta, konsep atau prosedur tertentu. Tidak terbangun suatu pemikiran
yang divergen. Pemikiran yang divergen ini dapat dibangkitkan dari suatu pertanyaan. Untuk
menggalinya dapat dilakukan dengan memanfaatkan solusi yang mereka hasilkan, dengan
menanyakan alternatif-alternatif yang mungkin dari solusi itu. Dalam hal ini guru tidak boleh
memberi tahu, tetapi hanya memberikan pertanyaan pancingan, sampai siswa sendiri yang
menyelesaikan dan mencari alternatif yang lain. Misalnya dari analisis yang dijelaskan di atas, siswa
diarahkan pada pertanyaan
1. mengapa petani perlu bekerja di sawah?
2. apa yang akan terjadi seandainya petani tidak bekerja?
3. mengapa para petani memerlukan orang lain untuk
4. mengerjakan semua pekerjaan yang mengarah pada pekerjaan menggarap sawah?
5. bagaimana seandainya tidak ada yang membantu menggarap sawah?
6. apa yang akan terjadi seandainya tidak ada orang lain yang membantu?
7. berapa penghasilan kotor petani pasca panen?
Alternatif-alternatif seperti itu perlu dibangun sehingga memunculkan kreativitas dan tingkatan
berpikir dari yang mudah ke yang sukar. Pertanyaan dapat ditingkatkan ke hal yang lebih sulit lagi
seperti;
1. apakah sawah yang digarap petani tersebut miliknya sendiri ataukah menyewa ke orang lain?
2. bagaimana petani tersebut mengatur perekonomian keluarganya?
3. bagaimana cara petani tersebut menjual hasil panen?
4. menggunakan transportasi jenis apakah petani tersebut mengangkut hasil panenya? dst.
3. Menalar
Pertanyaan seperti di atas memerlukan adanya solusi (jawaban) melalui suatu penalaran.
Dalam IPS permasalahan seperti ini dapat dijawab dengan mengaitkan teorema lain atau pendefinisian
baru terutama bagi siswa yang sudah dapat menerima kebenaran logis. Penalaran secara umum adalah
proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Disini penalaran dapat bermakna penyerupaan
(associating) dan juga dapat bermakna akibat (reasoning). Ada dua cara menalar, yaitu penalaran
induktif dan penalaran deduktif.
1. Penalaran induktif
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari fenomena khusus untuk
hal-hal yang bersifat umum. Kegiatan menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada pengamatan
inderawi atau pengalaman empirik. Misalkan pengalaman hidup siswa sebagai makhluk sosial baik di
rumah, di sekolah dan di masyarakat, mereka memiliki pengalaman hidup dengan orang lain. Jika di
rumah, mereka hidup dengan keluarga (ayah, ibu, adik,kakak, dll), di sekolah ada Kepala Sekolah,
Guru, teman sejawat, dll, di masyarakat tentu saja bergaul dengan orangorang dari berbagai kalangan.
2. Penalaran deduktif
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan
atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Cara kerja menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk kemudian dihubungkan ke
dalam bagian-bagiannya yang khusus. Penalaran dalam IPS terkait penarikan kesimpulan adalah
manusia sebagai makhluk sosial pasti memerlukan orang lain. Hal ini disimpulkan dari fakta bahwa
dimanapun berada tidak ada satupun manusia yang mampu hidup sendiri tanpa bantuan yang lain.
Perlu diingat juga bahwa penalaran diartikan juga sebagai penyerupaan / analogi atau dalam bahasa
sosial asosiasi Dengan definisi akan mewadahi atau memenuhi sistem dalam IPS itu sendiri. Dari sini
diperlukan adanya langkah atau tahap berikutnya yaitu mencoba atau secara lebih luas membuktikan.
Pendekatan scientific dalam proses pembelajaran untuk siswa dinilai sangat perlu dilakukan dalam
rangka membantu guru untuk lebih menerapkan CSBA, selain itu tujuan lain dari pendekatan
scientific adalah mengubah budaya pendidikan Indonesia yang mengajarkan anak hanya untuk
menghafal materi dan menjadikan otak sebagai penyimpanan saja. Otak tidak seharusnya digunakan
untuk menyimpan melainkan untuk mengolah informasi. Dengan diterapkannya pendekatan scientifik
ini diharapkan murid bukan hanya lagi mengetahui secara teoritis lalu menyimpanya ke dalam otak
dan mengaplikasikan sebuah teori untuk memecahkan sebuah konteks tertentu saja, tetapi mereka
memahami sepenuhnya tentang apa yang diajarkan kepada mereka, kemudian dapat menghubungkan
antara teori dan fakta di lapangan untuk bisa memecahkan masalah dengan berbagai konteks yang
berbeda bahkan kompleks.
DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud. 2013. Konsep Pendekatan Scientfic Rev Final(ppt). Disajikan dalam mata kuliah PPP.
Universitas Negeri Surabaya, 8 April 2014
Fitrayati, Dhiah. 2013. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintific dan Penyusunan RPP(ppt).
Disajikan dalam mata kuliah PPP. Universitas Negeri Surabaya, 15 April 2014.