*Email: dya.ning@yahoo.co.id
Abstrak
Perilaku kekerasan adalah perilaku mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Ini menjadi alasan utama klien dirawat
di rumah sakit. Salah satu terapi klien dengan perilaku kekerasan yaitu Assertiveness Training. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh Assertiveness Training terhadap perilaku kekerasan pada klien skizoprenia. Desain penelitian ini kuasi
eksperimen pre post tes with control group. Sampel sebesar 72, diambil secara random sampling. Perilaku kekerasan meliputi
respon perilaku, sosial dan fisik diukur melalui observasi, serta kognitif dengan kuesioner. Perbedaan perilaku kekerasan
dianalisis dengan t test. Hasil penelitian menunjukkan perilaku kekerasan pada respon perilaku, kognitif, sosial dan fisik pada
kelompok yang mendapatkan Assertiveness Training dan terapi generalis menurun secara bermakna (p= 0,00, α= 0,05).
Assertiveness Training terbukti menurunkan perilaku kekerasan klien Skizoprenia. Penelitian tentang penerapan
Assertiveness Training pada kasus selain perilaku kekerasan diperlukan untuk melengkapi informasi tentang manfaat terapi
ini.
Abstract
Violent behavior is the behavior of injuring self, others and the environment. This is the main reason for the client
hospitalized. One of client with violent behavior therapy is assertiveness training. This study aimed determine the effect of
assertiveness training for violent behavior on the client Schizophrenia. The study design was quasi-experimental pre-post test
with control group. Samples of 72, selected at random sampling. Violent behavior includes behavioral responses, socially
and physically measured through observation, and cognitive through questionnaires. Differences in violent behavior were
analyzed by t test. The results showed violent behavior on behavioral responses, cognitive, social and physical in the group
who received assertiveness training and generalist treatment decreased significantly (p= 0,00, α= 0,05). Training
assertiveness shown to decrease violent behavior Schizophrenia clients. Research on the application of assertiveness training
in other case is required to furnish information on the benefits of this therapy.
Pendahuluan
penduduk dunia menderita gangguan jiwa berupa
Penggolongan gangguan jiwa berdasarkan The
Skizoprenia, jumlahnya tiap tahun makin bertam-
Diagnostic and Statistical Manual of Mental
bah dan menimbulkan dampak bagi keluarga
Disorders IV (DSM-IV) adalah perubahan
dan masyarakat berupa ketergantungan (Sadock,
perilaku atau sindrom psikologi dihubungkan
Sadock, & Kaplan 2005).
dengan adanya distress seperti respon negatif
terhadap sti- mulus atau perasaan tertekan,
ketidakmampu- an (disability) seperti gangguan Laporan WHO tahun 2001, menyebutkan bahwa
pada satu atau beberapa fungsi, dan Skizoprenia menyebabkan tingkat ketergantung-
meningkatnya resiko un- tuk mengalami an klien yang tinggi yaitu sebesar 2,5%. Per-
penderitaan, kematian, atau kehi- langan ubahan perilaku merupakan salah satu gejala yang
kebebasan (Varcarolis, Carson, & Shoe- maker, dijumpai pada Skizoprenia. Angka kejadian peri-
2006). Data American Psychiatric Asso- ciation laku sering bertengkar dijumpai sekitar yaitu 47
tahun 1995 menyebutkan 1% dari populasi % pada klien Skizoprenia (Stuart & Laraia, 2005).
52 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 51 - 56
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk fase krisis terlewati dilakukan Terapi Aktifitas
perilaku agresi atau kekerasan yang ditunjukkan Kelompok (TAK). Terapi spesialis belum diterap-
secara verbal, fisik atau keduanya kepada suatu kan, termasuk terapi asertif (komunikasi personal
objek, orang atau diri sendiri yang mengarah dengan perawat ruang psikiatri).
pada potensial untuk destruktif atau secara aktif
menyebabkan kesakitan, bahaya dan penderitaan Pertanyaan penelitian yang akan dijawab adalah
(Djatmiko, 2008; Bernstein & Saladino , 2007). apakah Assertiveness Training berpengaruh ter-
hadap terhadap perilaku kekerasan pada klien
Strategi preventif untuk mencegah terjadi skizoprenia. Penelitian ini dilakukan untuk me-
perilaku kekerasan berupa peningkatan kesadaran ngetahui perbedaan perilaku kekerasan pada klien
diri pe- rawat, edukasi klien, dan Assertiveness skizoprenia sebelum dan sesudah diberikan per-
Training (Stuart & Laraia, 2005). Assertiveness lakuan berupa Assertive-ness Training.
Training adalah salah satu terapi spesialis melatih
kemampu- an komunikasi interpersonal dalam Metode
berbagai situasi (Stuart & Laraia, 2005).
Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen
pre- post test with control group” dengan
Penelitian oleh Vinick (1983), menyatakan bahwa
intervensi Assertiveness Training (AT). Sampel
pemberian assertiveness training berpengaruh
penelitian yaitu klien skizoprenia dengan kriteria
menurunkan perilaku agresif, sehingga perilaku
inklusi usia 18 – 60 tahun, bersedia jadi
asertif meningkat. Survei yang pada 18 klien
responden (kesedia- an menjadi responden,
risiko perilaku kekerasan di Ruang Utari RS
ditandatangani oleh orangtua atau penanggung
Marzoeki Mahdi Bogor oleh Sulastri (2008) dan
jawab klien), diagnosa keperawat- an perilaku
menerapkan Assertiveness Training pada 13
kekerasan dan klien merupakan klien baru yang
orang (72,2%). Hasil yang didapatkan yaitu dari
sudah melewati fase krisis dengan tanda tidak
13 orang klien risiko perilaku kekerasan yang
gelisah atau sudah tenang dan tidak diikat.
mendapatkan Assertive- ness Training dipadu
dengan terapi kognitif, token economy, logo Perhitungan besar sampel berdasarkan hasil per-
therapy, psiko-edukasi keluarga, triangle hitungan uji pendugaan perbedaan antara dua
therapy menunjukkan peningkatan rerata berpasangan dengan derajat kemaknaan
kemampuan berkomunikasi, perilaku yang baik, 5%, ke- kuatan uji 95% dan uji hipotesis satu sisi
peningkatan kemampuan mencari pemecahan (Lemeshow, et al., 1997) didapat 36. Besar
masalah dan perubahan pikiran menjadi positif, sampel kelompok intervensi dan kontrol yaitu 72.
serta 10 orang klien berhasil pulang. Metoda pengambilan sampel dengan cara random
sampling.
Klien gangguan jiwa di ruang psikiatri pada bulan
Januari 2009, terdiagnosis skizoprenia 80 orang Penelitian dilakukan di ruang rawat sebuah
dari jumlah total 90 orang (90%) dan sebanyak Rumah Sakit di Banyumas selama lima minggu.
62 kasus (68%) alasan masuk klien skizoprenia Alat pe- ngumpul data perilaku kekerasan berupa
yaitu dengan perilaku kekerasan (RSUD Banyumas, kuesioner untuk respon kognitif dan lembar
2009). Klien perilaku kekerasan pada fase krisis observasi untuk respon perilaku, sosial dan fisik.
(4 - 5 hari), diberikan tindakan ECT (Electro
Convulsive Therapy), psikofarmaka, Kelompok intervensi diberikan perlakuan berupa
pengekangan dan terapi generalis. terapi generalis dan Assertiveness Training se-
banyak lima sesi. Kelompok kontrol hanya
Terapi generalis yang dilakukan menggunakan diberikan perlakuan terapi generalis. Analisis data
pendekatan Nursing Intervention Criteria (NIC), dilakukan secara univariat, bivariat (chi square,
namun belum dilakukan secara optimal. Setelah uji t-paired, uji t independent, uji anova) dan
multivariat (regresi linier ganda).
Penurunan perilaku kekerasan pada klien skizoprenia (Dyah Wahyuningsih, Budi Anna Keliat, Sutanto Priyo Hastono) 53
skor respon sosial aspek nonverbal. perilaku meng- respon fisik. Tipe
klien ski- zoprenia Metode pelaksanaan ekspresikan marah skizoprenia
setelah pemberian Asser- tiveness yang dilakukan klien berkontribusi
terapi generalis dan Training akan dan akibat- nya serta terhadap respon sosial
Assertiveness memotivasi klien menjelaskan cara dan kognitif, tapi tidak
Training dari skor untuk lebih berperan ekspresi marah yang pada respon fisik.
tinggi ke rendah, aktif berfikir dan lebih konstruktif
menunjukkan berlatih terhadap (Keliat, et al., 2006). Respon fisik
adanya pengaruh kemampuan sosial dipengaruhi penilaian
Assertiveness atau verbal yang Penurunan bermakna individu terhadap
Training terhadap diajarkan. skor respon fisik klien situasi, bersifat
respon sosial. ski- zoprenia pada otomatis dan tidak
Kelompok yang Penurunan bermakna kelompok yang berada dibawah
hanya mendapatkan skor respon kognitif mendapat terapi kontrol. Locus
terapi generalis klien skizoprenia generalis dan Cerelus diotak
terdapat penurunan setelah Assertiveness Assertiveness mengawali respon
tidak bermakna skor Training dari skor Training serta pada stres dengan
respon sosial klien tinggi ke rendah, ke- lompok yang melepaskan stimulus
skizoprenia dengan menunjukkan adanya hanya mendapatkan ke saraf simpatik yang
skor tetap berada pengaruh terapi generalis. disebut reaksi fight
pada rentang tinggi. Assertiveness Perbedaan penurunan atau flight dan
Training terhadap skor fisik pada dua mening- katkan
Penelitian yang respon kognitif. kelompok yang tidak aktifitas kelenjar
dilakukan Bregman Keliat dan Sinaga begitu besar, pituitari serta adrenal
(1984, dalam Forkas (1991), menyatakan menunjukkan bahwa (Boyd & Nihart,
(1997) menyatakan bahwa latihan asertif pem- berian terapi 1998).
bahwa Assertiveness akan melatih individu generalis tanpa
menerima diri Assertiveness Respon simpatik yang
Training
sebagai orang yang Training pada mengikuti emosi
berpengaruh positif
mengalami marah kelompok kontrol, bersifat unik, artinya
terhadap kemampu-
dan membantu meng- serta pemberian bahwa marah mungkin
an berkomunikasi
eksplorasi diri dalam terapi generalis dan secara otomatis
secara asertif
menemukan alasan Assertiveness menyebabkan tremor
dengan melibat- kan
marah. Training berpengaruh pada seseorang tapi
terhadap respon fisik pada orang
Penelitian oleh Lange terjadi pada dengan penurunan
dan Jakubowski kelompok yang hanya mendekati skor
(1976, dalam Vinick, mendapatkan terapi minimal yaitu 5 (lima).
1983) menyatakan generalis dan tidak
bahwa Assertiveness mendapat Hasil penelitian ini
Training menurunkan Assertiveness menunjukkan bahwa
hambatan kognitif Training. Terapi Assertive- ness
dan afektif untuk generalis perilaku Training hanya
berperilaku asertif kekerasan berkontribusi
seperti kecemasan, memberikan terhadap respon
marah, dan pikiran kemampuan pada perilaku, sosial,
tidak rasional. klien be- rupa kognitif dan
pengetahuan tentang komposit perilaku ke-
Penurunan bermakna marah baik penyebab kerasan tidak
skor respon kognitif marah, tanda dan berkontribusi pada
klien skizoprenia juga gejala marah,
56 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 14, No. 1, Maret 2011; hal 51 - 56
Sulastri. (2008).
Manajemen
asuhan
keperawat- an
jiwa spesialis
pada pasien
dengan risiko
perilaku
kekerasan di
Ruang Utari
RSMM Bogor
(KTI, tidak
dipublikasikan).
Program
Pascasarjana
Fakultas Ilmu
Keperawatan
Universitas