Anda di halaman 1dari 8

KEHIDUPAN SPRITUAL DALAM ISLAM

A) DEFINISI SPRITUAL
Definisi spiritual lebih sulit dibandingkan mendifinisikan agama/religion,
dibanding dengan kata religion, para psikolog membuat beberapa definisi spiritual, pada
dasarnya spitual mempunyai beberapa arti, diluar dari konsep agama, kita berbicara
masalah orang dengan spirit atau menunjukan spirit tingkah laku. kebanyakan spirit selalu
dihubungkan sebagai faktor kepribadian. Secara pokok spirit merupakan energi baik
secara fisik dan psikologi.
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa latin
„Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang berarti bernafas.
Melihat asal katanya , untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya
memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna
hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan
dan kesejahteraan seseorang.
Spiritual dalam pengertian luas merupakan hal yang berhubungan dengan spirit
, sesuatu yang spiritual memiliki kebenaran yang abadi yang berhubungan dengna tujuan
hidup manusia, sering dibandingkan dengan Sesuatu yang bersifat duniawi, dan
sementara, Didalamnya mungkin terdapat kepercayaan terhadap kekuatan supernatural
seperti dalam agama , tetapi memiliki penekanan terhadap pengalaman
pribadi. Spiritual dapat merupakan eksperesi dari kehidupan yang dipersepsikan lebih
tinggi, lebih kompleks atau lebih terintegrasi dalam pandangan hidup seseorang,dan lebih
dari pada hal yang bersifat indrawi. Salah satu aspek dari menjadi spiritual adalah
memiliki arah tujuan, yang secara terus menerus meningkatkan kebijaksanaan dan
kekuatan berkehendak dari seseorang, mencapai hubungan yang lebih dekat dengan
ketuhanan dan alam semesta dan menghilangkan ilusi dari gagasan salah yang berasal
dari alat indra , perasaan, dan pikiran. Pihak lain mengatakan bahwa
aspek spiritual memiliki dua proses , pertama proses keatas yang merupakan tumbuhnya
kekuatan internal yang mengubah hubungan seseorang dengan Tuhan , kedua proses
kebawah yang ditandai dengan peningkatan realitas fisik seseorang akibat perubahan
internal. Konotasi lain perubahan akan timbul pada diri seseorang dengan meningkatnya
kesadaran diri, dimana nilai-nilai ketuhanan didalam akan termanifestasi keluar melalui
pengalaman dan kemajuan diri.
Spiritualitas adalah sebuah jalan batin yang memungkinkan seseorang untuk
menemukan esensi dalam memaknai hidup dan kehidupan diri mereka di dunia
ini.Praktek-praktek spiritual, termasuk meditasi, doa dan kontemplasi, diarahkan dengan
maksud untuk mengembangkan kehidupan batin individu, praktik-praktik tersebut
sering bertumpu kepada pengalaman keterhubungan dengan suatu realitas yang lebih
besar, menghasilkan lebih komprehensif diri; dengan individu lain atau komunitas
manusia, dengan alam atau kosmos, atau dengan alam ilahi. Spiritualitas sering dialami
sebagai sumber inspirasi atau orientasi dalam hidup. Hal ini dapat mencakup keyakinan
pada realitas material atau pengalaman sifat imanen atau transenden dunia.
Apakah ada perbedaan antara spiritual dan religius, spiritualitas ádalah
kesadaran diri dan kesadaran individu tentang asal , tujuan dan nasib. Agama ádalah
kebenaran mutlak dari kehidupan yang memiliki manifestasi fisik diatas dunia. Agama
merupakan praktek prilaku tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang
dinyatakan oleh institusi tertentu yang dihubungkan dengan kepercayaan yang dinyatakan
oleh institusi tertentu yang dianut oleh anggota-anggotanya. Agama memiliki kesaksian
iman , komunitas dan kode etik, dengan kata lain spiritual memberikan jawaban siapa dan
apa seseorang itu (keberadaan dan kesadaran) , sedangkan agama memberikan jawaban
apa yang harus dikerjakan seseorang (prilaku atau tindakan). Seseorang bisa saja
mengikuti agama tertentu , namun memiliki spiritualitas . Orang - orang dapat menganut
agama yang sama, namun belum tentu mereka memiliki jalan atau tingkat spiritualitas
yang sama.
Spiritual mengandung makna rohaniah atau sesuatu yang berkenaan dengan
rohani atau batin. Roh dalam arti sukma atau nyawa manusia (sirrul hayah) adalah rahasia
Tuhan. Manusia hanya bisa merasakan atau mengindera bekas-bekas adanya roh itu,
seperti gerakan fisik, tumbuh, dan menjadi banyak. Tapi hakikat roh penyebab itu semua
tak mungkin diketahui manusia. Allah SWT berfirman:

“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(QS. AL Isra‟ 85)
Rohani merupakan karunia Tuhan yang diberikan kepada manusia yang berada
didalam hati. Hati selalu berkata jujur, tidak pernah bohong. Suara hati merupakan kunci
spiritualitas karena ia merupakan pancaran sifat-sifat Illahi. spiritualitas berkenaan
dengan masalah penyucian jiwa manusia, tingkah laku dan segala hal yang berkaitan
dengan unsur-unsur batiniahnya dalam memandang eksistensi ketuhanan, alam semesta
dan dirinya.Sifat-sifat Illahi dihembuskan Tuhan kepada jiwa manusia, sehingga manusia
mempunyai keinginan-keinginan dalam hidupnya. Komunikasi spiritual antara manusia
dan Tuhan, bila direnungkansecara saksama, sesungguhnya dipengarui oleh suara hati
kita yang bersih. Suara hati kita yang bersih inilah yang disebut kecerdasan spiritual.
kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna, yaitu
kecerdasan untuk menempatka perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk
memfungsikan kecerdasan intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) secara efektif.
Sedangkan dalam ESQ, kecerdasan spiritual adalah kemampuan untuk memberi makna
spiritual terhadap pemikiran, perilaku dan kegiatan, serta mampu menyinergikan. IQ,EQ
dan SQ secara konprehensif.

B) MAKNA SPRITUALITAS DALAM ISLAM


Spiritual adalah sebuah laku agar manusia mampu menundukan instrument
ketubuhannya, sehingga manusia mampu menggunakan kesadarannya untuk memahami
dualitas alam semesta dan meletakannya pada tempat yang semestinya. Sehingga
manusia juga mampu memahami antara mana hal ghaib dan mana hal realitas .
Memaknai kelahiran dan kematian. keberadaan hidup dan mati hakikatnya adalah ciptaan
Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:

Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian


mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu
sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha
Sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan.(QS. Ar Ruum 40).
Kemudian kesadarannya juga mampu membedakan antara bangun dan tidur.
Dan dualita-dualitas lainnya. Dengan memahami ini manusia menjadi tenang, tidak
pernah dirisaukan oleh dualitas tersebut. Sehingga diharapkan manusia mampu
mencapai sebuah kesadaran tertinggi dalam martabatnya sebagai manusia. Kesadaran
tertinggi inilah yang tidak sama antara satu agama dengan agama lainnya, antara satu
keyakinan dengan keyakinan lainnya. Antara suatu kepercayaan dengan kepercayaan
lainnya. Kesalahan dalam memahami kesadaran tertinggi akan menyebabkan penderitaan
berkepanjangan, itulah neraka. Maka dalam berspiritual manusia memerlukan teladan
dan panduan. Kesalahan dalam mengambil teladan dan panduan juga akan menyebabkan
penderitaan bagi manusia itu sendiri. Manusia yang mampu menemukan kesadaran
tertingginya itulah manusia yang akan mendapatkan surga kebahagiaan. Maka meskipun
teladan dan panduannya benar namun jika dia tidak mampu mendapatkan kesadaran
tertingginya, maka manusia inipun akan mengalami penderitaan berkepanjangan pula.
Seringkali orang membedakan antara agama dan spiritual, padahal sebenarnya
islam adalah agama spiritual, atau agama yang mengedapankan spiritualitas dibanding
fiqh, meski fiqh merupakan pilar penting dalam islam. Spiritualitas islam ditunjukkan
dengan 3 pilar utama dalam islam yang pertama adalah islam, kedua adalah iman, dan
yang ketiga adalah ihsan. islam merupakan hukum hukum islam, tata cara islam secara
lahir sedangkan 2 terakhir yaitu iman dan ihsan merupakan tata cara spiritual dalam
islam. bahkan dalam islam, seorang muslim yang hanya menjalankan fiqh saja tidak akan
diterima oleh Allah. Seorang muslim dalam menjalankan agama harus menggunakan
iman dan ihsan sehingga benar benar fiqh atau syariat dapat diterima Allah.
Spiritualitas islam sangat berbeda dengan spiritualitas agama lain. satu hal yang
membuat berbeda adalah karena spiritualitas islam memiliki objek yang tidak dapat
dipikirkan, tidak dapat dibayangkan dan tidak dapat dipersepsikan. Allah sebagai objek
spiritualitas islam memiliki unsur yang tidak dapat dipikirkan sehingga tidak bisa menjadi
objek konsentrasi ketika seorang muslim menjalankan sholat atau dzikir. hal ini tentunya
berbeda dengan agama lain yang tuhannya sangat jelas terlihat oleh mata misalnya budha
dimana tuhannya adalah patung, kristen objek nya dapat terlihat yaitu salib atau foto dari
yesus.Islam sangat mementingkan spiritualitas, sehingga islam adalah agama spiritual,
bukan agama institusi, atau agama lembaga tapi islam adalah agama spiritual.
Kesadaran tertinggi dalam Islam adalah jika manusia mampu mendapatkan
sebuah kesadaran :

Meletakan kesadaran pada kehendak Allah. Bahwa semua realitas yang ada
adalah merupakan rangkaian kehendak-kehendak Allah yang tersusun dengan sangat luar
biasa sekali. Pada setiap kejadian, pada setiap pembentukan, pada setiap apapun yang
terjadi di seluruh permukaan bumi ini, baik itu sebutir debu yang jatuh hingga kematian
yang menerjang suatu kaum, berupa suatu bencana. Pada hamparan bumi dan langit, pada
sintesa dan biosentesa, terjadinya angin dan hujan. Terjadinya malam dan siang. Dan
sebagainya, dan sebagainya. Apapun kejadiannya dan realitasnya yang nampak adalah
kehendak-kehendak Allah atas semua itu. Maka dalam kesadarannya hanya ada Allah saja
yang berkreasi yang hidup, yang bekerja, yang mematikan, yang menghidupkan, semua,
sebagaimana kesemuanya dalam asmaul husna, dalam 99 nama-NYA. Kemanapun
manusia menghadap disitulah wajah Allah. Kemanapun kesadarannya diletakan disitulah
nama-nama Allah. Dalam penciptaan manusia, rejeki, jodoh dan mati. Distu terdapat
nama-nama Allah. Maka tidak ada keraguan lagi ketika dia menghadapkan kesadarannya
bahwa TIADA TUHAN SELAIN ALLAH, yang mampu berbuat semua itu, sekehendak
diri-NYA.
Kesadaran seperti inilah sebenarnya yang diharapkan dalam berspiritual.
Sehingga manusia yang sudah mencapai kesadaran ini akan berperilaku penuh santun.
Karena senantiasa dia akan melihat dalam perspektif ketuhanan sebelum melakukan
tindakan apapun. Karena hanya Allah saja yang ada dalam kesadaran-NYA. Jika
kemudian, ketika manusia beragama~namun kehilangan kearifan~kehilangan
ketuhanannya. Maka dapat diyakini dia tidak ber-spiritual. Hasil yang di peroleh dalam
spiritual Islam begitu nyata dan merupakan suatu kepastian. Sholat akan mencegah
perbuatan keji dan mungkar. Pernyataan ini dalam Islam adalah sebuah kepastian yang
akan diperoleh bagi orang yang sholat dan berspiritual. Jika dia masih melakukan
perbuatan keji dan mungkar dengan adar yang sama dari waktu ke waktu tidak berkurang.
Maka yakinlah bahwa dia itu tidak sedang sholat. Sederhana dan simple sekali. Allah
SWT pun menyuruh kita untuk senantiasa mengikuti petunjuk-Nya. Dia SWT berfirman:
Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti
pemimpin-pemimpin selain-Nya]. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(daripadanya). (QS. Al A‟raf 3).

Menjadi pertanyaan penting adalah, sejauh mana suatu agama, atau aliran
kepercayaan memandu para pengikutnya menuju kepada kesadaran tertingginya.Jikalau
kesadaran manusia selalu dihadapkan dengan patung. Maka kesadarannya akan berhenti
pada patung tersebut. Hal ini tentu akan menyiksanya.Jikalau kesadaran manusia selalau
di hadapkan kepada harta. Maka kesadarannya senantiasa akan diliputi harta saja, oleh
sebab itu kesadarannya akan berhenti dan menetap pada harta. Hal ini lebih akan
menyiksanya lagi.Jikalau kesadarannya dihadapkan kepada wanita, tahta, keluarga, anak,
kerjaan, dan lain-lainnya, atau bahkan kepada alam semesta itu sendiri. Tetap saja
kesadaran manusia akan berhenti kepada apa yang setiap saat dihadapkan dirinya kepada
benda-benda itu. Dalam Islam hal ini di tentang sangat keras. INILAH SYIRIK. Tidak
ada toleransi bagi para penempuh jalan spiritual jika mereka syirik. Kesadaran mereka
harus senantiasa dihadapkan kepada Allah.
Islam sungguh telah menyiapkan dengan sempurna agar setiap suku, setiap
golongan, setiap manusia manapun mampu memahami dan menetapi spiritual dalam
Agama Islam. Jalan spiritual yang di tawarkan Islam hanya melalui rangkaian
pemahaman; Iman, Islam dan Ihsan. Sangat sederhana sekali. Namun sebaik apapun
methode yang di tawarkan selama manusia itu tidak mau menundukan akalnya terlebih
dahulu maka manusia itu tetap tidak akan mampu memperoleh nilai spiritual seperti yang
diharapkan Islam. Spiritual Islam menuntut agar pemeluknya mampu menundukan
seluruh entitas dalam dirinya, melakukan transformasi dari sebuah kesadaran spiritual
lokal kepada suatu kesadaran spiritual Islam.
Demikianlah, manusia hanya membawa serta agama ketika mereka hadir
dalam dimensi spiritual –ruang yang mempertemukan mereka dengan Tuhan- yang
termanifestasi dalam ajaran moral dan ritualitas. Agama tidak datang dalam urusan
politik, ekonomi, hukum, sosial dan urusan keduniaan yang lain. Padahal, secara
personal, seorang manusia mungkin bisa hidup tanpa menghiraukan urusan politik,
namun secara kolektif umat manusia tidak mungkin bisa hidup harmonis di muka bumi
ini tanpa tatanan politik. Seperti kata Ibnu Kholdun, manusia itu secara alami merupakan
makhluk sosial yang membutuhkan kepemimpinan. Manusia secara kolektif juga tidak
mungkin bisa hidup tanpa aktivitas dan tatanan ekonomi. Maka sebagai konsekuensi dari
absennya agama dari aktivitas sosial, politik, hukum dan ekonomi adalah dijalankannya
urusan-urusan tersebut tanpa panduan agama. Inilah yang kita sebut sebagai kehidupan
sekuler, tatanan kehidupan dunia yang tidak dikaitkan dengan agama dan urusan
keakhiratan.
Sebenarnya dalam Islam tidak ada dikotomi antara urusan dunia dengan urusan
akhirat. Pengawasan dan penilaian Allah atas seluruh amal perbuatan manusia yang
membawa konsekuensi pahala dan siksa merupakan benang merah yang menghubungkan
antara dunia dan akhirat. Semuanya adalah amalan dunia, namun semuanya akan
membawa dampak di akhirat. “hukum-hukum Islam dengan segala jenis dan macamnya
diturunkan untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Oleh karena itu, setiap
aktivitas duniawi selalu memiliki aspek ukhrowi. Maka aktivitas ibadah, sosial
kemasyarakatan, persanksian, perundang-undangan atau pun kenegaraan semuanya
memiliki pengaruh yang dapat dirasakan di dunia … akan tetapi, perbuatan yang
memiliki pengaruh di dunia ini juga memiliki pengaruh lain di akhirat, yaitu pahala dan
sanksi akhirat“.
Inilah spiritualitas dalam islam. Ia adalah spiritualitas yang membumi, menyatu
dengan dinamika kehidupan manusia dalam kesehariannya. Kerohanian dalam islam
bukanlah dimensi yang berseberangan dengan kehidupan dunia. Bahkan, ruh -yang
kenyataannya adalah kesadaran akan hubungan seorang muslim dengan Allah ini- harus
dibawa ke mana pun seorang muslim itu pergi, dalam kondisi apapun, dan dalam
menjalani aktivitas serta urusan apa pun. Inilah makna sejati dari dzikrullah (mengingat
Allah), yakni sadar bahwa ia selalu diawasi oleh Allah dalam segenap gerak-geriknya
sehingga mendorong seorang muslim untuk selalu hidup dengan syariat Islam tanpa
lepas sedikit pun. Demikianlah cara orang-orang yang beriman untuk
mentransendensikan seluruh aktivitas mereka di dunia dan “melayani” Allah dalam
setiap urusan yang mereka kerjakan.

C) JALAN MENUJU SPRITUALITAS


Kebutuhan pertama untuk kemajuan di sepanjang jalan pembangunan rohani
adalah MAN (iman). Pikiran dan hati manusia harus selalu sadar: Allah saja Nya Master,
Sovereign dan Dewa; mencari kesenangan-Nya adalah tujuan dari semua upaya itu, dan
perintah-Nya semata adalah perintah yang harus dipatuhi. Ini harus menjadi keyakinan,
bukan hanya didasarkan pada intelek, tetapi juga pada penerimaan oleh kehendak.
Semakin kuat dan mendalam keyakinan ini, semakin besar iman seseorang.
Tahap kedua adalah bahwa ketaatan (itu ~ 'at), yang berarti orang yang menyerah
kemerdekaan dan menerima sikap tunduk kepada Allah. sikap tunduk ini disebut §
membanting (pelaporan) dalam bahasa n. Qur 'an Jadi, manusia seharusnya tidak hanya
mengakui Allah sebagai Tuhannya dan Sovereign tetapi sebenarnya harus menyerahkan
hadapan-Nya dan fashion seluruh hidupnya dalam ketaatan kepada-Nya.
Tahap ketiga adalah ~ taqw (Allah-kesadaran). Ini terdiri di praktis manifestasi
iman seseorang kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. ~ Taqw juga berarti terhenti
dari segala sesuatu yang Allah telah dilarang atau telah ditolak dari; manusia harus dalam
keadaan kesiapan untuk melakukan semua yang Allah perintahkan dan melihat perbedaan
antara halal dan haram, benar dan salah, dan baik dan buruk dalam hidup.
Yang terakhir dan tahap tertinggi adalah bahwa dari IHS ~ n (kesalehan) Ini
menandakan bahwa manusia telah mencapai keunggulan tertinggi dalam kata-kata,
perbuatan dan pikiran, akan mengidentifikasi dengan kehendak Allah dan harmonisasi itu,
sejauh pengetahuan dan kemampuan , dengan Ilahi. Ia kemudian mulai menyukai apa
yang disukai oleh Tuhan dan untuk tidak menyukai apa yang Dia benci. Manusia
kemudian harus tidak hanya menghindari yang jahat, karena tidak menyenangkan
Tuhannya, tetapi harus menggunakan semua kekuatan untuk memberantas itu dari muka
bumi, ia tidak boleh puas dengan menghiasi dirinya dengan baik yang Allah ingin
berkembang tetapi juga harus berusaha untuk mencapai dan menyebarkannya di dunia,
bahkan dengan biaya hidupnya. Seorang pria yang mencapai tahap ini mencapai puncak
tertinggi spiritualitas dan terdekat kepada Allah.

Sugeng Rawuh

Sedulur Bismania Community

di Bumi Arema

uklam - uklam nang kota Ngalam

Anda mungkin juga menyukai